You are on page 1of 7

Pers sebagai media komunikasi politik

oleh: KentonSembodo     Pengarang : Yudianto Summary rating: 3stars


(21 Tinjauan)    
Kunjungan : 1208
kata:300    
More About : komunikasi media politik

Komunikasi politik  bisa dilakukan oleh siapa saja, apakah dia sebagai warga negara dengan
strata sosial yang rendah ataukan oleh para penjabat publik atau partai yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.Langkah itu semakin efektif bila
menggunakan media pers. dalam hal ini pers telah menjadi semacam tempat atau saluran yang
cukup prima dalam berpartisiasi pada proses artikulasi atauun agregasi berbagai kepentingan
politik. dari keragaman aktor politik tanpak juga peran yang cukup menonjol dari kalangan partai
politk termasuk juga berbagai kelompak kepentingan dan kelompok penekan. Selain itu
ditemukan pula fenomena yang menarik adanya kecenderungan spesifik beberapa surat kabar
nasional dalam mengekspos.berbagi persoalan politik sesui dengan latar belakang media yang
bersangkutan. Penelitian analisis surat kabar ini bisa menampilkan adanya polaritas yang cukup
menonjol mengenai penggunaan ruang media untuk komunikasi politik Khususnya yang beasal
dari pihak partai politik baik yang berada di lingkup kekuasaan ataupun yang bukan. dari sana
juga tampak kecenderungan pemakaian ruang surat kabar prosentasenya cukup kecil berasal dari
masyarakat awam. Dilain pihak, keberadaan surat kabar telah menjadi katup pengaman dalam
penyampaian aspirasi politik yang disampaikan warga negara. Sehingga paling tidak akan
mampu menjadi sebuah mediasi yang cukup potensial.
Diterbitkan di: Juli 17, 2009   

Blog Sebagai Media Komunikasi Politik Baru


http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2738
Sabtu, 16-06-2007 09:44:16 oleh: Syaiful
Kanal: Opini

Dalam fenomena politik mutakhir, menurut Deddy N Hidayat, pers telah menjelma menjadi
media driven politics. Dalam arti, setiap momentum politik mustahil menafikan kehadiran pers.
Terpilihnya SBY-Kalla sebagai pasangan Presiden/Wakil Presiden dalam Pemilu 2004, diyakini
tidak terlepas dari politik pencitraan pers, khususnya media elektronik televisi. Pers waktu itu
mencitrakan SBY-Kalla sebagai tokoh yang pro perubahan, sementara lawan politik utama
mereka, Megawati - Hasyim Muszadi dicitrakan sebagai pasangan yang anti perubahan.

Dalam fungsinya sebagai media politicsdriven, pers menjalankan fungsi penghubung antara elit
politik dengan warga. Sebuah fungsi yang dulunya dominan dilakukan oleh partai ataupun
kelompok-kelompok politik tertentu. Dalam banyak hal, fungsi penghubung tersebut semakin
banyak yang diambil alih pers. Proses memproduksi dan mereproduksi berbagai sumber daya
politik, seperti menghimpun dan mempertahankan dukungan masyarakat dalam pemilu,
memobilisasi dukungan publik terhadap suatu kebijakan, merekayasa citra kinerja sang kandidat,
dan sebagainya, banyak dijembatani, atau bahkan dikemudikan oleh kepentingan dan kaidah-
kaidah yang berlaku di pasar industri media (Deddy N Hidayat:2004).

Upaya elit politik membangun posisitioning lewat pers memang sah-sah saja dilakukan. Pertama
karena fenomena massa mengambang belum sepenuhnya diselesaikan oleh elit politik.
Akibatnya banyak elit politik yang berpaling ke media, karena media bisa "mendekatkan"
mereka, sekaligus membangun citra tertentu seperti yang diinginkan ke tengah masyarakat.
Kedua, dalam memperebutkan sumber daya politik, pers juga "dipakai", dalam arti dijadikan
saluran kepentingan untuk memobilisasi opini. Pertanyaannya, politik pencitraan seperti apa
yang digunakan elit politik dalam memperebutkan sumberdaya politik lewat media massa, dan
bagaimana media harus bersikap dalam hal ini, serta bagaimana peranan blog dewasa ini pada
perkembangan komunikasi.

