You are on page 1of 11

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
MODUL 10
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
(3 SKS)
DOSEN : Ir. Sylvia Indriany, M.T.

POKOK BAHASAN :
BAHAN PERKERASAN (TANAH DASAR DAN ASPAL)

MATERI KULIAH :

Pendahuluan, kasifikasi tanah, kepadatan dan daya dukung tanah, CBR, aspal
alam, aspal buatan. Pemeriksaan aspal

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10

BAHAN PERKERASAN
(TANAH DASAR DAN ASPAL)

10.1. PENDAHULUAN

Bahan perkerasan jalan merupakan faktor utama yang menentukan kestabilan


perkerasan jalan. Bahan perkerasan yang dibutuhkan dalam konstruksi
perkerasan jalan dapat digolongkan sbb :

 Perkerasan lentur (flexible pavement) memerlukan bahan AGREGAT


(sebagai tulangan) dan ASPAL (sebagai pengikat)

 Perkerasan kaku (rigid pavement) memerlukan bahan AGREGAT


(sebagai tulangan) dan PORTLAND CEMENT (sebagai pengikat)

Bahan perkerasan jalan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dulu di


laboratorium, yang meliputi : jenis bahan, keadaan fisik bahan, kualitas bahan.
Bahan lain yang ikut menentukan keseluruhan mutu struktur perkerasn baik
flexible maupun rigid pavement adalah tanah dasar, yang akan di jelaskan
pada sub tersendiri.

10.2. TANAH DASAR

Sifat tanah dasar berperan penting dalam keseluruhan mutu dan daya tahan
konstruksi perkerasan, karena perkerasan terletak di atas tanah dasar. Sifat masing-
masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan,kadar air, kondisi lingkungan
dan lain sebagainya.

Guna mempermudah mempelajari sifat tanah yang akan dipergunakan


sebagai bahan tanah dasar, maka tanah tersebut perlu dikelompokkan berdasar sifat
plastisitas dan ukuran butirnya. Daya dulung tanah dapat ditentukan dengan
menggunakan hasil klasifikasi ataupun pemeriksaan CBR dan sebagainya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
10.2.1. Klasifikasi tanah

Sistem klasifikasi yang umum digunakan dalam perencanaan jalan adalah Unified
dan AASHTO.

A. Sistem Unified

Sistem ini dikembangkan oleh Casagrande dan dibagi 3 kelompok besar yaitu :

1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no. 200. Secara visuil butir-
butirnya dapat terlihat oleh mata. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh
ukuran butir dan gradasi butirnya. Tanah bergradasi baik/seimbang
memberikan kepadatan yang lebih baik daripada tanah yang berbutir
seragam.

2. Tanah berbutir halus,>50% lolos saringan no.200. Secara visuil butir-butir


tanah ini tidak terlihat. Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas tanahnya,
sehingga pengelompokkannya berdasar plastisitas dan ukuran butirnya.
Tanah dengan plastisitas yang tinggi mempunyai daya dukung yang
kurang dan peka terhadap perubahan yang terjadi.

3. Tanah organik (peat/humus) dapat dikenal dari warna,bau dan sisa


tumbuhan yang terkandung di dalamnya. Secara laboratorium dapat
ditentukan jika perbedaan batas cair tanah contoh yang belum dioven dg
yang telah dioven sebesar >25%.

Klasifikasi tanah sistem ini dilakukan dengan huruf seperti di bawah ini dan
kombinasinya menggambarkan satu jenis tanah. Misalnya GP yang berarti tanah
kerikil dg gradasi buruk.

G = Kerikil/gravel P = Bergradasi buruk/poor graded


S = Pasir/sand U = Bergradasi seragam/Uniform
graded
M = Lanau/Silt/Moam L = Plastisitas rendah /low liquid
limit
C = Lempung/Clay H = Plastisitas tinggi/high liquid limit
W = Bergradasi baik/well graded O = Organik/organic

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10

B. Sistem AASHTO

Sistem ini mengelompokkan tanah berdasar sifatnya terhadap beban roda.


