You are on page 1of 44

MAKALAH MIKROORGANISME

( Mikroorganisme 1 )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme, dalam lingkungan alamiahnya jarang terdapat sebagai biakan murni. Berbagai
spesimen tanah atau air boleh jadi mengandung bermacam-macam spesies cendawan, protozoa,
algae, bakteri dan virus. Baik secara langsung maupun tak langsung, bahan buangan dari
manusia dan hewan, jasad mereka, serta jaringan tumbuh-tumbuhan dibuang atau dikubur dalam
tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut berubah menjadi komponen organik dan
beberapa komponen anorganik tanah. Perubahan-perubahan ini dilakukan oleh mikroorganisme
yaitu perubahan bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrient bagi dunia
tumbuhan. Tanpa aktivitas mikroba maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan
terhambat.
Maka, perubahan organik dan anorganik di dalam tanah adalah dilakukan oleh mikroorganisme
yang dikenal sebagai mikroba di tanah.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah selain dari syarat penawaran Mata Kuliah Mikrobiologi Lanjut,
antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui dinamika populasi mikroba tanah.
2. Mengetahui peranan mikroorganisme tanah
3. Mengidentifikasi spesies-spesies mikroba yang berinteraksi di tanah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Lingkungan Tanah


Tanah dapat dipandang sebagai permukaan lahan di atas bumi yang menyediakan substreat bagi
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan
iklimnya. Tanah juga memiliki kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang
berbeda-beda. Ada lima kategori utama unsur tanah, yaitu: partikel, mineral, bahan organik, air,
gas dan jasad hidup.

B. Flora Mikroba
Tanah Hanya ada beberapa lingkungan di bumi ini yang mengandung sedemikian banyak macam
ragam mikroorganisme seperti yang terkandung dalam tanah subur. Bakteri, cendawan, algae,
protozoa dan virus secara bersama-sama membentuk kumpulan mikroorganisme yang dapat
mencapai jumlah total sampai bermilyar-milyar organisme per gram tanah.

Tabel : Perbandingan jumlah berbagai kelompok mikroorganisme di Rizosper (daerah perakaran)


gandum musim semi dan di tanah kontrol (tanpa sistem perakaran tanaman).

Mikroorganisme                                      Tanah Rizosper                              Tanah Kotrol


Bakteri                                                    1.200 x 106                                   53 x 106
Aktinomisetes                                          46 x 106                                        7 x 106
Cendawan                                               12 x 105                                        1 x 105
Protozoa                                                  24 x 102                                       10 x 102
Algae                                                       5 x 103                                         27 x 103
Kelompok Bakteri :
Pelaku amonikikasi                                  500 x 106                                      4 x 106 4
Anaerob penghasil gas                             39 x 10                                          3 x 104
Anaerob                                                  12 x 106                                        6 x 106 6
Pelaku denitrifikasi                                   126 x 10                                        1 x 105
Pelaku dekomposisi selulose aerobik        7 x 105                                          1 x 105 3
Pelaku dekomposisi selulose anaerobic     9 x 10                                            3 x 103 3
Pembentuk spora                                     930 x 10                                        515 x 103
Tipe-tipe radiobakteri                              17 x 106                                        1 x 104
Azotobakter                                          < 1.000                                       < 1.000                           
Sumber: dari T.R.G. Gray, and S.T. Williams, Soil Microorganisms, Hafner Publishing
Company, New York, 1971 

Keanekaragaman yang luas flora mikroba tersebut merupakan masalah di dalam setiap usaha
untuk menghitung populasi total mikroorganisme yang hidup dalam suatu contoh tanah. Metode-
metode biakan di laboratorium hanya akan menampakkan tipetipe fisiologis dan nutrisional yang
dapat tumbuh di dalam lingkungan yang disediakan di laboratorium. Misalnya, bila ada suatu
contoh tanah dinokulasikan pada agar nutrien tidak akan tumbuh ialah termofil obligat,
disamping psikrofil, anaerob, dan autotrof. Protozoa tidak akan tumbuh, dan hanya beberapa
algae dan cendawan akan tumbuh. Hal ini berarti bahwa bila suatu contoh tanah dibiakkan di
laboratorium, maka suatu prosedur pembiakan tertentu hanya akan memungkinkan tumbuhnya
sebagian kecil saja dari populasi total mikroorganisme. Salah satu cara untuk mengembangkan
pengertian yang lebih baik mengenai luasnya keragaman kehidupan mikrobe di dalam tanah
ialah dengan menilai peranan yang dimainkan oleh berbagai kelompok mikrobe di dalam
mewujudkan terjadinya perubahan-perubahan kimiawi di dalam tanah.

C. Peranan Mikroba Tanah 


Seperti pada halaman sebelumnya dikatakan bahwa mikroorganisme terdapat pada tanah yang
subur. Mengapa sampai mikroorganisme berperan dalam menentukan tanah yang subur?
Alasannya adalah karena: 1. Mikroorganisme berperan dalam siklus energi
2. Mikroorganisme berperan dalam siklus hara
3. Mikroorganisme berperan dalam pembentukan agregat tanah
4. Menentukan kesehatan tanah (suppressive/conducive) Tanah dikatakan subur bila mempunyai
kandungan dan keragaman biologi yang tinggi

Table 1. Maximum number and biomass (live weight) of soil organisms in a highly fertile
grassland soil 
Kind of organism                                         Abundance (no/m2)                                   Biomass
(g/m2)
Bacteria                                                      3 x 10¹4                                                     300
Fungi                                                                                                                            400
Protozoa                                                     5 x 108                                                      38
Nematodes                                                 107                                                            12
Earthworms and related forms                     105                                                            123
Mites                                                          2 x 105                                                       3
Springtails                                                   5 x 104                                                       5
Other invertebrates (snails, millipedes, etc)   210³                                                           6
From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem 

Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena :


1. Siklus Energi 
• Sumber energi utama adalah matahari yang diubah oleh tanaman melalui proses fotosintesis
menjadi bahan organik
• Beberapa mikroorganisme mampu melakukan fotosintesis (menangkap energi matahari: algae)
• Sumber energi yang lain adalah basil oksidasi-reduksi mineral anorganik: S dan Fe
• Energi dalam bahan organik dimanfaatkan oleh organisme/mikroorganisme
Organisme dekomposer: milipede dil.
Mikroorganisme dekomposer: jamur dan bakteri
• Mikroorganisme yang tumbuh di rhizosfer memanfaatkan energi dalam eksudat akar: bakteri
Azotobacter

2. Siklus Hara 
Mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam siklus hara karena:
1) Ukurannya yang kecil sehingga mempunyai rasio permukaan:volume yang sangat besar =>
memungkinkan pertukaran material (hara) dari sel ke lingkungannya dengan sangat cepat.
2) Reproduksi yang sangat cepat (dalam hitungan menit)
3) Distribusi keberadaan yang sangat luas

Macam-macam siklus ham penting


a. Siklus Nitrogen
• Pool N terbesar di udara sebagai gas N2
• N menjadi tersedia melalui proses fiksasi (kimia maupun mikrobiologis) (nitrogen fixer:
rhizobium dll)
• N organik (dalam jaringan makhluk hidup - bentuk protein, asam amino dan asam nukleat)
menjadi N anorganik melalui proses mineralisasi NH4+ == (ammonium) MO dekomposer
• NH4+ mengalami Nitrifikasi oleh Nitrosomonas, Nitrosococcus dan Nitrosovibrio
• NO2- menjadi NO3+ oleh Nitrobacter dan Nitrococcus NO3- mengalami Denitrifikasi menjadi
• NO2- oleh Pseudomonas, Bacillus dan Alcaligenes N anorganik dapat diasimilasi oleh
mikroorganisme == Imobilisasi

b. Siklus Sulfur
• Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan Bacillus
2H2S + O2 → 2S + 2H2O
2S + 2H2O + 3O2 → 2SO42- + 4H+
S2O32- + H2O + 2O2 → 2SO42- + 2H+
• Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh Desulphovibrio desulphuricans 2SO42- + 4H2 → S2-
+ 4H2O

c. Siklus Fosfor
• Fosfor di alam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau protein
• Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes) dapat
melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman.

3. Pembentukan agregat tanah


• Organisme tanah menghasilkan polimer organik (misal humic dan fulvic bahan acids) yang
mengikat partikel lempung menjadi mikro agregat
• Pembentukan mikroagregat menjadi makro agregat dimediasi oleh organik dan berbagai jenis
mikro dan makroorganisme (bakteri, jamur-terutama jamur VAM, algae, cacing, semut, serangga
dsb.)

4. Kesehatan Tanah
• Tanah suppressive terhadap patogen tular tanah umumnya mempunyai total mikroorganisme
yang lebih besar dan tanah yang kondusif
• Kompetisi nutrisi
• Amuba memakan jamur
• Populasi Pseudomonas spp (antagonistic bakteria) atau Trichoderma tinggi.

D. Dinamika Populasi
Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik di dalam lingkungannya hanya selama
kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan untuk mempertahankan dirinya, sama
halnya dengan mikroba-mikroba yang ada di dalam tanah. Begitu terjadi perubahan fisik atau
kimiawi, seperti habisnya nutrien atau terjadinya perubahan radikal dalam hal suhu atau pH,
yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme
yang telah teradaptasi dengan baik di dalam keadaan tanah terdahulu terpaksa menyerahkan
tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu.
Dengan demikian faktor-faktor lingkungan memiliki pengaruh selektif, artinya memilih populasi
mikrobe.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang penyusun tarik dari isi makalah ini antara lain :
1) Mikroorganisme memegang peranan penting dalam aktivitas perombakan di dalam tanah
karena tanpa aktivitas mikroba maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat.
Selain itu, mikroba juga berperan dalam siklus energi, siklus hara, pembentukan agregat tanah,
dll.
2) a. Nitrosmonas, Nitrosococcus dan Nitrosovibrio (Nutrifikasi) NH4+
b . Nitrobacter dan Nitrococcus (merubah NO2- → NO3-)
c. Rhizobium (Fiksasi Nitrogen)
d. Pseudomonas, Bacillus dan Alcaligenes (Denetrifikasi NO3- → NO2-)
e. Desulphovibrio desulphuricans (Reduksi Sulfat → Sulfida), f. dan lain-lainnya.
3) Jika setiap mikroorganisme mampu untuk beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
lingkungan (tanah) maka populasinya bisa lestari atau tetap bertahan hidup. Jikalau tidak maka
populasinya diganti dengan mikroba lainnya. Perubahan lingkungan itu bisa saja perubahan fisik
maupun kimiawi.

B. Saran
Pencarian referensi sangat penting dalam menyusun makalah, maka pemanfaatan teknologi juga
harus dilibatkan seperti media internet. Selain itu, penyusun sarankan agar dalam pembuatan
makalah usahakan semua anggota kelompok ikut terlibat sehingga bila waktunya presentase,
masing-masing anggota bisa mempertanggung jawabkan isi makalahnya.

DAFTAR PUSTAKA

• Pelezar dan Chan, 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.


• http://google.co.id., 2009. Mikroorganisme Tanah. G@n@Z.com: Ambon.
• Artikel Sinly Evan Putra., 2008. Humus, Material Organik Penyubur Tanah.

( Mikroorganisme 2 ) 
BAB I
PENDAHULUAN
 

1. PENGERTIAN
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa
spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme
meskipun tidak bersifat seluler.
Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini
disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista
dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula
dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang
beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil
yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis.
Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel makroorganisme tidak bisa hidup
bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk jaringan,
organ, dan sistem organ. Sementara itu, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses
kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara
independen tanpa bantuan sel lain.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain
dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini
harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang
tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi
karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah
dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk
persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan
diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam
media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena
aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik
yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang
ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang
mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen
yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang
lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih
menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat
dikemukakan sebagai berikut:

2. PROSES KLASIK MENGGUNAKAN MIKROORGANISME


Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan menggunakan
bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak zaman perang dunia pertama
fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat
dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan
pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.

3. PRODUK ANTI BIOTIK


Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena
adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain,
maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.

4. PROSES MENGGUNAKAN MIKROBA


Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa
Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan
garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang
memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain
dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis
sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik
dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati,
proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain
yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.

5. POSISI MONOPOLI DARI MIKROORGANISME


Beberapa bahan dasar yang terutama tersedia dalam jumlah besar, seperti minyak bumi, gas
bumi, dan selulosa hanya dapat diolah oleh mikroorganisme dan dapat mengubahnya kembali
menjadi bahan sel (biomassa) atau produk antara yang disekresi oleh sel.

