You are on page 1of 16

Sistem Pemerintahan

Siapa pelaksana kekuasaan negara dapat dikaitkan dengan negara Monarki dan Negara Republik.
Secara konseptual, jabatan Presiden dipertalikan dengan negara republik[1] sedangkan raja
dipertalikan dengan negara kerajaan.[2] Duguit membedakan antara republik dan monarchie
berdasarkan bagaimana kepala negara diangkat. Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak
waris atau keturunan maka bentuk pemerintahan disebut monarchie pelaksana kekuasaan negara
disebut raja sedangkan jika kepala negara dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan
tertentu maka negaranya disebut republik pelaksana kekuasaan negara disebut Presiden.[3]

Jika keberadaan Presiden berkaitan dengan bentuk Pemerintahan maka kekuasaan Presiden
dipengaruhi dengan sistim pemerintahan. Pada sistem pemerintahan biasanya dibahas pula dalam hal
hubungannya dengan bentuk dan struktur organisasi negara dengan penekanan pembahasan mengenai
fungsi-fungsi badan eksekutif dalam hubungannya dengan badan legislatif. Secara umum sistim
pemerintahan terbagi atas tiga bentuk yakni sistim pemerintahan Presidensil, parlementer dan
campuran yang kadang-kadang disebut “kuasi Presidensil” atau “kuasi parlementer”.[4]

Sistem pemerintahan parlementer terbentuk karena pergeseran sejarah hegemonia kerajaan.


Pergeseran tersebut seringkali dijelaskan kedalam tiga fase peralihan, meskipun perubahan dari fase
ke fase yang lain tidak selalu tampak jelas. Pertama, pada mulanya pemerintahan dipimpin oleh
seorang raja yang bertanggung jawab atas seluruh sistem politik atau sistem ketatanegaraan. Kedua,
Kemudian muncul sebuah majelis dengan anggota yang menetang hegemoni raja. Ketiga, mejalis
mengambil ahli tanggung jawab atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen maka raja
kehilangan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya.[5] Oleh sebab itu keberadaan sistem parlementer
tidaklah lepas dari perkembangan sejarah negara kerajaan seperti Inggris, Belgia dan sewedia.

Ciri umum pemerintahan parlementer sebagaimana dijelaskan S.L Witman dan J.J Wuest, yakni:[6]

1. It is based upon the diffusions of powers principle.


2. There is mutual responsibility between the the executive and the legislature; hance the
executive may dissolve the ligislature or he must resign together with the rest of the cabinet
whent his policies or no longer accepted by the majority of the membership in the legislature.
3. There is also mutual responsibility between the executive and the cabinet.
4. The executive (Prime Minister, Premier, or Chancellor) is chosen by yhe titular head of the
State (Monarch or Presiden), accorfing to the support of majority in the legislature.

Selain itu Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam sistem parlementer dapat dikemukakan
enam ciri, yaitu: (i) Kabinet dibentuk dan bertanggung jawab kepada parlement. (ii) Kabinet dibentuk
sebagai satu kesatuan dengan tanggung jawab kolektif dibawah Perdana Menteri. (iii) Kabinet
mempunyai hak konstitusional untuk membubarkan parlemen sebelum periode bekerjanya berakhir.
(iv) Setiap anggota kabinet adalah anggota parlement yang terpilih. (v) Kepala pemerintahan (Perdana
Menteri) tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan hanya dipilih menjadi salah seorang anggota
parlement. (vi) Adanya pemisahan yang tegas antara kepala negara dengan kepala pemerintahan.[7]

Berdasarkan ciri-ciri sistem pemerintahan tersebut. Pada hakekatnya kedua pendapat tersebut tidaklah
berbeda, keduanya memiliki persamaan. Dalam kaitannya dengan kedudukan Presiden berdasarkan
apa yang dijabarkan dalam ciri tersebut, kedudukan Presiden hanya ditemukan pada sistem
parlementer yang berbentuk negara republik. Menurut S.L Witman dan J.J Wuest pada ciri yang
keempat dan Jimly Asshiddiqie Pada ciri yang keenam, kedudukan Presiden hanyalah sebagai kepala
negara sedangkan kepala pemerintahan diemban oleh Perdana Menteri.

