You are on page 1of 131

 

BUDIDAYA KUBIS

PENDAHULUAN
Sampai saat ini, tingkat produksi tanaman kubis baik secara kuantitas maupun kualitas masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara
lain karena tanah sudah miskin unsur hara, pemupukan yang tidak berimbang, organisme pengganggu tanaman, cuaca dan iklim.
Untuk itu, PT. Natural Nusantara sebagai perusahaan yang peduli terhadap permasalahan pertanian dan kelestarian lingkungan berupaya
membantu petani dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas serta memelihara kelestarian lingkungan (3 - K). Sehingga
petani mampu bersaing di era pasar bebas.

FASE PRA TANAM


1. Syarat tumbuh
@ Tanaman dapat ditanam sepanjang tahun
@ Tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 800 m d.pl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan temperatur udara 15o - 20o C.
@ Jenis tanah yang dikehendaki gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 - 6,5.

2. Pengelolaan Tanah dan Air


@ Bersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman untuk menekan serangan penyakit terbawa tanah seperti akar bengkak, busuk lunak, rebah semai,
dll. dengan cara dicabut dan dikumpulkan lalu dibakar atau bisa dijadikan kompos
@ Jangan menanam tanaman kubis-kubisan secara terus menerus dan lakukan pergiliran tanaman
@ Gunakan pupuk organik (SUPER NASA), khususnya di musim kemarau untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air

3. Persiapan Lahan
@ Lahan dicangkul dan dibajak sedalam 20-30 cm
@ Berikan Dolomit atau CAPTAN kira-kira 2 ton/ha jika pH < 5,5 dengan cara tanah dan kapur diaduk rata dan dibiarkan 2 minggu
@ Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol/1000 m² dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc
larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 - 10 meter bedengan.
@ Jika tersedia pupuk kandang dapat diberikan kira-kira 0,25 - 0,5 kg per lubang tanam

FASE PERSEMAIAN
@ Media persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang (kompos) halus dengan perbandingan 1:1 dan ditambah 100 gr (1
sachet) Natural GLIO untuk 25 kg pupuk kandang
@ Benih direndam dalam air hangat + POC NASA dosis 2 cc/lt air selama 0,5 - 1 jam lalu diangin-anginkan
@ Sebarkan benih secara merata dan teratur lalu ditutup daun pisang selama 3-4 hari
@ Semprotkan POC NASA seminggu sekali dengan dosis 3 tutup/tangki
@ Lakukan penyiraman setiap hari dengan gembor
@ Persemaian dibuka setiap pagi sampai jam 10.00 dan sore mulai pukul 15.00
@ Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung berbulu (Peronospora parasitica) atau ulat daun pada daun pertama, dipetik dan
dibuang daun yang terserang

FASE TANAM

1. Jarak tanam
Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm

2. Bibit
Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam

3. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan
tanah.

4. Cara tanam
@ Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
@ Pilih bibit yang segar dan sehat
@ Tanam bibit pada lubang tanam
@ Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
@ Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
@ Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran)
@ Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
@ Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum
kubis
FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI )

@ Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari


@ Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl
@ Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah HORMONIK 1-2 tutup/tangki dilakukan setiap 1 minggu sekali.
@ Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu
@ Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal
@ Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop
kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.)
@ Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal
musim kemarau
@ Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
@ Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru
yang sehat, tambahkan Natural GLIO pada lubang tanam.

FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI )


@ Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen
@ Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop
kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret
@ Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)

PANEN DAN PASCA PANEN

@ Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari


@ Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop
bagian dalam sudah padat.
@ Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
@ Jangan sampai terjadi memar atau luka
@ Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
@ Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

PT. Natural Nusantara mengeluarkan petunjuk teknis budidaya dari awal sampai panen (Pertanian, Peternakan
& Perikanan)
BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.)

PENDAHULUAN
Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara
mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka
keuntungan akan menurun.
PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produktivitas melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan
( Aspek K-3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu
optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus menerus akan merugikan tanaman
melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam


Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan
kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.
Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Pembuatan Media Semai
- Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya
didiamkan + 1 minggu di tempat yang teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
- Campurkan tanah halus (diayak) 2 bagian/2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian/1
ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandan

3.1.2. Teknik Penyemaian dan pemeliharaan Bibit


- Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai
dalam polybag, sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditu

- Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter. Penyiraman
dilakukan dengan hati-hati secara rutin setiap pagi.
- Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat dipindahtanamkan dengan cara kantong
plastik polibag dibuka hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedengan

3.2. Pengolahan Media Tanam


3.2.1. Pembukaan Lahan
Sebelum dibajak digenangi air lebih dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm.
Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.

3.2.2. Pembentukan Bedengan


Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan
pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar

- pupuk kandang = 4-5 ton/ha


- pupuk Urea = 12 gr/pohon
- pupuk SP-36 = 20 gr/pohon
- Pupuk KCl = 8 gr/pohon
- POC NASA = 30-60 ttp/1000 m2 + air secukupnya dan siramkan

Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas
bedengan dengan dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO


Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural GLIO yang sudah disiapkan sebelum
persemaian. Dosis 1-2 kemasan per 1000 m2
3.2.6. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan
tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam
Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat atau
segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman


Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


3.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya penyulaman
dilakukan sore hari.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar.

3.4.3. Perempelan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.

3.4.4. Pemupukan

dosis pupuk makro (gr/pohon) :


umur 10 hari : Urea = 12, SP-36 = 12, KCl = 10
umur 20 hari : Urea = 12, SP-36 = 12, KCl = 10
umur 30 hari : Urea = 12, SP-36 = 8, KCl = 12
umur 40 hari : Urea = 12, SP-36 = 8, KCl = 20

Dosis POC NASA (mulai umur 1-6 atau 7 minggu) :


ALternatif I : 6-7 kali (interval 1 minggu sekali) dosis 4 ttp botol/tangki
Alternatif II : 4 kali (interval 2 minggu) dosis 6 ttp botol/tangki

3.4.5. Penggunaan Hormonik


Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan
HORMONIK mulai usia 3-11 minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman
Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman
membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain


a. Pemasangan Ajir
Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi ajir + 150 - 200 cm. Ajir terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu
menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh
bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan
ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat
rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah
dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas
adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas dengan menyisakan
2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover )
Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan
yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat
cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural
BVR.
b. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat
kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman
keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa
hama thrips. Pengendalian: menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.
3.5.2. Penyakit
a. Layu Bakteri
Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora
femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya
mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan
mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian: penggunaan Natural GLIO sebelum
tanam.
b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar
lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1) penggunaan
mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena
penyiangan; (2) daun yang terserang dibersihkan. (3) gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai pencegahan.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus
dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2. Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar
3. Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen


a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
b. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya agar tangkai buah utuh.
c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
d. Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga
jual.

3.6.3. Penyimpanan
Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat
penyimpanan harus bersih, kering dan bebas dari hama (kecoa, tikus dll). Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah
yang setengah masak (mengkal). Buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan
BUDIDAYA SEMANGKA
(Citrullus vulgaris)

I. PENDAHULUAN
Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras,
miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta
teknis budidaya petani.
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara
Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C.
Semangka cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.

2.2. Media Tanam


Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada
jenis tanah geluh berpasir. Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyiapan Media Semai
Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu
di tempat teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1
bagian atau 1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam
pupuk kandang (1-3 kg) . Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih


Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA
(direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk
disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.

3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit


Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag
sedalam 1-1,5 cm.
Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu
ujung/pinggirnya terbuka.
Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada
umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

3.2. Pengolahan Media Tanam


3.2.1. Pembukaan Lahan
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu.

3.2.2. Pembentukan Bedengan


Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6
dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar


a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam.
b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).
c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas bedengan dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus
jika POC NASA digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Lain-lain
Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya
tanaman liar. Di atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman
Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang
sekitar 90-100 cm.
3.3.2. Waktu Penanaman
Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


3.4.1. Penyulaman
Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang
tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2
helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan buah.

3.4.3. Perempelan
Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang
berkembang.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman


Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.

3.4.5. Pemupukan

Waktu Dosis pupuk makro (kg/ha)


ZA TSP KCl
Susulan I (3 hari) 40 - 40
Susulan II Daun 4-6 helai 120 85 80
Susulan III Batang 45-55 cm 170 - 30
Susulan IV Tanaman bunga 130 - 30
Susulan V Buah masih pentil 80 - 30

POC NASA ( per ha ) POC NASA disemprotkan ke


Mulai umur 1 minggu tanaman.
sampai 6 atau 7 minggu

POC NASA disemprotkan ke tanaman


alternatif 1 : 6-7 kali (interval 1 minggu sekali) dosis 4 tutup botol/tangki
alternatif 2 : 4 kali (interval 2 miinggu sekali) dosis 6 tutup botol/tangki

3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK


Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC
NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval 7 hari sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain


Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan
calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat
ketidakmerataan terkena sinar matahari.

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1 Hama
a. Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara
dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural BVR atau Pestona.

b. Ulat Perusak Daun


Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, gejala : daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari
jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura atau Pestona.

c. Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring
sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau Pestona.

d. Ulat Tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun,
terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak pada daerah yang
berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan penyemprotan
Natural Vitura/Virexi atau Pestona.

e. Lalat Buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan :
terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian :
membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat buah dan semprot Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman
yang tadinya lebat dan subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru
yang belum ditanami, (2) pemberian Natural GLIO sebelum atau pada saat tanam.

b. Bercak Daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan
selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: seperti
pada penyakit layu fusarium.

c. Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya
daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: seperti
pengendalian penyakit layu fusarium.

d. Busuk Semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian:
pemberian Natural GLIO sebelum penyemaian di media semai.

e. Busuk Buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan
cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari
tidak berawan/hujan.

f. Karat Daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung
berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia. Agar
penyemprotan pestisida kimia dapat merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis + 5
ml ( 1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
3.6.1.Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka
buah tersebut bisa dipetik (dipanen).

