You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIK KEPERAWATAN DEwAsa I


Pemberian Medikasi
Oleh: Hesi Oktamiati, 0906629391

1. Pengertian Tindakan
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.
Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang
memiliki masalah kesehatan. Suatu obat, atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam
diagnosis, terapi, peyembuhan, penurunan, atau pencegahan penyakit.
a. Pulvis (Serbuk) merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b. Pulveres merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c. Tablet (Compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa
cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.
d. Pilulae (PIL) merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung
bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang
ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada
seduhan jamu.
e. Kapsulae (Kapsul) merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
f. Solutiones (Larutan) merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam
golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan
topikal (kulit).
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

g. Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair.
h. Unguenta (Salep) merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan
obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
i. Suppositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh.
j. Guttae (Obat Tetes) merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau
suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan
cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope
Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam),
Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales
(tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
k. Injectiones (Injeksi) merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan
melalui mulut

2. Tujuan Tindakan
Untuk memberikan pengobatan kepada pasien, agar pasien dapat mempertahankan status
kesehatannya atau memulihan status kesehatan klien.

3. Kompetensi Dasar yang harus Dimiliki untuk Melakukan Tindakan


Kompetensi yang harus dimiliki perawat adalah perawat harus memahami prinsip enam
benar pemberian obat.
1. Benar Klien, berarti bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan
harus diberikan kepada klien yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat
terjadi jika terdapat 2 orang klien dengan nama yang sama atau mirip berada pada
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

satu ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan selalu
nama klien pada papan nama di tempat tidur klien dengan catatan rekam medika
2. Benar Obat, berarti obat yang diberikan adalah obat yang memeng diminta untuk
diberikan kepada klien tersebut sesuai dengan dosis yang diinginkan tim medis.
Kesalahan pemberian obat dapat terjadi ketika dalam situasi :
a. Farmasist atau apoteker salah memberikan obat dengan obat yang hamper sama
dengan obat yang dipesankan
b. Apoteker atau perawat salah memberikan obat yang mempunyai nama / merk
sama dengan obat yang dimaksud
c. Tim medis atau pemberi resep salah menuliskan obat atau obat tersebut tidak
sesuai dengan klien
d. Perawat memberikan obat yang tidak dipersiapkan oleh perawat sendiri
e. Perawat salah mengidentifikasi obat
Untuk mengurangi kesalahan pemberian obat dapat digunakan sistem “dosis obat
per unit”, yaitu pemberian obat yang telah dipersiapkan dan diberikan label oleh
perawat atau apoteker yang bersangkutan., memeriksa kembali label obat yang
akan diberikan dengan catatan pemberian obat, mengetahui nama generic atau
merk dagang obat serta manfaat obat tersebut diberikan kepada klien, dan
mendengarkan dengan teliti komentar klien tentang obat yang diberikan, misalnya
“ ini tidak seperti obat yang kemarin saya minum.” Bila mendengar hal demikian,
segera tarik obat yang akan diberikan dan cocokkan dengan catatan pemberian
obat atau order obat.
3. Benar Dosis Obat, berarti obat yang diberikan memang dosis yang diinginkan oleh
tim medis dan dosis tersebut telah sesuai untuk klien. Kesalahan dosis obat dapat
terjadi bila tim medis memberikan obat yang tidak sesuai dengan klien, apoteker
salah mengeluarkan jumlah obat, perawat salah memberikan dosis obat, perawat atau
asisten perawat salah menuliskan kembali obat-obatan yang diresepkan oleh tim
medis.Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan
apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan
pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian
dosis obat. Lakukan pengecekkan ulang terhadap dosis obat yang diberikan bila:
a. Klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari biasanya
b. Beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang bersamaan
c. Dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

d. Jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker tidak sesuai dengan dosis obat
yang harus diberikan kepada klien
4. Benar Waktu Pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi
dan waktu yang sudah ditetapkan. Masalah ketepatan waktu juga sangat berbeda
pada beberapa institusi, misalnya ada institusi yang menganggap pemberian obat
setengah jam sampai 1 jam sebelum atau sesudah waktu yang seharusnya sebagai
“tepat waktu”.
5. Benar Cara Pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan
medis dan cara tersebut aman dan sesuai untuk klien. Tim medis dalam menuliskan
resep atau instruksi harus menjelaskan cara pemberian obat dengan spesifik. Bila
cara pemberian dinilai kurang tidak atau kurang cocok dengan kondisi klien, segera
lakukan klarifikasi dengan tim medis atau pemberi instruksi tersebut. Untuk
memastikan obat diberikan melalui cara yang sesuai, perawat harus mengetahui cara
pemberian obat yang biasa digunakan dan cara pemberian obat yang aman bila harus
sesuai dengan instruksi yang diberikan. Lakukan validasi ulang terhadap obat
sebelum melakukan pemberian obat.
6. Dokumentasikan pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di
rumah sakit adalah waktu, cara, dosis, dan area pemberian (intradermal, SC, atau
IM). Dokumentasi yang detail dibutuhkan bila ternyata perawat tidak memberikan
obat tersebut pada waktu seperti biasanya, harus tercantum alasan mengapa perawat
tidak memberikan obat dengan cara semestinya.

4. Alat dan Bahan


a. Jika pemberian obat dilakukan dengan cara injeksi.
1. Obat-obatan yang diperlukan (ampul atau vial)
2. Bengkok
3. Kapas aseptik
4. Bak spoit steril
5. Turnikel
6. Tempat untuk menampung kotoran
7. Perlak dan alasnya
8. Gunting
9. Plester
10. Baskom berisi larutan desinfektan untuk mencuci tangan
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

11. Handuk dan handscoen

5. Anatomi Target Tindakan


a. Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif aman,
praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien
yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa
tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/
usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur. Untuk tujuan
terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling
menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang
mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-
muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak
dapat dipakai.
b. Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya lebih
cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus
pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat di saluran
cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari (tidak lewat vena
porta)
c. Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma. Keuntungannya
yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari
efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Dalam inhalasi, obat
dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-
paru dan membran mukosa pada perjalanan pernafasan.
d. Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja obat
serta sifatnya lokal dan sistemik.
e. Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung ke pusat
sasar.
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

f. Parentral Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan de
dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan
langsung ke pembuluh darah.
g. Topikal/lokal
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.
h. Suntikan
Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta dibutuhkan kerja cepat.
Daerah-daerah untuk obat jenis ini adalah:
 Injeksi subkutan (SC), dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan
ikat longgar dibawah dermis. Yaitu: abdomen, paha atas, punggung bagian atas,
lengan atas sisi lateral, paha, dan sisi lateral. (450)
 Injeksi intramuscular, pada injeksi jenis ini memungkinkan absorpsi yang lenih
cepat daripada SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketka obat memasuki otot yang dalam. Dilakukan
pada otot vastus lateraris, otot ventroluteal, otot dorsogluteus, otot deltoid. (900)
 Injeksi intradermal, dilakukan untuk uji kulit. Tempatnya didalam dermis, atau
lengan bagian bawah, punggung bagian atas permukaan ventral lengan bawah,
klavikula pada dada, daerah skpula dan permukaan medial paha (150)
 Injeksi Intravena, dapat dilakukan di Vena perifer lebih mudah dicapai. Eg:
vena sefalika atau kubiti dari lengan; vena dorsalis. Pada bayi baru lahir: vena-
vena pada kaki, tungkai bawah, dan kepala dapat digunakan bila tempat-tempat di
atas telah digunakan.

6. Aspek Keamanan dan Keselamatan


Perawat harus bisa menjaga dirinya ketika memberikan obat injeksi, sering sekali
perawat tanpa sengaja menusuk dirinya dengan jarum suntik klien. Perawat beresiko
terajangkitnya sekurang-kurangnya 20 pathogen petensial. Maka dari itu perawat
harus melindungi diri dengan universal precaution.

7. Protokol atau Prosedur Tindakan


 Cara pemberian obat melalui IV, IM, Sub kutan, dan intra kutan
a. Pemberian obat melalui intravena (IV)
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

