You are on page 1of 15

Musik tradisional

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai
sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan
masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran
seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik
tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik
tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.

Kegiatan ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi peserta juga kepada masyarakat luas sehingga
musik tradisional dapat berperan sebagai hiburan untuk menjalankan bisnis para pengusaha. Musik
Tradisional juga adalah musik yang berkembang secara tradisional di kalangan suku-suku tertentu.

[sunting] Karya

 English Folk Songs from the Southern Appalachians. Collected by Cecil J. Sharp. Ed. Maud
Karpeles. 1932. London. Oxford University Press.
 Karpeles, Maud. An Introduction to English Folk Song. 1973. Oxford. Oxford University Press.
 Sharp, Cecil. Folk Song: Some Conclusions. 1907. Charles River Books
 Bronson, Bertrand Harris. The Ballad As Song (Berkeley: University of California Press, 1969).
 Bronson, Bertrand Harris. The Traditional Tunes of the Child Ballads, with Their Texts, According
to the Extant Records of Great Britain and North America, 4 volumes (Princeton and Berkeley:
Princeton University and University of California Presses, 1959, ff.).
 Bronson, Bertrand Harris. The Singing Tradition of Child's Popular Ballads (Princeton: Princeton
University Press, 1976).
 Poladian, Sirvart. "Melodic Contour in Traditional Music," Journal of the International Folk Music
Council III (1951), 30-34.
 Poladian, Sirvart. "The Problem of Melodic Variation in Folksong," Journal of American Folklore
(1942), 204-211.
 Rooksby, Rikky, Dr Vic Gammon et al. The Folk Handbook. (2007). Backbeat

Musik Tradisional Minangkabau Dari Masa Ke Masa


Pengembangan musik tradisional yang cenderung mengarah kepada penyesuaian keperluan apresiasi
masyarakat masa kini yang dinamis dan perilaku yang serba cepat, maka pertimbangan Pengembangan
musik tradisional mengarah pula kepada penempatan dinamika musikal sebagai dasar disain dramatik
penggarapan musik itu sendiri.

menggarap konsep pengembangan musik tradisional yang disesuaikan dengan keperluan seni
pertunjukan. Adanya pengembangan berarti dinamika sebuah garapan musik yang berdasarkan kepada
pengembangan musik tradisional telah membuka peluang terhadap beberapa jenis musik tradisional
yang mempunyai pola melodi ataupun ritme dinamis yang mendapat tempat mengisi bahagian-bahagian
dalam komposisi musik baru.
Yang masuk kategori lagu daerah di nusantara ini adalah antara lain : - Ayam Den Lapeh (Minangkabau) -
Butet (Batak) - Lancang Kuning (Melayu Riau) - Jali-Jali (Betawi) - Bubuy Bulan (Sunda) - Rek Ayo Rek
(Jawa Timur) - Hela Rotane (Maluku) - Jaje Nak Ee (Bali) - Yamko Rambe Yamko (Papua) Melalui
kreativitas seniman, lagu-lagu daerah seperti di atas telah memakai iringan dengan alat musik yang pada
umumnya pula berasal dari alat musik barat sehingga lagu-lagu daerah tersebut digolongkan kepada
lagu pop daerah.
Inspirasi musikal dalam hubungannya dengan penciptaan musik baru biasanya dipunyai oleh para
seniman musik dan itu tidak dapat diprogramkan di lembaga pendidikan formal karena bakt
kesenimanan itu sudah menjadi bawaan atau karunia yang diperolehnya semenjak dari lahir. Kenyataan
seperti itu bisa kita lihat di lembaga-lembaga pendidikan formal bahwasanya mata pelajaran yang
berhubungan dengan komposisi musik yang diajarkan seperti yang tertera di kurikulum namun hasilnya
mahasiswa yang berbakat juga yang dapat mampu menyelesaikan dengan baik tanpa banyak rintangan
dan kendala.
Kehadiran musik juga sangat menentukan dalam mengungkapkan ekspressi tarian tetapi sifatnya hanya
sebagai pengiring tari, dan penggarapan musik dalam hal ini terikat dengan tradisional ke bentuk
komposisi musik yang mempunyai beberapa konsepsi ideal, pengembangan beberapa musik tradisi yang
dianggap dapat disatukan atas pertimbangan kemampuan seseorang dalam mencermati hubungan
unsur-unsur musikal yang sebelumnya berada pada musik tradisi masing-masing untuk kemudian
disatukan dalam bentuk baru.
Dibandingkan antara pengembangan musik tradisional dalam komposisi musik baru dengan persoalan
pengembangan musik tradisional dalam iringan tari (musik tari) yang sangat terikat dengan keperluan
tari, maka terasa peluang kebebasan kreatif dalam menciptakan komposisi musik baru cukup banyak.
Oleh sebab itu, seniman yang bergerak dalam kreativitas komposisi musik baru berpeluang menjaring
‘trend’ komposisi musik baru dunia untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses
penciptaan.
Diposkan oleh amii assoy di 22.55 0 komentar