3.6.2.Cara Panen
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama
dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya
BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH

A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko),
diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara
kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan
·Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
·Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
·Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
·Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
·Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
- Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk.
Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
- NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
·Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke
bedengan.
·Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

2. Benih
·Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
·Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)


1. Persiapan Persemaian
·Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
·Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum
dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag
bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.
2. Penyemaian
·Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
·Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
·Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit


a. Penyakit
·Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp.
Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan
penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
·Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora
parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
·Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman
berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a
·Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR
atau PESTONA.
·Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna
keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan
keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
·Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah
sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan
mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM
1. Pemilihan Bibit
· Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
·Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)
2. Cara Tanam
·Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
·Plastik polibag dilepas
·Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
· Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong
batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu
dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
· Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),
Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak
segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan
kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur
dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA,
VIREXI atau PESTONA.
· Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan
buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)


1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro
Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250
cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter
air, dengan dosis 500 cc/lubang.
Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :

Jenis Pupuk 1 - 4 minggu 5 - 12 minggu


( kg ) ( kg )

Urea 7 56
SP-36 7 28
KCl 7 28

Catatan :
- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC
NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
5. Pengamatan Hama dan Penyakit
· Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
· Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
· Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-
tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO

· Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala
serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau
berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar
sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.
· Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah
sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah.
Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan
perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha
· Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah
yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar
penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah
dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah
tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN


1. Pemanenan
· Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
· Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara
budidayanya
· Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph
2. Cara panen :
· Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
· Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
· Penyortiran dilakukan sejak di lahan
· Simpan ditempat yang teduh
3. Pengamatan Hama & Penyakit
· Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak
BUDIDAYA BAWANG MERAH

Budidaya bawang merah (Allium cepa) dihadapkan pada kendala serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang
menyebabkan produksi menurun. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi bawang merah secara kuantitas,
kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau
Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C
2. Pengolahan Tanah
Sebarkan pupuk kandang dosis 0,5-1 ton/1000 m2
Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan
2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1
minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
3. Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 merata diatas bedengan, aduk rata dengan tanah.
Jika dipakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi
untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 - 7 hari
4. Pemilihan Bibit
Ukuran umbi bibit 3-4 gram/umbi, telah disimpan 2-3 bulan, umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya), bentuk umbi kompak
(tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM
1. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm, varietas Tiron

2. Cara Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )
Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu
buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )


1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua ), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok,
maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.
Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Pada bawang lebih sering terserang ulat
grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher, kendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah. Berwarna coklat-hitam. Bagian pucuk /titik tumbuh dan tangkai rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulkan ulat pada
senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Layu Fusarium. Daun bawang menguning, tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau
dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.
2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang
kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang.

Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang. Tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang
merah selalu tertutup tanah. Bedengan yang rusak dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar
saluran (melem).
3. Pemupukan Susulan
Dosis pemupukan tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya
kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan
ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan makro 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur merata ketiga jenis pupuk, taburkan di sekitar rumpun atau garitan tanaman dan jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak
terbakar.
Jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4. Pengairan
Penyiraman dua kali, pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk
mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )


1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. exigua (lihat diatas)
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun
bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban
diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Kendalikan dengan BVR
atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Terdapat bintik
lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun, tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi
sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika hujan rintik-rintik segera
lakukan penyiraman. Preventif taburkan GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis, penyebab jamur Colletotricum gloesporiodes. Terbentuk bercak putih pada daun dan lekukan,
menyebabkan patahnya daun secara serentak (otomatis). Tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan. Preventif kendalikan dengan GLIO
Penyakit oleh virus.
Pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah, terkulai serta anakannya sedikit. Pergunakan bibit bebas virus dan
pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
Busuk umbi oleh bakteri.
Umbi jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase). Preventif taburkan
GLIO

Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan). Pestisida
Kimia sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua umur 30-35 HST, didangir, dibumbun dan bedengan yang rusak diperbaiki.
Semprotkan POC NASA, dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35
penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (campurkan dengan NASA).
Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )


Pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif. Perlu diperhatikan pengairannya. Butuh air cukup dimusim kemarau, perlu dilakukan
penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )


Fase ini tidak begitu banyak air. Penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN


1. Panen
60-90 % daun telah rebah, dataran rendah panen pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.
Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan ( dipocong)
2. Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu ( gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya
mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan
sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 80 - 85 %
baru disimpan di gudang.
Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-
80%, sanitasi gudang.
TEKNIS BUDIDAYA MENTIMUN (Cucucmis sativus L.)

I. PENDAHULUAN
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara
berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari,
temperatur (21,1 - 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl.
2.2. Media Tanam
Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
A. Siapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan
masukkan polybag.
c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm.
e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.

3.2. Pengolahan Media Tanam


a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6 : 1-2 ton/ha)
c. Tanah dibajak/dicangkul 30-35cm sambil membalikkan tanah dan biarkan 2 minggu.
d. Olah kembali tanah sambil membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm.
e. Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap lubang tanam 40 x 40 x 40 cm.
f. Berikan pupuk NPK 100 kg/ha (1/3 dari dosis keseluruhan).
g. Siramkan POP SUPERNASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol/1000 m² dengan cara :
- Alternatif 1 : 1 botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc
larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan POP SUPERNASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
h. Pasang mulsa. Dan 1 minggu kemudian buat lubang tanam.
i. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dengan pukan pada setiap lubang tanam (1 kemasan + 25-50 kg pukan matang
untuk 1000 m2).

3.3. Penanaman
@ Siram bibit dalam polibag dengan air
@ Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
@ Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


@ Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
@ Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
@ Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
@ Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
@ Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit.
Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:
Waktu TSP (kg) Urea (kg) KCl (kg) Pukan
Pupuk Dasar 150 150 150 20.000
3-5 hst 100 150 100
10 hst 250 300 100
Setelah berbunga - 250 250
Setelah Panen 1 - 100 100
POC NASA+Hormonik diberikan mulai umur 2-10 minggu (disemprotkan ke daun)
@ Alternatif 1 : 8 kali ( interval 1 minggu sekali ) dengan dosis 3 - 4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik per-tangki
@ Alternatif 2 : 4 kali ( interval 2 minggu sekali ) dengan dosis 6 - 8 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik per-tangki

Catatan : Dosis pupuk bervariasi sesuai kondisi dan jenis tanah.

3.6. Hama dan Penyakit


3.6.1. Hama
a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada
serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.
b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.
c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal
dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)


Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman
sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

3.6.2. Penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan
berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )


Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun
dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
sebelum tanam.

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-
sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk
massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut


Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut;
pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus
Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV);
Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda,
daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau
PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang
mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah
Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia
carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah
dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3)
Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan
berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih
dengan suhu antara 5 - 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

3.7. Panen
3.7.1. Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari
setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.
3.7.2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
3.7.3.Periode Panen
Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara
lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca
dan iklim, serta teknis budidaya petani
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara
Kelestarian lingkungan (Aspek K-3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. FASE PRA TANAM


1. Syarat Tumbuh
- Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan
pH antara 5 - 6
- Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian.
- Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi
lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berba

2. Pola Tanam
Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-kacangan
dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau Tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad
pengganggu

3. Penyiapan Lahan
- Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang .
untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu
- Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam
- Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal
- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air.
- Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan dengan tanah
- Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.
- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika
diganti SUPER NASA (dosis ± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi
1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan
- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari
jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari
- Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam
- Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm

4. Pemilihan Bibit
Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd )
- Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan
untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab)

B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)


- Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1)
Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun pisang atau kelapa
Sebarlah benih secara merata atau Masukkan satu per satu dalam polibag
- Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang
berisi campuran media tanam
Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)
- Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2 tutup/tangki.

C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )


bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu
- Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6
Penanaman sore hari
Buka polibag plastik
Benamkan Bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya
- Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air
- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal
dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam
Pengairan dilakukan tiap hari sampai Tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena Tanaman bisa tumbuh
memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang Penyakit
Amati Hama seperti Ulat tanah dan Ulat grayak. jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA
- Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur
gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci (
- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat

D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)


- Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti
pengguludan tanaman
- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2
gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan

- Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang
tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.
- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang
dibuat makin jauh ( ± 7 cm).
jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan
Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
Amati Hama dan Penyakit seperti Ulat, Kutu-kutuan, Penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam
- Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali.
- Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi
agar batang tomat berdiri tegak.
- Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan
luka.

E. FASE GENERATIF (30 - 80 HST)


1. Pengelolaan Tanaman
- Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari
- Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga
tinggal 1-3 cabang utama / tanaman
- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu
digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunt

- Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah
- Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup HORMONIK/tangki.
Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

2. Pengamatan Hama dan Penyakit


- Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan
pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA
- Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna
putih. Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah

- Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes).
Jika ada serangan semprot dengan Natural GLIO
- Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan

- Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

F. FASE PANEN & PASCA PANEN (80 - 130 HST)


- Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua
mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran

- Interval pemetikan 2-3 hari sekali.


supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah Tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang
Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting
Waspadai Penyakit busuk buah antraknose, kumpulkan dan musnahkan
buah Tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi
BUDIDAYA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

I. PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah
yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor
hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian
lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan
meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam


a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat


Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih


Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai
Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam


3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan
akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi
hama dan penyakit.
3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.
3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha
selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural
GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar
matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.
3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah
bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc)
diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.
Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi
untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.
Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam
40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.
3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2
cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman


Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim
hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman


3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah
tanam).
3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.
3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC
NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan
HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena
dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman


Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-
lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.
3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan
bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik,
penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke
tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran
tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan
menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong
tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian:
Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun
kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan,
semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona
atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat
dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai
menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun
gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan
Natural GLIO pada awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri
kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.
BUDIDAYA KENTANG ( Solanum tuberosum L. )

PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL
NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan
(Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara
1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam


Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-
7,0.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran
sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan
tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam
dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam


Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2
jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-
2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Pemupukan Dasar
a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).
b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan
lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk
tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
c. Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman


Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr).
Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).

3.4. Pemeliharaan Tanaman


3.4.1. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga


Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi
perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan


a. Pupuk Makro
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha.
SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.
c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum
200 liter air).
3.4.5. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20
menit).

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan
Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.
Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar
daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.
Orong-Orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian: Pengocoran Pestona.
Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.
Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya
berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati.
Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah
menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.
Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada
dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran
tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam
Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang
penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada
saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil
tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan
keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam
Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX)
menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)
menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun
menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus
persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan
pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit,
mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat
dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna
kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara
berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-
7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya
dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih +
20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah,
kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m
dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang
drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan
tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang
untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Pemupukan
Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk
tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur
seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain
untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam
waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen
disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun
larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran
seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen < 80 hari, jarak
tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah
kering, perlu diairi dahulu.

E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman
secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah
maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup
akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu.
Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit


1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning
kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman
serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot
dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang
masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan
bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta
keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi
bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna
dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas
tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan
dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian
berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna
coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda
berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan
memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot
dengan GLIO
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya
cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini
menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar;
(3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian
berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,
perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen


1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter
tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen
jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga
cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll).
Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI

PENDAHULUAN
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena
produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. PT. Natural Nusantara berusaha membantu dalam peningkatan
produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400
mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.

PENGOLAHAN TANAH
@ Tanah dibajak, digaru dan diratakan
@ Sisa-sisa gulma dibenamkan
@ Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m
@ Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami
@ Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA
diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara
peng

- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc
larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

PENANAMAN
@ Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah
ditanami kedelai
@ Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm
@ Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang
@ Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan
@ Waktu tanam yang baik akhir musim hujan

PENJARANGAN & PENYULAMAN


Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika
dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.

PENYIANGAN
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.

PEMBUBUNAN
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi
tempat penyakit yang berbahaya.