6. TEKNIK GENETIK MODERN


Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan peran dari unsur-unsur
ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk memindahkan DNA asing ke dalam
bakteri. Manipulasi genetik memungkinkan untuk memasukkan sepotong kecil pembawa
informasi genetik dari manusia ke dalam bakteri sehingga terjadi sintesis senyawa protein yang
bersangkutan. Kegiatan ini sering dilakukan dalam hal pembuatan hormon, antigen, dan antibodi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERANAN YANG MERUGIKAN

1. Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan


Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium diphtheriae
penyebab dipteri.

2. Penyebab kebusukan makanan (spoilage)


Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri yang tumbuh
dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta
aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme pembusuk. Dalam
pembusukan daging, mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak
protein-protein. Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu
merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan
(Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang (mould) dapat
menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada penampakan visual, bau, tekstur atau rasa
suatu makanan. Mikroorganisme ini dikelompokkan berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti
proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan hidupnya seperti termofilik, halofilik, dll.

3. Penyebab keracunan makanan (food borne disease).


Bakteri penghasil racun (enterotoksin atau eksotoksin) dapat mencemari badan air, misalnya
spora Clostridium perfringens, C. Botulinum, Bacillus cereus, dan Vibrio parahaemolyticus.
Spora dapat masuk ke dalam air melalui debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika
makanan atau minuman dan air bersih tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang
memungkinkan, bakteri tersebut akan mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman
mengandung racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan makanan. Bahkan
menurut Dwidjoseputro (2005) pada makanan yang telah dipasteurisasi pun juga dapat
mengandung racun (toksin) . Makanan yang telah dipasteurisasi kemudian terus menerus
disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat mengandung racun yang berasal dari
Clostridium botulinum. Spora-spora dari bakteri ini tidak mati dalam proses pasteurisasi. Dalam
keadaan tertutup (anaerob) dan suhu yang menguntungkan, maka spora-spora tersebut dapat
tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan toksin. Racun yang dihasilkan tidak mengganggu
alat pencernaan, melainkan mengganggu urat saraf tepi.

4. Menimbulkan pencemaran
Materi fekal yang masuk ke dalam badan air, selain membawa bakteri patogen juga akan
membawa bakteri pencemar yang merupakan flora normal saluran pencernaan manusia,
misalnya E. coli. Kehadiran bakteri ini dapat digunakan sebagi indicator pencemaran air oleh
materi fekal.

B. PERANAN YANG MENGUNTUNGKAN


Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang merugikan bagi
kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada bidang mikrobiologi kedokteran dan
fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit
dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat yang
dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. Penggunaan mikroorganisme dapat
diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, saperti bidang pertanian, kesehatan, dan
lingkungan. Beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain sebagai berikut:

1. Bidang pertanian
Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan komponen
terbesar udara. Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan
pengambilan khususnya melalui akar. Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena
adanya mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus
bakteri secara sinergetik.
Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam
tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat
molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya
protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas
amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh
beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit.
Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya.
Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam
lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi
nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:
2NH3 + 3O2  Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + energi
Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan
mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi
kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim
a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan
mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces
(Dwidjoseputro, 2005).
Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan
dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif
adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap
bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman.
Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu
mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba
akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah,
mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba
diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain,
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N
udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa
langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula
yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di
dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa
digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat
digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara adalah mkroba pelarut unsur
fosfat (P) dan kalium (K). Kandungan P yang cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian kita,
sedikit sekali yang dapat digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di
sinilah peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya
bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp,
Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi
melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Mikroba sebagai agen biokontrol. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain:
Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium
anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba
yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih),
dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-
Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.

2. Bidang makanan dan industri


Beberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan menggunakan mikroorganisme
sebagai bahan utama prosesnya, misalnya pembuatan bir dan minuman anggur dengan
menggunakan ragi, pembuatan roti dan produk air susu dengan bantuana bakteri asam laktat, dan
pembuatan cuka dengan bantuan bakteri cuka.
Pengolahan kacang kedelai di beberapa negara banyak yang menggunakan bantuan fungi, ragi,
dan bakteri bakteri asam laktat. Bahkan asam laktat dan asam sitrat yang dalam jumlah besar
diperlukan oleh industri bahan makanan masing-masing dibuat dengan bantuan asam laktat dan
Aspergillus niger (Darkuni, 2001). Beberqapa kelompok mikroorganisme dapat digunakan
sebagai indikator kualitas makanan. Mikroorganisme ini merupakan kelompok bakteri yang
keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu, yang dapat menjadi indikator suatu
kondisi yang terekspos yang dapat mengintroduksi organisme hazardous (berbahaya) dan
menyebabkan proliferasi spesies patogen ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, coliform dan
fekal streptococci digunakan sebagai indikator penanganan pangan secara tidak higinis, termasuk
keberadaan patogen tertentu. Mikroorganisme indikator ini sering digunakan sebagai indaktor
kualitas mikrobiologi pada pangan dan air.
Tidak semua mikroba yang ada dapat digunakan dalam industri. Mikroorganisme industri
merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat membuat satu atau banyak
produk khusus. Bahkan jika mikroorganisme industri merupakan salah satu yang sudah diisolasi
dengan teknik tradisional, mikroorganisme tersebut menjadi organisme yang sangat
termodifikasi sebelum memasuki industri berskala besar. Sebagian besar mikroorganisme
industri merupakan spesialis metabolik yang secara spesifik mampu menghasilkan metabolit
tertentu dalam jumlah yang sangat besar pula. Untuk mencapai spesialisasi metabolik tinggi
tersebut, strain industri diubah secara genetika melalui mutasi dan rekombinasi.
Berbagai proses industri digunakan untuk menghasilkan produk mikrobiologi dan dipisahkan
menjadi beberapa kategori berdasarkan kecenderungan penggunaan produk akhir sebagai
berikut:
a. Produksi bahan kimia farmasi
Produk yang paling terkenal adalah antibiotika, obat-obatan steroid, insulin, dan interferon yang
dihasilkan melalui bakteri hasil rekayasa genetika.
b. Produksi bahan kimia bernilai komersial
Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah pelarut dan enzim serta berbagai senyawa
yang digunakan untuk bahan pemula (starting) untuk industri sintesis senyawa lain.
c. Produksi makanan tambahan
Produksi massa ragi, bakteri dan alga dari media murah mengandung garam nitrogen anorganik ,
cepat saji, dan menyediakan sumber protein dan senyawa lain yang sering digunakan sebagai
makanan tambahan untuk manusia dan hewan.
d. Produksi minuman alcohol
Pembuatan beer dan wine dan poduksi minuman alkohol lain yang merupakan proses
bioteknologi berskala besar paling tua.
e. Produksi vaksin
Sel mikroorganisme maupun bagiannya atau produknya dihasilkan dalam jumlah besar dan
digunakan untuk produksi vaksin.
f. Produksi mikroorganisme untuk digunakan sebagai insektisida (biosida)
Pengendalian hama tanaman dengan menggunakan mikroorganisme yang berperan sebagai
insektisida. Khususnya untuk spesies tertentu, misalnya Bacillus (B. Larvae, B. Popilliae, dan B.
Thurungiensis). Spesies tersebut menghasilkan protein kristalin yang mematikan larva
lepidoptera (ngengat, kupu-kupu, kutu loncat), misalnya ulat kubis, ngengat gipsy, dan sarang
ulat.
g. Penggunaanya dalam industri perminyakan dan pertambangan
Sejumlah prosedur mikrobiologi digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali logam dari
bijih berkadar rendah dan untuk perbaikan perolehan minyak dari sumur-sumur bor.

3. Bidang kesehatan
Salah satu manfaat mikroorganisme dalam bidang kesehatan adalah dalam menghasilkan
antibiotika. Bahan antibiotik dibuat dengan bantuan fungi, aktinomiset, dan bakteri lain.
Antibiotik ini merupakan obat yang paling manjur untuk memerangi infeksi oleh bakteri.
Beberapa mikroba menghasilkan metabolit sekunder, yang sangat bermanfaat sebagai obat untuk
mengendalikan berbagai penyakit infeksi. Sejak dulu dikenal jamur Penicillium yang pertama
kali ditemukan oleh Alexander fleming (1928), dapat menghasilkan antibiotika penisilin.
Sekarang banyak diproduksi berbagai antibiotik dari berbagai jenis mikroba yang sangat
berperan penting dalam mengobati berbagai penyakit. Selain untuk antibiotik, dalam bidang
kesehatan mikrorganisme juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk di dalam saluran
pencernaan alami, yang turut membantu mencerna makanan di dalam saluran pencernaan.

4. Bidang lingkungan dan energi


Mikroorganisme ini banyak dimanfaatkan untuk bahan bakar hayati (metanol dan etanol),
bioremediasi, dan pertambangan. Selain itu, mikroorganisme yang ada di lingkungan berperan
dalam perputaran/siklus materi dan energi terutama dalam siklus biogeokimia dan berperan
sebagai pengurai (dekomposer). Mikroorganisme tanah berfungsi merubah senyawa kimia di
dalam tanah, terutama pengubahan senyawa organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfu,
dan fosfor menjadi senyawa anorganik dan bisa menjadi nutrien bagi tumbuhan. Mikroorganisme
pada lingkungan alami juga dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya kualitas
lingkungan, baik perairan ataupun terestrial.

5. Bidang bioteknologi
Kemajuan bioteknologi, tak terlepas dari peran mikroba.Karena materi genetika mikroba
sederhana, sehingga mudah dimanipulasi untuk disisipkan ke gen yang lain. Disamping itu
karena materi genetik mikroba dapat berperan sebagai vektor (plasmid) yang dapat
memindahkan suatu gen dari kromosom oganisme ke gen organisme lainnya (Anonim b, 2007).
Misalnya terapi gen pada penderita gangguan liver. Terapi ini dapat dilakukan secara ex-vivo
maupun in-vivo.
Dalam terapi gen ex vivo, sel hati (misalnya) dari pasien yang hatinya telah mengalami
kerusakan dipindahkan melalui pembedahan dan perawatan. Kemudian melalui terapi gen akan
menyalurkannya dengan menggunakan vektor. Sel-sel hati yang dirubah secara genetik
kemudian akan ditransplantasikan kembali dalam tubuh pasien tanpa khawatir akan kegagalan
dari proses pencangkokan jaringan tersebut karena sel-sel ini pada awalnya berasal dari pasien.
Strategi terapi gen in vivo meliputi pemasukan gen ke dalam jaringan dan organ di dalam tubuh
tanpa diikuti oleh pemindahan sel-sel tubuh. Tantangan utama dalam terapi gen in vivo adalah
pengiriman gen hanya terjadi pada jaringan yang diharapkan dan tidak terdapat pada jaringan
yang lain. Pada terapi ini, virus digunakan sebagai vektor untuk pengiriman gen (Thieman,
2004).
Beberapa hasil perkembangan bioteknologi lain yang penting dan melibatkan mikroba adalah
produksi insulin, tanaman transgenik serta antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal (MAbs)
merupakan salah satu antibodi murni yang bersifat sangat spesifik dan menjadi peluru ajaib bagi
dunia pengobatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Cakupan mikrobiologi dalam kehidupan sangatlah luas, dikarenakan hampir semua sektor
kehidupan melibatkan mikrobia di dalamnya, misalnya sektor pertanian, medis, industri,
biokimia dan banyak lagi yang lainnya.
2. Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi, mikrobiologi terbagi menjadi beberapa cabang
lagi, berdasarkan konsentrasi pokok bahasannya. Pembagian mikrobiologi ini didasarkan pada
orientasinya.
3. Mikroorganisme memiliki banyak peranan dalam kehidupan, baik peranan yang
menguntungkan maupun peranan yang merugikan. Salah satu peranannya yang merugikan
adalah karena beberapa jenis mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit dan menimbulkan
pencemaran. Sedangkan peranan yang menguntungkan adalah peranannya dalam meningkatkan
kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen, bioremediasi, produksi antibodi, dan lain-lain.

B. Saran
Saran yang dapat kami berikan antara lain:
1. Perlu perhatian yang lebih lagi untuk pengembangan ilmu mikrobiologi, mengingat begitu
sentral dan pentingnya peranan mikroorganisme di dalam kehidupan.
2. Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut tentang kehidupan mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

• Anonim a. 2006. Pengantar Mikrobiologi, (Online),


(http://www.wanna_share.23s9887_apm.html, diakses tanggal 7 Februari 2008).
• Anonim b. 2007. Dunia Mikroba
• Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Malang:
Universitas Negeri Malang.
• Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.
• Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA.
• Schlegel, Hans G, dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Terjemahan
Tedjo Baskoro: Allgemeine Mikrobiologie 6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
• Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
• Thieman, William J, and Michael A. Palladino. 2004. Introduction to Biotechnology. New
York: Benjamin Cummings.
• Tim Perkamusan Ilmiah, 2005. Kamus Pintar Biologi. Surabaya: Citra Wacana
Apa itu bioteknologi?

