You are on page 1of 4

DAMPAK 

IMAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

Oleh: Marhadi Muhayar, Lc., M.Sh.

ُ‫(و َم ا ْال َح َي اة‬ َ  :‫ اَلَّ ِذيْ َق ا َل‬،‫إلسْ الَ ِم ْال َح ِن ْيفِ ْال ُهدَي َوال ُّن ْو ِر‬ ِ ‫ اَلَّ ِذيْ َج َع َل فِي ْا‬،‫هلل ْال َع ِزي ِْز ْال َغفُ ْو ِر‬ ِ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد‬
‫اوي ِء‬ ِ ‫ َو َك فَّ َع ِن ْال َم َس‬،‫ َنحْ َم ُدهُ ُس ب َْحا َن ُه َو َت َع ا َلي َحمْ دَ َمنْ َن َظ َر َف اعْ َت َبر‬،)‫ال ُّد ْن َيا إِالَّ َم َتا ُع ْال ُغر ُْو ِر‬
‫ َو َق َّد َر‬،‫ َوأَ ْش َه ُد أَن الَ إِ َل َه إِالَّ هللاُ َخ َل َق ْال َخالَئ َِق َوأَحْ َكا َم َها‬، ٍّ‫دَار َم َقر‬ ِ ‫ت ِب‬ ْ ‫ْس‬ َ ‫وعلِ َم أَنَّ ال ُّد ْن َيا َلي‬
َ ،‫وازدَ َجر‬ ْ
‫ أَ َم َر‬،ُ‫ َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬،‫ت‬ ُ ‫ت َوه َُو َحيٌّ الَ َيم ُْو‬ ُ ‫اق الَ َيفُ ْو‬ ٍ ‫ َوه َُو َب‬،‫ار َو َح َّددَ َها‬ َ ‫ْاألَعْ َم‬
.‫ث َو ْال َج َزا ِء‬
ِ ْ‫ َو ْاالِسْ ِتعْ دَا ِد لِ َي ْو ِم ْال َبع‬،‫ت َو ْال َف َنا ِء‬ ِ ‫ِب َت ْذ ِكي ِْر ْال َم ْو‬
َ َّ ‫ص لِّيْ َع َلي َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َخ اتِم ْاألَ ْن ِب َي ا ِء َو ْال َمرْ َس لِي َْن َو َع َلي آلِ ِه‬
ْ َ‫الطي ِِّبي َْن َوأ‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ار‬ِ ‫ص َح ِاب ِه ْاأل ْخ َي‬ ِ
.‫ أَمَّا َبعْ ُد‬.‫أَجْ َم ِعي َْن‬
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…

Apabila seorang muslim telah bermakrifat kepada Allah swt dengan keimanan yang
sempurna, maka jiwanya akan menjadi kokoh dan kuat, meninggalkan kesan yang baik
dan mulia. Keimanan yang sempurna itu akan mengarahkan seseorang untuk memiliki
wawasan keislaman yang luas dan pandangan yang jauh ke depan dalam usaha
menegakkan kebenaran dan meningkatkan keluhuran budi pekerti.
Peranan iman dalam membentuk kepribadian seseorang sangat potensial, sehingga
dampaknya akan nampak pada kehidupannya sehari-hari. Ia akan memiliki
kemerdekaan jiwa, keberanian dalam menegakkan kebenaran, hidup mandiri, selalu
merasa tenang dan tentram, senantiasa berkomunikasi (munajat) dengan Dzat
Penciptanya dan dampak-dampak positif lainnya.