Pada sistem parlementer kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara dimaksud bahwa Presiden
hanya memiliki kedudukan simbolik sebagai pemimpin yang mewakili segenap bangsa dan negara. Di
beberapa negara, kepala negara juga memiliki kedudukan seremonial tertentu seperti pengukuhan,
melantik dan mengambil sumpah Perdana Menteri beserta para anggota kabinet, dan para pejabat
tinggi lainnya, mengesahkan undang-undang, mengangkat duta dan konsul, menerima duta besar dan
perwakilan negara-negara asing, memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehalibitasi. Selain itu pada
negara-negara yang menganut sistem multi partai kepala negara dapat mempengaruhi pemilihan calon
Perdana Menteri.[8]

Bagan Sistem Perintahan Parlementer[9]

Sebagai mana dijelaskan di atas pada sistem pemerintahan parlementer terdapat pemisahan antara
kepala negara dengan kepala pemerintahan. Hampir seluruh negara yang menganut sistem ini dapat
dipastikan seorang kepala pemerintahan dipilih dari keanggotaan parlemen. Bagaimanakah cara
pengisian  jabatan kepala negara pada sistem ini? Pada negara monarchi dapat dipastikan kepala
negaranya seorang raja menurut Duguit berdasarkan keturunan. Sedangkan pada negara yang
bebebentuk republik dimana kepala negaranya diemban oleh Presiden pada setiap negara memiliki
mekanisme yang berbeda-beda dan Presiden memiliki masa jabata yang telah ditentukan. Pengisian
jabatan Presiden pada negara republik pada sistem parlementer di sebagian negara diatur di dalam
konstitusi mereka. Beberapa negara memilih secara langsung Presiden mereka, dipilih oleh parlement
atau oleh suatu badan pemilihan.[10] Sedangkan untuk masa jabatan Presiden sekitar 5 (lima) sampai
7 (tujuh) tahun.

Dalam pemerintahan Presidensial tidak ada pemisahan antara fungsi kepala negara dan fungsi kepala
pemerintahan, kedua fungsi tersebut dijalankan oleh Presiden.[11] Presiden pada sistem Presidensil
dipilih secara langsung oleh rakyat atau melalui badan pemilihan dan memiliki masa jabatan yang
ditentukan oleh konstitusi.[12] Menurut von Mettenheim dan Rockman sebagaimana dikutip Rod
hague dan Martin Harrop sistem Presidensil memiliki beberapa ciri yakni :[13]

1. popular elections of the Presiden who directs the goverenment and makes appointments to it.
2. fixed terms of offices for the Presiden and the assembly, neither or which can be brought
down by the other (to forestall arbitrary use of powers).
3. no overlaping in membership between the executive and the legislature.

Dalam keadaan normal, kepala pemerintahan dalam sistem Presidensial tidak dapat dipaksa untuk
mengundurkan diri oleh badan legislatif (meskipun terdapat kemungkinan untuk memecat seorang
Presiden dengan proses pendakwaan luar biasa). Jika pada sistem parlementer memiliki
pemerintah/eksekutif kolektif atau kolegial maka pada sistem Presidensial memiliki eksekutif
nonkolegial (satu orang), para anggota kabinet Presidensial hanya merupakan penasehat dan bawahan
Presiden.
Menurut Duchacck perbedaan utama antara sistem Presidensil dan parlementer pada pokoknya
menyangkut empat hal, yaitu: terpisah tidaknya kekuasaan seremonial dan politik (fusion of
ceremonial and political powers), terpisah tidaknya personalia legislatif dan eksekutif (separation of
legislatif and eksekutif personels), tinggi redahnya corak kolektif dalam sistem
pertanggungjawbannya (lack of collective responsibility), dan pasti tidaknya jabatan Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan (fixed term of office).[14]

Bagan Sistem Perintahan Presidensil[15]

Sedangakan untuk sistem pemerintahan campuran memiliki corak tersendiri yang juga dapat disebut
sistem semi-presidensial. Sistem pemerintahan campuran dapat diartikan:

Semi-Presidenial government combines an elected Presiden performing political tasks with a prime
minister who heads a cabinet accountable to parliament. The prime minister, usually appointed by the
Presiden, is responsible for day-to-day domestic government (including relations with the assembly)
but the Presiden retains an oversight role, responsibility for foreign affairs, and can usually take emer-
gency powers.[16]

Didalamnya ditentukan bahwa Presiden mengangkat para menteri termasuk Perdana Menteri seperti
sistem Presidensil, tetapi pada saat yang sama Perdana Menteri juga diharuskan mendapat
kepercayaan dari parlemen seperti dalam sistem parlementer.[17] Perdana Menteri pada umumnya
ditugaskan oleh Presiden, adalah bertanggung jawab untuk pemerintah domestik sehari-hari tetapi
memiliki tanggung jawab untuk urusan luar negeri, dan dapat pada umumnya mengambil kuasa-kuasa
keadaan darurat.

