You are on page 1of 46

TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10

UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. iii

LAPORAN ON JOB TRAINING


TURBIN UAP

1. TUJUAN PROGRAM :
Menyiapkan tenaga operator yang kompeten di bidang pengoperasian PLTU Minyak
terutama pengoperasian turbin uap.

2. SASARAN PROGRAM
Setelah mengikuti On the Job Training (OJT) ini, diharapkan mampu:
1. Memeriksa kesiapan peralatan
2. Mengoperasikan peralatan
3. Mengatasi gangguan peralatan

3. MATERI PROGRAM
1. Fungsi dan cara kerja peralatan
2. Proses / Pengoperasian
3. Penanganan Gangguan (Troubleshooting)

4. WAKTU
2 Bulan dengan langsung ditempatkan di unit PLTU 3/4

5. METODE
1. On the Job Training (OJT)
2. Diskusi dan tanya jawab

6. REFERENSI
1. Modul 2 pengopeerasian turbin uap dan alat bantunya.Unit Pendidikan Dan
Pelatihan Suralaya.
2. SOP pengoperasaian turbin uap PLTU 3/4
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 27-06-2010 Hal. iv

DAFTAR ISI

Judul i
Lembar Pengesahan ii
Tujuan & Sasaran Program iii

ii
Daftar Isi iv
1. Turbin Uap
1.1 Fungsi turbin uap 1
1.2 Bagian - bagian turbin Uap 1
1.3 Proses Kerja 2
2. Kondensor Utama
2.1 Kondensor Utama 11
2.2 Sistem Penghisap Udara (Air Extraction) 12
2.3 Steam ejector 13
3. Alat - alat bantu turbin
3.1 Steam Chest Dan Katup Uap Utama 14
3.2 Katup Penutup Cepat (Stop Valve) 15
3.3 Katup Pengatur (Governor Valve) 16
4. Sistem Proteksi Turbin
4.1 Proteksi Putaran Lebih (Over Speed Protection) 18
4.2 Low Bearing Oil Pressure Low Trip 19
4.3 Low Condensor Vacum Trip 20
4.4 Manual Trip 20
5. Sistem Pelumas Turbin
5.1 Tangki Pelumas 22
5.2 Pompa - Pompa Pelumas 22
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. iv

6. Sistem Pengoperasian Turbin PLTU ¾


6.1 Persiapan turbin dan alat bantunya 28

6.2 Start turbin PLTU ¾ 28


6.3 Pemantauan Operasional Turbin 34
6.4 Urutan stop turbin PLTU ¾ 35
7. Trobleshooting 39
8. Kesimpulan / saran 42
DISKUSI TEKNIK OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 1

1. TURBIN UAP
1.1. Fungsi Turbin Uap

Turbin uap merupakan mesin rotasi yang berfungsi untuk mengubah energi panas
yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.

1.2. Bagian - Bagian Turbin Uap

Turbin uap terdiri dari beberapa bagian utama seperti : Rumah turbin (casing),
bagian yang berputar (Rotor), sudu-sudu yang dipasang pada rotor maupun
casing, bantalan untuk menyangga rotor.

1.2.1. Stator

Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu diam (fixed
blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam dipasang diapragma.

1.2.2. Casing

Casing merupakan rumah turbin yang membentuk ruangan (chamber) disekeliling rotor
sehingga memungkinkan uap mengalir melintasi sudu-sudu. Pedestal yang
berfungsi untuk menempatkan bantalan sebagai penyangga rotor juga dipasangkan
pada casing. Umumnya salah satu pedestal diikat (anchored) mati kepondasi.
Sedang yang lain ditempatkan diatas rel peluncur (Sliding feet) sehinggga casing
dapat bergerak bebas akibat pengaruh pemuaian maupun penyusutan (contraction).
Biasanya pedestal yang diikat pada pondasi adalah pedestal sisi tekanan rendah atau
sisi yang berdekatan dengan generator (generator end). Sedang sisi yang lain
dibiarkan untuk dapat bergerak dengan bebas. Ketika temperatur casing dan rotor
naik, maka seluruh konstruksi turbin akan memuai. Dengan penempatan salah
satu pedestal diatas rel peluncur, maka seluruh bagian turbin dapat bergerak dan
bebas ketika memuai seperti diilustrasikan pada gambar 1
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 2

Gambar 1. Konstruksi Casing Pada Pondasi.

1.2.2.1. Konfigurasi Casing

Casing utuh
Seluruh bagian casing merupakan satu kesatuan. Umumnya diterapkan pada
konstruksi turbin-turbin kecil.

Casing Terpisah (Split Casing)


Casing turbin merupakan 2 bagian yang terpisah secara horizontal dan disambungkan
menjadi satu dengan baut-baut pengikat. Kedua bagian casing tersebut masing -
masing disebut casing bagian atas (Top half) dan casing bagian bawah (Bottom half).
Konstruksi ini lebih banyak dipakai karena pembongkaran dan pemasangannya yang
relatif lebih mudah.

1.2.2.2. Rancangan Casing

Dari klasifikasi ini casing turbin dibedakan menjadi 3 kategori yaitu single casing,
double casing dan triplle casing.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 3

Single Casing

Umumnya diterapkan pada rancangan turbin-turbin lama dan kapasitas kecil.


Meskipun demikan, turbin-turbin saat inipun masih ada yang menerapkan rancangan
single casing terutama pada turbin-turbin untuk penggerak pompa air pengisi ketel
(BFPT). Bila rancangan ini diterapkan untuk turbin-turbin besar, maka casing turbin
akan menjadi sangat tebal sehinggga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
periode "warming" ketika start hingga mencapai posisi memuai penuh. Hal ini
disebabkan karena dinding casing sangat tebal dan hanya dipanaskan oleh uap
dari satu sisi yaitu sisi bagian dalam. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perbedaan
temperatur yang cukup besar antara permukaan bagian dalam casing dengan
permukaan bagian luar.
Dengan demikian maka waktu yang diperlukan untuk pemerataan temperature
menjadi lebih lama. Ilustrasi turbin single casing dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Turbin Single Casing.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 4

Double Casing

Dalam rancangan double casing, Turbin terdiri dari 2 casing utuk setiap selinder.
Dengan demikian maka ketebalan masing-masing casing hanya setengah dari
ketebalan single casing. Dengan demikian maka proses pemerataan panas dan
ekspansi menjadi lebih cepat. Disamping itu, karena setiap segmen casing menjadi
lebih ringan, maka pemeliharaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Ilustrasi untuk
Turbin double casing dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Turbin Double Casing.

