You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam hubungan dengan kehidupan manusia dalam suatu Negara
dalam hubungannya dengan lingkungan alam, kehidupan manusia di dunia
mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai
wakil Tuhan di bumi yang menerima amanatnya untuk mengelola kekayaan
alam. Sebagai hamba Tuhan mempunyai kewajiban untuk beribadah dan
menyembah Tuhan sang pencipta dengan penuh ketulusan. Adapun sebagai
wakil Tuhan di bumi, manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan
dan memanfaatkan segenap karunia kekayaan alam dengan sebaik-baiknya
untuk kebutuhan hidupnya. Kedudukan manusia tersebut mencakup tiga segi
hubungan, yaitu: Hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antar
manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Bangsa
Indonesia sebagai umat manusia religious dengan sendirinya harus dapat
berperan sesuai dengan kedudukan tersebut.
Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beraneka
ragam, Negara Indonesia memiliki unsure-unsur kekuatan dan sekaligus
kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang
strategi dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak
pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan
dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh
para pendiri Negara.
Dalam pelaksanannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh
interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional
maupun internasional. Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-
prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan

1
nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara. Sehingga kelompok kami
menjadikan kasus Ambalat yang menjadi Studi kasus dalam tugas kelompok
ini.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah ada, penulis merumuskan beberapa
permasalahan diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan geopolitik, geostrategi Indonesia dan wawasan
Nusantara?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi wawasan nusantara?
3. Apa yang menjadi salah satu studi kasus terkait tema, dimana hal itu
merupakan informasi terkini pada bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan diskusi
3. Untuk mengetahui hubungan wawasan nusantara dengan ketahanan nasional.

1.4. Metode Dan Teknik Penulisan


Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk melihat adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab dari
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber – sumber yang
dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber
bacaan. Baik itu buku maupun situs – situs yang ada di internet.

2
BABII
ISI

2.1. Wawasan Nusantara


Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan,
tinjauan, atau penglihatan indrawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang
berarti memandang, meninjau, atau melihat, atau cara melihat.sedangkan istilah
nusantara berasal dari kata ‘nusa’ yang berarti diapit diantara dua hal. Istilah
nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan
gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara samudra Pasifik dan
samudra Indonesia, serta diantara benua Asia dan benua Australia.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa
tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah
bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai
tujuan atau cita-cita nasionalnya. Sedangkan wawasan nusantara memiliki arti
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta sesuai dengan geografi
wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan
cita-cita nasionalnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wawasan nusantara antara lain
sebagai berikut :
1. Wilayah(Geografi)
2. Geopolitik dan Geostrategi
3. Perkembangan wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengarah pada
pencapaian tujuan nasiaonal diperlakuakan suatu landasan dan pedoman yang
kokoh berupa konsepsi wawasan nasional. Wawasan Nasional Indonesia
menumbuhkan dorongan dan rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa
serta kepentingan dan tujuan nasional. upaya pencapaian tujuan nasional

3
dilakukan dengan pembangunan nasional yang juga harus berpedoman pada
wawsan nasional.
Dalam proses pembangunan nasional untuk pencapaian tujuan nasional
selalu menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi perlu
dibangun suatu kondisi kehidupan nasional yang disebut katahan nasioanl.
Kenerhasilan pembangunan akan meningkatkan kondisi dinamik kehidupan
nasional dalam wujud ketahan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahan
nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan Nusantara yang
merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan
nasional. sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus
diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan
dengan sukses. Oleh karena itu perlu adanya suatu konsepsi Ketahanan
Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan nusantara dan
ketahanan nasional merupakan konsepsi yang saling mendukung antara sebgai
pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap
jaya dan berkembang seterusnya.