Menurut Duverger sistem ini memiliki ciri, yakni :[18]

1. The Presiden of the republic is elected by universal suffrage.


2. He possesses quite considerable powers.
3. He has opposite him, however, a prime minister and minister who possess executive and
governmental powers and can stay in office only if the parliament does not show its
oppositions to them.

Jadi pada sistem campuran ini kedudukan Presiden tidak hanya sebagai serimonial saja, tetapi turut
serta didalam pengurusan pemerintahan, adanya pembagian otoritas didalam eksekutif.

Bagan Sistem Perintahan campuran[19]


Sejarah ketatanegaraan Indoenesia sejak berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 kemerdekaan,
Konstitusi RIS, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sampai dengan perubahan Undang-Undang
Dasar 1945, Indonesia mengalami beberapa perubahan sistem pemerintahan. Indonesia terus mencari
suatu bentuk yang ideal. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengatakan bahwa Indonesia di bawah
Undang-Undang Dasar 1945 menganut sistim pemerintahan “quasi Presidensial”. Alasannya
karena dilihat dari sudut pertanggungjawaban Presiden kepada MPR, sebagiman dikatakan
lebih lanjut:[20]

Jadi berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945, sistem
pemerintahannya adalah Presidensil, karena Presiden adalah eksekutif, sedangkan menteri-
menteri adalah pembantu Presiden. Dilihat dari sudut pertanggungan jawab Presiden kepada
Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka berarti bahwa eksekutif dapat dijatuhkan oleh
lembaga negara lain – kepada siapa Presiden bertanggung jawab – maka sistem pemerintahan
di bawah Undang-Undang Dasar 1945 dapat disebut “quasi Presidensil”

Kekuasaan Presiden di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebelum  perubahan yang dikatakan
menganut sistim pemerintahan “quasi Presidensial” memiliki tiga kekuasaan yakni, sebagai
kepala negara, sebagai kepala pemerintahan dan sebagai mendataris MPR.

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 merubah sistem pemerintahan Indonesia. Dengan perubahan
ini Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensil. Jika pada Undang-Undang Dasar 1945
sebelum perubahan memiliki kelemahan yakni cenderung sangat ‘executive hevy’ maka setelah
perubahan hal ini tidak terwujud lagi, perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah menganut sistem
pemeritahan Presidensil yang dapat menjamin stabilitas pemerintah.[21]

Dalam sistem pemerintahan Presidensil yang diadosi oleh Undang-Undang Dasar 1945 menurut Jimly
Asshiddiqie memiliki lima perinsip penting, yaitu:[22]

(1) Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi penyelenggara kekuasaan esekutif negara
yang tertinggi dibawah Undang-Undang Dasar. (2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat
secara langsung dan karena itu secara politik tidak bertanggungjawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau lembaga parlemen, melainkan bertanggungjawab langsung kepada
rakyat yang memilih. (3) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat dimintakan pertanggungjawaban
secara hukum apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum dan
konstitusi. (4) Para menteri adalah pembantu Presiden. (5) Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang
kedudukannya dalam sistem Presidensil sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin
stabilitas pemerintah, ditentukan pula masa jabatan Presiden lima tahunan tidak boleh dijabat oleh
orang yang sama lebih dari dua masa jabatan. Kelima ciri tersebut merupakan ciri sistem
pemerintahan Presidensil yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 hasil perubahan.

___________
[1] Perkataan “republik” (republica, republic) telah dikenal sejak masa Yunani – kalsik dan rumawi.
Buku yang ditulis Plato (Yunani), Cicero (Rumawi), keduanya berjuduk “Republik” (republica).
Walaupun demikian, uraian Plato dan Cicero yang terangkum dalam Republic, tidak dkaitkandengan
jabatan Presiden. Tulisan Plato dan Cocero justru mengenai kerajaan. Perkataan republik pada waktu
itu belum berkaitan dengan bentuk negara, melainkan dengan fungsi negara dalam cara menjalankan
pemerintahan. Republik yang berasal dari “res” dan “publica”, menunjuk kepada suatu pemerintahan
yang dijankan oleh dan untuk kepentingan umum. Bagir Manan, “Jabatan KePresidenan Republik
Indonesia” dalam 70 Tahun Prof. Dr. Harun Alrasid (intergritas, konsistensi seorang sarjana hukum),
editor. A. Muhammad Asrun dan Hendra Nurtjahjo, (Jakarta: Pusata Studi HTN UI, 2000), hlm. 163.
[2] Menurut Hans Kelsen pembedaan antara monarki dengan republik terletak pelaksana kedaulatan
“When the sovereign power of community belong to one individual, the government of the
constitutions is said to be monarchic. When the powers belongs to several individual, the constitution
is called republican. A republikan is an aristroceacy ar a democracy, depending upon whether the
sovereign powers belongs to mayority of the people” Hans Kelsen, General Theory of Law and State,
(New York: Russell & Russell, 1961),  hlm. 283.

