You are on page 1of 7

KANKER SERVIKS

]
1. Pengertian

Di dunia, setiap 2 menit, seorang wanita meninggal akibat kanker serviks.


Sementara ketidaktahuan para wanita akan ancaman kanker serviks juga turut
membantu banyaknya wanita yang meninggal akibat penyakit ini.
Menurut survei dengan melibatkan 5.423 wanita Asia yang dilakukan pada 9 negara,
termasuk Indonesia, terbukti hanya 2 persen wanita yang mengetahui bahwa infeksi
HPV (Human Papillomavirus) merupakan penyebab kanker serviks. Jadi pengetahuan
perempuan mengenai penyebab kanker serviks masih sangat minim.
Ditemui di acara Seminar/Workshop – Deteksi Dini & Penanggulangan Kanker Pada
Anak & Perempuan di Kuningan, Minggu (03/05), Dr. Laila Nuranna, dr, SpOG(K),
Kepala Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri–Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia–RSCM mengatakan, masyarakat awam yang sering
ia temui masih belum memahami perbedaan kanker pada leher rahim dan kanker
rahim.
Perlu diketahui pula, bahwa setelah tes kanker pada leher rahim, belum tentu
seseorang itu terbebas dari kista atau myom.

Ciri-ciri Kanker Leher Rahim (serviks)


1. Berada di bagian depan rahim
2. Keluhan: Perdarahan, keputihan, nyeri panggul
3. Bisa ditularkan pada mereka yang sudah aktif secara seksual
4. Tidak berdasarkan keturunan, tapi karena virus HPV (Human Papilloma
Virus)
5. Bisa dideteksi dengan tes PAP (PAP Smear) dan tes IVA Vaksinasi HPV

Ciri-ciri Kanker Badan Rahim


1. Keluhan: Perdarahan
2. Biasanya terjadi pada wanita di atas usia menopause
3. Bisa terjadi pada keturunan
4. Dideteksi dengan USG
5. Tak ada vaksinasi untuk mencegah penyakit ini

Secara etimologi (asal katanya), Kanker Serviks berasal dari dua kata dalam
bahasa Inggris, yaitu Cervical Cancer, Kanker dan Serviks. Wikipedia
mendefinisikan kanker sebagai penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang
tak terkendali dan kemampuan sel itu untuk menyerang jaringan biologis lainnya.
Sedangkan Serviks artinya leher rahim.
Secara terminologi, kanker serviks, sesuai dengan namanya, adalah kanker
yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama (vagina).
2. Etimologi

Secara medis, penyebabkan kanker serviks ini adalah infeksi oleh Human
Papilloma Virus (HPV). Virus apakah HPV itu? Papilloma itu artinya bintil/kutil.
Anda tahu kutil kan? Pernah melihatnya kan? Atau adakah kutil di kulitmu? Jika
Anda tidak tahu apa itu kutil, maka kutil itu adalah bintil-bintil di kulit yang
bentuknya menggelembung seperti bunga kol. Virus human papilloma jenisnya
lebih dari 100 macam, yang masing-masing diberi nomor untuk membedakan
jenis satu dengan jenis lainnya. 60 jenis di antaranya menyebabkan kutil-kutil
kulit yang tidak berbahaya. Sisanya merupakan HPV tipe mukosal, yaitu hanya
menyerang selaput-selaput lendir seperti yang terdapat pada mulut, kerongkongan,
ujung penis, vagina, leher rahim, dan dubur.

Tipe mukosal disebut juga HPV genital, karena yang paling sering diserang
adalah area kelamin. Ada yang menimbulkan kutil di vagina atau penis, yang
lazim disebut dengan penyakit “jengger ayam”, yaitu HPV tipe 6 dan 11, tetapi ini
tidak akan menjadi kanker. Yang dapat menyebabkan kanker adalah HPV genital
tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, dan 58. Lebih dari 70% kanker leher rahim
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Selain menyebabkan kanker leher rahim,
HPV juga dapat menyebabkan kanker anus, vagina, vulva, penis, bahkan kanker
kerongkongan. Nah, sudah tahu kan? Bahwa kanker serviks ini serupa tapi tak
sama dengan kanker penis. Jadi, pengetahuan ini tidak hanya penting diketahui
oleh perempuan saja.