2.2. Geopolitik Indonesia


2.2.1. Pengertian
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel (1844-
1904) sebagai ilmu bumi politik (Political Geogrephy). Istilah ini
kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjaan ilmu politik Swedia,
Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964)dari
Jerman menjadi Geographical Politic dan disingkat Geopolitik.
Perbedaan dari dau istilah di atas terletak pada titik perhatian dan
tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politik. Ilmu bumi
politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek

4
politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek
geography.
Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan
alternative kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu.
Prinsip-prinsip dalam heopolitik menjadi perkembangan suatu wawasan
nasional. Pengertian geopolitik telah dipraktekan sejak abad XIX, tetapi
pengertiannya baru tumbuh pada awal abad XX sebagai ilmu
penyelenggaraan Negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah yang menjadi tempat tinggal suatu
bangsa.
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-
peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang
didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial
dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil
akan berdampak langsung kepada system politik suatu Negara.
Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada
geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi
sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi
geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik
geografi suatu Negara.
Sebagai Negara kepulauan, dengan masyarakat yang
berbhinneka, Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan
sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan
geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara
kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air,
sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara ini.
Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia
tercermin pada momentum sumpah pemuda tahun 1928 dan kemudian

5
dilanjutkan dengan perjuangan kemerdekaan yang puncaknya terjadi
pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Penyelenggaraan Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai
system kehidupan nasional bersumber dari dan bermuara pada landasan
ideal pandangan hidup dan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
dalam pelaksanaannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh
interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan
regional maupun internasional. Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu
memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-
ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai
cita-cita dan tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia
adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara
sehingga disebut dengan wawasan nusantara. Kepentingan nasional
yang mendasar bagi bangsa Indonesia adalah upaya menjamin persatuan
dan kesatuan wilayah, bangsa, dan segenap aspek kehidupan
nasionalnya. Karena hanya dengan upaya inilah bangsa dan Negara
Indonesia dapat tetap eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju
masyarakat yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia.
Hal ini dipahami berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan
nusantara terkandung konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu unsur ruang,
yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis, melainkan dalam
pengertian secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno: 2005).
2.2.2. Studi Kasus terkait Geopolitik Indonesia.
 Ambalat, Diplomasi Vs Konfrontasi
AMBALAT kembali mencuri perhatian. Kapal perang
Malaysia berkali- kali melanggar teritori Indonesia dan diusir
armada angkatan laut kita. Mencuat pada 2005, mengapa krisis
Ambalat kembali terjadi? Apa solusi terbaiknya? Ambalat adalah
sebuah gugus pulau di sekitar 118.2558 Bujur Timur (BT)-

6
118.254167 BT dan 2.56861 Lintang Utara (LU)- 3.79722 LU yang
terletak di perairan Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Kalimantan
Timur. Sengketa Ambalat Indonesia-Malaysia menyeruak karena
klaim kepemilikan. Pada 2005, krisis Ambalat ditandai dengan
show of force kedua angkatan bersenjata, penembakan kapal
nelayan kita oleh Malaysia, dan aneka aksi demonstrasi mengecam
Malaysia. Ambalat disebut sebagai wilayah Republik Indonesia
(RI) sesuai Undang-undang No 4 Tahun 1960 tentang Perairan RI
yang telah sesuai dengan konsep hukum Negara Kepulauan
(Archipelagic State). Undang-undang ini telah diakui dalam
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on
the Law of the Sea/UNCLOS) ditetapkan dalam Konferensi III PBB
di Montego Boy, Jamaika, 10 Desember 1982. Konvensi ini
kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-undang No 17
Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS.
Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayah
kedaulatannya sesuai dengan peta wilayah yang dibuat Malaysia
pada 1979. Peta itu didasarkan pada The Convention on The
Territorial Sea and the Contiguous zone 1958 dan The Continental
Self Convention 1958.
Peta Laut 1979 tersebut juga telah memasukkan Pulau
Sipadan dan Ligitan ke dalam wilayah Malaysia. Malaysia memberi
Ambalat (wilayah XYZ) kepada Shell atas dasar perjanjian bagi
hasil (Production Sharing Contract ) pada 16 Februari 2005.
Masalah Penting
Masalah Ambalat menjadi penting bagi Indonesia karena
setidak-tidaknya ia mencakup tiga dari empat variabel kepentingan
nasional. Pertama, dari sisi keamanan nasional, ada masalah
penjagaan integritas wilayah nasional yang cukup sensitif. Bagi
kaum realisme politik internasional, masalah- masalah keamanan