Bioteknologi adalah ilmu tentang teknologi mahluk hidup. Biasanya tentang persilangan
berbagai jenis mahluk hidup:

Misalnya:

 Persilangan antara tanaman kentang dengan kelapa sawit, hasilnya adalah kentang goreng.
 Persilangan antara Mangga dengan Jeruk hasilnya adalah Oranggo.

 Persilangan antara kedelai dengan cabai, hasilnya adalah tempe penyet.

 Dan yang paling fenomenal adalah persilangan antara Gorilla dengan Simpanse, hasilnya
Presiden Amerika Serikat.

Diposkan oleh chazcomp di 10:18 0 komentar

Reaksi: 

BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK

RINGKASAN

Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif
pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input
bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering
mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan
terhadap serangan hama dan penyakit. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan
bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati.

Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi,
protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba
per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut.
Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu
berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu
penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan
peran-peran penting mikroba tersebut.
Teknologi Kompos Bioaktif

Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan
bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut
dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Kedua jenis pupuk itu adalah limbah
organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah
organik seperti sisa-sisa tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke
tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah
menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses pengkomposan alami memakan
waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik
tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.

Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer)


yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari
beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-
produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec,
EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.

Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik
unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali
penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi
tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderma pseudokoningii ,
Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses
pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos.
Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan
organisme patogen penyebab penyakit tanaman.

Biofertilizer

Petani organik sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman.
Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan haranya kurang lebih :
1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg
Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya
200 kg Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton
kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan
berimplikasi pada naiknya biaya produksi.

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur
hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium
(K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih
74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N
harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba
penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N
simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (
leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp.
Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,
sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat
(P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh).
Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di
sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain:
Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang
berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk
biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan
membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga
lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp
dan Gigaspora sp.

Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman
sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu
menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.

Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan


digunakan sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan
bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.
Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan
Simbionriza.

Agen Biokontrol

Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik.
Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya sangat rentan
terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam
sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba yang
dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan tanaman
ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba
pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba
pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka
hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT),
Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae . Mikroba ini
mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan
penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman
yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa
biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan
Hamago.

Aplikasi pada Pertanian Organik

Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami.


Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan bahan organik dan hara
tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi
biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini
dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan
dengan memanfaatkan biokotrol.

Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya hanya mengandalkan
kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya
bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan
bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.

Diposkan oleh chazcomp di 10:17 0 komentar

Reaksi: 

Rabu, 26 November 2008

PANDUAN GRATIS BUAT WEBSITE/SITUS SENDIRI

Naah….langkah-langkah ini buat memandu Kamu untuk buat Situs….

Pada langkah PERTAMA, kite-kite nih…..akan mempelajari bagaimana cara akses ke internet
menggunakan ISP beserta setup software dan hardware-nya. Walaupun sebenarnya tidak bisa
dikatakan benar-benar gratis, akan tetapi Ane memasukkannya dalam kelompok perkenalan awal
kita.

Pada langkah KEDUA, diajarkan bagaimana caranya mendapatkan e-mail gratis berbasis web
dan POP3 serta cara setup agar Anda bisa membukanya baik melalui browser maupun melalui
Outlook Express. Alamat e-mail adalah satu-satunya gudang yang sah di internet untuk
mendapatkan segala hal yang berbau gratisan. Anda akan sangat memerlukannya pada langkah-
langkah selanjutnya, bukan hanya sekedar untuk gengsi! Cobalah gengsi itu dibuang dulu…Ok ?

Pada langkah KETIGA, Anda akan mulai mempelajari html, bahasa inti yang dipakai untuk
menulis halaman-halaman web. Namun sebelum anda memulai mempelajarinya, pastikan anda
harus menjawab beberapa pertanyaan penting sebelum membuat Homepage. Setelah memahami
langkah ketiga ini, Anda akan memiliki kemampuan untuk membuat homepage off-line. Yaitu
situs homepage yang hanya bisa diakses dari komputer karena file-file yang membentuk
homepage tersebut masih berada didalam harddisk.

Pada langkah KEEMPAT, Anda akan mempelajari bagaimana cara mendaftar ke situs-situs
penyedia layanan spasi web gratis (free webspace) baik dari dalam negeri maupun luar negeri .
Bagaimana memilihnya dan bagaimana cara
setup-nya. Jika kebetulan Anda memiliki alamat e-mail di Yahoo!Mail, maka sebetulnya Anda
juga memiliki web server siap pakai sebesar 15MB. Pada langkah keempat ini juga diajarkan
bagaimana caranya memanfaatkan web server
ini. Setelah Anda terdaftar pada salah satu web server gratis.

Pada langkah KELIMA akan dibahas cara upload file dari harddisk ke web server agar filefile
html Anda bisa diakses oleh semua orang dari seluruh dunia. Pembahasan pada langkah kelima
ini meliputi tata cara upload file menggunakan program
client FTP (File Transfer Protokol), browser, file manager dan Ms. FrontPage 2000. Setelah
melaksanakan langkah kelima ini, Anda akan langsung memiliki homepage on-line sendiri yang
bisa diakses dari seluruh dunia oleh siapapun dan kapanpun!

Pada langkah KEENAM akan dibahas mengenai tata cara mendapatkan counter pengunjung dan
buku tamu (Guest Book) gratis dari internet, juga tentang tata cara penyisipan kode-kodenya
kedalam halaman utama situs web kita agar tampilan situs web menjadi lebih professional.
Setelah memiliki homepage sendiri dengan tampilan dan isi yang sangat bagus, tentu tidak ada
gunanya jika tidak ada yang mengetahuinya!

pada langkah KETUJUH, akan dibahas mengenai bagaimana cara mempromosikan situs web
baru kita keseluruh dunia, baik melalui pemasangan iklan gratis di internet, melalui banner
exchange, melalui portal lokal maupun melalui pendaftaran ke situs-situs search engine
internasional seperti Alta Vista, HotBot, Excite, WebCrawler, InfoSeek, Lycos dan lain
sebagainya.

Akhirnya, pada kesempatan ini Ane ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
Cyber Community atas ilmunya yang telah memungkinkan bisa terwujudnya tulisan ini. Ane
juga ngucapin terima kasih Ane kepada istri tercinta yang telah merelakan berkali-kali pulsa
telepon di rumah membengkak tidak karuan!

Selamat mellek! Coba desain homepage Anda sendiri dan selamat menikmati hasilnya!

Diposkan oleh chazcomp di 10:38 0 komentar

Reaksi: 
Rabu, 05 November 2008

Benarkah Pertanian Organik Ramah Lingkungan?

Pertanian Organik merupakan strategi pertanian yang ramah lingkungan yang menyandarkan
pada keanekaragaman hayati lahan pertanian karena budi dayanya meniru pratik-praktik yang
terjadi di alam. Lambat laun, keseimbangan ekosistem juga akan mengkibatkan penurunan
biaya produksi. Sebab, pertanian organik dimaksudkan untuk membuat pertananian yang tidak
terlalu mengandalkan asupan dari luar.

Dengan memperbesar daur ulang bahan-bahan alami dari lahan, biaya asupan dari
luar pun berkurang. Contohnya petani menggunakan sampah dapur dan bahan-
bahan organik untuk dijadikan kompos.Selain dapat menghemat biaya produksi juga
dapat menhambat kerusakan pada alam. Karena zat penyubur yang berasal dari
bahan-bahan alami tidak merusak ekosistem sawah apabila dibandingkan dengan
penggunaan zat kimia yang selama ini menggunakan bahan pestisida untuk
mengolah lahan pertanian mereka.

Dengan menggunakan sampah dan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk lingkungan kita akan
menjadi lebih bersih dan nyaman. Dengan Pertanian organik diharapkan mampu
mengendalikan kondisi alam yang telah kacau balau dari proses revolusi hijau (Penggunaan
bahan-bahan kimia akhir-akhir ini). Sehingga ke depannya nanti, Bali memiliki lingkungan yang
besih. Bersih dari air,udara, tanah, dan yang lainnya. Sehingga secara otomatis Bali yang
merupakan pulau pariwisata tatap bertahan sebagai pulau yang terkenal dan digemari
wisatawan. Mengingat sebagian besar wisatawan kita dari negara dunia ketiga dan sangat
menjaga keindahan alam.

Bali yang bersih juga akan menyerap wisatawan lebih banyak. Dan semua itu berawal dari
organik life style. katakan TIDAK kepada plastik!!!

Diposkan oleh chazcomp di 10:59 0 komentar

Reaksi: 

Selasa, 04 November 2008

Bioteknologi Bantu pertanian Organik


Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan
serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya
dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan
produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Bioteknologi
berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk
memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology
(1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau
analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Bioteknologi pertanian berpeluang besar untuk memajukan pertanian organik di Indonesia. Produk-
produk bioteknologi yang dapat digunakan dalam pertanian organik antara lain adalah perakitan bahan
tanaman unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan resisten terhadap hama/penyakit, sehingga tidak
memerlukan pestisida sintetik. Bioteknologi kerap kali memanfaatkan mikroba
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara
bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya
melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara
adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba
dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan
ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di
dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan
untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk
semua jenis tanaman.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk
biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan
membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih
tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora
sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan
tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman
antara lain, Pseudomonas sp. dan Azotobacter sp.
PROSPEK PUPUK HAYATI MIKORIZA
Oleh: Novriani * dan Madjid**

Keterangan:
* Dosen Universitas Batu Raja yang sedang mengikuti pendidikan strata S2, Program Studi Ilmu
Tanaman, Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.
** Dosen Mata Kuliah Teknologi Pupuk Hayati, Program Studi Ilmu Tanaman, Program Pasca Sarjana,
Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.

I. PENDAHULUAN
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara
bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K)
seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74%
kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman. N harus
ditambat atau difiksasi oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba
penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik
antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose).
Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N
simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-
simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan
kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini
sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba
pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman.
Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp,
Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P,
umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk
biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan
membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih
tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora
sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan
tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman,
antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) adalah salah satu tipe cendawan pembentuk mikoriza yang akhir-
akhir ini cukup populer mendapat perhatian dari para peneliti lingkungan dan biologis. Cendawan ini
diperkirakan pada masa mendatang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk
membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam
pada lahan-lahan marginal yang kurang subur atau bekas tambang/industri.

Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar
(rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan. Jamur
memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, jamur
menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara
bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan
rizoid (akar semu) jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang
sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan
berkembang biak. Jamur mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap
penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Hesti L dan Tata, 2009)

Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area
perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur
akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap
unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008). Mikoriza merupakan suatu bentuk
hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun
tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain berupa
pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat
memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Anas,
1997).

Cendawan Mikoriza Arbuskular merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangat luas dan ada
pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi
dalam akar tanaman dimana cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh
karbon dari hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian, 2006). CMA termasuk fungi divisi Zygomicetes,
famili Endogonaceae yang terdiri dari Glomus, Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora, Paraglomus,
Gigaspora dan Scutellospora. Hifa memasuki sel kortek akar, sedangkan hifa yang lain menpenetrasi
tanah, membentuk chlamydospores (Morton, 2003). Marin (2006) mengemukakan bahwa lebih dari
80% tanaman dapat bersimbiosis dengan CMA serta terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan
pertanian serta memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas
tanaman.
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam
tiga tipe :
1. Ektomikoriza
2. Ektendomikoriza
3. Endomikoriza

Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut
akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara
dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan
korteks membentuk struktur seperrti pada jaringan Hartiq.

Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara
lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks
dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan
tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas.

Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada
permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang
berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut
arbuscules (arbuskul) (Brundrett, 2004).

Hampir sebagian besar jenis tumbuhan berasosiasi dengan jamur tipe AM (Arbuskul Mikoriza), mulai
dari paku-pakuan, jenis rumput-rumputan, padi, hingga pohon rambutan, mangga, karet, kelapa sawit,
dll. Sedangkan beberapa keluarga (family) pohon tingkat tinggi yang biasa dijumpai pada tahap suksesi
akhir bersimbiosa dengan jamur EM (Ekto Mikoriza), misalnya jenis-jenis meranti, kruing, kamper (jenis-
jenis Dipterocarapaceae), pasang, mempening (jenis-jenis Fagaceae), pinus, beberapa jenis Myrtaceae
(jambu-jambuan) dan beberapa jenis legum.

