You are on page 1of 15

Analisa Profitabilitas Usaha Tepung Lidah Buaya

Mata Kuliah Manajemen BIsnis Hortikultura

Di Susun Oleh:

Akhmad Muzaki

108092000032

Agribisnis 6

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Usaha Tepung Lidah Buaya

Indonesia telah dikenal sejak dulu sebagai negara yang kaya akan hasil pertaniannya.
Mulai dari tanaman pangan, sayur, perkebunan, hingga tanaman obat sekalipun. Hal itu terbukti
dengan banyaknya negara-negara eropa yang datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah
yang mereka gunakan sebagai bahan-bahan untuk obat penyakit dan sebagai penghangat badan.
Indonesia memang kaya akan tanaman obat seperti jahe, kunyit, rempah-rempah dan masih
banyak lagi tanaman obat yang berada di Indonesia.

Akan tetapi semenjak perkembangan IPTEK di dunia, banyak di usahakan penelitian-


penelitian di bidang pertanian yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan dunia tanaman,
banyak tanaman-tanaman yang keluar dan masuk di Indonesia. Dan salah satunya adalah lidah
buaya (Aloe vera). Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli dari Afrika. Tepatnya
berada di negara Ethiopia. Akan tetapi lidah buaya (Aloe vera) dapat mudah tumbuh di
Indonesia dengan berbagai criteria tanah yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan di daerah
Kalimantan tanaman ini sangat baik pertumbuhannya. Sehingga banyak di daerah Kalimantan
dijadikan tempat budidaya tanaman lidah buaya (Aloe vera).

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan
dalam industri farmasi dan terutama dalam dunia kosmetik. Hal ini didasarkan pada faleta bahwa
khasiat lidah buaya sebagai bahan baku kosmetik disebabkan karena adanya bahan aktif yang
mempunyai khasiat farmakologis. Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, an tara
lain asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon dan senyawa lainnya
seperti saponin, antrakuinon, kuinon, lignin dan golongan enzim yaitu enzim sellulase, amilase,
protein dan biogenik simulator.

Lidah buaya (Aloe vera) memang banyak digunakan dalam dunia farmasi dan kosmetik.
Tetapi industry pangan juga sudah banyak yang mengolah lidah buaya (Aloe vera) menjadi
berbagai macam makanan dan minuman. Ketika lidah buaya (Aloe vera) dibutuhkan oleh
farmasi dan kosmetik, lebih banyak digunakan tidak dalam bentuk yang masih pelepah segar.
Akan tetapi sudah dalam bentuk olahannya seperti gel ataupun tepung. Hal itu karena dapat
mempermudah dalam memanfaatkan lidah buaya dalam pembuatan obat ataupun alat-alat
kosmetik.

Lidah buaya (Aloe vera) \dalam bentuk tepung mempunyai beberapa keuntungan dari
pada bentuk gel, yaitu kandungan nutrisinya tidak mudah rusak serta memudahkan dalam
penyimpanan dan transportasi. Rasio bahan baku dan tepung yang dihasilkan 150:1 atau 150 kg
daun menghasilkan 1 kg tepung. Dengan demikian, berdirinya usaha tepung lidah buaya
menuntut ketersediaan bahan baku dalam jumlah besar. Hal ini tentunya dapat menghindarkan
terjadinya kelebihan produksi bahan baku yang kemungkinan dapat menyebabkan jatuhnya harga
lidah buaya segar di pasaran, serta tidak tertampungnya hasil panen petani lidah buaya. Dengan
adanya kepastian pasar dan harga daun lidah buaya segar maka petani lidah buaya dapat
dilindungi dari turunnya harga jual daun lidah buaya yang merugikan. Dalam hal ini perJu
diformulasikan estimasi harga yang merupakan kesepakatan (win win solution) antara petani dan
industri yang saling menguntungkan.

2. Identifikasi Produk dan Bahan Baku

Tepung lidah buaya (Aloe vera powder) merupakan produk olahan yang terbuat dari
tanaman lidah buaya. Tepung lidah buaya lebih di utamakan untuk industry kosmetik dan
industry farmasi. Tepung lidah buaya sendiri lebih banyak dipilih para industry kosmetik dan
farmasi karena tepung lidah buaya lebih tahan lama ketika akan digunakan serta lebih mudah
dalam penggunaannya.