PEMUPUKAN
Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :

Dosis penggunaan pupuk makro (per ha)

Waktu Urea (kg) SP-36 (kg) KCl (kg)


2 Minggu Setelah Tanam 50 40 20
6 Minggu Setelah Tanam 30 20 40
Total 80 kg 60 kg 60 kg

POC NASA diberikan 2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4 - 8 tutup POC NASA/tangki).

Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10 - 20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA
ditambahkan HORMONIK (3 - 4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan
penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan, akan lebih aman jika disiramkan.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN


Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian
polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga
dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-
kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4)
semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.

2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)


Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong
muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)


Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk
hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.

4. Kepik polong (Riptortis lincearis)


Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)


Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih
ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA.
Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

6. Kepik hijau (Nezara viridula)


Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa
antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

7. Ulat grayak (Spodoptera litura)


Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara
sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.

8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)


Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan
pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)


Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi
sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal

10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )


Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi
kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan
Natural GLIO

11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)


Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan
Natural GLIO + gula pasir

12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)


Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan;
(2) Tebarkan Natural GLIO di awal

PANEN DAN PASCA PANEN


@ Lakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai
berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak

@ Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 - 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 - 110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
@ Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.
@ Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
TEKNIS BUDIDAYA PADI ( Oriza Sativa )

PENDAHULUAN
Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan
nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).

SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa
naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm
dan pH tanah 4 - 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2.
Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan

B.Perendaman Benih
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang
dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah
serentak.

C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan
POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.

D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam,
tidak terserang hama dan penyakit.

F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan
disebarkan merata ke lahan sesuai dosis. Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan
( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama
dan penyakit
Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.

G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN


Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.

H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.

I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan
hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan
dan mempercepat pemasakan biji.

J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


· Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2)
menggunakan BVR atau Pestona.
· Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: BVR atau Pestona.
· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan
Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering,
sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak,
menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami
seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
· Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti
jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA
· Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas
isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau
PESTONA
· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis)
dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan
mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman
bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi
sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
· Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat
ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti
ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
· Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
· Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap
berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC
NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
· Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai
dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam
varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2)
pemberian GLIO di awal tanam
· Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan
· Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
·Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang
daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit
seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO
· Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek,
sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan,
usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
· Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan
tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.
Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan
BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN


·Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
· Alat yang digunakan ketam atau sabit
· Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
· Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
· Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
· Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
· Beras siap dikonsumsi

ANALISIS EKONOMIS PER 1000 M2


A. Produksi 1 Ton
Benih 3 kg x Rp. 3.000 Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, ZA, KCl, Dolomit Rp. 125.800,-
SUPER NASA 3 botol x Rp. 73.000,- Rp. 219.000,-
PESTISIDA ALAMI ( Pestona + BVR ) Rp. 95.000,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-
TOTAL BIAYA Rp. 688.800,-
HASIL PRODUKSI 1.000 kg x Rp. 1.200 = Rp. 1.200.000,-
KEUNTUNGAN = Rp. 1.200.000 - Rp. 688.800= Rp. 511.200,-

B. Produksi 0,8 Ton


Benih 3 kg x Rp. 3.000 Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, KCl) Rp. 88.500,-
SUPER NASA 1 botol Rp. 73.000,-
POC NASA 2 botol Rp. 41.000,-
PESTISIDA ALAMI (PESTONA + BVR) Rp. 95.000,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-

TOTAL BIAYA Rp. 546.500,-


HASIL PRODUKSI 800 kg x Rp. 1.200 = Rp. 960.000,-
KEUNTUNGAN = Rp. 9620.000 - Rp. 546.500 Rp. 413.500,-

C. Produksi 0,6 Ton


Benih 3 kg x Rp. 3.000 Rp. 9.000,-
Pupuk Makro ( Urea, TSP, KCl) Rp. 67.250,-
POC NASA 2 botol Rp. 41.000,-
HORMONIK 1 botol Rp. 19.500,-
PESTISIDA ALAMI (PESTONA + BVR) Rp. 78.700,-
Tenaga Olah Tanah 4 HOK x Rp. 15.000,- Rp. 60.000,-
Tanam 6 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 30.000,-
Gulma (Matun) 5 HOK x Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
Panen 10 HOK x Rp. 7.500,- Rp. 75.000,-
Lain-lain Rp. 50.000,-

TOTAL BIAYA Rp. 455.450,-


HASIL PRODUKSI 600 kg x Rp. 1.200 Rp. 720.000,-
KEUNTUNGAN = Rp.720.000 - Rp. 455.450 =Rp. 264.550,-
Keuntungan bervariasi tergantung : harga pupuk makro dan tenaga kerja setempat, serangan hama penyakit, teknis budidaya, dan harga jual
gabah setempat.
BUDIDAYA KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan
kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan
produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat
yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

2.2. Media Tanam


Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum
cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan
muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2
cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun
4-5 helai bibit dipindahtanamkan.
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum
bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak
90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan


Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal,
berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Minggu ke - 2 & 3 (2 gr); minggu ke - 4 & 5 (4gr); minggu ke -6 & 8 ( 6 gr); minggu ke -10 & 12 ( 8 gr) (aplikasi pupuk makro)

Minggu ke - 14, 15, 16 & 20 ( 8 gr); minggu ke - 22, 24, 26, & 28 (12 gr); minggu ke -30, 32, 34, & 36 ( 17 gr); minggu ke - 38 & 40 (20
gr) (aplikasi pupuk makro)

Minggu ke - 19 & 21 (4 gr); minggu ke -23 & 25 (6 gr); minggu ke -27, 29 & 31 (8gr) (aplikasi kieserite)

Mulai minggu ke - 1 - 40 (1 - 2 cc/lt air perbibit disiramkan 1 - 2 minggu sekali (aplikasi POC NASA)

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER
NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk
penyiraman setiap bibit.

3.2. Teknik Penanaman


3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit
sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah
dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah
persiapan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam


Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari
tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman


Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik
polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang
selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan
dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.
Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman


3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
3.3.2. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan
Anjuran pemupukan sebagai berikut :
Pupuk Makro

Bulan ke-6,12,18,24,30 & 36 225 kg/ha (pupuk Urea)


Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst 1000 kg/ha (pupuk Urea)
Bulan ke-6,12,18,24,30 & 36 115 kg/ha (pupuk TSP)
Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst 750 kg/ha (pupuk TSP)
Bulan ke-6,12,18,24,30 & 36 200 kg/ha (pupuk MOP/KCl)
Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst 1200 kg/ha (pupuk MOP/KCl)
Bulan ke-6,12,18,24,30 & 36 75 kg/ha (Kieserite)
Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst 600 kg/ha (Kieserite)
Bulan ke-6,12,18,24,30 & 36 20 kg/ha (Borax)
Bulan ke-42, 48, 54, 60, dst 40 kg/ha (Borax)

NB.Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).
POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :

2-3 tutup/diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4-5 bulan sekali (usia 0-36 bulan)
3-4 tutup diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3-4 bulan sekali (usia > 36 bulan)

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara
lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun


Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:
a. Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga


Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan


Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari
jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di
laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif.
Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti
(minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit


3.4.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian:
Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian:
Penyemprotan dengan Pestona.
3.4.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa
layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau,
penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun,
daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak
awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan
kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata
AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen
3.5.1. Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.
BUDIDAYA KARET (Hevea brasiliensis) PT. NATURAL NUSANTARA

I. PENDAHULUAN
Tujuan utama pasaran karet Indonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi
persaingan ketat. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi, dengan tetap menjaga Kelestarian
lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


- Suhu udara 240C - 280C.
- Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
- Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
Kelembaban tinggi
kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
- Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
- Ketinggian lahan 200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Persemaian Perkecambahan
- Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
- Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
- Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.
- Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
- Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
- Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
- Jarak tanam benih 1-2 cm.
- Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian
bibit.

3.1.2. Persemaian Bibit


- Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
- Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
- Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk okulasi hijau.
Penyiraman dilakukan secara teratur
- Pemupukan :
PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
@ GT 1: 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon
@ LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon

POC NASA :
2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.3. Pembuatan Kebun Entres


cara Penanaman dan pemeliharaan seperti menanam Bibit okulasi.
Bibit yang digunakan dapat berbentuk Bibit stump atau Bibit polybag.
- Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
- Pemupukan :
PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
@ Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
@ Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon

POC NASA :
2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.4. Okulasi
Teknik Okulasi : (keduanya sama)
- Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.
Persiapkan mata okulasi
Pisahkan kayu dari kulit (perisai)
Masukkan perisai ke dalam jendela
- Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm
- Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika pesriasi digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil. Diulangi 1-2 minggu kemudian.
- Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi.
Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan Bibit polybag.

3.2. Pengolahan Media Tanam


a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak
tanam.
c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi
rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam


@ Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
@ Lubang tanam :
- okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
- okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm

3.3.3. Cara Penanaman


- Masukkan bibit dan plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.
- Buka kantong plastik, tebarkan NATURAL GLIO yang telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu dan segera timbun
dengan tanah galian
- Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara merata (1 tutup/lt air perpohon). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER
NASA. Caranya : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter

3.4. Pemeliharaan Tanaman


a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.
b. Pemupukan
lihat tabel...

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 300 tanaman. Cara
lihat Teknik Penanaman (Point 3.3.3.)

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
a. Kutu tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan
kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan
BVR atau Pestona
3.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara
lain :
a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur
Corticium salmonicolor),
b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit
Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:


Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
Bagian yang terserang segera dimusnahkan
Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
Pisau sadap steril
Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC
NASA 3-5 tutup/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata
AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.6. Panen
Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.
Pemakaian POC NASA, HORMONIK dan SUPERNASA secara teratur akan mempercepat waktu penyadapan pertama kali dan
memperlama usia produksi tanaman.
BUDIDAYA LADA (Piper ningrum L.) PT. NATURAL NUSANTARA

PENDAHULUAN
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu
meningkatkan produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim
Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
Suhu udara 200C - 34 0C.
Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.
Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2.2. Media Tanam


subur dan kaya bahan organik
tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
Terjamin kemurnian jenis bibitnya
Berasal dari pohon induk yang sehat
Bebas dari Hama dan Penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun.
- (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

3.2. Pengolahan Media Tanam


a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :


- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
- Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
- Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
- Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3.3. Teknik Penanaman


- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00
sore.
cara Penanaman: menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat)
menghadap keatas.
- Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO.
- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar : NPK 20 gram/tanaman
- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
- Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi
20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
- Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman


3.4.1. Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan
akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan


Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
3.4.4. Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

3.4.5. Pemupukan Susulan


Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 - 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :

(Umur dalam bulan; satuan dalam gr/pohon)


Umur 3-4 : Urea = 35, SP-36 = 15, KCl = 20
Umur 4-5 : Urea = 35, SP-36 = 20, KCl = 25
Umur 5-6 : Urea = 35, SP-36 = 25, KCl = 30
Umur 6-17 : Urea = 35, SP-36 = 30, KCl = 35

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman


Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

3.4.7. Pemberian Mulsa


Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

3.4.8. Penggunaan Tajar ( Ajir)


Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada
yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m..

