You are on page 1of 11

CONTOH PROPOSAL PTK MATA

PELAJARAN KIMIA
In Curriculum, Guru, Media Ajar, Pendidikan, T I K on 13 March 2010 at 3:22 am

A.  JUDUL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII MAN  TERHADAP


PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTASI

B.  BIDANG ILMU : PENDIDIKAN KIMIA

C.  PENDAHULUAN

Dewasa ini kesejahteraan bangsa bukan hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal
yang bersifat fisik,  melainkan juga pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan.  Dengan
demikian, tuntutan untuk terus memutakhirkan pengetahuan sains menjadi suatu keharusan. 
Bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi,
karena industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi sains dan teknologi tingkat
tinggi (Puskur Diknas, 2003).

Mutu pendididikan IPA, berkaitan dengan banyak faktor antara lain kompetensi guru,
efektivitas proses pembelajaran, ketersediaan fasilitas pendidikan serta tingkat motivasi
belajar siswanya.  Namun pada kenyataannya dalam dunia pendidikan memperlihatkan
bahwa pembelajaran pada umumnya bersifat ekspositoris, verbalistik dan cenderung hanya
menggunakan papan tulis, kurang upaya untuk melakukan demonstrasi, eksperimen dan
bentuk peragaan lainnya dalam pembelajaran (Firman,H., 2000).  Mata pelajaran kimia di
SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap yang positif pada diri siswa terhadap kimia
yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan
dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi.  Salah satu materi pokok yang banyak
kaitannya dengan kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dalam
silabus kimia adalah Sifat Koligatif Larutan dan Elektrokimia.  Kedua materi tersebut
merupakan konsep yang selalu ada dalam kurikulum ilmu kimia. Siswa mengalami kesulitan
dalam mempelajari sifat koligatif larutan dan konsep elektrokimia karena kedua materi
tersebut bersifat abstrak (Baharudin, 2000).  Disamping itu pembelajaran kedua materi
tersebut yang dilakukan selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dimana
dengan materi yang cukup abstrak, umumnya menjadi beban bagi siswa.  Oleh karena itu,
perlu dicari alternatif model pembelajaran yang dapat meminimalkan beban hafalan dan lebih
meningkatkan minat belajar pada siswa, yaitu dengan cara pemanfaatan media komputasi. 
Sehingga dengan melakukan pembelajaran dengan pemanfaatan media komputasi ini, siswa
diharapkan dapat lebih mudah memahami materi sifat koligatif larutan dan konsep
elektrokimia.

Peserta belajar dengan kemampuan yang bervariasi adalah umum dijumpai pada suatu proses
pembelajaran.  Kemampuan yang bervariasi dapat berupa perbedaan kesanggupan,
keterampilan, intelegensi, potensi dan pengetahuan awal dalam mengikuti proses belajar. 
Kemampuan peserta yang bervariasi pada suatu pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar
yang bervariasi.

Salah satu penyebab kegagalan siswa dalam proses pembelajaran adalah karena siswa tidak
pernah dirangsang untuk mencari, menemukan, dan mengeksplorasi sehingga siswa dapat
belajar tidak hanya di sekolah namun juga dapat menggunakan alam semesta, lingkungan dan
teknologi yang ada di sekitarnya.

Pemanfaatan media komputasi ini pada dasarnya merupakan suatu cara pembelajaran yang
bertujuan untuk menarik minat belajar siswa dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa
melalui pengamatan terhadap materi yang ditampilkan melalui gambar-gambar slide pada
layar LCD sehingga siswa dapat terlatih untuk mengeluarkan pendapat  berdasarkan
pengamatan mereka pada layar LCD.  Dimana menurut Henderleiter, J dan Pringle, DL
(1999), dari pengamatan langsung inilah siswa dapat menggali sendiri suatu konsep yang
ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dan bahkan lebih dari itu, yaitu menimbulkan suatu
sikap yang positif terhadap sains (ilmu pengetahuan) disamping tumbuhnya jiwa kooperatif
serta  tanggung jawab pada diri siswa, dan dengan demikian hasil belajar siswa-pun akan
meningkat.