Tripple Casing

Dalam rancangan tripple casing, setiap selinder terdiri dari 3 buah casing yaitu
inner casing, intermediate casing dan outer casing. Seperti diperlihatkan pada
gambar 4.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 5

Gambar 4. Turbin Triple Casing.

1.2.3. Rotor

Rotor turbin terdiri dari poros beserta cincin-cincin yang terbentuk dari rangkaian
sudu-sudu yang dipasangkan sejajar sepanjang poros.
Rotor adalah bagian dari turbin yang mengubah energi yang terkandung dalam
uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.
Secara umum ada 2 macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe piringan (disk) dan rotor
tipe drum.

1.2.3.1. Rotor Tipe Disk

Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros sehingga
membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 5.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 6

Gambar. 5. Rotor Tipe Cakra (Disk).

1.2.3.2. Rotor Tipe Drum

Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan rangkaian
sudusudu Iangsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat fleksibel dan dapat
dipakai hampir untuk semua jenis turbin. Ilustrasi rotor jenis ini dapat dilihat pada
gambar 6.

Gambar. 6. Rotor Tipe Drum.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 7

1.2.4. Sudu

Sudu adalah bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi. Sudu sendiri terdiri
dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu seperti terlihat pada gambar 7.

Gambar 7. Sudu Turbin.

Sudu seperti terlihat pada gambar 7, tersebut kemudian dirangkai sehingga


membentuk satu lingkaran penuh. Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan
sebagai sudu jalan dan ada yang difungsikan menjadi suhu tetap. Rangkaian sudu
jalan dipasang disekeliling Rotor sedang rangkaian sudu tetap dipasang disekeliling
casing bagian dalam.
Rangkaian sudu jalan berfungsi untuk kinetik uap menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros turbin. Sedangkan sudu tetap, selain ada yang berfungsi untuk
mengubah energi panas menjadi energi kinetik, tetapi ada jugs yang berfungsi untuk
membalik arah aliran uap. Contoh dari rangkaian sudu jalan dapat dilihat pada gambar
8.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 8

Gambar 8. Sudu Jalan.

Dalam gambar 8, terlihat bahwa bagian akar sudu ditanamkan kedalam alur-
alur disekeliling Rotor sedangkan bagian ujung-ujung sudu disatukan oleh plat baja
penghubung yang disebut "SHROUD". Shroud berfungsi untuk memperkokoh serta
mengurangi vibrasi dari rangkaian sudu-sudu. Sudu-sudu tetap umumnya dirangkai
membentuk setengah lingkaran pada sebuah segmen yang disebut diapragma
seperti terlihat pada gambar 9.

Gambar. 9. Sudu Tetap.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 9

1.2.5. Bantalan

Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan untuk bergerak


baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.Karena itu rotor harus ditumpu
secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang berlebihan.
Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan (bearing). Turbin
uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing) dan bantalan aksial
(Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk membatasi pergeseran rotor.
Gambar 10, memperlihatkan contoh tipikal kedua jenis bantalan tersebut.

Gambar 10. Bantalan.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 10

Pada bantalan jurnal, permukaaan bagian dalam yang mungkin dapat kontak
langsung dengan permukaaan poros dilapisi oleh logam putih (white metal/babbit)
yang lunak. Disamping itu juga terdapat saluran-saluran tempat minyak pelumas
mengalir masuk ke bantalan dan saluran dimana minyak pelumas dapat mengalir
keluar meninggggalkan bantalan.
Sedangkan pada bantalan aksial (Thrust bearing), umumnya terdiri dari piringan
(Thrust Collar) yang merupakan bagian dari poros dan dua sepatu (Thrust pad) yang
diikatkan ke Casing.
Bantalan aksial berfungsi untuk mengontrol posisi aksial rotor relatif terhadap casing.

Gambar 11. Turbin Uap


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 11

2. KONDENSOR UTAMA (MAIN CONDENSOR).


2.1. Kondensor Utama (Main Condensor).

Seperti diketahui bahwa dalam siklus PLTU, uap yang keluar meninggalkan tingkat
akhir turbin tekanan rendah akan mengalir memasuki kondensor.
Kondensor PLTU umumnya merupakan perangkat penukar panas tipe permukaan
(surface) yang memiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai wahana penghasil vacum tinggi
bagi uap keluar exhaust turbin serta untuk mengkondensasikan uap bekas keluar
dari exhaust turbin. Kedua fungsi tersebut sekilas kurang begitu penting tetapi ternyata
keduanya merupakan faktor yang cukup vital dalam pengoperasian turbin maupun
efisiensi siklus.
Media yang dialirkan ke kondensor untuk mendinginkan/mengkondensasikan uap
adalah air yang disebut air pendingin utama (circulating water). Air pedingin
mengalir didalam pipa - pipa kondensor sedang uap bekas mengalir dibagian luar
pipa. Melalui proses tersebut, panas dalam uap bekas akan diserap oleh air
pendingin sehingga uap akan terkondensasi menjadi air yang dinamakan air
kondensat. Air kondensat ini akan ditampung dibagian bawah kondensor dalam
sebuah penampung yang disebut hotwell. Air kondesat dari dalam hotwell
selanjutnya dipompakan lagi ke deaerator oleh pompa kondensat.
Kondensor umumnya terletak dibagian bawah turbin (under slung) dan tersambung ke
exhaust turbin tekanan rendah. Penyambungan antara turbin dengan kondensor
harus cukup feksibel untuk mengakomodir adanya pemuaian akibat variasi
temperatur.
Ada 2 macam cara penyambungan turbin dengan kondensor yaitu Sambungan Rigid
dimana antara turbin exhaust dengan kondensor dihubungkan secara langsung
seperti terlihat pada gambar 12. Untuk mengakomodir pemuaian atau penyusutan
kondensor, bagian bawah kondensor ditumpu oleh pegas-pegas sehingga
memungkinkan kondensor bergerak keatas atau kebawah dengan bebas.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 12

Gambar 12. Sambungan Turbin - Kondensor.