Di zaman dimana ilmu saling silang bersilang, lintas batas, zamanlah yang menentukan apakah
Komunikasi Politik sebagai bagian dari ilmu pengetahuan bisa bertahan sebagai sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan kemanusiaan dan pencarian kebenaran, bukan dalam sebuah jendela
dari sekian banyak jendela untuk melihat suatu realitas fisik yang tunggal, tetapi dalam sebuah
dunia yang egaliter dan pluralitas yang rendah hati. Ketika media massa menjadi "hak milik"
sekelompok kecil orang yang menjadi elit maka internet menjadi media paling efektif
menyebarluaskan gagasan yang dimiliki.

Internet menjadi media efektif bagi sebuah kelompok untuk menyebarkan paham yang minoritas,
karena internet memiliki sifat yang bebas ruang dan waktu. Melalui internet kita dapat
menyebarkan gagasan tanpa dipengaruhi oleh masalah tempat dan masalah waktu. Jika kita
menjelajahi internet kitapun akan menemukan segalanya di sana, mulai dari yang religius hingga
yang berbau pornografi. Dengan makin banyaknya orang yang menjelajah internet maka semakin
banyaklah orang yang terampil berbicara secara lugas hingga bicara yang menutupi jati diri
orang seorang. Ada banyak fasilitas diinternet yang dapat dijadikan sarana bertukar informasi,
gagasan, hingga hal-hal sepribadi mungkin yang seharusnya orang tak perlu tahu tentang
kepribadiaan kita. Seperti contohnya website dan blog.

Kedua hal tersebut hampir sama dimana kita dapat menyebarkan gagasan dengan kontrol
mengenai isi sepenuhnya ada pada diri kita.Berbeda dengan media massa, dimana gagasan yang
kita sampaikan terkena sensor dari redaksi media. Blog merupakan salah satu media baru yang
berkembang era tahun 2000an. Blog dianggap sebagai media komunikasi alternatif karena masih
gratis sehingga siapapun dapat memiliki blog. Melalui blog maka setiap individu atau kelompok
dapat menyebarkan gagasan. Blog membuat setiap orang menjadi wartawan karena dapat
menyajikan apa yang mereka ketahui dan yang mereka alami tanpa batas kendali maupun sensor,
serta blog dapat dijadikan media informasi alternatif di luar media massa. Jika media massa
masih terikat tata krama atau kode etik jurnalistik, maka blog terlepas dari hal demikian. Lebih
dari itu dengan blogpun kita dapat mengetahui informasi tentang kejadian di sebuah negara. Tak
jarang Media massa pun terkadang menjadikan blog sebagai sumber berita.
Politik tak Bisa Terlepas dari Media
Selasa, 29 Maret 2011 22:20 WIB
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/11/03/29/litryu-politik-tak-bisa-terlepas-dari-
media

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Wakil Ketua DPR, Pramono Anung mengatakan dunia


politik saat ini tidak dapat dilepaskan dari pemanfaatan media, termasuk pemanfaatan internet
yang berkonvergensi dengan media. "Pemanfaatan internet yang berkonvergensi dengan media
lama, seperti surat kabar, radio, dan televisi, ditambah media jejaring sosial berdampak pada
dinamika politik banyak negara," katanya di Semarang, Selasa.