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan
bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan
pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undanag-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensial. Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan
presidensial? Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu dibahas mengenai sistem pemerintahan.

I. Pengertian Sistem Pemerintahan


Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan. Kata system
merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau
cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan
dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah
Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-
badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan
negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen
pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan
fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan
menjalankan pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berate kekuasaan membentuk undang-undang;
Dan Kekuasaan Yudiskatif yang berate kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-
undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif. Jadi, system pemerintaha negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara,
hubungan antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya,
tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-
lembaga yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling
menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah kepala negaranya dan
berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan melaksakan kekuasaan eksekutif dan
melaksakan undang-undang. Setiap departemen akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabile semua
menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan
menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
a. Kabinet Presidensial
Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah
dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan sebagai perdana menteri sehingga para menteri
tidak bertanggung jawab kepada perlemen/DPR melainkan kepada presiden. Contoh negara yang
menggunakan sistem kabinet presidensial adalah Amarika Serikat dan Indonesia
b. Kabinet Ministrial
Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan kebijaksaan pemerintan, baik
seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama seluruh anggota kebinet bertanggung
jawab kepada parlemen/DPR. Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet ini adalah negara-
negara di Eropa Barat.
Apabila dilihat dari cara pembentukannya, cabinet ministrial dapat dibagi menjadi dua, yaitu cabinet
parlementer dan cabinet ekstraparlementer.
Kabinet parlementer adalah suatu kabinet yang dibentuk dengan memperhatikan dan
memperhitungkan suara-suara yang ada didalam parlemen. Jika dilihat dari komposisi (susunan
keanggotaannya), cabinet parlementer dibagi menjadi tiga, yaitu kabinet koalisi, kabinet nasional, dan
kabinet partai.
Kabinet Ekstraparlementer adalah kebinet yang pembentukannya tidak memperhatikan dan
memperhitungkan suara-suara serta keadaan dalam parlemen/DPR.

II. Sistem Pemerintahan Parlementer Dan Presidensial


Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:

1. sistem pemerintahan presidensial;


2. sistem pemerintahan parlementer.

Pada umumnya, negara-negara didunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan tersebut.
Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari dua sistem
pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang menganut sistem
pemerintahan parlemen. Bhakan, Inggris disebut sebagai Mother of Parliaments (induk parlemen),
sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan
presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang dijalankannya.
Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model pemerintahan parlementer. Amerika Serikat
juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai sekarang
tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara
tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain dibelahan dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila badan eksekutif
sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif. Sistem
pemerintahan disebut presidensial apabila badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan
legislatif.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem pemerintahan
parlementer.

Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan
perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemiihan
umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang besar menjadi
mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan eksekutif.
Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen dapat
menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak percaya
kepada kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau
raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia
hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas saran
dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan pemilihan umum
lagi untuk membentukan parlemen baru.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

 Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada
satu partai atau koalisi partai.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :

 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen


sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir sesuai
dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah
anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang besar
diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka
menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri
atau jabatan eksekutif lainnya.

Dalam sistem pemerintahan presidensial, badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang
independen. Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem
pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem pemerintahan
presidensial.

Ciri-ciri dari sistem pemerintaha presidensial adalah sebagai berikut.

1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat
atau suatu dewan majelis.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada presiden
dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak dipilih
oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen
dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :

 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa
jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun.
 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :

 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan


kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif
dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama.

