Professional Documents
Culture Documents
Defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk diabetes telah ditunjukkan dalam
studi-studi kasus alimentasi parental. Penurunan kandungan krom jaringan dengan umur
dapat mencerminkan sekurang-kurangnya untuk sebagian, adanya defisiensi krom di dalam
makanan di Amerika Serikat dan di masyarakat lain yang teknologinya sudah maju.
(Schoeder et al) Mengkorelasikan nilai-nilai kandungan krom jaringan dengan nilai dugaan
konsumsi krom dalam makanan berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom dalam
makanan di Amerika Serikat berkisar antara 5 sampai 150 per hari dengann rata-rata 60 , jauh
lebih rendah daripada konsumsi-konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di seluruh
dunia.
Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan dan pemurnian
pangan, dengan kehilangan krom diperkirakan sampai 80 persen untuk jenis bahan pangan,
karena ada kecenderungan orang lebih menyukai serealia, biji-bijian, lemak dan gula yang
telah dimurnikan dan diolah lebih lanjut, dan mengingat bahwa dalam bentuknya yang
dimurnikan bahan-bahan itu adalah sumber krom. Amerika Serikat agaknya terdapat
konsumsi krom yang sangat marginal.
Kebutuhan nutrien yang tergolong essential trace mineral (mineral penting yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil) ini sangat sedikit hingga sering tak diperhitungkan padahal
zat ini sangat diperlukan bagi hampir semua jaringan tubuh manusia, termasuk kulit, otak,
otot, limpa, ginjal dan testis. Kromium berasal dari bebatuan dalam perut bumi dan hanya
tumbuh-tumbuhan yang bisa langsung menyerap mineral dari tanah. Kandungan kromimum
dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman, kandungan kromium tanah dan musim.
Cukup konsumsi “makanan hidup” seperti buah-buahan segar dan sayuran dan makanan
alami lainnya setiap hari dapat menghindari resiko kekurangan kromium.
Tetapi karena banyaknya penggunaan zat-zat kimia dan pengoalahan yang berlebihan
menyebabkan jumlah kromium berkurang. Kekurangan kromium dapat menyebabkan
kelelahan, kegelisahan, diabetes, gangguan metabolisme asam amino dan meningkatkan
resiko aterosklerosis.
Salah satu faktor yang “disalahkan” adalah pola diet tinggi karbohidrat yang diolah(refined)
seperti kue, es krim, sirop kaya sukrosa, karena makanan sejenis itu selain miskin krom, juga
menguras kandungan krom tubuh. Dari berbagai penelitian di banyak negara pada dekade
terakhir, asupan dietetik krom jauh di bawah anjuran (Mervyn L,1980). Sehingga penyakit
defisiensi krom sering terjadi.
Kadar kromium menjadi faktor penentu utama dalam sensitivitas insulin, sebagai pengatur
transportasi gula di dalam tubuh.Kromium berperan untuk mengendalikan metabolisme
insulin dalam tubuh, sehingga disebut faktor pengendali kadar gula darah (glucose
tolerance factor / GTF).
Kromium terlibat dalam pengaturan gula darah, baik ketika kekurangan maupun kelebihan
gula di dalam tubuh. Percobaan pada hewan menunjukan bahwa kekurangan krom dapat
menyebabkan gangguan toleransi terhadap glukosa, walaupun konsentrasi insulin normal.
Dalam keadaan berat defisiensi krom dapat menunjukkan sindroma mirip diabetes.
Insulin bertindak seperti usher, berfungsi membuka pintu agar glukosa dapat masuk ke
dalam sel. Dan sel membutuhkan glukosa untuk memproduksi energi. Namun, pada
penderita diabetes proses metabolismenya kolaps, gula darah banyak terdapat di dalam
darah. Karena terlalu tingginya sehingga glukosa berlebihan dan dilepaskan melalui urine.
Gula yang banyak terdapat di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel
meminta gula. Hormon insulin yang bisa membukakan pintu agar gula dapat masuk tidak
bekerja sebagaimana seharusnya.
Krom bekerja sama dengan pelepasan dalam memudahkan masuknya glukosa ke dalam
sel-sel, dengan demikian dalam pelepasan energi. Krom diduga merupakan bagian dari
ikatan organik faktor toleransi terhadap glukosa (glucose tolerance factor) bersama asam
nikotinat dan glutation.