Selain yang disebutkan di atas Kanker Serviks juga di sebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Rokok
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Selain
mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin
dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). "Nikotin,
akan mempel dengan mudah pada semua selaput lendir, sel-sel tubuh akan
bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru,
juga serviks. " Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin
dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus
ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari
kanker.
2. Pencucian Vagina
Sering, kita melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan
antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau
kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker
serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. "Douching atau
cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks, iritasi berlebihan dan terlalu sering
akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker." Jadi,
sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara
rutin. "Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan
pencucian dengan zat-zat kimia.
Itu pun seharusnya atas saran dokter." Artinya, jangan sembarangan membeli
obat-obatan pencuci vagina. "Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan
membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina
yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina." Kita tahu,
bila pH enggak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan
bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut.
3. Menaburi Talk/Bedak
Yang kerap terjadi lagi, saat daerah vagina gatal atau merah-merah,
kita menaburkan talk di sekitarnya. Ternyata itu bahaya. Pemakaian talk pada
vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur).
"Sebab di usia subur sering terjadi ovulasi. Padahal bisa dipastikan saat
ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk, maka akan
menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, bisa merangsang bagian luka
untuk berubah sifat jadi kanker." Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi
talk di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk
kedalam. Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing
yang bisa menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.
4. Diet Rendah Lemak
Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola
makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih
berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). "Sebab lemak
memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering terpapar
hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker,untuk mencegah
timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan
berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang sehat dan segar. Jangan lupa untuk
menjaga berat badan ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila penderita
kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab,
umumnya mereka menganut pola makan tinggi lemak.
5. Kekurangan Vitamin C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat
orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan
asam folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul
kanker serviks. "Beta karoten, vi! tamin C, dan asam folat dapat memperbaiki
atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan
mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker."
Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-
buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil
laut.
6. Hubungan Seks Terlalu Dini
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau
belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat
diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita
yang menjalin hubungan seks pada usia remaja; paling rawan bila dilakukan di
bawah usia 16 tahun.
Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si
wanita. "Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya,
masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan
dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma." Lain hal bila
hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20 tahun, dimana sel-sel
mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Karena masih rentan, sel-
sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. "Sifat sel, kan, selalu berubah
setiap saat; mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang
tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang
lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.”
7. Berganti-ganti Pasangan
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti
pasangan seks. "Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan
pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak
akan mengakibatkan kanker serviks." Bila berganti-ganti pasangan, hal ini
terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). "Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Nah, bila terlalu
banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.”
8. Penggunaan Estrogen
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause.
"Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga
endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat
memungkinkan terjadi kanker." Tak heran bila wanita yang memakai estrogen
tak terkontrol sangat memungkinkan terkena kanker. "Umumnya wanita yang
telah menopause di negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah
osteroporosis dan serangan jantung." Namun, pemakaiannya sangat berisiko
karena estrogen merangsang semakin menebalnya dinding endometrium dan
merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker.
"Jadi, sebaiknya penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter
agar sekaligus juga diberikan zat antinya, sehingga tidak berkembang jadi
kanker."

3. Manifestasi Klinik ( gejala )


Pada tingkat dini, kanker leher rahim seringkali tidak menunjukan gejala atau
tanda yang khas.
Keputihan, pendarahan sesudah senggama di curigai sebagai gejalanya. Walaupun
tidak selalu, hal tersebut juga merupakan gejala pada polip leher rahim atau radang
leher rahim.
Gejala kanker leher rahim pada tingkat lanjut seringkali menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Haid tidak normal
2. Pendarahan tidak pada masa haid
3. Pendarahan pada masa monopouse
4. Keputihan atau keluar cairan encer putih kekunigan terkadang bercampur darah
5. Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu)
6. Acne (jerawat)
7. Nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah
8. Nyeri pada payudara
9. Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare
Perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings)
10. Mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi,
ansietas
11. Gangguan konsentrasi Insomnia (sulit tidur).
4. Prevalensi ( penyebaran )

Angka prevalensi kanker serviks di dunia, termasuk di kawasan Asia


Tenggara, masih sangat tinggi. Menurut data Globocan 2002, ada sekitar 500 ribu
kasus baru kanker serviks di dunia dengan 250 ribu kematian setiap tahunnya. Di
Indonesia sendiri diperkirakan ada sekitar 41 kasus baru setiap harinya yang berujung
dengan kematian rata-rata 20 orang per hari. Tingginya angka ini terutama disebabkan
oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks. Padahal
kanker serviks merupakan kanker terbanyak dari seluruh kasus kanker di Indonesia,
terutama pada perempuan.