III. Pengaruh Sistem Pemerintahan Satu Negara Terhadap Negara-negara Lain

Sistem pemerintahan negara-negara didunia ini berbeda-beda sesuai dengan keinginan dari negara
yang bersangkutan dan disesuaikan dengan keadaan bangsa dan negaranya. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer
merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika
Serikat dan Inggris masing-masing dianggap pelopor dari sistem pemerintahan presidensial dan
sistem pemerintahan parlementer. Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-negar
lainnya.
Contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial: Amerika Serikat, Filipina,
Brasil, Mesir, dan Argentina. Dan contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan parlemen:
Inggris, India, Malaysia, Jepang, dan Australia.
Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat variasi-variasi
disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara yang bersangkutan. Misalnya, Indonesia
yang menganut sistem pemerintahan presidensial tidak akan sama persis dengan sistem pemerintahan
presidensial yang berjalan di Amerika Serikat. Bahkan, negara-negara tertentu memakai sistem
campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya,
negara Prancis sekarang ini. Negara tersebut memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki
kekuasaan besar, tetapi juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan
pemerintahan sehari-hari.
Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu kegunaan penting sistem
pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara menjadi dapat mengadakan perbandingan oleh
negara lain. Suatu negara dapat mengadakan perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan
dengan sistem pemerintahan yang dilaksakan negara lain. Negara-negara dapat mencari dan
menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah
negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya
setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain. Mereka bisa pula mengadopsi sistem
pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan.
Para pejabat negara, politisi, dan para anggota parlemen negara sering mengadakan kunjungan ke luar
negeri atau antarnegara. Mereka melakukan pengamatan, pengkajian, perbandingan sistem
pemerintahan negara yang dikunjungi dengan sistem pemerintahan negaranya. Seusai kunjungan para
anggota parlemen tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan yang semakin luas untuk dapat
mengembangkan sistem pemerintahan negaranya.
Pembangunan sistem pemerintahan di Indonesia juga tidak lepas dari hasil mengadakan perbandingan
sistem pemerintahan antarnegara. Sebagai negara dengan sistem presidensial, Indonesia banyak
mengadopsi praktik-praktik pemerintahan di Amerika Serikat. Misalnya, pemilihan presiden langsung
dan mekanisme cheks and balance. Konvensi Partai Golkar menjelang pemilu tahun 2004 juga
mencontoh praktik konvensi di Amerika Serikat. Namun, tidak semua praktik pemerintahan di
Indonesia bersifat tiruan semata dari sistem pemerintahan Amerika Serikat. Contohnya, Indonesia
mengenal adanya lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat, sedangkan di Amerika Serikat tidak ada
lembaga semacam itu.
Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau
model yang dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan
Inggris masing-masing telah mampu membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara
tersebut selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan dengan
negara yang bersangkutan.
IV. Sistem Pemerintahan Indonesia
a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen
tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut
sebagai berikut.

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).


2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD
1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan
masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hamper semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itui tidak adanya pengawasan dan
tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan.
Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu
presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan
pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau
berganti. Konflik dan pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih
banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan
yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang
berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi

1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,


2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau amandemen
atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional,
diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen
atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001,
dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem
pemerintaha Indonesia sekarang ini.
b. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya
sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem
pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring
dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan
berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan
2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu
paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki
kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsure-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai
berikut.

1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran)

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu
diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain
adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan
saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-
lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif,
legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan
dewan menteri.
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial
(parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat
pengwasan langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan
legislatif maka sistem pemerintahannya adalah presidensial.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga itu bekerja
sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di negara
lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara itu. Misalnya, dua
negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau
kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai
1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.

Sistem Pemerintahan
(Presidensial, Parlementer dan Campuran)

Siapa pelaksana kekuasaan negara dapat dikaitkan dengan negara Monarki dan Negara
Republik. Secara konseptual, jabatan Presiden dipertalikan dengan negara republic, sedangkan raja
dipertalikan dengan negara kerajaan. Duguit membedakan antara republik dan monarchie berdasarkan
bagaimana kepala negara diangkat. Jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau
keturunan maka bentuk pemerintahan disebut monarchie pelaksana kekuasaan negara disebut raja
sedangkan jika kepala negara dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan tertentu maka
negaranya disebut republik pelaksana kekuasaan negara disebut Presiden. Jika keberadaan Presiden
berkaitan dengan bentuk Pemerintahan maka kekuasaan Presiden dipengaruhi dengan sistim
pemerintahan. Pada sistem pemerintahan biasanya dibahas pula dalam hal hubungannya dengan bentuk
dan struktur organisasi negara dengan penekanan pembahasan mengenai fungsi-fungsi badan eksekutif
dalam hubungannya dengan badan legislatif. Secara umum sistim pemerintahan terbagi atas tiga bentuk
yakni sistim pemerintahan Presidensil, parlementer dan campuran yang kadang- kadang disebut “kuasi
Presidensil” atau “kuasi parlementer”.

Sistem pemerintahan parlementer terbentuk karena pergeseran sejarah hegemonia kerajaan.


