You are on page 1of 5

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sesuai Perpres No. 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2011, terdapat 5 kebijakan program prioritas. Pertama, pelaksanaan program
kesehatan preventif terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar, penyediaan
akses sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas, penurunan
tingkat kematian ibu, serta tingkat kematian bayi. Kedua, Revitalisasi progam KB
melalui peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB. Ketiga, peningkatan
sarana kesehatan melalui penyediaan dan peningkatan kualitas layanan rumah
sakit berakreditasi internasional. Keempat, peningkatan ketersediaan dan
keterjangkauan obat terutama obat esensial generik. Kelima, Universal coverage
(cakupan pembiayaan kesehatan untuk semua penduduk). Sehingga

bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945;

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam


bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat

c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian integral


dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan kaidah etik, nilai-nilai moral serta standar profesi.

d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada


kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan globalisasi.

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian masalah


yang timbul dalam penyelenggaraan praktik keperawatan, perlu
keterlibatan organisasi profesi;

f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada


penerima pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan pengaturan
mengenai penyelenggaraan praktik keperawatan;

Jumlah penduduk Indonesia sebanyak 210 juta jiwa, bila dibandingkan dengan
pelayanan kesehatan yang ada saat ini, tentunya belumlah cukup untuk
meningkatkan taraf kesehatan bangsa Indonesia. Banyak daerah yang memiliki
jumlah pelayanan kesehatan semisal rumah sakit yang minim. Banyak keluhan
mengenai jauhnya rumah sakit, mahalnya biaya pengobatan, belum lagi misalnya
harus kontrol ulang, biaya pengobatan akan semakin membengkak. Banyak orang
yang terhambat secara ekonomi, akhirnya memilih untuk kembali memilih dukun
dan “orang pintar” untuk berobat, atau bahkan, membiarkan saja penyakitnya.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/MENKES/148/I/2010 yang


mengatur tentang izin dan penyeleggaraan praktek perawat di Indonesia. Dalam
peraturan menteri kesehatan yang baru ini, perawat diberikan kewenangan untuk
melakukan praktek mandiri dan atau berkelompok sehingga perawat dapat
menerapkan keahlian bidang keilmuannya, perawat menginginkan perubahan
mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter,
menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka
menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian
besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika
praktik keperawatan dilihat sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau
kewenangan, ada kejelasan batasan, siapa melakukan apa. Karena diberi
kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab
terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan


yang sebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah
mengeluhkan mengenai semaraknya razia terhadap praktik perawat sejak
pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan
keperawatan diberbagai rumah sakit belum mencerminkan praktik pelayanan
profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum
sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat (gizi-net.org. 2002)
Profesi nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di
negara Barat memang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia
sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun
terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan
dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting adalah dukungan pemikiran-
pemikiran kritis terutama dari nurses itu sendiri.

Pola pikir kritis ini merupakan tindakan yang mendasari evidence-based practice
dunia nursing yang memerlukan proses pembuktian sebagaimana proses riset
ilmiah. Pola pikir tersebut bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi
peneliti/researcher.
Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-hari.

Dengan demikian kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan


dasar ilmu nursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses
kepada pasien ataupun dalam melaksanakan program pendidikan nursing, sudah
seharusnya menyatu dalam intelektualitas nurses.

Kemandirian praktik keperawatan menurut hemat saya, adalah suatu bentuk


praktik profesional berupa proses identifikasi permasalahan berdasarkan
metodologi yang independen, merumuskan dan menyelesaikan masalah secara
independen juga. Pemahaman seperti ini sebenarnya sudah disosialisasikan
(didogmakan) pada para mahasiswa keperawatan dalam mata kuliah konsep dasar
keperawatan Praktik keperawatan mandiri adalah sebuah aksi. Sesuatu yang harus
di lakukan, bukan hanya dipikirkan dan didiskusikan. Beberapa teman telah
melangkah dengan caranya sendiri-sendiri. Akupuntur, akupressur, herba dan
sebagainya telah digunakan sebagai media penarik. Cara yang cerdas, karena jika
menggunakan tindakan dan obat medis pasti akan dicap mal-praktik, tidak
kompeten dan sebagainya. Tetapi boleh juga dicoba oleh yang lain. Sebab klien
yang membutuhkan asuhan keperawatan tidak akan datang ke praktik mandiri
”khayalan”. Mereka butuh tempat dan wujud praktik itu sendiri.Kemandirian
perawat di Rumah Sakit hanyalah mimpi belaka, otoritas penuh terhadap pasien
tetap ada di tangan dokter, hanya disini letak pentingnya peran perawat "perawat
terlatih untuk melakukan beberapa tindakan keperawatan yg memiliki efek
mengobati". Pwt setelah mendiagnosa keperawatan, tidk bisa langsung begitu saja
memberikan intervensi yg sipafnya mengobati harus mendapatkan intruksi dulu
dari dokter yg merawat. Hanya perawat mandiri dalam membantu pasien dalam
melakukan aktifitas sehari hari selama di rumah sakit Kecuali di beberapa negara
lain sudah mulai memberikan peran/tugas dari undang undang menjadi
perpanjang tangan dokter untuk memeriksa pasien, membuat permohonan
pemeriksaan lab dan menulis resep obat sebagai bentuk intervnesi mandiri pwt
terhadap pasien