Usai kuliah umum bertema "Manajemen Komunikasi Politik di Era Konvergensi" di Universitas
Diponegoro Semarang itu, ia mencontohkan lengsernya Presiden Mesir, Hosni Mubarak yang
berawal dari "facebook" dan "twitter". Menurut dia, protes yang bermula dari "facebook" dan
"twitter" itu membuat lebih dari satu juta pemuda, mahasiswa, pengacara, jurnalis, pengusaha,
dan politikus kemudian berkumpul di pusat Kota Kairo, Mesir."Apa yang terjadi itu merupakan
pergerakan yang tak terlihat, sebuah perlawanan dari dunia maya yang menuntut Presiden Hosni
Mubarak mundur, dan akhirnya berhasil melengserkannya," katanya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, kata pria kelahiran Kediri,
11 Juni 1963 itu, tidak bisa dipungkiri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap seluruh
proses kehidupan.Demikian halnya dengan komunikasi politik, Pramono mengatakan
komunikasi politik di era industri citra menjadi sangat dinamis dalam pengemasan secara
personal maupun organisasional dalam proses politik.

Ia mencontohkan ajang debat antarcalon pejabat, mulai dari tingkat pusat hingga daerah yang
semakin menjelaskan pentingnya politik pencitraan dengan menampilkan wajah ramah dan
senyum kemenangan kepada penonton.Dalam kondisi itu, kata dia, politisi seakan lebih
menyukai retorika dibandingkan karya, lebih suka "fashion" daripada "vision", dan lebih suka
tampil di media dengan membuat sensasi berita.

Pramono mengingatkan, sifat alamiah perkembangan teknologi selalu memiliki dua sisi, yakni
positif dan negatif sehingga selain optimalisasi sisi positif, antisipasi sisi negatif konvergensi
media perlu dikedepankan.

Redaktur: Krisman Purwoko


Sumber: antara

Pengamat: Masyarakat Harus Kritis Terhadap Media


Rabu, 23 Maret 2011 18:38 WIB
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/23/171815-pengamat-
masyarakat-harus-kritis-terhadap-media
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sejumlah pengamat komunikasi mengharapkan masyarakat
kritis terhadap berbagai media yang kini membanjiri dengan beragam informasi dan tayangan.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Indonesia Effendi Gozali dalam seminar di
Universitas Sahid, Jakarta, Rabu, mengatakan informasi yang disajikan kadangkala sarat dengan
kepentingan para pemilik modalnya.

Apalagi menurut dia, belum adanya ketegasan aturan terkait dengan kepemilikan media
(diversity of ownership) dan keberagaman isi (diversity of content). "Media kemudian seringkali
menjadi alat bagi kepentingan politik dan ekonomi, terutama para pemiliknya," katanya.

Menurut dia, garis batas antara pemilik modal (bisnis) dan konten berita sampai saat ini masih
sulit untuk dipisahkan, sehingga kepentingan kelompok atau pemodal seringkali lebih menonjol.

Koordinator Staf Ahli Kantor Berita ANTARA, Aat Surya Safaat, dalam seminar tersebut
mengemukakan berita atau informasi dari media seringkali ditentukan oleh kebijakan redaksi,
campur tangan pemilik dan juga kehendak pasar.

Sehingga menurut wartawan senior ANTARA tersebut, apa yang menjadi headline di media
tidak selalu merefleksikan kejadian sebenarnya. "Berita adalah 'second hand' realitas
(rekonstruksi realitas) dimana kebijakan redaksi memiliki kepentingan sendiri dan bahkan
ideologi sendiri," katanya.

Pengamat Komunikasi Djalaludin Rahmat mengemukakan, masyarakat di era informatif saat ini
harus mampu memiliki sikap kritis terhadap media. Menurut dia, perlu ada gerakan sosial
masyarakat untuk membangun media yang mendidik dan mencerdaskan.

Menurut dia, pengaruh yang kuat media saat ini, seringkali hanya dijadikan sebagai alat untuk
pencitraan politik. Hal ini membuat media seringkali gagal menjadi alat pembelajaran. "Karena
masyarakat kita yang pelupa, maka suatu isu yang berkembang dalam kritisisme kemudian
seringkali ditutupi dengan isu lainnya, isu-isu baru bisa kita ciptakan untuk menghapus isu-isu
lama," katanya. Hal ini, menurut dia, membuat banyak isu-isu yang tidak terselesaikan secara
tuntas.