Menurut sistem ini , tanah dibagi dalam 8 kelompok yang diberi kode A-1 sampai A-
8. Namun kelompok A-8 (tanah organik) oleh AASHTO diabaikan karena tidak stabil
sebagai bahan konstruksi jalan.

Dari kiri ke kanan (A-1, A-2….) berdasar pemeriksaan analisa saringan dan
batas-batas Atterberg dengan kualitas tanah yang semakin berkurang ke arah kanan
sebagai lapisan tanah dasar jalan. Dan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi
2 yaitu :

1. Tanah berbutir kasar

Kode Karakteristik Tanah


A-1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dg sedikit atau tanpa butir
halus, dengan atau tanpa sifat plastis
A-3 Terdiri dari pasir halus dg sedikit sekali butir halus lolos no.200 dan tidak
plastis
A-2 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus. Dan merupakan campuran
kerikil/pasir dg tanah berbutir halus cukup banyak (<35%)

2. Tanah berbutir halus


Kode Karakteristik Tanah
A-4 Tanah lanau dg sifat plastisitas rendah
A-5 Tanh lanau yang mengandung lebih banyak butir-butir plastis, shg sifat
palstisnya lebih besar dari A-4
A-6 Tanah lempung yang masih mengandung buitran pasir dan kerikil, tetapi sifat
perubahan volumenya cukup besar
A-7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan mempunyai sifat perubahan
yang cukup besar.

Lebih jelas pengelompokan tersebut dapat menggunakan tabel Klasifikasi sistem


AASHTO.

Kemampuan memikul beban roda antara jenis tanah yang satu dengan yang
lain dalam satu kelompok, diguinakan grup indeks yang dibuat berdasar asumsi
asumsi kualitas tanah. Sehingga dihasilkan rumus :

GI = (F – 35)[0,2 + 0,005(LL – 40)] + 0,01 (F – 15)(PI – 10)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
Grup indeks dinyatakan dengan bilangan bulat dan dituliskan dalam kurung di
belakang kelompok jenis tanahnya. Jika hasil negatif, maka ditulis nol. Jika > 20
ditulis bilangan 20. Kualitas tanah sebagai tanah dasar konstruksi jalan berbanding
terbalik dengan GI. Tanah dengan kelompok yang sama tetapi mempunyai grup
indeks yang lebih kecil menunjukkan tanah yang lebih baik sebagai tanah dasar
jalan.

10.2.2. Kepadatan dan daya dukung tanah

Karena tanah dasar ikut menentukan kerusakan yang terjadi pada konstruksi
perkerasan maka perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi daya dukung tanah
dasar. Diantaranya adalah kepadatan. Pada tanah yang sejenis, semakin tinggi
kepadatan tanah , maka akan mengalami perubahan volume yang kecil jika terjadi
perubahan kadar air dan daya dukung yang besar.

Daya dukung tanah dasar biasanya dinyatakan dengan nilai CBR (California
bearing ratio). Yaitu perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penmetrasi
contoh tanah sebesar 0,1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada
penetrasi 0,1”/0,2”. Nilai ini dinyatakan dalam persen, yang merupakan perbandingan
kualitas tanah dasar dibandingkan bahan standar batu pecah yang mempunyai CBR
100% dalam memikul beban lalu lintas.

Berdasar cara mendapatkan contoh tanahnya CBR dibagi menjadi :

1. CBR lapangan (CBR inplace)

Digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli sesuai dengan kondisi tanah
dasar dan umumnya dipakai pada konstruksi perkerasan yang lapisan tanah
dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi.

Selain itu, walaupun jarang dipakai dapat digunakan untuk mengontrol apakan
kepadatan yang diperoleh sudah sesuai dengan yang diinginkan.

2. CBR lapangan rendaman (undisturb soaked CBR)

Berguna untuk mendapatkan CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air
dan tanah mengalami pengembangan maksimum. Uji ini biasanya dilakukan pada
daerah yang lapaisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi,, daerah
yang badan jalan terendam air pada musim hujan dan kering pada musim kemarau.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
Pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau dengan menekan mold dalam tanah
sesuai kedalaman yang diinginkan, kemudian direndam +- 4 hari.