Kemerdekaan Jiwa

Manusia yang beriman akan memiliki kemerdekaan jiwa yang bebas, terlepas
dari kungkungan atau pengaruh orang lain. Ia hanya meyakini bahwa Allah sajalah
yang mengangkat derajat seseorang atau merendahkannya, memuliakan atau
menghinakannya. Keyakinan tersebut dibarengi dengan usaha yang kuat agar
memperoleh kebaikan dan kesuksesan. Ia meyakini hanya Allah sajalah yang
memberi dan mengambil sesuatu dari manusia, orang lain tidak berhak memperbudak
dirinya. Allah swt berfirman, “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan…”  (QS. al-
A’raf, 7:188)
Dengan keimanan yang kuat dan keyakinan terhadap Allah yang mendalam,
maka lenyaplah segala macam perbudakan antar sesama manusia, baik perbudakan
yang legal atau tersembunyi, perbudakan lahir ataupun batin. Jiwa semua manusia
akan bebas merdeka untuk menentukan jalan hidupnya masing-masing.

Berani Membela Kebenaran

Dengan memiliki keimanan yang sempurna, seorang muslim akan memiliki


keberanian dalam membela kebenaran, karena tujuannya jelas yaitu untuk
memperoleh kehidupan yang mulia. Ia menghendaki agar hidupnya tidak hanya untuk
makan, kawin, dan melahirkan keturunan saja, tetapi ia ingin agar hidupnya yang
hanya sekali di dunia ini bermakna. Dengan cita-cita, hasrat, dan kemauan yang luhur
itu, ia akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakatnya, dan kehadirannya
tidak sia-sia. Mereka yakin terhadap pertolongan Allah yang diperuntukkan bagi
pembela kebenaran dan para pejuang yang berjihad di jalannya. Allah swt
berfirman,“…segolongan telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka
berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan
ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka
menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;
mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah:
"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh…”  (QS. Ali Imran,
3:154)

Hidup Mandiri

Banyak manusia yang menggantungkan dirinya pada orang lain secara berlebihan,
mereka menganggap bahwa orang itulah sumber rizki yang diperolehnya. Sikap
ketergantungan yang berlebihan tersebut akan menjadikan seseorang lupa kepada
hakikat dirinya sebagai manusia yang merdeka. Ia tidak segan-segan menjilat
terhadap orang lain atau merendahkan dirinya sendiri hanya karena sejumlah materi
yang ia terima. Materi itu sebenarnya tidak seberapa dan tidak berarti sama sekali
jika dibandingkan dengan kemerdekaan dan harga dirinya. Sikap seperti itu amat
tercela menurut pandangan Islam, karena manusia dianugerahi oleh Allah swt
berbagai macam potensi yang ada pada dirinya, bukanlah untuk menghamba atau
memperhamba sesamanya. Manusia diberi kemampuan yang tidak jauh berbeda
antara satu dengan lainnya, asalkan ia mau mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya, maka ia akan sejajar dengan yang lainnya.
Manusia muslim akan senantiasa menjalin hubungan dengan manusia lain dalam
batas-batas yang digariskan Allah. Mereka diberi kemampuan dan potensi yang
beraneka macam agar dapat mengembangkannya dengan baik dan proporsional.
Sesama manusia hendaknya menjalin hubungan sebagai saudara atau teman yang
baik, saling tolong menolong dan saling menghormati, tidak saling memperbudak dan
menghambakan diri. Sejarah mencatat, Khalifah Umar bin al-Khaththab yang
terkenal dengan ketegasannya dalam memberlakukan egaliterianisme (persamaan
hak) di negaranya, pernah menegur seorang pejabat terasnya di daerah yang
dianggap telah mengabaikan kepentingan rakyat. Masalahnya berawal dari
pengakuan seorang warga yang dipukul oleh salah seorang pejabatnya ketika thawaf
di Baitullah karena kesalahan sepele yang tidak disengaja. Maka Umar langsung
memanggil pejabat yang dimaksud dan berkata, “Berapa lama kamu telah
memperbudak sesama manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam
keadaan merdeka?” Akhirnya Umar menyuruh si pelapor untuk memukul kembali
pejabatnya sebagai balasan yang setimpal.