Struktur anatomi AM berbeda dengan EM. Akar yang bersimbiosa dengan EM memiliki struktur khas
berupa mantel (lapisan hifa) yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Struktur mikoriza tersebut
berfungsi sebagai pelindung akar, tempat pertukaran sumber karbon dan hara serta tempat cadangan
karbohidrat bagi jamur. Hifa jamur EM tidak masuk ke dalam dinding sel tanaman inang. Sedangkan akar
yang bersimbiosa dengan AM, harus diamati dibawah mikroskop, karena struktur arbuskular atau
vesicular terbentuk di dalam sel tanaman inang dan hanya dapat diamati di bawah mikroskop setelah
dilakukan perlakuan khusus dan pewarnaan. Struktur arbuskular dan vesicular berfungsi sebagai tempat
cadangan karbon dan tempat penyerapan hara bagi tanaman. Miselium eksternal terdapat pada tipe EM
dan AM, merupakan perpanjangan mantel ke dalam tanah.

Suatu simbiosis terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan infeksi. Proses infeksi
dimulai dengan perkecambahan spora didalam tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam
akar dan berkembang di dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel
intraseluler, hifa internal diantara sel-sel korteks dan hifa ekternal. Penetrasi hifa dan perkembangnnya
biasanya terjadi pada bagian yang masih mengalami proses diferensissi dan proses pertumbuhan. Hifa
berkembang tanpa merusak sel (Anas, 1998).

Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa
umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh mikoriza.
Tanaman pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi mikoriza vesikular-arbuskular adalah kedelai, barley,
bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan
yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas,
jeruk, kakao, apel dan anggur (Rahmawati, 2003).

Cendawan ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang biak jika berassosiasi dengan
tanaman inang. Sampai saat ini berbagai usaha telah dilakukan untuk menumbuhkan cendawaan ini
dalam media buatan, akan tetapi belum berhasil. Faktor ini merupakan suatu kendala yang utama
sampai saat ini yang menyebabkan CMA belum dapat dipoduksi secara komersil dengan menggunakan
media buatan, walaupun pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat mengembirakan. Spora
cendawan ini sangat bervariasi dari sekitar 100 mm sampai 600 mm oleh karena ukurannya yang cukup
besar inilah maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan menyaringnya
(Pattimahu, 2004).
Cendawan CMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai perakaran yang spesifik. Organ khusus
tersebut adalah arbuskul (arbuscule), vesikel (vesicle) dan spora. Berikut ini dijelaskan sepintas lalu
mengenai struktur dan fungsi dari organ tersebut serta penjelasan lain (Pattimahu, 2004).

1. Vesikel (Vesicle)

Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkalan hifa internal secara terminal dan
interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan
organ penyimpanan cadangan makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau
alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. Tipe CMA vesikel memiliki fungsi yang paling
menonjol dari tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam
berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas untuk
meningkatkan probabilitas tanaman (Pattimahu, 2004).

2. Arbuskul

Cendawan ini dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut arbuskular. Arbuskula merupakan
hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga
menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004). Arbuskul merupakan percabangan dari hifa
masuk kedalam sel tanaman inang. Masuknya hara ini ke dalam sel tanaman inang diikuti oleh
peningkatan sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkokan inti sel, peningkatan respirasi dan
aktivitas enzim.

Hifa intraseluler yang telah mencapai sel korteks yang lebih dalam letaknya akan menembus dinding sel
dan membentuk sistem percabangan hifa yang kompleks, tampak seperti pohon kecil yang mempunyai
cabang-cabang yang dibenamkan Arbuskul. Arbuskul berperan dua arah, yaitu antara simbion cendawan
dan tanaman inang.

Mosse dan Hepper (1975) mengamati bahwa struktur yang dibentuk pada akar-akar muda adalah
Arbuskul. Dengan bertambahnya umur, Arbuskul ini berubah menjadi suatu struktur yang menggumpal
dan cabang-cabang pada Arbuskul lama kelamaan tidak dapat dibedakan lagi. Pada akar yang telah
dikolonisasi oleh CMA dapat dilihat berbagai Arbuskul dewasa yang dibentuk berdasarkan umur dan
letaknya. Arbuskul dewasa terletak dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut.

3. Spora

Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di
dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawannya. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung
kandungan logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga mempengaruhi
pertumbuhan miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah beberapa bulan sampai sekarang beberapa
tahun. Namun untuk perkembangan CMA memerlukan tanaman inang. Spora dapat disimpan dalam
waktu yang lama sebelum digunakan lagi (Mosse, 1981).

Mirip dengan cendawan patogen, hifa cendawan CMA akan masuk ke dalam akar menembus atau
melalui celah antar sel epidermis, kemudian apresorium akan tersebar baik inter maupun intraseluler di
dalam korteks sepanjang akar. Kadang-kadang terbentuk pula jaringan hifa yang rumut di dalam sel-sel
kortokal luar. Setelah proses-proses tersebut berlangsung barulah terbentuk Arbuskul,vesikel dan
akhirnya spora (Mosse, 1981).

Schubler et al. (2001) dengan menggunakan data molekuler telah menetapkan kekerabatan diantara
CMA dan cendawan lainnya. CMA sekarang menjadi filum tersendiri, yang memiliki perbedaan tegas,
baik ciri-ciri genetika maupun asal-usul nenek moyangnya, dengan Ascomycota dan Basidiomycota.
Taksonomi CMA berubah menjadi filum Glomeromikota yang memiliki empat ordo yaitu 1)
Archaeosporales (famili Arachaeosporaceae dan Geosiphonaceae), 2) Paraglomerales (famili Para-
glomerace), 3) Diversisporales (famili Acaulosporaceae, Diversisporaceae, Gigaspora-ceae, dan
Pacisporaceae) dan 4) Glomerales (famili Glomerace). Dewasa ini filum Glomeromikota disepakati
memiliki dua belas genus yaitu Archaeo-spora, Geosiphon, Paraglomus, Gigaspora, Scutellospora,
Acaulospora, Kuklospora, Intraspora, Entrophospora, Diversipora, Pacispora, dan Glomus sp.

CMA tidak memiliki inang yang spesifik. Fungi yang sama dapat mengkolonisasi tanaman yang berbeda,
tetapi kapasitas fungi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman bervariasi. Satu spesies fungi
dipertimbangkan efisien ketika pada beberapa kondisi lingkungan yang berbeda: 1) dapat
mengkolonisasi akar secara cepat dan ekstensif, 2) mampu berkompetisi dengan mikroorganisme yang
lain untuk tempat menginfeksi dan mengabsorpsi nutrisi. 3) segera membentuk miselium secara
ekstensif dan ekstraradikal, 4) mengabsorpsi dan mentransfer nutrisi ke tanaman, 5) meningkatkan
keuntungan non nutrisi kepada tanaman, seperti agregasi dan stabilisasi tanah. Walaupun demikian,
biasanya evaluasi hanya mencakup respon tanaman terhadap inokulasi fungi yang berbeda. Oleh karena
itu, jarang sekali satu spesies akan efisien pada semua kondisi lingkungan, sehingga memungkinkan
bahwa inokulasi multi-spesies menunjukan hasil yang terbaik dibandingkan dengan hanya satu spesies.
Hal ini menunjukan adanya kerjasama coexist secara harmonis di dalam akar (Sagin Junior & Da Silva,
2006).

CMA beradaptasi secara edaphoclimatic serta dengan kondisi kultur teknis tanaman. CMA yang
beradaftasi dengan baik tersebut merupakan fungi indigen yang terseleksi dari ekosistem pada tanaman
tersebut. Selanjutnya fungi indigen yang terisolasi harus dievaluasi dalam kaitan respon inokulasi untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah yang berbeda. (Sagin Junior & Da Silva, 2006).
Hal ini sejalan dengan penelitian lapangan yang dilakukan Lukiwati (2007) dan Sieverding (1991) bahwa
keberhasilan inokulasi CMA tergantung kepada spesies CMA indegen serta potensi dari inokulan sendiri.
Lebih jauh dikemukakan bahwa keefektifan populasi CMA indigen berhubungan dengan beberapa faktor
seperti status hara tanah, tanaman inang, kepadatan propagula, serta kompetisi antara CMA dan
mikroorganisme tanah lainnya.

Kepadatan CMA tidak dipengaruhi oleh jenis tanaman penutup tetapi dipengaruhi interaksi antara jenis
tanaman penutup dengan interval kedalaman tanah. Kepadatan CMA tertinggi terdapat pada tanaman
penutup herba (Chromolaena odorata dan Stoma malabathricum) dengan interval kedalaman 0 – 5 cm.
Sedangkan kepadatan terendah terdapat pada tanaman penutup rumput dengan kedalaman 5-15 cm.
Hal ini menunjukan bahwa kedalaman tanah merupakan faktor penting dalam identifikasi dan isolasi
propagula CMA (Handayani et al., 2002).

Tingkat kolonisasi akar merupakan prasyarat CMA pada tanaman inang. Tingkat kolonisasi di lapangan
tergantung pada spesies tanaman inang, kondisi tanah serta spesies CMA indigen. Persentase kolonisasi
juga tergantung kepada kepadatan akar tanaman. Lebih jauh dikatakan bahwa tingkat kolonisasi
memberikan gambaran seberapa besar pengaruh luar terhadap hubungan akar dan CMA (Sieverding,
1991).

II. PERKEMBANGAN PENELITIAN MIKORIZA

Banyak faktor biotik dan abiotik yaang menentukan perkembangan CMA. Faktor-faktor tersebut antar
lain suhu, tanah, kadar air tanah, pH, bahan organik tanah, intensitas cahaya dan ketersediaan hara,
logam berat dan fungisida. Berikut ini faktor tersebut diuraikan satu persatu.

Suhu

Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktivitas cendawan. Untuk daerah tropika basah, hal ini
menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukan CMA melalui 3 tahap yaitu perkecambahan
spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan perkembangan hifa di dalam korteks akar. Suhu
optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung pada jenisnya (Mosse, 1981).

Suhu yang tinggi pada siang hari (35 0C) tidak menghambat perkembangan akar dan aktivitas fisiologi
CMA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40 0C. suhu bukan merupakan faktor pembatas
utama bagi aktivitas CMA. Suhu yang sangat tingi lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
inang (Mosse, 1981).

Kadar Air tanah

Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya CMA menguntungkan karena dapat
meningkatkaan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air. Adanya
CMA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Vesser et al., (1984)
mengamati kenampakan aneh pada bibit tanaman alpukat (Acacua raddiana) yang dinikolasi dengan
CMA.pada tengah hari, saat kelembapan air rendah, daun bibit alpukat ber CMA tetap terbuka
sedangkan tanaman yang tidak dinokulasi tertutup. Hal ini manandakan bahwa tanaman yang tidak
berCMA memiliki evapotranspirasi yang lebih besar dari tanaman ber CMA. Meningkatnya kapasitas
serapan air pada tanaman alpukat ber CMA menyebabkan bibit lebih tahan terhadap pemindahan.

Ada beberapa dugaan mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya
adalah : (1) adanya mikoriza menyebabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga
transport air ke akar meningkat, (2) tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya CMA
menyebabkan status P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan
meningkat pula, (3) adanya hifa ekternal menyebabkan tanaman ber CMA lebih mampu mendapatkan
air daripada yang tidak ber CMA, tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-logam
tanah lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adalah adanya hubungan antara
potensial air tanah dan aktivitas mikoriza. Pada tanaman ber mikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 gram bobot kering tanaman lebih sedikit dari pada tanaman yang tidak bermikoriza,
karena itu (4) tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan barangkali karena pemakaian air
yang lebih ekonomis, (5) pengaruh tidak langsung karena adanya miselium ekternal menyebabkan CMA
mampu dalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat
(Rotwell, 1984).
pH tanah

Cendawan pada umunya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi
masing-masing spesies cendawan CMA terhadap pH tanah berbeda-beda karena pH tanah
mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman
(Mosse, 1981).

Bahan Organik

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping bahan
anorganik, air dan udara. Jumlah spora CMA tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan
organik di dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan
organik 1-2 persen sedangkan paada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0.5 persen kandungan
spora sangat rendah (Anas, 1997).

Residu akar mempengaruhi ekologi cendawan CMA, karena serasah akar yang terinfeksi mikoriza
merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi CMA dari satu tanaman ke tanaman
berikutnya. Serasah tersebut mengandung hifa, vesikel dan spora yang dapat menginfeksi CMA.
Disaamping itu juga berfungsi sebagai inokulan untuk generasi tanaman berikutnya (Anas, 1997).

Cahaya dan Ketersediaan Hara

Anas (1997) menyimpulkan bahwa intensitas cahaya yang tinggi dengan kekahatan nitrogen ataupun
fospor sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat didalam akar sehingga membuat tanaman lebih
peka terhadap infeksi oleh cendawaan CMA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang
mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh
CMA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi CMA meningkat.

Peran mikoriza yang erat dengan penyedian P bagi tanaman menunjukan keterikatan khusus antara
mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan
menurunnya infeksi CMA yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan
inang (Anas., 1997).

Penagruh Logam Berat dan Unsur lain

Pada tanah-tanah tropika sering permasalahan salinitas dan keracunan alumunium maupun mangan.
Sedikit diketahui pangaruh CMA pada pengambilan sodium, klor, alumunium dan mangan. Disamping itu
pengetahuan mengenaai pengaruh masing-masing ion tersebut terhadap terhadap CMA secara langsung
maupun dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman atau metabolisme inang belum banyak
yang diketahui. Mosse (1981) mengamati infeksi CMA lebih tinggi pada tanah yang mengalami
kekahatan Mn daripada yang tidak.

Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa
pengaruh menguntungkan karena adanya CMA menurun dengan naiknya kandungan Al di dalam tanah.
Alumunium di ketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca).
Jumlah Ca di dalam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan CMA. Tanaman yang
ditumbuhkan pada tanah yaang memilik derajat infeksi CMA yang rendah (Happer et al., 1984 dalam
Anas, 1997). Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel.

Beberapa spesies CMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi
sebagian besar spesies CMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain
diketahui pula bahwa strain-strain cendawan CMA tertentu toleran terhadap kandungan Mn, Al, dan Na
yang tinggi (Mosse, 1981).

Fungisida

Fungisida merupakan racun kimia yang dirakit untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada
tanaman. Rupa-rupanya di samping mampu memberantas cendawan penyebab penyakit, fungisida
Agrosan, Benlate, Plantavax, meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah (2.5 mg per g tanah)
menyebabkan turunnya kolonisasi CMA yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan
pengambilan P (Manjunath dan Bagyaraj, 1984).

Pemakaian fungisida menjadi dilematis, di satu pihak jika fungisida tidak dipakai maka tanaman yang
terserang cendawan bisa mati atau merosot hasilnya, tetapi jika dipakai membunuh cendawan CMA
yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Pada masa depan perlu dicari satu cara untuk
mengendalikan penyakit tanaman tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap jasad renik
berguna di dalam tanah. Praktek pengendalian secara biologis perlu mendapat perhatian lebih serius
karena memberikan dampak negatif yang mampu bertindak sebagai pengendali hayati yang aktif
terhadap serangan patogen akar (Marx, 1982 dalam Anas, 1997).

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkecambahan spora cendawan mikoriza. Kondisi
lingkungan dan edapik yang cocok untuk perkecambahan biji dan pertumbuhan akar tanaman biasanya
juga cocok untuk perkecambahan spora cendawan. Cendawan pada umumnya memiliki ketahanan
cukup baik pada rentang faktor lingkungan fisik yang lebar. Mikoriza tidak hanya berkembang pada
tanah berdrainase baik, tapi juga pada lahan tergenang seperti pada padi sawah (Solaiman dan Hirata,
1995). Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya,
cendawan mikoriza masih memperlihatkan eksistensinya (Aggangan et al, 1998). Sifat cendawan
mikoriza ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam upaya bioremidiasi lahan kritis.

Ekosistem alami mikoriza di daerah tropika (tropical rain forest), dicirikan oleh keragaman spesies yang
sangat tinggi, khususnya dari jenis ektomikoriza (Munyanziza et al 1997). Hutan alami yang terdiri dari
banyak spesies tanaman dan umur yang tidak seragam sangat mendukung perkembangan mikoriza.
Konversi hutan untuk lahan pertanian akan mengurangi keragaman jenis dan jumlah propagul
cendawan, karena perubahan spesies tanaman, jumlah bahan organik yang dihasilkan, unsur hara dan
struktur tanah. Hutan multi spesies berubah menjadi hutan monokultur dengan umur seragam sangat
berpengaruh terhadap jumlah dan keragaman mikoriza. Selang waktu antara pembukaan lahan dengan
tanaman komersial berikutnya biasanya cukup lama dan tanah dibiarkan dalam keadaan kosong
sehingga terjadi perubahan drastis pada iklim mikro yang cendrung kering. Akumulasi perubahan
lingkungan mulai dari pembabatan hutan, pembakaran, kerusakan struktur dan pemadatan tanah akan
mengurangi propagul cendawan mikorisa.

Praktek pertanian seperti pengolahan tanah, cropping sistem, ameliorasi dengan bahan organik,
pemupukan dan penggunaan pestisida sangat berpengaruh terhadap keberadaan mikoriza (Zarate dan
Cruz, 1995). Pengolahan tanah yang intensif akan merusak jaringan hifa ekternal cendawan mikoriza.
Penelitian McGonigle dan Miller (1993), menunjukkan bahwa pengolahan tanah minimum akan
meningkatkan populasi mikoriza dibanding pengolahan tanah konvensional. Usahatani tumpangsari
jagung-kedelai juga diketahui meningkatkan perkembangbiakan cendawan VAM. Ameliorasi tanah
dengan bahan organik sisa tanaman atau pupuk hijau merangsang perkembangbiakan cendawan VAM.
Dalam budidaya tradisional, pengolahan tanah berulang-ulang dan panen menyebabkan erosi hara dan
bahan organik dari lahan tersebut dan ini berpengaruh terhadap populasi AM. Dalam pertanian modern
yang menggunakan pupuk dan pestisida berlebihan (Rao, 1994) serta terjadinya kompaksi tanah oleh
alsintan (McGonigle dan Miller, 1993) berpengaruh negatif terhadap mikoriza. Konsekuensinya adalah
produktivitas sistem pertanian akan sangat tergantung pada pupuk buatan dan pestisida.

Pemanfaatan CMA termasuk ke dalam kelompok endomikoriza pada beberapa tanaman komersial telah
menunjukkan hasil yang cukup baik terlihat dari beberapa penelitian berikut ini:

Inokulasi CMA pada apel dapat meningkatkan kandungan P pada daun dari 0,04 menjadi 0, 1 9%
(Gededda et al. 1984). Penggunaan CMA (Glomus etunicatum dan Gigaspora margarita) dapat
meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis bibit apel dan mendorong pertumbuhan tanaman di
pembibitan (Matsubara et al. 1996). Pada tanaman pisang, inokulasi mikoriza juga mampu
meningkatkan pertambahan tinggi tanaman serta kandungan hara N, P, K, dan Ca pada daun (Muas dan
Jumjunidang 1994). Inokulasi CMA pada bibit jeruk dapat memacu pertumbuhannya (Jawal et al. 2005).

Dalam pemanfaatan CMA pada suatu tanaman, jenis dan macam inokulum yang digunakan cukup
menentukan dalam keberhasilan pencapaian sasaran. Penggunaan inokulum CMA campuran yang terdiri
dari beberapa spesies tampaknya lebih efektif daripada penggunaan spesies tunggal (Camprubi dan
Calvet, 1996). Untuk tanaman manggis, CMA campuran yang berasal dari daerah Padang, Sawahlunto
Sijunjung, dan Limapuluh Kota mampu mempercepat pertumbuhan semaian manggis sekitar 40%
dibandingkan dengan semaian yang tidak diinokulasi dengan mikoriza (Muas et al. 2002).

Inokulasi species CMA juga berpengaruh terhadap tinggi bibit hanya pada umur 4 dan 20 MST, jumlah
daun pada umur 4, 8 dan 28 MST, bobot kering tajuk, bobot kering total dan serapan P-tajuk bibit kelapa
sawit. Secara umum pemberian CMA belum dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dan
serapan P-tajuk Inokulasi G. manihotis pada perakaran bibit kelapa sawit menurunkan secara nyata
tinggi bibit pada umur 4 dan 20 MST berturut-turut sebesar 37.7% dan 4.5% dibandingkan dengan
kontrol, sedangkan inokulasi G. aggregatum tidak berbeda dengan kontrol. Demikian pula terhadap
jumlah daun pada umur 4 dan 8 MST, G. manihotis menurunkan jumlah daun berturut-turut sebesar
40% dan 8.7% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan inokulasi G. aggregatum tidak berbeda dengan
kontrol. Pada umur 28 MST kedua species CMA meningkatkan jumlah daun secara nyata masing- masing
sebesar 5.2% dibandingkan dengan kontrol.

III. PEMANFAATAN MIKORIZA

Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah
mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun
mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan
yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).

Selain daripada membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa ekternal. Pada hifa ekternal
akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi mikoriza yang berada diluar akar. Fungsi
utama dari hifa ini adalah untuk menyerap fospor dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa
ekternal, akan segera dirubah manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan
ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke
dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik
yang kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang.

Adanya hifa ekternal ini penyerapan hara terutama posfor menjadi besar dibanding dengan tanaman
yang tidak terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serafan posfor juga disebabkan oleh makin
meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan suatu enzim yang diserap oleh
tanaman. Sebagai contoh dapat dilihat pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan berbagai jenis
tanaman dan juga kandungan posfor tanaman (Anas, 1997).

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya simbiosis ini adalah:


1) miselium fungi meningkatkan area permukaan akuisisi hara tanah oleh tanaman, 2) meningkatkan
toleransi terhadap kontaminasi logam, kekeringan, serta patogen akar,
3) memberikan akses bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan hara yang tidak tersedia menjadi
tersedia bagi tanaman (Gentili & Jumpponen, 2006).

Selanjutnya Sagin Junior dan Da Silva (2006) mengungkapkan bahwa adanya mikoriza berpengaruh
terhadap:
1) adanya peningkatan absorpsi hara, sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai akar lebih cepat,
2) meningkatkan toleransi terhadap erosi, pemadatan, keasaman, salinitas,
3) melindungi dari herbisida, serta
4) memperbaiki agregasi partikel tanah.

Cumming dan Ning (2003) mengemukakan bahwa simbiosis CMA berperan penting dalam resistansi
tanaman terhadap Al. Pengaruh ini terutama terlihat pada peningkatan serapan hara yang diperlukan
tanaman (P, Cu, dan Zn). Selain itu, CMA mereduksi akumulasi elemen lain seperti Al, Fe, dan Mn yang
menjadi masalah pada tanah masam. Penelitian oleh Lee dan George (2001) menunjukkan bahwa hara
P, Zn, dan Cu diserap dan ditransportasikan ke tanaman inang oleh hifa CMA dan sebaliknya unsur-unsur
Cd dan Ni tidak ditransportasikan oleh hifa ke tanaman inang. Hal ini menunjukan bahwa kolonisasi CMA
dapat melindungi tanaman dari pengaruh toksik unsur Cd dan Ni tersebut.

Pada kedelei, infeksi CMA menstimulasi penyerapan Zn. Dengan adanya CMA, konsentrasi Zn pada daun
lebih tinggi. Konsentrasi Cu lebih tinggi pada tanaman dengan CMA dibandingkan dengan tanaman
tanpa CMA pada tahap awal pertumbuhan, tetapi menurun pada saat berbunga dan setelah itu
meningkat lagi (Raman dan Mahadevan, 2006). Hal ini sejalan dengan Pacovsky et al. (1986) yang
mengemukakan bahwa adanya penurunan penyerapan Mn dan Fe sedangkan P, Zn dan Cu meningkat.

Perbaikan pertumbuhan tanaman karena mikoriza bergantung pada jumlah fosfor yang tersedia di
dalam tanah dan jenis tanamannya. Pengaruh yang mencolok dari mikoriza sering terjadi pada tanah
yang kekurangan fosfor. Efisiensi pemupukan P sangat jelas meningkat dengan penggunaan mikoriza.
Hasil penelitian Mosse (1981) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan TSP produksi singkong pada
tanaman yang tidak bermikoriza kurang dari 2 g, sedangkan ditambahkan TSP pada takaran setara
dengan 400 kg P/ha, masih belum ada peningkatan hasil singkong pada perlakuan tanpa mikoriza. Hasil
baru meningkat bila 800 kg P/ha ditambahkan. Pada tanaman yang diinfeksi mikoriza, penambahan TSP
setara dengan 200 kg P/ha saja telah cukup meningkatkan hasil hampir 5 g, penambahan pupuk
selanjutnya tidak begitu nyata meningkatkan hasil.

Manfaat lain pada tanaman yang diberi mikoriza adalah :

1. Peningkatan Ketahanan terhadap Kekeringan

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya
jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang
bermikoriza. Setelah periode kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali
normal. Hal ini disebabkan karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah
saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat (Anas, 1997).

Jaringan hifa ekternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran
hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hipa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang
paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah
(Killham, 1994). Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang
mudah larut dan terbawa oleh aliran masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga
makin meningkat.

Kendala pokok pembudidayaan lahan kering ialah keterbatasan air, baik itu curah hujan maupun air
aliran permukaan. Notohadinagoro (1997) mengatakan bahwa tingkat kekeringan pada lahan kering
sampai batas tertentu dipengaruhi oleh daya tanah menyimpan air. Tingkat kekeringan berkurang atau
lamanya waktu tanpa kekurangan air (water stress) bertambah panjang apabila tanah mempunyai daya
simpan air besar. Sebaliknya tingkat kekeringan meningkat, atau lamanya waktu dengan kekurangan air
bertambah panjang apabila tanah mempunyai daya simpan air kecil. Lama waktu tanpa atau dengan
sedikit kekurangan air menentukan masa musim pertumbuhan tanaman, berarti lama waktu
pertanaman dapat dibudidayakan secara tadah hujan.

Inokulasi mikoriza yang mempunyai hifa akan membantu proses penyerapan air yang terikat cukup kuat
pada pori mikro tanah. Sehingga panjang musim tanam tanaman pada lahan kering diharapkan dapat
terjadi sepanjang tahun. Sejumlah percobaan telah membuktikan hubungan saling menguntungkan,
yaitu adanya cendawan mikoriza sangat meningkatkan efisiensi penyerapan mineral dari tanah.
Cendawan MVA mempunyai hubungan mutualistik dengan tanaman inang, dengan jalan memobilisasi
fosfor dan hara mineral lain dalam tanah, kemudian menukarkan hara ini dengan karbon inang dalam
bentuk fotosintat.

2. Lebih Tahan terhadap Serangan Patogen Akar

Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar
dan unsur toksik. Imas et al (1993) menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai
pelindung biologi bagi terjadinya patogen akar. Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza
menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar terhambat.
Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga
tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak, cendawan mikoriza ada yang dapat
melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen (Anas,1997). Mekanisme perlindungan dapat
diterangkan sebagai berikut :
1. Adanya selaput hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen.
2. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya, sehingga tercipta
lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.
3. Cendawan mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan patogen.
4. Akar tanaman yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza, tidak dapat diinfeksi oleh cendawan patogen
yang menunjukkan adanya kompetisi.

Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam
berat (Killham, 1994). Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan
mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut
dalam hifa cendawan. Khan (1993) menyatakan bahwa VAM dapat terjadi secara alami pada tanaman
pioner di lahan buangan limbah industri, tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya.
Inokulasi dengan inokulan yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah tercemar
unsur toksik.

Mikoriza juga bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan inang. Mikoriza ini menjadi pelindung fisik
yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus penyakit (patogen), sebab jamur ini mampu membuat
bahan antibotik untuk melawan penyakit. Mikoriza sangat mengurangi perkembangan penyakit busuk
akar yang disebabkan oleh Phytopthora cenamoni. Demikian pula mikoriza telah dilaporkan dapat
mengurangi serangan nematode.

Jika terhadap jasad renik berguna, CMA memberikan sumbangan yang menguntungkan, sebaliknya
terhadap jasad renik penyebab penyakit CMA justru berperan sebagai pengendali hayati yang aktif
terutama terhadap serangan patogen akar (Huang et al., 1993). Interaksi sebenarnya antara CMA,
patogen akar, dan inang cukup kompleks dan kemampuan CMA dalam melindungi tanaman terhadap
serangan patogen tergantung spesies, atau strain cendawan CMA dan tanaman yang terserang (Mosse,
1981).

Namun demikian tidak selamanya mikoriza memberikan pengaruh yang menguntungkan dari segi
patogen. Pada tanaman tertentu, adanya mikoriza menarik perhatian zoospora Phytopthora, sehingga
tanaman menjadi lebih peka terhadap penyakit busuk akar.

3. Produksi Hormon dan zat Pengatur Tumbuh

Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan mikoriza dapat menghasilkan hormon
seperti, sitokinin dan giberalin. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah dilaporkan sebagai
hasil metabolisme cendawan mikoriza (Anas, 1997). Cendawan mikoriza bisa membentuk hormon
seperti auxin, citokinin, dan giberalin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman.

4. Manfaat Tambahan dari Mikoriza

Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh
mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25%
kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro (De la cruz, 1981 dalam Husin dan Marlis, 2000).

Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena aman dipakai, tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka
manfaatnya akan diperoleh untuk selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi
pada pH yang rendah. Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan kelapang lebih
baik dari yang tanpa mikoriza (Anas, 1997).

Mikoriza berpegaruh juga dari segi fisik, yaitu dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak
mengandung logam berat, dan daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk digunakan pada
proyek rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang. Bahkan ada mikoriza yang menginfeksi tanaman
yang tumbuh di dalam air. Hasil penelitian sementara staf Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB
menunjukkan bahwa dari akar padi sawah juga dapat diinokulasi mikoriza tertentu. Bila ini benar, maka
tidak mustahil mikoriza akan memegang peranan sangat penting dalam pengembangan pertanian di
Indonesia (Anas, 1997).

5. Perbaikan Struktur Tanah.

Mikoriza merupakan salah satu dari jenis jamur. Jamur merupakan suatu alat yang dapat memantapkan
struktur tanah. Cendawan mikoriza melalui jaringan hifa eksternal dapat memperbaiki dan
memantapkan struktur tanah. Sekresi senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir oleh
jaringan hifa eksternal yang mampu mengikat butir-butir primer menjadi agregat mikro. "Organic
binding agent" ini sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat mikro. Kemudian agregat mikro
melalui proses "mechanical binding action" oleh hifa eksternal akan membentuk agregat makro yang
mantap.

Wright dan Uphadhyaya (1998) mengatakan bahwa cendawan VAM mengasilkan senyawa glycoprotein
glomalin yang sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat.. Menurut Hakim, et al
(1986) faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti benang-
benang jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel lainnya Selain akibat dari
perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari senyawa-senyawa polysakarida,
asam organik dan lendir yang di produksi juga oleh hifa-hifa eksternal, akan mampu mengikat butir-butir
primer/agregat mikro tanah menjadi butir sekunder/agregat makro. Agen organik ini sangat penting
dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat dan pengikatan oleh asam-asam dan
hifa tadi akan membentuk agregat makro yang mantap (Subiksa, 2002).

Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan
hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan
kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002).

Konsentrasi glomalin lebih tinggi ditemukan pada tanah-tanah yang tidak diolah dibandingkan dengan
yang diolah. Glomalin dihasilkan dari sekresi hifa eksternal bersama enzim-enzim dan senyawa
polisakarida lainnya. Pengolahan tanah menyebabkan rusaknya jaringan hifa sehingga sekresi yang
dihasilkan sangat sedikit.
Pembentukan struktur yang mantap sangat penting artinya terutama pada tanah dengan tekstur berliat
atau berpasir. Thomas et al (1993) menyatakan bahwa cendawan VAM pada tanaman bawang di tanah
bertekstur lempung liat berpasir secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik, lebih
berpori dan memiliki permeabilitas yang tinggi, namun tetap memiliki kemampuan memegang air yang
cukup untuk menjaga kelembaban tanah.. Struktur tanah yang baik akan meningkatkan aerasi dan laju
infiltrasi serta mengurangi erosi tanah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Dengan demikian mereka beranggapan bahwa cendawan mikoriza bukan hanya simbion bagi tanaman,
tapi juga bagi tanah.

Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi perbaikan sifat fisik tanah yang lain. Sifat-
sifat fisik tanah yang diperbaiki akibat terbentuknya struktur tanah yang baik seperti perbaikan porositas
tanah, perbaikan permeabilitas tanah serta perbaikan dari pada tata udara tanah.

Perbaikan dari struktur tanah juga akan berpengaruh langsung terhadap perkembangan akar tanaman.
Pada lahan kering dengan makin baiknya perkembangan akar tanaman, akan lebih mempermudah
tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan air, karena memang pada lahan kering faktor pembatas
utama dalam peningkatan produktivitasnya adalah kahat unsur hara dan kekurangan air. Akibat lain dari
kurangnya ketersediaan air pada lahan kering adalah kurang atau miskin bahan organik. Kemiskinan
bahan organik akan memburukkan struktur tanah, lebih-lebih pada tanah yang bertekstur kasar
sehubungan dengan taraf pelapukan rendah.

6. Meningkatkan Serapan Hara P

Hal sangat penting, yaitu Mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut fosfat atau
bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan mikoriza dapat meningkatkan serapan P
oleh tanaman tomat (Kim et al,1998) dan pada tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999). Adanya
interaksi sinergis antara VAM dan bakteri penambat N2 dilaporkan oleh Azcon dan Al-Atrash (1997)
bahwa pembentukan bintil akar meningkat bila tanaman alfalfa diinokulasi dengan Glomus moseae.
Sebaliknya kolonisasi oleh jamur mikoriza meningkat bila tanaman kedelai juga diinokulasi dengan
bakteri penambat N, B. japonicum.cendawan mikoriza ini memiliki enzim pospatase yang mampu
menghidrolisis senyawa phytat (my-inosital 1,2,3,4,5,6 hexakisphospat). Phytat adalah senyawa phospat
komplek, phytat tertimbun didalam tanah hingga 20%-50% dari total phospat organik, merupakan
pengikat kuat (chelator) bagi kation seperti Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg++), Seng (Zn++), Besi (Fe++),
dan protein.
Phytat di dalam tanah merupakan sumber phosphat, dengan bantuan enzim phospatase phytat dapat
dihidrolisis menjadi myoinosital, phosphor bebas dan mineral, sehingga ketersediaan phosphor dan
mineral dalam tanah dapat terpenuhi. Dengan demikian cendawan mikoriza terlibat dalam siklus dan
dapat memanen unsur P.

Di beberapa negara terungkap bahwa beberapa jenis tanaman memberikan respon positif terhadap
inokulasi cendawan mikoriza (MVA). Tanaman bermikoriza dapat menyerap P, dalam jumlah beberapa
kali lebih besar dibanding tanaman tanpa mikoriza, khususnya pada tanah yang miskin P. Disamping itu
tanaman yang terinfeksi MVA ternyata daya tahan tanaman dan laju fotosintesis lebih tinggi dibanding
tanaman tanpa MVA, meskipun konsentrasi P pada daun rendah (kekurangan). Dengan adanya hifa
(benang-benang yang bergerak luas penyebarannya), maka tanaman menjadi lebih tahan kekeringan.
Hifa cendawan ini memiliki kemampuan istimewa, disaat akar tanaman sudah kesulitan menyerap air,
hifa jamur masih mampu meyerap air dari pori-pori tanah.

Secara alami mikoriza terdapat secara luas, mulai dari daerah artik tundra sampai ke daerah tropis dan
dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan tropis, yang melibatkan lebih dari 80% tumbuhan
yang ada (Subiksa, 2002). Perkembangan kehidupan mikoriza berlangsung di dalam jaringan akar
tanaman inang, setelah didahului dengan proses infeksi akar. Prihastuti et al., (2006) menyatakan bahwa
lahan kering masam di Lampung Tengah banyak mengandung mikoriza vesikular-arbuskular, yang
diindikasikan dengan tingginya tingkat infeksi akar, yaitu mencapai 70,50–90,33%. Lahan kering masam
merupakan lahan yang kurang produktif, namun sangat luas ketersediaannya dan berpotensi untuk
dikembangkan (Sudaryono, 2006). Lahan kering masam merupakan lahan yang perlu diupayakan
kesuburannya untuk digunakan sebagai areal tanam komoditi pangan.

Mikoriza mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan yang kurang menguntungkan
bagi pertumbuhan mikroba tanah lainnya (Keltjen, 1997). Semakin banyak tingkat infeksi akar yang
terjadi, memungkinkan jaringan hifa eksternal yang dibentuk semakin panjang dan menjadikan akar
mampu menyerap fosfat lebih cepat dan lebih banyak (Stribley, 1987). Mikoriza mempunyai peranan
yang cukup besar dalam meningkatkan produktivitas tanaman di lahan marginal maupun dalam menjaga
keseimbangan lingkungan (Aher, 2004). Dengan demikian inokulasi mikoriza diharapkan dapat
membantu dalam merehabilitasi lahan kritis, yang sampai saat ini belum ada usaha pelestarian lahan
kritis secara maksimal.
Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan tanaman inangnya mendatangkan manfaat
positif bagi keduanya (simbiosis mutualistis). Karenanya inokulasi cendawan mikoriza dapat dikatakan
sebagai 'biofertilization", baik untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun tanaman
penghijauan (Killham, 1994).

Bagi tanaman inang, adanya asosiasi ini, dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
pertumbuhannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, cendawan
mikoriza berperan dalam perbaikan struktur tanah, meningkatkan kelarutan hara dan proses pelapukan
bahan induk. Sedangkan secara langsung, cendawan mikoriza dapat meningkatkan serapan air, hara dan
melindungi tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Nuhamara (1994) mengatakan bahwa
sedikitnya ada 5 hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini yaitu :
1. Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar.
3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim
4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auxin.
6. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.

Dalam kaitan dengan pertumbuhan tanaman, Plencette et al dalam Munyanziza et al (1997)


mengusulkan suatu formula yang dikenal dengan istilah "relatif field mycorrhizal depedency" (RFMD) :
RFMD = [ (BK. tanaman bermikoriza - BK. tanaman tanpa mikoriza) / BK. Tanaman tanpa mikoriza ] x 100
%

Namun demikian, respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan cendawan,
tapi juga oleh kondisi tanah dimana percobaan dilakukan. Efektivitas mikoriza dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengolahan
tanah dan penggunaan pupuk/pestisida) dan faktor biotik (interaksi mikrobial, spesies cendawan,
tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar cendawan mikoriza). Adanya
kolonisasi mikoriza dengan respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan
bahwa cendawan mikoriza lebih bersifat parasit (Solaiman dan Hirata, 1995).

7. Peranan Mikoriza Pada Perbaikan Lahan Kritis

7.1. Lahan yang ditumbuhi tanaman Alang-Alang

Padang alang-alang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau besar lainnya. Lahan
alang-alang pada umumnya adalah tanah mineral masam, miskin hara dan bahan organik, kejenuhan Al
tinggi. Disamping itu padang alang-alang juga memiliki sifat fisik yang kurang baik sehingga kurang
menguntungkan kalau diusahakan untuk lahan pertanian. Alang-alang dikenal sebagai tanaman yang
sangat toleran terhadap kondisi yang sangat ekstrim. Diketahui bahwa alang-alang berasosiasi dengan
berbagai cendawan mikoriza arbuscular seperti Glomus sp., Acaulospora dan Gigaspora (Widada dan
Kabirun ,1997).

Kemasaman dan Al-dd tinggi bukan merupakan faktor pembatas bagi cendawan mikoriza tersebut, tapi
merupakan masalah besar bagi tanaman/tumbuhan. Dengan demikian cendawan mikoriza ini dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan. Kabirun dan Widada (1994) menunjukkan bahwa
inokulasi MVA mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan hasil kedelai pada tanah Podsolik
dan Latosol. Pada tanah Podsolik serapan hara meningkat dari 0,18 mg P/tanaman menjadi 2,15 mg
P/tanaman., sedangkan hasil kedelai meningkat dari 0,02 g biji/tanaman menjadi 5,13 g biji/tanaman.
Pada tanah Latosol serapan hara meningkat dari 0,13 mg P/tanaman menjadi 2,66 mg P/tanaman, dan
hasil kedelai meningkat dari 2,84 g biji/tanaman menjadi 5,98 g biji/tanaman. Penelitian pemupukan
tanaman padi menggunakan perunut 32P pada Ultisols menunjukkan bahwa serapan hara total maupun
yang berasal dari pupuk meningkat nyata pada tanaman yang diinokulasikan dengan cendawan VAM (Ali
et al, 1997).

Disamping untuk tanaman pangan, penghutanan kembali lahan alang-alang juga sangat diperlukan
untuk memperbaiki kondisi hidrologi di wilayah tersebut dan daerah hilirnya. Kegagalan program
reboisasi yang dilakukan di lahan alang-alang dapat diatasi dengan menginokulasikan mikoriza pada bibit
tanaman penghijauan. Bibit yang sudah bermikorisa akan mampu bertahan dari kondisi yang ekstrim
dan berkompetisi dengan alang-alang. Penelitian Ba et al (1999) yang dilakukan pada tanah kahat hara
menunjukkan bahwa inokulasi ektomikoriza pada bibit tanaman Afzelia africana dapat meningkatkan
pertumbuhan bibit dan serapan hara oleh tanaman hutan tersebut (Tabel 1 ). Pentingnya mikoriza
didukung oleh penemuan bahwa tanaman asli yang berhasil hidup dan berkembang 81% adalah
bermikoriza.
Pada lahan alang-alang yang sistem hidrologinya telah rusak, persediaan air bawah tanah menjadi
masalah utama karena tanahnya padat, infiltrasi air hujan rendah, sehingga walaupun curah hujan tinggi
tapi cadangan air bawah permukaan tetap sangat terbatas. Pengalaman menunjukkan bahwa kondisi ini
merupakan salah satu sebab kegagalan program transmigrasi lahan kering. Petani transmigran kesulitan
untuk mendapatkan air bersih dan tanaman (khususnya tanaman pangan) sering gagal panen karena
stres air.

Tanaman yang bermikoriza terbukti mampu bertahan pada kondisi stres air yang hebat. Hal ini
disebabkan karena jaringan hipa eksternal akan memperluas permukaan serapan air dan mampu
menyusup ke pori kapiler sehingga serapan air untuk kebutuhan tanaman inang meningkat.

Morte et al (2000) menunjukkan bahwa tanaman Helianthenum almeriens yang diinokulasi dengan
Terfesia claveryi mampu berkembang menyamai tanaman pada kadar air normal yang ditandai berat
kering tanaman, net fotosintesis, serta serapan hara NPK.

Penelitian lain menunjukkan bahwa tanaman narra (Pterocarpus indicus) (Castillo dan Cruz, 1996) dan
pepaya (Cruz et al, 2000) bermikoriza memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap kekeringan
dibandingkan tanaman tanpa mikoriza yang ditandai dengan kandungan air dalam jaringan dan
transpirasi yang lebih besar, meningkatnya tekanan osmotik, terhidar dari plasmolisis, meningkatnya
kandungan pati dan kandungan proline (total dan daun) yang lebih rendah selama stress air.

7.2 Lahan dengan Salinitas Tinggi

Tanah yang memiliki salinitas sedang sampai tinggi banyak ditemukan di daerah yang beriklim kering
dimana curah hujan jauh lebih rendah dari laju evapotranspirasi sehingga terjadi akumulasi garam
mudah larut di dekat permukaan tanah. Salinitas tinggi juga dapat ditemukan di daerah-daerah pantai
dimana air pasang laut secara periodik akan menggenangi lahan tersebut. Di daerah tertentu dimana air
tawar susah didapat, kadang-kadang terpaksa menggunakan air bersalinitas tinggi sebagai air irigasi.
Dalam kondisi salinitas tinggi, jarang ada tanaman yang dapat tumbuh dengan baik, karena keracunan
NaCl atau potensial osmotik yang rendah dalam sel dibandingkan dengan larutan tanah. Dengan
demikian maka perlu dicari tanaman yang toleran terhadap salinitas atau memodifikasi lingkungan
sehingga tanaman mampu bertahan dibawah kondisi demikian.

Cendawan VAM seperti Glomus spp mampu hidup dan berkembang dibawah kondisi salinitas yang tinggi
dan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kehilangan hasil karena salinitas (Lozano et
al, 2000). Mekanisme perlindungannya belum diketahui dengan pasti, tapi diduga disebabkan karena
meningkatnya serapan hara immobil seperti P, Zn dan Cu (Al-Kariki, 2000). Lebih lanjut Al-Kariki (2000)
mendapatkan bahwa tanaman tomat yang diinokulasi dengan mikoriza pertumbuhannya lebih baik
dibanding dengan tanpa mikoriza. Konsentrasi P dan K rata-rata lebih tinggi sedangkan konsentrasi Na
rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Hal ini berarti bahwa cendawan
VAM dapat sebagai filter bagi unsur hara tertentu yang tidak dikehendaki oleh tanaman. Peneliti lain,
Lozano et al (2000) membandingkan efektivitas Glomus deserticola dengan Glomus sp lainnya yang
merupakan cendawan autochthonous lahan salin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Glomus
deserticola lebih efektif dari Glomus sp.

3. Bioremediasi Tanah Tercemar

Pencemaran lingkungan tanah belakangan ini mendapat perhatian yang cukup besar, karena globalisasi
perdagangan menerapkan peraturan ekolabel yang ketat. Sumber pencemar tanah umumnya adalah
logam berat dan senyawa aromatik beracun yang dihasilkan melalui kegiatan pertambangan dan
industri. Senyawa-senyawa ini umumnya bersifat mutagenik dan karsinogenik yang sangat berbahaya
bagi kesehatan (Joner dan Leyval, 2001). Bioremidiasi tanah tercemar logam berat sudah banyak
dilakukan dengan menggunakan bakteri pereduksi logam berat sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan memiliki kontribusi yang lebih besar dari
bakteri, dan kontribusinya makin meningkat dengan meningkatnya kadar logam berat (Fleibach, et al,
1994).

Cendawan ektomikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam beracun dengan
melalui akumulasi logam-logam dalam hifa ekstramatrik dan "extrahyphae slime" ( Galli et al, 1994 dan
Tam, 1995 dalam Aggangan et al, 1997) sehingga mengurangi serapannya ke dalam tanaman inang.
Namun demikian, tidak semua mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman inang terhadap logam
beracun, karena masing-masing mikoriza memiliki pengaruh yang berbeda. Pemanfaatan cendawan
mikoriza dalam bioremidiasi tanah tercemar, disamping dengan akumulasi bahan tersebut dalam hifa,
juga dapat melalui mekanisme pengkomplekan logam tersebut oleh sekresi hifa ekternal.

Polusi logam berat pada ekosistem hutan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman hutan
khususnya perkembangan dan pertumbuhan bibit tanaman hutan (Khan, 1993). Hal semacam ini sangat
sering terjadi disekitar areal pertambangan (tailing dan sekitarnya). Kontaminasi tanah dengan logam
berat akan meningkatkan kematian bibit dan menggagalkan prgram reboisasi. Penelitian Aggangan et al
(1997) pada tegakan Eucalyptus menunjukkan bahwa Ni lebih berbahaya dari Cr. Gejala keracunan Ni
tampak pada konsentrasi 80 umol/l pada tanah yang tidak dinokulasi dengan mikoriza sedangkan tanah
yang diinokulasi dengan Pisolithus sp., gejala keracunan terjadi pada konsentrasi 160 umol/l. Isolat
Pisolithus yang diambil dari residu pertambangan Ni jauh lebih tahan terhadap kadar Ni yang tinggi
dibandingkan dengan Pisolithus yang diambil dari tegakan eucaliptus yang tidak tercemar logam berat.

Upaya bioremediasi lahan basah yang tercemar oleh limbah industri (polutan organik, sedimen pH tinggi
atau rendah pada jalur aliran maupun kolam pengendapan) juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan
tanaman semi akuatik seperti Phragmites australis. Oliveira et al, (2001) menunjukkan bahwa P. australis
dapat berasosiasi dengan cendawan mikoriza melalui pengeringan secara gradual dalam jangka waktu
yang pendek. Hal ini dapat dijadikan strategi pengelolaan lahan terpolusi (phytostabilisation) dengan
meningkatkan laju perkembangan spesies mikotropik. Penelitian Joner dan Leyval (2001) menunjukkan
bahwa perlakuan mikoriza pada tanah yang tercemar oleh polysiklik aromatic hydrocarbon (PAH) dari
limbah industri berpengaruh terhadap pertumbuhan clover, tapi tidak terhadap pertumbuhan reygrass.
Dengan mikoriza laju penurunan hasil clover karena PAH dapat ditekan. Tapi bila penambahan mikoriza
dibarengi dengan penambahan surfaktan, zat yang melarutkan PAH, maka laju penurunan hasil clover
meningkat.

Tanaman yang tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti Rani et al (1991) menunjukkan
bahwa dari 18 spesies tanaman setempat yang diteliti, 12 diantaranya bermikoriza. Tanaman yang
berkembang dengan baik di lahan limbah batubara tersebut, ditemukan adanya "oil droplets" dalam
vesikel akar mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi, sehingga bahan beracun
tersebut tidak sampai diserap oleh tanaman.

Hasil Penelitian-Penelitian dalam Pemanfaatan Mikoriza

Dari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon tanaman jagung terhadap inokulasi jamur
Mikoriza Vesikular Arbuskular (Gigaspora margarita) dan sludge cair di tanah Andisol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa inokulasi Gigaspora margarita memberikan hasil yang terbaik terhadap hampir
semua parameter meningkatkan kandungan P dalam jaringan tanaman, efisiensi penyerapan P,
mempercepat umur berbunga tanaman jagung, meningkatkan N tanah setelah percobaan, dan
meningkatkan hasil tanaman jagung (Bintoro M et al., 2000).