Bahan baku sendiri dari tepung lidah buaya adalah tanaman lidah buaya. Tanaman lidah
buaya terdiri dari beberapa bagian, yaitu batang, daun (pelepah), bunga dan akar. Lidah buaya
memiliki batang yang berserat atau berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak
terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Tetapi ada
beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3 – 5 m yang banyak dijumpai di
gurun Afrika Utara dan Amerika.

Daun lidah buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang berdaging tebal, tidak
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan bagian permukaannya berlapis lilin. Daunnya bersifat
sukulen, yakni mengandung air, getah atau lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata
dan bagian bawahnya membulat (cembung). Bagian lain dari lidah buaya adalah bunga. Bunga
lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil dengan panjang 2 – 3 cm . Berwarna kuning
sampai oranye, tersusun sedikit berjuntai melingkari ujung tangkai yang menjulang ke atas
sepanjang 50 – 100 cm. Bagian terakhir dari lidah buaya adalah akar. Lidah buaya memiliki
sistem perakaran yang pendek dengan akar serabut. Panjangnya bisa mencapai 30 – 40 cm.

Taksonominya tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut :

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa: Liliflorae

Suku : Liliaceae

Marga : Aloe

Spesies: Aloe barbadensis Miller

3. Permintaan dan Ketersediaan Produk

Kapasitas produksi usaha tepung lidah buaya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
permintaan pasar dan ketersediaan bahan baku. Permintaan pasar untuk produksi tepung lidah
buaya didapatkan dari pencarian data dari berbagai industri pemakai tepung lidah buaya
khususnya industri kosmetika yang saat ini kebutuhannya masih dipenuhi dengan pelaksanaan
impor. Permintaan tepung lidah buaya didalam negeri mencapai 28,8 ton/tahun dan
kebutuhannya telah tercukupi oleh produksi lokal sebanyak 5-10 ton/tahun, sehingga masih
terdapat impor sekitar 18,8 ton/tahun. Permintaan tepung lidah buaya dari luar negeri mencapai
110,8 ton/tahun (data dari PT. Aloe Nusantara Utama).

Kapasitas produksi maksimum usaha tepung lidah buaya yang direncanakan dalam usaha
ini adalah 36 ton/tahun atau 3 ton/bulan atau 120 kg/hari tepung lidah buaya dan 90 ton/tahun
tepung kulit lidah buaya sebagai hasil samping. Rendemen tepung lidah buaya adalah sebesar
0,67 % sehingga bahan baku yang dibutuhkan mencukupi pelaksanaan produksi tepung dan
tepung kulit lidah buaya selama satu tahun adalah sebanyak 5400 ton pelepah lidah buaya.

Untuk memenuhi permintaan pasar yang sudah diprediksi sebelumnya maka perlu adanya
penyediaan dari bahan baku itu sendiri. Dan untuk memenuhi permintaan tepung lidah buaya
yang direncanakan akan mencapai 5400 ton dalam satu tahun itu smaka usaha ini mencoba
membuka kemitraan dengan petani lidah buaya yang berada di Indonesia. Selain itu juga dalam
menjalankan usaha ini, bahan baku tidak semuanya dari petani. Akan tetapi pengusaha mencoba
membuka lahan budidaya sendiri untuk mngantisipasi terjadinya sesuatu hal yang dapat
menjadikan bahan baku kurang. Karena budidaya lidah buaya itu tergantung dari alam, ketika
alam baik dan mendukung maka kebutuhan bahan baku lidah buaya dari petani pasti akan
terpenuhi.

4. Perkembangan Harga dan Preferensi Konsumen

Tepung lidah buaya memang banyak diminati oleh banyak industry kosmetik maupun
farmasi. Industry lokal maupun luar negeri banyak yang membutuhkan tepung lidah buaya untuk
menjalankan industry mereka. Bahkan industry kosmetik dan farmasi luar negeri seperti Jepang
dan Cina rata-rata membutuhkan tepung lidah buaya sebanyak 50 hingga 100 ton dalam setahun
(data PT. Aloe Nusantara Utama).