Menggunakkam jarum: No. 20 – 21 atau 1 – 1,5 inci, no. 24 atau 1 inci (bayi), no.
22 atau 1 inci (anak-anak) dan lubang yang lebih besar untuk obat yang kental,
darah penuh (whole blood) atau fraksi darah, volume besar atau infus cepat
1. Pastikan adanya order pengobatan
2. Peralatan disiapkan
3. Yakinkan bahwa pasien benar, memberikan HE (healt education) dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi
yang enak.
4. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
5. Lakukan skin test jika ada alergi terhadap pasien maka batalkan pemberian obat
tetapi, jika tidak ada alergi maka bisa dilanjutkan
6. Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk
7. Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, atur lengan lurus dan pasang
turnikel sampai vena benar-benar dapat dilihat dan diraba kemudian desinfeksi
dengan menggunakan kapas alkohol
8. Siapkan spoit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat udara,
maka udara harus dikeluarkan
9. Pelan tusukkan jarum kedalam vena dangan posisi jarum sejajar dengan vena
dan lubang jarum menghadap keatas. Untuk mencegah vena tidak bergeser
tangan yang tidak memegang spoit dapat digunakan untuk menaan vena sampai
jarum masuk vena
10. Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spoit. Bila terisap darah
berarti sudah didalam vena, jika tidak terisap/keluar darah berarti belum
didalam vena. Bila sudah didalam vena maka lepaskan turnikel dan masukkan
obat perlahan-lahan sampai habis.
11. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang ditempat pembuangan
sesuai prosedur.
12. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
13. Observasi keadaan pasien dan catat semua tindakan anda kemudian tanda
tangan (nama terang)

b. Pemberian obat melalui sub cutan (SC)


Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

Jarum: No.25 – 27 atau ½ - 5/8 inci, tabung suntik: 1 –3 ml. Biasanya disuntikkan
0,5 – 1,5 ml. Tabung suntik insulin yang memakai ukuran dalam unit hanya
dipakai untuk insulin.
1. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
2. Peralatan disiapkan
3. Masukkan obat dari vial atau ampul kedalam tabung spuit dengan cara yang
benar
4. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan atur dalam posisi
yang nyaman (jangan keliru pasien, bantu pasien pada posisi yang mana
lengan, kaki, atau yang digunakan injeksi dapat rileks)
5. Pilih area tubuh yang akan disuntik, kemudian Bersihkan kulit dengan
pengusapan antiseptika secara melimgkar dari dalam kedalam keluar
6. Siapkan spuit, lepaskan penutup secara tegak lurus sambil dan keluarkan udara
dari spuit
7. Pegang spoit dengan salah astu tangan antara jempol dan jari-jari pada area
injeksi
8. dengan telapak tangan menghadap kearah samping atau keatas untuk
kemiringan 45 derajat.
9. Gunakan tangan yang tidak memegang spoit untuk menghangkat dan
merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain
menusukkan jarum.
10. Lakukan aspirasi, bila muncul darah, maka segera cabut spoit untuk dibuang
dan diganti dangan apoit yang baru pula. Bila tidak muncul darah, maka pelan-
pelan dorong obat kedalam jaringan.
11. Cabut spoit lalu usap dan massage pada area injeksi. Bila tempat penusukan
mengeluarkan darah maka tekan area tusukan dengan kasa steril kering sampai
perdarahan berhenti.
12. Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan
13. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
14. Cuci tangan
15. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda
16. Kaji keefektifan obat.

c. Pemberian obat melalui intra cutan


Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

Jarum: No. 26-27. Tabung suntik: kalibrasi 1 ml dalam inkremen 0.01ml. Biasanya
disuntikkan 0.01 – 0,1 ml.
1. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
2. Peralatan disiapkan
3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Pilih area tubuh yang akan disuntik,misalnya lengan kanan dan lakukan
desinfeksi
5. dengan pengusapan antiseptika secara melimgkar dari dalam kedalam keluar
6. Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri anda dan tangan yang satunya
memegang spoit kearah klien
7. Tusukkan spoit dengan sudut 15 derajat pada epidermis kemudian teruskan
sampai dermis lalu dorong cairan obatnya. Obat ini akan menimbulkan tonjolan
dibawah permukaan kulit
8. Cabut spoit, usaplah pelan-pelan arwa penyuntikan dengan kapas antiseptik
tanpa memberikan massage(massage dapat menyebabkan oabt masuk
kejaringan atau keluar melalui lubang bekas tusukan)
9. Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan
10. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
11. Cuci tangan
12. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

d. Pemberian obat melalui intramuskuler (IM)


1. Pastikan adanya order pengobatan
2. Peralatan disiapkan
3. Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial. Periksa urutan
medikasi terhadap rute, dosis dan waktu pemberian
4. Yakinkan bahwa pasien benar, memberikan HE (healt education) dan beritahu
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi
yang enak.
5. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
6. Tentukan lokasi penyuntikan, pilih area yang bebas dari lesi, nyri tekan,
bengkak dan radang. Bersihkan kulit dengan pengusapan antiseptika secara
melimgkar dari dalam kedalam keluar
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