Redaktur: Stevy Maradona


Sumber: Antara
Hari Sabtu, 02 April 2011
Pukul 19:42
Senin, 03 Januari 2011
Komunikasi Politik: Media Komunikasi Politik
Posisi Media
MC Luhan “Medium is the extension of man” (media adalah sesungguhnya perpanjangan
instrument indra manusia). Media ditempatkan sebagai alat untuk sarana akses informasi apapun
dalam lingkunganmasyarakat, termasuk politik. “Medium is the message” (media adalah pesan
itu sendiri). Dalam konteks politik yang dapat mempengaruhi khalayak, bukan hanya apa yang
dikatakan media, tetapi media apa yang digunakan juga mempengaruhi keefektifan komunikasi
politik.
Jenis Media
• Media Massa Tradisional
Lebih mengutamakan komunikasi antar pribadi dengan model komunikasi dialogis atau
reciprocal communication (komunikasi timbal balik).kedekatan dengan khalayak dilakukan
secara psikologis dalam konteks komunikasi secara langsung.
• Media Massa Modern
Lebih mengutamakan teknologi komunikasi untuk memperluas jangkauan pesan dan
pembentukan citra aktor politik meski tanpa komunikasi secara langsung.
• Cyber-media
Karakteristik Media
• Media Massa Tradisional
Berhadapan pada sejumlah besar orang pada waktu tertentu dan lokasi tertentu.
Lebih dekat secara psikologis dengan khalayak untuk membangun loyalitas politik.
Lebih murah secara ekonomis dalam pembiayaan.
Lebih mengakomodasi budaya lokal yang ada.
Pesan politik yang disampaikan lebih komperhensif (utuh).
Lebih mampu saling mengenal antara khalayak dengan aktor politik karena bisa berkomunikasi
secara langsung.
• Media Massa Modern
Mampu menjangkau khalayak secara cepat dan luas.
Pesan politik mudah direkayasa untuk membujuk khalayak (tidak ada feedback).
Pesan politik cukup singkat dan tidak berkepanjangan.
Bisa mengikuti trend kemajuan dan pola pikir khalayak
Dapat dilakukan continue malalui terpaan media, sehingga mempengaruhi khalayak.

Fungsi Media
• Fungsi Informasi. Media dijadikan sarana diseminasi informasi yang terkait dengan politik
dengan kekuasaan, serta sosialisasi politik.
• Fungsi Edukasi. Media dijadikan sebagai sarana pendidikan politik melalui pesan-pesan politik
yang disampaikan media.
• Fungsi Korelasi. Media dijadikan penghubung antara aktor politik dan khalayak melalui isi
media yang berkaitan dengan aktivitas aktor poltik.
• Fungsi Kontrol Sosial. Media sebagai agen kritik atau koreksi terhadap aktor politik atau
kegiatan politik.
• Fungsi Pembentukan Opini Publik berkaitan dengan Persoalan Politik.

Peran Media
• Membantu pembentukan memori publik melalui penyampaian informasi yang menambah
pengetahuan masyarakat.
• Membantu menyusun agenda kehidupan yang berhubungan dengan politik dan kepentingan
umum.
• Membantu berhubungan dengan kelompok diluar dirinya (media menjadi mediasi antara aktor
politik dengan aktor politik lainnya). Media dalam hal ini menjadi fasilitator.
• Membantu menyosialisasikan pribadi seseorang, termasuk nilai-nilai yang diajarkan oleh orang
tersebut.
• Membujuk khalayak untuk menemukan kelebihan dari pesan-pesan politik yang diterima.

Kompetensi yang harus dimiliki aktor politik dalam media


• Mampu membuat dirinya menjadi news maker di dalam media.
• Mampu merespon peristiwa atau kejadian di tengah masyarakat secara langsung, oleh karena
itu harus melek media.
• Mampu membangun media relation yang baik dengan wartawan atau redaktur media sebagai
komunikator politik yang professional.
Ketiga kompetensi tersebut dapat dilihat dari kinerja aktor politik.

Sumber : Bahan Kuliah Mata Kuliah Komunikasi Politik FISIP Universitas Diponegoro
Semarang

You might also like