7
nasional semacam ini justru menjadi fokus utama kebijakan negara.
Pengamat militer, Andi Wijayanto dalam wawancara TVOne
(27/5/09) menyatakan, langkah Malaysia sejatinya bisa dimaknai
sebagai upaya ingin menguji kedaulatan efektif kita atas Ambalat.
Kedua, ada persoalan citra dan harga diri bangsa karena
perasaan terlecehkan sebagai negara berdaulat dengan manuver
angkatan laut Malaysia. Ini berakumulasi dengan memori
kehilangan kita atas Sipadan dan Ligitan, aneka kasus kekerasan
pada TKI, klaim Malaysia atas Lagu ”Rasa Sayange”, reog dan
batik misalnya. Artinya para patriot dan nasionalis menginginkan
bahwa harga diri kita harus tegak sebagai bangsa berdaulat.
Ketiga ada ancaman bagi kesejahteraan ekonomi karena
potensi ekonomi dari minyak Ambalat ditakutkan jatuh ke pihak
luar. Pakar ekonomi minyak Dr Kurtubi pada 2005 menyatakan
secara kasar Ambalat memiliki cadangan migas seharga 40 miliar
dolar AS. Tentu, nilai ini cukup signifikan jika bisa masuk ke kas
negara kita.
Dengan ketiga kepentingan nasional tersebut, maka pilihan
instrumen politik luar negeri yang tersedia adalah diplomasi atau
konfrontasi. Namun diplomasi memiliki beberapa kelebihan.
Pertama, pada tataran praktik, secara nyata telah ada upaya
diplomasi sejak 2005 yang dijalankan kedua negara untuk
menyelesaikan Ambalat. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono
(20/5/09) juga menyatakan perundingan Ambalat masih
berlangsung. Artinya pilihan penyelesaian diplomatik adalah yang
paling rasional meski harus dikawal.
Komunikasi Diplomatik.
Penyelesaian diplomatik dimulai dengan pembukaan
komunikasi diplomatik Indonesia dengan Malaysia (keterangan pers
Departemen Luar Negeri, Jumat 4 Maret 2005). Malaysia

8
menjawab pada 25 Februari 2005 dengan menyampaikan
pandangan mereka bahwa wilayah itu adalah wilayahnya. Presiden
SBY kemudian berkomunikasi dengan Perdana Menteri Malaysia
Abdullah Ahmad Badawi melalui telepon Senin 8 Maret 2005
sebelum meninjau Ambalat. Pembicaraan berlangsung konstruktif
untuk menyelesaikan masalah dengan baik dan Badawi pun akan
mengirimkan Menteri Luar Negeri Malaysia untuk mengunjungi
Indonesia.
Diplomasi memasuki babak baru setelah Menlu Malaysia
Syed Hamid Albar bertemu dengan Menlu RI Hasan Wirajuda di
Jakarta (9/3/2005) bahkan diterima oleh Presiden SBY. Dalam
pertemuan antarmenlu telah disepakati bahwa kedua belah pihak
akan membentuk tim teknis yang akan melakukan perundingan ke
arah penyelesaian Blok Ambalat. Pertemuan ”penyelesaian
diplomasi” pertama dilakukan pada 22 dan 23 Maret 2005.
Pertemuan tim teknis Indonesia-Malaysia dilanjutkan di Langkawi
pada 25-26 Mei, di Yogyakarta 25-26 Juli, di Johor Baru pada 27-
28 September 2005 dan Desember 2005.
Namun hingga 2006 masalah sengketa Blok Ambalat antara
Malaysia dan Indonesia masih dalam proses perundingan oleh
kedua negara dan belum ada penyelesaian yang dapat diterima oleh
kedua negara. Dalam pertemuan bilateral antara PM Abdullah
Ahmad Badawi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
Gedung Negara Tri Arga, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 12-13
Januari 2006 telah disepakati bahwa, sengketa Blok Ambalat akan
terus diselesaikan secara perundingan.
Kedua, secara moral penyelesaian diplomasi lebih dipilih
karena diplomasi merupakan instrumen politik luar negeri yang
beradab, murah, dan terukur. Konfrontasi dan perang semakin
banyak dicibir karena tidak hanya mahal tetapi juga karena efek

