Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Monopoli
1. Pengertian Monopoli
Secara etimologi, kata monopoli berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘monos’
yang artinya satu atau sendiri, dan ‘polein’ yang artinya yang menjual atau penjual.
Dari etimologi monopoli tersebut dapat diartikan bahwa monopoli adalah kondisi di
mana hanya ada satu penjual yang menawarkan suatu barang atau jasa tertentu 2.
bebas yang memperbolehkan pasar dalam menentukan harga. Karena hanya ada satu
penjual yang menguasai pasar, maka penjual tersebut dapat menetapkan harga yang
mempedulikan konsumen, karena penjual tersebut tahu bahwa konsumen tidak punya
pilihan lain. Penjual tersebut juga dapat menyediakan produk yang mutunya lebih
rendah. Hal ini juga merupakan sifat buruk monopoli karena penjual tidak memiliki
dorongan untuk berinovasi dan menyediakan produk yang baru dengan kualitas yang
lebih baik.
menunjuk tiga titik berat yang berbeda. Pertama, istilah monopoli dipakai untuk
Roger E. Meiners memberikan definisi monopoli, yaitu: “Struktur pasar yang mana
2
Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.18.
17
keluaran produksi dari suatu industri dikendalikan oleh penjual tunggal (hanya satu
penjual saja) atau sekelompok penjual yang membuat keputusan bersama mengenai
produksi dan harga”3. Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa monopoli pun
bisa dilakukan oleh lebih dari satu penjual. Pendapat Meiners tersebut sedikit keluar
dari definisi etimologis yang menjabarkan hanya satu penjual di dalam pasar
suatu posisi. Yang dimaksudkan di sini adalah posisi penjual yang memiliki
penguasaan dan kontrol eksklusif atas barang atau jasa tertentu. Ketiga, istilah
harga. Dari ketiga pengertian ini, istilah monopoli sering digunakan dalam
hubungannya dengan menguasai pangsa pasar yang relatif cukup besar. Dengan
demikian, konsumen hanya mempunyai pilihan terbatas dengan suatu produk yang
ditawarkan, dengan harga melebihi dari yang ditawarkan oleh monopolis. Pasar
monopoli tidak terikat pada jumlah permintaan, namun monopolis akan dapat
masyarakat. Hal ini terjadi karena monopolis memiliki penguasaan dan kontrol
eksklusif atas produk, serta mempunyai kekuatan (power) dalam hal penguasaan
monopoli secara umum menggambarkan fakta yang sama, yakni pemusatan kekuatan
3
Ibid., hlm.19.
18
penawaran eksklusif pada pihak penjual dalam suatu pasar. Dengan bertitik tolak
terbentuk jika hanya satu pelaku mempunyai kontrol ekslusif terhadap pasokan
barang atau jasa di suatu pasar, dan dengan demikian juga terhadap penentuan
maka dapat dibedakan antara adanya monopoli berupa penjual tunggal dan
dan aset-aset produksi semakin terpusat kepada segelintir orang, yang merupakan
tunggal itu ada pesaing-pesaing lain namun peranannya kurang berarti, maka
diberlakukan bagi pelaku yang menguasai bagian terbesar pasar. Secara lebih
beberapa pelaku, namun karena peranannya yang begitu dominan, maka dari segi
4
Suhasril, dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat di Indonesia, 2010, Bogor: Ghalia Indonesia, hlm.28
19
satu-satunya penjual barang atau jasa. Dalam keadaan tidak adanya campur tangan
dari pemerintah, monopoli bebas untuk menetukan harga yang diinginkan oleh
penjual tersebut dan biasanya akan menetapkan harga yang kemungkinan dapat
keadaan yang membuat suatu perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih dari
perusahaan lainnya dalam menghadapi persaingan. Yang terjadi adalah kondisi pasar
yang kemungkinan amat sempit atau terbatas sehingga hampir tidak mungkin bagi
suatu perusahaan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut. Monopolis menetapkan
harga di atas harga yang seharusnya, harga apabila adanya persaingan, sehingga
konsumen membayar lebih banyak dan monopolis (dan kemungkinan juga karyawan-
harga di atas level harga persaingan dengan tujuan memperoleh keuntungan dari
kegiatan monopoli yang dilakukannya, maka konsumen akan membeli lebih sedikit
dari produknya, Hal ini berarti sedikit pula produk yang diproduksi. Walaupun
tingkat permintaan naik dan konsumen menginginkan harga yang lebih rendah atau
harga yang normal (dalam kondisi kompetitif), namun perusahaan biasanya tidak
akan memilih untuk mengikuti permintaan konsumen tersebut. Perusahaan dapat saja
menjual lagi produknya dengan harga yang lebih murah dari harga yang telah
ditetapkan sebelumnya terhadap produk yang telah terjual habis di pasar tanpa
5
http://www.econlib.org/library/Enc/Monopoly.html, by George J. Stigler, Copyright ©2008 Liberty
Fund, Inc.
