You are on page 1of 15

Disusun oleh :

..Fiona Alva Ariztya..


Mahasiswa Universitas Sultan Agung Semarang
Angkatan 2008

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan
semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu
berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang
adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham
dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-
anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang
biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis
kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita
harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu
kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk
suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada
kepribadian setiap individu dapat dihindari.

B. Rumusan Masalah Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep-konsep kepribadian?

2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan kepribadian.

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah


1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.

2. Untuk memahami jenis-jenis gangguan kepribadian.

D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah ini, yaitu:


1. Pendahuluan

2. Pembahasan

3. Penutup
BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepribadian
Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya sesungguhnya berasal dari kata latin:
pesona. Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh
pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjai satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang
diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan
bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem- sistem psikofisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat
gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba
mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini
dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita- cita, dan persoalan-
persoalan yang dihadapi seseorang.

B. Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :

1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan
tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam
masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban
tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap
terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian,
kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan
pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :

a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya


(orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang.
Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri
sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda itu
akan berbeda-beda pula pendiriannya.

b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi


pada dirinya sendiri.

2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini
tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang
berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman
tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur
kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam
kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. Proses
pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus
dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain,
misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap
identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena
remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus,
misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan
sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan- gangguan
kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat
menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap
orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.

C. Teori-Teori Kepribadian
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori
kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan teori
psikoligi kognitif.

1. Teori Kepribadian Psikoanalisis

Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model


kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain.
Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis
individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. Id bekerja
menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis; ego
mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang
diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral
pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego harus
menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu
minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-
naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar
sebelum menampilkan perilaku tertentu.

Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik
antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang
datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari
pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi
yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda
dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks. Bagi erikson,
misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya, yang
terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego.
Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan
perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada teori
freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengarihi
oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)

Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek
kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat- sifat tertentu, yakni pola
kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Allport
membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal
disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu
satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau
konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-
sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang
pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan
“kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari
kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan
apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat
yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia
takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena
mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom.
Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia
sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak
dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya
seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai
kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada
tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki
sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,
lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat- sifat
seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan
aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,
cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat
tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang
lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia
memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

3. Teori Kepribadian Behaviorisme

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan


tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan
tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang
khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada
individu tersebut. Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada
penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai
konsekuensi yang diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah
teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :

1) Pengekangan fisik (psycal restraints)


Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik. Misalnya,
beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan
kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk
lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang telah menghina ita agar tidak
kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.

2) Bantuan fisik (physical aids)


Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku
yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang
agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga
digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang
yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.

3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions).


Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab.
Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen
dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.

4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)


Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional
dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang
menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.

5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)


Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan
diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin
melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang
mereka.

6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)


Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut
Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas
perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri
sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik,
dengan menonton film yang bagus.

7) Menghukum diri sendiri (self punishment)


Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal
mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum
dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara
menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

4. Teori Psikologi Kognitif


Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan
psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya,
manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan
dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu
perilaku. Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian
manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling
terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik
tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan,
dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili)
dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

D. Tipe-Tipe Kepribadian
Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain.
Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita mengenal
Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat
golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,


sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan
selalu menaruh rasa curiga.

2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-


orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap
optimistis.

3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang- orang


seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya
tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.

4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang
dan agresif. C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe
manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju pada dua arah,
yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert.

Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

1) Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya,
kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe extrovert
mempunyai sifat-sifat: berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak
dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh
lingkungannya.

2) Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Adapun
orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam,
sukar diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya
hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam
empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :

1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada
lebar.

2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan
kaki kecil.

3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal.

4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe diatas.

Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah schizothim, yang menurut
Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap,
sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin
berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir terlebih dahulu masak-
masak sebelum bertindak. Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau
tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor,
mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas
memaafkan kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.

Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu :

a. Tipe Endomorp
Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi, sedangkan kedua
komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif
(yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe
endomorph dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan
gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

b. Tipe Mesomorph
Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph, komponen
mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu, bagian-
bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik
ketimbang yang lain-lain; misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh- pembuluh
darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh,
keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini,
misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.

c. Tipe Ectomorph
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini adalah organ- organ
mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf.
Kecenderungan tipe entomorph adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya
tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot- otot hampir tidak
tampak berkembang.
E. Pengukuran-Pengukuran Kepribadian
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-
report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya
(personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa
macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah beberapa
diantaranya :

1. Observasi Direct
Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai
sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku
subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa
mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu. Observasi direct diadakan dalam
situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat
berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi
direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu
tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons,
atau aspek tertentu.

b. Incident Sampling Method


Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku
dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-
catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu
mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal- hal yang
menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-
efek berikut setelah respons.

c. Metode Buku Harian Terkontrol


Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang
tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri.
Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat
penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa
yang cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian
pada perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Wawancara (Interview)

Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap


muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:

a. Stress Interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat
bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan
emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk
mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang
lebih sukar.

b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.

