You are on page 1of 4

Perjuangan setiap bangsa mengalami pasang surut, demikian pula perjuangan bangsa Indonesia.

Dewasa ini perjuangan bangsa Indonesia sedang dalam tahap surut yang bukan main dalamnya.
Di dalam negeri terjadi perpecahan yang cukup gawat, sedangkan dari luar negeri terjadi
gangguan dan bahkan ancaman bertubi-tubi sekalipun tidak dalam bentuk fisik murni.

Kita mencanangkan perlunya Reformasi di segala bidang kehidupan yang memang sudah lama
diperlukan untuk membawa perjuangan bangsa kembali ke jalur yang semestinya untuk
mengarah kepada tujuan nasional kita. Namun dalam Reformasi itu tidak selalu kita dapat
mengendalikan perkembangan yang terjadi. Sebagaimana jalannya pendulum, kalau sebelum
Reformasi letak pendulum terlalu jauh ke kanan akibat kepemimpinan nasional yang terlalu
berpegang pada faktor kekuasaan, sekarang dalam Reformasi dan adanya kebebasan pendulum
itu bergerak terlalu jauh ke kiri. Seakan-akan kebebasan mengakibatkan kehidupan demokrasi
yang kebablasan sehingga juga merugikan perjuangan bangsa.

Dalam keadaan demikian perlu kita kembali kepada Dasar Negara yang sudah kita sepakati sejak
berdirinya Republik Indonesia pada tahun 1945, yaitu PANCASILA. Menjadi harapan semoga
Tamansiswa serta seluruh keluarga besarnya menyertai kesadaran demikian dan secara aktif
mengusahakannya.

Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat

Lawan dan Kendala yang kita hadapi

Usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup bukannya tanpa tantangan atau gangguan.
Dan itu datang dari dalam tubuh bangsa kita sendiri maupun dari luar. Seperti sudah dikatakan
ada pihak-pihak yang mempunyai pandangan lain atau bahkan mempunyai kepentingan yang
berbeda.

Dulu selalu dikatakan bahwa Pancasila menghadapi tantangan dari mereka yang ingin
mendirikan satu negara Islam di Indonesia. Akan tetapi anggapan demikian sudah tidak benar.
Sekarang kebanyakan pemimpin organisasi Islam menyatakan bahwa Pancasila yang harus
menjadi Dasar Negara RI dan mereka setia kepadanya. Mereka tiba pada kesadaran itu melalui
berbagai jalan dan bukan karena pemaksaan seperti yang dialami dalam masa Orde Baru.

Ada yang berpendapat bahwa Kitab Suci Al Quran tidak mengatakan harus ada Negara Islam.
Yang harus diperjuangkan adalah agar nilai-nilai ajaran Islam dilaksanakan. Dan hal itu dapat
dilakukan dalam negara berdasarkan Pancasila karena kebanyakan nilai ajaran Islam sama atau
tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Ada yang lain yang tiba pada kesimpulan itu
karena melihat bahwa Republik Indonesia meliputi banyak sekali suku bangsa dan tidak semua
memeluk agama Islam. Oleh sebab itu untuk mempunyai satu negara yang kokoh kuat di segala
bidang, maka sebaiknya Dasar Negara adalah Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila banyak
persamaannya dengan ajaran Islam maka satu negara berdasarkan Pancasila dapat diterima
sepenuhnya oleh umat Islam. Mungkin ada di antara umat Islam di Indonesia yang masih secara
kolot hendak memperjuangkan satu negara Islam. Akan tetapi jumlah mereka amat sedikit
dibandingkan dengan jumlah umat Islam Indonesia yang merupakan lebih dari 85 prosen
penduduk Indonesia. Juga pemimpin mereka jauh lebih rendah kemampuannya serta kecil
pengaruhnya dibandingkan dengan para pemimpin Islam yang menghendaki Pancasila sebagai
Dasar Negara.

Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah pandangan yang berasal dari dunia Barat dan
diikuti oleh sejumlah warga negara Indonesia. Terutama sejak selesainya Perang Dingin antara
blok Barat dan komunis, ada usaha pihak Barat dan khususnya Amerika Serikat untuk makin
meluaskan pandangan hidupnya. Buku berjudul The End of History and the Last Man, karangan
Francis Fukuyama merupakan salah satu indikasi dari gejala itu. Mereka mengatakan bahwa
dengan diakhiri perlawanan blok komunis terhadap blok Barat yang memperjuangan liberalisme
dan kapitalisme, tidak ada alasan bagi umat manusia dewasa ini untuk tidak mengikuti cara
hidup dan pandangan dunia Barat. Katanya, sedangkan Russia sebagai bekas pusat blok komunis
sekarang sepenuhnya menjalankan perubahan ke arah liberalisme dan kapitalisme, masakan
bangsa lainnya tidak cukup sadar dan yakin akan manfaat pandangan itu. Oleh sebab itu politik
luar negeri AS sekarang diwarnai oleh tekanan agar bangsa-bangsa yang tidak mengikuti
pandangan itu merubah dirinya. Atau kalau tidak mau merubah dirinya harus siap untuk dirubah.

Samuel Huntington dari Universitas Harvard AS menulis buku berjudul The Clash of
Civilizations. Pokok dari isi buku itu adalah pandangan bahwa perjuangan bagi dunia Barat
setelah berakhirnya Perang Dingin adalah perbenturan peradaban antara Barat dengan Non-
Barat, khususnya dunia Islam dan Asia Timur. Memang buku itu banyak disanggah oleh
cendekiawan Barat, tetapi dalam kenyataan sekarang cukup terasa kebenarannya di masyarakat
Barat. Apalagi karena manusia Barat pada umumnya bersifat agressif apabila mengejar
kepentingannya.

Di tubuh bangsa Indonesia terdapat sejumlah orang, umumnya cendekiawan dan politikus, yang
condong kepada pikiran Barat tersebut. Di antara mereka ada yang sejak 1945 sudah tidak setuju
dengan Pancasila. Ada pula yang kemudian menjadi bersikap begitu karena hidup dan studi di
dunia Barat atau banyak bersentuhan dengan dunia Barat. Andai kata mereka berdiri sendiri kita
tidak perlu terlalu khawatir akan tantangan itu. Sebab jumlah mereka terbatas dan umumnya
kurang mempunyai akar kepada masyarakat. Akan tetapi karena dari luar ada usaha kuat yang
memang hendak mem-Baratkan seluruh umat manusia, maka tantangan yang kita hadapi tidak
ringan. Pada umumnya keberhasilan mereka banyak ditentukan oleh kelemahan pihak kita
sendiri berupa perbuatan-perbuatan yang mendiskreditkan Pancasila. Antara lain sistem politik
yang diterapkan pemerintahan Presiden Soeharto yang dinamakan Demokrasi Pancasila sangat
membantu mereka untuk menjelek-jelekkan Pancasila. Demikian pula luasnya Korupsi-Kolusi-
Nepotisme di Indonesia yang timbul dalam sistem pemerintahan Soeharto yang menamakan diri
pembela Pancasila. Dengan begitu mereka dapat mengatakan bahwa Pancasila hanya slogan dan
omong kosong belaka. Sedangkan nilai-nilai Barat terbukti dalam kehidupan bangsa-bangsa
Barat yang maju, demokratis, terjaga keadilan sosialnya dan HAM. Dapat kita lihat bahwa
sekalipun mereka berjumlah sedikit, tetapi karena sejak Reformasi berlaku sangat agressif dan
vokal, maka pengaruhnya kepada kaum muda cukup besar. Apalagi mereka kuasai bagian
terbesar dari media massa karena mempunyai kekuatan dana yang tentu diperoleh dari bantuan
luar negeri dengan memanfaatkan LSM.
Dilihat dari kenyataan sekarang maka perjuangan untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup
bukan satu hal yang mudah dan ringan. Diperlukan sumberdaya manusia yang cakap dan ulet,
organisasi, dana yang memadai serta kepemimpinan yang tepat.

Platform Perjuangan Tamansiswa

Perjuangan Tamansiswa sejak berdirinya di zaman penjajahan adalah didasarkan pada nilai
kebangsaan dan kebudayaan atau kultural. Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa perjuangan
kebangsaan harus bermuara pada kemerdekaan bangsa. Memperhatikan sifat kolonialisme
Belanda maka disimpulkan bahwa perjuangan itu akan lama. Oleh sebab itu diperlukan banyak
kader agar perjuangan tidak berhenti di tengah jalan. Ki Hadjar berpendapat bahwa karena alasan
itu Tamansiswa harus menetapkan pendidikan sebagai jalan dan sarana utama bagi perannya
dalam perjuangan kebangsaan itu. Maka Tamansiswa sejak permulaan melakukan kegiatan
pendidikan yang bertujuan mendidik kader perjuangan kebangsaan.

Sikap Tamansiswa dalam menjalankan segenap usahanya tidak pernah lepas dari landasan
kultural ke-Indonesiaan. Oleh sebab itu, meskipun Pancasila baru pada tahun 1945 dicetuskan
oleh Bung Karno, namun pandangan Tamansiswa sejak semula tidak beda dari apa yang
kemudian keluar sebagai usul Bung Karno. Tamansiswa juga menjunjung tinggi Ketuhanan
Yang Maha Esa. Demikian pula Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Sebaliknya Tamansiswa sejak semula juga melawan liberalisme
dan kapitalisme yang merupakan sumber kolonialisme dan imperialisme.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa Tamansiswa dan semua hasil
didiknya akan sependapat bahwa Pancasila harus selalu dijaga kelestariannya sebagai Dasar
Negara RI. Dan usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup pasti sesuai dengan
pandangan dan kepentingan Tamansiswa serta segenap keluarga besarnya. Menjadikan Pancasila
sebagai kenyataan hidup tidak berarti bahwa kita menolak nilai-nilai yang berasal dari Barat
tetapi mempunyai manfaat dan dampak yang sangat baik dan penting bagi bangsa Indonesia,
selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi merupakan satu contoh yang baik.

Oleh sebab itu pantas kiranya apabila Tamansiswa dalam Era Reformasi ini mempunyai satu
platform perjuangan untuk dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi suksesnya
Reformasi serta masa depan bangsa. Dan menentukan tema Pancasila sebagai kenyataan hidup
dalam masyarakat sebagai platform perjuangan itu. Dengan demikian peran Tamansiswa dalam
perjuangan bangsa Indonesia akan kembali nampak serta menonjol.

Sebenarnya sejarah Tamansiswa dalam perjuangan bangsa menunjukkan bahwa Tamansiswa


sebagai organisasi paling tepat untuk menjadi pelopor dalam perjuangan menjadikan Pancasila
kenyataan hidup. Seperti dikatakan semula nilai-nilai yang diperjuangkan Tamansiswa sejak
semula adalah sama dengan yang terdapat dalam Pancasila. Karena itu kepeloporan Tamansiswa
dalam hal ini akan amat besar pengaruhnya kepada perjuangan bangsa di masa depan.

Penutup
Sudah diuraikan betapa perjuangan bangsa Indonesia sekarang sedang menghadapi persoalan dan
tantangan. Untuk masa depan yang cerah haruslah Pancasila tetap dijaga kelestariannya sebagai
Dasar Negara RI. Sangat penting dalam usaha itu adalah kalau Pancasila menjadi kenyataan
hidup dalam masyarakat Indonesia. Dengan begitu bangsa Indonesia akan mempunyai Identitas
yang jelas, yaitu Pancasila.

Namun usaha itu bukannya tanpa tantangan dan rintangan serta gangguan yang bahkan datang
dari luar negeri di samping dari dalam negeri. Sebab itu perjuangan itu memerlukan kepeloporan.
Berdasarkan sejarahnya Tamansiswa adalah tepat sebagai pelopor perjuangan menegakkan
Pancasila sebagai kenyataan hidup.

Yang kita harapkan adalah agar segenap warga Keluarga Besar Tamansiswa menerima ajakan ini
sehingga menjadi satu gerakan yang kuat dan ulet menuju ke keberhasilan serta masa depan
bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera lahir dan batin.

You might also like