You are on page 1of 13

Laporan Tugas I - PBPAB

BAB I

GAMBARAN UMUM

INSTALASI PENGOLAH LIMBAH TINJA

Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) Keputih yang dimiliki oleh

Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 1990 merupakan suatu teknologi

intermediate yang digunakan untuk menyempurnakan sistem pembuangan limbah

tinja yang pernah dioperasikan sebelumnya, dimana sistem yang lama belum

berorientasi pada lingkungan.

IPLT ini menggunakan sistem biologi dengan parit oksidasi (oxidation

ditch) yang dilengkapi rotor dan mempunyai kapasitas maksimum sebesar 100

m3/hari. Bangunan pengolahan ini telah beberapa kali mengalami perbaikan, dan

bangunan penunjang pengolahan yang ada yaitu:

1. Bak Pemisah Lumpur (Solid Separation Chamber)

2. Bak Pengumpul Filtrat (Sump Well)

3. Balancing Tank / Equalization Tank

4. Parit Oksidasi (Oxidation Ditch)

5. Bak Distribusi (Distribution Box)

6. Bak Pengendap Akhir (Clarifier)

7. Bak Pengering Lumpur (Sludge Drying Bed)

8. Kolam Pengering Lumpur (Sludge Drying Area)

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


1
Laporan Tugas I - PBPAB

Kualitas Hasil Pengolahan IPLT

Hasil olahan IPLT baik air maupun lumpur dapat dikembalikan ke alam

dengan aman. Dengan adanya perbaikan proses pengolahan, perubahan yang

menonjol adalah pada Solid Separation Chamber (SSC). Pada bak ini, Lumpur

tinja yang masuk kadar TSS-nya mencapai 2800 mg /l kemudian turun menjadi

1100-1200 mg /l setelah masuk Balancing Tank. Sistem operasi semula sebelum

perbaikan, TSS di Balancing Tank mencapai 7400 mg /l dan membutuhkan air

pengencer yang cukup besar.

Retribusi IPLT

Biaya pengolahan lumpur tinja ditetapkan dalam Peraturan Daerah no. 6

tahun 1986 jo Peraturan Daerah no. 2 tahun 1990 jo Peraturan Daerah no. 16

tahun 1993 jo Peraturan Daerah no. 4 tahun 2000 sebesar Rp 3.750,00 /m 3. Biaya

tersebut ditarik melalui Dinas Pendapatan Daerah. Namun pada tahun 2005 ini

biaya tersebut telah dinakkan menjadi sebesar Rp 7000,00 /m3.

Berikut adalah gambar diagram pelayanan retribusi IPLT :

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


2
Laporan Tugas I - PBPAB

PENGUSAHA
Gambar 1.

Perijinan
Rekomendasi
WALIKOTA

BAGIAN
PEMERINTAHAN

DINAS KEBERSIHAN
&
DINAS KESEHATAN
PENGUSAHA

Collection

DINAS PENDAPATAN
DAERAH

Pelayanan
Informasi Penagihan
DINAS KEBERSIHAN

Pelayanan Retribusi IPLT

Potensi Pemakai Jasa IPLT

Kurang lebih 80% warga Kota Surabaya, termasuk fasilitas umum, sosial,

perumahan, niaga, industri, pasar dan lain-lain.

IPLT Keputih melayani seluruh wilayah Surabaya. Untuk operasional lima

tahun mendatang hanya akan melayani Surabaya Timur yaitu wilayah sebelah

Timur Kalimas, sedangkan wilayah Surabaya Barat akan dilayani unit IPLT yang

akan dibangun di wilayah Surabaya Barat.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


3
Laporan Tugas I - PBPAB

BAB II

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH TINJA

Berikut ini adalah diagram alir dari proses yang terjadi pada Instalasi

Pengolah Limbah Tinja (IPLT) Keputih Surabaya:

Badan Air
Penerima

Supernatan
/Efluent
Equalization
SSC OD Clarifier
Tank
Influent

Filtrat
Recycle Sludge
Sludge
Sump Well Sludge

SDA SDB

Filtrat Filtrat

Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan IPLT

Keterangan:

1. Limbah tinja dari rumah tangga ataupun tempat-tempat lain masuk ke

dalam bak Pemisah Lumpur (Solid Separation Chamber, SSC). Bak ini

dilengkapi oleh screen. Di dasar bak terdapat media berupa kerikil dan

pasir untuk menyaring filtrat yang meresap ke dalam, untuk kemudian

ditampung pada sumur filtrat. Sehingga proses yang berlangsung pada bak

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


4
Laporan Tugas I - PBPAB

ini adalah proses filtrasi dan pengendapan zat padat (solid). Untuk lebih

jelasnya lihat gambar...

