You are on page 1of 5

ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

I. PENDAHULUAN
Dengan di keluarkan UU No. 23/1992 tentang kesehatan, suatu era baru
pengaturan praktek keperawatan telah dimulai.

Implikasi bdari peraturan perundang-undangan baru ini terhadap profesi


keperawatan didefinisikan sebagai berikut:

1.keperawatan diakui dapat menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan


pasien/klien.

2.keperawatan diakui sebagai ilmu

3.diperlukan landasan hukum untuk melaksanakan praktik keperawatan:

 Standar profesi
 Ijin praktik
 Pendidikan yang menunjang
 Perlindungan hak-hak pasien
 Perlindungan hak-hak perawat

4.kepada perawat dituntut untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

Sebagai pengelole dan penanggung jawab puncak dipelayanan keperawatan,


seorang Kepala Bidang Keperawatan(dengan berbagai varians sebutannya) harus
peduli dengan perkembangan-pertkembangan baru di profesi keperawatan. Salah
satu adalah perkembangan baru tentang dasar Yuridis Formal Praktek Keperawatan
Profesional.

Pantas juga untuk dicermati bahwa jumlah gugatan/keluhan pasien kepada


pihak manajemen rumah sakit dan atau lembaga peradilan pada akhir akhir ini
cendrung meningkat. Keluhan dan gugatan dapat mengancam nama baik atau
kelangsungan hidup rumah sakit. Dari soal sewa pengacara, gantirugi, waktu untuk
menagani gugatan, kepercayaan masyarakat dan lain -lain, yang kesemuanya dapat
menurunkan keredibilitas dan kapabilitas rumahsakit. Sudah saatnya pihak
menejemen rumahsakit menyusun langkah langkah srtategis untuk memperbaiki
dan memelihara mutulayanan, sambilsenantiasa berupaya meningkatkan evisiensi
terutama pada setuasi perekonomian yang sedang sulit seperti saat ini

II. PERSOALAN HUKUM DIPELAYANAN KEPERAWATAN


Sebagai seorang eksekutif, peran kepala bidan keperawatan dimasa teransisi
sekarang ini menjadi lebih kompleks. Dari sudut kepentingan konsumen, akibat
peningkatan pendidikan dan kemampuan ekonomi pada sebagian msyarakat
penguna jasa kesehatan, semntara bagian yang lainnya masih jauh tertingal,
eksekutif pelayanan kesehatan dituntut untk mampu membuat pertimbangan yang’’
menyenangkan’’ semus pihak. Perimbangan antara pelayanan yang bermutu dan
peelayanan yang terjangkau.

Dari kepentingan pemilik rumahsakit, dapat terjadi pelayanan yang bermutu barang
kali sulit terjangkau oleh msyarakat. Pada bagian ini lah menejer keperawatan yang
seharusnya juga seorang perawat, diharapkan dapat mengunakan kiat dan ilmu
keperwatan yang benar. Benar dalam arti sesuai kode etik dan setandar, tidak
bertentagan dengan norma hukum dan norma norma lainnya, dan member
kontribusi nyata pada perkembangan keperwatan itu sendiri.

Mengingat bahwa hukum positip yang ada saat ini telah member peluang untuk
pertumbuhan propesi keperawatan, maka harus segera dirumuskan strategi
penerapan serta pengelolaannya pada asuhan keperawatan nyata dirumah sakit

Sebelumnya perlu diidentipikasi persoalan huukum apa saja yang disuatu


rumahsakit.

Persoalan tersebut bisanya menyangkut berbagai aspek,antara lain:

 Badan hukum rumah sakit dan perijinan


 Sumberdaya manusia keperawatan dan non keperawatan(ijin peraktek,
regulasi hubugan kerja karyawan rumah sakit, CNE dan sseterusnya).
 Sumberdaya financial dan sumber daya lainnya (perpajakan,limbah,
obat obatan, tehnologi kedokteran dll)
 Hospital By Lawes (khususnya pada area akreditasi).
 Tuntutan dan harapan masyarakat konsumen (QA, tarif, fasilitas,
keluhan dan gugatan dst)
 Kolaborasi perawat dengan pihak pihak lain

Masih banyak yang dapat dikaji lebih lanjut. Rasanya dirumah sakit tidak akan
pernah kehabisan masalah. Namun demikian dari sejumlah persoalan tersebut, ada
hal-hal di bidang asuhan pasien yang segera harus mendapat perhatian pertama:

1. Hak pasien,yang telah di atur dalam hukum positif. ( lihat UU No. 23/92
dan surat eddaran dir.jend.yan.ned.)
2. Rahasia jabatan perawat,terutama untuk menghadapi kecenderungan
meningkatnya kesadaran masyarakat atas “privasi”
3. Rekam medik, termasuk di dalamnya adalah dokumentasi keperawatan.
4. Persetujuan tindakan medick, di mana ada peran advokasi perawat untuk
memperolehnya.
5. Standar,Protap,standing order/protocol dan sejumlah kebijakan rumah
sakit lainnya untuk mengelola asuhan yang aman,wajar dan terjangkau
bagi pasien.