D.  PERUMUSAN MASALAH

1.   Perumusan Masalah

Masalah yang diidentifikasi pada bagian pendahuluan adalah menemukan strategi


pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang dapat meningkatkan atau
mengembangkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada umumnya dan
pembelajaran materi Sifat-sifat Koligatif dan Elektrokimia pada umumnya, termasuk siswa
yang lamban.  Namun tentunya masih memerlukan penjajakan dan pembuktian dalam
praktek, serta kemungkinan penyempurnaan strategi dan taktik pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa.  Oleh karena itu diperlukan hasil dari suatu penelitian berbentuk
tindakan menjalankan skenario pembelajaran kimia dengan pemanfaatan media komputasi.

Maka rumusan masalah yang diajukan adalah : Bagaimana penerapan strategi pembelajaran
kimia dengan pemanfaatan media komputasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa, khususnya pada pokok bahasan Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia
pada siswa Kelas XII-IPA MAN 1 Samarinda.

2.   Pemecahan Masalah

a.   Pada penelitian tindakan kelas ini akan digunakan Strategi Pembelajaran Kognitif Aktif :

Dimana pada proses pembelajaran kimia yang dilakukan akan digunakan media komputasi
tentang Ilustrasi Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Konsep Elektrokimia.  Selama proses
pembelajaran berlangsung, siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam membangun
pemikirannya sendiri tentang materi yang disampaikan melalui pengamatan langsung
terhadap tampilan-tampilan slide pada layar LCD

b.   Pemecahan masalah di atas terdiri atas beberapa tahap, yaitu :


 Siswa diajak terlibat aktif pada saat guru menyampaikan pembelajaran dengan media
komputasi.
 Siswa akan membangun pemikiran pada dirinya sendiri tentang konsep materi yang
disampaikan melalui ilustrasi tampilan slide pada layar LCD.
 Siswa diajak berdiskusi.
 Mengambil kesimpulan.

c.   Indikator Keberhasilan dari tindakan yang dilakukan adalah :

 Siswa mampu belajar aktif dan memposisikan dirinya dengan baik dan tepat dimana
ia telah mempunyai bekal pengetahuan sendiri dan penguasaan tertentu terhadap suatu
konsep (bukan hanya bersumber pada guru).
 Kemampuan siswa untuk mendefinisikan, mendeskripsikan dan menggambarkan
ilustrasi dari konsep materi yang telah disampaikan.
 Kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam mendiskripsikan dan memecahkan
masalah.

E.  TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah :

1.   Untuk siswa

 Menarik minat siswa terhadap pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
 Dapat mengeksplorasi pemikiran dan mendiskripsikan suatu konsep materi
berdasarkan hasil pengamatan ilustrasi slide pada layar LCD.
 Siswa dapat berkomunikasi dengan baik.

2.   Untuk Guru

 Meningkatkan kemampuan Guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran agar


diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.
 Meningkatkan kemampuan Guru dalam pemanfaatan media komputasi.
 Mengeksplorasi kemampuan Guru untuk melakukan penelitian tindakan terhadap
segala permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam proses belajar-mengajar di
ruang kelas.

F.   MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian tindakan ini diharapkan dapat :

 Diperoleh output pembelajaran (dalam hal ini siswa) yang bukan hanya sebagai
penerima ilmu, tetapi juga sebagai pencari ilmu sehingga dapat menguasai konsep 
ilmu yang hendak dicapai dengan mudah dan terekam lama dalam memorinya.
 Sebagai salah satu informasi bagi guru tentang salah satu strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan pemanfaatan media komputasi dalam meningkatkan minat belajar
siswa terhadap pembelajaran kimia.
G.  TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM (M.Nur, 2001) dikemukakan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan
tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran itu dilakukan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di
ruang kelas dan dikenal juga dengan nama Classroom Action Research, dimana idenya
pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946.

