You are on page 1of 4

Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan « Imron Munfaat http://bangim76.wordpress.com/tip-trik-menghadapi-pengawas-ketenagak...

Imron Munfaat
Perbaikan apa saja yang telah kita lakukan hingga hari ini….

Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan


5 Votes

Tidak dapat dipungkiri, bahwa keberadaan pengawas ketenagakerjaan selama ini menjadi “momok” bagi
beberapa perusahaan, karena “mereka” rutin melakukan inspeksi ketenagakerjaan. “Rasa” paling benar, paling kuasa,
paling bisa menyalahkan, paling bisa memutuskan, dan paling-paling yang lain, tidak bisa lepas dari keberadaannya,
dan menjadi kesan tersendiri bagi pelaku usaha.
Tentu kesan tersebut hanya berlaku bagi pelaku usaha yang –maaf— masih belum mempunyai bekal /
pengetahuan yang cukup ikhwal ketentuan ketenagakerjaan serta fungsi, kewenangan dan tata cara pengawasan.
Sebaliknya, bagi pelaku usaha yang telah mempunyai pemahaman atas “aturan main” yang cukup, kehadiran tim
pengawas bukan merupakan persoalan serius.

I. Dasar Hukum Pengawas Ketenagakerjaan


Dasar adanya pengawas ketenagakerjaan adalah UU No 13 Tahun 2003, Pasal 176 s/d 181. Selain UU No 13
Tahun 2003, ada beberapa ketentuan sebelum dan sesudah lahirnya UU No. 13 Tahun 2003, yang dapat dilihat di
Kumpulan Ketentuan Ketenagakerjaan.

II. Kewenangan Pengawas Ketenagakerjaan


Berbicara mengenai kewenangan (pokok) pengawas ketenagakerjaan, mari kita simak ketentuan dalam UU
No 13 Tahun 2003, Pasal 182 ayat 2, bahwa kewenangan pengawas selaku pegawai penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) ditentukan sebagai berikut:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan;
d. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan;
e. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
ketenagakerjaan; dan
g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan.

III. Obyek Pengawasan


Mengenai obyek pengawasan, masing-masing daerah mempunyai ciri khas atau model yang berbeda-beda.
Namun setidaknya, berikut yang –umumnya—menjadi obyek pengawasan termasuk dasar hukumnya. Namun jangan
kaget, ada dokumen yang diatur pada ketentuan yang ”Jadul” banget, masih saja dijadikan obyek penelitian.

1 of 20 27/11/2010 10:45
Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan « Imron Munfaat http://bangim76.wordpress.com/tip-trik-menghadapi-pengawas-ketenagak...

Kebanyakan perusahaan nggak “NGEH” jika ada ketentuan tersebut, sehingga mereka lengah, dan hal-hal ini menjadi
peluang empuk oknum petugas pengawas untuk “menjerat” bahwa perusahaan bersalah.
Ada lagi, beberapa ketentuan yang sudah dicabut dengan ketentuan yang baru, masih saja dipertahankan untuk
menjadi obyek inspeksi. Jadi, pada kondisi seperti ini, perusahaan (terutama HR) harus jeli dan tetap “fight” bahwa
tidak boleh obyek pengawasan pada sesuatu yang tidak up to date. Duhh… sia-sia banget kan…?
Ini dia dokumen yang biasa menjadi obyek pengawasan, berikut dasar hukumnya;

No
Dokumen Dasar
1 Wajib Lapor UU No 7 Tahun 1981
Ketenagakerjaan di
Perusahaan

2 Wajib Lapor Perda No 7 Tahun 1989


Pelaksanaan Fasilitas
Kesejahteraan (berlaku
di DKI Jakarta)

3 Daftar Upah/Gaji Permen No 06/MEN/1990


Karyawan Untuk 3 (tiga)
Bulan Terakhir

4 Bukti Upah Lembur Kepmen No


Karyawan untuk 3 (tiga) 72/MEN/1984
Bulan Terakhir

5 Bukti Pembayaran Iuran UU No 3 Tahun 1992 jo


Program Jamsostek PP No 14 Tahun 1993
Bulan Terakhir

6 Peraturan Perusahaan Permen No 02/MEN/1978

7 Surat Izin Kerja Tenaga UU No 3 Tahun 1958


Asing (IKTA)

8 Rencana Penggunaan  
Tenaga Kerja Asing
(RPTKA)

9 Laporan Keberadaan  
Tenaga Kerja Asing

10 Daftar Keluarga  
Karyawan

11 Daftar Absensi dan Cuti PP No 21 Tahun 1954


Tahunan Karyawan

12 Akta Pendirian  
Perusahaan/SIUP (Surat
Keterangan Domisili)

13 Struktur Organisasi  
Perusahaan

14 Surat Izin Kerja Malam Stbl No 647/1925Jo Stbl


Wanita No 82 /1948; Jo SK
Dirjen Perlindungan dan

2 of 20 27/11/2010 10:45
Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan « Imron Munfaat http://bangim76.wordpress.com/tip-trik-menghadapi-pengawas-ketenagak...