Tidak banyak perempuan yang mengenal organ reproduksinya dengan baik,


mengetahui penyebab kanker serviks, dapat menghindari faktor resiko dan
mengetahui cara mencegahnya, mampu mendeteksi gejalanya sehingga akhirnya
dapat tetap optimis untuk menjalani hidup bersama kanker serviks. Lebih dari 70%
pasien datang pada stadium lanjut sehingga umumnya berakhir dengan kematian
karena terlambatnya penanganan.

Lebih dari 95% kasus kanker serviks disebabkan oleh virus yang dikenal
sebagai Human Papillomavirus (HPV). HPV adalah sejenis virus yang menyerang
manusia. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV dimana sebagian besar tidak berbahaya,
tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi
HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun).

Meski demikian, masalah kanker serviks mencatat perkembangan penting


sejak diketahui penyebab kanker serviks, yaitu HPV dapat dicegah dengan vaksin.
Vaksinasi bukan obat atau penyembuh kanker serviks, melainkan pencegah infeksi
HPV yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Vaksinasi melengkapi metode
deteksi dini sebagai upaya mencegah kanker serviks.

Melalui pencegahan dan deteksi kanker serviks sedini mungkin, semakin besar
kesempatan disembuhkannya penyakit ini dan semakin besar kemungkinan untuk
menekan angka kasus kanker serviks atau bahkan mengeradikasi (mengakhiri)
ancaman ini dari kaum perempuan.

Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun,


namun dapat pula muncul pada perempuan dengan usia yang lebih muda. Mengingat
usia ini adalah usia produktif, maka dapat dibayangkan apa yang terjadi dengan
angkatan kerja perempuan yang menderita kanker serviks. Waktu kerja mereka akan
terganggu dengan adanya jadwal pemeriksaan dan terapi. Belum lagi banyaknya
rupiah yang harus dikeluarkan untuk seluruh biaya itu.

Kesadaran dan kepedulian akan bahaya kanker serviks harus dibangun secara
nasional. Sudah saatnya pemerintah dan semua departemen yang terkait memberikan
perhatian besar terhadap masalah ini. Diharapkan isu kanker serviks dapat ditanggapi
dengan serius oleh para penentu kebijakan.

Di Indonesia, kepedulian ini telah dimulai. Tingginya tingkat prevalensi


kanker serviks mendorong Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk menyuarakan
pentingnya memposisikan kanker serviks sebagai prioritas kesehatan perempuan di
Indonesia. Dengan menggandeng pihak sponsor dan perempuan terkemuka Indonesia
sebagai ikon, berusaha menyuarakan bahaya kanker serviks seluas-luasnya kepada
perempuan Indonesia.

5. Terapi ( Cara Pengobatan )


a. Farmakologi
Secara medis pengobatan kanker serviks dapat dilakukan dengan Pemanasan,
diathermy atau dengan sinar laser bagi yang baru mengalami keabnormalan sel. Jika
penyakit telah sampai pada tahap pra-kanker dan kanker leher rahim telah dapat
diidentifikasi, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penyembuhannya,
antara lain:

1. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk sel yang mengalami perubahan.
2. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus
beserta leher rahimnya.
3. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal.