Pergeseran tersebut seringkali dijelaskan kedalam tiga fase peralihan, meskipun perubahan dari fase
ke fase yang lain tidak selalu tampak jelas. Pertama, pada mulanya pemerintahan dipimpin oleh
seorang raja yang bertanggung jawab atas seluruh sistem politik atau sistem ketatanegaraan. Kedua,
Kemudian muncul sebuah majelis dengan anggota yang menetang hegemoni raja. Ketiga, mejalis
mengambil ahli tanggung jawab atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen maka raja
kehilangan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya. Oleh sebab itu keberadaan sistem parlementer
tidaklah lepas dari perkembangan sejarah negara kerajaan seperti Inggris, Belgia dan sewedia.
Ciri umum pemerintahan parlementer sebagaimana dijelaskan S.L
Witman dan J.J Wuest, yakni:
1. It is based upon the diffusions of powers principle.

2. There is mutual responsibility between the the executive and the legislature; hance the executive may
dissolve the ligislature or he must resign together with the rest of the cabinet whent his policies or no
longer accepted by the majority of the membership inin the legislature.

3. There is also mutual responsibility between the executive and the cabinet4. The executive (Prime
Minister, Premier, or Chancellor) is chosen by yhe titular head of the State (Monarch or Presiden),
accorfing to the support of majority in the legislature.

Sistem PARLEMENTER, ciri utamanya adalah:


1. Perdana Menteri diangkat oleh Parlemen, artinya legitimasi
pemerintahan datangnya dari parlemen,
2. Program yang ditawarkan (dijual) dalam pemilu adalah program
partai,
3.Program Pemerintah adalah program partai pemenang pemilu,
4. Dalam Pemilu rakyat memilih partai (Beberapa negara yang dipilih
gambar Calon Anggota DPR, tapi yang dijual oleh calon anggota DPR
tetap yaitu program partai),

Maka Ketua Partai otomatis calon Perdana Menteri, Karena yang dipercaya rakyat
adalahpartai, maka partai lah yang membentuk kabinet (pemerintahan), Sehingga disana dikenal istilah
partai pemerintah, dan partai yang tidak duduk dalam pemerintah disebut partai oposisi, Perdana
Menteri setiap saat bisa jatuh karena alasan politik, yaitu ketika dukungan di parlemen tidak lagi
mayoritas. Untuk terwujudnya "Chek and Balance" maka anggota DPR pun setiap saat jugabisa dicopot
ditengah jalan dengan alasan politik. Kewenang partai dalam mencopot anggota karena dalam pemilu
yang dipercaya (yang dicoblos) oleh rakyat adalah partai, DPR adalah wakil partai maka dalam DPR
ada lembaga Fraksi, Posisi Partai kuat, karena ia membuat program, menyusun kabinet dan memilih
pejabat –pejabat politis lainnya, Pemerintah dibentuk setelah pemilu DPR. Bila di parlemen tidak
mayoritas tunggal (50% + 1), maka partai pemenang terbesar berkoalisi dengan partai lain, maka cabinet
yang dibentuk disebut cabinet koalisi.

Selain itu Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa dalam sistem parlementer dapat
dikemukakan enam ciri, yaitu: Kabinet dibentuk dan bertanggung jawab kepada parlement. Kabinet
dibentuk sebagai satu kesatuan dengan tanggung jawab kolektif dibawah Perdana Menteri. Kabinet
mempunyai hak konstitusional untuk membubarkan parlemen sebelum periode bekerjanya berakhir.
Setiap anggota kabinet adalah anggota parlement yang terpilih. Kepala pemerintahan (Perdana
Menteri) tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan hanya dipilih menjadi salah seorang anggota
parlement. Adanya pemisahan yang tegas antara kepala negara dengan kepala pemerintahan.