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama
a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain
bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang;
penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3
mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya
sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau
nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus
hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan
PESTONA.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal
batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning).
Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin
berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada,
ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung
berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang,
pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata
AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning
atau merah).
3.6.2. Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
3.6.3. Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan
BUDIDAYA TANAMAN ANGGUR ( Vitis sp.)

PENDAHULUAN
Produksi anggur di Indonesia belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi anggur secara kuantitas, kualitas dan
kelestarian lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% - 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800
mm/tahun dan pH tanah 6-7. Tipe tanah : liat dan liat berpasir (alluvial dan grumosol).

PERSIAPAN LAHAN
1. Bersihkan lahan, cangkul/bajak sampai gembur.
2. Pengapuran pada tanah masam dosis 5 ton/ ha.
3. Buat saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi
4. Buat lubang tanam 60x60x50 cm / 75x75x70 cm, jarak tanam 3 x 3 m / 5 x 4 m, keringanginkan + 2-4 minggu, isikan tanah lapisan
bawah ke dasar lubang.
5. Campurkan tanah lapisan atas : pupuk kandang ( + 20-40) : pasir perbandingan 1:1:2 serta Natural GLIO + 5-10 gram/lubang dan
isikan ke lubang bagian atas.

PENYIAPAN BIBIT
Bibit siap tanam umur 1,5 - 2 bulan, perakarannya 5-10 cm, tumbuh sehat, bertunas dua. Kebutuhan bibit jarak tanam 3 x 3 cm sebanyak
890 batang/ha, jarak tanam 5 x 4 cm sebanyak 500 batang/ha. Sebulan sebelum tanam, bibit anggur terpilih diadaptasikan di sekitar lahan
PENANAMAN
Waktu tanam di akhir musim hujan (April-Juni). Siram bibit dng POC NASA (1-2 ttp/10 lt air) + 1 minggu sebelum tanam. Beri naungan
sementara. Semprot POC NASA 1-2 ttp/tangki/10 hari hingga usia + 3 bulan setelah tanam.

PENGAIRAN
Pengairan tanaman muda 1-2 kali sehari dan dewasa 3 hari sekali. Tiga minggu sebelum dipangkas, pengairan dihentikan dan 2-3 hari
setelah pemangkasan air diberikan kembali. Pengairan setelah pemupukan dan dihentikan menjelang pemetikan buah.
PENYIANGAN DAN PENDANGIRAN
Lahan dijaga kebersihannya dari gulma dan penggemburan tanah (Pendangiran) dilakukan sebulan sekali agar bidang oleh tetap bersih dan
gembur.

PEMUPUKAN
Pemupukan disebar dan dicampur merata tanah secara melingkar sejauh 25 cm dari batang lalu ditutup dan diairi atau dengan cara
pengocoran pupuk
Pemupukan berdasarkan umur tanaman, yaitu :
a. Tanaman Muda sampai umur 6 bulan (per pohon)

@ 10 hari - 3 bulan,interval 10 hari sekali = Urea 7,5 gr atau ZA 10 gr


tiap kali pemupukan
@ > 3 - 6 bulan,interval 15 hari sekali = Urea 15 gr atau ZA 20 gr
tiap kali pemupukan
@ Tiap 2-3 bulan sekali = SUPERNASA 0,5-1 sdm per 10 lt air per pohon
@ 2-4 minggu sekali = POC NASA 2-4 ttp/tangki

b. Tanaman Umur 6 bulan sampai 1 tahun (per pohon)

@ > 6 bulan = SUPERNASA 1-2 sdm + Urea 22,5 gr / ZA 30 gr


@ 9 bulan = SUPERNASA 1-2 sdm + Urea 33,75 gr / ZA 45 gr
@ 12 bulan = SUPERNASA 1-2 sdm + Urea 50 gr / ZA 45 gr
@ setiap 1 bulan sekali = POC NASA 3-4 ttp/tangki

Catatan:
- Pemberian SUPERNASA dikocorkan.
- Akan lebih optimal penyemprotan POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 tutup) per tangki .

Tanaman Produktif Berbuah (lebih dari 4 tahun)


Pemupukan 3 kali setahun (April, Agustus,Desember). Dosis tiap kali pemupukan 600 gr Urea + 300 gr TSP + 375 gr KCl + SUPER
NASA 1-2 sdm/10 lt/ pohon

PEMBUATAN RAMBATAN
Perlu pembuatan rambatan dengan model :
1. Model Para-para, tiang para-para dipasang sesuai jarak tanam anggur dengan ketinggian 2 - 3,5 m dan dipasang para-para berupa
anyaman kawat atau bilah bambu atau kayu, jarak mata anyaman + 40 cm.
2. Model Pagar/Kniffin, dibuat berbentuk pagar. Jarak antar tiang 3-5 m dan ketinggian 150-200 cm, hubungkan dengan kawat yang
dipasang mendatar sebanyak 2-3 jajar. Kawat pertama dibagian bawah letaknya 60 cm dari permukaan tanah, dan kawat diatasnya berjarak
70 cm.
3. Model perdu, berupa pohon atau kayu biasa, kemudian bagian atasnya dipasang tempat penyangga sepanjang 2 m dan lebar 2 m.
Pemasangan rambatan dilakukan sebelum tanaman dipangkas dan dibentuk.

PEMANGKASAN DAN PEMBENTUKAN POHON


Waktu pemangkasan yang tepat berumur 1 tahun.
Usahakan tiap pohon punya batang pokok, cabang primer , sekunder dan tersier.
Potong batang tanaman setinggi para-para, sehingga tumbuh tunas baru (cabang primer).
Dua minggu cabang yang tumbuh memanjang lebih kurang 1 meter segera dipangkas pada bagian ujungnya agar tumbuh tunas baru
(cabang sekunder).
Cabang sekunder yang panjang 1 meter dipangkas titik tumbuhnya agar tumbun tunas baru (cabang tersier).
Cabang tersier inilah yang menghasilkan buah.
Ciri cabang siap dipangkas, ujung tunasnya mudah dipatahkan, dan apabila dipangkas meneteskan air, cabang berwarna coklat.
Perhatikan ciri visual mata tunas yang dipangkas, mata tunas vegetatif bentuknya runcing dan generatif tumpul.
Cara pemangkasan anggur yaitu :
Pangkas pendek, sisakan 1-2 mata
Pangkas sedang, sisakan 3-6 mata
Pangkas panjang, sisakan 7 atau lebih mata

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH


Pangkas pembuahan dilakukan 2 tahap setahun yaitu bulan Maret - April dan Juli - Agustus dan dilakukan pada cabang-cabang tersier yang
telah berumur 1 tahun
Cabang-cabang yang tumbuh subur dipangkas dan sisakan 4-10 mata tunas, sedang cabang yang kurang subur sisakan 1-3 mata tunas
Cabang/ranting sisa pemangkasan dibentangkan dan diatur merata di seluruh permukaan para-para, lalu diikat ke kanan dan kiri dengan tali.
Semprot dengan HORMONIK dosis 1-2 tutup per tangki setelah dipangkas setiap 7-10 hari sekali
Pelihara 3 malai bunga tiap tunas dan potong tunas baru yang tumbuh di atas bunga sampai terbentuk bakal buah
Jarangkan buah pada dompolan 50% - 60 %, yaitu waktu ukuran buah sebesar biji asam dengan mengambil butir-butir buah yang letaknya
berhimpitan, bertangkai panjang, abnormal, rusak dengan gunting kecil yang steril.
Jika musim hujan, pasang atap plastik putih pada para-para dan bungkus buah dengan kantong plastik atau kertas semen

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT


Hama
Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae), mengisap cairan akar dan daun. Gejala : didaun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak
seperti kutil, akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit. Pengendalian: pangkas tanaman terserang dan bakar, semprot Natural BVR
atau PESTONA
Tungau Merah (Tetranychus sp.), bercak-bercak kuning pada daun dan berubah hitam, akibatnya kerdil dan buah berkurang. Pengendalian;
semprot Natural BVR atau PESTONA
Ulat kantong (Mahasena corbetti), memakan bagian atas permukaan daun, terjadi lubang-lubang kecil pada daun. Pengendalian ; Pangkas
dan potong tanaman terserang berat dan dibakar lalu semprot dengan PESTONA + POC NASA
Kumbang Daun (Apogonia destructor), memakan atau merusak daun, kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun.
Pengendalian : pasang lampu perangkap dan musnahkan, semprot PESTONA
Ulat grayak (Spodoptera sp.), menyerang daun hingga rusak dan berlubang. Pengendalian; Semprot dengan Natural VITURA
Ngengat buah anggur (Paralobesia viteana atau Grape Berry Moth), larva memakan bunga dan buah yang masih pentil dan tua sehingga
buah tidak normal. Pengendalian; Buang buah rontok dan bakar, semprot PESTONA paling lambat 14 hari sebelum panen
Hama lain seperti rayap, tikus, burung, tupai dan kelelawar. Pengendalian : sanitasi kebun, bungkus buah, menghalau hama dan pasang
perangkap
Penyakit
Tepung Palsu (Downy mildew), jamur Plasmopora viticola, menyerang batang muda, sulur, tangkai buah dan butir buah. Pengendalian;
kurangi kelembaban kebun (dipangkas), potong dan musnahkan tanaman terserang, pasang naungan, Natural GLIO+gula pasir.
Cendawan Tepung (Powder mildew), jamur Uncinula necator, menyerang semua stadium pertumbuhan. Daun menggulung ke atas dan
bentuk abnormal ditutupi tepung berwarna kelabu sampai agak gelap, batang sakit coklat. Pengendalian : semprot Natural GLIO+ gula
pasir.
Bercak Daun (Cercospora viticola dan Alternaria vitis), timbul bercak-bercak coklat dan bintik-bintik hitam sehingga tunas dan daun kering
dan rontok. Pengendalian; Sanitasi kebun, mengurangi kelembaban kebun, potong dan musnahkan daun terserang, semprot dengan Natural
GLIO
Karat Daun, jamur Physopella ampelopsidis, terdapat tepung berwarna jingga pada sisi bawah daun dan pada sisi atas daun ada bercak-
bercak hijau kekuningan dan seluruh permukaan tertutupi lapisan tepung sehingga daun kering dan rontok. Pengendalian : Pangkas daun
sakit dan semprot dengan Natural GLIO + gula pasir
Busuk Hitam (Black Rot), jamur Guignardia bidwelli, bercak-bercak kecil berwarna putih pada buah hampir matang dengan warna tepi
coklat, kemudian busuk buah mengendap dan mengeriput hitam seperti “mummi”. Pengendalian : Pangkas bagian sakit, kurangi
kelembaban, bungkus buah, Natural GLIO + gula pasir
Kudis (Scab), Jamur Elsinoe ampelina, menyerang semua bagian tanaman. Bercak kelabu dengan tepi coklat kemerahan, kemudian daging
buah mengeras dan berkudis. Pengendalian : Pangkas bagian yang sakit, sanitasi kebun, semprot Natural GLIO + gula pasir
Busuk Kapang Kelabu (Gray Mould Rot), jamur Botrytis cinerea, berkembang pada saat buah anggur menjelang masak. Buah berwarna
cokelat tua, keriput dan busuk. Pengendalian : Penanganan panen dan pasca panen yang baik, semprot Natural GLIO+gula pasir.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810
dosis + 5 ml (1/2 tutup) per tangki
PANEN
Panen setelah umur 1 tahun, dan buah berikutnya kontinyu 1-2 kali setahun tergantung pangkas buah.
BUDIDAYA TANAMAN GINSENG

