You are on page 1of 15

PERKEMBANGAN

ISLAM DI INDONESIA
M i f t a h u r R i z k i
Agama N a bIslam
i l a
F e b i t s u k a r i s k y
XII IPA B1.
R a h m a
SMA F eNb r1i aBATAM
n t y
S h e r l l y R e t i s a
A.
V Awal
i c t Mula
o r i Perkembangan
a A m a nIslam
d a di Indonesia B.
Ciri-Ciri Perkembangan Islam di Indonesia C.
Contoh Perkembangan Islam di Indonesia D.
Peranan Umat Islam di Indonesia E.
Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. Awal Mula Perkembangan Islam di Indonesia


1. Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia diperkirakan sekitar abad ke 7 M melalui
jalur laut. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan tertua
dari kaum muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Leran,
Gresik, Jawa Timur. Berupa kompleks makam Islam yang salah satu di
antaranya atas nama Fatimah binti Maimun. Dimakamnya tertulis
angka tahun 475H atau 1082M.
Perkembangan Islam di Indonesia diperkirakan menyebar sekitar
abad 13M. hal ini dapat dilihat dari beberapa berita luar negeri,
diantaranya dari Marcopola saat singgah di Pasai tahun 692H atau
1292M dan dari Ibnu Batuthah saat singgah di Pasai tahun 746H
(1345M). kedua tokoh ini menyatakan bahwa banyak kaum muslimin
yang terlihat di daerah tersebut.

2. Teori masuknya Islam di Indonesia


a. Teori Gujarat
Dikemukakan oleh Snouk Hurgronje, yang menyatakan bahwa Islam
dibawa masuk ke Indonesia oleh pedagang dari Gujarat.
b. Teori Makkah
Dikemukakan oleh Prof Hamka, yang menyatakan bahwa Islam
dibawa masuk ke Indonesia oleh pedagang dari Arab.
c. Teori Persia
Dikemukakan oleh Husein Djayadiningrat, teori ini dititikberatkan
pada persamaan budaya yang terdapat di Indonesia dan Persia.

1. Jalur masuknya Islam


Para ahli berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui 2 jalur,
yaitu :
• Jalur Utara = Damaskus – Baghdad – Gujarat – Srilanka – Indonesia
• Jalur Selatan = Yaman – Gujarat – Srilanka – Indonesia

1. Cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia


a. Jalur perdagangan
Komunikasi terjalin dengan baik, melalui metode berdagang sambil
berdakwah sehingga daerah di sekitar pesisir pelabuhan menjadi
pusat keagamaan.
b. Jalur pernikahan
Melalui perkawinan yang menghasilkan banyak keturunan,
lingkungan muslim menjadi luas , sehingga muncul kampong-
kampung muslim yang melahirkan kerajaan- kerajaan Islam.
c. Jalur sosial budaya
Penyebaran Islam melalui jalur ini dititikberatkan pada
pencampuran unsur-unsur Islam ke dalam unsure kesenian dan
kebudayaan yang sudah ada di tanah air. Contohnya pementasan
wayang dan lagu Jawa yang dirombak oleh Sunan Kalijaga dan juga
alat music gamelan yang dibuat oleh Sunan Bonang.
d. Jalur pendidikan
Ditempuh apabila masyarakat ingin mendalami Islam lebih jauh.
Mengakibatkan munculnya pondok- pondok pesantren, seperti
pesantren Ampeldenta oleh Sunan Ampel dan Pesantren Giriloka
oleh Sunan Giri.

A. Ciri-Ciri Perkembangan Islam di Indonesia


(DATA DARI FEBY GA MASUK
KE AKU)
B. Contoh Perkembangan Islam di Indonesia
1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa
wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat
pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang
kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam
yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar
“Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun
1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan
Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan
Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah
Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan
Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini
putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan
utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima
Gajah Mada, tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai
cukup tangguh dikala itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis
dan mendudukinya selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai
dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya kerajaan
Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh yang berpusat
di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh
Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena
pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau
Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar.
Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka
memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam
( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama
Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang
berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke
seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan
Aceh dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para
ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang
Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang
langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi
dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16.
Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari
kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah
yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh
mendapat sebutan Serambi Mekah.