7. Siapkan spoit yang sudah berisi obat, buka penutup jarumnya dengan hati-hati,
dan keluarkan udara dalam spoit
8. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk membentangkan kulit pada
area yang akan ditusuk, pegang spoit antara jempol dan jari-jari kemudian
tusukkan jarum secara tegak lurus pada sudut 90 derajat.
9. Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak mengenai pembuluh
darah dengan cara menarik pengokang. Bila terisap darah, maka segera cabut
spuit, buamg dan ganti yang baru. Bila tidak terisap darah, maka perlahan-
lahan masukkan obat dengan cara mendorong pengokang spuit
10. Bila obat sudah masuk semua, maka akan segera cabut spuit dan dan lakukan
masage pada area penusukan
11. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang enak
12. Buang spuit pada tempat yang telah disediakan, bereskan peralatan
13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda

 Obat Jenis Suposutoria


a. Rektal
1. Supositoria cenderung menjadi lunak pada suhu kamar, simpan dalam lemari es
sebelum/ setelah digunakan.
2. Jelaskan prosedur pada klien dan jaga privacy klien.
3. Gunakan sarung tangan sewaktu memasukkan obat.
4. Minta klien mengatur posisi yang nyaman dan anjurkan klien untuk relaksasi
nafas dalam untuk melemaskan spinkter anus.
5. Bubuhkan sedikit pelumas yang larut dalam air di ujung supositoria yang telah
dibuka bungkusnya dan dengan perlahan masukkan supositoria melewati
sfingter anus.
6. Minta klien untuk tetap berada di tempatnya selama 20 menit setelah
dimasukkan.
7. Jika memberikan obat-obat seperti antipiretik dan bronkodilator, ingatkan klien
untuk menahan obat dan angan mengeluarkannya.
8. Jika merupakan indikasi, ajar klien untuk memakaki
9. supositoria sendiri dan perhatikan demostrasi ulang
10. untuk efektifitasnya.
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

b. Vaginal
Prinsipnya mirip dengan supositoria rektal. Umumnya obat dimasukkan ke dalam
vagina dengan aplikator.

 Selang Nasogatrik dan gastronomi


a. Selang nasogastrik dan gastrostomi
1. Periksa penempatan selang apakah pada tempatnya.
2. Tuang obat ke dalam tabung suntik tanpa pendorong, lepaskan klem, dan
biarkan obat mengalir masuk sebagaimana mestinya.
3. Bilas selang dengan 50 ml air (lihat pada aturan yang tersedia untuk jumlah
yang tepat).
4. Klem tabung dan angkat jarum suntik.

b. Aerosol (Inhalasi)
1. Nebulizer dan alat ukuran dosis yang dapat dipegang oleh tangan.
2. Lebih baik klien dalam posisi semi fowler atau fowler tinggi.
3. Ajarkan klien untuk menggunakan alat dengan benar.

8. Hal-Hal yang Harus Diperhartikan


Kebersihan alat yang digunakan dan aspek keamanan klien serta perawat

9. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat


1. Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatn
maka
2. perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan
3. kesehatan pada klien dan keluarganya.
4. Pada saat klien telah diberikan informasi tentang mamfaat / fungsi dari pemberian
obat
5. yang dilakukan,maka perawat segera membuat urat persetujuan tindakan medik
6. (informedcontent) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.
7. Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya,
sebagai
8. pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak R.S
9. Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat
Laporan Pendahuluan Pemberian Medikasi

10. Catat kapan pemberian obat dan obat oapa yang telah diberikan serta Catat
perubahan
11. yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut.
12. Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat
13. Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan
14. Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan

Daftar Pustaka
Anonymous. Cara Pemberian Obat. Style Sheet. www.scrib.com . (diunduh pada tanggal 7
April 2011, pukul 13.00 WIB)

Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamentals of nursing: concept, process, and
practice. Ed. 4. (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC

Sanjoyo, R. (2009). Obat (Biomedik Farmakologi). www.scrib.com. (diunduh pada tanggal 7


April 2011, pada pukul 13.00 WIB)

Setyawati, P. Bentuk dan Rute Obat. Style Sheet. www.scrib.com. (diunduh pada tanggal 7
April 2011, pukul 12.30 WIB)

You might also like