Jenis-jenis alat musik tradisionaasak Lombok l Santara

Jenis-jenis alat musik tradisionaasak Lombok l Santara lain:

1. Genggong
Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari pelepah daun enau.Secara
etimologis kata genggong bersala dari kata “geng� (suara tinggi) disebut genggong lanang
dan “gong� (suara rendah) disebut wadon, sehingga musik genggong selalu dimainkan
secara berpasangan. Musik genggong secara orkestra dapat dimainkan dengan alat musik yang
lain seperti petuq, seruling, rincik dan lain-lain.

2. Rebana Burdah
Sebuah bentuk alat musik hasil akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Rebana
Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian terhadap Allah SWT dan riwayat Nabi Muhammad
SAW yang dipetik dari kitab karya sastra Arab “Al Baranzi�.

3. Gambus
Alat musik petik dengan menggunakan dawai sebagai sumber suara (bunyi) yang digunakan
untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Dapat dimainkan secara bersama-sama atau sendiri.

4. Mandolin
Alat ini merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang mempunyai senar dan dimainkan
seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisonal. Alat musik ini
dapat dipadukan dengan alat musik lainnnya untuk mengiringi lagu-lagu tradisional.

5. Preret
Preret adalah sebuah alat pengiring tarian, lagu maupun orkestra. Alat musik ini dijumpai hampir
diseluruh wilayah Indonesia.

6. Barong Tengkok
Merupakan salah satu jenis musik orkestra Lombok, terdiri dari krenceng enam pasang, satu buah
gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang berfungsisebagai tempat reog sebuah
gong dan tiga buah seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu
alatnya (reog) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan ditengkokkan

1. Dikatakan pada lirik yang dinyanyikan sebelum bangkit menari:Tiang lanang beli bagus Beli
bagus bau rauh Kasunane tarik bebunga Sedang pengibing (penari) seolah kumbang yang
merindukan bunga. Dahulu ditengah arena obor bambu setingggi datu setengah meter (sekarang
digunakan lampu petromaks yang sering diletakkan di luar arena). Antara si penari gandrung
dengan pengibing berkejar-kejaran mengelilingi obor tersebut. Ini disebut “bekeleokang�.
Atau sesekali saling ‘kejitin� (main mata) dengan berbatasan obor.

2. Selama ngibing dilakukan sering pengibing berbuat nakal dengan menyentuh bagian tubuh penari
utama, bahkan ada yang mencoba beradu pipi. Untuk menghindari hal seperti itu ia dilengkapi
dengan “senjata�, yaitu ujung runcing dari gempolan yang merupakan bagian dari hiasan
kepala yang disebut gelungan. Kalau pengibing tidak segera menghindar akan kena tusukan
benda tajam tersebut.
Parianom, bagian ketiga ini merupakan perpanjangan dari bagian kedua. Gending pengiring yang
disebut parianom tidak menggunakan seluruh instrumen orkestra gandrung. Yang berperan adalah
redep dan suling dibantu suara gendang, petuk dan rincik. Dalam bagian ini penari gandrung akan
melengkapi tariannya dengan nyanyian yang disebut “besanderan�. Sekarang lariknya
tidak lagi dalam bahasa daerah tetapi dalam bahasa Indonesia.
jenis keramaian lainnya yang menghadirkan orang banyak. Instrumen gandrung dalam bentuk
orkestra terdiri dari pemugah, saron, calung, jegogan, rincik, petuk, terompong, gender, redep dan
suling.

3. Gendang Beleq
Disebut gendang beleq karena salah satu alatnya Disebut Gendang Beleq karena salah satu
alatnya adalah gendang beleq (gendang besar).

Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan
gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika.

Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing
reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi
sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq, disebut juga “copek�. Perembak ini
paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk
sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat
ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera merah atau kuning yang
disebut lelontek.
Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau
ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu
datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan.

Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan
sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda
dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.

Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya

Pakaian penari gandrung terdiri atas kain batik, baju kaos lengan pendek, gelungan
(penutup/hiasan kepala), bapang, lambe, ampok-ampok, gonjer. Seangkan pakaian pengibing
adalah baju, kain, dodot dan sapuq. Pertunjukan biasanya dilakukan pada malam hari. Lama
seluruh pertunjukan lebih kurang 3 jam. Untuk setiap babak (satu pengiring) lamanya rata-rata
sepuluh menit.

Tari gandrung benar-benar merupakan tari rakyat pada arena terbuka yang dilingkari penonton
dan fungsinya semata-mata untuk hiburan. Gandrung tesebar pada beberapa desa di pulau
Lombok antara lain Gerung dan Lenek di Lombok Timur. Gandrung ‘ditanggep� orang
untuk pesta perkawinan dan sunatan. Tetapi dewasa ini bergeser fungsinya menjadi hiburan
rakyat dalam rangkaian hari-hari besar nasional atau sambil menari, demikian juga pembawa
petuk, copek dan lelontok.

4. Cilokaq
Musik ini terdiri dari bermacam-macam alat yakni:
- Alat petik, gambus ada dua buah masing-masing berfungsi sebagai melodi dan akrod.
- Alat gesek, biola ada dua buah keduannya berfungsi sebagai pembawa melodi.
- Alat tiup, suling dan pereret yang berfungsi sebagai pembawa melodi.
- Alat pukul, gendang ada tiga buah, msing-masing berfungsi sebagai pembawa irama, pembawa
dinamika dan tempo, juga sebagai gong. Rerincik dugunakan sebagai alat ritmis

Diposkan oleh amii assoy di 22.43 0 komentar

Nama Alat Musik Tradisional Khas Daerah Adat Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara
Indonesia

1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD


Alat Musik Tradisional : TT
2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut
Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,
3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar
Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik
4. Provinsi Riau
Alat Musik Tradisional : TT
5. Provinsi Jambi
Alat Musik Tradisional : TT
6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel
Alat Musik Tradisional : TT
7. Provinsi Lampung
Alat Musik Tradisional : TT
8. Provinsi Bengkulu
Alat Musik Tradisional : TT
9. Provinsi DKI Jakarta
Alat Musik Tradisional : TT
10. Provinsi Jawa Barat / Jabar
Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter /
Celempung
11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng
Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung
12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta
Alat Musik Tradisional : TT
13. Provinsi Jawa Timur / Jatim
Alat Musik Tradisional : TT
14. Provinsi Bali
Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali
15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB
Alat Musik Tradisional : Cungklik
16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT
Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko
17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar
Alat Musik Tradisional : TT
18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng
Alat Musik Tradisional : TT
19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel
Alat Musik Tradisional : Babun
20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim
Alat Musik Tradisional : TT
21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut
Alat Musik Tradisional : TT
22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng
Alat Musik Tradisional : TT
23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra
Alat Musik Tradisional : TT
24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel
Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang
25. Provinsi Maluku
Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa
26. Provinsi Irian Jaya / Papua
Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu
27. Provinsi Timor-Timur / Timtim
Alat Musik Tradisional : TT

Lain-Lain :
- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa
- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti
- Kolintang berasal dari daerah Minahasa
- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan
- Talindo berasal dari daerah Sulawesi
- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa
- Kledi berasal dari daerah Kalimantan
- Serunai berasal dari daerah Sumatera

Keterangan Singkatan :
TT = Tidak Tersedia

Keterangan :
Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur.
Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor
Leste.

Diposkan oleh amii assoy di 22.36 0 komentar

Musik tradisional
Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua
hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan
berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya.

Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan
tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen
musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi
sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun
berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut,
karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi
individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih
mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen
perkusi, petik dan gesek

Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik
menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat
musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan
lain sebagainya.

Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa
Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali
(Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slenthem,
bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat
musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)

Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai
tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan
dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan
menggunakan stik.

Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik
yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba
menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada
diatonis.

Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang
atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan
penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu digunakan
dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis
kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang
ukuran bervariasai dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam
kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.

