Professional Documents
Culture Documents
Jawab
Jumlah uang yang telah dikelurkan Pak Usman adalah :
Uang muka 20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.000
Angsuran 1 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Angsuran 2 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Angsuran 3 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
Angsuran 4 25% x Rp 150.000.000 = Rp 7.500.000
No Nominal kuitansi Cek
1 Rp 30.000.000 Rp 6.000 Rp 3.000
2 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000
3 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000
4 Rp 37.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000
5 Rp 7.500.000 Rp 6.000 Rp 3.000
Jumlah Rp 30.0000 Rp 15.000
Objek Pajak Bea Materai Serta
Tarifnya
A. Dokumen yang Kena Bea Materai :
berdasarkan tarifnya, bea materai dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu Rp 6.000,00 dan Rp 3.000,00. Dokumen yang dikenakan bea
materai dengan tarif Rp 6.000,00 adalah dokumen yang berbentuk :
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakna sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau
keadaan yang bersifat perdata, seperti surat kuasa, surat hibah dan surat
pernyataan.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
termasuk rangkap-rangkapnya.
d. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian dimuka
pengadilan, meliputi :
– Surat-surat biasa dan surat-surta kerumahtanggaan
– Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan
tujuannya, jika digunakna untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dari maksud semula.
Dokumen yang berkaitan dengan nilai rupiah juga dikenakan bea materai,
dengan tarif :
a. Dokumen yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp
250.000,00 tidak dikenakan bea materai.
b. Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00
sampai dengan Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai dengan tarif Rp
3.000,00
c. Dokumen yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00
dikenakan bea materai dengan tarif Rp 6.000,00.
Pengecualian
• Cek dan Bilyet Giro dikenakan bea materai dengan tarif sebesar Rp
3.000,00, tanpa memperhatikan batas pengenaan besarnya harga
nominal tersebut.
• Efek dengan nama dan bentuk apapun yang mempunyai nilai
nominal sampai dengan Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai
dengan tarif Rp 3.000,00, sedangkan yang mempunyai nilai nominal
dengan tarif lebih dari Rp 1.000.000,00 dikenakan bea materai
dengan tarif Rp 6.000,00.
B. Dokumen yang tidak kena bea materai :
a. dokumen yang berupa :
* Surat penyimpanan
* Konosemen
* Surat angkutan penumpang barang
* Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sebagaimana dimaksud
diatas
* Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
* Surat untuk pengiriman barang dan penerimaan barang
* Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggunganpengiriman
* Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam keteranagn sebelumnya.
b. Segala bentuk ijazah
c. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pemyaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat – surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayarannya itu.
d. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, kas Pemerintah Daerah dan
bank
e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah dna bank
f. Tanda terima uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi
g. dokumen yang menyebutkan tabungan pembayaran uang tabungan kpdpenabung
oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut
h. surat gadai yang diberikan oleh PT Pegadaian
i. Tanda pembagian keuntungan atau bungan dari Efek, dengan nama dan dalam
bentuk apapun
Cara Pembayaran Bea Materai
Bea materai atas dokumen dilunasi dengan cara :
a. Menggunakan benda materai
b. Menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Pelunasan Bea Meterai dengan
Menggunakan Benda Meterai
Benda meterai yang dapat digunakan sebagai sarana pelunasan benda
meterai terutang adalah benda meterai sebagaimana dimaksud dalm Pasal
1 ayat (2) huruf b UU Bea Meterai, yaitu meterai tempel dan kertas metereai
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Pemantauan Pelaksanaan
Pengenaan Bea Meterai
Langkah-langkah pemantauan diperlukan
dalam rangka menjamin keamanan
penerimaan negara berkaitan dengan
pelaksanaan pemenuhan kewajiban bea
meterai oleh masyarakat. Pemantauan
dapat berupa:
1. Melakukan pengamatan di tempat-tempat penjualan
benda meterai untuk memantau
kemungkinan beredarnya benda meterai palsu;
2. Secara cermat mengawasi penggunaan mesin teraan
bea meterai;
3. Segera mengadakan penyuluhan terhadap pengusaha
hotel, rumah makan, pedagang (partai dan eceran),
pabrikan, dan pengusaha lainnya yang membuat nota,
faktur yang juga berfungsi sebagai tanda terima uang
bahwa mereka harus membubuhkan meterai tempel
pada nota / faktur tersebut sesuai dengan UU Bea
Meterai;
4. Memantau pemeteraian cek, bilyet giro, surat yang
menyatakan pembukuan uang dan
penyimpanan uang dalam rekening di bank, serta surat
yang berisi pemberitahuan saldo
rekening di bank, apakah telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pembentukan Tim Verifikasi
Penjualan Benda Meterai
Sebagaimana telah dikemukakan wewenang penjualan dan
pengelolaan peredaran
benda meterai diserahkan kepada PT Pos Indonesia (Persero).