Berdasarkan ciri-ciri sistem pemerintahan tersebut. Pada hakekatnya kedua pendapat tersebut tidaklah
berbeda, keduanya memiliki persamaan. Dalam kaitannya dengan kedudukan Presiden berdasarkan
apa yang dijabarkan dalam ciri tersebut, kedudukanPresiden hanya ditemukan pada sistem
parlementer yang berbentuknegara republik. Menurut S.L Witman dan J.J Wuest pada ciri yang
keempat dan Jimly Asshiddiqie Pada ciri yang keenam, kedudukan Presiden hanyalah sebagai kepala
negara sedangkan kepala pemerintahan diemban oleh Perdana Menteri.
Pada sistem parlementer kedudukan Presiden hanya sebagai kepala negara dimaksud bahwa
Presiden hanya memiliki kedudukan simbolik sebagai pemimpin yang mewakili segenap bangsa dan
negara. Di beberapa negara, kepala negara juga memiliki kedudukan seremonial tertentu seperti
pengukuhan, melantik dan mengambil sumpah Perdana Menteri beserta para anggota kabinet, dan
para pejabat tinggi lainnya, mengesahkan undang-undang, mengangkat duta dan konsul, menerima
duta besar dan perwakilan negara-negara asing, memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehalibitasi.
Selain itu pada negara-negara yang menganut sistem multi partai kepala negara dapat mempengaruhi
pemilihan calon Perdana Menteri. Sebagai mana dijelaskan di atas pada sistem pemerintahan
parlementer terdapat pemisahan antara kepala negara dengan kepala pemerintahan. Hampir seluruh
negara yang menganut sistem ini dapat dipastikan seorang kepala pemerintahan dipilih dari
keanggotaan parlemen. Bagaimanakah cara pengisian jabatan kepala negara pada sistem ini? Pada
negara monarchi dapat dipastikan kepala negaranya seorang raja menurut Duguit berdasarkan
keturunan. Sedangkan pada negara yang bebebentuk republik dimana kepala negaranya diemban oleh
Presiden pada setiap negara memiliki mekanisme yang berbeda- beda dan Presiden memiliki masa
jabata yang telah ditentukan. Pengisian jabatan Presiden pada negara republik pada sistem
parlementer di sebagian negara diatur di dalam konstitusi mereka. Beberapa negara memilih secara
langsung Presiden mereka, dipilih oleh parlement atau oleh suatu badan pemilihan. Sedangkan untuk
masa jabatan Presiden sekitar 5 (lima) sampai 7 (tujuh) tahun.

Dalam pemerintahan Presidensial tidak ada pemisahan antara fungsi kepala negara dan fungsi
kepala pemerintahan, kedua fungsi tersebut dijalankan oleh Presiden. Presiden pada sistem Presidensil
dipilih secara langsung oleh rakyat atau melalui badan pemilihan dan memiliki masa jabatan yang
ditentukan oleh konstitusi.

Menurut von Mettenheim dan Rockman sebagaimana dikutip Rod


hague dan Martin Harrop sistem Presidensil memiliki beberapa ciri yakni :
1. popular elections of the Presiden who directs the goverenment and
makes appointments to it
2. fixed terms of offices for the Presiden and the assembly, neither or which
can be brought down by the other (to forestall arbitrary use of powers).
3. no overlaping in membership between the executive and the legislature.

Dalam keadaan normal, kepala pemerintahan dalam sistem Presidensial tidak dapat dipaksa
untuk mengundurkan diri oleh badan legislatif (meskipun terdapat kemungkinan untuk memecat
seorang Presiden dengan proses pendakwaan luar biasa). Jika pada sistem parlementer memiliki
pemerintah/eksekutif kolektif atau kolegial maka pada sistem Presidensial memiliki eksekutif
nonkolegial (satu orang), para anggota kabinet Presidensial hanya merupakan penasehat dan bawahan
Presiden.

Menurut Duchacck perbedaan utama antara sistem Presidensil dan parlementer pada
pokoknya menyangkut empat hal, yaitu: terpisah tidaknya kekuasaan seremonial dan politik (fusion of
ceremonial and political powers), terpisah tidaknya personalia legislatif dan eksekutif (separation of
legislatif and eksekutif personels), tinggi redahnya corak kolektif dalam sistem
pertanggungjawbannya (lack of collective responsibility), dan pasti tidaknya jabatan Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan (fixed term of office).

Sedangakan untuk sistem pemerintahan campuran memiliki corak tersendiri yang juga dapat disebut
sistem semi-presidensial. Sistem pemerintahan campuran dapat diartikan:
Semi-Presidenial government combines an elected Presiden performing political tasks with a
prime minister who heads a cabinet accountable to parliament. The prime minister, usually appointed
by the Presiden, is responsible for day-to-day domestic government (including relations with the
assembly) but the Presiden retains an oversight role, responsibility for foreign affairs, and can usually
take emergency powers.

Didalamnya ditentukan bahwa Presiden mengangkat para menteri termasuk Perdana Menteri
seperti sistem Presidensil, tetapi pada saat yang sama Perdana Menteri juga diharuskan mendapat
kepercayaan dari parlemen seperti dalam sistem parlementer. Perdana Menteri pada umumnya
ditugaskan oleh Presiden, adalah bertanggung jawab untuk pemerintah domestik sehari-hari tetapi
memiliki tanggung jawab untuk urusan luar negeri, dan dapat pada umumnya mengambil kuasa-kuasa
keadaan darurat.