Tujuan

Tercapainya pemerataan dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat, dengan


kualitas yang telah terstandarisasi, dan pembiayaan yang terjangkau bagi
masyarakat. Dengan demikian kepuasan pengguna layanan kesehatan, terutama
pada praktik mandiri perawat akan meningkat.

Solusi
Standarisasi perawat yang akan mendirikan dan memberikan pelayanan
kesehatan tentunya menjadi salah satu yang harus dilakukan. Standarisasi ini
dapat dilakukan dalam dua cara, yang pertama mengukuhkan undang-undang
keperawatan, dan kedua adalah melakukan uji kompetensi perawat secara
nasional. Yang keduanya dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengukuhan Undang-Undang Keperawatan
Pengukuhan undang-undang keperawatan akan membuka jalan terang
mengenai bagaimana perawat harus melakukan praktik keperawatan, dan juga
bagaimana tata cara praktik keperawatan mandiri. Seperti kita ketahui, praktik
mandiri perawat seringkali sangat ramai dikunjungi, banyak faktor yang
mempengaruhi, salah satunya adalah pembiayaan. Konsumen tidak harus
mengeluarkan biaya lebih untuk perjalanan ke praktik mandiri perawat,
karena jarak tempuh yang cukup dekat dengan mereka, obat yang diberikan
juga obat yang biasanya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat sekitar,
perawat mempunyai kewenangan tersendiri mengenai obat mana saja yang
boleh untuk diberikan, yaitu obat berlogo biru dan hijau. Pada konsumen
dengan pengobatan yang menurut peraturan harus ditangani oleh dokter,
perawat juga melakukan rujukan, rujukan dapat menuju rumah sakit, maupun
pelayanan kesehatan lain yang memadai. Peraturan yang ada saat ini, yaitu
undang-undang kesehatan, maupun peraturan menteri kesehatan belum dapat
menjadi sumberhukum yang utuh untuk mengatur segala hal mengenai
praktik keperawatan secara mandiri.
Peraturan yang jelas mengenai praktik mandiri perawat akan menjadi
solusi yang terbaik, dimana dengan adanya undang-undang khusus yang
mengatur tata cara pendirian praktik mandiri perawat di Indonesia, perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat yang berdasarkan undang-
undang, sehingga hak dan kewajiban perawat akan jelasserta dilindungi oleh
paying hukum. Hak dan kewajiban konsumen tentunya akan jelas, dan
terlindungi oleh hukum pula. Dengan adanya undang-undang yang khusus
mengatur mengenai keperawatan, termasuk praktik mandirinya akan
memudahkan banyak proses.
Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan yang telah terstandar,
sesuai yang tertera pada undang-undang keperawatan, sehingga konsumen,
yang dalam hal ini adalah pasien akan memperoleh pelayanan yang sesuai
pula. Pelayanan kesehatan berupa preventif juga akan mudah untuk
dilakukan, dengan semakin brkembangnya praktik mandiri perawat akan
memudahkan pemerintah untuk melakukan program pencegahan penyakit
semisal demam berdarah. Banyak orang tidak mengetahui mengenai peran
dan fungsi perawat, perawat memiliki fungsi educator, yang dalam hal
pencegahan penyakit dapat dimaksimalkan fungsinya, dengan memberikan
edukasi atau pengetahuan pada masyarakat sekitar. Perawat yang ada di
masyarakat tentunya akan lebih mengetahui karakteristik masyarakat sekitar,
sehingga dapat menyarankan solusi terbaik untuk pencegahan penyakit di
masyarakat.

PPNI selaku organisasi profesi keperawatan

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui 3)


gagasan yang diajukan,
Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu meng imple men tasi kan
4)
gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya,
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplemen ta si kan
5)
gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat ter capai,
c. Kesimpulan
1) Gagasan yang diajukan,
2) Teknik implementasi yang akan dilakukan,
3) Prediksi hasil yang akan diperoleh (manfaat dan dampak gagasan)

3. Bagian Akhir
Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan
a.
mudah menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar pustaka mengikuti
ketentuan seperti dalam uraian artikel PKM-AI.
Daftar Riwayat Hidup (biodata atau b. curriculum vitae) peserta mencakup:
nama lengkap, •
tempat dan tanggal lahir, •
karya-karya ilmiah yang pernah dibuat, •
penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih. •
Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dukumentasi, data dan informasi lainnya
yang c.
mendukung isi tulisan.

You might also like