20
mengalami kerugian. Akan tetapi, dengan begitu perusahaan juga tidak akan
Dalam pasar monopoli, jika tidak ada barang atau jasa substitusi yang
bersangkutan, maka perusahaan akan dapat menetapkan tingkat output dan harga
barang atau jasa yang dijual oleh perusahaan monopoli, tinggi, maka harga dan
tingkat keuntungan dalam industri akan cenderung lebih tinggi (dan output yang lebih
monopolis dapat menaikkan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah
barang yang akan diproduksi. Artinya adalah semakin sedikit barang yang diproduksi,
semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian,
penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan
harga terlalu mahal, maka masyarakat akan menunda pembelian atau berusaha
mencari atau membuat barang substitusi dari produk tersebut atau lebih buruk lagi,
monopoli adalah suatu keistimewaan (hak istimewa) atau keuntungan tertentu yang
didapat oleh satu atau lebih orang atau perusahaan, karena adanya hak eksklusif (atau
6
http://en.wikipedia.org/wiki/Monopoly, this page was last modified on 3 February 2011 at 02:10.
21
produksi dari komoditas barang atau jasa tertentu 7. Bentuk dari stuktur pasar yang
mana satu atau hanya beberapa perusahaan yang mendominasi keseluruhan penjualan
atas suatu barang atau jasa. Berbeda dari definisi yang diberikan dalam Undang-
Undang yang secara langsung menunjuk pada penguasaan pasar, dalam Black’s Law
Dictionary, penekanan lebih diberikan pada adanya suatu “hak istimewa” (priviledge)
yang menghapuskan persaingan bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan
tersebut”.
Dalam hal ini jelas bahwa monopoli yang dilarang oleh Section 2 Sherman Act
alamiah, tanpa adanya kehendak dari pelaku usaha tersebut untuk melakukan
monopoli. Section 2 Sherman Act memang lebih menekankan pada proses terjadinya
7
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Anti Monopoli, 2006, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, hlm. 12.
22
monopolisasi dan bukan pada monopoli yang ada. Ada beberapa argumen yang dapat
satunya dapat terwujud dari pemberian hak paten secara eksklusif oleh
kepada pelaku usaha tertentu atas hasil riset dan pengembangan atas
teknologi tertentu. Selain itu ada juga dikenal dengan istilah “trade
produk superior.
jelas dapat dilihat dari ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan Pasal 33 ayat
Sherman Act adalah proses terjadinya monopolisasi, dan bukan monopoli yang telah
ada. Untuk menilai berlangsungnya suatu proses monopolisasi, sehingga dapat terjadi
suatu bentuk monopoli yang dilarang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
tertentu oleh para pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama
atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau jasa tersebut. Untuk
produk yang sudah berjalan. Salah satu yang dapat dipakai adalah
demand” (CED) antara kedua produk yang saling dikaitkan. Nilai CED
jika nilai CED-nya positif dengan angka yang relatif besar, maka
dalam pasar tersebut. Berbagai hal yang dapat dianggap cukup relevan
penguasaan pasar.
digunakan.
dan/atau jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar
pasar bersangkutan.
mempunyai pangsa pasar lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen).
pemasaran barang dan/atau jasa, jika dua (2) atau tiga (3) pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh
lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
tertentu tersebut.
harus diikuti dengan cara-cara yang layak dan benar. Pada dasarnya
naluri dunia usaha memiliki “general intent” untuk menjadi besar dan
cara yang tidak wajar dan tidak sehat. Hal ini jelas tidak dikehendaki
oleh dunia usaha pada umumnya. Jika kita kembali pada makna yang
27
pada proses terjadinya monopoli, maka jelas usaha yang tidak sehat
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pada pasal 1 huruf
(a), monopoli adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha. Pada pasal 1 huruf (b) diterangkan pula mengenai praktik monopoli, yaitu
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua yang disusun oleh Christopher
Pass dan Bryan Lowes, monopoli adalah suatu jenis struktur pasar (market structure)9
a. Satu perusahaan dan banyak pembeli, yaitu suatu pasar yang terdiri
9
Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha, 2008, Jakarta: Kencana, hlm. 39.
28
lain10:
tinggi.
kayu lapis, dan industri pulp dan kertas. Dalam iklim usaha yang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang disebut dengan monopoli adalah
situasi pengadaan barang dagangannya tertentu (di pasar lokal atau nasional)
ekonomi yang dilarang dan merupakan salah satu bentuk dari kegagalan pasar dalam
penyaluran atas produk yang memiliki tingkat biaya yang tinggi dan tingkat
permintaan yang tinggi karena kebutuhan masyarakat akan produk tersebut. Misalnya
saja dengan pemanfaatan listrik dan air. Karena biaya yang sangat mahal untuk
membangun bendungan baru atau gardu listrik baru, maka hal tersebut membuat
untuk wilayah usaha tertentu. Dalam hal ini, wilayah usaha yang berkaitan dengan
kebutuhan penting masyarakat, yaitu listrik dan air. Untuk melindungi konsumen, dan
menjaga kepuasan konsumen, industri-industri, seperti industri listrik dan air diatur
2) Adanya lisensi atau izin khusus dari pemerintah yang hanya diberikan
kepada beberapa pelaku usaha tertentu, atau hanya kepada satu pelaku
usaha tertentu, atau bahkan hanya kepada satu pelaku usaha saja.
bagi pelaku usaha lain atau pelaku usaha pendatang baru. Penutupan
akses ini mungkin dilakukan oleh para pelaku usaha itu sendiri (pelaku
sektor-sektor tertentu.
tertentu saja.
3. Ciri-Ciri Monopoli
a. Hanya ada satu penjual. Dalam monopoli, hanya ada satu penjual
industri.
perusahaan (harga tidak ditentukan oleh pasar seperti yang terjadi pada
c. Tidak ada barang pengganti terdekat atau mirip (close subtitute). Ini
d. Tidak ada atau sangat sedikit perusahaan lain yang dapat memasuki
keunggulan perusahaan.
berbeda dari harga kepada konsumen lain di dalam segmen pasar yang
berbeda atas suatu barang dan/atau jasa yang sama dengan alasan yang
Pada dasarnya, persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu syarat mutlak
(condition sine qua non) bagi terselenggaranya suatu perekonomian yang berorientasi
pasar (market economy). Peranan hukum dalam persaingan usaha adalah dari
terselenggaranya suatu persaingan yang sehat dan adil (fair competition), sekaligus
persaingan yang tidak sehat hanya akan bermuara pada matinya persaingan usaha
yang pada gilirannya akan melahirkan monopoli. Dalam bentuk lain, monopoli juga
dapat diartikan sebagai penguasaan lebih dari 50% pangsa pasar atas suatu jenis
komoditi tertentu oleh satu atau gabungan beberapa perusahaan. Artinya bahwa jika
suatu perusahaan menguasai lebih dari 50% pangsa pasar atas komoditi tertentu maka
4. Jenis-Jenis Monopoli
berbagai jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan perekonomian dan
masyarakat dan mana yang ikut memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan
untuk menguasai bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung
terhadap pelaku usaha yang memenuhi syarat tertentu atas hasil riset
penemuan baru, baik yang berasal dari hak atas kekayaan intelektual
2) Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung oleh
yang professional, kerja keras, dan strategi bisnis yang tepat dalam
rata per unit produksi menurun tajam (decreasing cost industry) pada
persaingan usaha. Monopoli alamiah juga dapat terjadi bila untuk suatu
ukuran pasar (market size) akan lebih efisien bila hanya ada satu
rugi dan tersingkir secara alamiah, karena ukuran pasar yang tidak
tertentu yang tidak dapat ditiru oleh pelaku usaha yang lain. Fenomena
37
berkaitan erat dengan para pemburu rente ekonomi (rent seekers) yang
serakah manusia.
dalam waktu yang singkat dan dengan pengorbanan dan modal yang
38
ditentukan oleh satu pelaku usaha atau satu perusahaan saja, tetapi juga
ekstrem lagi, melakukan praktik bisnis yang tidak jujur. Praktik bisnis
secara sendiri atau bekerja sama dengan para pelaku usaha lainnya.
para pesaing keluar dari arena pasar. Setelah para pesaing tersingkir
atas harga. Pada jenis monopoli seperti itu, konsumen akan sangat
39
dirugikan karena tidak lagi memiliki alternatif lain pada saat akan
membeli barang dan/atau jasa tertentu dengan kualitas yang andal serta
harga yang wajar dan bersaing. Kondisi sepeerti itu akan melahirkan
Jenis monopoli yang dimaksud pada poin (3) dan (4) dapat mengganggu
bekerjanya mekanisme pasar dan harus dilarang. Sementara itu, jenis monopoli pada
poin (1) dan (2) tetap perlu diawasi dan diatur agar pada suatu waktu kekuatan
Siswanto, ada pula beberapa kriteria yang bisa ditemukan terhadap beberapa variasi
(BUMN)
perorangan.
40
dua, yaitu:
seorang pencipta.
1) Monopoli legal
suatu negara.
2) Monopoli ilegal
maka kriteria legal dan ilegal antara negara yang satu dan negara
Kwik Kian Gie, menulis dalam bukunya yang berjudul “Praktik Bisnis dan
berdasarkan nepotisme.
misalnya pengendalian produk dari hulu sampai hilir. Lalu yang hilir
dikuasainya juga.
menang dalam persaingan yang sudah dibuat wajar dan adil. Monopoli
12
Suhasril dan Prof. Mohammad Taufik Makarao, op. cit., hlm. 31.
42
seperti ini justru muncul karena unggul dalam segala bidang produktif
dan efisien.
orang banyak.
itu negatif, namun apabila ditelusuri lebih dalam lagi memiliki aspek positif dan
negatif dalam pelaksanaannya. Aspek positif dari monopoli adalah sebagai berikut:
oleh salah satu unit usaha tunggal yang besar, maka ada kemungkinan
dimanfaatkan oleh semua konsumen. Hal ini mungkin saja tidak terjadi
bidang usaha tertentu akan lebih efisien bagi publik apabila dikelola
hanya oleh satu perusahaan. Jika distribusi air minum diberikan pada
lebih dari satu perusahaan yang saling bersaing, yang mungkin terjadi
publik, duplikasi fasilitas air minum itu bisa dianggap sebagai sesuatu
diferensiasi produk.
maka para pelaku ekonomi akan memiliki kekuatan relatif yang tidak
waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan menjadi lebih besar. Kondisi
daya tertentu yang penting bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang
konsumen tidak punya pilihan lain. Dengan kata lain, mau tidak mau ia
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Sebagai Sumber Hukum Anti Monopoli
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat
Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai hukum persaingan usaha yang bersifat
46
persaingan usaha. Di dalam hukum lain ternyata dapat pula ditemukan pasal-pasal
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat
curang. Bunyi Pasal 382 bis KUHP tersebut adalah sebagai berikut ini:
mengganti kerugian. Dengan bunyi pasal seperti itu, siapa pun yang
dapat memiliki akses untuk menuntut ganti rugi secara hukum. Jelas
pasal ini tidak mengatur persaingan usaha secara khusus, namun hanya
karena keluasan dari cakupan pasal ini, orang dapat menjadikan pasal
1960)
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah undang-undang atau ketentuan khusus (lex
dan persaingan usaha tidak sehat” yang saat ini telah digunakan sebagai pengganti
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berlaku asas lex spesialis de
negara Asia Pasifik secara drastis lenyap ketika kawasan ini dilanda krisis ekonomi
sejak tahun 1997. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bermula ketika Indonesia mengalami
krisis moneter (krisis ekonomi) pada pertengahan 1997 hingga mencapai puncaknya
pada tahun 1998. Kondisi perekonomian Indonesia saat itu betul-betul terpuruk,
hampir semua bidang usaha mengalami kemacetan. Ketika krisis moneter muncul
ditentukan IMF adalah bahwa Indonesia harus membuat legislasi untuk menjamin
49
persaingan usaha yang sehat. Syarat tersebut dipandang perlu karena ketiadaan
yang bersifat anti persaingan. Kebutuhan akan perangkat hukum persaingan usaha
juga ditangkap oleh DPR yang segera membuat RUU persaingan usaha. RUU yang
disusun oleh DPR dan sempat disosialisasikan melalui beberapa forum diskusi itu
pada akhirnya disetujui oleh pemerintah dan secara formal dikeluarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Kebijakan menegakkan persaingan yang wajar dan sehat dalam dunia usaha
konsumen; dan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bersifat negasi atau larangan,
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka harus kembali
pada tiga aspek yang mendasar, yaitu ekonomi, hukum, dan internasional, yang
1) Aspek Ekonomi
d. Pendorong inovasi.