Sedangkan menurut Stephen Kemmis (1983), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research adalah suatu penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang
dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik pendidik
yang mereka lakukan sendiri (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut dan
(c) situasi ditempat praktik itu dilaksanakan.

2. Pembelajaran dengan Media Komputasi

Menurut von Glaserfeld, pembelajaran adalah membantu seseorang berfikir secara benar
dengan membiarkan berfikir sendiri.  Berfikir yang baik lebih penting daripada mempunyai
cara berfikir yang baik, berarti cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu
fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain. 
Siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum pasti dapat memecahkan persoalan
baru karena mungkin ia tidak mengerti bagaimana menemukan jawaban itu.

Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa,


melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. 
Pembelajaran berarti partisipasi guru bersama siswa dalam membentuk pengetahuan,
membuat makna, mencari kejelasan, bersikapkritis dan mengadakan justifikasi.  Jadi,
pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Komputasi sebenarnya dapat diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah
dari data input dengan menggunakan suatu algoritma.  Sedangkan kimia komputasi adalah
cabang kimia yang menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program
komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan
simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti protein atau sistem  banyak
molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal cair), dan menerapkan program tersebut pada
sistem kimia nyata.  Contoh sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak
atom-atom penyusunnya), energi dan selisish energi, muatan, momen dipol, kereaktifan,
frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya.  Simulasi terhadap makromolekul
(seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup kajian konformasi
molekul dan perubahannya (mis.proses denaturasi protein), perubahan fasa, serta peramalan
sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis) berdasarkan perilaku di tingkat atom dan
molekul.  Istilah kimia komputasi kadang-kadang digunakan juga untuk bidang-bidang
tumpang tindih antara ilmu komputer dan kimia (Wikipedia).
3. Sifat-Sifat Koligatif Larutan

3.1.   Konsentrasi Larutan

Salah satu cara menyatakan konsentrasi larutan adalah kemolaran (M).  Kemolaran
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.  Satuan kemolaran adalah mol/L,
dengan rumusan : M = n/V

Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis konsentrasi yang lain yaitu :

a. Kemolalan (m)

Menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg pelarut.  Jadi kemolalalan dinyatakan
dalam mol/kg dengan rumusan : m = n/p, dimana m = kemolalan; n = jumlah mol zat terlarut
dan p = massa pelarut (dalam kg).  Dan jika dinyatakan dalam gram :  m = n x 1000/p.

Contoh soal :  Berapa kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gr urea dalam
200 gr air ?

Jawab :   mol urea       =  3 gr/ 60

=  0,05 mol

Massa pelarut = 200 gr = 0,2 kg

Molalitas      = n/p

= 0,05/0,2

= 0,25 mol.kg-1

b. Fraksi Mol (X)

Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan.  Jika mol zat pelarut adalah nA dan jumlah mol zat terlarut adalah nB,
maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah :

XA =         nA XB =        nB

nA + nB nA + nB

dimana : XA + XB = 1

3.2.   Pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum Raoult) dan larutan
elektrolit.

Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut,
melainkan hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya.  Istilah koligatif
berasal dari bahasa Latin yang berarti kolega atau kelompok.  Sifat koligatif meliputi
penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik beku (ΔTb) dan
tekanan osmotik (π).  Contohnya : Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai
penurunan titik beku yang sama dengan larutan 0,1 mol glukosa dalam 1 kg air.  Tetapi
larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air mempunyai penurunan titik beku yang berbeda dengan
larutan 0,2 mol urea dalam 1 kg air.

Zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak selalu menghasilkan jumlah partikel yang
sama di dalam larutan.  Adakalanya beberapa molekul atau partikel  zat terlarut
mengelompok, sehingga jumlah partikel menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan.  Di lain
pihak, khususnya untuk larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak
karena zat elektrolit terurai menjadi ion-ion.  Jadi, sifat koligatif larutan elektrolit akan
berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama.