9
rusaknya yang sulit terkontrol. Yang menyedihkan adalah analisa
bahwa dari sisi Alutsista kita akan kalah. Perintah untuk tidak
mengeluarkan tembakan dari kapal perang kita da cukup mengusir
kapal Malaysia cukup bijaksana. Alasan lain, Indonesia dan
Malaysia adalah tetangga serumpun yang ada dalam kerangka ”the
ASEAN Way” dalam penyelesaian aneka sengketa yang ada.
Fase Diplomasi
Alur penyelesaian diplomatik yang telah disepakati sendiri
mencakup dua fase. Fase pertama adalah pembicaraan untuk
mengeksplorasi dan mengetahui posisi masing-masing negara atas
klaimnya di Blok Ambalat. Fase kedua adalah bagaimana kedua
negara bisa menyepakati jalan keluar dari klaim tumpang tindih atas
Blok Ambalat. Jalan keluar ini ada tiga alternatif. Satu, negara yang
bersengketa tidak menyepakati solusi dan membiarkan
permasalahan ini tidak terselesaikan (baca: mengambang) dengan
catatan negara yang bersengketa menyepakati suatu status quo.
Dua, negara yang bersengketa tidak menyepakati batas, tetapi
bersepakat untuk melakukan pengelolaan bersama. Tiga, negara
yang bersengketa sepakat untuk membawa sengketa mereka ke
forum penyelesaian sengketa. Alur penyelesaian diplomatik yang
telah disepakati sendiri mencakup dua fase. Fase pertama adalah
pembicaraan untuk mengeksplorasi dan mengetahui posisi masing-
masing negara atas klaimnya di Blok Ambalat. Fase kedua adalah
bagaimana kedua negara bisa menyepakati jalan keluar dari klaim
tumpang tindih atas Blok Ambalat.
Jika diplomasi gagal maka krisis bisa kembali terjadi kapan
saja. Konfrontasi akan sangat kontra produktif bagi hubungan
bilateral, maupun stabilitas regional ASEAN ke depan. Krisis dan
konfrontasi juga akan berakibat perluasan spektrum politik luar
negeri tidak lagi semata menjadi pembahasan para elite decision

10
makers tetapi meluas merambah ke wilayah keterlibatan publik. Ini
tentu saja positif dalam konteks demokratisasi politik luar negeri
agar kebijakan yang diambil accountable terhadap rakyat.
Tetapi sayang, mencermati krisis terdahulu, keterlibatan
publik lebih cenderung mengarah kepada ekspresi emosi,
kemarahan, sweeping, ajakan berperang, penggalangan relawan dan
sebagainya. Padahal eloknya keterlibatan itu lebih terarah kepada
pernyataan sikap, artikulasi kepentingan, maupaun aksi yang
rasional dan terukur.
Penyelesaian Ambalat membutuhkan tidak hanya tekad dan
upaya diplomasi bilateral berkelanjutan tetapi juga sikap saling
respek untuk tidak melakukan provokasi. Selagi diplomasi masih
bergulir, provokasi dan pelanggaran teritori tentu berbahaya. Bagi
Indonesia, diplomasi juga harus dikawal dengan menunjukkan
kewibawaan, kekuatan dan ketegasan. Kaum realis mengatakan,
‘’Jika ingin damai bersiaplah untuk berperang’’ (if you want peace,
prepare for war).

2.3. Geostrategi Indonesia


Geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan ,yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan-
keinginan politik atau kebijakan dalam menentukan tujuan-tujuan dan sarana-
sarana serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai tujuan
nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara.
Geostategi dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional yang unsur-
unsur utamanya terdiri dari kualita keuletan dan kualita kekuatan /ketangguhan.
Keuletan merupakan satu keadaan yang menunjukkan adanya kebersamaan
diantara sesama komponen yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan. Keuletan
diperlukan dalam menghadapi tantangan / tekanan yang masuk dari luar. Tanpa

11
adanya kualita keuletan maka jaringan sosial masyarakat akan retak atau
bahkan putus.
Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk Negara dan bangsa
Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek,
disamping aspek geografi juga aspek-aspek demografi, ideology, politik,
ekonomi, social budaya, dan hankam.
Strategi biasanya menjangkau masa depan, sehingga pada umumnya
strategi disusun secara bertahap dengan memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dengan demikian geostrategi adalah perumusan strategi
nasional dengan memperhitungkan kondisi dan konstelasi geografi sebagai
factor utamanya.
2.3.1. Peluang Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan
bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai
aspek ,disamping aspek-aspek geografi juga dari aspek demografi
,ideologi, politik ,ekonomi, sosial budaya, dan Hankam. Posisi silang
Indonesia tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1. Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua ,Asia dan
Australia ,serta di antara samudra Pasifik dan samudra Hindia.
2. Demografi : penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang
di selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan
Jepang)
3. Ideologi : ideologi Indonesia (Pancasila ) terletak diantara
liberalisme di selatan (Australia dan Selandia Baru ) dan
komunisme di utara (RRC, Vietnam, dan Korea Utara)
4. Politik : Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi liberal di
selatan dan demokrasi dan demokrasi rakyat (diktatur proletar)
5. Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak dianatara ekonomi kapitalis
dan selatan Sosialis di utara.