Untuk memastikan bahwa penjualan dan pelaporan penjualan
benda meterai dilakukan secara benar, fiskus memiliki tugas untuk
memantau pelaksanaan penjua1an benda meterai. Guna
melaksanakan tugas ini, Direktur Jenderal Pajak membentuk tim
verifikasi penjualan benda meterai dengan pertimbangan bahwa
untuk ketertiban dan kelancaran pelaksanaan verifikasi penjualan
benda meterai, perlu dibentuk tim yang bertugas melaksanakan
penelitian, penatausahaan, dan pelaporan terhadap hasil penjualan
benda meterai yang telah dilakukan oleh PT Pos Indonesia
(Persero).
Hal ini dituangkan dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-
565/PJ.53/1998 tentang Pembentukan Tim
Verifikasi Penjualan Benda Meterai yang
ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 1998
dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Berdasarkan keputusan ini, Direktur
Jenderal Pajak membentuk tim verifikasi
penjualan
benda meterai yang anggota-anggotanya
terdiri dari unsur Direktorat Jenderal Pajak
dan PT Pos Indonesia (Persero).
Tim verifikasi penjualan benda meterai mempunyai
tugas-tugas antara lain:
a. Melaksanakan penelitian, baik secara administrasi
maupun fisik atas hasil penjualan
benda meterai dan persediaan benda meterai;
b. Melakukan pencatatan, penatausahaan,
danpelaporan yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas pada huruf a; dan
c. Melaporkan hasil pelaksanaan verifikasipenjualan dan
persediaan benda meterai
kepada Direktur Jenderal Pajak.
Pemberian Izin Dan Pengawasan Penggunaan
Mesin Teraan Bea Meterai
Untuk setiap pembukaan dan pemasangan segel mesin
teraan bea meterai baik untuk keperluan perbaikan
mesin teraan bea meterai yang bersangkutan maupun
untuk pengisian deposit, dibuat Berita Acara Pembukaan
dan Pemasangan Segel dan dicatat pada buku register
pengisian deposit mesin teraan bea meterai. Setiap
pengisian deposit mesin teraan bea meterai dicatat juga
dalam Kartu Pengawasan Pengisian Deposit Mesin
Teraan bea meterai. Untuk pengawasan, terhadap
pemakai mesin teraan bea meterai yang ada dilakukan
pendataan sehingga dapat diketahui jumlah pemakai,
jumlah mesin teraan bea meterai, merek mesin teraan,
dan ketertiban pengiriman laporan pemakaian mesin
teraan.
Intensifikasi Bea Meterai
Sebagai instansi yang diberi kewenangan untuk
mengelola pajak, Direktorat Jenderal
Pajak harus selalu berusaha untuk
meningkatkan penerimaan pajak. Hal ini juga
dilakukan terhadap bea meterai. Sehubungan
dengan pelaksanaan UUBea Meterai serta
peraturan pelaksanaannya fiskus dapat
melakukan upaya intensifikasi bea meterai atas
dokumen yang menjadi objek bea meterai yang
dibuat oleh institusi tertentu.
Langkah yang dilakukan untuk meningkatkan pemasukan bea
materai :
a. Menghimbau kepada penerbit dokumen untuk segera mengenakan
bea meterai atas
dokumen yang diterbitkan;
b. Memberitahukan kepada penerbit dokumen bahwa pemenuhan
kewajiban bea
meterai atas dokumen yang diterbitkan dapat dilakukan dengan
cara pembubuhan
tanda bea meterai lunas dengan sistem kamputerisasi;
c. Bilamana dalam pemeriksaan pajak ditemukan dokumen yang bea
meterainya tidak
atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya, atas dokumen tersebut
wajib dikenakan
bea meterai dengan ditambah denda administrasi sebesar 200 %
dari bea meterai
yang tidak atau kurang dibayar dengan cara pemeteraian kemudian.
Sanksi Administrasi
Dokumen yang Bea Materainya tidak atau
kurang dilunasi sebagaimana mestinya
dikenakan denda administrasi sebesar
200% dari Bea Materai yang tidak atau
kurang dibayar. Pemegang dokumen
harus melunasi Bea Materai yang terutang
berikut dendanya dengan cara pematraian
kemudian.
Pelaksanaan pematraian ini dilakukan atas :
1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian dimuka pengadilan.
2. Dokumen yang Bea Materai tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia
2. Ketentuan Pidana
Sebagaimana dengan jenis pajak lainnya, pada bea
meterai juga terdapat kemungkinan
terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh pihak-
pihak terkait terutama oleh wajib pajak bea meterai.
Untuk menjaga agar ketentuan dalam bea meterai
dapat dijalankan secara benar, maka terhadap pihak
yang melakukan tindak pidana dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sesuai Pasal 13 dan 14 UU Bea Meterai, ketentuan berkaitan
dengan tindak pidana di bidang bea adalah sebagai berikut::
1. Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana :
a. barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas
meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu
untuk mensahkan meterai;
b. barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk
diedarkan atau memasukan ke Negara Indonesia meterai palsu,
yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
c. barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan,
menyerahkan,
menyediakan untuk dijual atau dimasukan ke Negara Indonesia
meterai yang mereknya,
capnya, tanda-tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya
mempergunakan telah
dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau
menyuruh orang lain
menggunakan denganmelawan hak;
d. barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas
yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan
untuk meniru dan memalsukan benda meterai. Tindak Pidana
sebagaimana dimaksud di atas adalah kejahatan.