2.2. Sistem Penghisap Udara (Air Extraction).

Pada condensing turbin, efisiensi siklus maupun efisiensi turbin turut ditentukan
oleh vacum kondensor. Mengingat bahwa udara serta non condensable gas lain
senantiasa muncul dalam kondensor, baik disebabkan karena kebocoran -
kebocoran maupun yang terbawa bersama uap, maka akumulasi dari udara dan
gas-gas tersebut dapat mengganggu vacum kondensor. Agar tingkat kevacuman
kondensor dapat dipertahankan, maka kumulasi udara dan gas-gas tersebut harus
dikeluarkan dari kondensor secara kontinyu. Untuk keperluan ini, disediakan
perangkat penghisap udara (Air extraction plant) yang berfungsi untuk menghisap
udara dan non condensable gas dari kondensor. Ada 2 macam penghisap udara
yang banyak dipakai yaitu steam ejector dan vacum pump.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 13

2.3. Steam Ejector.

Perangkat ini menggunakan ejector uap untuk menghisap udara dan non
condensable gas dari dalam kondensor. Gambar 22, merupakan ejector uap
bertingkat (Multy Stage Steam Ejector) yang terdiri dari 3 tingkat dengan 3 buah
ejector yang masing-masing berbeda ukurannya. Ketiga ejector tersebut
dipasangkan pada sebuah shell/tabung penukar panas tipe permukaan (Surface
Heat Exchanger) dimana di alirankan air kondensat sebagai media pendingin.

Pasokan uap berasal dari main steam katup pengatur tekanan, dialirkan ke Nozzle
ejector tingkat pertama (primary ejector). Akibat transformasi energi pada Nozzle,
maka tekanan dibagian leher Nozzle (Throat) akan turun sehingga udara dan non
condensable gas dari kondensor akan terhisap dan keluar dari mulut Nozzle
bersama uap. Campuran ini kemudian masuk shell tingkat pertama dan mengalir
dibagian dalam pipa-pipa pendingin (tube) dimana dibagian luar pipa dialirkan air
condesate sebagai pendingin. Akibat proses pendingin, fraksi uap dalam campuran
akan terkondensasi sementara fraksi udara dan non condensable gas akan
mengalalmi pengecilan volume (contracting).

Campuran udara akan non condensable gas dari shell tingkat pertama kemudian
dihisap lagi oleh ejector tingkat kedua. Akibat campuran ini sudah mengalami
penurunan volume/kontraksi, maka ejector tingkat kedua hanya memerlukan uap
yang lebih sedikit serta ukuran ejector yang lebih kecil. Campuran uap dengan
udara dan non condensable gas yang keluar dari ejector tingkat kedua kemudian
masuk shell tingkat kedua yang didinginkan oleh air condensate.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 14

Hoging/Starting Ejector.
Selain perangkat ejector seperti yang dijelaskan diatas, PLTU juga dilengkapi dengan
ejector lain yang berukuran lebih besar dan umumnya disebut hoging atau starting
ejector. Sesuai namanya, ejector ini hanya dioperasikan sebelum turbin berputar.
Fungsinya adalah untuk menghisap udara dalam jumlah besar dari kondensor dalam
waktu yang singkat dalam rangka membuat vacum kondensor menjelang start turbin.
Dalam keadaan normal operasi, ejector ini umumnya tidak dioperasikan.

Gambar 13. Steam Air Ejector System.

3. ALAT - ALAT BANTU TURBIN

3.1. Steam Chest.

Steam chest adalah merupakan titik pertemuan antara pipa uap utama dengan
saluran uap masuk turbin. Fungsi utama Steam Chest adalah sebagai wadah untuk
menempatkan katup-katup governor sebagai pengatur aliran uap yang akan masuk ke
Turbin.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 15

Posisi Steam Chest pada konstruksi berbagai turbin sangat beragam. Pada salah
satu rancangan turbin, steam chest mungkin ditempatkan dibagian atas dan bawah dari
turbin tekanan tinggi. Pada rancangan lain, steam chest ditempatkan dikedua sisi turbin
tekanan tinggi. Disebagian besar konstruksi turbin, katup penutup cepat (stop valve)
juga ditempatkan pada steam chest. Gambar 26, memperlihatkan sketsa tipikal steam
chest dari turbin uap.

Gambar 14. Steam Chest.

3.2. Katup Penutup Cepat (Stop Valve)

Stop valve adalah katup penutup cepat yang berfungsi untuk memblokir aliran uap
dari ketel ke Turbin. Katup ini dirancang hanya untuk menutup penuh atau membuka
penuh.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 16

Pada sebagian turbin, Pembukaan katup ini juga dapat diatur (Throtling) selama
periode start turbin untuk mengatur aliran uap hingga putaran turbin tertentu.
Fungsi pengaturan ini bagi katup penutup cepat merupakan fungsi tambahan. Fungsi
utamanya adalah untuk memutus aliran uap secara cepat ketika dalam kondisi
emergensi. Sesuai dengan fungsi utamanya, maka stop valve diharapkan menutup
lebih cepat dibanding katup governor.
Karena stop valve memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan, maka konstruksinya
juga terdiri dari katup utama (main valve) dan katup bantu (pilot valve) seperti
terlihat pada gambar 28.

3.3. Katup Pengatur (Governor Valve)

Fungsi katup governor adalah untuk mengatur aliran uap dari steam chest yang
akan masuk ke Turbin. Jadi tugas utamanya adalah mengatur putaran atau beban
yang dihasilkan oleh turbin seperti terlihat pada gambar 15.

Gambar 15. Katup Governor.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 17

4. SISTEM PROTEKSI TURBIN

Turbin merupakan suatu mesin yang beroperasi pada tekanan, temperatur dan putaran
tinggi. Sehingga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar bukan hanya bagi
turbinnya sendiri, tetapi juga bagi manusia. Dalam usaha untuk memperkecil resiko
bahaya, maka turbin dilengkapi dengan berbagai pengaman (protection) yang antara
lain terdiri dari
 Pengaman putaran lebih (over Speed Trip)
 Pengaman putaran lebih (over Speed Trip)
 Pengaman pelumas bantalan rendah (Low Bearing Oil Pressure Trip)
 Pengaman tekanan kondensor tinggi (Low Vacum Trip)
 Pengaman tekanan minyak bantalan aksial tinggi (Thrust Bearing Oil Pressure)
 Pengaman Manual Trip.
Perangkat proteksi turbin kerap disebut Turbine Protective Device seperti dilihat pada
gambar 16.

Gambar 16. Protective Device

Pada prinsipnya, semua perangkat proteksi tersebut bermuara pada satu tujuan
yaitu mentrip turbin dengan cara membuka saluran drain sistem minyak kendali
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 18

(control oil system). Pada gambar terlihat bahwa bila tuas dalam posisi horizontal,
berarti seluruh drain control oil system dalam keadaan tertutup. Kondisi ini adalah
kondisi normal operasi.