3. Tes Proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan
tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau
hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang
kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang
disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah. Jika kepada subjek
diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita dapat menganalisis hasil
fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika melakukan kegiatan
yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan (proyeksi)
kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis yang termasuk tes
proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann
Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-
masing menampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu
berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan
kepada mereka yang mengalami percobaan dalam urutan yang sama.
Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal apa yang dilihatnya tergambar
dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi
semua peserta, jawaban yang mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini
menunjukkan bahwa mereka yang mengalami percobaan itu
memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis dari sifat jawaban
yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai susunan
kepribadiannya.

b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)


Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT),
dikembangkan di Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-
an. TAT mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah
reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau
majalah. Para peserta diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap
gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah
cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan
pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh
orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir.
Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema
yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik
cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk
melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip
wawancara terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap
orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali
dengan bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori
kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya,
tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori
kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian
seseorang ialah:
(a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala
fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap
pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat
mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut
kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang
memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna
membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para
perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan
ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok
diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria
terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid.
Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita
masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis
kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain.

(b) Rorced-Choice Inventories


Rorced-Choice Inventories Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-
Paksa termasuk klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter
bila subjek dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua
pilihan itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini,
diminta memilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan
minatnya, sikapnya, atau pandangan hidupnya.

(c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).


dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut
teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak
dari keragaman abnomal, yaitu:
1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
bahwa dirinya penting.
3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus. H-W
Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk
memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid,
misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
F. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Penggolongan atau klasifikasi
gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu:

a. Kepribadian Paranoid

Kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang


menonjol. Orang lain selalu dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin menyakiti,
ingin mencelakai, membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap sebagai
pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya. Sering ia mengancam,
memberontak, menolak, membuat keterangan yang tak masuk akal tentang kesalahan-
kesalahannya. Sering ia bersikap apriori, memvonis sesuatu tanpa melakukan
penyelidikan terlebih dahulu, tanpa dukungan data yang akurat, melemparkan tanggung
jawab dan kesalahannya pada orang lain. Penderita umumnya ditinggalkan teman-
temannya dan mendapatkan banyak musuh. Gangguan kepribadian paranoid dibagi
dua, yaitu:

- Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman sehari-


hari secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung
menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.
- Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang
dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam
mempertahankan haknya tersebut. Persamaan kedua kelompok tersebut adalah
sifat curiga yang berlebihan, cepat merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya
dan adanya negatif, serta mudah sekali tersinggung.

b. Kepribadian Afektif/Siklotim

Ciri utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya
yang berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil
menarik banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat, hangat,
tetapi dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam keadaan
depresi, penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.

c. Kepribadian Skizoid

Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri,


menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara
menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri,
mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya
autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan
menyatakan rasa permusuhan.
d. Kepribadian Eksplosif

Ciri utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari perilakunya
sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai reaksi terhadap
stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil). Segera sesudah
itu biasanya ia menyesali perbuatannya.

e. Kepribadian Anankastik

Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku,
pemalu, disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis
serta sangat patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang
dengan kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu
tinggi dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

f. Kepribadian Histerik

Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi,
suka menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan
pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk
akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya secara
tepat dan sering disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi.

g. Kepribadian Astenik

Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga
sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal
dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah.
Terdapat abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati
sesuatu).

h. Kepribadian Anti Sosial

Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag
lain atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak
toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan
rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal terhadap
rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman yang
diberikan.

i. Kepribadian Pasif-Agresif

Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu:


- Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu
berpikir, merasa, dan bertindak bahwa kebutuhannya akan ketergantungannya
itu dapat dipenuhi scara menakjubkan.
- Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa
kebutuhan akan ketergantungan tidak pernah terpenuhi. Ia menunjukkan
penangguhan dan sikap keras agar diterima dengan murah hati apa yang
diharapkannya degan sangat. Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat pasif dan
agresif.

Agresifitas dapat dinyatakan secara pasif dengan cara bermuka masam, malas,
menyabot, dan keras kepala. Perilaku ini merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang
dinyatakan secara tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu yang kepadanya
ia sangat menggantungkan dirinya.

j. Kepribadian Inadequat

Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau
berulang-ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau
kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik.
Penderta sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan
harus diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai
kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau
dipaksa untuk melakukan sesuatu.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui
kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan khusus.
Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari setiap individu. Penggolongan ini
ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal. Individu yang tidak dapat menghadapi
masalah pribadi dan sosial yang timbul saat ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat
menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk
dengan baik sehingga tidak mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu.

DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sarwono, Sarlito
Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang. Baihaqi, MIF, Drs,
M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan- Gangguan. Bandung: PT Refika
Aditama. 24

You might also like