4. Elektrokimia

4.1. Sel Volta

Salah satu aplikasi dari prinsip-prinsip reaksi redoks adalah sel-sel elektrokimia, yaitu sel-sel
tempat energi kimia diubah menjadi energi listrik atau sebaliknya.  Ada 2 macam sel
elektrokimia, yaitu sebagai berikut :

(1)   Sel Volta (sel Galvani), yang dikembangkan oleh Alessandro Volta dan Luigi Galvani
dari Italia. Dalam sel volta, reaksi redoks akan menghasilkan arus listrik.  Dengan perkataan
lain, energi kimia diubah menjadi energi listrik. Contoh sel volta adalah sel baterai dan sel
aki.

(2)   Sel Elektrolisis, dikembangkan oleh Sir Humphry Davy dan Michael Faraday dari
Inggris.  Dalam sel elektrolisis, arus listrik akan menghasilkan reaksi redoks. Jadi, energi
listrik diubah menjadi energi kimia.  Contoh sel elektrolisis adalah penyepuhan logam dan
penguraian air menjadi gas H2 dan gas O2.

Pada reaksi redoks berikut : Zn(s) + Cu2+(aq) →  Zn2+(aq) + Cu(s)

Seng bertindak sebagai anoda (mengalami oksidasi) dan tembaga bertindak sebagai katoda
(mengalami reduksi). Perpindahan elektron dari anoda ke katoda dapat kita manfaatkan
sebagai sumber arus listrik, dengan merancang suatu sel volta (sel galvani), yaitu sebagai
berikut :

Mula-mula disediakan 2 wadah yang masing-masing disebut setengah sel. Dalam satu wadah,
sebatang logam seng(anoda) kita celupkan pada larutan garam Zn2+, misalnya Zn(NO3)2.
Dalam wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) dicelupkan pada larutan garam Zn2+,,
misalnya Zn(NO3)2. Dalam wadah lain, sebatang logam tembaga (katoda) kita celupkan pada
larutan garam Cu2+, misalnya Cu(NO3)2.  Kemudian logam seng dan logam tembaga
dihubungkan oleh suatu rangkaian kawat yang dilengkapi switch dan voltmeter(untuk
mengukur tegangan).  Adapun larutan Zn2+ dan larutan Cu2+ dihubungkan oleh suatu
“jembatan garam”, yaitu tabung berbentuk huruf U yang berisi NaNO3 atau KCl dalam
gelatin.

Selanjutnya akan telihat bahwa seng (anoda) secara spontan mengalami oksidasi menjadi
Zn2+ yang masuk ke dalam larutan. Elektron yang dilepaskan mengalir melalui rangkaian
kawat menuju tembaga(katoda). Pada permukaan tembaga, terjadi reduksi : elektron yang
terlepas akan ditangkap oleh Cu2+ dari larutan, sehingga terbentuk endapan tembaga. Jadi,
lama-kelamaan anoda makin tipis karena melarut, sedangkan katoda makin tebal karena
menerima endapan. Jadi, lama-kelamaan anoda makin tipis karena melarut, sedangkan katoda
makin tebal karena menerima endapan.

Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda bermuatan


positif(karena bertambahnya Zn2+) dan larutan di katoda bermuatan negatif (karena
berkurangnya Cu2+).  Seandainya tidak ada jembatan garam, aliran elektron melalui kawat
akan terhenti, sebab larutan di anoda menolak kedatangan Zn2+ dan larutan di katoda
menahan kepergian Cu2+.  Untuk menjaga kenetralan larutan, jembatan garam mensuplai ion-
ion. Jika jembatan garam itu berisi NaNO3, ion Na+ akan menuju ke katoda untuk
menetralkan muatan negatif, dan ion NO3- menuju ke anoda untuk menetralkan muatan
positif.  Dengan bantuan jembatan garam, kedua larutan senantiasa netral, sehingga aliran
elektron dari anoda ke katoda tetap lancar.