4.1. Proteksi Putaran Lebih (Over Speed Protection)

Seperti diketahui bahwa gaya sentrifugal berkaitan dengan putaran dimana


gaya sentrifugal merupakan fungsi kuadrat dari putaran sudu (w). Ini berarti makin
tinggi putaran turbin, makin besar gaya sentrifugal yang ditimbulkan. Pada kondisi
putaran tertentu, gaya sentrifugal yang timbul dapat membahayakan turbin. Untuk itu
disediakan peralatan proteksi putaranlebih (over speed protection) untuk
mengamankan turbin. Ada 2 macam sistem proteksi putaran lebih yaitu sistem
proteksi putaran lebih mekanik (mechanical over speed) dan putaran lebih elektrik
(electrical over speed). Gambar 17, memperlihatkan sistem proteksi putaran lebih
mekanik.

Gambar 17. Mechanical Overspeed


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 19

Pada poros turbin dibuat alur melintang. Pada alur tersebut dimasukkan logam
berbentuk ujung peluru yang ditahan dalam poros oleh pegas tarik. Bila poros
berputar, maka akan timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang cenderung menarik
bonggol peluru keluar poros melawan tarikan pegas. Pada putaran nominal, gaya
sentrifugal sebanding dengan gaya tarik pegas. Bila putaran naik hingga mencapai
harga tertentu (umumnya 110 %) gaya sentrifugal yang timbul menjadi lebih besar dari
gaya tarik pegas. Hal ini mengakibatkan bonggol peluru akan menonjol keluar poros
dan mendorong tuas pengunci.
Terdorongnya tuas pengunci akan mengakibatkan terbukanya saluran drain pada
sistem minyak kendali (control oil) sehingga semua katup uap ke turbin akan
menutup yang berarti turbin trip. Dengan tripnya turbin, diharapkan putaran turbin tidak
naik lagi sehingga turbin terhindar dari keadaan yang membahayakan. Sistem proteksi
putaran lebih elktrik biasanya merupakan cadangan (back up) yang juga akan mentrip
bila putaran turbin mencapai > 110%.

4.2. Low Bearing Oil Pressure Low Trip

Kontinyuitas aliran dan tekanan minyak pelumas bantalan turbin merupakan


parameter yang penting bagi terbentuknya pelumasan film yang ideal pada bantalan.
Bila tekanan minyak pelumas turun dapat merusak karakteristik pelumasan film di
bantalan sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung antara permukaan
poros turbin dengan permukaan bantalan. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan
kerusakan pada bantalan maupun poros turbin yang tentunya tidak dikehendaki.
Karena itu, bila tekanan pelumas bantalan turun hingga harga tertentu, turbin harus
trip. Pada gambar terlihat bellows disebelah tuas yang dihubungkan ke tekanan
pelumas bantalan. Bila tekanan pelumas bantalan turun, resultan gaya — gaya
berubah sehingga tuas tidak lagi dapat bertahan dalam posisi seimbang (horizontal)

Tuas akan berubah posisi dimana bagian dari engsel akan turun kebawah. Kondisi
ini mengakibatkan terbukanya saluran drain control oil system sehingga turbin trip.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 20

4.3. Low Condensor Vacum Trip

Sepeti diketahui, bahwa disamping putaran sudut, besarnya gaya sentrifugal


juga ditentukan oleh radius perputaran. Diataranya seluruh jajaran sudu - sudu turbin,
radius sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian sudu tingkat akhir.
Jadi gaya sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian sudu tingkat
akhir. Jadi gaya sentrifugal yang paling besar juga terjadi pada sudu-sudu
tingkat akhir dari turbin tekanan rendah (LP Turbine). Disamping itu bahwa sudu-
sudu tingkat akhir dari turbin tekanan rendah tingkat akhir inilah yang berhubungan
langsung dengan kondensor.
Bila tekanan kondensor naik (vacum rendah) terdiri dari temperatur saturated
uap bekas yang keluar dari sudu akhir dan akan terkondensasi di kondensor sudu —
sudu akhir. Sedangkan kita ketahui bahwa dengan naiknya temperatur, maka daya
tahan dari logam akan berkurang. Bila kenaikan temperatur cukup signifikan, maka
turbin dapat berada dalam kondisi berbahaya. Karena itu, perlu disediakan proteksi
terhadap tekanan kondensor tinggi. Pada gambar terlihat bahwa bellows dihubungkan
ke kondensor. Bila tekanan kondensor naik hingga mencapai harga tertentu, maka
tekanan di dalam bellows juga naik sehingga resultan gaya — gaya pada tuas
menjadi tak seimbang lagi. Tuas akan berubah dari posisi normal (horizontal). Bagian
tuas di sebelah kid engsel akan turun ke bawah dan ini akan membuka saluran drain
control oil system sehingga turbin trip.

4.4. Manual Trip

Selain semua perangkat proteksi yang telah dibahas di atas. Turbin juga masih
dilengkapi dengan fasilitas manual trip level yang umumnya ada di lokal serta
manual trip button yang terpasang di ruang kontrol (control room). Dengan
fasilitas ini, operator dapat mentrip turbin secra baik dari lokal maupun dari control
room bila mendapatkan bahwa turbin beroperasi dalam kondisi yang berbahaya.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 21

Pada gambar 17 juga terlihat fasilitas trip manual yang terpasang dilokal berupa tuas
(manual trip level). Bila tuas ini digerakkan ke kiri, maka turbin akan trip karena
gerakan turbin tuas ini akan membuka saluran drain dari sistem minyak kendali
( control oil sistem).

5. SISTEM PELUMAS TURBIN

Sistem pelumas sistem yang cukup vital untuk turbin. Fungsinya bukan hanya terbatas
untuk pelumasan kerja saja, tetapi juga untuk memindahkan panas dan
memindahkan kotoran. Disamping itu, pada sebagian besar turbin saat ini, sistem
pelumasan juga memasok kebutuhan minyak hidrolik baik sebagai penggerak aktuator
hidrolik (Power oil) maupun sebagai minyak kendali (control oil) pada sistem
pengaturan governor. Untuk turbin-turbin yang menggerakan generator berpedingin
hidrogen, sistem pelumas juga merupakan pasokan cadangan (Back up oil) bagi
sistem perapat poros generator (seal oil system). Mengingat peranannya yang
cukup vital, maka sistem pelumasan menerapkan sistem sirkulasi bertekanan yang
dilengkapi oleh berbagai komponen seperti terlihat pada gambar 18.