SYARAT TUMBUH
Diutamakan di lahan terbuka. Tanah gembur, kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase baik.
Keasaman (pH) tanah 5,5 - 7,2.
Curah hujan 1000 - 2500 mm/th.
Suhu berkisar 20ºC - 33ºC.
Kelembaban 70% - 90%.
Ketinggian tempat berkisar 0 - 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH


Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan dalam karung terbuka selama 1-2
minggu.
Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu sebelum tanam.
Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan. Diamkan sekitar 1 minggu.
Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm. Diamkan sekitar
1 minggu.
Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm, kedalaman 50-60 cm.
Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan secukupnya.
Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata pada permukaan tanah.
Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk kandang, penggunaan POP
SUPERNASA, POC NASA dan HORMONIK dapat menggantikannya.
Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3 liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5 botol/ha jika pakai pupuk
kandang sesuai dosis anjuran atau 10 botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter,
diambil 200 - 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter air.
Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan bedengan, caranya pakai gembor 10 liter / ± 8 m panjang bedengan. Atau 200 - 300
cc/lubang tanam.
Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata di permukaan bedengan. Atau dalam setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN


Diutamakan pakai bibit dari setek batang.
Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi gejala serangan hama dan penyakit, umur tidak terlalu muda dan terlalu tua, segar dan
tidak layu, warna cerah/mengkilap.
Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat lembab selama 2 - 4 hari.
Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring ± 45º menggunakan pisau tajam dan bersih.
Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok makan Natural GLIO per
10 liter air.
Bibit dikeringanginkan ± 1-2 jam.
Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN
Penyiraman
Pemberian air tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Usia 0 - 21 hst (hari setelah tanam) disiram tiap hari secukupnya. Sejak usia
±100 hst penyiraman dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman
Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan:
Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50 liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2 minggu sekali hingga usia 100
hst.
Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu sekali hingga 100 hst, pakai 3 - 5 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK dalam
tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pendangiran dan pembumbunan


Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama pada usia 14 - 65 hst.

Perempelan I
Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama. Perempelan selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2 minggu sekali hingga usia
65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


4.1. Hama
4.1.1. Bekicot
Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai keberadaannya. Pengendalian dengan cara dikumpulkan dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat
Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung daun (Lamprosema sp.), dan ulat
jenis lainnya. Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan Insektisida kimia.
4.1.3. Uret/Lundi
Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati. Pada saat tanam bisa
ditaburkan insektisida granular di sekeliling tanaman

4.2. Penyakit

4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang


Penyebabnya jamur Phytium sp. atau Sclerotium sp. Biasanya di awal tanam ginseng mengalami pembusukan yang disebabkan oleh
kelembaban tanah yang berlebihan. Leher batang atau pangkal batang tampak berwarna kelabu atau kecoklatan, lunak kebasahan dan
melekuk ke dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian dengan cara pengaturan
drainase, kebun tidak becek dan tidak lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan Natural GLIO.

4.2.2. Penyakit Busuk Umbi


Penyebabnya jamur Phythopthora sp. Gejalanya daun yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama kelamaan menjalar hingga
menyebabkan kematian. Bila tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulat-
bulatan dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam, jaga kelembaban
tanah dan alternative terakhir dengan fungisida sistemik

4.2.3. Penyakit Layu


Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh jamur Fusarium. Mulanya tulang
daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan Natural GLIO
sebelum tanam dan celupkan stek sebelum tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN
Tanaman Ginseng dipanen umur 4 - 5 bulan tergantung pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula hijau berubah merah, daun
menguning dan mulai rontok, berbunga dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm).

Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering.

Umbi dipanen sekaligus dengan menggunakan garpu tanah untuk menggemburkan permukaan tanah.

Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman dipangkas dan dipisahkan dari batang serta daunnya. Pencabutan umbi harus dilakukan
hati-hati, jangan sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat teduh untuk
penyortiran.
BUDIDAYA TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN
Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui program peningkatan kualitas
sumberdaya petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama dan penyakit
terpadu, serta sistem budidaya lainnya yang semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan Kuantitas dan
Kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-
Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan
merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-
200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang
mengandung garam sekitar 10%.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
3.1.1. Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari
hingga lendirnya hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke
selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x
2 cm dan langsung disiram larutan POC NASA + 1-2 cc/lt air. Persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm
setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk
kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per
10-15 liter air.

3.1.2. Cara Vegetatif


Metode dengan cara penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah
(understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan,
tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen,
Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange. Setelah penyambungan tunas pucuk atau penempelan mata tempel, segera
disemprot menggunakan POC NASA (3-4 tutup/tangki ) + HORMONIK (1 tutup/tangki ).

3.1.2.1. Pengolahan Media Tanam


Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat
dilihat pada data berikut ini: (a) Keprok dan Siem jarak tanam 5 x 5 m; (b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m; (c) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6
x 7 m; (d) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m; (e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m; (f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.
Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas. Tanah berasal dari lapisan
atas dicampur dengan 1-2 kg pupuk kandang dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan.
Pengembangbiakan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya
didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).

3.1.2.2. Teknik Penanaman


Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal
musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: (a) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan; (b) Pengurangan akar; (c) Pengaturan
posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditanam, siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata dengan dosis ± 1 tutup POC NASA per liter air
setiap pohon. Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut:
1 (satu) botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi disiramkan setiap pohon.
Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitar bibit. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh
batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela
baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang
sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN


4.1. Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
4.2. Penyiangan
Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
4.3. Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan
jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
4.4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif. Dari tunas-tunas
awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap
cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit.
Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
4.5. Pemupukan Susulan
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dosis 1 botol untuk + 200 pohon. Cara lihat pada
Teknik Penanaman (Point 3.1.2.2.)
4.6. Penggunaan Hormonik
Hormonik dapat diberikan terutama setelah tanaman berumur 2 tahun, atau diberikan sejak awal lebih bagus. Caranya melalui penyiraman
atau penyemprotan bersama dengan POC NASA (3-5 tutup POC NASA ditambah 1 tutup Hormonik).
4.7.Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di
sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
4.8. Penjarangan Buah
Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan, bobot buah serta
kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di
dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah.
V. Hama dan Penyakit
5.1. Hama
a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan PESTONA
atau Natural BVR. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, buang bagian yang terserang.
b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan
PESTONA atau Natural BVR.
c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
Pengendalian: semprotkan dengan PESTONA. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
Pengendalian: semprotkan PESTONA atau Natural BVR.
e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi, disemprot PESTONA pada
buah berumur 2-5 minggu.
f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah
muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan PESTONA
g. Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam,
kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak
terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan PESTONA atau Natural BVR.
h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan PESTONA. atau
Natural BVR. Cegah datangnya semut sebagai vektor kutu.
i. Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian: gunakan Perangkap lalat Buah.

5.2. Penyakit
a. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas
CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau Natural BVR untuk mengendalikan
vektor.
b. Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik
perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi. Bekas
potongan diolesi POC NASA + Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun
dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit.
c. Embun tepung
Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
d. Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus
berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
e. Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung
padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal tanam
f. Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta daun di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar,
tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan
minimum 20 cm dari permukaan tanah. gunakan Natural GLIO pada awal tanam
g. Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga. Gejala: dua-empat minggu
sebelum panen buah gugur. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
h. Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan
sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang, kemudian
potong cabang yang terinfeksi.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

VI. Panen
Buah jeruk dipanen saat masak optimal berumur + 28-36 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Buah dipetik dengan menggunakan gunting
pangkas.
BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum, L. )

PENDAHULUAN
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal PT. Natural Nusantara
berusaha membantu meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( Aspek K-3 ).

SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur,
remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m
dpl.

PEMBIBITAN
Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.
Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput
Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk
setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag
Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.
Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih
sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.
Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.
Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM


Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu
Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat.
Lakukan pengapuran jika tanah masam
Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15 botol/ha
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.
Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan

PEMBUATAN LUBANG TANAM


Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak
60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam
dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50
cm.

CARA PENANAMAN
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

PENYIANGAN
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.

PEMUPUKAN
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas
Waktu pemupukan Dosis Pupuk Makro (kg/ha)
Urea / ZA SP-36 KCl
Saat tanam - 300 -
Umur 7 HST 300 - 150
Umur 28 HST 300 - 150
TOTAL 600 300 300

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki
setiap 1- 2 minggu sekali.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN


Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST =
5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.
PEMANGKASAN
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.
Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah.
Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan
musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan
akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid,
Natural BVR.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni
(Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan
berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural
GLIO.
b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan
meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar,
semprotkan Natural GLIO.
c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun
yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air
bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini
juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang
terserang.
e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti
diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu
(Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi
di cabut dan dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran.
Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml
( ½ tutup) pertangki

PANEN DAN PASCA PENEN


Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-
kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai
dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar
menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan
diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah.
Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman
dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:


a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.
TEKNIS BUDIDAYA NILAM ( Pogostemon sp. )

A. PENDAHULUAN
Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi
minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. PT Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi minyak
nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

B. EKOLOGI
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500
mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan
gembur kaya akan humus.

C. PEMBIBITAN
Stek diambil dari batang atau cabang yang sudah mengayu dari bagian tengah, berdiameter 0,8-1,0 cm, + 15-23 cm dan paling sedikit 3-5
mata tunas
Siapkan bedengan persemaian, ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjang tergantung kebutuhan, parit selebar 30-40 cm dan dalamnya +
50 cm
Tanah bedengan diolah sampai gembur dicampur pasir dengan perbandingan 2:1 dan selanjutnya diberi pupuk kandang matang yang telah
dicampur Natural GLIO (1 sachet Natural GLIO + 25-50 kg Pupuk Kandang)
Buat naungan menghadap ke timur dengan ketinggian 180 cm timur dan 120 cm barat, letakkan daun kelapa atau alang-alang di atas para-
para.
Stek ditanam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm dan jarak tanam 10 x 10 cm
Siram dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10 - 15 liter air.
Setelah umur 3-4 minggu bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan (2-4 hari) sebelum bibit dipindah semprot POC NASA (3-4
tutup/tangki).