Obat-obatan yang biasa digunakan dalam mengobati PMS bertujuan untuk


mengurangi rasa nyeri/ketidaknyamanan yang dirasakan. Golongan obat-obatan
yang sering digunakan berasal dari golongan analgetik (parasetamol), anti
inflamasi non steroid (ibuprofen, natrium diklofenak, dan lainnya), golongan
minor tranquilizer (obat penenang), anti depresi dan kontrasepsi. Pada banyak
kasus penggunaan obat analgetik ringan sudah dapat mengatasi gejala yang
dialami namun penderita gastritis (maag) sebaiknya berhati-hati dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang meringankan rasa nyeri karena dapat
mengakibatkan nyeri lambung-obat sebaiknya diminum setelah makan. Jika gejala
PMS lebih berat, sebaiknya penderita melakukan konsultasi dengan dokter.
Penggunaan obat penenang, anti depresi dan kontrapsepsi hanya berdasarkan
resep dokter dan harus di bawah pengawasan dokter yang berwenang.

b. Non Farmakologi
Selain pengobatan kanker secara medis, ada pula obat kanker alami
yang dapat digunakan dalam pengobatan kanker serviks. Sarang Semut
(Myrmecodia pendans) merupakan tanaman yang berasal dari Papua yang
secara tradisional telah digunakan oleh penduduk asli Papua untuk mengobati
berbagai penyakit secara turun-temurun, termasuk berbagai jenis kanker. Dan
sekarang hasil penelitian modern mendapati bahwa tanaman ini mengandung
senyawa aktif penting seperti flavonoid, tokoferol, polifenol ,dan kaya akan
berbagai mineral yang berguna sebagai anti-oksidan dan anti-kanker yang
terbukti efektif menumpas berbagai jenis tumor dan kanker baik jinak ataupun
ganas.

Kemampuan Sarang Semut secara empiris sebagai obat kanker serviks


diduga kuat berkaitan dengan kandungan flavonoidnya. Ada beberapa
mekanisme kerja dari flavonoid dalam melawan tumor/kanker, misalnya
inaktivasi karsinogen, antiproliferasi (menghambat proses perbanyakan sel
abnormal pada kanker), penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan
diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan resistensi multi-obat atau
kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut.

Sarang Semut juga mengandung tokoferol. Tokoferol mirip vitamin E


yang berefek antioksidan efektif. Menurut Prof Dr Elin Yulinah Sukandar,
Guru Besar Farmasi ITB, kandungan tokoferol itu cukup tinggi. Tokoferol
berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker serta menangkal serangan
radikal bebas dengan cara antidegeneratif.
Terapi non farmakologi memegang peranan penting dalam penanganan
PMS berupa edukasi penderita, terapi suportif dan modifikasi gaya hidup.
Perubahan pola nutrisi memiliki efek yang bermakna karena berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh dr. Guy Abraham, penambahan nutrisi tertentu
disertai perubahan pola makan 1-2 minggu menjelang menstruasi dapat
mengurangi gejala PMS. Komposisi nutrisi yang dianjurkan bagi penderita
PMS adalah diet rendah lemak dan garam, mengandung protein, vitamin,
mineral (vitamin B, vitamin C, vitamin E, Ca, Mg, Zn) yang seimbang, serta
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi kafein (kopi, teh). Para penderita PMS
sebaiknya melakukan olah raga secara teratur serta menghindari stres
berkepanjangan. Terapi suportif seperti hipnoterapi, terapi warna, meditasi dan
lainnya dapat membantu mengurangi gejala yang dirasakan.

Secara singkat, berikut tips-tips untuk mengurangi gejala PMS :


a. Terapkan pola nutrisi yang sehat (rendah lemak dan garam, tinggi protein,
vitamin dan mineral). Perbanyak porsi buah-buahan, sayur mayur, gandum
yang tinggi serat. Jika diperlukan, dapat ditambahkan makanan kesehatan
(food supplement) yang berupa multivitamin seperti kalsium yang dapat
mengurangi rasa kram, Vitamin E untuk mengurangi rasa nyeri pada
payudara, keletihan dan insomnia serta Vitamin B6 untuk mengatasi
keletihan, iritabilitas dan mood swings.
b. Hindari makanan dengan kadar garam tinggi, makanan manis, kafein,
alcohol.
c. Selalu melakukan olahraga rutin.
d. Tidur cukup minimal 8 jam/hari.
e. Hindari rokok.
f. Hindari stress berkepanjangan.
g. Terapi relaksasi (hipnoterapi, terapi warna, meditasi, aromaterapi dsb).

You might also like