Dengan banyaknya permintaan konsumen yang dalam hal ini adalah perusahaan kosmetik
dan perusahaan farmasi baik perusahaan lokal dan luar negeri membuat harga dari tepung lidah
buaya menjadi sangat mahal. Harga tepung lidah buaya di pasar lokal maupun pasar
internasional berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp 700.000 tergantung dari kualitas dan mutu
dari tepung lidah buaya tersebut.

BAB II

ANALISA USAHA
Dalam menjalankan usaha pengolahan tepung lidah buaya banyak hal yang perlu
diperhatikan agar tujuan yang diinginkan oleh pelaku usaha. Maka tindakan yang pasti adalah
menganalisis dari usaha itu. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis internal dan analisis
eksternal.
1. Analisis Eksternal

Analisis eksternal ini dapat berupa peluang dan pesaing yang ada di luar sana dalam
menjalankan usaha tepung lidah buaya.

a. Peluang
Ketika menjalankan usaha pengolahan tepung lidah buaya ada beberapa hal yang sangat
menjadikan usaha ini akan maju dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang. Karena
kebutuhan akan tepung lidah buaya setiap tahunnya terus meningkat. Hal itu terjadi akibat
semakin banyaknya perusahaan kosmetik dan perusahaan farmasi yang didirikan sehingga
kebutuhan akan tepung lidah buaya ini di ramalkan akan meningkat dalam jangka waktu 10
tahun ke depan.
Selain itu di Indonesia sendiri sedang dikembangkan budidaya lidah buaya di daerah
Pontianak, Kalimanatan Barat dan pemda setempat menjanjikan akan memberikan pasokan
panen tanaman lidah buaya tiap tahunnya. Sehingga pasokan bahan baku untuk pengolahan
tanaman lidah buaya terutama usaha pengolahan tepung lidah buaya akan selalu tersedia.
Jadi bagi pelaku usaha pengolahan tanaman lidah buaya tidak susah-susah untuk
mengimpor dari Negara lain untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tanaman lidah buaya.
Usaha pengolahan tepung lidah buaya sudah diramalkan akan menjadi usaha yang sangat
berkembang di dunia bisnis pertanian Indonesia. Hal itu karena masih jarangnya pengusaha
yang bergelut dibidang pengolahan tepung lidah buaya. Di Indonesia sendiri baru ada 1
perusahaan pengolahan tepung lidah buaya, yakni PT. Nusantara Utama. Sehingga peluang
dalam menjalankan usaha ini memang sangat besar kesemapatannya.
Dilihat dari factor harga penjualan dari tepung lidah buaya juga tidak dapat di sepelekan.
Karena harga tepung lidah buaya di pasaran masih berkisar di atas Rp 500.000 per Kg,
apabila pelaku bisnis melihat peluang yang ada maka mereka pasti berfikir ulang untuk
beralih bisnis ke pengolahan tepung lidah buaya yang menjanjikan keuntungan lebih.
b. Ancaman
Apabila dilihat beberapa factor yang menyebabkan ancaman bagi usaha pengolahan
tepung lidah buaya lebih ditekankan pada alam. Karena pada sekarang ini kondisi alam di
Indonesia yang sedang tidak bersahabat atau tidak menentu. Sehingga itu akan
mempengaruhi hasil panen dari budidaya tanaman lidah buaya yang dilakukan oleh para
petani Indonesia. Terkadang alam susah untuk diprediksi keadaanya dan hal itu
menyebabkan ketakutan oleh para petani untuk menanam atau berbudidaya tanaman lidah
buaya. Dan pastinya akan mempengaruhi pasokan bahan baku untuk pengolahan tepung
lidah buaya.
Selain itu adanya pesaing sesama perusahaan pengolahan tepung lidah buaya yang
semakin meningkatkan hasil olahannya atau produknya. Meskipun persaingan di Indonesia
masih terbuka lebar, akan tetapi persaingan dengan perusahaan luar negeri yang tidak bisa
dipastikan. Hal itu karena perusahaan-perusahaan kosmetik dan farmasi yang selaku
konsumen dari tepung lidah buaya menginginkan kualitas dari tepung lidah buaya yang
berkualitas tinggi. Dan itu hanya dimiliki oleh tepung lidah buaya buatan perusahaan luar
negeri yang di impor. Di Indonesia sendiri seperti PT. Nusantara Utama hanya bisa
mnyediakan tepung lidah buaya hanya pada batas kualitas menengah.