Instrumen Musik Petik

Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah
sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai
resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.

Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari
bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang
mempunyai bentuk setengah bulatan.

Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah
kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang indah.
Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga
dari daerah Sulawesi Selatan

Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal
dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan
resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada
pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan
yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan
kalimantan selatan.

Instrumen Musik Tiup

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat
dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di
sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang
antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan
bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini
adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.

Diposkan oleh amii assoy di 22.35 0 komentar

Musik Tradisional Sunda Adaptif, Terdapat 347 Genre Musik Sunda

Bandung, Kompas - Musik tradisional Sunda mudah beradaptasi. Salah satu pendorongnya
adalah kreativitas dan inovasi yang tinggi dari para senimannya. Hampir setiap dekade selalu
muncul genre musik baru, yang bisa diterima oleh seni tradisional budaya lain.

"Musik Sunda berproses terus menerus. Tradisi tidak dipegang begitu saja dengan kaku, tetapi
justru menjadi pijakan untuk pengembangan seni selanjutnya," tutur pencipta lagu Sunda, Nano
Suratno, Jumat (17/3), di Bandung.

Menurut Nano, para seniman Sunda memiliki kebebasan yang memungkinkan kreativitasnya
terus berkembang, dan tidak terkekang oleh tradisi. "Kalau ada pengaruh seni dari luar, tidak
akan ditelan begitu saja, tetapi dimodifikasi dengan instrumen seni Sunda yang ada.
Contohnya, ketika ada gitar, orang Sunda malah memain-kannya dengan suling, jadilah gitar
dan suling atau tarling," kata Nano.

Sementara menurut Tatang Rohimin (59), Ketua Kelompok Musik Tradisional Gending
Kawangi, inovasi itu dimungkin-kan karena musisi memiliki pendidikan yang tinggi. Di
kelompoknya, kata Tatang, sebagian besar pemusik anak muda. Namun, tahun ini ia merekrut
para pemusik senior berusia 80-an untuk menciptakan kerja sama antara pemusik muda dan
tua agar inovasi musik makin berkembang. Lintas budaya

Ismet Ruchimat, Ketua Komunitas Sambasunda, dan dosen Jurusan Seni Karawitan, Sekolah
Tinggi Seni Indonesia, Bandung, mengatakan, musik Sunda berkembang karena konsepsi
musik rakyatnya kuat.

Selain itu, lanjut Ismet, pekerjaan orang Sunda sebagai petani huma yang hidup berpindah-
pindah membuatnya lebih fleksibel. Tahun 1987, tercatat ada 347 genre musik Sunda. Genre
yang cukup besar adalah gamelan, kecapi, dan musik-musik dari instrumen bambu.

"Genre yang cukup besar pengaruhnya adalah genre wanda anyar karya Mang Koko, yang
memiliki struktur, komposisi, melodi, dan harmoni baru dengan syair sosial," ujar Ismet.

Sementara itu, Nano Suratno memopulerkan prakpilingkung atau keprak, kecapi, suling, dan
angklung dengan mencipta kawih Sunda. Sekitar 1970-an, Gugum Gumbira menciptakan
jaipongan. "Musik jaipong punya konsep musik yang sangat baik, mampu memasuki budaya
lain di Indonesia, bahkan internasional," kata Ismet menambahkan.

Beberapa bagian dari musik jaipong, kata Ismet, seperti kendang jaipong dipakai oleh grup
musik jazz Krakatau.
Sayang, lanjut Ismet, terjadi penurunan minat mahasiswa untuk belajar musik Sunda di institusi
pendidikan. Sementara di kalangan masyarakat, penurunan minat itu terjadi, tetapi tidak besar.
Di Karawang, misalnya, masih banyak anak muda yang bermain musik tradisional. Padahal di
luar negeri, peminat musik Sunda cukup tinggi. Ismet menjadi dosen tamu di berbagai
universitas, antara lain Ohio University dan Virginia University.

"Saat ini yang menjadi persoalan, bagaimana membuat generasi muda ingin tahu musik
Sunda," tutur Ismet.

Melalui komunitas Samba Sunda, Ismet mencoba membangkitkan minat generasi muda
terhadap musik Sunda, yaitu dengan memainkan kolaborasi musik Sunda dengan musik barat
yang sedang populer. (D11/ynt)

Diposkan oleh amii assoy di 22.26 0 komentar

Musik tradisional

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai
sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan
masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran
seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik
tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik
tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.