2. Selanjutnya air resapan hasil filtrasi yaitu filtrat masuk ke dalam bak

pengumpul filtrat (sump well). Apabila pengisian SSC sudah mencapai

batas pelimpah air (overflow), maka akan terjadi pula pelimpahan air

supernatan melalui gutter dan kemudian dialirkan melalui pintu air menuju

balancing tank.

3. Dari balancing tank, efluen disalurkan ke dalam oxidation ditch. Di dalam

oxidation ditch ini air limbah akan mengalami aerasi dan efluennya akan

dialirkan menuju clarifier.

4. Pada clarifier ini terjadi proses pengendapan. Sebagian lumpur yang

terendap dalam clarifier akan dikembalikan lagi ke oxidation ditch dan

sebagian lagi dibuang ke bak pengering lumpur (sludge drying bed). Air

hasil olahan clarifier ini berupa supernatan dan dapat dibuang langsung ke

badan air penerima.

5. Padatan yang terkumpul di SSC bila telah mencapai batas tertentu dan

cukup kering akibat supernatannya dipisahkan melalui proses dekantasi,

kemudian dikeruk denagn menggunakan crane dan dikeringkan di kolam

pengering lumpur (sludge drying area). Dalam kolam ini akan terjadi

proses pengeringan lebih lanjut melalui penguapan dan penyaringan. Air

hasil saringan (filtrat) yang terkumpul lalu dialirkan menuju bak

pengumpul filtrat (sump well).

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


5
Laporan Tugas I - PBPAB

Berikut adalah gambar-gambar kondisi eksisting IPLT Keputih:

Gambar 1. Solid Separation Chamber Gambar 2. Balancing Tank

Gambar 3. Oxidation Ditch Gambar 4. Distribution Box

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


6
Laporan Tugas I - PBPAB

Gambar 5. Clarifier Gambar 6. Weir Clarifier

Gambar 7. Sludge Drying Bed Gambar 8. Sludge Drying Area

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


7
Laporan Tugas I - PBPAB

BAB III

EVALUASI

Kualitas Influen:

Q = 400 m3/hari
TSS = 3700 mg/L
BOD = 2800 mg/l

SK Gubernur Jatim No. 45 Tahun 2002

TSS = 100 mg/l


BOD = 60 mg/l

Solid Separation Chamber (SSC)

SSC ini berfungsi sebagai bak pengendap pertama. Dimana memiliki efisiensi

(berdasarkan data pengamatan di lapangan dari keterangan petugas):

TSS = 60%
BOD = 35%
Kedalaman = 2,5 m
Panjang =8m
Lebar =5m

Perhitungan :

 Q = 400 m3/hari (untuk 2 SSC)

Maka untuk 1 bak Q = 200 m3/hari

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


8
Laporan Tugas I - PBPAB

 Volume bak =pxlxt


= 8 m x 5 m x 2,5 m = 100 m3

100m 3
 td =
200m 3 / hari
= 0,5 hari

 Removal BOD = 35% x 2800 mg/L = 980 mg/L


BOD eff (S) = 2800 mg/L - 980 mg/L = 1820 mg/L

 TSS = 60% x 3700 mg/L = 2220 mg/L


TSS eff = 3700 mg/L - 2220 mg/L = 1480 mg/L

 Debit lumpur yang dihasilkan


TSS.removal  Qair. lim bah
= .lumpur  %solid

2220mg / l  200m 3 / hari


= 3
 14,4m 3 / hari
1030kg / m x0,03

 Q efluen = Q influen – Q lumpur yang dihasilkan


= 400 m3/hari – 14,4 m3/hari
= 385,6 m3/hari

Oxidation Ditch

Diketahui data sebagai berikut :

Q influen = Q effluen SSC = 385,6 m3/hari


BOD in OD = BOD ef SSC = 1820 mg/l
TSS in OD = TSS ef SSC = 1480 mg/l
BOD = 92 %
TSS = 95 %

Digunakan data tipikal sebagai berikut :

Y = 0,5 kg VSS / kg BOD


kd = 0,05 /hari

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


9
Laporan Tugas I - PBPAB

c = 10 hari
S = 60 mg/l (SK Gub. Jatim 2002)
X = 2000 mg/l

Perhitungan :

Q  Y  c   So  S 
 Vr =
X  1  kd  c 

385,6m 3 / hari  0,5kg.VSS / kg.BOD  10hari  1820  60 mg / l


=
2000mg / l  1  0,05 / hari  10hari 

= 1131,09 m3
Volume OD existing 1196,25 m3
Volume existing > Volume OD hasil perhitungan (Vr)