D. PENGOLAHAN LAHAN
Lahan dibersihkan dari jenis rumput-rumputan, kayu-kayuan dan semak belukar.
Tanah dicangkul atau dibajak serta digaru
Buat parit-parit pembuangan air lebar 30-40 cm dan dalamnya 50 cm

E. JARAK TANAM
Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm
Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm
Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm

F. PENANAMAN
Secara tidak Langsung = Bibit stek dicabut dari persemaian umur 3-4 minggu, bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong supaya tidak
mudah terserang busuk akar. Setiap lubang tanam ditanami 1-2 bibit stek
Secara Langsung = Tanam stek secara langsung di lahan 2-3 stek per lubang tanam
Catatan : Akan lebih baik pada penanaman secara langsung, sebelum di tanam stek direndam dulu dalam POC NASA (1-2 tutup) +
HORMONIK ( 1 tutup ) per 5 -10 liter.

G. PEMUPUKAN
Pemupukan dengan cara melingkar di sekililing pangkal tanaman
Dosis pupuk makro yang digunakan + adalah :
( lihat tabel disamping )

Aplikasi Urea DS/TSP KCl


kg/ha kg/ha kg/ha

saat tanam - 25-50 -

1 bulan 37,5 - 20

1 minggu 56,25 - 30
setelah panen I

1 minggu 56,25 - 30
setela panen II

total Urea = 150 kg/ha


total DS/TSP = 25-50 kg/ha
total KCl = 80 kg/ha

Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 ; 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk
tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 ; setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
POC NASA disemprotkan umur 20, 30, 50 dan 60 hari setelah tanam dengan dosis 4 - 5 tutup/tangki atau POC NASA (3-4 tutup) +
HORMONIK (1 tutup)/tangki.

H. PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang normal

I. PENYIANGAN
Dilakukan 2 bulan setelah tanam atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30 cm dan cabang bertingkat dengan radius 20 cm. Selanjutnya
setiap 3 bulan sekali

J. PEMANGKASAN
Penjarangan dan pemangkasan dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam. Penjarangan dengan mencabut tanaman yang jaraknya terlalu
rapat. Pemangkasan pada tanaman yang terlalu rimbun dan menutupi cabang lainnya, yaitu pada cabang dari tingkat tiga ke atas. Untuk
mempercepat tumbuhnya tunas baru, sebaiknya dalam tiap rumpun dibiarkan satu cabang saja yang tumbuh dan semprot dengan POC
NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1-2 tutup) setelah pemangkasan.

K. PEMBUMBUNAN
Dilakukan setelah panen, cabang-cabang yang ditinggalkan setelah panen dan letaknya dekat dengan tanah ditimbun di dekat ujungnya
setinggi 10-15 cm. Sedang cabang-cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan di bagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari
batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.

L. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT


1. H a m a
a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba stutalis)
Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh, serangan berat hanya tinggal tulang-tulang daun saja.
Pengendalian : kumpulkan dan musnahkan .
b. Belalang ( Orthoptera )
Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Serangan berat batang dimakan akhirnya mati. Pengendalian : sanitasi
lingkungan .
c. Criket Pemakan Daun (Gryllidae)
Memakan daun muda sehingga daun berlubang-lubang dan produksi turun. Pengendalian : sanitasi lingkungan.

2. Penyakit
a. Budok (hoprosep)
Penyebabnya adalah virus, gejala daun keriting, berwarna abu-abu dan rontok, terbentuk benjolan-benjolan pada batang sampai akar bila
dipijit baunya tidak enak. Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen.
Pengendalian : sanitas kebun, Alat-alat kerja steril.
b. Penyakit Busuk Batang
Penyebabnya jamur Fusarium sp. dan menyerang pada akar atau batang. Batang terserang akan mengerut, warna berubah coklat lalu
menghitam disekeliling batang dan akhirnya mati. Pengendalian : kurangi kelembaban dengan cara dipangkas, hindari luka, gunakan
Natural GLIO + SUPERNASA.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran.
Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml
( ½ tutup) pertangki

M. PANEN DAN PASCA PANEN


Panen dapat dilakukan pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam
Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang, cabang dan daun mengandung minyak atsiri
Alat yang digunakan sabit, gunting, atau parang yang tajam dan bersih
Panen pertama, bagian yang boleh dipangkas adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke atas, sedang cabang-cabang tingkat pertama
ditinggalkan
Selesai panen pertama, bila cabang-cabang pertama jauh dari tanah dirundukkan tetapi tidak putus kemudian ditimbun tanah pada setiap
tunasnya
Setelah tanaman umur 9 bulan, tanaman dapat dipanen kedua kalinya dengan cara seperti panen pertama, sehingga akan diperoleh cabang-
cabang baru dan anakan baru.
Demikian selanjutnya sampai panenan pada bulan ke-12, 15, 18, 21, 24 , dst
Panenan daun nilam dipotong-potong + 3-5 cm kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 15 % kemudian di suling.
TEKNIS BUDIDAYA PANILI ( Vanilla planifolia, A. )

PENDAHULUAN
Tanaman panili atau si Emas Hijau merupakan komoditi yang menjanjikan. Namun tidak semua panili berharga “emas”, hanya kualitas
terbaiklah yang diberikan harga istimewa. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatan produksi panili secara Kuantitas, Kualitas dan
Kelestarian (aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN
Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C,
kelembaban udara sekitar 60%-80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy
loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam), mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 - 7

PEMBIBITAN
1. Seleksi Bibit
Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla pompana
Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek;
biji dalam kondisi segar dan sehat; bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan cukup umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat,
tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit
Bibit generatif berasal dari biji yang unggul
Bibit Vegetatif dengan stek, mempercepat perakaran stek dapat direndam HORMONIK (1-2 cc/liter) kemudian dibiarkan agak layu baru
ditanam dan disiram POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter air.
Kulture Jaringan

3. Teknik Penyemaian Benih


Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot dengan POC NASA (2-3
tutup) + HORMONIK ( 1 tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit, yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji waktunya lama.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM


Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek kondisi tanah
Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak.
Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN
Penanaman di tengah bedengan, pola tanam monokultur
Buat lubang tanam dekat tanaman penegak berukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm.
Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akar tumbuh cepat dan sempurna
Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang
Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.
Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan / dilayukan terlebih
dahulu selama 4 - 7 hari dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA / HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural GLIO untuk
menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman
Lakukan pengecekan setelah umur 2-3 minggu setelah tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera disulam.

2. Penyiangan dan Pembubunan


Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat. Pembubunan bersamaan
dengan penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap.

3. Perempelan
Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk dipelihara agar terbentuk
kerangka tanaman kuat dan seimbang
Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang 10-15 cm menjelang musim berbunga dan saat berbuah untuk merangsang pertumbuhan
generatif terutama pertumbuhan bunga dan buah
Perempelan peremajaan, memotong cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang sakit.
4. Pemupukan
Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun dengan tanah karena sistem perakaran panili cukup dangkal. Kebutuhan pupuk makro per
ha per tahun adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 - 10 kg, MgSO4 H2O 2,5 - 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang 10-20
kg/pohon/tahun. Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt air per
pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 - 4 minggu sekali atau POC NASA (3-4 tutup) +
HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-4 minggu sekali.

5. Pengairan dan Penyiraman


Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya untuk merangsang pertumbuhan
tanaman, perkembangan bunga serta buah.

6. Pemberian Mulsa & Pendangiran


Pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pendangiran. Bahan mulsa dari hasil pemangkasan pohon pelindung,
tetapi bisa juga serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili.

7. Perambatan
Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya
panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan pohon yang lain.
Sistem perambatan penunjang tunggal, tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.

8. Pemangkasan Pohon Pelindung


Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate, lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar
tetap teduh, mempermudah sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.

9. Pembungaan dan Penyerbukan


Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian.
Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati.
Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah
mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan
penyerbukan. Seminggu setelah penyerbukan semprot dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap
2-3 minggu sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT


a. Hama
1. Bekicot
Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: secara manual dengan
mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam satu lubang.

2. Belalang pedang
Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan PESTONA atau Natural BVR

3. Penggerek batang
Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati. Pengendalian
penyemprotan PESTONA

4. Ulat bulu jambul dan ulat geni


Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

b. Penyakit
1. Busuk akar
Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali
tercapai. Pengendalian: menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban ,
pencegahan diawal dengan Natural GLIO.

2. Busuk batang
Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan
cepat. Batang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik,
saat stek akan ditanam dicelup dalam POC NASA + Natural GLIO.

3. Busuk buah
Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila
menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2 sendok teh
per 10 liter air.

4. Busuk pangkal batang


Penyebab: Jamur Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan
tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit
bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural GLIO + gula pasir.
5. Bercak coklat pada buah
Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya
busuk. Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian membakarnya; (2) penyemprotan dengan Natural GLIO dosis 1-2
sendok/10 liter air.

6. Bercak coklat pada batang


Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan
mati. Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang.

7. Antraknosa
Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas
bagian terserang dan tidak. Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur kelembaban dan drainase.

8. Karat merah
Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati.
Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung.

9. Penyakit pascapanen
Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp.
Pengendalian: penanganan pasca panen yang baik.

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810
dosis 1-2 tutup/tangki.

E. PANEN DAN PASCA PANEN


Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang tinggi, kadar abu terendah, rendemen
tertinggi dan kadar air yang aman
Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning
yang lambat laun melebar sampai ujung buah
Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 - 3 bulan
Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah
untuk menjaga mutu panili.
Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat
kemasakan dan buah yang cacat >20 cm
Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa mengurangi aktifitas
dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-950 C
Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk pembentukan aroma selama +
48 jam
Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga 25-30
%
Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis dan simpan pada suhu kamar,
siap dikirim dan dijual
TEKNIS BUDIDAYA PISANG

I. PENDAHULUAN
Pisang adalah tanaman buah , sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Di Indonesia pisang yang ditanam baik dalam skala rumah tangga
ataupun kebun pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga, produksi pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di pasar
internasional. Untuk itu PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu petani meningkatkan produksi secara
kuantitas, kualitas dan kelestarian (Aspek K-3).

II. SYARAT TUMBUH


2.1. Iklim
a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis.
b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.
c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.

2.2. Media Tanam


a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.
c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

2.3.Ketinggian Tempat
Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


3.1. Pembibitan
Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan).
Tinggi anakan untuk bibit 1 - 1,5 m, lebar potongan umbi 15 - 20 cm.
Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.

3.2. Penyiapan Bibit


Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2x2 m
Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.

3.3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam


Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
Simpan bibit di tempat teduh 1 - 2 hari sebelum tanam.
Buang daun yang lebar.
Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 -1 tutup), Natural GLIO (1 - 2
sendok makan) dalam setiap 10 liter air, selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.

3.4. Pengolahan Media Tanam


Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak.
Gemburkan tanah yang masih padat
Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat juga saluran pengeluaran air.
Dianjurkan menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan.