Kegiatan ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi peserta juga kepada masyarakat luas sehingga
musik tradisional dapat berperan sebagai hiburan untuk menjalankan bisnis para pengusaha.

Diposkan oleh amii assoy di 22.24 0 komentar

Alat Musik Tradisional di Nanggroe Aceh Darussalam


Pendahuluan
Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal. Kebudayaan merupakan
“Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Itu berarti bahwa kesenian juga merupakan hasil budi dan
karya manusia.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kesenian berarti perihal seni atau keindahan. Kesenian berasal
dari kata dasar seni. Kata seni merupakan terjemahan dari bahasa asing “Art” (bahasa Inggris) istilah
“Art” sendiri sumbernya berpangkal dari bahasa Itali, yaitu “arti”. Perkataan “arti” ini dipergunakan pada
zamannya untuk menunjukkan nama sesuatu benda hasil kerajinan manusia pada masa perkembangan
kebudayaan eropa klasik, yaitu pada zaman yang dinamakan orang dengan sebutan Renaissance di Italia.
Dari “arti” menjadi “art”, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi seni. Selalu
dihubungkan dengan perasaan keindahan.

Seni adalah sesuatu yang indah yang dihasilkan manusia, penghayatan manusia melalui penglihatan,
pendengaran dan perasaan. Seni merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung jiwa seseorang,
dilahirkan dengan perantaraan alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihat (seni lukis) atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari,
drama). Namun yang akan dibahas lebih lanjut yaitu berhubungan dengan seni suara khusus “seni
musik”

Pengertian Musik
Istilah Musik berasal dari kata Mousal dari bahasa Yunani, yaitu sembilan dewi yang menguasai seni,
seni murni dan seni pengetahuan. Tetapi, umumnya musik selalu dikaitkan dengan sejumlah nada yang
terbagi dalam jarak tertentu.Dalam istilah masa kini ada 2 jarak yaitu Diantoni dan Pentagonis.

Dalam tulisan ini mencoba menjelaskan dan memaknai alat musik dari nada dengan jarak Pentagonis
yaitu : yang memiliki nada lima jenis bunyi yang kedengarannya seolah-olah alamiah, maka ia menjadi
salah satu ciri khas bunyi instrument tradisional, yang alatnya terbuat dan terbentuk dari bahan yang
tersedia di alam sekitarnya, seperti kayu, bambu, logam, tanduk, kulit hewan dan lain sebagainya.

Perkembangan Musik
Dalam sejarah kehidupan manusia, musik merupakan bagian yang hidup dan berkembang sejalan
dengan perkembangan manusia itu sendiri.

Musik oleh manusia dijadikan sebagai media untuk menuturkan sesuatu dari dalam jiwanya yang tidak
mampu dibahasakan melalui bahasa konvensional. Seni musik merupakan bagian dari proses kreatif
manusia dalam mengolah bunyi-bunyian yang tercipta oleh alam. Unsur bunyi alam seperti suara
unggas, denting kayu, gesekan bambu, rintik hujan dan sebagainya, diolah ke dalam bentuk instrumen
musik yang tercipta dari tingkat ketrampilan dan pemahaman seniman tentang keselarasan bunyi
instrumen dengan ritme kehidupan alam lingkungan sekitarnya.

Asal-usul tentang bunyi instrumen musik menurut para ahli dilahirkan dari segala upaya manusia meniru
suara alam. Usaha manusia dalam keadaan seseorang diri terekam dalam kondisi lingkungannya yang
diam, sepi dan membungkam. Saat itu manusia merasakan kekosongan bathin dan kesendirian dirinya.
Suasana ini dapat terjadi ketika berada di kebun malam hari, dalam perjalanan, menghadapi masalah
pelik, berada dalam transisi jenjang kehidupan biologis, harga diri yang terluka, kedukaan dan suasana
spikologis lainnya.

Lahirnya musik tradisional tidak secara spontan. Bunyi-bunyian tercipta dari upaya manusia dalam
meniru suara alam, suara bintang, kicauan burung, desau angin dari gesekan yang terjadi dari dalam
pohon dan sebagainya. Dengan latar belakang penciptaan yang sama, beberapa alat musik yang tercipta
memiliki banyak kesamaan, baik dari bahan, cara pembuatan, bentuk dan cara memainkannya.
Kesamaan instrumen yang dihasilkan menunjukkan adanya kontak antar kelompok masyarakat.