2. Analisis Internal
Analisis internal dari usaha pengolahan tanaman lidah buaya menjadi tepung lidah buaya
dapat dilihat dari kekuatan yang dimiliki perusahaan dan juga kelemahan yang dimiliki
perusahaan itu. Factor ini juga sangat perlu untuk diperhatikan keberadaanya karena factor inilah
yang benar-benar akan menjadi kan perusahaan akan berkembang atau tidaknya.
a. Kekuatan
Ketika melihat peluang dari factor eksternal dari analisis ini maka dapat diramalkan kalau
akan banyak pemegang saham yang akan memberikan investasinya untuk perusahaan
pengolahan tepung lidah buaya ini. Sehingga permodalan untuk membangun usaha
pengolahan tanaman lidah buaya ini menjadi tepung lidah buaya akan mudah di cari. Selain
itu bank-bank yang tersedia juga memberikan pelayanan untuk peminjaman modal usaha
dengan bunga yang cukup ringan. Menurut LPS suku bunga di bank untuk sekarang ini
adalah apada tingkat 7%.
Kekuatan lain yang dimiliki adalah proses produksi tepung lidah buaya yang tidak terlalu
sulit. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek analisis teknis dan tekhnologis yang
dilakukan pada analisis bahan baku yang tersedia, tekhnologi proses produksi tepung lidah
buaya yang mudah dan cepat, kebutuhan mesin proses produksi dan penanganan limbah
yang tepat
- Bahan baku, seperti yang diketahui bahwa di Indonesia memang sedang dilakukan
untuk pengembangan budidaya tanaman lidah buaya terutama di daerah Kalimantan.
Untuk itu sangat mudah bila membutuhkan pasokan bahan baku tanaman lidah buaya
dan juga pada usaha ini menyediakan lahan sendiri untuk penanaman lidah buaya
agar apabila terjadi kekurangan pasokan bisa di ambil dari lahan sendiri. Sehingga
tidak perlu lagi mengimpor bahan baku dari luar negeri yang memang harga nya juga
cukup mahal dibandingkan dengan harga bahan baku dipetani lokal.
- Tekhnologi proses produksi tepung lidah buaya yang mudah dan cepat, pada proses
pengolahan tepung lidah buaya ini sudah menggunakan mesin yang modern sehingga
aklan mempermudah dalam proses produksinya. Berikut proses produksi dari tepung
lidah buaya:
1) Tahapan proses produksi tapung lidah buaya
a) Pencucian
Pelepah lidah buaya yang masuk ke pabrik telah mengalami proses sortasi di
tempat budidaya dengan standar mutu bobot 0,8 kg/pelepah, lebar pelepah
rata-rata 11 cm, dan panjang pelepah 40-60 cm. Tahap awal proses produksi
adalah proses pencucian yang bertujuan untuk membuang sisa-sisa tanah,
residu pupuk, dan kotoran lainnya. Pencucian dialkukan dengan mengalirkan
air ke dalam bak pencuci sehingga pelepah lidah buaya terendam dan terjadi
perputaran air yang dapat memberikan efek pembersihan yang sama pada
setiap pelepah. Pelepah lidah buaya yang telah dicuci ditempatkan pada belt
conveyor untuk dibawa ke tempat pengupasan.
b) Pengupasan, Proses pengupasan lidah buaya dilakukan dengan mesin
pengupas yang juga langsung memisahkan bagian gel dan kulit lidah buaya.
Gel lidah buaya yang telah terkupas langsung dimasukkan ke mesin
pengekstrak melalui belt conveyor sehingga tidak terjadi reaksi perubahan
warna (browning). Bagian-bagian yang rusak dan busuk juga dibuang pada
saat pengupasan. Kulit pelepah ditampund di dalam bak penampung yang
bersatu dengan mesin pengupasan untuk menunggu proses pembuburan.
c) Pengekstrakan, Pengekstrakan dilakukan pada mesin pengekstrak lidah buaya
dengan proses pembuburan dan penyaringan yang bekerja secara
berkesinambungan. Gel lidah buaya dimasukkan kedalam mesin pengekstrak
untuk dibuburkan dan dilanjutkan dengan penyaringan. Hasil akhir proses
adlah gel lidah buaya yang telah bersih dari ampas, cair dan jernih. Tahap
pengekstrakan tidak memerlukan air sehingga ekstrak lidah buaya tidak
tercampur dengan air.
d) Pengentalan, pengentalan dilakukan pda mesin Reverse Osmosis pada suhu
70 0C. Pengentalan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada gel lidah
buaya sehingga akan mempercepat proses pembekuan. Proses pengentalan
dapat menghilangkan air bahan sekitar 43%.
e) Pembekuan, pembekuan bubur lidah buaya dilakukan pda freezer dengan
suhu -18 0C. Hasil pembekuan langsung dimasukkan ke dalam freeze dryer
untuk menghindari terjadinya pembekuan.
f) Pengeringan, padatan bubur lidah buaya ditempatkan pada loyang aluminium