Gambar 18. Sistem Pelumas Turbin.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 22

Komponen-komponen utama dalam sistem pelumasan antara lain adalah :


 Tangki pelumas
 Pompa pelumas
 Pendingin minyak pelumas
 Saringan-saringan
 Regulator
 Pemurni minyak (Purifier)

5.1. Tangki Pelumas

Tangki pelumas berfungsi sebagai penampung (reservoir) guna memasok


kebutuhan minyak bagi sistem pelumasan dan lainnya serta menampung minyak
yang kembali dari sistem pelumasan. Pada tangki pelumas juga yang beberapa
pompa pelumas seperti Pompa Pelumas Bantu (AOP), Turning Gear Oil Pump
(TGOP) dan Emergency Oil Pump (EOP). Didalam tangki sendiri juga dilengkapi
dengan beberapa lapis saringan (filter) untuk menyaring kotoran. Selain itu
tangki juga dilengkapi dengan oil vapour extractor untuk menghisap uap minyak
yeng terbentu serta saluran drain untuk membuang kotoran / lumpur yang
terbentuk dalam minyak. Untuk melihat level minyak didalam tangki secara visual
disediakan gelas duga dan tongkat pengukur (deep stick).

5.2. Pompa - Pompa Pelumas

Pompa pelumas berfungsi untuk menjamin kontinyuitas aliran dan tekanan


minyak pelumas dalam sistem pelumasan. Demikian pentingnya kedua
parameter tersebut, sehingga dalam sistem pelumasan disediakan beberapa buah
pompa yaitu
 Pompa pelumas utama (Main Lube Oil Pump)
 Pompa pelumas bantu (Auxiliary Lube Oil Pump)
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 23

 Turning Gear Oil Pump


 Pompa pelumas darurat (Emergency Oil Pump)
Pada sistem pelumasan, minyak pelumas dari tangki dipompakan oleh pompa
pelumas dan dialirkan melalui pendingin (Oil Cooler), melintasi pengontrol aliran
atau regulator tekanan dan selanjutnya mengalir kebantalan untuk akhirnya kembali
ke tangki pelumas.
Dalam keadaan turbin sudah beroperasi normal, minyak pelumas dipasok oleh Main
Oil Pump yang digerakkan oleh poros turbin. Tetapi dalam keadaan start/shutdown,
maka pompa-pompa yang terpasang di tangki pelumas yang beroperasi.
Pompa Pelumas Utama (Main Oil Pump)
Merupakan pompa sentrifugal yang terpasang dipedestal turbin dan digerakkan oleh
poros turbin. Pompa ini memasok kebutuhan minyak untuk sistem pelumas turbin,
minyak pengatur (control oil) untuk governor, minyak penggerak servomotor / aktuator
hidrolik (power oil) dan pasok cadangan (back up supply) untuk minyak perapat poros
generator (seal oil system). Karena pompa ini digerakkan manakala putaran turbin
sudah diatas 90 % dari putaran nominalnya. Pada saat putaran turbin < 90%, maka
diperlukan pompa pelumas lain (biasanya AOP) untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Gambar 19, merupakan ilustrasi dari pompa pelumas utama (MOP).

Gambar 19. Pompa Pelumas Utama.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 24

Umumnya merupakan konstruksi double suction single stage. Pompa ini dipasok oleh
minyak dari ejektor minyak (oil ejector) pada tekanan 1 - 1,5 bar dengan tekanan
sisi tekan (discharge) proporsional dengan putaran. Pada putaran nominal, tekanan
keluar pompa berkisar antara 20-30 bar (tergantung desain).

5.3. Pendingin Minyak (Oil Cooler)

Seperti telah disinggung diatas bahwa minyak pelumas yang mengalir ke bantalan
bukan hanya berfungsi sebagai pelumas tetapi juga menyerap panas yang timbul
dibantalan. Panas yang diserap oleh minyak pelumas ini harus dikeluarkan lagi dari
minyak. Komponen yang dirancang untuk mengeluarkan panas dari minyak adalah
pendingin minyak (oil cooler). Didalam cooler, panas dari minyak akan diserap leh air
pendingin. Umumnya, untuk sistem pelumasan disediakan 2 buah cooler yaitu 1 cooler
aktif sedang 1 cooler lainnya standby seperti terlihat pada gambar 20.

Gambar 20. Pendingin Minyak Pelumas.


TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 25

Cooler yang telah selesai dibersihkan harus dikembalikan ke kondisi stand by.
Yang dimaksud kondisi standby adalah bahwa didalam cooler sudah tidak ada lagi sisa
udara dan seluruh volume cooler sudah terisi minyak pelumas. Cara membuang udara
dari cooler adalah dengan
membuka saluran venting dan bersamaan dengan itu minyak pelumas dialirkan
kedalam cooler secara perlahan-lahan. Minyak pelumas yang mengalir dan mengisi
cooler akan mendorong keluar udara dari dalam cooler. Bila dari saluran venting sudah
mulai keluar minyak, berarti udara sudah habis dan katup venting dapat ditutup. Kini
cooler berada pada kondisi standby.
Pendingin minyak (oil cooler) merupakan komponen yang cukup penting karena
menentukan temperatur minyak pelumas. Sedangkan temperatur minyak
pelumas merupakan fungsi dari viskositas minyak pelumas yang turut menentukan
terbentuknya lapisan film pelumas pada bantalan.

Pompa Pelumas Bantu (Auxiliary Oil Pump)


Pompa ini dipasang diatas tangki pelumas dan digerakkan oleh motor listrik AC.
Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala pompa pelumas utama (MOP) belum
mampu menjalankan tugasnya misalnya saat start turbin, shutdown ataupun adalah
masalah lain (malfunction) pada MOP. AOP memasok kebutuhan minyak untuk sistem
pelumasan, minyak pengatur (control oil) dan minyak penggerak (power oil) pada
sistem governor, pasok cadangan bagi sistem perapat poros generator (seal oil
system) serta memasok minyak untuk sisi hisap MOP (MOP suction).
Switch pompa ini umumnya memiliki 3 posisi yaitu "RUN", "AUTO" dan posisi "Lock".
Posisi RUN untuk menjalankan pompa secara manual. Pada posisi "AUTO", pompa
akan start secara otomatis bila tekanan minyak pelumas turun hingga mencapai harga
tertentu. Posisi "Lock" adalah untuk memblokir agar pompa ini tidak akan beroperasi
dalam kondisi apapun juga.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 26

Turning Gear Oil Pump


Pompa ini juga dipasang dibagian atas tangki pelumas turbin dan digerakkan oleh
motor listik AC. Umumnya hanya menyediakan pasokan bagi sistem pelumas bantalan
terutama pada saat rotor turbin sedang diputar oleh turbin gear. Seperti halnya AOP,
TGOP juga dilengkapi oleh switch 3 posisi. Dalam posisi "AUTO", TGOP akan start
secara otomatis bila tekanan pelumas turun hingga mencapai harga tertentu.