Sementara itu menurut Curt Sach, tumbuh dan berkembangnya suatu musik melalui proses evaluasi.
Musik yang paling tua sekali adalah berbentuk tepukan-tepukan pada anggota badan manusia. Untuk
membedakan warna bunyinya mereka menepukkan tangannya ke bagian perut dengan
mengembungkan dan mengecilkan perutnya. Perkembangan selanjutnya, manusia melalui musik
menggunakan bahan-bahan kayu dan bambu sebagai alat musik.

Musik terdapat dalam setiap kebudayaan. Musik pada awalnya juga dipergunakan untuk kegiatan-
kegiatan sakral dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan adat. Musik
dipergunakan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat, menyemarakkan suasana, mengiringi
gerak tari dan sebagai media kesurupan (trance).

Di daerah-daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali serta beberapa daerah lainnya musik dipergunakan untuk
penobatan raja, menyambut tamu kehormatan, pemberangkatan perang, perayaan kemenangan dan
lain-lain.

Pada perkembangan selanjutnya, seni musik juga berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan dengan
sasaran hiburan semata-mata. Sedangkan pemanfaatnya ada yang semata-mata untuk tujuan
menghasilkan bunyi-bunyian, sebagai tanda tertentu ataupun sebagai pengiring lagu, syair dan
tari.Musik Alat musik ini dalam menghasilkan bunyi dipraktekkan dengan ditiup, dipukul, digesek dan
dipetik.
Di sumatera, musik tradisional juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan Arab dan Barat. Sebagai
contoh, setelah datangnya pengaruh Arab muncul kesenian yang menggunakan rebana dengan
menyenandungkan syair-syair keagamaan. Kemudian berkembang musik gambus untuk mengeringi
lagu-lagu, tari maupun instrumental. Musik gambus ini selain menggunakan alat musik petik, juga
dimainkan alat-alat musik lain seperti gendang, seruling, juga menggunaka biola, terompet dan
accordion yang merupakan pengaruh barat.

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia merupakan salah daerah
yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil di
masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Aceh tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Aceh.

Walaupun musik tradisional masih tetap dipelihara, dikembangkan dan dipegelarkan oleh pencinta dan
pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini namun tidak mungkin akibat penetrasi unsur-unsur
luar/kebudayaan luar, nilai-nilai budaya Aceh akan menjadi suram ataupun mungkin
menjauh/menghilang dalam masyarakat.

Oleh karena itu dalam tulisan ini mencoba menginventaris kembali serta memperkenalkan alat-alat
musik tradisional Aceh yang masih eksis maupun yang hampir punah untuk dikembangkan kembali serta
dihayati karena ini merupakan suatu warisan yang harus tetap dijaga dan dipelihara kelestariannya. yang
nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jenis-Jenis Alat Musik Di NAD


Arbab
Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk
stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit
kambing, kayu dan dawai.

Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan
pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah
dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman
pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.

Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh
Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di
kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah
siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh
anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari
tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang
merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau
suasa.

Serune Kalee (Serunai)


Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh
masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya
alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian,
penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga.
Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias
musik tradisional Aceh.

Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang
dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai
kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

Rapai
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna
dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring
kesenian tradisional.

Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai
macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

Geundrang (Gendang)
Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis
alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul.
Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan
Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.

Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi
dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna
membicarakan masalah-masalah kampung.

Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi
microphone.

Taktok Trieng
Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah kabupaten
Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis :

Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain


yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini.
jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang
mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali
sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).
Bereguh
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah
Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada
yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.
Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat
antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang,
diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.

Canang
Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional
Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan
menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian
dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai
hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan
pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

Celempong
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri
dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.

Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita)
saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai.
Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang.

Penutup
Keanekaragaman alat musik tradisional yang terdapat di Aceh merupakan salah satu identitas dari
masyarakat Aceh. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat Aceh untuk tetap dijaga, dipelihara
kelestariannya. sehingga tidak menjadi punah.

Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk mendukung dan
bersama-sama memperkenalkan kepada generasi muda betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang
diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan
Nusantara dan manca Negara untuk dapat lebih mengenal adat dan seni budaya daerah Aceh.

You might also like