12
6. Sosial : Masyarakat Indonesia terletak diantara masyarakat
individualisme di selatan dan masyarakat sosialisme di utara.
7. Budaya : Budaya Indonesia terletak diantara budaya barat di selatan
dan budaya timur di utara.
8. Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam ( Pertahanan dan
Keamanan ) Indonesia terletak diantara wawasan kekuatan maritim
di selatan dan wawasan kekuatan kontinetal di utara.
Dari uarian diatas didapatkan beberapa aspek pendukung tentang
bagaimana bangsa Indonesia seharusnya dapat bersikap dalam hal
menentukan geostrategi dalam kehidupan bernegara ataupun hubungan
internasional dengan bangsa lain. Mulai dari aspek geografi sebagai
pendukung, yang menempatkan Indonesia di antara dua benua Asia dan
Australia mendorong Indonesia untuk maju khususnya dalam hal
geostrategi ditingkat regional adalah ASEAN 10 sedangkan ditingkat
Supra Regional adalah ASEAN + 3 (Jepang, China, Korea ) +3 (India,
Australia, New Zealand ) Geostrategi ditingkat Regional dikembangkan
melalui konsep Asean Security Community (ASC), Asean Economic
Comunity (AEC) dan Asean Cultural Comunity (ACC) bahkan pada
Asean Summit di Kuala Lumpur (Desember 2005) telah meningkat
menjadi Asean Identity. Ditingkat supra regional juga semakin mekar
dengan penandatangan Asean Treaty of Ammity and Cooperation
(TAC ) oleh China, Australia dan negara lain. Jadi sistem pertahanan
Indonesia yaitu Sishanrata atau sekarang dikenal dengan Total Defence
dalam implementasinya ditingkat Regional dan Supra regional
diwujudkan dalam suatu bentuk “Pertahanan melingkar multi lapis
ditingkat nasional ,regional, dan supra regional berupa jaringan laba-
laba hubungan antara negara baik yang tidak hanya menggunakan
komponen militer tetapi juga nir militer baik ekonomi ,budaya dan
identitas dalam rangka menjaga dan memelihara kepentingan nasional
Indonesia ”. Dengan cara ini maka posisi Indonesia menjadi lebih aman

13
karena lewat hubungan ini konflik yang nantinya akan muncul menjadi
berkurang. Indonesia menjadi lebih aman baik dalam hal melakukan
kegiatan ekonomi khususnya di tingkat regional maupun supra regional,
menjadi lebih mudah memasarkan produk dalam negeri dan
mengembangkan perekonomian di Indonesia dengan sendirinya dan
pemasaran produksi dalam negeri menjadi lebih baik. Dalam hal politik
negara, dengan masuknya Indonesia kedalam kawasan ASEAN maka
kebanyakan strategi politik negara yang saling menjegal setidaknya bisa
ditekan walaupun hanya dalam lingkup ASEAN khususnya hal ini biasa
terjadi dalam menunjukkan kekuatan suatu negara hubungannya dengan
kehidupan internasional dalam bernegara. Sedangkan dalam hal
Hankam maka hubungan ini bisa menguntungkan Indonesia khususnya
dalam hal memperoleh armada-armada yang digunakan dalam hal
pertahanan negara, kemudian penyusunan strategi untuk perkembangan
selanjutnya demi mempertahankan wilayah kesatuan Republik
Indonesia. Diharapkan dengan masuknya Indonesia khususnya dalam
ASEAN baik ditingkat regional maupun supra regional mampu
membawa Indonesia ke tingkat yang lebih baik. Diharapkan juga
ditingkat Supra Regional juga akan terjadi kondisi serupa dan dengan
demikian baik dilingkungan ASEAN bahkan ASEAN + 6 semua negara
didalamnya akan memperoleh kesempatan untuk bersama-sama saling
bantu-membantu membangun negerinya. Bagi Indonesia juga
menguntungkan karena tidak perlu terburu-buru melakukan pengadaan
Alutsista yang mahal-mahal sementara ekonomi Indonesia belum pulih
sepenuhnya. Hal tersebut tidak berarti Indonesia tidak membangun
kekuatan militernya tetapi membangun secara terukur. Mungkin
Indonesia sebaiknya baru membangun kekuatan militernya secara besar-
besaran sesudah pendapatan perkapita mencapai USD 4000 dalam hal
pemenuhan ketahanan nasioanal.