3.5. Teknik Penanaman


Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.
Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September - Oktober).
Siapkan campuran Natural GLIO dan pupuk kandang, caranya: Campur 100 gram Natural GLIO dengan 25 - 50 kg pupuk kandang, jaga
kelembaban dengan memercikan air secukupnya, masukkan ke dalam karung, biarkan 1 - 2 minggu.
Pisahkan tanah galian bagian atas dan bagian bawah.
Tanah galian bagian atas dicampur Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang (0,5 - 1 kg per lubang tanam), tambahkan dolomit
(0,5 - 1 kg/lubang tanam), pupuk kandang 15 - 20 kg/lubang tanam.
Masukkan bibit dengan posisi tegak, tutup terlebih dulu dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur Natural GLIO, dolomit dan pupuk
kandang, diikuti tanah galian bagian bawah. Catatan : pupuk kandang diberikan jika tersedia, jika tidak dapat diganti dengan
SUPERNASA.
Siram dengan larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 tutup) dalam setiap 5 liter air. Untuk mendapatkan hasil lebih baik, POC
NASA dapat diganti dengan POP SUPERNASA. Cara penggunaan POP SUPERNASA: 1 (satu) botol POP SUPERNASA diencerkan
dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 5 liter air diberi 5 tutup larutan induk tadi untuk penyiraman setiap
pohon. Penyiraman dilakukan 2 - 3 bulan sekali.
Data kebutuhan dan cara pemupukan, adalah sebagai berikut :

(LIHAT TABEL DIBAWAH ...)


3.6. Pemeliharaan Tanaman
Satu rumpun hanya 3 - 4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase
pertumbuhan).
Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman baru.
Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah.
Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu dalam.
Pangkas daun kering.
Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi parit saluran air.
Pasang mulsa berupa daun kering ataupun basah. Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

3.7. Pemeliharaan Buah


Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir.
Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal 0,5 mm, diberi lubang
diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung
buah dari sisir terbawah.
Batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.8. Hama dan Penyakit


3.8.1. Hama
a. Ulat daun (Erienota thrax.)
Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.

b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)


Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan PESTONA.

c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)


Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian:
gunakan bibit yang tahan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.

d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)


Menyerang bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
3.8.2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab : Xanthomonas celebensis (bakteri). Menyerang jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, dan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

b. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Menyerang daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu bagian dalam, pelepah
daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam,
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

c. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Menyerang daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: : Pemberian
Natural GLIO sebelum tanam.

d. Layu
Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang
sakit, Natural GLIO diawal tanaman

e. Daun pucuk
Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus
secara berkelompok. Pengendalian: Mengendalikan kutu duan dengan Natural BVR, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

3.9. Panen
Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah 80 - 100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan
pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan.
Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3 - 10 hari sekali
TEKNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir - akhir
ini.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran
dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan
waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan
baku pembuatan gelas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292,
rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor
rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.
Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai
Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang
setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih
sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan
kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan,
porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang
mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak
mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu
ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah
dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat
1. Agar - agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang
tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh
dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.
Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam
industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan
pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup,
saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat
pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk
melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun.
Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan
ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan
oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang
35,1%.
Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan
pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim,
dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai
linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan
terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue,
permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep,
kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas,
fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut


Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang
dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa
karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat
dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman
dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.
Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang
cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian
tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara
dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan
siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan
unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan
menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka
akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON,
logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen
selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang
ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas
dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya
dalam perairan. Senyawa - senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu
pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan
makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk
mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)
Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya
diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun
rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada
budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas
dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :
1. Metode Lepas Dasar
Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut
dengan kedalaman antara 30 - 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan
di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung


Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan
mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan
akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :
1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .
2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 - 10 gr) TON dan tambahkan 1 - 2 cc Hormonik.
3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan
dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.
2. Tambak dikeringkan dahulu.
3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
4. Diamkan selama 1 minggu.
5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya
ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.
6. Diamkan 1 hari
7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.
8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 -
100 gram/m2.
9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.
10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.
F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.
Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 - 2 minggu
setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul
di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.
Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti
tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat.
Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha
sering membelit tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak
menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus
dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya
di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara
kualitas dan kuantitas.
Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut
ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk
dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya,
tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.
Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika
dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 -
2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30
- 100 %.
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KAKAO ( COKLAT )

PENDAHULUAN
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur
hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan
lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi
dengan program peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

TEKNIS BUDIDAYA KAKAO


1. Persiapan Lahan
Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens,
Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan
pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao ( 1 : 3 )
2. Pembibitan
Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4
bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki
setiap 2-4 minggu sekali
Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang
hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur
Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman
a. Pengajiran
Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama
b. Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang
c. Tanam Bibit
Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5
bulan
Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah
membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis
pupuk lihat dalam tabel di samping ini :

Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol
SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi
untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit


a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda
tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu
(rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.
c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup
maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup
yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada
Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.
d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal
buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu
mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit
Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.
e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama
menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak
lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek
bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari
pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup,
sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.
f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji
dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong
plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana
( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.
g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang
telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot
dengan Natural GLIO.
h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang
dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang
dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,
dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
6. Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan
pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang
primer yang baik dan letaknya simetris.
Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada
batang pokok atau cabangnya.
Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung
keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak.
Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga
pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 -
6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak.
Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian
biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah
warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau
dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3
%, kadar air maksimal 7%
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

PENDAHULUAN
Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri. Ketidakmampuan ini bukan hanya
disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang
belum optimal.
Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL NUSANTARA membantu peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian
(Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.

AGROEKOLOGI
Tanaman mangga tumbuh baik pada ketinggian 50-300 m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah dan berbutir-butir.

VARIETAS
Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan
Golek 31.

PERSIAPAN LAHAN
Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan
tanam, tanah galian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan lebih
optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).

PENANAMAN
Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan
tanah disekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya
dikurangi sedikit demi sedikit.

PEMUPUKAN
Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali
lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 - 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 - 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika
ditambahkan SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :
- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan
induk tadi untuk menyiram per pohon.
Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.
Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 - 3 bulan
sekali.
Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember - Desember), akhir musim hujan (April - Mei).

PEMANGKASAN
Pangkas Bentuk (3 tahap) :
Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi 50 - 60 cm dari permukaan tanah dan
pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.
Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 - 2
ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan
diperoleh pohon dengan rumus cabang 1- 3 - 9.
Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk produksi.

Pangkas Produksi
Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta
cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.

PENDANGIRAN
Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar
patogen yang ada dalam tanah mati.

MULCHING (MULSA)
Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas pangkasan / tanaman sela.

PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.

INDUKSI BUNGA
Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air
disiramkan secara merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4 ttp/tangki) +
HORMONIK (1 ttp) per tangki.
PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH
Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung).
Pupuk yang digunakan :
1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud break atau bud elongation
(dosis 2,5 gr/liter).
2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).
3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size dan marble size.

HAMA DAN PENYAKIT


a. Tip Borer, Clumetia transversa
Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah.
Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti kemudian mati. Pengendalian;
cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.

b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )


Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain
menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi
sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan
dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu
dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning, pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA

c. Ulat Phylotroctis sp.


Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai bunga. Telur Phyloctroctis sp.
menetas dan dewasa menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah
kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Seed Borer, Noorda albizonalis


Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah.
Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian
pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit. Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu
dibakar, semprot dengan PESTONA.

e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)


Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan
pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung cuaca
panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold) dengan dikeluarkan
embun madu dari wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga. Pengendalian : pengasapan, penyemprotan
BVR/PESTONA sebelum bunga mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )


Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat
agravator yaitu memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian : pembungkusan buah ,
pemasangan perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)


Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa
berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga
menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis


Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis. Kumbang ini membuat terowongan di
batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok
(getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah
(ganggang Cephaleuros sp.)

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran.
Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (0,5 tutup)per
tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2
tutup)/tangki .

PANEN DAN PASCA PANEN


Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga mekar, buah berbedak, dan pada jam 09.00 - 16.00 WIB dengan menyisakan tangkai
buah sekitar 0,5 - 1 cm. Kemudian dilakukan seleksi dan grading.
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN PEPAYA

SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26
derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur,
mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.

PEMBIBITAN
1. Persyaratan Bibit/Benih
Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut
di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu
dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.
2. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 cc/liter selama 1-2 jam, ditiriskan
dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember
tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan ditambah 30 gram
Natural GLIO.
3. Teknik Penyemaian Benih
Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap hari. Benih berkecambah muncul setelah 12-15 hari.
Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam.
Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu
dipindahkan ke kebun.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5 - 10 cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup
sedalam biji, yakni 1 cm. Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam. Semprotkan POC NASA
seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki
5. Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2 - 3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim hujan.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM


1. Persiapan
Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.
2. Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan berukuran lebar 200 - 250 cm, tinggi 20 - 30 cm, panjang secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. Buat lubang ukuran
50 x 50 x 40 cm di atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.
3. Pengapuran
Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg
Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.
4. Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek
pupuk kandang yang telah matang atau dengan SUPERNASA.

TEKNIK PENANAMAN
1. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris. Biarkan lubang-lubang kosong agar memperoleh cukup sinar
matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang 2 - 3 blek. Jika pupuk kandang tidak
tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang -
lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap
ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan penanaman.
Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang - lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk
biji-biji harus selesai ± 5 bulan sebelum musim hujan.
2. Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin
dua.

PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disamping beberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu
tanaman mulai berbunga.
2. Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali
kebun tersebut harus disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
3. Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan pendangiran tanah. Kapan dan berapa kali kebun tersebut
harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
4. Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat
menjaga kelembaban tanah. Cara pemberian pupuk:
Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam
melingkar.
Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl
Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl
Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl
Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam dengan dosis 1 sendok makan/10 liter air setiap 1-2 bulan sekali
Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup / tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah tanam sampai umur 2-3 bulan
Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 - 4 tutup ditambah HORMONIK dosis 1 - 2 tutup / tangki.
Penyemprotan hati - hati pada saat berbunga agar tidak kena bunga yang mekar atau lebih aman bisa disiramkan.
5. Pengairan dan Penyiraman
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan
seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman
pepaya harus sering disirami.

HAMA DAN PENYAKIT


Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2 - 3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki sepasang tonjolan tabung
pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki panjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara
menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut.
Pengendalian : semprot dengan Natural BVR atau PESTONA secara bergantian
Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus mosaik, rebah semai, busuk buah,
leher akar, pangkal batang dan nematoda.
Penyakit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan
batang pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang
tanam, sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita.
Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan
nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. Pengendalian : Siramkan PESTONA ke
lubang tanam

PANEN DAN PASCA PANEN


1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda
kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang.
2. Cara Panen
Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan dengan menggunakan "songgo" (berupa bambu
yang pada ujungnya berbentuk setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat dipetik).
3. Periode Panen
Panen dilakukan setiap 10 hari sekali.
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN TEBU

SYARAT TUMBUH
Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH
diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

JENIS - JENIS TEBU


Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.

PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik
Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got
diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya
masih ada jalan mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got - got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah
diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan
harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80
cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila
tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.

PERSIAPAN TANAM
Lakukan seleksi bibit di luar kebun
Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.
Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.

CARA TANAM
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan
ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke
samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping
dengan kedalaman + 1 cm.
3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan
Mei, Juni dan Juli.

PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan
penyiraman.

PENYULAMAN
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.
2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

PEMBUMBUNAN TANAH
Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan
rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah
sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.
Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60
cm.

GARPU MUKA GULUD


Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November
ketika tebu mengalami kekeringan.

KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.
TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang terdiri dari satu deretan
tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

PEMUPUKAN
1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha
2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis ± 1 - 2 botol/1000 m² dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram juringan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 - 10 meter juringan.
3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu
4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah
kiri rumpun tebu.
5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 - 6 tutup dicampur HORMONIK 1 - 2 tutup per-
tangki pada umur 1 dan 3 bulan

HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama Penggerek Pucuk dan batang


Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA /
Natural BVR

2. Hama Tikus
Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu

3. Penyakit Fusarium Pokkahbung


Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas
bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2
sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga
(1:4:5)

4. Penyakit Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba, daun
mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak
awal.

5. Penyakit Nanas
Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang
bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.

6. Penyakit Blendok
Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan
mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh
daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari.
Gunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.

RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang
bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian
pucuk dan pangkal batang.
Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur
10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.

TEBU KEPRASAN
Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD).
Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu
kering di airi dulu. Kepras petak - petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima
hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput -
rumput.
Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya
sama dengan tanam tebu pertama.
BUDIDAYA IKAN BANDENG

I. Pendahuluan.
Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena
rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan
teknologi baru.
PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).

II. Sifat Biologis.


Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg
pada usia 5 - 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.

III. Penyediaan Benih.


Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-
kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang
dilakukan adalah :
1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :
bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.
susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
gerakan lincah dan normal.
- umur antara 4 5 tahun.

2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing
Hormon) melalui suntikan.`

3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi
pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi
diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan

4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 - 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan
menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa
plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON
(TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya
N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan
meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air.
Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran
pakan dengan NASA dengan dosis 2 - 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu
N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.

IV. Pembesaran.
Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi
beberapa hal, yaitu :
1. Persiapan lahan.
Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :
Pencangkulan dan Pembalikan Tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan
organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga
kesuburan lahan akan meningkat.
- Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman
tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya men

- Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki
struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan ta

- Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 - 20 cm kemudian dibiarkan beberapa
hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 - 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan
ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang
ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan
pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 - 28 %.
Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein
harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan
adalah :
Jumlah pakan 5 - 7% dari berat badan.
Waktu pemberian 3 - 5 kali sehari.

Penambahan NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng.
NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran
NASA dengan pakan buatan adalah 2 - 5 cc/kg pakan dengan cara :
1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan NASA dapat merata.
3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 - 5 cc/kg pakan.
4. Pakan siap untuk diberikan.
Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.

V. Pengendalian hama dan Penyakit.


Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :
1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
2. Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
3. Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan
berlendir.
Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas
lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran
akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara
pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan
perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik
penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan
plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein
yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting,
vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan
berkembang selalu tercukupi.
PETUNJUK BUDIDAYA UDANG WINDU

I. Pendahuluan
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga
pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang
windu mulai mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan penyakit. Melihat kondisi tersebut,
PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut dengan produk-produk yang
berprinsip kepada Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. Teknis Budidaya


Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu :

2.1. Syarat Teknis


Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah
dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
- Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 - 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia
berbahaya.
mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.

2.2. Tipe Budidaya.


Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :
tambak Ekstensif atau tradisional.
Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum
meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
tambak Semi Intensif.
Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat
penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
tambak Intensif.
Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan
pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.

2.3. Benur
. Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang
tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas
benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan
cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran
air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

2.4. Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan, meliputi :
Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan
dari udang yang mati. kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat
dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
Pembalikan Tanah. tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S
dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar
matahari/ultra violet.
- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan
Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
- Perlakuan pupuk TON ( Tambak Organik Nusantara ). Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan
alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih

2.5. Pemasukan Air


Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk
memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm.
Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air
dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

2.6. Penebaran Benur.


Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm.
Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran
benur adalah :
- Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
- Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi
pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
- Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar
terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
Pengeluaran benur. dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung Plastik ke air tambak. biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. sisa
benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan.
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat
tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan
kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan
kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 - 2 botol TON/ha
untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal
pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi
bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur
Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap
menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan
TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang
juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut
tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

2.8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen
normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50. Sedang panen emergency dilakukan
jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan
habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap,
masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan.
Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak
cepat menjadi merah/rusak.

III. Pakan Udang.


Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa
hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi
intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang
mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang.
Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
a. Umur 1-10 hari pakan 01
b. Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02
c. Umur 16-30 hari pakan 02
d. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03
e. Umur 36-50 hari pakan 03
f. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S
(jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari).
g. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai
umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-
166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.
Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan POC
NASA yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan
setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

IV. Penyakit.
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV
(Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu
kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati,
adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar
lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan
diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar
udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk
dipanen. Untuk menjaga kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam
di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara
mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu
adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.
4. Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara
mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang
berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah
perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen
atau dengan pengapuran.
Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat
diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
BUDIDAYA AYAM PEDAGING

I. Pendahuluan
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-
7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya
membantu peningkatan produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha peternakan ayam broiler secara alami (non-Kimia).

II. Pemilihan Bibit


Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat,
hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih

III. Kondisi Teknis yang Ideal


a. Lokasi kandang
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air,
arahnya membujur dari timur ke barat.
b.Pergantian udara dalam kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang
harus baik.
c.Suhu udara dalam kandang.
Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
d.Kemudahan mendapatkan sarana produksi
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan


4.1 Perkembangan
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih
bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan
kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan
seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan
konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

4.2. Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian
pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi).
Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2
(dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap
kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada
kemasannya. Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam
jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler.
Dapat juga digunakan VITERNA Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan
nutrisi lebih banyak dan lengkap.
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama
pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam hasil panen =
1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang
tinggi). Penggunaan POC NASA atau VITERNA Plus dapat menurunkan angka FCR tersebut.
4.3. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu
vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari
dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

4.4. Teknis Pemeliharaan


- Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah POC
NASA dengan dosis + 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengga

- Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air
minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama). Vaksina

- Minggu Kedua (hari ke 8 -14).


Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa
dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
- Minggu Ketiga (hari ke 15-21).
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor.
Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air
minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar
merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan vaksin tersebut juga tetap ditambah POC
NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.
- Minggu Keempat (hari ke 22-28).
Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan
untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal
mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap
ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.
- Minggu Kelima (hari ke 29-35).
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu
dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg
untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai
1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
- Minggu Keenam (hari ke-36-42).
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan.
Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

4.5. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :
- Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan
senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-
putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan
pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan
dijaga agar lantai kandang tetap kering.
- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya
nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur
36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum
ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering
bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk
dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti
alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
- Berak Kapur (Pullorum).
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah
kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang
memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang.

Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak
disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk
disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik. Pemberian POC NASA yang mengandung
berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati,
mampu meningkatkan pertumbuhan ayam, ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.
Untuk hasil lebih optimal, pemberian POC NASA dapat dicampur dengan Hormonik dosis 1 botol POC NASA dicampur dengan 1-2
tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA dicampur dengan 2-4 kapsul Asam Amino. Dapat juga menggunakan VITERNA Plus yang
merupakan suplemen khusus ternak dengan kandungan :
1. Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam, pembentukan darah dan lain-lain.
2. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine, Methionine , Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine
sebagai penyusun protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh
3. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.

4.6. Sanitasi/Cuci Hama Kandang


Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih
dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna
selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari
sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.
BUDIDAYA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

I. Pendahuluan.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya
investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan
dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu
budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran
daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :
1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis
belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah
disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
produksinya lebih rendah.
C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi
primadona sapi potong di Indonesia.
D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis
sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh
berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan.
Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
- Berumur di atas 2,5 tahun.
jenis kelamin jantan.
- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.


3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri
berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan
memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang
karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor
sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam
mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses,
yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan
secara enzimatis setelah melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal
dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan
konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik
pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia
rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang
digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput
gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang
berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim
pencernaan. Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan mengeluarkan produk NATURAL PROBIOTIK
(NPB) yang dapat membuat pakan berkualitas rendah menjadi mudah dicerna. NPB mengandung :
Bakteri sellulolitic strain dominant, yaitu Bakteri
dalam cairan rumen yang mampu memecah
dinding sel dengan kadar lignin tinggi.
Multi enzim yang disintesa dari rumen.
Pengkelat bahan-bahan anti nutrisi.
Cara pemakaian NPB adalah sebagai berikut :
1. Campurkan 1 kg NPB dalam 100 liter air.
2. Bahan pakan dirajang hingga berukuran 20-25 cm untuk meningkatkan efektifitas proses fermentasi.
3. Tumpuk bahan pakan berlapis-lapis hingga tinggi maksimal 150 cm.
4. Siram tumpukan bahan pakan dengan air secara merata yang bertujuan untuk membasahi bahan pakan.
5. Siram tumpukan pakan dengan larutan NPB secara merata. Usahakan seluruh bahan pakan terkena siraman larutan NPB.
6. Tutup tumpukan pakan dengan plastik secara rapat. Setelah 48 jam tumpukan akan menjadi panas yang menandakan proses fermentasi
berlangsung baik.
7. Pada hari ke-7 diamati, jika proses fermentasi telah sempurna (ditandai dengan bau caramel/bir dan bahan pakan telah lunak) proses
fermentasi dapat diakhiri.
8. Jika proses belum sempurna, diperpanjang 15 hari.
9. Sebelum diberikan kepada ternak bahan pakan diangin-anginkan lebih dahulu untuk membuat pakan kering dan tidak lembab sehingga
lebih disukai oleh ternak.
Selain NPB, PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan
teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan
ternak.
VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
Mineral-Mineral sebagai penyusun tulang, darah
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K,
Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
Asam-Asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari
serangan penyakit.
Asam - Asam organik essensial, diantaranya Asam propionat, Asam asetat dan Asam butirat.
Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran dengan dosis :
5 cc/ekor perhari untuk sapi, kerbau dan kuda
4 cc/ekor perhari untuk kambing dan domba.
Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.

3.3. Pengendalian Penyakit.


Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat
akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk
memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi
terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar
sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan
pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang
sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang
menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak
karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk
mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi
yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-
lain.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-
lain.

IV. Produksi Daging.


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB
akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan
berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang
lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa
penggemukan menjadi lebih singkat.

You might also like