dan dimasukkan ke dalam freeze dryer dengan suhu sebesar -60 0C. Hasil
pengeringan berupa lempeng-lempeng tepung yang harus digiling untuk
menghasilkan tekstur yang seragam.
g) Penggilingan, penggilingan dilakukan dengan hammer mill. Pengilingan
dilakukan untuk menghasilkan produk yang memiliki partikel homogen.
h) Pengemasan, pengemasan dilakukan pada mesin vacuum packaging. Bahan
kemasan adalah berupa drum plastik high densitiy polyethilene (HDPE)
dengan kapasitas bahan kemasan 5 kg. Tepung lidah buaya hasil pengemasan
disimpan di gudang produk jadi yang memiliki refrigerator untuk
menghambat penggumpalan.
2) Tahapan Proses Produksi Tepung Kulit Lidah Buaya
a) Pembuburan
Pembuburan dilakukan pada mesin yang sama, yaitu mesin pengekstrak lidah
buaya tetapi tidak melalui proses penyaringan, hal tersebut dikarenakan
bagian pembubur dan penyaring pada mesin pengekstrak dapat dipisahkan. 
Hasil akhir proses adalah bubur kulit pelepah yang cukup kental, kandungan
serat yang cukup tinggi, dan masih terdapat sedikit kandungan gel. Bubur
kulit lidah buaya tidak memerlukan proses pengentalan dan dapat lengsung
dikeringkan.
b) Pengeringan
Pengeringan bubur kulit lidah buaya dilakukan denga drum dryer sampai
kadar air bahan maksimum sebesar 12 % dengan waktu sekitar 3 jam. Hasil
pengeringan berupa tepung kulit yang memiliki tekstur cukup kasar dan
warnanya sedikit coklat.
c) Penggilingan
Penggilingan dilakukan dengan hammer mill. Pengilingan dilakukan untuk
menghasilkan produk yang memiliki partikel homogen karena butiran-butiran
tepung kulit lidah buaya hasil pengeringan memiliki tekstur yang sangat tidak
seragam.
d) Pengemasan
Bahan kemasan adalah berupa drum plastik high densitiy polyethilene
(HDPE) dengan kapasitas bahan kemasan 5 kg.
- Kebutuhan mesin proses produksi
Mesin dan peralatan yang dibutuhkan pada industri tepung lidah buaya relatif
mahal karena pembuatan tepung lidah buaya memerlukan teknologi tinggi. Mesin dan
peralatan sebagian harus diimpor sehingga diperlukan devisa untuk pembelanjaan
impor. Mesin-mesin utama yang harus diimpor diantaranya adalah freeze dryer,
vacuum packaging, dan mesin reverse osmosis. Mesin-mesin tambahan seperti freeze,
drum dryer, hammer mill, dan peralatan transportasi dapat disediakan didalam negeri.
- Penanganan limbah yang tepat
Analisa dampak lingkungan merupakan suatu kegiatan atau kajian yang dilakukan
untuk mengidentifikasi, memprediksi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan
pengaruh suatu rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan. Berdasarkan UU No.
4 Tahun 1982 tentang ketentuan pokok lingkungan hidup, suatu industri yang
mencemarkan lingkungan harus dapat bertanggung jawab dalam penanganan limbah
tersebut. 
Lingkungan proyek industri tepung lidah buaya meliputi tempat pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan dan oprasional pabrik dan wilayah sekitar proyek yang
masih merasakan dampak adanya proyek tersebut. Dampak proyek terutama dampak
negatifnya disebabkan oleh adanya pelaksanaan konstruksi dan operasional pabrik.
Dampak negatif tersebut disebabkan oleh adanya limbah yang dikeluarkan oleh
proyek. Limbah yang dihasilkan oleh proyek dapat adalah berupa limbah padat, cair
dan gas yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
1) Pencemaran Udara
Udara dapat tercemar dengan tersebarnya zat padat berupa partikel halus, gas atau
bau. Pencemaran udara dapat terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi dan pada
saat pengolahan. Pencemaran udara pada saat konstruksi terjadi karena adanya
debu yang beterbangan, gas karbonmonoksida dari mesin dan knalpot kendaraan.
Pencemaran tidak terlalu berbahaya bagi wilayah disekitar proyek, tetapi pekerja-
pekerja yang berada di tempat pelaksanaan konstruksi dan proyek disarankan
untuk memakai penutup hidung.
2) Pencemaran Air
Pencemaran air karena adanya air bekas cucian pelepah lidah buaya dan air
buangan ampas serat lidah buaya. Air cucian mengandung kotoran berupa residu
pupuk dan tanah tetapi kandungan tersebut tidak membahayakan bagi
lingkungannya dan air buangan ampas hanya mengandung sedikit bahan organik
karena sebagian besar komponen pelepah lidah buaya (98 %) merupakan air
sehingga dapat dialirkan langsung ke badan air.