Menurut Wachjar et al (2002), dari hasil percobaan yang dilakukan bahwa pemberian CMA berpengaruh
terhadap jumlah daun, bobot kering dan serapan P pada tajuk bibit kelapa sawit, tetapi tidak terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada umur 20 MST.

Penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tropika (2007), tentang pengembangan
tanaman manggis dalam skala luas masih terkendala pada lambatnya laju tumbuh tanaman, baik pada
fase bibit maupun setelah tanam di lapang. Lambatnya laju pertumbuhan tersebut akibat kurang
baiknya sistem perakaran. Tanaman manggis memiliki sistem perakaran lateral yang relatif sedikit dan
miskin akan bulu-buku akar, mengakibatkan penyerapan hara dan air dari dalam tanah sangat terbatas.
Penggunaan CMA sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan,
produktivitas, dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah.

Hasil dari penggunaan CMA untuk pembibitan manggis di Sawahlunto, dapat memacu pertumbuhan
bibit manggis sekitar 50% lebih cepat dibandingkan dengan tidak diinokulasi CMA. Inokulasi CMA pada
tanaman dilakukan dengan cara meletakkannya ke bidang perakaran. Inokulum tersebut merupakan
media pengadaan spora (biasanya pasir atau zeolit) yang mengandung spora CMA dan potongan-
potongan akar tanaman inang. Cara ini mempunyai kelemahan di antaranya bobotnya cukup berat
sehingga kurang praktis, sulit dan cukup mahal transportasinya. Untuk itu para peneliti mengemas spora
CMA ke dalam bentuk yang lebih prakits dan sederhana dengan dosis spora yang diketahui secara pasti
agar mudah diaplikasikan. Spora CMA dikemas ke dalam kapsul dengan menggunakan Carier (bahan
pencampur) yang tebaik dari tanah hitam.
Spora CMA yang dikemas dalam kapsul ini mempunyai daya simpan cukup lama, karena dalam waktu 18
bulan masih cukup infektif dan efektif dalam memacu pertumbuhan bibit manggis. Cara aplikasi kapsul
ini juga sangat mudah yaitu dengan membuat lubang dengan sebilah bambu sebesar pensil di sebelah
kiri atau kanan bibit manggis sedalam 4-5 cm, selanjutnya kapsul bermikoriza tersebut dimasukkan ke
dalam lubang dan lubang ditutup kembali dengan tanah.

Percobaan untuk mengetahui serapan P dan pertumbuhan tanaman tembakau Deli dengan inokulasi
berbagai jenis mikoriza vesikular arbuskular dan pemberian pupuk kandang ayam pada tanah Inceptisol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat koleksi IPB dengan pemberian pupuk kandang ayam ternyata
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap serapan P, derajat infeksi akar dan pertumbuhan
tanaman tembakau Deli dibandingkan dengan inokulasi berbagai jenis mikoriza vesikular arbuskular
yang lain (Simangunsong S.S, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Husnal et al (2007), tentang peranan mikoriza pada tanaman jati,
misalnya jati bukti keunggulannya dengan menggunakan pupuk hayati mikoriza. Hanya dalam usia
kurang dari lima tahun, diameter batang tanaman jati bermikoriza di lahan penelitiannya seluas satu
hektare, telah mencapai sekitar 10 sentimeter. Ukuran ini sama dengan tanaman jati berumur 12 tahun
yang dibudidayakan tanpa menggunakan mikoriza.

Indikasi tersebut membuat usia tebang tanaman jati muna maupun spesies jati lainnya dapat lebih
singkat dari 40-60 tahun menjadi 15-20 tahun dengan garis tengah 30 sentimeter. "Untuk apa menanam
jati super yang belum teruji kualitasnya. Selain itu, jati super bukan spesies khas Sulawesi Tenggara,"
ujar Husna yang menentang pengembangan jati super dalam upaya melindungi spesies genetik jati
muna. Dengan teknologi mikoriza, berharap jati muna yang telah dikenal berkualitas tinggi itu dapat
dikembangkan sebagai tanaman massal seperti tanaman komoditas perkebunan. Tujuannya, selain
untuk meningkatkan pendapatan rakyat juga sekaligus melestarikan serta meningkatkan populasi kayu
jati muna sebagai ciri khas daerah Sulawesi Tenggara. Untuk mewujudkan harapannya, ia mengelola
persemaian jati seluas dua hektare yang menghasilkan bibit jati muna bermikoriza. Bibit tersebut
disalurkan kepada warga yang berminat mengembangkan tanaman jati muna.

Penelitian lain tentang varietas tebu menggunakan Ps 58 dan pupuk mikoriza digunakan Biofer 2000-N.
Lokasi penelitian ditetapkan pada tanah Alfisol, dengan kadar P tersedia "rendah" ; 8,72 ppm dan tanah
Inceptisol, dengan kadar P tersedia "sangat tinggi" ; 69,5 ppm. Pupuk mikoriza mampu meningkatkan
kadar P nira, sebesar 38,84 % - 71,65 %. Peningkatan kadar P nira, diikuti dengan peningkatan rendemen
tebu sebesar 4,76 % -21,15 %. Pupuk mikoriza mampu meningkatkan produktivitas gula (hablur) sebesar
13,66 % - 67,90 %. Kenaikan produktivitas hablur di tanah dengan P tersedia "rendah" lebih tinggi
sebesar 27,80 % - 40,11 % dibanding di tanah dengan P tersedia "sangat tinggi". Cara aplikasi pupuk
mikoriza terbaik dengan cara dicampur dengan pupuk dasar. Aras takaran pupuk mikoriza adalah 8
ku/ha di tanah dengan P tersedia rendah dan 4 ku/ha di tanah dengan P tersedia tinggi. Pemakaian
pupuk mikoriza dapat mengurangi aras takaran pupuk SP-36 sebesar 25 – 50 % (Adinurani et al., 2008).

Aplikasi pupuk hayati cendawan mikoriza arbuskula pada budidaya tanaman ubi kayu sangat
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Penerapan teknologi produksi inokulum
cendawan mikoriza arbuskula secara langsung di lapangan (on farm production) akan sangat banyak
membantu, mengingat beberapa kendala apabila inokulum tersebut dibutuhkan dalam jumlah yang
cukup banyak. Dengan teknologi ini beberapa keuntungan yang diperoleh diantaranya ialah dapat
segera langsung diaplikasikan tanpa tranportasi yang cukup jauh dan dapat diperoleh inokulum dalam
jumlah yang banyak yaitu sekitar 4 ton per 25 m 2 lahan produksi inokulum.

Alur Pembuatan

Metoda atau cara produksi inokulum mikoriza dan aplikasi secara langsung di lahan atau on farm
production adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan
Diperlukan bedengan berukuran 25 m 2 untuk menghasilkan 4 000 kg inokulum berupa campuran tanah,
spora dan akar terinfeksi. Sebaiknya dipilih lahan yang kurang subur yang dekat dengan areal
penanaman.

2. Sterilisasi Lahan
Pada lahan di atas disebarkan 50-60 g dazomet granular per m2, diaduk merata, lalu disiram air untuk
melarutkan butiran dazomet dan ditutup plastik. Perlakukan berikutnya adalah pencangkulan, selain
untuk meratakan hasil, juga untuk menguapkan sisa fumigasi.Lima hari kemudian, bedeng tersebut
dapat digunakan.

3. Inokulasi
Pada tiap lubang yang dibuat, diberikan starter inokulumdari jenis cendawan mikoriza yang akan
dikembang biakkan. Tanaman inang dapat berupa jagung, sorgum atau pueraria. Untuk menjamin
terjadinya infeksi pada media pengecambahan dapat diberi inokulum sebagai perlakuan pra-inokulasi
sebelum ditanam di bedeng perbanyakan.

4. Multiplikasi
Perawatan tanaman perlu dilakukan selama pertumbuhan tanaman di lahan atau bedeng pembiakan.
Setelah tanaman inang keluar bunga (jantan atau betina) sebaiknya digunting agar tanaman dapat
merangsang terbentuknya spora cendawan mikoriza di lahan tersebut.

5. Panen Inokulum
Setelah tanaman inang mengering, tanah bedeng tersebut sudah dapat digunakan sebagai inokulum.
Pengambilan tanah sebagai inokulum dilakukan hingga kedalaman sebatas lapisan olah yang telah
dilakukan sebelumnya (20-30 cm).

6. Pemakaian hasil
Hasil panen dapat langsung diaplikasikan pada tanaman ubi kayu dengan dosis 200 g per tanaman. Stek
ubi kayu ditanamkan pada lubang tersebut tepat diatas permukaan inokulum yang diberikan.

Manfaat
1. Mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang harganya relatif mahal
2. Aplikasi inokulum cukup dilakukan satu kali untuk beberpa musim tanam.
3. Memberikan respon yang positif pada tanaman (Balai Penelitian Ilmu dan Teknologi, 2008).

APLIKASI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PROGRAM REBOISASI

Perhatian utama pada cendawan mikoriza vesikular arbuskular, karena peranannya sebagai simbion
perakaran dari hampir semua jenis tanaman, dan kesuksesannya sebagai jaringan penyerap nutrisi
utama dari beragam tanaman, termasuk yang digunakan dalam program reboisasi di Indonesia. Dalam
rangka pelaksanaan program ini, telah diberikan Asosiasi Mycorrhizal Indonesia, yang memberikan
informasi dan berbagai teknik untuk para ilmuwan Indonesia yang meneliti dan bekerja dengan objek
jamur ini secara kelompok di IPB. Proyek reboisasi juga mendukung pengadaan koleksi germ plasm dari
spesies asli jamur mikoriza arbuskular di IPB, yang akhirnya dikembangkan secara komersil.

Dalam teknik pemberian mikoriza, dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain; (1) menggunakan
tanah yang sudah mengandung mikoriza, (2) menggunakan akar yang mengandung mikoriza, (3)
menggunakan miselia cendawan, dan (4) menggunakan spora mikoriza yang sudah dikemas dalam
bentuk kapsul. Inokulum (bahan yang mengandung mikoriza) diberikan bersama pada waktu
persemaian. Pada lahan yang sudah pernah diinokulasi dengan inokulum mikoriza, untuk penanaman
berikutnya tidak perlu diinokulasi lagi, karena masih dapat bertahan untuk periode selanjutnya.

Banyak ahli dari berbagai negara mencoba menumbuhkan (menginokulasikan) mikoriza secara buatan.
Di IPB, ahli mikoriza telah membuatnya dalam bentuk tablet dan sudah diujicobakan pada tanah di
daerah Lampung, Kalimantan, dan di kebun percobaan kampus Dermaga. Percobaan diterapkan pada
bibit-bibit tanaman industri, dan hasilnya tanaman yang diberi pil tablet mikoriza pada akarnya, dapat
tumbuh dua sampai tiga kali lebih cepat.

Tablet ini dibuat dari cendawan, dengan cara diambil dari mikoriza yang dibentuknya, kemudian
dimurnikan dari jamur-jamur lain yang berada disekelilingnya. Setelah teruji kemurniannya, jamur ini
ditumbuhkan pada media buatan dari tanah dan bahan-bahan organik untuk dijadikan bahan baku pil.
Untuk membuat tablet, biomassa jamur yang terdiri dari benang-benang miselia itu, ditumbuk halus
bersama media tumbuhnya. Selanjutnya bubuk yang mengandung bibit jamur itu dicetak menjadi
batang-batang silinder panjang dengan diameter 0,7 sentimeter. Untuk melindungi dari kontaminasi
cendawan jenis lain, racikan bubuk itu dimasukan kedalam kapsul. Pil mikoriza ini hanya cocok untuk
bibit tanaman. Aturan pakainya sederhana, satu tablet untuk satu bibit. Setelah itu pil dipecah-pecah,
dicampurkan dengan tanah yang dipakai untuk menumbuhkan bibit tanaman. Setelah diberikan pada
bibit tanaman, cendawan akan tumbuh dan menempel pada akar tanaman. Miselianya dapat menutup
permukaan akar dan tumbuh mengikuti perkembangan akar, lebih mudah menangkap air tanah dan zat-
zat hara, dengan demikian tanaman tumbuh lebih bongsor. Pengaruh yang jelas terlihat karena adanya
mikoriza adalah tanaman pinus. Benang-benang miselia yang menempel pada akar pinus, mampu
menambah daya tahan akar tanaman.

You might also like