2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah
dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan
oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa
pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi
Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar
sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi
proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain
sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu :
a) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata
negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat
tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik

b) Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)


Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya
orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal
kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang
marak di masa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari
pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum
(Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang
pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.

c) Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)


Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.

d) Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)


Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah.
Beliau wafat tahun 1515 M.

e) Sunan Kalijaga (Raden Syahid)


Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan.
Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh
dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang
dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

f) Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara
lain dari Ternate dan Hitu Ambon.

g) Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah
satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan
kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup
bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para
wali.

h) h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15
dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus
yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya
Nusantara.

i) i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan
di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk


merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di
bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden
Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya
setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun
memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang
Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam.

“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang


Demak yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri
pengganti Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama
khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol
oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan
sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh
Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh
Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden
Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan
Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah
dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para
wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih
banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel
hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini
memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.

1. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin
hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun
motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang
mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi.
Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang
ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa
daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut
dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh
raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri
Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam
lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama
Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605
Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang
kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh
perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo
menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu,
Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti
oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan
Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian
Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai
daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar
biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar
terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).

2. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo
melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai
kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig
dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah
Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat
kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri
ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan
melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya
adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i
yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a) Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan
adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan
Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra
mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada
kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya
sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono)
menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan.
Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton
dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali
kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar
Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah
Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah
(putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan
Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas,
Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan
Sambangan.

b) Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai
(raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para
menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini
dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke
daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah
Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para
penggantinya.

1. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-
rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali
para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca
negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di
kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar
tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan
Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa).
Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut
H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam
berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara
sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan ,
yaitu Ternate dan Tidore.

Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :


a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat
besar jasanya
dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke
Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan
para muballig yang juga berasal dari Maluku.
Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso,
Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.

A. Peranan Umat Islam di Indonesia


1. Jami’atul khoiriyah
Didirikan oleh Sa’id Barzanidi pada tahun 1901 di Jakarta. Pada tahun
1914 berganti nama menjadi al Irsyad yang bergerak di bidang dakwah,
sosial dan pendidikan

2. Syariat Dagang Islam


Didirikan oleh H. Samanhudi dkk pada tanggal 16 Oktober 1905 di
Surakarta. Organisasi ini bergerak di bidang perdagangan, social dan
pendidikan
Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya bertujuan untuk
menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik)
agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Timur Asing. SDI
merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan
perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya.
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini
dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi,
tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran
dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan jiwa dagang.
2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam
bidang usaha.
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat
naiknya derajat rakyat.
4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama
Islam.
5. Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan
dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan
perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan
masyarakat muslim.
1. Muhammadiyah
Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 16 November 1912 di
Yogyakarta. Organisasi ini bergerak di bidang social, ekonomi, pendidikan
dan budaya. Bertujuan untuk menandingi segala usaha penjajahan
Belanda dan menegakkan sayriat Islam.
Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922
dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat
tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang
oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun
1934.Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres
Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi
Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

Tabel Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Periode Kepemimpinannya


N
Nama Awal Menjabat Akhir Menjabat
o

1 KH Ahmad Dahlan 1912 1923

2 KH Ibrahim 1923 1932

3 KH Hisyam 1932 1936

5 KH Mas Mansur 1936 1942

Ki Bagoes
6 1942 1953
Hadikoesoemo

Buya AR Sutan
7 1953 1959
Mansur

8 HM Yunus Anis 1959 1962

9 KH Ahmad Badawi 1962 1968

1
KH Faqih Usman
0 1968 1971

1
KH AR Fakhruddin
1 1971 1990

1
KHA Azhar Basyir 1990 1995
2

1
Amien Rais
3 1995 2000
1 Syafii Ma'arif
4
2000 2005
1
Din Syamsuddin 2005 Sekarang
5

2. Persatuan Islam
Didirikan oleh KH. Ahmad Halim pada tahun 1917 di Malajengka.
Bergerak denga mendirikan madrasah dari ibtidaiyah sampai dengan
perguruan tinggi
Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam
yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan
memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang
dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal,
sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih
dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh karena itu,
lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan
Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang
hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).
Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara
lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu,
Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak provinsi lain yang sedang dalam
proses perintisan. Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi
politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan
berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat,
syirik, dan bid'ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang
Islam.
3. Nahdlatul Ulama
(Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat
NU.
Didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari Ahmad Halim Dahlan pada tanggal 31
Januari 1926. Didirikan dengan tujuan memeperjuangkan berlakunya
ajaran Islam yang berhaluan Alhusunnah wal Jammah dan menganut 4
mahzab dalam wadah NKRI yang berasaskan pancasila. NU bergerak di
bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak
hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal
ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari
pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi
dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain:
imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang
tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam
bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun
sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika
sosial dalam NU.
Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:
N Nama Awal Akhir
o Jabatan Jabatan

