Professional Documents
Culture Documents
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Selain ketiga macam faktor tersebut diatas, sebenarnya masih banyak faktor
yang lain mempengaruhi perilaku biaya. Faktor ini dapat berasal dari internal
organisasi dan ekstemal organisasi. Seperti : kebijaksanaan pemerintah dibidang
ekonomi dan politik, tingkat inflasi dan deflasi perubahan pasar dan persaingan serta
lainnya. Pendekatan tradisional dalam menaksir biaya hanya mempertimbangkan
satu titik kemungkinan sehingga dalam menyusun anggaran fleksibel dengan
menggunakan rumus:
Y = a + b (x)
Penaksiran atau prediksi biaya masa depan dipengaruhi oleh berbagai faktor
dan mengandung unsur ketidak pastian (uncertainly) dan probalitas. Hal ini
disebabkan karena penaksiran biaya seringkali tidak dapat mengantisipasikan semua
faktor dan memperoleh informasi masa depan yang lengkap. Oleh karena itu
didalamnya anggaran biaya hendaknya dimasukkan unsur ketidakpastian kedalam
rumus tleksibel sehingga rumusnya adalah :
Y = a + b (x) + U
BAB II
PEMBAHASAN
1) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan atau aktivitas dengan tingkatan tertentu.
b. Biaya tetap per satuan (unit cost) berubah berbanding terbalik dengan
perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah
biaya satuan, semakin rendah volumen kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
Contoh : biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
dan umum tetap. Biaya tersebut elemennya dapat digolongkan kedalam : biaya
depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi, gaji pejabat kunci, dan biaya tetap
lainnya.
Tingkatan kekonstanan total biaya tetap terbatas dalam jangka kapasitas (range
of capasity) yang merupakan daerah kapasitas di dalam mana manajemen
Sebagai contoh, suatu perusahaan pada saat sekarang merniliki mesin dengan
kapasitas produksi sebnayak 120.000 buah produk per tahun. Harga perolehan
mesin tersebut Rp. 2.500.000 dengan taksiran nilai sisa Rp. 100.000 dan umur
ekonomis 5 tahun yang disepresiasi dengan metode garis lurus. Dari contoh
tersebut diketahui :
Besarnya biaya depresiasi per tahun adalah :
Keterangan :
D = Depresiasi HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa TUE = Taksiran Umur Ekonomis
Jarak relevan adalah kapasitas 0 sampai dengan 120.000 buah. Jika
perusahaan bekerja pada kapasitas di atas kemampuan maksimal tersebut, misalnya
pada 180.000 buah, maka perusahaan harus menambah mesin baru yang berarti
menambah besarnya biaya depresiasi sehingga jumlah total biaya tetap berubah.
Pada jarak relevan, besarnya biaya tetap per unit berbanding terbalik secara
proporsional dengan pernbahan volume kegiatan. Misalnya :
Secara matematis, persamaan total biaya tetap dapat dinyatakan dengan rumus:
Ye = a + b (x)
Keterangan :
Ye = Jumlah Total Biaya a = jumlah Total Biaya Tetap
B = Biaya Variabel Per Unit x = Tingkat Kegiatan
Dari contoh tersebut di atas dapat disusun dalam bentuk grafik yang dapat
dilihat pada gambar berikut :
Dari contoh total biaya variabel dan biaya variabel per unit tersebut diatas
dapat disusun grafik yang tampak pada gambar.
Biaya Variabel-variabel
4. DASAR AKTIVITAS
Variabilitas biaya harus dihubungkan dengan sesuatu sebagai dasar aktivitas
atau dasar kapasitas. Terdapat banyak dasar aktivitas yang dapat digunakan di
dalam suatu perusahaan, diantaranya yang banyak digunakan adalah dasar unit
produk yang diproduksi dan unit produk yang dijual. Dasar aktivitas lain yang dapat
dipakai misalnya kilometer perjalanan penjualan, jumlah halaman yang diketik oleh
sekretaris, jumlah jam mesin, jumlah tempat tidur pada rumah sakit, kilogram atau
lembar pakaian yang dipenatu oleh bagian loundry suatu hotel. Dalam hubungannya
dengan perencanaan dan pengendalian biaya variabel, seorang manager harus
memahami dengan baik atau mengenal betul berbagai dasar aktivitas di dalam
perusahaan.