b. Kelemahan
Apabila dikaitkan sekarang ini terutama di daerah Jakarta memang sangat sulit untuk
mendapatkan tempat untuk lahan perusahaan yang akan digunakan untuk usaha
pengolahan tepung lidah buaya. Kalau pun ada pasti harga jual dari tanah yang akan
digunakan pastinya akan sangat mahal. Dan hal itu yang menjadi kendala atau kelemahan
dari usaha pengolahan tepuang lidah buaya ini.
3. Analisis Finansial
Asumsi-Asumsi
a. Analisa finansial dilakukan selama 10 tahun.
b. Kapasitas produksi maksimum adalah 36 ton/tahun untuk tepung lidah dan 90 ton/tahun
untuk tepung kulit lidah buaya. Pada tahun ke-1 dan ke-2, proyek berproduksi masing-
masing sebesar 65 % dan 80 % dari kapasitas produksi maksimum. Proyek dapat
berproduksi maksimum pada tahun ke-3.
c. Tingkat suku bunga bank per tahun untuk modal investasi adalah sebesar 19 %
d. Pinjaman terdiri dari pinjaman investasi dan pinjaman modal kerja. Besar perbandingan
modal pinjaman dangan modal sendiri (DER) adalah 65 : 35, pinjaman modal kerja
digunakan untuk biaya dua bulan produksi awal. 
e. Harga produk Rp 1.500,00 dan konstan selama analisa finansial.
f. Tunjangan kesejahteraan pekerja ditetapkan sebesar 20 % dari gaji pokok.
g. Biaya asuransi ditetapkan sebesar 2 % dari nilai investasinya
h. Jumlah hari kerja adalah 25 hari/bulan dan selama 8 jam/hari.
i. Biaya produksi tepung kulit lidah buaya adalah 5 % dari biaya produksi tepung lidah buaya.
j. Pajak penghasilan dihitung berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Tahun 1994 tentang Pajak
Pendapatan Badan Usaha dan Perseroan. Perusahaan tidak dikenai pajak bila mengalami
kerugian. Pajak meliputi :
- PBB sebesar 0,1 % (tanah dan bangunan)
- Pajak kendaraan bermotor 0,5 %
- Pajak penghasilan perseroan, jika keuntungan kurang dari 25 jta rupiah, besar pajak
penghasilannya 10 %. Jika keuntungan diantara 25-50 juta rupiah, besar pajak
penghasilannya 10% dari 25 juta ditambah 15% dari keuntungan sisanya. Jika
keuntungan lebih dari 50 juta rupiah, besar pajak penghasilannya 10% dari 25 juta
rupiah ditambah 15% dari 25 juta kedua ditambah 30% dari keuntungan sisanya.
k. Tahun ke-nol merupakan tahun pembangunan proyek.
l. Harga tanah dan bangunan
a. Harga tanah : Rp 110.000,00/m2
b. Harga bangunan
Pabrik, kantor, dan gudang : Rp 3.500.000,00/m2