Perawatan Tenaga Kerja


No 558 / DD.II / 72-8 /
DPWPT / 72 Tanggal 17
Mei 1972
15 Surat Ijin Penyimpangan UU No 1 Tahun 1951 Jo
Waktu Kerja dan Waktu PP No 4/1951, Jo
Istirahat/Ijin Kerja Kepmen No
Lembur 608/MEN/1989
16 Bukti Pemeriksaan UU No 1 Tahun 1970 Jo
Kesehatan Karyawan Permen No 2/MEN/1980
(Secara Awal maupun
Berkala)
17 Buku Akte Pengawasan Permen No 03/MEN/1984
Ketenagakerjaan
18 Ijin Penggunaan, UU No 1 Tahun 1970
Pemakaian Bejana
Tekan (compressor),
Ketel Uap, Pesawat
Angkat/Angkut, Instalasi
Penyalur Petir serta
Peralatan Lainnya yang
Berhubungan dengan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di
Perusahaan
19 Surat Pengesahan UU No 1 Tahun 1970 Jo
Gambar Instalasi Listrik Permen No 04/Men/1988
dari Kantor Depnaker
20 SK Pembentukan Panitia UU No 1 Tahun 1970 jo
Pembina Keselamatan Permen No 04/MEN/1987
dan Kesehatan Kerja di
Perusahaan (P2K3)
21 SK Pembentukan Serikat UU No 21 Tahun 2000
Pekerja di Perusahaan
22 AKDHK Perda No 7 Tahun 1989
(berlaku di DKI Jakarta) jo SK Gubernur Prop DKI
Jakarta No 2 Tahun 1990

IV. 10 (Sepuluh) Tips and Trik


Beberapa tips dan trik ketika menghadapi pegawai pengawas ketenagakerjaan (wasnaker);
1. Tetap mengakui dan menghormati bahwa wasnaker adalah pejabat negara yang kedudukannya diatur dan diakui
undang-undang dan ketentuan pelaksanaannya. Karena merupakan pejabat negara gaji, tunjangan dan manfaat
lain-lain dibayar oleh negara yang bersumber dari (salah satunya) pajak yang dibayarkan perusahaan dan
karyawan.
2. Berpikir positif dengan menempatkan wasnaker sebagai partner dalam menegakkan ketentuan ketenagakerjaan
yang berlaku. Jangan sekali-kali memposisikan mereka dalam posisi vis a vis yang berhadap-hadapan. Namun,
jika pada saat datang oknum wasnaker yang menghendaki demikian (berhadap-hadapan), apa boleh buat, bahasa
jalanan, siapa jual harus dibeli, perlu dipertimbangkan untuk dipraktekkan.
3. Jangan memaksakan diri untuk ”serta merta” menerima dan melayani wasnaker yang datang (jangan pula
mengabaikan kehadirannya lho…..). Jika memang belum memungkinkan, bicarakan dan re-schedule kapan waktu
yang tepat untuk pelaksanaan inspeksi agar lebih efektif.
Biasanya ”mereka” memaksa agar segala sesuatu disiapkan dan ”beres” pada saat “mereka” datang. Bahkan
dengan “sedikit mengancam” jika perusahaan menghalang-halangi pelaksanaan pengawasan dianggap melakukan
pidana ketenagakerjaan, dll. Jika seperti ini, sampaikan jika semua menggunakan bahasa kekuasaan, kasihan
(perusahaan) yang tidak punya kuasa dong …. Artinya, tidak perlu terburu-buru menggunakan bahasa kekuasaan.
4. Ajak tim wasnaker untuk memahami dan menyamakan visi bersama dalam pembangunan ketenagakerjaan.
Bahwa kehadirannya seharusnya bisa berpartisipasi mewujudkan hubungan industrial yang damai, sejuk dan
harmonis.
Jika sebelum kehadiran wasnaker, hubungan antara karyawan (atau serikat pekerja) dengan perusahaan sudah

3 of 20 27/11/2010 10:45
Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan « Imron Munfaat http://bangim76.wordpress.com/tip-trik-menghadapi-pengawas-ketenagak...

cukup baik dan harmonis, tetapi ada “perubahan” setelah kehadiran wasnaker, sehingga kondisi menjadi saling
curiga, memancing keresahan dan kegelisahan karyawan dan lain-lain, maka wasnaker mempunyai tanggung
jawab moral atas “perbuatan”nya. Ingat, perbuatan tersebut tidak sejalan dengan visi pembangunan
ketenagakerjaan, tetapi bertentangan. Mengapa? Apa yang dilakukannya tersebut berpotensi menimbulkan
masalah ketenagakerjaan baru, setidaknya dapat memancing perselisihan industrial.
5. Perusahaan harus meyakini bahwa apa yang selama ini dilakukan adalah benar. Masa iya, ada yang bangga
melakukan sesuatu yang salah. Untuk apa meyakini ini? Agar kita mati-matian (semaksimal mungkin) membela
diri ketika “dipersalahkan”. Artinya jangan begitu mudah menerima “salah”. Sebaliknya, harus berani
mempertahankan bahwa apa yang selama ini perusahaan lakukan adalah benar.
6. Bahwa wasnaker bukan-lah full power body. Bukan lembaga yang maha kuasa. Lembaga ini hanya bertugas
memeriksa. Bukan mengadili. Bukan menyatakan salah atau benar. Bukan melaksanakan putusan salah atau
benar. Mengapa ini perlu diketahui? Tidak sedikit, wasnaker yang mem-vonis perusahaan ”salah” atau melanggar
ketentuan ketenagakerjaan, bahkan menjatuhkan sanksi, dan bahkan pula ”dia-pun” menjalankan putusan
tersebut alias sebagai eksekutornya. Apakah diberikan kewenangan sejauh ini? TIDAK! Hanya memeriksa dan
mengawasi, TITIK!
7. Pahami bahwa selama melaksanakan fungsi pengawasan, pegawai wasnaker ada batasan kewenangan. Mereka
juga dilarang melampaui kewenangan yang ditentukan serta dilarang menyalahgunakan kewenangannya (abuse
of power). Hal ini senada dengan ketentuan UU No 13 Tahun 2003, Pasal 176 b (uu-13-2003-ketenagakerjaan-
penjelasan).
8. Bahwa jangan buru-buru melaksanakan apa yang dikatakan petugas wasnaker. Jika jeli, apa yang dikatakan
kadang tidak berdasar atau setidaknya tidak ada dasar yang yang jelas. Jadi yang disampaikan kadang hanya
berupa wacana atau penafsiran. Pada konsisi ini, harus diyakini bahwa Opini adalah opini. Pendapat adalah
pendapat. Bukan sebuah dasar hukum yang mengikat dan harus dilaksanakan. Apa yang diminta harus dibuat
dalam surat tertulis, biasanya berupa nota pemeriksaan. Jika terjadi hal ini, silakan gunakan proses jawab –
jinawab. Jadi, perusahaan menjawab / menanggapi apa yang dipermasalahkan pegawai wasnaker, dengan
tembusan ke Ditjen Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans RI
(http://www.nakertrans.go.id/unit.html,9,org).
9. Semua mekanisme pengawasan ada tata caranya (hukum formal). Jadi, meskipun “salah” (semoga saja tidak),
wasnaker tidak bisa serta merta menjatuhkan sanksi, bahkan sampai melaksanakan sanksi.
Sebagai ilustrasi, misalnya sesorang mengaku membunuh, maka seorang hakim-pun tidak bisa serta merta
memenjarakan pelaku. Ada mekanisme penyidikan yang dilakukan polisi. Ada mekanisme penuntutan yang
dilakukan jaksa. Ada mekanisme pemeriksaan dan memutus perkara (vonis) oleh hakim /pengadilan. Dan
pelaksanaan sanksi oleh sang eksekutor. Bahkan, si pelaku yang keberatan bisa menempuh berbagai pilihan
upaya hukum, bahkan sampai upaya hukum luar biasa.
Apa maksudnya? Tidak ada yang serta merta, termasuk dalam wasnaker. Jadi putusan salah tidak serta merta
dilakukan pegawai wasnaker. Jadi jika perusahaan ”dipaksa” Tentu perusahaan tidak boleh tinggal diam karena
ada indikasi penyalahagunaan wewenang.
10. Jika perusahaan tidak ada sumber daya yang memadai, atau resources-nya kurang capable, silakan
mempertimbangkan untuk menggunakan jasa pihak ketiga untuk menangani fungsi pemeriksaan oleh tim
wasnaker. Bisa menghubungi kantor hukum atau jasa konsultasi hukum dan manajemen yang terpercaya dan
dipandang mampu melaksanakan tugas tersebut. Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa ini misalnya
www.selnajaya.com. Jadi perusahaan bisa membuat surat kuasa untuk membantu menyelesaikan permasalahan
yang terkait dengan wasnaker.

Demikian, semoga bermanfaat.

Wassalam,

Imron Munfaat

37 Comments on “Tips & Trik Menghadapi Pengawas Ketenagakerjaan”

1. diyan Says:

March 13, 2009 at 11:24 am

4 of 20 27/11/2010 10:45

You might also like