Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 10:
Irani Rachmawati I14104012
Anna Febritta Intan Sari I14104023
Maharani Julfrina Rahma I14104035
Asisten Praktikum:
A’immatul Fauziyah
Yulia Puspita
Latar Belakang
Masalah ketahanan pangan telah dijadikan agenda penting dalam
pembangunan ekonomi bangsa. Status ketahanan pangan juga sering dipakai
sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk
pemenuhan ketahanan pangan tersebut dapat dilakukan dengan membangun
suatu kawasan yang bertujuan menciptakan atau meningkatkan daya guna
kawasan tersebut secara berkelanjutan. Menciptakan dayaguna dapat dilakukan
pada kawasan alami, contohnya dengan mengembangkan rawa lebak dan rawa
pening untuk usaha perikanan budidaya dan tangkap (Muthmainah 2009).
Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari
komunitas. atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan
lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Menurut Undang-undang
Lingkungan Hidup (UULH, No 23 Tahun 1997) ekosistem adalah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup. Zat-zat anorganik dalam suatu ekosistem tetap konstan atau
seimbang karena unsur-unsur kimia esensial pembentuk protoplasma beredar
dalam biosfer melalui siklus biogeokimiawi. Contoh siklus biogeokimiawi adalah
siklus carbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus sulfur
(Irwan 1997).
Jumlah rawa di Indonesia luasnya sekitar 34 juta ha, dari jumlah
tersebut yang berpotensi sebesar 60 persen. Rawa adalah perairan yang cukup
luas terdapat di dataran rendah dengan sumber air berasal dari air hujan atau air
laut dan berhubungan atau tidak berhubungan dengan sungai, relatif tidak dalam,
mempunyai dasar lumpur atau tumbuhan membusuk, terdapat vegetasi baik
yang mengapung atau mencuat maupun tenggelam. Rawa memiliki berbagai
macam peran dan manfaat. Ditinjau dari aspek ekologi, rawa berperan sebagai
sumber cadangan air, menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah
sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah
sekitarnya kering, mencegah terjadinya banjir, sumber energi, dan sumber
makanan nabati maupun hewani (Susanto 2000).
Pemahaman dalam mengelola rawa sangatlah penting. Sebaiknya
dengan mempertahankan fungsi ekologis kawasan tersebut dalam
penggunaannya untuk keperluan kehidupan seperti pemukiman, pertanian,
perikanan dan lain-lain. Pengelolaan yang bijaksana dengan melakukan
penataan ruang, dan pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah dapat
ditentukan mana kawasan rawa yang dapat dikelola dan yang harus
dipertahankan fungsi ekologisnya. Saat ini perikanan Indonesia dalam waktu
yang relatif singkat telah mampu memberikan sumbangan yang substansial
dalam pembangunan perekonomian. Secara keseluruhan, perikanan mempunyai
peranan dan posisi vital dalam pemenuhan kebutuhan gizi protein, kesempatan
kerja, penerimaan devisa dan pengembangan wilayah (Baharsyah 1990).
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan tentang ciri-ciri ekosistem air tawar, yaitu rawa.
b. Menjelaskan tentang komponen dari ekosistem rawa.
c. Menjelaskan fungsi ekologi ekosistem rawa.
d. Menjelaskan potensi pangan yang terdapat pada ekosistem rawa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Kandungan Energi dan Protein Ikan Nila Per Kapita Per Hari
Energi &
Produksi Energi Kap/ Hari
Jumlah BDD Protein /100g
Pangan sehari
orang % E P (g)
(Kg) E (Kal) P (g)
(Kal)
Ikan
192000 365.333 0,80 113 17 475 71
Nila
Berdasarkan hasil tabel 1, kandungan energi per kapita per hari adalah
475 kalori dan kandungan protein per kapita per hari adalah 71 gram. Daya
dukung ekosistem rawa lebak di Sumatera Selatan tersebut dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Kesimpulan
Ekosistem rawa memiliki ciri-ciri antara lain suhu rendah, kadar garam
rendah, penetrasi cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar,
dan memiliki tumbuhan seperti jamur, gulma, alga yang berfungsi sebagai
produsen, serta memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai sumber
pangan protein hewani. Rawa pening dan lebak tergolong ekosistem air tenang
(letik) dan sumber airnya berasal dari air hujan dan air sungai.
Komponen pembentuk ekosistem rawa terdiri dari abiotik dan biotik.
Komponen abiotik dapat berupa suhu, air, garam, cahaya matahari, tanah dan
batu, serta iklim. Komponen biotik seperti gulma, eceng gondok, mikroorganisme
pengurai, udang dan ikan nila. Setiap komponen tersebut membentuk suatu
rantai makanan.
Rawa pening sebagai kawasan penyangga untuk menampung air dalam
jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat dan sebagai regulator aliran
air tetapi daya tampung rawa jauh lebih besar. Fungsi regulator untuk kontuinitas
aliran air, sehingga sangat penting bagi makhluk hidup termasuk manusia yang
berdiam di hilir rawa. Peningkatan jumlah gulma seperti eceng gondok di rawa
pening menyebabkan penurunan jumlah ikan air tawar. Akan tetapi, Gulma air
secara ekologis berperan mengurangi bahan pencemar. Perubahan musim di
Rawa Lebak menyebabkan ada bagian tipe habitat yaitu lebung yang digunakan
sebagai tempat perlindungan ikan.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam ekosistem rawa lebak digunakan
sebagai sumber pangan dalam ekosistem rawa yaitu dalam 100 gram
menghasilkan energi 113 Kal, protein 17 gram, lemak 4,5 gram dan vitamin A
150 SI. kandungan energi per kapita per hari adalah 475 kalori dan kandungan
protein per kapita per hari adalah 71 gram. Rawa lebak di Sumatera Selatan
memiliki potensi pangan bagi masyarakat sekitar rawa lebak karena daya dukung
ekosistemnya sebesar 193 persen.
Saran
Jumlah eceng gondok yang meningkat di ekosistem rawa pening yang
menggangu keseimbangan ekosistem sehingga perlu adanya penanganan
seperti konservasi rawa atau memberi kontrol biologis seperti memberi ikan
grass capr yang memakan eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Sumatera Selatan dalam Angka 2008.
BPS Sumatera Selatan.