1 KH Mohammad Hasyim 1926 1947


Asy'arie

2 KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 1971

3 KH Bisri Syansuri 1972 1980

4 KH Muhammad Ali Maksum 1980 1984

5 KH Achmad Muhammad Hasan 1984 1991


Siddiq

KH Ali Yafie (pjs) 1991 1992

6 KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 1999

7 KH Mohammad Ahmad Sahal 1999 sekarang


Mahfudz

Tujuan Nu
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di
tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam
perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya
Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar
di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
3. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT
dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu
masyarakat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
Struktur organisasi
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang
Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)
Jaringan
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
• 33 Wilayah
• 439 Cabang
• 15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
• 5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
47.125 Ranting

A. Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia


1. Masa Penjajahan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Panjajahan
Sebelum kaum penjajah (Portugis, Belanda, Jepang) masuk ke
Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut Islam,
sehingga telah banyak perubahan yang didatangkan oleh ajaran Islam.
Antara lain:
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan
pendewaan raja-raja serta dibimbing agar agar mengghambakan
dirinya hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan (lihat Q.S. An-Nahl:90),
mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya
menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat
yang tiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat,
dan hak-hak yang sama.
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang
didengungkan Islam dengan semboyan “Hubbul-Watan Minal-
Iimaan” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu mengubah
cara berpikir masyarakat Indonesia, khusussssnya para
pemudanya, yang dulunya bersifat sectarian (lebih
mementingkan suku dan daerahnya) menjadi bersifat lebih
nasionalis.
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam dalah
agama yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah
mamapu mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan
usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan
berbagai cara. Mula-mula dengan cara damai, tetapi Karena
tidak bisa terpaksa ditempuh dengna peperangan.

a. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan


1) Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
2) Perlawanan terhadap Penjajah Belanda

1. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Ulama Islam pada Masa Perang Kemerdekaan
• Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam
pembinaan masyarakat.
• Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.

a. Peranan Organisasi dan Pondok Pesantren pada Masa Perang


Kemerdekaan
 Serikat dagang Islam / Serikat Islam
 Muhammadiah
 Nahdlatul Ulama
Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang
penjajah dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya :
- Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada
rakyat
- Menolak rencana ordonansi tentang perkawinan tercatat
- Menolak diadakannya milisi
- Menyokong gapi dalam menuntut indonesia yang memiliki
parlemen kepada pemertintah kolonial belanda
 Pondok Pesantren

1. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI, umat Islam mayoritas
penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik
perjuangan politik maupun perjuangan diplomasi.

b. Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan


Peranan Muhammadiyah dalam pembangunan antara lain:
– Melakukan usaha-usaha agar rakyat Indonesia berilmu
pengetahuan tinggi, berbudi luhur dan bertaqwa kepada Tuhan YME
– Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat

Peranan NU antara lain:


– Mendirikan madrasah-madrasah
– Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren
– Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin

P eranan MUI antara lain:


– Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial
kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam di Indonesia
pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahyi munkar dalam usaha
meningkatkan ketahanan sosial
– Memperkuat ukhuwah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan
antar umat beragama dalam mewujudkan persataun dan kesatuan
nasional
– MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi
penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat Islam
Indonesi guna menyukseskan pembangunan nasional

Pada masa pembangunan ini terdapat pula organisasi Islam yang


menampung pada cendekia muslim yang di sebut ICMI. ICMI lahir pada
Desember 1990 dan
berkiprah pada hampir semua aspek kehidupan bangsa.

a. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan


Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia ada yang didirikan dan
dikelola langsung oleh pemerintah Depag seperti: MIN, MTsN, MAN,
IAIN.
Selain itu, adapaula lemabaga-lembaga pendidikan Islam yang
dikelola oleh swasta, tapi dibawah pengawasan serta pembinaan
Depag, seperti: Bustanul Athfal, MI, MTs, MA dan perguruan tinggi
lainnya.
Peranan kelembagaan Islam dalam pembangunan antara lain:
– Melakukan usaha-usaha agar masyarakt Indonesia bertaqwa
kepada Tuhan YME
– Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara
– Memupuk persataun dan kesatuan umat
– Mencerdaskan bangsa Indonesia
– Mengadakan pembinaan mental spiritual

You might also like