Jumlah dan jenis biaya variabel yang ada pada suatu organisasi sebagian
besar tergantung pada struktur dan tujuan organisasi. Organisasi yang padat modal,
misalnya PLN dan Perumtel sebagai perusahaan public utility, mempunyai biaya
variabel relatif sedikit. Sebagian besar biaya pada organisasi padat modal
berhubungan dengan aktiva tetapnya dan sifat biayanya tidak sensitif terhadap
Ye = a + b (x)
Ye = 0 + b(x) = b(x)
(3) Persamaan biaya per unit (UC) untuk biaya variabel adalah :
UC = Ye = b(x) = b
x x
Berikut ini akan dibahas pernisahan biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan pendekatan perilaku biaya sesungguhnya masa lalu.
a. Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah
Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah (high and low point method)
mernisahkan biaya variabel dan biaya tetap dalam periode tertentu dengan
mendasarkan kapasitas dan biaya pada titik tertinggi dengan titik terendah.
Perbedaan antara kedua titik tersebut disebabkan karena adanya perubahan
kapasitas clan besarnya tarif biaya variabel satuan, sehingga persamaan Y = a +
b x dapat ditentukan.
Langkah-langkah memisahkan biaya variabel dan biaya tetap dengan metode
titik tertinggi dan terendah adalah :
1. Menentukan biaya variabel satuan atau b
Biaya pada titik tertinggi Yt = a + bxt
Biaya pada titik terendah Yr = a + bxr
Perbedaan Yt – Yr = bxt – bxr
Jadi :
b (xt – xr) = Yt - Yr
Yt – Yr
b=
xt – xr
dimana :
Yt = jumlah biaya pada titik tertinggi
Yr = jumlah biaya pada titik terendah
a = jumlah total biaya tetap
xt = kapasitas tertinggi
xr = kapasitas terendah
a = Yt – bxt
a = Yr – bxr
Contoh :
Biaya listrik untuk pabrik PT. Nusantara dalam tahun 19AA tampak pada tabel 1 :
n x Y
Bulan Kapasitas Biaya Listrik
(Jam Mesin)
Januari Rp. 1.400 Rp. 30.880
Pebruari Rp. 1.600 Rp. 33.920
Maret Rp. 1.200 Rp. 28.000
April Rp. 1.800 Rp. 37.360
Mei Rp. 2.400 Rp. 46.000
Juni Rp. 2.000 Rp. 40.400
Juuli Rp. 1.800 Rp. 37.720
Agustus Rp. 2.400 Rp. 45.040
September Rp. 2.600 Rp. 49.000
Oktober Rp. 3.000 Rp. 55.000
November Rp. 2.200 Rp. 43.000
Desember Rp. 1.600 Rp. 33.680
Rp. 24.000 Rp. 480.000
Dari data listrik pabrik tersebut dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya
variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah
tampak pada tabel berikut :
Metode titik tertinggi dan terendah memiliki kebaikan dan kelemahan sebagai
berikut :
Kebaikan :
Metodenya sederhana sehingga mudah dihitung dan dipakai.
Kelemahan :
Kurang teliti dan cermat, karena hanya didasarkan pada dua tingkatan
kapasitas yang ekstrim, yaitu tertinggi dan terendah, tingkatan kapasitas
yang lain tidak dipertimbangkan.
bx = Y -a b = Y - a
x
Biaya = Y
(dalam Rp. 000)
Keterangan gambar :
1. Besarnya biaya tetap per bulan atau a = Rp. 12.500
Besarnya biaya tetap per tahun = Rp. 12.500 x 12 = Rp. 150.000
2. Biaya variabel satuan atau b adalah :
b = Y – an = Rp. 480.000 – Rp. 150.000 = Rp. 13,75 per jam mesin
x 240.000 jam mesin
atau b = Y – a = Rp. 40.000 – Rp. 12.500 = Rp. 13,75 per jam mesin
x 2.000 jam mesin
3. Persamaan anggaran fleksibel adalah :
Per bulan Y = a + bx = Rp. 12.500 + Rp. 13,75 x
Per tahun Y = a (12) + bx = Rp. 150.000 + Rp. 13,75 x
Metode ini memiliki kebaikan dan kelemahan sebagai berikut :
Kebaikan :
Dibanding metode titik tertinggi dan terendah serta metode biaya bersiap, metode
grafik statistik lebih teliti karena semua n atau bulan telah diperhitungkan.