Pompa Pelumas Darurat (Emergency Oil Pump)


Juga terpasang pada bagian atas tangki pelumas turbin. Pompa ini digerakkan oleh
motor listrik DC. Dengan demikian maka pompa ini merupakan pompa yang masih
dapat beroperasi meskipun dalam kondisi pasokan listrik AC tidak tersedia misalnya
dalam keadaan black out. Seperti halnya TGOP, pompa ini juga hanya memasok
sistem pelumasan turbin. EOP juga dilengkapi switch 3 posisi. Dalam posisi "AUTO",
meskipun pasokan listrik AC tetap tersedia, pompa ini juga akan start secara
otomatis bila tekanan minyak pelumas bantalan turun hingga mencapai harga tertentu.

Jacking Oil Pump


Merupakan pompa yang berfungsi mengangkat (jack) poros turbin dengan tekanan
minyak yang tujuannya adalah menghindari terjadinya gesekan statik ketika poros
turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Sesuai dengan fungsinya,
pompa ini menghasilkan tekanan minyak yang sangat tinggi. Meskipun demikian, tidak
semua turbin dilengkapi dengan jacking oil pump.

5.4 Saringan (Filter/Strainer)

Berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga minyak pelumas yang akan mengalir
ke komponen-komponen yang akan dilumasi dalam kondisi bersih.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 27

5.5 Saluran Minyak Pelumas masuk dan Kembali (Supply & Return Line)

Sistem pelumas turbin memiliki kapasitas dengan volume minyak yang cukup besar.
Disamping itu, saluran-saluran minyak pelumas harus melintasi daerah-daerah yang
temperatur cukup tinggi disekitar turbin. Pada situasi yang demikian, bila terjadi
kebocoran minyak pada saluran, kondisinya akan sangat membahayakan. Untuk
mengurangi resiko, maka semua saluran minyak baik saluran pasokan (supply)
maupun saluran minyak kembali (return) ditempatkan dalam suatu sungkup pelindung
berupa pipa besar.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 28

6. Sistem Pengoperasian Turbin PLTU ¾


6.1. Persiapan turbin dan alat bantunya
- Sistem air pendingin ok
- Sistem pelumas ok
- Sistem udara kontrol ok
- Turning gear ok
- Sistem drain ekstraksi siap
Untuk menjalankan turbin, tekanan dan temperatur uap dibedakan sesuai dengan
keadaan turbin pada waktu itu, seperti keadaan dingin, keadaan sedang, dan keadaan
panas. Perbedaan kondisi uap untuk start turbin dapat dilihat pada tabel berikut:

Nama start Tekanan uap Temperatur uap Lama berhenti


(kg/cm2) masuk (0C) (jam)

Start dingin 40 310 > 50


Start sedang 50 - 60 350 - 400 20 – 50
Start panas 60 - 80 400 < 20

6.2. Start turbin PLTU ¾

1. Gland leakage condensor exhaust fan start


 Fan inlet valve buka atur arus 2-3 Ampere, hampa ± 200 mmAq.
 Drain air di tangki GLC sampai habis.
 Drain ke pit buka ke kondensor tutup, bila sudah ada vacumm drain
kekondensor buka ke pit tutup.

2. Gland Steam operasi


 Root valve (57V-61K) buka untuk warming, valve (51V-41t) buka dan atur
PC 201 dengan tekanan 0,3 kg/cm2.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 29

 Buka spill over ke kondensor, tutup yang ke heater 5.


 Spray water untuk gland buka (sebelum dan sesudah) control valve,
spray water untuk exhaust buka / by pass

3. Starting ejector start


 Root valve 50V – 33K buka / pressure 10 kg/cm 2 untuk warming up ± 5
menit
 Atur tekanan uap sampai 20 kg/cm2 secara manual dengan membuka
katup (51V-42t).
 Buka pelan-pelan katup udara (51V-5t).
 Vacum breaker tutup (200 mmHg)
 Periksa kenaikan hampa dalam kondensor.

4. Start main ejector


 Vacuum 650-700 mmHg.
 Warming drain valve tutup.
 (51V-37t) buka, atur tekanan uap 22 kg/cm2.
 Buka steam valve ejector, lalu buka air valve.
 Periksa vacuum 600-700 mmHg.
 Drain valve ke pit buka.

5. Starting ejector stop


 51V – 5T tutup (udara)
 50V – 42K tutup (uap)

3. Turbin reset
 Auxiliary oil pump start discharge pressure 8 – 10 kg/cm 2, bearing oil
pressure 0,8 – 1,2 kg/cm2, Turning oil pump stop (oto), 86T reset
(BTB),Turbin lokal hand Reset, control oil pressure 2 kg/cm 2.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 30

 Main governing valve buka penuh, atur load limit dengan tangan 0,5
kg/cm2, lokal vacum trip reset

4. Rolling turbin
 Perbedaan temperatur uap antara 2nd SH outlet dengan inlet throttle
valve ± 50 oC
 Ikuti grafik start turbin
 Throttle valve buka pelan – pelan
catatan : Normal = 120 s/d 180 put/menit
Kritis = 500 put/menit

700 mmHg

3000 45 MW
5
2500
37,5

50
1200
25
400 5
1 2 3 4 6
A B C D E F G H I J K

Keterangan :
B C D E F G H I J Total
Start dingin 30 mnt 60 mnt 30 mnt 30 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 5jam20mnt
Start sedang 30 mnt 40 mnt 25 mnt 25 mnt 40 mnt 30 mnt 30 mnt 30 mnt 30 mnt 3jam
Start panas 30 mnt 25 mnt 15 mnt 15 mnt 25 mnt 15 mnt 15 mnt 15 mnt 15 mnt 1jam45mnt

1. Boiler firing 2. Vacum up 3. Rolling turbin 4. Trip test 5. Protective device test 6. Paralel on

5. Turning gear akan lepas secara otomatis pada 3 – 5 rpm


 Oil supply valve tutup
 Clutch lever lepas kembali dan matikan saklar motor pemutar poros.
 Speed up sesuai schedule
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 31

 Periksa vibrasi
 Perhatikan pemuaian relatif dan suara – suara yang mencurigakan

5. Periksa temperatur uap bekas dan hindari kenaikan temperatur yang tidak normal.
 Temperatur sisi uap bekas sbb: katup pengatur spray water membuka
pada temperatur 60 0C, alarm 80 0C, trip 120 0C.
 periksa sumber tenaga dan katup magnet (selenoid) untuk spray water,
apakah saklarnya sudah dimasukan.
 dalam hal katup ini tidak bisa dijalankan, aturlah dengan tangan melalui
katup bypass.