2) Aspek Hukum
usaha, tetapi juga bagi konsumen produk yang dihasilkan para pelaku
keadilan dan situasi persaingan yang sehat agar tidak ada pihak-pihak
yang dirugikan. Jadi pada aspek hukum ini yang perlu diperhatikan
a. Pelaku Usaha
51
b. Kepentingan Konsumen
3) Aspek Internasional
secara konsisten.
sehat yang efektif merupakan syarat mutlak (absolute prerequisite) bagi berjalannya
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
tercantum secara implisit dalam Pasal 2 dan Pasal 3 undang-undang tersebut. Pasal 2
keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum yang mana
usaha tidak sehat adalah menciptakan efisiensi terhadap ekonomi pasar dengan
mencegah monopoli, mengatur persaingan yang sehat dan demokrasi, dan terutama
administratif maupun sanksi pidana. Menurut Sutan Remy Syahdeni 13, S.H, tujuan
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
13
Ibid., hlm. 106.
54
dan menjualnya pada harga yang para konsumen itu bersedia untuk
menciptakan efisiensi dan keadilan terhadap pelaku pasar dengan cara menghilangkan
konsumen.
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan perlakuan khusus
berupa pengecualian dari ketentuan dalam undang-undang tersebut, yaitu dalam Pasal
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikian, larangan dan sanksi dalam undang-
undang ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil (UKM).
Alasan UKM dikecualikan adalah karena UKM tidak memiliki kemampuan yang
kuat untuk bersaing dengan pelaku usaha besar. Hal ini disebabkan antara lain oleh
permodalan UKM yang lemah dan kemampuan sumber daya manusia UKM yang
sangat terbatas. Dengan dikecualikannya UKM pada undang-undang ini, maka UKM
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat antara lain dapat
1) Oligopoli
Pasal 4 ayat (1) dan (2). Dalam pasal tersebut menyatakan adanya
(price fixing) diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
3) Pembagian Wilayah
4) Pemboikotan
Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) adalah
khusus.
5) Kartel
6) Trust
7) Oligopsoni
8) Integrasi Vertikal
1) Monopoli
61
pangsa pasar.
2) Monopsoni
Tidak Sehat.
3) Penguasaan Pasar
pasar.
4) Persengkongkolan
23),
sebagai berikut:
63
persaingan di pasar;
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat suatu lembaga independen
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain, yaitu Komisi
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut. Untuk menjamin independensi kerja komisi
dari pengaruh pemerintah dan pihak lain ditentukan bahwa anggota komisi diangkat
Persaingan Usaha Tidak Sehat ini, setiap orang dimungkinkan untuk memberikan
laporan kepada komisi jika mengetahui ada pelaku usaha yang melakukan
dirugikan sebagai akibat pelanggaran terhadap undang-undang ini juga berhak untuk
melaporkan secara tertulis kepada komisi mengenai telah terjadinya pelanggaran serta
kerugian yang ditimbulkan. Komisi ini juga secara proaktif melakukan pemeriksaan
terhadap pelaku usaha apabila ada dugaan terjadi pelanggaran terhadap undang-
undang ini. Artinya komisi tidak harus menunggu laporan dari masyarakat untuk
pelanggaran.
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pelaku usaha atau pihak lain yang diperiksa wajib
menyerahkan alat bukti yang diperlukan dalam penyidikan atau pemeriksaan. Artinya
memiliki kewenangan secara hukum untuk menindak (memaksa) pelaku usaha yang
menolak untuk diperiksa atau menolak memberikan informasi kepada komisi. Kalau
ada pelaku usaha yang menolak untuk diperiksa atau menolak memberikan informasi
maka pelaku usaha tersebut oleh komisi diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan
65
penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999
KPPU bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI, oleh karenanya komisi
ini memperoleh sumber dana dari APBN ataupun sumber-sumber keuangan lainnya.
Komisi adalah lembaga independen, oleh karenanya KPPU bebas dari pengaruh
dan kekuasaan pemerintah. KPPU tidak hanya terlepas dari kekuasaan pemerintah
melainkan juga dari pengaruh pihak lain, seperti misalnya lembaga kemasyarakatan
Kemandirian komisi yang termuat dalam UU No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah hak istimewa yang
anggota.
persetujuan DPR.
saat pengangkatan;
a. Meninggal dunia.
f. Diberhentikan.
susunan organisasi, tugas, dan fungsi sekretariat dan kelompok kerja diatur lebih
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tugas dari Komisi
undang-undang ini.
sehat.