Sebagai manusia biasa, seorang muslim juga bergaul dengan orang lain dalam
hubungan kerja, perdagangan, hubungan sosial, dan hubungan-hubungan lainnya.
Dalam semua hubungan itu diharapkan adanya kerjasama yang baik, saling
menghormati dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Mereka yang
besar dan kuat mengasihi yang kecil dan lemah, sedang mereka yang kecil dan lemah
menghormati yang besar dan kuat. Tanpa ada yang kecil dan lemah, tidak akan ada
yang besar dan kuat. Dengan demikian mereka harus bersinergi untuk saling kerja
sama demi mewujudkan hidup yang aman dan tentram. Dengan cara inilah
masyarakat madani yang dicita-citakan akan cepat terealisir.

ْ ِّ ِ ‫ َو َن َف َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َما فِي ِه م َِن اآل َي ا‬، ‫آن ْال َعظِ يم‬ ِ ْ‫ك هللا لِي َو َل ُك ْم فِي ْال ُقر‬
ِ ‫ت َوالذ ْك ِر ال َحك‬
‫ َو َت َق َّب َل‬، ‫ِيم‬ ِ َ ‫ار‬َ ‫َب‬
‫ أَقُو ُل َق ْولِي ه َذا َوأَ ْس َت ْغفِ ُر هللا ْال َعظِ ي َم لِي َو َل ُك ْم َول َِس ائ ِِر‬، ‫ِالو َت ُه إِ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع ْال َعلِي ُم‬
َ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ت‬
‫ين َو َي ا َن َج ا َة‬ َ ‫اس َت ْغفِرُوهُ َف َي ا َف ْو َز ْالم ُْس َت ْغف ِِر‬ ِ ‫ِين َو ْالم ُْؤ ِم َن ا‬
ْ ‫ت َف‬ َ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬، ‫ت‬ ِ ‫ِين َو ْالم ُْس لِ َما‬ َ ‫ْالم ُْس لِم‬
.‫إِ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،‫ال َّتائ ِِبين‬
Khutbah Jumat Kedua

‫ت‬ِ ‫ش ر ُْو ِر أَ ْن ُف ِس َنا َو ِمنْ َس ِّي َئا‬


ُ ْ‫هلل ِمن‬ ُ ‫إِنَّ ْال َحمْ دَ هَّلِل ِ َنحْ َم ُدهُ َو َن ْس َت ِع ْي ُن ُه َو َن ْس َت ْغ ِف ُر ْه َو َن ْس ًت ْه ِد ْي ِه َو َن ُع‬
ِ ‫وذ ِبا‬
َ‫ َأَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ ال‬.ُ‫ِي َل ه‬ َ ‫ُض ل ِْل ُه َفالَ َه اد‬ ْ ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ ي‬،‫أَعْ َمالِ َنا‬
‫ص حْ ِب ِه‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫ك َل ُه َوأَ ْش َه ُد أَنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
َ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َن ِب ِّي َن ا م َُح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َو‬ َ ‫َش ِر ْي‬
‫ أَمَّا َبعْ ُد؛‬.ِ‫ان إِ َلى َي ْو ِم ْالقِ َيا َمة‬ ٍ ‫َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس‬
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah…
Sebagian dari dampak keimanan pada kepribadian seseorang adalah timbulnya
ketenangan dan ketentraman jiwa, baik lahir maupun batin. Dengan ketenangan itu,
manusia mukmin akan merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam berbagai
kegiatan yang digelutinya. Jiwanya tidak resah maupun gelisah karena selalu
mengingat Allah dan hanya bertumpu kepada-Nya. Ketika mendapat kenikmatan, ia
langsung bersyukur kepada Allah, dan ketika mendapat kepahitan atau kesusahan, ia
tabah dan sabar menjalaninya.