6. Adakan percobaan trip dengan tangan. Lakukan pada saat jalan pertama kali.
 bila kecepatan putaran ditambah sampai 400 rpm dan keadaannya baik,
adakan percobaan trip secara manual. Periksa alat-alat trip (alat-alat
pengaman) dan periksa apakah setiap katup menutup dengan baik,
periksa suara-suara yang mencurigakan dengan sebuah tongkat
pendengar.
 tutup segera katup masuk utama sesudah turbin ditrip. Putar + 1 kearah
membuka setelah katup tertutup rapat.
 dengarkan pada tiap-tiap bagian turbin apakah ada tanda-tanda gesekan
atau keadaan yang tidak normal lainnya.
 perhatikan getaran turbin.

7. Reset kembali turbin dan lakukan pemanasan sambil berputar.


Waktu yang diperlukan untuk pemanasan pada putaran rendah sbb:
Start dingin : + 30 menit
Start sedang : + 30 menit
Start panas : + 10 menit
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 32

 reset turbin kembali bila keadaannya baik (reset lokal dilakukan setelah
relay 86 T di control room direset).
 buka kembali perlahan-lahan main stop valve dan lakukan pemanasan
pada putaran tetap 400 rpm.

8. Menaikan putaran turbin


 perhatikan penunjukan dari alat-alat ukur
 perhatikan beda pemuaian relatif dari turbin. Alat pengukur pemuaian
dipasang pada bagian belakang turbin (beda pemuaian tidak boleh
lebih dari 3,5 mm).
 buka main stop valve perlahan-lahan untuk menambah putaran turbin.
Sesuai dengan “grafik penambah kecepatan” kenaikan putaran antara
120-180 rpm/menit
 Atur hampa kondensor agar sudah sama dengan hampa yang diperlukan
pada putaran 3000 rpm

9. Kenaikan putaran dipercepat sampai 500 rpm setiap menitnya, apabila


berada
di daerah putaran kritis. Daerah putaran kritis sebagai berikut:
Pertama : 1709 rpm
Kedua : 2191 rpm
periksa getaran turbin. Alat pengukur getaran turbin tidak tepat pengukurannya
pada putaran di bawah 1000 rpm.

10. perhatikan temperatur dari pelumas bantalan.


Alarm temperatur pelumas bantalan terlalu tinggi:
Temperatur pelumas keluar bantalan : 70 0C
Temperatur pelumas keluar pendingin pelumas : 50 0C
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 33

15. Main governor atur



Rpm 2850

Throttle buka penuh atur control oil 2,5 kg/cm 2

Main governor tutup, atur putaran 3000 rpm

Governor impeller pressure 2,15 kg/cm2

Periksa MOP pressure, suction 0,7 – 2,1 kg/cm 2 discharge 8 – 10 kg/cm2

Auxiliary oil pump stop (oto), 5TL reset ECB, Auxiliary governor atur
pressure 0,5 kg/cm2
 Pada 3000 rpm protective device test
 Vacum low trip 450 mm Hg
 Bearing oil pressure low trip 0,5 kg/cm 2
 Thrust bearing oil trip 5,6 kg/cm2
 Over speed control oil trip 0,5 kg/cm2

16. Paralel ON
 Drain main steam tutup
 Drain super heater tutup
 Drain throtle valve tutup

17. Beban 10 MW
 Drain valve churtis chamber tutup

18. Beban 14 – 20 MW
 Heater 5
 Buka katup warming setelah 60oC buka katup ext.5
 Drain extraction tutup
 Spill over gland steam ke kondensor tutup dan ke heater 5 buka
 Heater 4
 Buka katup warming setelah 60oC buka katup ext.4
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 34

 Drain trap 5 dan 4 buka, untuk heater 5 dan 4 by pass orifice tutup
 Ext.3 deaerator
 Buka katup warming, setelah 150 oC tercapai buka penuh
 Drain valve ext. 3 tutup
 Auxiliary steam tutup pelan-pelan
 Air vent orifice buka, by pass tutup
 Valve control PC 209 dan PC 208 tutup
 Drain valve dari heater 2 buka (setelah ext.2 dibuka)
 Heater 2
 Buka katup pengambilan ke heater 2 warming sampai 200 oC
 Periksa level, temperatur dan tekanan pada LC 205
 Drain setelah check valve tutup
 Katup heater 2 buka penuh
 Drain setelah check valve tutup
 Heater 1
 Katup heater 1 warming sampai ± 300 oC
 Periksa LC 206 level, temperatur dan tekanan
 Drain setelah check valve tutup
 Katup heater 1 buka penuh
 Drain sebelum check valve tutup
Keterangan :
 Steam air heater dari auxiliary steam tutup, dari ext.2 buka
 Air fan dari heater 1 ke heater 2 buka ke deaerator

16. Beban 40 MW
 SAH diganti dari ext.2 ke ext.3

17. Beban 50 MW
 Maximum Continous Rating ( MCR )
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 35

6.3. Pemantauan Operasional Turbin


6.3.1. Parameter Utama

Turbin terdiri dari dua macam komponen utama yaitu komponen yang berputar (rotor)
dan komponen yang stationer (casing). Keduanya akan bersentuhan dengan uap
yang bertemperatur tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan pada
komponen turbin oleh pengoperasian yang melebihi batas.
Parameter-parameter operasional ini perlu mendapat perhatian lebih serius ketika
melakukan start turbin. Parameter-parameter tersebut antara lain :
 perbedaan pemuaian
 thermal stress
 vibrasi
 putaran
 tekanan dan temperatur uap masuk MSV

6.3.2. Logsheet dan Logbook

Setelah unit (turbin generator) sinkron dengan sistem dan berbeban minimum,
kegiatan berikutnya adalah pembebanan (melayani kebutuhan daya). Sebagaimana
pada proses start-up (rolling), laju pembebanan juga harus mengikuti kurva
pembebanan yang dibuat oleh pabrik pembuat turbin.
Pada saat kondisi operasi sudah steady pengamatan terhadap trend parameter
utama tetap harus dilakukan. Adanya kecenderungan penyimpangan parameter
operasi harus segera diambil tindakan dan kelangsungan operasi yang aman serta
efisien harus dijaga.
Untuk memastikan pemeriksaan telah dilakukan biasanya manajemen pengoperasian
menyediakan logsheet untuk mencatat parameter penting dan kritis. Logsheet juga
berguna untuk pembanding bila terjadi penyimpangan dikemudian hari.
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 36