 Removal BOD = 92 % x 1820 mg/l = 1683,5 mg/l


BOD efluen = (1820 – 1683,5) mg/l = 136,5 mg/l…..not OK

(melebihi baku mutu yang berlaku)

 Removal TSS = 95 % x 1480 mg/l = 1406 mg/l


TSS efluen = (1480 – 1406) mg/l = 74 mg/l…..OK (di bawah

baku mutu yang berlaku)

Dari hasil perhitungan sesuai dengan kondisi di lapangan ternyata efluen dari

sistem pengolahan pada IPLT Keputih ini tidak memenuhi untuk parameter BOD,

hal ini kemungkinan besar karena ketidak-akuratan data yang diberikan oleh

petugas di lapangan.

Untuk memperkirakan % removal yang sesungguhnya pada unit–unit yang

ada dilakukan perhitungan mundur sehingga efluen sesuai dengan baku mutu yang

berlaku. Perhitungan mundur ini dilakukan pada unit SSC karena pada kondisi di

lapangan efluen SSC ini sudah mengalami penurunan BOD cukup besar, ini dapat

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


10
Laporan Tugas I - PBPAB

dilihat dari kualitas air limbah yang masuk pada oxidation ditch warnanya tidak

sepekat seperti pada SSC, selain itu bau yang sebelumnya ada pada air limbah di

unit SSC tidak ditemui lagi pada unit oxidation ditch.

Perhitungan :

Pada SSC

 BODin pada SSC = 2800 mg/L

 % removal BOD = u

 Removal BOD = u x 2800

= 2800 u ( b)

 Efluen BOD = 2800 – b

= 2800 – 2800 u ( c)

Pada Oxidation Ditch

 BODin pada OD = Efluen BOD SSC ( c)

= 2800 – 2800 u

 Removal BOD = 92% x (2800 – 2800 u )

= 2576 – 2576 u ( d)

 Efluen BOD =c–d

= (2800 – 2800 u) – (2576 – 2576 u)

60 = (2800 – 2800 u) – (2576 – 2576 u)

60 = 224 – 224 u

224 u = 224 – 60

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


11
Laporan Tugas I - PBPAB

224  60
u = ,u = 0,732
224

= 73%

Jadi perkiraan % removal BOD pada SSC sebesar 73%, hal ini karena limbah

yang diolah disini adalah air limbah dari WC saja dimana prosentase BOD

terbesar terkandung dalam lumpurnya, sehingga apabila terjadi removal TSS pada

air limbah secara langsung terjadi removal pula pada BOD air limbah.

Kebutuhan oksigen :

Y 0,5
Y obs  1  kd .c  1  0,05.10 = 0,33 g/g

Px = Yobs. Q (So-S)
= 0,33 x 385,6 m3/hr x (1820-136,5) x 10-3 kg/m3
= 214,22 kg /hr

Kg O2 / hari =
Q(So  S) 385,6(1,820  0,1365)
 1,42 Px   1,42.(214,22)
f 0,82
= 487,5 kg O2 /hari

Jadi kebutuhan oksigen pada Oxidation Ditch sebesar 487,5 kg O2 /hari.


Berdasarkan data di lapangan, jumlah rotor tiap oxidation ditch sebanyak 2 buah
dan transfer O2 tiap rotor sebesar 10 kg O2/jam.

Jadi untuk kondisi lapangan, kebutuhan O2 pada oxidation ditch sebesar:


Kg O2 / hari = 2 rotor * 10 kg O2/jam/rotor * 24 jam/hari
= 480 kg O2/hari
Kebutuhan O2 di lapangan < Kebutuhan O2 hasil perhitungan.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


12
Laporan Tugas I - PBPAB

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan
Dari evaluasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Volume existing > Volume OD hasil perhitungan (Vr).
2. Kebutuhan O2 di lapangan < Kebutuhan O2 hasil perhitungan.
3. Removal sesungguhnya pada SSC berdasarkan hasil perhitungan, kurang lebih
adalah sebesar 73%.
4. BODef eksisting > BODef hasil perhitungan, hal tersebut kemungkinan terjadi
karena kurangnya suplai oksigen yang ditransfer ke dalam oxidation ditch,
sehingga kerja mikroorganisme kurang maksimal.

Saran
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, saran atau masukan yang dapat
diberikan agar diperoleh kualitas efluen yang lebih baik yaitu :
1. Memperbanyak suplai oksigen di tiap ditch.
2. Menambahkan nutrient di tiap ditch untuk memaksimalkan kerja
mikroorganisme.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan


13

You might also like