Seorang yang jiwanya diliput dengan sinar keimanan, hidupnya senantiasa


bahagia tanpa banyak dirundung masalah. Ia selalu menyadari bahwa setiap
hembusan nafasnya dan gerak-geriknya adalah pemberian dari Allah swt. Semuanya
akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Oleh karena itu, secara
totalitas ia mengabdikan ibadahnya, hidupnya, dan matinya hanya
untuk kepentingan akhirat, yaitu mencapai ridha Allah swt. Jika orientasi jangka
panjang yaitu akhirat ini sebagai tujuan, maka kebahagiaan dunia pun dengan
sendirinya akan didapatkan. Akan tetapi jika orientasi jangka pendek
yaitu kepentingan duniawi yang dijadikan tujuan, maka belum tentu kebahagiaan
akhirat akan terwujud tanpa hambatan. Dengan demikian, seorang mukmin hidupnya
akan tenang, baik lahir maupun batin sebagaimana yang Allah swt janjikan dalam
firman-Nya, “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada)…” (QS. al-Fath, 48:4)

‫ص ِّل‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫ َع َلي ِْه َو َس لِّم ُْوا َت ْس لِ ْيمًا‬ ‫ص لُّ ْوا‬ َ ‫ َيا أَيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َم ُن ْوا‬، ِّ‫ َع َلى ال َّن ِبي‬ ‫صلُّ ْو َن‬ َ ‫ ُي‬ ‫هللا َو َمالَ ِئ َك َت ُه‬َ   َّ‫إِن‬
َ
‫ب َر ُس ْول َِك‬ ِ ‫ص َحا‬ ْ ‫ض َعنْ َس ادَا ِت َنا أ‬ َ ْ‫ َوار‬ ‫م َُح َّم ٍد‬ ‫آل َس ِّي ِد َنا‬ ِ ‫اركْ َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى‬ ِ ‫َو َس لِّ ْم َو َب‬
‫اغفِ رْ ل ِْلم ُْس لِ ِمي َْن‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬ .‫ْن‬
ِ ‫ان ِا َلي َي ْو ِم ال ِّدي‬ ٍ ‫ص لَّي هللاُ َع َل ْي ِه َو َس لَّ َم َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِحْ َس‬ َ
‫ك م َِن ْال َخي ِْر ُكلِّ ِه َم ا َعلِمْ َن ا‬ َ ُ‫إِ َّنا َنسْ أَل‬ ‫اَللَّ ُه َّم‬ .ِ‫مْوات‬ َ َ
َ ‫ت ْاألحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاأل‬ ِ ‫ َو ْالم ُْؤ ِم َنا‬ ‫َو ْالمُسْ لِ َمات َِو ْالم ُْؤ ِم ِني َْن‬
‫ َر َّب َن ا آ ِت َن ا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي‬ .‫ اَللَّ ُه َم أَصْ لِحْ أَحْ َوا َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوآ ِم ْن ُه ْم فِيْأ َ ْو َطان ِِه ْم‬.‫ َنعْ َل ْم‬ ‫ َل ْم‬ ‫ِم ْن ُه َو َما‬
ِ ‫اب ال َّن‬
.‫ار‬ َ ‫ َع َذ‬ ‫ َوقِ َنا‬ ‫اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة‬
‫ئ ذِي ْالقُرْ َبى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ َشآ ِء َو ْالمُن َك ِر‬ ْ
ِ ‫ان َوإِي َتآ‬ِ ‫إلحْ َس‬ ِ ‫هللا َيأ ُم ُر ُك ْم ِب ْال َع ْد ِل َو ْا‬َ َّ‫ إِن‬،‫هللا‬ ِ َ‫عِ َباد‬
ِ ‫هللا ْال َعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َواسْ أَلُ ْوهُ ِمنْ َفضْ لِ ِه يُعْ طِ ُك ْم َو َل ِذ ْك ُر‬
‫هللا‬ َ ‫ َف ْاذ ُكرُوا‬.‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬ ُ ‫َو ْال َب ْغي َيع‬
ِ
!ِ‫صالَة‬َّ ‫وأَق ِِم ال‬.ُ َ ‫أَ ْك َبر‬

You might also like