Menurut Duverger sistem ini memiliki ciri, yakni :


1. The Presiden of the republic is elected by universal suffrage.
2. He possesses quite considerable powers.

3.He has opposite him, however, a prime minister and minister who
possess executive and governmental powers and can stay in office only
if the parliament does not show its oppositions to them.

Sistem PRESIDENSIAL, ciri utamanya:


1. Rakyat langsung memilih presiden artinya legitimasi presiden
(Pemerintah) langsung dari Rakyat, Program yang dijual dalam pemilu
bukan program partai, tapi program sang Capres,
2. Program pemerintah adalah program Capres pemenang pemilu yang
ditawarkan
saat kampanye,
3. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden tidak tergantung dari
besar
kecilnya dukungan DPR, karena legitimasi presiden bukan dari DPR, tapi
langsung dari rakyat.
4. Bila Presiden tergangu oleh DPR maka Presiden punya Hak veto
terhadap keputusan DPR (Disanalah maka dalam sistem presidensial
Pemerintah tidak terlibat dalam membuat UU) dan Presiden juga punya
hak bertanya langsung kepada rakyat (referendum).

Jadi pada sistem campuran ini kedudukan Presiden tidak hanya sebagai serimonial saja, tetapi
turut serta didalam pengurusan pemerintahan, adanya pembagian otoritas didalam eksekutif. Sejarah
ketatanegaraan Indoenesia sejak berlakunya Undang- Undang Dasar 1945 kemerdekaan, Konstitusi
RIS, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 sampai dengan perubahan Undang-Undang Dasar 1945,
Indonesia mengalami beberapa perubahan sistem pemerintahan. Indonesia terus mencari suatu bentuk
yang ideal. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengatakan bahwa Indonesia di bawah Undang-Undang
Dasar 1945 menganut sistim pemerintahan “quasi Presidensial”. Alasannya karena dilihat dari sudut
pertanggungjawaban Presiden kepada MPR, sebagiman dikatakan lebih lanjut:

Jadi berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945, sistem pemerintahannya
adalah Presidensil, karena Presiden adalah eksekutif, sedangkan menteri-menteri adalah pembantu
Presiden. Dilihat dari sudut pertanggungan jawab Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat,
maka berarti bahwa eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga negara lain – kepada siapa Presiden
bertanggung jawab – maka sistem pemerintahan di bawah Undang-Undang Dasar 1945 dapat
disebut “quasi Presidensil” Kekuasaan Presiden di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebelum
perubahan yang dikatakan menganut sistim pemerintahan “quasi Presidensial” memiliki tiga
kekuasaan sebagai yakni, sebagai kepala negara, sebagai kepala pemerintahan dan sebagai
mendataris MPR. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 merubah sistem pemerintahan Indonesia.
Dengan perubahan ini Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensil. Jika pada Undang-
Undang Dasar 1945sebelum perubahan memiliki kelemahan yakni cenderung sangat ‘executive
hevy’ maka setelah perubahan hal ini tidak terwujud lagi, perubahan Undang-Undang Dasar 1945
telah menganut sistem

pemeritahan Presidensil yang dapat menjamin stabilitas pemerintah.

Dalam sistem pemerintahan Presidensil yang diadosi oleh Undang- Undang Dasar 1945
menurut Jimly Asshiddiqie memiliki lima perinsip penting, yaitu:

(1)
Presiden
dan
Wakil
Presiden
merupakan
satu
institusi
penyelenggara
kekuasaan esekutif negara yang tertinggi dibawah
Undang-Undang Dasar.

(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan karena itu secara politik tidak
bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan

Rakyat
atau
lembaga
parlemen,

melainkan
bertanggungjawab langsung kepada rakyat yang memilih.
(3)

Presiden
dan/atau
Wakil
Presiden
dapat

dimintakan
pertanggungjawaban secara hukum apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum dan konstitusi.
(4) Para menteri adalah pembantu Presiden.

(5) Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam sistem Presidensil sangat kuat
sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin stabilitas pemerintah, ditentukan pula masa jabatan
Presiden lima tahunan tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua masa jabatan. Kelima
ciri tersebut merupakan ciri sistem pemerintahan Presidensil yang dianut oleh Undang-Undang Dasar
1945 hasil perubahan.

You might also like