14
Peluang selanjutnya adalah bagaimana Indonesia memanfaatkan
letak geografisnya ,yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia
serta dua samudra Pasifik dan samudra Hindia sebagai suatu kekuatan
membangun perekonomian Indonesia. Selain itu adanya selat malaka
yang juga sebagai lewatan jalur perdagangan internasional mendorong
Indonesia untuk bisa meningkatkan kehidupan ekonominya khususnya
di sektor perdagangan ,kelautan dan pemanfaatan sumberdaya bahari
yang selama ini masih belum terkelola secara maksimal. Kekayaan
sumber daya laut merupakan salah satu peluang wawasan nusantara
yang bisa dikembangakan secara optimal nantinya. Dengan
memanfaatkan laut yang luas sekitar 2/3 dari luas seluruh Indnesia
dengan segala sumberdaya yang ada di dalamnya untuk kesejahteraan
rakyat dalam negeri, karena dengan terpenuhinya kesejahteraan rakyat
terutama di bidang ekonomi maka stabilitas keamanan negeri juga
terjamin. Dengan semua terpenuhinya kesejahteraan masyarakat kecil
maka tingkat kriminal dapat diturunkan karena pada prinsipnya
seseorang berbuat kriminal karena situasi yang tidak memungkinkan
seperti halnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan perut lapar hingga
tak bisa tidur. Bila kesejahteraan rakyat terpenuhi otomatis stabilitas
negara dapat terwujud dan kriminalitas dapat ditekan.
Pemanfaatan sumberdaya alam baik laut maupun darat dan
mengurangi tingkat penyelundupan yang bisa merugikan negara serta
rakyat kecil akan membantu Indonesia khususnya dalam hal
peningkatan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan
Indonesia pada luar negeri baik itu dalam bidang ekonomi ataupun
pertahanan negara karena hingga saat ini Indonesia tidak dapat membuat
armada pertahanan sendiri  tetapi membeli armada dengan teknologi
yang mulai tertinggal dan merupakan barang bekas dari beberapa negara
maju selain itu perlunya peningkatan terhadap Sumberdaya Manusianya
itu sendiri. Peluang lainnya yaitu perkembangan kemajuan teknologi

15
informasi yang berimplikasi pada meningkatnya arus informasi yang
cepat akan mendorong percepatan diperolehnya akses informasi
terutama yang berkaitan dengan pembangunan nasional ,kekayaan
sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam merupakan modal
dasar pembangunan nasional ,jumlah penduduk yang besar merupakan
potensi tenaga kerja ,potensi pertahanan ketika adanya agresi militer
maupun potensi pasar dalam negeri. Pancasila sebagai ideologi negara
tetap diterima oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam
satu kesatuan utuh dalam kekeluargaan dan kebudayaan yang beragam
sebagai daya tarik Indonesia di dunia pariwisata dan Internasional.
Meluasnya regionalisasi perekonomian antar kawasan dalam
implementasi pasar bersama dan juga pelaksanaan otonomi daerah
memungkinkan daerah untuk mengembangkan diri sesuai potensi dari
daerah masing-masing. Daratan yang subur dan masih belum dikelola
secara maksimal menjadikan peluang bagi Indonesia untuk melakukan
swasembada beras dan meningkatkan kondisi pertaniannya dan
menjadikan Indonesia berjaya kembali seperti tahun 1984 dengan
kebijakan-kebijakan yang mengedepankan ketahanan pangan.
2.3.2. Tantangan Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Nilai strategis batas laut /perairan Indonesia ,zona perbatasan
laut Indonesia mengandung banyak kerawanan dan sensitivitas karena
berbagai faktor ,baik yang bersifat permanen maupun yang sementara
,antara lain :
1. Letak geografis di persimpangan jalan antara Samudra Pasifik
dengan Samudra Hindia dan Benua Asia dan Australia sehingga
sering dilewati pelayaran Internasional.
2. Struktur negeri yang berbentuk kepulauan dengan panjang pantai
lebih dari 80.000 km terpanjang didunia yang pada umumnya
terbuka di kawasan sekitar 8 juta km 2 yang tersebar secara tidak

16
teratur yang didiami oleh penduduk secara tiadak merata bahkan
masih banyak pulau-pulau yang tak berpenduduk.
3. Isu-isu globalisasi terutama yang menyangkut demokratisasi hak
asasi manusia ,liberalisasi ekonomi dan informasi telah
meningkatkan kerawanan-kerawanan di daerah perbatasan.
4. Masih ada batas-batas laut negara yang sudah dirundingkan dan
disepakati secara bilateral ,belum memiliki pengakuan secara
Internasional dikarenakan batas-batas laut tersebut belum
didepositkan di PBB.
Faktor-faktor tersebut diatas menegaskan penting dan
strategisnya kepastian batas laut karena tanpa itu penegakan hukum di
laut tidak memiliki landasan yang kuat dan akan selalu mengundang
kontroversi yang dapat menimbulkan konflik di perairan perbatasan
negara. Selain itu trauma akan kasus terdahulu yaitu Sipadan-Ligitan
yang merupakan pulau Indonesia yang dimenangkan oleh Malaysia
menyebabkan perlunya kewaspadaan Indonesia khususnya untuk pulau-
pulau kecil Indonesia yang tidak berpenghuni dan daerah frontier
sebagai sasaran penyelundupan baik itu illegal loging ataupun kasus lain
yang tentunya merugikan masyarakat kecil dan negara puluhan milyar
karena pembalakan liar. Selain itu luasnya wilayah kelautan Indonesia
tidak diimbangi dengan minimnya sarana penjagaannya, seperti
kurangnya armada yang digunakan untuk memantau keadaan laut. Ini
menjadi tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam
menjaga kedaulatan negara. Kekhawatiran juga terjadi karena adanya
penemuan sumberdaya laut bernilai ekonomi tinggi seperti minyak dan
gas bumi serta barang tambang berharga lainnya, sedangkan di sisi lain,
batas laut Indonesia masih belum disetujui pihak internasional. Adanya
beberapa pulau yang berada pada lokasi strategis di sekitar perbatasan
negara merupakan kekhawatiran banyak pihak atas keamanan dan
keselamatannya dari penguasaan asing/negara tetangga. Kekhawatiran

17
tersebut didasarkan atas pembinaan yang sangat minim dari pemerintah,
sehingga penduduk yang ada di pulau-pulau tersebut lebih banyak
berhubungan dengan negara tetangga, menggunakan uang dan bahasa
negara tersebut, serta hidup dengan gaya dan budaya negara tetangga.
Mereka lebih banyak mendengarkan radio dan melihat siaran televisi
negara tetangga sehingga secara tidak langsung penduduk-penduduk
pulau tersebut ada dalam penguasaan negara tetangga. Hal ini
menyebabkan bergesernya identitas warga Indonesia yang berada pada
daerah frontier tersebut secara perlahan. Bukan sepenuhnya salah
mereka jika mereka lebih memilih untuk berhubungan dengan negara
tetangga. Jika saja pemerintah Indonesia lebih memperhatikan
pembangunan di daerah frontier, hal semacam ini tidak perlu terjadi.
Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat adalah kuncinya. Apabila
ini terpenuhi maka keraguan terhadap loyalitas mereka pada negara ini
tidak akan menjadi wacana publik.
Pengamanan batas laut lewat Waspam yang lemah, kapal-kapal
laut yang kurang canggih serta batas laut yang kurang, jelas merupakan
penyebab bertambahnya beban dalam menjaga kesatuan wilayah
Indonesia. Masalah lainnya timbul dengan bertambahnya kepentingan
terhadap laut atau lingkungan maritim, mulai dari perlidungan terhadap
jalur komunikasi laut (SLOC, Sea Lanes of Communication) dan jalur
perdagangan laut (SLOT, Sea Lanes of Trade) yang vital bagi
perdagangan internasional, jalur pemasok energi dan ekonomi yang
semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi soal keamanan
maritim yang luas. Tuntutan oleh negara-negara lain mengenai
penambahan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia ) yang akhir-akhir
ini menjadi perdebatan di sebagian kalangan digunakan sebagai dasar
bahwa keamanan maritim akan menjadi agenda dan sekaligus masalah
yang membentuk kebijakan keamanan dan pertahanan negara-negara di
kawasan ini. Semua ini merupakan tantangan dan ancaman bagi

18
Indonesia, terlebih saat ini Indonesia sangat lemah dalam mengontrol
wilayah yang terdiri dari lebih dari 15 ribu pulau, sekitar 7 juta
km2 wilayah laut dan darat (termasuk ZEE ), dan 80 ribu km2 garis
pantai. Keamanan  Nasional Indonesia ini akan banyak ditentukan oleh
posisi geostrategis dan geopolitik Indonesia, sebagai negara kepulauan,
yang juga mempengaruhi perilaku negara-negara besar di kawasan ini,
terutama Amerika Serikat, Jepang, dan Cina, karena kepentingan-
kepentingan mereka yang lahir dari posisi geostrategis Indonesia
tersebut. Dimensi internasional dan posisi geostrategis Indonesia
sebagai negara kepulauan inilah yang menempatkan mengapa masalah
separatisme dan konflik komunal sangat vital bagi Indonesia. Setelah
terjadi konflik-konflik komunal dan masalah desintregasi akan selalu
menjadi kepentingan kekuatan-kekuatan eksternal dengan dalil
membantu tetapi kebanyakan dari tujuan utamanya adalah menguasai
dan mengeruk semua sumberdaya yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu dibutuhkanupaya-upaya yang tepat khususnya dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI dari campur tangan negara lain.
Pembangunan yang merata tidak hanya berpusat pada ibukota saja akan
mengurangi tingkat kesenjangan sosial antara pulau/ wialayah yang ada.
Pemerataan menyebabkan wilayah merasa dipedulikan dan ancaman
terhadap separatisme dan konflik komunal bisa dicegah. Selain hal-hal
ini sebenarnya masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah
membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to
defeat) suatu serangan. Selama Indonesia mampu melindungi batas-
batas negaranya ,mensejahterakan rakyatnya lewat mempermudah
rakyat untuk hidup enak, makan enak, tidur nyenyak dengan stabilitas
nasional yang baik otomatis perpecahan akan jauh dari masalah
Indonesia. Selain itu penegakan hukum, dan mempersempit akses dari
penyelundupan liar baik itu illegal loging, pencurian ikan dan sumber
daya lainnya ,menjadi jalan yang mungkin bisa ditempuh untuk

19
peningkatan kesejahteraan rakyat khususnya di daerah frontier. Utama
dan pasti adalah terciptanya stabilitas nasional diberbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara, mempertahankan persatuan negara
untuk menghindarkan dari masalah sepratisme atau memecahnya pulau
dari kesatuan NKRI sehingga mengurangi peluang campur tangan
negara lain apalagi dengan dalil membantu yang sebenarnya membawa
kepentingan lain yang tesembunyi. Hal inilah yang harus diperhatikan
Indonesia melihat rawannya wilayah ini dengan bentuk kepulauan dan
tingkat pengamanan yang masih lemah untuk membangun geostrategi
Indonesia khususnya untuk menghadapi berbagai ancaman baik itu
eksternal maupun internal dari dalam negeri itu sendiri.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah yaitu :
1. Wawasan nusantara memiliki arti cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai
kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.
2. Wawasan nusantara dan ketahanan nasional merupakan konsepsi yang
saling mendukung antara sebgai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
3. Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam
wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi
nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada
pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu
Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung
kepada system politik suatu Negara.
4. Geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan ,yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan-
keinginan politik atau kebijakan dalam menentukan tujuan-tujuan dan
sarana-sarana serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai
tujuan nasional dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara.

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Pemerintah Indonesia dapat menunjukkan sistem geopolitik Indonesia yang
kuat kepada seluruh dunia, upaya Negara lain tidak dengan mudah
meremehkan martabat bangsa Indonesia. Indonesia telah merdeka, maka

21
sepatutnya kita menghapuskan segala praktek yang bertautan dengan asas
kemerdekaan yang telah direnggut bangsa Indonesia.
2. Bagi masyarakat Indonesia sendiri, jangan mudah terpengaruh untuk
melakukan aksi kekerasan dan tak beretika demi mengungkapkan
aspirasinya terhadap permasalahan

22

You might also like