3. CBR rencana titik

Merupakan nilai CBR yang diperoleh dari sampel tanah dasar konstruksi
jalan baru yang telah dipadatkan dan merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau
tanah galian yang telah dipadatkan samapi 95% kepadatan maksimum. Karena
sampel ini disiapkan dilaboratorium, maka disebut CBR laboratorium, yang
dibedakan menjadi 2 yaitu CBR lap. Rendaman dan CBR lab. Tanpa rendaman.

Pada tanah dasar yang merupakan galian yang dalam, pengambilan contoh tanah
sebanyak yang dibutuhkan sukar didapat, sehingga digunakan alat bor. Dan
pemeriksaan dilakukan secara empiris yang hanya berdasar analisa saringan dan
sifat plastisitas tanah.

10.3. ASPHALT

Aspal adalah material yang termoplastis. melunak dan menjadi cair, jika
dipanaskan dan kental kembali menjadi padat jika didinginkan. Aspal merupakan
campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral.

Bitumen adalah bahan yang berwarna coklat dan kehitaman yang bersifat fisik keras
hingga cair, larut dalam CS 2 dan CCl4 dengan sempurna dan mempunyai sifat
berlemak serta TIDAK LARUT dalam air.

Ter merupakan bahn cair berwarna hitam, tidak larut dalam air, larut
sempurna dalam CS2 dan CCl4 , yang mengandung zat organik yang terdiri dari
gugusan aromat dan mempunyai sifat lekat.

Aspal adalah bahan pengikat dan bahan penutup lapis perkerasan dari pengaruh air
(kedap air). Fungsi aspal dalam konstruksi jalan adalah :

 BAHAN PENGIKAT, memberikan daya lekat yang baik. Syaratnya, membpunyai


daya adhesi dan daya kohesi yang besar.

 PENGISI, mengisi volume yang tersedia. Syaratnya, sifat plastis yang besar dan
sifat kecairan yang cukup.

10.3.1. Jenis Aspal


Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
Aspal yang digunakan pada bahan konstruksi jalan mempunyai jenis aspal alam dan
aspal buatan.

 Aspal Alam

Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara-Indonesia), Perancis,


Swiss, dan Amerika Latin.

Menurut sifat kekerasannya aspal tersebut di atas dapat diperingkat sebagai


berikut :

 BATUAN (rock asphalt)


 PLASTIS (Trinidad Lake Asphalt-TLA)
 CAIR (Bermuda Lake Asphalt=BLA)
Menurut tingkat kemurniannya, dapat diperingkat sbb :

 MURNI dan HAMPIR murni (BLA)


 TERCAMPUR dengan mineral (Rock Asphalt Buton, TLA, Prances dan
Swiss).
Penggunaan aspal alam perlu mendapat perhatian khusus, mengingat tidak
mempunyai mutu yang tetap dan seragam.

 Aspal Buatan

Proses aspal buatan dapat dijelaskan dengan proses penyulingan minyak bumi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10

10.3.2. Proses pembuatan aspal

Benzena
Minyak bumi Kerozene Produk utama
(destilasi) Gas oil

Residu aspal
Lubricating oil fract
Flux oil (asbuton)

Berdasar kegunaan, aspal dibagi dalam beberapa jenis antara lain :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
a. Aspal panas/keras (AC)

Penetrasi aspal keras berkisar 40/50,60/70,80/100,120/150,200/300 (keras-


lunak)

b. Aspal cair/dingin (cut back asphalt)

Digunakan dengan tambahan bahan pelarut. Macamnya adalah :

RC (AC+ Benzeen), MC(AC+ Kerosene), SC (AC + minyak berat)

c. Aspal emulsi (emulsion asphalt)

Digunakan dengan tambahan bahan pengemulsi. Aspal ini terdiri dari 2 jenis
yaitu :

Emulsi cathionic yang bermuatan (+) dan merupakan campuran AC+air+larutan


basa

Emulsi anionic yang bermuatan (-) dan merupakan campuran AC+air+ larutan
asam)

10.3.3. Penggunaan aspal

Aspal keras/.aspal panas, yaitu aspal yang digunakan harus memenuhi


persyratan /test terlebih dahulu yaitu :

1. Penetrasi, tingkat kekerasan aspal

Tujuannya adalah untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Di laboratorium


menggunakan penetrometer dan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi
berdiameter 1 mm dengan beban seberat 50 gram sehingga diperoleh beban
gerak 100 gram selama 5 detik pada temperatur 250C.

Dalam pelaksanaan berhubungan dengan lokasi penggunaan aspal serta


jenis.macam konstruksi yang ditangani.

2. Titik lembek,

Merupakan suhu pada saat aspal dalam cincin yang diletakkan dalam air/gliserin
mulai lembek karena pembebanan tertentu (bola 3,5 gram). Titik lembek
bervariasi 30 – 2000C dan dibaca saat aspal berikut bola menyentuh plat dasar
yang berjarak kira-kira 1 inch di bawahnya.

Aspal dengan penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek yang
sama. Semakin tinggi titik lembek, semakin baik sebagai bahan pengikat. Di
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
lapangan, bersama dengan penetrasi berperan dalam pencampuran,
penghamparan dan pemadatan. Selain itu suhu luar juga berpengaruh terhadap
titik lembek.

3. Titik nyala dan titik bakar

Titik nyala adalah suhu saat aspal mulai menyala sekurang-kurangnya 5 detik.
Pemeriksaan dilakukan dengan cleveland open cup, dan perlu diketahui untuk
memperkirakan suhu maksimum pemanasan sehingga aspal tidak terbakar. Hasil
pemeriksaan dipengaruhi oleh tiupan angin dan kecepatan kenaikan suhu.
Sehingga untukmembedakan titik nyala dan titik bakar perlu dilakukan di ruang
gelap.

4. Kehilangan berat akibat pemanasan (Thick film oven test)

Tujuannya untuk mengetahui seberapa banyak zat-zat yang hilang akibat


pemanasan pada suhu 1630C selama 5 jam menurut cara yang ditentukan.
Pemanasan dilakukan dengan oven listrik yang mempunyai ketelitian 0,10C. dan
oven dilengakpi dengan meja yang berputar serta lubang-lubang ventilasi untuk
memungkinkan uap zat-zat tersebut dibawa udara yang berputar bebas.

Sifat ini mempengaruhi sifat mekanis aspal dinatranya penetrasi, titik lembek dan
daktilitas.

5. Kelarutan zat CS2/CCL4

Aspal murni larut dalam zat ini, sedangkan aspal yang tidak murni tidak
seluruhnya larut. Disyaratkan bitumen untuk perkerasan jalan mempunyai
kemurnian > 99%. Hubungan dengan pekerjaan adalah menjamin keamanan dn
gangguan lain misalnya kebakaran dan pembusaan oleh zat-zat tidak terlarut.

6. Ductility/pemuluran

Pemeriksaan aspal ini untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal. Sifat ini
dipengaruhi oleh sifat kimia. Aspal yang mempunyai daktilitas lebih besar
mengikat butir agregat dengan baik tetapi lebih peka terhadap perubahan
temperatur. Sehingga performance kurang baik.

Pemeriksaan lab. Dilakukan dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat


ditarik antara 2 cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan
kecepatan tarik tertentu.

7. Berat jenis

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA 10
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu tertentu 25 atau 15,6 0C.Berat jenis aspal
diperlukan dalam perhitungan analisa campuran. Berat jenis ditentukan dengan
rumus :

Berat jenis aspal = (C – A )

[(B – A) – (D – C)

dimana :

A = Berat piknometer+penutup C = Berat piknometer berisi aspal


B = Berat pikometer terisi air D = Berat piknometer berisi aspal
dan air

8. Viscositas

Pemeriksaan inibertujuan untuk memeriksa kekentalan aspal yang dilakukan pad


atemperatur 60 oC, sebagai temperatur maksimum perkerasan selama masa
layan dan 135oC yang merupakan suhu umumnya proses pencampuran dan
penyemprotan dilakukan.

Viskositas kinematik adalah waktu yang dibutuhkan larutan dengan isi tertentu
mengalir dalam kapiler di dalam viskometer kapiler pada suhu tertentu x faktor
kalibrasi viskometer. Atau dengan rumus

Visk. Kinematik = t. C centistokes.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANY


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

You might also like