6.4. Urutan stop turbin PLTU ¾ Priok

1. Beban 40 MW
 SAH dari extraction 3 dipindahkan ke extraction 2 (51 V – 52T)

2. Beban 12 MW
 Heater 1 s/d heater 5 stop
 Spill over gland steam ke kondensor buka, ke heater 5 stopAuxiliary
steam untuk SAH buka, extraction 2 tutup
 Drain SAH ke heater 4 tutup, ke drain pit buka
 Buka by pass spray water exhaust steam

3. Beban 10 MW
 Drain curtis chamber buka

4. Paralel OFF

5. Turbin hand trip


 Throttle valve tutup
 Drain throttle valve buka
 Drain curtis buka
 Governing buka
 Auxiliary oil pump dijalankan

6. Main ejector stop


 51V – 3T tutup (udara)
 Steam valve 51V – 37T tutup
 Drain valve tank tutup
 Warming steam valve buka
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 37

 < 500 rpm


 Condensate pump minimum flow, atur level hotwell

8. Turning gear start


 Oil supply valve open
 Rotor (poros) putaran nol
 Clutch level dimasukkan
 Motor turning dijalankan
 Turning oil pump dijalankan
 Auxiliary oil pump dimatikan (oto)

9. Gland steam stop


 Vacum < 50 mm Hg
 Root valve 57V – 61K stop / tutup
 51V – 43T stop / tutup

10. Gland leakage condenser fan stop


 Periksa apakah gland steam sudah dimatikan
 Periksa vacum manometer dipanel start turbin, atur air raksa sampai
sejajar garis nol

11. Condensate pump stop


 ± 3 jam sesudah main ejector stop

12. Oil conditioner – oil pump


 Exhaust fan jalan terus
 Oil pump jalan terus
 Exhaust fan main oil tank jalan terus
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 38

13. Turning gear stop


 ± 2 x 24 jam (lihat temperatur casing)
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 39

7. TROUBLESHOOTING

No Trouble Penyebab Tindakan


1 Ampere gland  bukaan katup steam  atur pembukaan katup sehingga
leakage condensor terlalu besar ampere GLC sebesar 2 – 3 A
tinggi  inlet steam terlalu  ganti kapasitas motor fan
banyak
2 Motor exhaust gland ampere GLC tinggi motor yang stand by akan jalan
leakage condensor sehingga terjadi over otomatis, masukkan switch motor
mati load yang jalan oto ke posisi on,
sedangkan yang mengalami
gangguan ke posisi off kemudian
kembalikan ke posisi auto. Atur
ampere dan vakum GLC.
3 Uap keluar dari gland  tekanan gland  atur bukaan CV 207A atau atur
seal turbin steam terlalu besar bypass sebesar 0,3 kg/cm2
atau melebihi 0,3  atur bukaan katup masuk GLC
2
kg/cm (untuk sisi
LP)
 tekanan gland
steam terlalu
rendah kurang dari
0,3 kg/cm2 (untuk
sisi HP)
 ampere atau vacum
GLC terlalu kecil
 labirin turbin sisi HP
keropos
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 40

4 Saat throtle valve  turbin belum direset  reset turbin


dibuka, putaran  tekanan minyak di  periksa/cek pengatur tekanan
turbin tidak naik throttle turun minyak di control block
 kerusakan di pilot  periksa kemungkinan kebocoran di
valve throttle valve line minyak yang menuju throttle
valve
 periksa/putar oil filter (saringan
magnit)
 periksa/bongkar pilot valve

5 Vibrasi tinggi  pada putaran kritis  putaran turbin dipercepat


 sudu patah  unit distop
 bantalan radial
aus/pecah/rusak
 turbin karatan
6 Suhu uap bekas  hampa kondensor  buka by pass CV 213
tinggi terganggu
 masuknya
campuran udara
dan uap ke dalam
kondensor
 jumlah uap terlalu
banyak
 spray water exhaust
steam (CV 213)
tidak bekerja
dengan baik
7 Motor penggerak  tekanan oil suply  periksa tekanan pelumas
turbin terganggu rendah atau katup  buka katup oil suply
oil suply tertutup  reset power suply motor TG
 power suply motor
TG trip
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 41

8 Temperatur pelumas  sistem pendingin  pindahkan FWC yang stand by


tinggi pelumas tidak  pindahkan pompa SWP atau Cool
bekerja secara WP
maksimal  atau turunkan beban
 sistem pendingin air
tawar fresh water
cooler terganggu
 matinya salah satu
atau semua
SWP/Cool WP
9 Hampa kondensor Dibahas lebih detail Dibahas lebih detail
rendah
TURBIN UAP OJT/OP/PLTU/UBPTGP/10
UBP PRIOK 10/03/2010 Hal. 42

8. Kesimpulan / Saran
8.1. Kesimpulan

Secara keseluruhan dalam pengopersian turbin uap ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
 Persiapan dan Pemeriksaan Peralatan dan sistem-sistem seperti :
 Sistem air pendingin ok
 Sistem pelumas ok
 Sistem udara kontrol ok
 Turning gear ok
 Sistem drain ekstraksi siap
 Pemantauan Operasional Turbin
 perbedaan pemuaian
 thermal stress
 vibrasi
 putaran
 tekanan dan temperatur uap masuk MSV
Dari OJT Turbin ini juga diharapkan operator mampu mengoperasikan start stop
turbin uap, khususnya turbin uap PLTU.

8.2. Saran

Dalam OJT ini saya menyadari pengetahuan dibidang turbin sangat minim
dikarenakan keterbatasan waktu mentor maupun kondisi turbin di PLTU ¾. Bisa
dibayangkan OJT selama 2 bulan saya hanya bisa mengikuti proses start turbin 2 kali
dan stop turbin 1 kali. Padahal operator turbin bisa dikatakan kompeten bila jam
terbang dalam mengoperasikan turbin sering khususnya dalam start stop turbin.
Usulan dari saya sebelum OJT diadakan terlebih dahulu semacam diklat pengenalan
turbin uap secara keseluruhan agar pada saat nanti OJT sedikit banyak sudah
paham akan fungsi turbin dan alat bantunya.

You might also like