Modal invesatasi pendirian usaha pengolahan tepung lidah buaya

No Penggunaan Biaya

1 Pengadaan tanah 22.348.150.000

2 Bangunan 1.127.000.000

3 Sarana penunjang 635.000.000

4 Mesin dan peralatan 7.606.000.000

5 Peralatan kantor 50.600.000

6 Kendaraan 160.000.000

7 Biaya investasi 43.000.000

8 Penanaman lidah buaya 210.000.000

9 Modal kerja 14.608.828.000

10 Bunga selama kontruksi 6.199.619.000

11 Biaya tak terduga 3.963.619.000

jumlah 56.951.816.055
Jenis pengeluaran Nilai

A. Biaya tetap
4.
1. TK tidak langsung 580.000.000

2. Biaya Overhead 4.680.453.800

B. Biaya Variable

1. Biaya bahan baku 4.575.600.000

2. Biaya pengendalian mutu 250.000.000

3. Gaji TK langsung 1.300.800.000

Biaya tak terduga 3.217.975.000

14.604.828.800

Perkiraan laba Rugi


Perkiraan laba rugi merupakan sebuah neraca yang mengambarkan keseimbangan
keuangan yang dihasilkan oleh proyek. Perkiraan laba rugi menunjukkan jumlah penerimaan dan
pengeluaran yang diseimbangkan oleh adanya laba atau rugi. Penerimaan pada industri tepung
lidah buaya terdiri dari hasil penjualan tepung lidah buaya dan tepung kulit lidah buaya.
Jumlah penerimaan pada tahun ke-1 adalah Rp. 60.120.406.149 dengan kapasitas
produksinya hanya 65 % dari kapasitas produksi maksimum dan jumlah pengeluaran pada tahun
ke-1 hanya Rp. 20.022.239.412 yang ditambah dengan biaya penyusutan Rp. 1.002.572.000 dan
pajak penghasilan sebesar Rp. 11.734.928.421 sehingga didapatkan laba Rp. 27.360.666.316.
Laba tersebut semakin bertambah pada tahun-tahun berikutnya dengan tercapainya kapasita
maksimum. Laba terbesar dicapai pada tahun ke-10 sebesar Rp. 53.907.838.820. Pengeluaran
dalam perkiraan laba rugi merupakan pengeluaran operasional yang terdiri dari biaya tetap dan
biaya variable. Biaya tetap meliputi gaji tenaga kerja tidak langsung, pembayaran pokok
pinjaman, dan biaya overhead, sedangkan biaya variable meliputi biaya bahan baku, gaji tenaga
kerja langsung, pengendalian mutu, dan bunga pinjaman.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aloe-best.com/product-specification-7.html
Dinas Pertanian Kalimantan Barat. 2001. Profil Buah-Buahan Unggulan Propinsi
Kalimantan Barat. Dinas Tanaman Pangan. Kalimantan Barat.
www. Google.com/aloevera
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40458/Rancang%20Bangun
%20Industri_hal%2012.pdf?sequence=1

You might also like