Aliran elektron ini menimbulkan arus listrik yang dapat kita gunakan untuk berbagai
keperluan.Jika semua logam seng telah melarut atau ion Cu2+ sudah mengendap semua, maka
dalam bahasa sehari-hari kita katakan bahwa sel volta ”baterainya sudah habis” dan harus
diganti dengan sel volta yang baru.

H.  METODE PENELITIAN

a.   Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Samarinda Kalimantan Timur dengan
melibatkan dua pengamat ( guru kimia dan kepala sekolah) di sekolah tersebut.

b.   Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi yang
harus dikuasai siswa, yaitu :

1. Kemampuan menghitung konsenrasi suatu larutan (kemolalan dan fraksi mol)

1. Kemampuan menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan non elektrolit (hukum


Raoult) dan larutan elektrolit
2. Kemampuan menggambarkan susunan sel Volta atau sel Galvani dan menjelaskan
fungsi tiap bagiannya
3. Kemampuan untuk menjelaskan bagaimana energi listrik dapat dihasilkan dari reaksi
redoks dalam sel volta.

c.   Rencana Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dimana masing-masing siklus tingkat
keberhasilannya disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi :

1. Penjajakan
Dilakukan melalui serangkaian tes yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan
awal yang dimiliki oleh siswa dan mengeksplorasi masalah-masalah yang dihadapi siswa
yang dihubungkan dengan kompetensi yang ingin dicapai.

1. Skenario Tindakan

Dalam penelitian ini, skenario tindakan berlangsung dalam 2 siklus yaitu :

 Siklus Pertama

Tahap-tahap tindakan yang dilakukan pada siklus pertama ini adalah :

(1)   Refleksi Awal

Peneliti bersama-sama dengan pengamat (guru mitra) menggali permasalahan dan kesulitan
yang dihadapi guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran kimia
(Sifat-sifat Koligatif Larutan dan Elektrokimia).  Dan selanjutnya dilakukan diskusi diantara
para peneliti tentang hasil kerja siswa awal untuk menentukan rancangan tindakan-tindakan
terhadap permasalahan tersebut.

(2)   Penetapan dan Rancangan Tindakan

Rancangan tindakan yang akan dilaksanakan peneliti adalah sebagai berikut :

Mensetting Kelas,

Memandu PBM

Penyampaian Materi

Dengan Media Komputasi

Mendeskripsikan dan

Menjelaskan tampilan slide


Diskusi

(3)   Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan selama 3 jam pelajaran atau 3 x 45 menit,  dengan rincian
sebagai berikut :

a.   Jam pertama (45 menit), guru mensetting kelas.

b.   Jam kedua (45 menit), salah satu peneliti (guru mitra) menyampaikan materi sifat-sifat
koligatif larutan dengan media komputasi.

c.   Jam ketiga (45 menit), dengan bimbingan guru siswa diajak berdiskusi untuk
mengeksplorasi pemikirannya tentang pengamatan terhadap materi yang ditampilkan pada
LCD, sehingga terjadi transfer ilmu secara tidak langsung dari guru kepada siswa.

(4) Monitoring

Tindakan monitoring ini dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung, dengan
menggunakan teknik pengamatan dan pencatatan yang meliputi kejadian, perubahan tingkah
laku laku, cara, dan teknik pendokumentasian terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di
dalam kelas.

(5)  Analisis Data dan refleksi

Data hasil monitoring yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kolaboratif antara peneliti
dengan guru, yang bertujuan untuk mengetahui apakah skenario yang kita siapkan dan
lakukan telah mencapai tujuan seperti pada kompetensi-kompetensi yang ada.  Sehingga
berdasarkan analisis tersebut, maka peneliti dapat melakukan refleksi dimana kelemahan
ataupun kelebihan pada siklus pertama dapat diidentifikasi dan dapat diminimalisasi pada
siklus selanjutnya.

(6)  Data dan Cara Pengumpulan

Data Cara Pengumpulan Sumber


Hasil Pengamatan Partisipatif Lembar Pengamatan /Observasi Siswa
Observasi aktivitas di kelas Lembar Observasi Siswa
Pengukuran hasil belajar Lembar Hasil tes Siswa

 Siklus Kedua

Siklus kedua ini dilaksanakan dengan berpegang pada hasil analisis dari kegiatan di siklus
pertama, yaitu dari bagaimana hasil dan kekurangan langkah dari siklus pertama di atas,
akibat serta perubahan apa saja yang harus dilakukan pada siklus kedua ini.  Dengan
demikian, tahap-tahap tindakan pada siklus kedua juga sama dengan tahap pada siklus
pertama, hanya saja materi yang disampaikan berbeda, yaitu tentang elektrokimia.

Pada siklus kedua ini, siswa akan diajak untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tampilan
slide yang disajikan berdasarkan pengamatan dan pemikirannya (eksplorasi pengetahuan
siswa).  Sedangkan pada akhir proses pembelajaran, siswa juga diharuskan untuk
mengerjakan tes seperti pada siklus ketiga.

I.    JADWAL PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan selama 5  bulan (Agustus s.d. Desember) yang
meliputi kegiatan : Persiapan Penelitian, Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan.  Rincian
jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

RINCIAN BULAN KE-


KEGIATAN 1 2 3 4 5
1. Persiapan
2. Pelaksanaan Siklus I
a. Skenario Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan dan
Interpretasi
c. Analisis Data dan Refleksi
3. Pelaksanaan Siklus II
a. Skenario Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan dan
Interpretasi
c. Analisis Data dan Refleksi
4. Penyusunan Laporan
6. Penggandaan dan Pengiriman Hasil       Penelitian

J.    PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

1. Honorarium
a. Ketua Peneliti selama 5 bulan
(1 x 5 x Rp 100.000,-) Rp   500.000,-
b. Anggota Peneliti
(2 x 5 x Rp 75.000,-) Rp   750.000,-
2. Transport ( 3 x 5 x Rp 50.000,-) Rp   750.000,-
3. Bahan dan alat Penelitian
a. Kertas 2 rim Rp   100.000,-
b. Tinta Printer Rp   100.000,-
c. Instrumen Observasi Rp   400.000,-
d. Sewa LCD Rp   750.000,-
e. Pembuatan Slide/Animasi Rp 4.000.000,-
f. Dokumentasi Rp    500.000,-
4. Pengumpulan Data Rp    400.000,-
5. Analisis data Rp 1.000.000,-
6. Penyusunan laporan Rp    500.000,-
7. Seminar dan Penggandaan Laporan Penelitian
a. Seminar untuk 50 orang Rp    500.000,-
b. Penggandaan dan Pengiriman Laporan Rp    500.000,-
TOTAL Rp 10.750.000,-

K.  PERSONALIA PENELITIAN

L. DAFTAR PUSTAKA

Amy L.Cox and James R.Cox.  August 2002.  Determining Oxidation-Reduction on a Simple
Number Line.  Journal of Chemical Education.    Volume 79 No.8.

Baharudin.  2000.  Analisis Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi-Oksidasi. 
Thesis pada Program Pasca Sarjana UPI.  Bandung.  Tidak diterbitkan.

File://F:/Komp/Kimia Komputasi.htm. [Online]. (10 Januari 2008)

Firman, H.  2000.  Beberapa Pokok Pikiran tentang Pembelajaran Kimia di SLTA.  Makalah
pada diskusi Guru Kimia Aliyah Jawa Barat.  BPG Bandung.  [Online].  Tersedia :
http://www.harryfirman.com.  (15 Januari 2005)

Henderleiter, J. and Pringle, D.L.  January 1999.  Effects of Context-Based Laboratory


Experiments on Attitudes of Analytical Chemistry Students.  Journal of Chemical Education. 
Volume 76 No. 1.

Mohamad Nur,.2001,.Penelitian Tindakan Kelas,. Departemen PendidikanNasional


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama.

Pusat Kurikulum Depdiknas. 2003.  Model Pembelajaran pada Kurikulum Berbasis


Kompetensi.  [Online].  Tersedia : http://www.puskur.go.id.  (31 Juli 2006)

You might also like