III. FUNGSI HUKUM DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN


Di dalam pelayanan kesehatan terhadap seorang pasien,biasanya melibatkan
sejumlah pemberi pelayanan (care provider) yang berasal dari berbagai jenis profesi.
Agar tidak trjadi pelayanan yang tumpang tindih yang dapat merugikan pasien dan
pihak lain, juga agar tidak terjadi ketegangan dan “lemapar tanggung jawab” antar
pemberi pelayanan itu sendiri, maka perlu ada kejelesan lingkup yurisdiksi peran
dari masing-masing prorider tersebut.

Lingkup yurisdiksi ini perlu di atur dalam suatu peraturan hukum yang tertulis untuk
memperoleh keabsahan secara legal. Di samping pengaturan tersebut, kepada
semua pribadi perawat juga di tuntut untuk memahami hkum yang mengatur
praktetk profesinya. Dengan demikian barulah perawat akan mampu mengemban
tanggung jawab dan tanggung gugatnya sebagai seorang professional.
Menurut literatur, fungsi hukum di dalam praktek keperawatan yang professional
dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan apakah asuhan keperawatan


kepada pasien/klien dapat dibenarkan secara hukum.
2. Member kejelasan tentang tanggung jawab perawat yang berbeda dengan
profesi lain.
3. Membantu keperawatan menetapkan batas-batas tindakan keperawatan
yang mandiri.
4. Membantu menjaga standar praktek yang di buat oleh kalangan perawat
sendiri, yang mencermikan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
kepada masyarakat, profesi dan pribadi.

Melalui pelaksanaan fungsi hukum ini, maka kontrak social yang timbul
anatara masyarakat (yang diwakili oleh pasien atau klien) dengan profesi
keperawatan (diwakili oleh setiap perawat) dapat diwujudkan dan dipertanggung
jawabkan.

Kontrak social yang demikian akan melahirkan hak dan kewajiban pada masing-
masing pihak yang berkontrak. Berdasar kontrak itu pula, lingkup praktek
keperawatan dan peran fungsi perawat kemudian diformulasikan dan direvisi secara
periodic oleh profesi, dan selanjutnya disahkan secara hukum (proses legislasi).
Proses tersebut terus berlanjut yang pada akhirnya akan menumbuh kembangkan
keperawatan menjadi profesi yang kuat.

IV. TANGGUNG JAWAB HUKUM EKSKUTIF KEPERAWATAN


Sebagai pengelola dan penanggung jawab unit-unit pelayanan keperawatan,
seorang eksekutif keperawatan memiliki seperangkat fungsi yang sesungguhnya,
syarat dengan tanggung jawab hukum.

Sebagian dari tanggung jawab fungsi tersebut adalah:

1. Merumuskan dan menjaga hukum pelayanan keperawatan


2. Menetapkan standar praktik keperawatan dan memfasilitasi
pemberlakuannya
3. Menetapkan protap/standing order/protocol untuk operasional pelayanan
keperawatan
4. Membuat system jenjang karir perawat, job disciption, performance
appraisal dan perangkat alat penunjangnya, serta fungsi-fungsi staffing
lainnya.
5. Menjadwalkan ronde/control keliling unit-unit di bawah wewenang (MBW)
management by walking.
6. Mengkoordinasi pelayanan-pelayanan yang ada kaitannya dengan asuhan
pasien (kalau perlu menjadi juru bicara dan pembela-pembela keperawatan
terhadap masyarakat dan profesi lainnya).
7. Memelihara catatan-catatan/dokumen-dokumen asuhan dan administrasi
yang diperlukan dalam pelayanan.
8. Membuat rencana program kerja/anggaran tahun unit-unit pelayanan
keperawatan dan mengendalikan pelaksanaannya.
9. Memimpin kegiatan “Quality Assurance dan Quality Imptorement di
Keperawatan.
10. Memfasilitasi perkembangan profesionalisme kerja di wilayahnya, khususnya
profesionalisme keperawatan(termasuk pula kegiatan penelitian dan CNE).

Lebih lanjut yang perlu dipahami oleh setiap eksekutif keperawatan, bahwa
tanggung jawab hukum seorang kepala bidang keperawatan, mengingat keunikan
posisinya, tidak terbatas hanya tanggung jawab sebagai menejer, namun dapat
meluas ke perannya sebagai perawat professional.semua tanggung jawab tersebut
dapat menyangkut aspek pidana, perdata dan administrative.

Oleh karna ituagar fungsi sebagai manager tersebut dapat berlaku dengan
semestinya, seorang eksekutif keperawatan disamping dituntut harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan keperawatan serta manajemen, juga “dipaksa
memiliki wawasan hukum dan etik yang memadai.

Khususnya bagi eksekutif keperawatan di Indonesia, ide tentang tanggnung jawab


manajemen dab hukum ini dapat di gali lebih lanjut dari standar pelayanan
keperawatan yang dipakai sebagai acuan Akreditasi Rumah Sakit Indonesia

You might also like