You are on page 1of 17

Kelaian pada Sistem Ek

1. Kelainan pada Ginjal

a. Albuminuria
Penyakit albuminuria adalah suatu penyakit ginjal, dimana ditemukannya
PRAKTIKUM
protein albumin 8.1di dalam urine. Dalam urine normal, protein albumin
seharusnya
Pengaruh tidak ditemukan.
Penambahan Akan tetapi
Sedikit Asam, Sedikitkarena adanya
Basa, atau kerusakanterhadap
Pengenceran pada pH
ginjal, Penyangga
Larutan terutama pada bagian
dan Bukan glomerulus, maka protein akan lolos dari
Penyangga
saringan ginjal dan keluar melalui urine.

Penyebab
Ada banyak penyebab terjadinya penyakit ini. Beberapa contohnya adalah
kurangnya asupan air ke dalam tubuh sehingga memperberat kerja ginjal.
Selain itu, asupan protein, kalsium dan vitamin C yang terlalu berlebihan
juga dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih keras sehingga
resiko terjadinya kerusakan juga akan lebih besar.

Gejala
Untuk penyakit yang ringan tidak ada gejala yang berarti. Namun, seiring
dengan semakin beratnya penyakit, maka gejala yang timbul akan lebih
jelas. Salah satu yang bisa dilihat dengan jelas adalah timbulnya oedem
(pembengkakan berisi cairan) pada daerah – daerah tertentu. Oedem ini
timbul karena kurangnya kadar protein albumin di dalam darah sehingga
tekanan osmotic di dalam pembuluh darah semakin berkurang. Hal ini
mengakibatkan cairan yang ada di pembuluh darah akan merembes ke
jaringan – jaringan lain di luar pembuluh darah sehingga timbullah oedem.

Pengobatan
Mereka yang menderita diabetes dan tekanan darah tinggi mungkin perlu
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin receptor
blocker (ARB) untuk melindungi fungsi ginjal. Dokter mungkin juga
meresepkan diuretik tertentu untuk menyingkirkan kelebihan cairan dari
tubuh.

Pencegahan
Untuk mengurangi resiko terjadinya albuminuria mungkin bisa dimulai
dengan membiasakan diri minum 8 gelas sehari, walaupun sebetulnya
tidak merasa haus. Selain itu pencegahannya juga dapat dilakukan
Sistem ekskresi | 2
dengan tidak mengonsumsi hanya salah satu zat gizi saja secara
berlebihan (misalnya hanya protein atau kalsium saja). Artinya makanan
yang kita makan juga haru seimbang, baik dari segi jumlah maupun kadar
gizinya.

b. Diabetes Mellitus (DM)


Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat
adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ
pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan
tubuh.

Ada dua tipe diabetes mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
 Diabetes Mellitus tipe 1
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan
pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus
berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita
diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar
gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama
pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami
dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

 Diabetes mellitus tipe 2


Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi
terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan
tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin
di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten
terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada
penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan
pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum
maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik
mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

Penyebab
Pembentukan diabetes yang penting adalah dikarenakan kurangnya
produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1, yang pertama Sistem
dikenal),ekskresi
atau |3
kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe
2, bentuk yang lebih umum). Insulin adalah salah satu hormon yang
diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol
jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah
(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang
diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar
gula dalam darah.
Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan
oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan
pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak
efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan
sendirinya setelah persalinan.

Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah:
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita
kencing manis.
Pengobatan
 Diabetes tipe 1
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan,
selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan
pengontrolan menu makanan (diet).

 Diabetes tipe 2
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik.Sistem ekskresi | 4
Pengontrolan
nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan,
yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan
diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet
tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

Pencegahan
Pencegahan Primer
Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada
orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum
timbul tanda-tanda klinis dengan cara :
 Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan
seimbang disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh
 menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa
menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
 Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas
insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.

Pencegahan Sekunder
Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan
efektif, sehingga komplikasi dapat dicegahdengan cara:
 skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama
individu/populasi.
 Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi
penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM,
obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan,
dan olah raga.

2. Kelainan pada kulit

a. Kudis
Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau
(mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng,
kebotakan, dan kegatalan pada kulit. Sarcoptes scabiei adalah tungau
dengan ciri-ciri berbentuk hampir bulat dengan 8 kaki pendek, pipih,
berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x
(150-200 μ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis.

Sarcoptes scabiei
Penyebab
Infeksi dari penyakit ini diawali dengan tungau betina atauSistem
nimfa stadium
ekskresi | 5
kedua yang secara aktif membuat terowongan di epidermis atau lapisan
tanduk. Pada terowongan tersebut diletakkan 2-3 butir telur setiap hari.
Telur menetas dalam 2-4 hari yang kemudian menjadi larva yang berkaki
6.
Dalam 1-2 hari larva berubah menjadi nimfa stadium pertama
kemudian berkembang menjadi nimfa stadium kedua, yang berkaki 8.
Nymfa ini menjadi tungau betina muda, yang siap kawin dengan tungau
jantan.Tungau berkembang menjadi tungau dewasa dalam 2-4 hari.
Untuk menyelesaikan daur hidup dari telur sampai bertelur lagi
diperlukan waktu 10-14 hari. Waktu yang diperlukan telur menjadi tungau
dewasa kurang lebih 17 hari. Tungau betina yang tinggal di sebuah
kantong ujung terowongan, setelah 4-5 hari setelah kopulasi, akan
bertelur lagi sampai berumur lebih kurang 3-4 minggu.

Gejala
Gejala yang khas pada kudis adalah liang pada permukaan kulit, gatal,
dan kemerahan dan biasanya ada infeksi sekunder, misalnya akibat
bakteri. Pada bayi, gejala yang khas yaitu adanya bisul pada telapak kaki
dan telapak tangan.

Pengobatan
Pengobatan kudis biasanya dengan memberikan salep antibiotik.Sistem ekskresi | 6
Pencegahan
terbaik terhadap penyakit ini adalah dengan menjaga kesehatan pribadi dan
lingkungan tempat tinggal.

Pencegahan
Tidak ada vaksin untuk kudis sehingga pencegahan harus dilakukan
melalui menghindari infeksi. Seluruh pihak yang berada dekat dengan
penderita perlu diobati pada waktu bersamaan, walaupun belum ada
gejala. Pakaian, handuk, seprai dan barang-barang yang bersentuhan
dengan kulit sebaiknya dicuci dan disetrika untuk mencegah penularan.

b. Jerawat
Jerawat adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan
produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan
penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Daerah yang
mudah terkena jerawat ialah di muka, dada, punggung dan tubuh bagian
atas lengan.

Gejala
Peradangan pada kulit terjadi jika kelenjar minyak memproduksi minyak
kulit (sebum) secara berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada
saluran kelenjar minyak dan pembentukan komedo (whiteheads) dan
seborhoea. Apabila sumbatan membesar, komedo terbuka (blackheads)
muncul sehingga terjadi interaksi dengan bakteri jerawat.
Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas antara usia
14-19 tahun yang disebabkan oleh perubahan hormon pada remaja.
Deteksi jerawat sejak dini sangat sulit sebab sebelum masa pubertas kulit
anak akan mengalami pengelupasan tiga minggu sekali. Sedangkan
ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali. Selain
menimbulkan bekas jerawat, efek utamanya adalah pada jiwa seseorang,
seperti krisis percaya diri atau minder dan depresi.
Penyebab
 Faktor Genetik atau Keturunan
Secara genetika, jerawat itu bisa diturunkan. Sejarah jerawat keluarga
bisa menyumbang pada keberadaan jerawat anda.

 Aktivitas Hormonal
Aktiitas hormonal disini dimaksudkan pada proses perubahan atau
siklus hormonal yang terjadi pada seseorang. MisaknyaSistemketika ekskresi
kita |7
menginjak usia pubertas atau sedang menuju msas kedewasaan
seseorang akan memproduksi hormon seks (bagi lelaki) yang disebut
androgens yang lumayan banyak sehingga menyebabkan kelenjar
minyak menjadi betambah banyak dan sebum kelenjar minyak pun
bertambah pula. Hal ini merupakan salah satu penyebab jerawat
secara teknikal. Pada siklus menstruai peremuan biasanya juga akan
terjadi perubahan hormonal yang bisa mengakibatkan timbulnya
jerawat.
 Kelenjar minyak yang terlalu aktif
Kelenjar minyak yang terlalu berlebihan ini bias saja dimungkinkan
karenan salah makan atau memang sudah menjadi genetik seorang
penderita jerawat. Dengan banyaknya kelenjar minyak maka
munculnya kelenjar minyak di wajah akan lebih banyak sehingga
kemungkinan tersumbatnya folikel dan pori-pori kulit pun akan banyak.
Jerawat yang muncul juga akan semakin banyak.
 Menumpuknya sel kulit mati
Kulit mati yang menumpuk atau terakumulasi akan menyebabkan
tersumbatnya folikel dan pori-pori. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, hal tersebut dapat menyebabkan jerawat karena tidak
ada jalan keluar bagi kelenjar minyak dan akan menyebabkan komedo.
Jika hal ini semakin parah maka akan menjadi jerawat yang terinfeksi
bakteri jerawat.
 Bakteri di pori-pori kulit

Pencegahan
Menjaga kebersihan kulit adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah
timbulnya jerawat. Selain itu, kurangi stress, olahraga teratus dan banyak
minum air putih.

3. Kelainan pada Paru-paru

a. Asbestosis
Adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup
serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi
yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-
paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan
penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).

Penyebab
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya Sistemjaringanekskresi
parut |8
(fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis
tidak dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya.
Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah
serat yang terhirup.
Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan
penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga
pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di
dalam pakaian pekerja.

Gejala
Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya
setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru
kehilangan elastisitasnya.
Gejala pertama adalah sesak nafas ringan dan berkurangnya kemampuan
untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan mengalami
sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan pernafasan.
Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan
menderita batuk-batuk dan bengek. Menghirup serat asbes kadang-
kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang antara
kedua selaput yang melapisi paru-paru. Meskipun jarang, asbes juga bisa
menyebabkan tumo pada pleura yang disebut mesotelioma atau pada
selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal.
Pengobatan
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah
membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural
drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk
mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui
sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di
lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma
berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan
tumor tidak menyembuhkan kanker.

Pencegahan
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes
di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah
melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita
asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah
terpapar 40 tahun lalu.

b. Bronkitis
Adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,
bronkitis bisa bersifat serius.

Penyebab
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang
menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan
bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita Sistem
penyakitekskresi
paru- |9
paru dan saluran pernafasan menahun.

Gejala
Gejala yang ditimbulkan pada penderita bronkitis yaitu:
 batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
 sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
 sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
 bengek
 lelah
 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
 pipi tampak kemerahan
 sakit kepala
 gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu


hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan
dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada
awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan
mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat,
setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam
tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi
nafas mengi, terutama setelah batuk bisa terjadi pneumonia.

Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak
sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat
dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan
bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning
atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya
memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa Sistem ekskresi | 10
diberikan
trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin
diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma
pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika
penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat
berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu
menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

Pencegahan
Apabila ada tetangga atau anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut,
ada baiknya Anda menyarankan untuk memeriksakan ke dokter untuk
mengetahui apakah batuknya merupakan penyakit TBC atau tidak. Karena
kadangkala penyakit batuk sering dianggap sepele, padahal penyakit ini dapat
membunuh seseorang bila tidak segera ditangani dan dapat menular kepada
orang lain.

4. Kelainan pada Hati

a. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “hepatitis akut”, hepatitis yang
berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”.

Penyebab
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima
virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena
infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan
infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah
alkohol dan obat-obatan.

Jenis Virus Hepatitis


 Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui
air dan makanan.

 Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B
ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi
diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntikSistem ekskresi | 11
bersama-
sama, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria
homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada
bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang
sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan
Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis
menahun, sirosis dan kanker hati.

 Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah.
Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui
hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita
“penyakit hati alkoholik” seringkali menderita hepatitis C.

 Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus
hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat.
Yang memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.

 Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai
hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

Sistem ekskresi | 12

Pengobatan
Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama
munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas,
diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi
fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari
gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan
pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan
serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

Hepatitis B
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif
pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa
merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan
nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan
dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu
atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama
pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti
Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan
pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda
sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan
stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal
ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium
awalnya.

Pencegahan
Langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan penyakit
hepatitis A adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan
imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis
B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko
tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik
(ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan
dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis
B.

Teknologi Pengobatan pada Sistem Ekskresi

1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo
yang berarti darah dan dilisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis
merupakan salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada
penderita dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik.
Perinsip dasar dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses
osmotis dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa
metabolisme tubuh. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara
waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur
hidup (misalnya pada Gagal Ginjal Kronik).
Hemodialisis (HD) atau cuci darah melalui mesin sudah dilakukan
sejak tahun 1960-an. Biasanya, HD dijalankan secara tim dengan
dikoordinasi oleh dokter konsultan nefrologi /ginjal. Di dalamnya juga
termasuk perawat, teknisi, ahli gizi, pekerja sosial, psikolog, rohaniwan
dan yang terpenting pasien sendiri dan keluarganya. Pada gagal ginjal
kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Satu sesi
hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama ginjal tidak
berfungsi, selama itu pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal
yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor. Tetapi, proses
pencangkokan ginjal sangat rumit dan membutuhkan biaya besar.
Dengan memahami prosedur HD maka diharapkan dapat dicapai
hasil terbaik dan pasien dapat menjalani kehidupan yang aktif dengan
kualitas hidup yang baik. Bila seseorang sudah dalam kondisi Gagal Ginjal
Tahap Akhir, fungsi ginjal hanya sekitar lima persen atau kurang, maka
berbagai bahan ”sampah” (waste product) tidak dapat dibersihkan
dengan baik.
Sampah diproduksi tubuh secara kontinu setiap saat, sehingga
terjadi penumpukan sampah dan bahan-bahan lain sehingga bersifat
racun dan berbahaya bagi pasien. Karenanya prosedur HD perlu
dijalankan secara teratur 2-3 kali seminggu selama 4-5 jam (total 10-15
jam per minggu) sehingga terjadi pembersihan sampah-sampah secara
kontinu dan terjadi keseimbangan bahan-bahan penting seperti elektrolit
Kalium, Natrium serta cairan. Secara ideal, pasien mulai menjalani HD jika
fungsi ginjal, diukur dengan Tes Kliren Kreatinin = TKK, berada di bawah
15 ml/menit. Dengan pedoman TKK