69
usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat dan atau pelaku
usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap
tidak sehat.
pelanggaran,
c. Atas inisiatif sendiri dari KPPU tanpa adanya laporan (Pasal 40).
berlaku secara umum, yaitu menganut asas minimal dua alat bukti. Artinya jika hanya
satu alat bukti tidak bernilai sebagai alat bukti, sesuai dengan asas unus testis nullus
testis yaitu seorang saksi bukan saksi. Suatu tindakan dapat dikatakan terbukti jika
didukung oleh dua alat bukti yang memiliki persesuaian satu sama lain. Alat-alat
bukti yang dapat digunakan oleh KPPU untuk melakukan pemeriksaan yaitu
petunjuk; keterangan saksi; keterangan ahli; surat dan/atau dokumen; dan keterangan
pelaku usaha.
pengawas juga dapat memberikan putusan bersalah atau tidaknya pelaku usaha yang
melakukan persaingan usaha tidak sehat. Dapat dikatakan bahwa komisi ini dalam
tugas-tugasnya dapat bertindak sekaligus sebagai penyelidik, jaksa, dan hakim yang
Pelaku usaha tidak boleh menolak memberikan informasi, yang menurut komisi
Dalam hal sudah diputuskan perkara oleh komisi, maka pelaku usaha wajib
melaksanakan putusan tersebut dalam waktu tiga puluh hari sejak diterimanya
dengan permohonan agar putusan komisi tersebut diperiksa oleh hakim. Pelaku usaha
belas hari setelah menerima pemberutahuan. Apabila pelaku usaha tidak mengajukan
keberatan, maka putusan komisi mempunyai kekuatan hukum tetap dan pelaku usaha
Pengadilan Negeri masih ada pihak yang tidak setuju dengan putusan Pengadilan
Negeri, baik komisi ataupun pelaku usaha, maka dapat mengajukan keberatan untuk
Salah satu tindakan yang dapat diambil oleh KPPU terhadap pelaku usaha yang
melakukan persaingan usaha tidak sehat adalah berupa tindakan atau sanksi
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu
dapat berupa: penetapan pembatalan perjanjian, perintah kepada pelaku usaha untuk
kegiatan yang terbukti menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, perintah kepada
Di samping sanksi administratif, sanksi juga dapat berupa sanksi pidana yang
diatur pada Pasal 48 dan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
bukti-bukti dari kedua aspek tersebut dapat menjadi bahan analisis untuk menentukan
terjadi atau tidak terjadinya suatu pelanggaran atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
dilakukan oleh pelaku usaha hingga menyebabkan terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Aspek struktur ini juga dapat dilihat dari tingkat
penguasaan pada pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha. Tingkat penguasaan atas
73
barang dan/atau jasa tertentu dijadikan bahan analisis yang pertama, apakah pelaku
usaha cenderung melakukan pelanggaran hukum persaingan usaha yang sehat. Secara
Pendekatan kedua adalah aspect conduct of business yang berarti KPPU harus
melihat apakah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha sampai bisnisnya berjalan
undang dapat dilihat bahwa proses untuk menjadi besar tercipta karena
perusahaannya efisien, inovatif, dan bisa menciptakan barang dan/atau jasa terbaik
kualitasnya untuk masyarakat dengan harga bersaing. Dengan aspek perilaku ini
ditelusuri berbagai bentuk praktek yang tidak lazim dilihat dari standar persaingan
yang sehat dan jujur. Berbagai tindakan dan upaya secara tidak sehat untuk
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Pendekatan KPPU terhadap
praktek-praktek persaingan usaha tidak sehat ini dilihat dari 2 (dua) jenis rumusan
Asas per-se-ilegal adalah suatu prinsip untuk melihat apakah yang dilakukan
oleh pelaku usaha dalam memulai bisnis sampai berjalannya bisnis tersebut dilakukan
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat atau ilegal. Dalam konsepsi asas per-se-ilegal, substansinya dapat
terlihat terhadap berbagai bentuk perjanjian atau kegiatan yang dilarang dalam
undang-undang tersebut.
Asas rule of reason adalah hukum sebab akibat, di mana tindakan pelaku usaha
secara langsung maupun tidak langsung telah berakibat merugikan pelaku usaha lain