Professional Documents
Culture Documents
ISLAM DI INDONESIA
M i f t a h u r R i z k i
Agama N a bIslam
i l a
F e b i t s u k a r i s k y
XII IPA B1.
R a h m a
SMA F eNb r1i aBATAM
n t y
S h e r l l y R e t i s a
A.
V Awal
i c t Mula
o r i Perkembangan
a A m a nIslam
d a di Indonesia B.
Ciri-Ciri Perkembangan Islam di Indonesia C.
Contoh Perkembangan Islam di Indonesia D.
Peranan Umat Islam di Indonesia E.
Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah
dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan
oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa
pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi
Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar
sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi
proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain
sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu :
a) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata
negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat
tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
f) Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara
lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g) Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah
satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan
kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup
bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para
wali.
h) h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15
dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus
yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya
Nusantara.
i) i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan
di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
1. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin
hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun
motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang
mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi.
Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang
ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa
daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut
dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh
raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri
Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam
lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama
Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605
Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang
kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh
perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo
menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu,
Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti
oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan
Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian
Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai
daerah dan manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar
biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar
terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).
2. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo
melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai
kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig
dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah
Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat
kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri
ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan
melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya
adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i
yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a) Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan
adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan
Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra
mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada
kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya
sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono)
menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan.
Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton
dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali
kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar
Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah
Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah
(putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan
Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas,
Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan
Sambangan.
b) Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai
(raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para
menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini
dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke
daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah
Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para
penggantinya.
1. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-
rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali
para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca
negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di
kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar
tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan
Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa).
Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut
H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam
berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara
sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan ,
yaitu Ternate dan Tidore.
Ki Bagoes
6 1942 1953
Hadikoesoemo
Buya AR Sutan
7 1953 1959
Mansur
1
KH Faqih Usman
0 1968 1971
1
KH AR Fakhruddin
1 1971 1990
1
KHA Azhar Basyir 1990 1995
2
1
Amien Rais
3 1995 2000
1 Syafii Ma'arif
4
2000 2005
1
Din Syamsuddin 2005 Sekarang
5
2. Persatuan Islam
Didirikan oleh KH. Ahmad Halim pada tahun 1917 di Malajengka.
Bergerak denga mendirikan madrasah dari ibtidaiyah sampai dengan
perguruan tinggi
Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam
yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan
memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang
dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal,
sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih
dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh karena itu,
lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan
Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang
hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).
Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara
lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu,
Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak provinsi lain yang sedang dalam
proses perintisan. Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi
politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan
berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat,
syirik, dan bid'ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang
Islam.
3. Nahdlatul Ulama
(Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat
NU.
Didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari Ahmad Halim Dahlan pada tanggal 31
Januari 1926. Didirikan dengan tujuan memeperjuangkan berlakunya
ajaran Islam yang berhaluan Alhusunnah wal Jammah dan menganut 4
mahzab dalam wadah NKRI yang berasaskan pancasila. NU bergerak di
bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak
hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal
ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari
pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi
dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain:
imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang
tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam
bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum
penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta
merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun
sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan
tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika
sosial dalam NU.
Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:
N Nama Awal Akhir
o Jabatan Jabatan
Tujuan Nu
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di
tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam
perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya
Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar
di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
3. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT
dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu
masyarakat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.
Struktur organisasi
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang
Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)
Jaringan
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
• 33 Wilayah
• 439 Cabang
• 15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
• 5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
47.125 Ranting
1. Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI, umat Islam mayoritas
penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik
perjuangan politik maupun perjuangan diplomasi.