Proses Hemodialisis

Dalam proses HD diperlukan Akses vaskuler -pembuluh darah-


hemodialisis (AVH) yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah
yang cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah sebesar 200-300
ml/menit secara kontinu selama HD 4-5 jam. AVH dapat berupa kateter
yang dipasang di pembuluh darah vena di leher atau paha dan bersifat
temporer. Untuk yang permanen dibuat hubungan antara arteri dan vena,
biasanya di lengan bawah disebut Arteriovenous Fistula, lebih populer
disebut (Brescia-) Cimino Fistula.Kemudian aliran darah dari tubuh pasien
masuk ke dalam sirkulasi darah mesin HD yang terdiri dari selang
Inlet/arterial (ke mesin) dan selang Outlet/venous (dari mesin ke tubuh).
Kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusukkan
ke pembuluh darah pasien. Darah setelah melalui selang Inlet masuk ke
dialiser. Jumlah darah yang menempati sirkulasi darah di mesinSistemberkisar
ekskresi | 14
13
200 ml. Dalam dialiser ini darah dibersihkan, sampah-sampah secara
kontinu menembus membran dan menyeberang ke kompartemen dialisat.
Di pihak lain cairan dialisat mengalir dalam mesin HD dengan
kecepatan 500 ml/menit masuk ke dalam dialiser pada kompartemen
dialisat. Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan bahan
utama elektrolit dan glukosa, cairan ini dipompa masuk ke mesin sambil
dicampur dengan air bersih yang sudah menjalani proses pembersihan
yang rumit (water treatment). Selama proses HD, darah pasien diberi
Heparin agar tidak membeku ketika berada di luar tubuh yaitu dalam
sirkulasi darah mesin. Selama menjalani HD, posisi pasien dapat dalam
keadaan duduk atau berbaring.
Selain menjalani HD, dalam jangka panjang, obat-obat yang
diperlukan antara lain obat yang mengatasi anemia seperti suntikan
hormon eritropoetin serta pemberian zat besi. Selain itu obat yang
menurunkan kadar fosfat darah yang meningkat yang dapat mengganggu
kesehatan tulang, diberikan obat pengikat fosfat (Phosphate binder).
Obat-obat lain yang diperlukan sesuai kondisi pasien misalnya obat
hipertensi, obat-obat antigatal, vitamin penunjang (yang bebas fosfor
maupun mineral yang tidak perlu). Mengenai diet, pasien sudah lebih
bebas dietnya daripada dalam keadaan gagal ginjal yang belum menjalani
HD. Namun perlu diperhatikan diet harus benar, air tidak berlebih, mineral
kalium harus dibatasi hanya pada buah dan sayur, dan fosfor dalam
makanan harus rendah.
Makanan yang mengandung banyak fosfor antara lain susu, keju, kacang-
kacangan, dan minuman ringan. Sementara protein yang dimakan
sebaiknya memiliki mutu tinggi karena akan memproduksi lebih sedikit
sampah, antara lain daging, ikan, dan telor. Kalori perlu cukup, selain dari
karbohidrat dan protein juga dari minyak tumbuh- tumbuhan.

Efek Samping
Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan
ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal.
Selain itu, hemodialisis bukannya tanpa efek samping. Beberapa efek
samping hemodialisis antara lain tekanan darah rendah, anemia, kram
otot, detak jantung tak teratur, mual, muntah, sakit kepala, infeksi,
pembekuan darah (trombus), dan udara dalam pembuluh darah (emboli)
(Haven,2005).
2. Ginjal (Cangkok ginjal) Transplantasi
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan"
sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui
Sistem
prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih ekskresi
hidup | 15
(donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal
‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah
rusak. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada
pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan
komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.

Cara Kerja Transplantasi Ginjal


Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3
sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat
daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan
pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena
tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring.
Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin
dapat dialirkan keluar.

Siapa saja yang dapat menjalani transplantasi ginjal?


Transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal
kronik. Individu dengan kondisi, seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit
kardiovaskular (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima
transplantasi ginjal karena kemungkinan terjadinya kegagalan yang cukup
tinggi.
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu
mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah
menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan
menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi
penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.

Efek Samping Imunosupresan


Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap
penyakit) menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi. Efek samping lainnya
dari imunosupresan: wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu
halus pada wajah, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu
dokter jika Anda mengalami efek-efek samping seperti ini untuk segera ditangani
secara tepat

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sahabatginjal.com/display_articles.aspx?artid=13
http://mew-ita.blog.friendster.com/2008/10/hemodialisis/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20100726224810AAHhoDr
http://donynemo.blogspot.com/2010/11/albumin.html
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html
http://www.smallcrab.com/diabetes/509-pencegahan-diabetes
http://ngikngik.wordpress.com/2009/01/03/gangguan-pada-sistem-
ekskresi/
http://ngikngik.wordpress.com/2009/01/03/gangguan-pada-sistem-ekskresi/

You might also like