Konsentrasi krom di dalam jaringan tubuh menurun dengan umur, kecuali pada jaringan
paru-paru yang justru meningkat. Dengan adanya kromium ini pemanfaatan insulin tubuh
lebih efisien dan keseimbangan kadar gula darah terjaga. Kromium juga membantu proses
pencernaan protein dan lemak.
Penelitian membuktikan bahwa kromium dapat menurunkan kadar trigliserid dan
kelebihan total kolesterol darah, sekaligus memperbaiki rasio LDL (kolesterol ‘jahat’) dan
HDL (kolesterol ‘baik’).
Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung lamban, tetapi keluarnya dari tubuh malah
sebaliknya, sangat mudah. Karena itu resiko kelebihan atau keracunan jarang
terjadi.walaupun belum ada angka resmi kecukupan kromium, tetapi kemampuan tubuh
menyerap kromium hanya 2 % sehingga sedikitnya diperlukan 100-200 mcg kromium per
hari dari makanan.
Kromium termasuk logam mineral yang jumlahnya sedikit, baik dalam makanan maupun
pada tubuh manusia, tetapi sangat penting bagi kesehatan. Nutrien ini tergolong essential
trace mineral ( mineral penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil ) karena tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan sehari-hari. Semakin sedikit
kebutuhannya, keberadaan mineral ini sering tak diperhitungkan oleh para ahli gizi. Kromium
diperlukan oleh hampir semua jaringan tubuh manusia, termasuk kulit, otak, otot, limpa,
ginjal dan testis.Di dalam tubuh, kromium berfungsi membantu proses metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.
Fungsi Kromium secara umum dalam tubuh adalah :
a. Menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan efisiensi kerja insulin.
b. Chromium sering disebut sebagai “Glucose Tolerance Factor” (faktor pengendali kadar
gula darah) dibutuhkan pada proses pengolahan glukosa menjadi energi.
c. Membantu menurunkan berat badan dengan cara membakar lemak menjadi energi.
f. Membantu sintesa kolesterol, lemak dan protein serta meningkatkan jaringan otot.
Kromium dapat menurunkan kolesterol dengan menurunkan kadar trigliserid dan kelebihan
total kolesterol darah, sekaligus memperbaiki rasio LDL (kolesterol jahat) dan HDL
(kolesterol baik). Selain itu, kromium termasuk salah satu mineral yang berperan
mengendalikan metabolisme insulin dalam tubuh sehingga dianggap sebagai faktor
pengendali kadar gula darah ( glucose tolerance factor / GTF ). Krom bekerja sama dengan
insulin dalam memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel, dengan demikian pelepasan
energi dapat berlangsung. Krom diduga merupakan bagian dari ikatan organik faktor toleransi
terhadap glukosa (glucose tolerance factor) bersama asam nikotinat dan glutation. Dengan
kecukupan kromium dalam tubuh akan lebih efisien memanfaatkan insulin dan keseimbangan
kadar gula darah dapat terjaga. Kromium juga dapat mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular, bahkan membantu menurunkan berat badan.
Krom dalam bentuk Cr+++ diabsorbsi sebanyak 10% hingga 25%. Bentuk lain krom hanya
diabsorbsi sebanyak 1%. Mekanisme absorbsi belum diketahui dengan pasti. Absorbsi
dibantu oleh asam-asam amino yang mencegah krom mengendap dalam media alkali usus
halus.
Jumlah yang diabsorbsi tetap hingga konsumsi sebanyak 49 ug, setelah itu ekskresi melalui
urin meningkat. Ekskresi melalui urin meningkat akibat oleh konsumsi gula sederhana yang
tinggi, aktivitas fisik berat atau trauma fisik
Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung lamban, tetapi keluarnya dari tubuh malah
sebaliknya, sangat mudah. Karena itu resiko kelebihan atau keracunan jarang
terjadi.walaupun belum ada angka resmi kecukupan kromium, tetapi kemampuan tubuh
menyerap kromium hanya 2 % sehingga sedikitnya diperlukan 100-200 mcg kromium per
hari dari makanan.
Metabolisme:
Seperti halnya besi, krom diangkut oleh transferin yang terdapat pada mitokondria hati,
mikrosom, dan sinositol. Bila tingkat kejenuhan transferin tinggi, krom dapat diangkut oleh
albumin.