Kelemahan :
b = X.Y
X2
dimana,
X = deviasi atau penyimpangan dari X atau kegiatan rata-rata
Y = deviasi atau penyimpangan dari Y atau biaya rata-rata
2. Menentukan besamya total biaya tetap atau a
Setelah biaya variabel satuan atau b dapat ditentukan, maka besarnya total biaya
tetap atau a dapat dihitung dengan rumus :
a = Y – b, X
Pemisahan biaya semi variabel ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
dengan metode garis regresi sederhana dapat pula dilakukan secara langsung, tanpa
menghitung deviasi X dan deviasi Y. Atas dasar contoh biaya listrik pada PT.
Nusantara, garis regresi sederhana yang dilakukan secara langsung dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Atas dasar data pada tabel dilakukan substitusi jumlah-jumlah yang ada
menjadi dua persamaan :
Rp. 1.006.432.000 = 24.000 a + 51.120.000 b
Rp. 480.000 = 12 a + 24.000 b
Untuk menghitung bersarnya b, persamaan kedua dikalikan 2.000 sehingga
persamaan menjadi :
Rp. 1.006.432.000 = 24.000 a + 51.120.000 b
Rp. 960.000.000 = 24.000 a + 48.000.000 b
Rp. 46.432.000 = 3.120.000 b
Setelah besarnya biaya variabel per jam (b) diketahui, besarnya total biaya
tetap (a) per bulan dapat dihitung :
Rp. 1.006.432.000 = 24.000 a + Rp. 51.120.000 (Rp. 14,882)
Rp.1.006.432.000 = 24.000 a + Rp.760.767.840
24.000 a = Rp. 1.006.432.000 - Rp. 760.767.840
a = Rp.245.664.160
24.00
= Rp. 10.236
Setelah dihitung besarnya biaya variabel per unit (b) dan total biaya tetap
(a), selanjutnya dapat disusun anggaran fleksibel sebagai berikut :
Per bulan Y = Rp. 10.236 + Rp. 14,882 X
dimana,
Y = Jumlah total biaya
a = Jumlah total biaya tetap
b = Biaya variabel satuan pada kegiatan tertentu, misalnya b1, adalah biaya
variabel satuan pada kegiatan X1
x = Variabel bebas dalam berbagai jenis kegiatan, misalnya X1 adalah Jam
kerja langsung X2 jam mesin, X3 jam tenaga listrik dan sebagainya.
Dari tabel diatas dapat digunakan menyusun prediksi besarnya biaya pada
berbagai tingkatan variabel bebas, misalnya jika jam kerja langsung x1 = 1.900, jam
mesin x2 = 425, dan jam listrik x3 = 590, maka besarnya taksiran atau prediksi
biaya adalah :
Y = Rp. 228.000 + Rp. 98 (1.900) + Rp. 25 (425) + Rp. 24 (590)
= Rp. 438.925
Perlu diketahui pula bahwa variabel bebas yang diperhitungkan dapat
berbentuk harga indeks (price indek) sehingga mempertimbangkan tingkat inflasi
atau deflasi di dalam menyusun prediksi biaya.
1. Linearitas
Jika analisis regresi digunakan untuk mengembangkan taksiran fungsi biaya,
dianggap terdapat suatu hubungan garis lurus (linear) antara variabel bebas
dan variabel tergantung, atau antara x dengan y. Untuk menentukan apakah
suatu data cukup membentuk model hubungan garis lurus dapat digunakan
perbanding antara standarisasi residual dengan variabel x. Residual adalah
antara data sesungguhnya dengan data yang diramalkan dengan
menggunakan rumus regresi (y - y). Standarisasi residual diperoleh dengan
cara membagi setiap residual dengan standar error estimasi (Se).
Jika data tersebut cukup membentuk model garis lurus distribusi random
standarisasi residual berada pada sekitar nol. Jika data tidak cukup membentuk
persamaan garis lurus, residual tersebut tampak mengikuti sistematika pola
tertentu.
2. Penyimpangan Konstan
Dalam analisis regresi sederhana maupun regresi berganda dianggap bahwa
residual berasal dari distribusi probabilitas normal yang mempunyai mean
sebesar nol dan penyimpangan konstan untuk setiap nilai variabel bebas. Jika
penyimpangan konstan, kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai
homoscedastisitas. Jika penyimpangan tidak konstant disebut
heteriscedastisitas. Pada penyimpangan yang tidak konstan, t test koefisien
tidak benar dan reabilitas koefisien tidak dapat ditentukan. Keadaan ini
dijumpai jika observasi mencakup tentang kegiatan yang terlalu luas.
3. Normalitas
Residual dianggap mempunyai distribusi normal. Deviasi kecil dari normalitas
diantara residual tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi, jika penggunaanya
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA