You are on page 1of 7

RESUME

INFERTILITAS

Disusun Untuk Memenuhi Modul Seksualitas

Kelompok I

1. Hani Tuasikal (G2B009010 )


2. Richa Mandila (G2B009011 )
3. Prapti Wuryani (G2B009012 )
4. Nisa Ikhtiarani (G2B009013 )
5. Pratiwi Sutami (G2B009014 )
6. Wahyu Prasetyaningrum (G2B009015 )
7. Rahayu Fitrianingtyas (G2B009017 )
8. Purhita Haniti (G2B009037 )
9. Nur Arifah (G2B009038 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011
1. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah satu
tahun berhubungan seksual tanpa pelindung. Infertilitas primer mengacu pada psangan
yang tidak pernah mempunyai anak sedangkan infertilitas sakunder bearti bahwa
setidaknya satu konsep telah terjadi tetapi akhir-akhir ini pasangan tidak dapat mencapai
kehamilan.

2. Penyebab infertilitas perempuan dan laki-laki


Pada laki-laki mungkin terjadi perubahan tingkat motilitas sperma dan penurunan
kualitas atau pembentukan sperma yang abnorma, semen bersifat basa, seperti juga halnya
sekresi servikal. Sedangakn pada wanita mungkin mengalami penurunan kepatenan tuba
karena endometoris atau infeksi pelviks, anatomi utetus yang abnormal, atau perubahan
hormonal yang mempengaruhi perubahan endometerium selama siklus menstruasi atau
kualitas mukus servikal. Perkiraan komposisi tentang frekuensi relatif penyebab infertilitas
adalah sebagai berikut:
1. Tidak jelas 28%
2. Masalah sperma 21%
3. Kegagalan ovulasi 18%
4. Kerysakan tuba 14%
5. Endometriosis 6%
6. Masalah koitus 5%
7. Mokus servikal 3%
8. Masalah pria lainnya 2 %

3. Pemeriksaan infertilitas uji pasca senggama


Pemeriksaan fisik untuk mengetahui kesehatan umum, meninjau aktivitas seksual, dan
memahami konsep fisiologi tentang konsepsi. Pemeriksaan ujin pasca senggama untuk.
Untuk mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca koital
(senggama)).

Walaupu uji Sims-Huhner atau uji pascasanggama telah lama dikenal di seluruh
dunia, tetpai ternyata nilai kliniknya belum diterima secara senggama. Salah satu sebabnya
ialah belum adanya standardisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk
melakukannya pada tengah siklus haid, yang bearti 1-2 hari sebelum meningkatnya suhu
basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi , belum ada kesepakatan beberapa hari
abstensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan menganjurkan 2 hari.
Demikina pula belum terdapat kesepakaatan kapan pemeriksaan itu dilakukan setelah
senggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukanya setelah 90 detik samapi setelah 8
hari. Menurut deneiz uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8
jam setelah senggama.
Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan
tidak ada perbedaan hasil antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih
dari 2 jam setengah senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pacsa senggama
dilakukan secepatnya setelah senggama. Dajavan menganjurkan dua jam setengah
senggama, walaupun penelitian secepat iu tidak akan sempat menilai ketahanan hidup
spermatozoa dalam lendir serviks.
Cara pemeriksaan setelah abnstensi selama 2 hari, pasangan dianjurkan melakukan
senggama 2 jam sebelum saat ditentukan untuk datang kedokter. Dengan spekulum vagina
kering, serviks ditampilkan, kemudian lendir serviksyang tampak dibersihkan dengan
kapas kering pula. Jangan mengunakan kapas basah oleh antiseptik karena dapat
mematikan spermatozoa.

4. Pengkajian pada pasangan infertilitas


1. Faktor ovarium
Penelitian yang di lakukan untuk menentukan apakah terdapat ovulasi teratur
dan endometrium progestional adekuat untuk implantasi mencakup bagan suhu tubuh
basal selama setidaknya empat siklus, biopsi indometrium, dan kadar progresteron
serum.
2. Faktor tuba
Histerosalpingografi adalam pemriksaan sinar x yang digunakan untuk
menyingkirkian abnormalitas uterus atau tuba. Laparaskopi memungkinkan langusng
fisualisasi tuba dan struktur pelvis lainnya dan dapat membantu dalam mendiagnosis
kondisi yang dapat menggangu fertilitas ( mis, endometrosis).
3. Faktor servikal
Mukus servikal dapat diperiksa saat ovulasi dan setelah hubungan seksual
untuk dapat menetukan apakah terjadi perubahan yang sesuai yang meningkatkan
penetrasi dan ketahanan hidup sperma. Uji mukus servikal pasca koitus ( uji Sims –
huhner) dilakukan antara 2-8 jam setelah hubungan seksual. Mukus seksual diaspirasi
dengan instrumen kedokteran mirip-penetes. Materi yang diaspirasi diletakan pada
kaca preparat dan diperiksa dibawah mikroskop terhadap adanya dan viabilitas sel-sel
sperma. Wanita diinstruksi untuk tyidak mandi atau mengirigasi antara waktu koitus
dan pemeriksaan.
4. Faktor uterus
Fibroid, polip, dan malformasi kongenital adalah kemungkinan masalah dalam
katagori ini. Keberadaannya dapat ditentukan dengan pemeriksaan pelvis,
histeroskopi, dan histerosalpingografi.
5. Faktor seminal
Setelah 2-3 hari tidak melakukan hubungan seksual, spesimen yang diejakulasi
dikumpulkan dalam wadah yang bersih, dipertahankan agar tetap hangat, dan
diperiksa dalam waktu 1 jam terhadap jumlah sperma ( densitas), presentase bentuk
yang bergerak, kualitas gerakan kedepan ( progres kedepan), dan morfologi ( bentuk
dan bangun). Dari 2-6 ml semen basa yang encer adalah normal. Jumlah normal 60
juta -100 juta sperma/ml, meski insidens gagal-hamil menurun hanya ketika jumlah
sperma turun di bawah 200 juta/ml. Analisis semen yang normal harus menunjukan:
 Volume 1,5-5 ml
 Densitas > 20 juta/ml
 Motalitas 60 %
 Progres kedepan > 2 detik (skala 1-4)
 Morfologi > 60% bentuk normal
 Tidak ada gumpalan sperma, sel-sel darah merah atau putih yang signifikan,
atau pengentalan cairan seminal ( hiperviskositas ).
Pria juga dapat terserang oleh verikokel, vena verikose sekitar testis, yang
ditemukan pada 40 % pria yang dievaluasi terhadap kemungkinan infertilita. Ejakulasi
retrogard atau ejakulasi ke dalam kandung kemih dikaji melalui urinalisis setelah
ejakulasi.
Pemeriksaan darah terhadap pasangan pria dapat mencukup pengukuran
testeron, FSH, LH, ( keduanya terlibat dalam mempertahankan fungsi testis), dan
kadar prolaktin dan juga antibodi antisperma ( dilatasi dengan kortikosteroid).
Pemeriksaan lainnya termasuk tes penetrasi sperma ( yang mengukur kemampuan
sperma untuk berpenetrasi ke hamster ovum) dan biopsi testikular.
6. Faktor-faktor lain
Termasuk faktor imunologis juga diperiksa, beberapa kasus tentang kehilngan
kehamilan dini kambuhan atau aborsi alamiah kambuhan akibat respon abnormal oleh
wanita terhadap antigen pada jaringan janin dan plasma.

5. Bagaimana peran perawat.


Disini peran perawat yaitu : Membantu mengurangi stres dalam hubungan,
mendorong kerja sama, melindungi privasi, memelihara pengertian, merujuk pasangan ke
sumber yang sesuai. Karena pemeriksaan infertilitas sangat mahal, mendalam,
menimbulkan stres, dan tidak selalu berhasil, pasangan perlu mendapat dukungan untuk
melewati hal yang tidak mudah ini.
a. Pengkajian Keperawatan
Ketidakmampan terjadinya kehamilan biasanya berhubungan dengan
abnormalitas anatomi dan fisioloi sistem reproduksi. Dalam investigasi perlu
pemeriksaan dari kedua pasangan. Ketika pasangan infertil butuh perawatan maka
perawatan ini harus diberikan pada keduanya agar tidak timbul perasaan bersalah
terhadap pasangannya. Keduanya perlu devaluasi secara sistematis terpadu dan dengan
sikap empati.
b. Penyelidikan awal
Kriteria umum infertil adalah terjadinya konsepsi dalam satu tahun intercourse
tanpa kontrasepsi. Pasangan muda yang beresiko tinggi infertil diantaranya ada riwayat
STDs endometriosis. Infertilitas komprehensif meliputi pemeriksaan pada semua faktor
termasuk konsepsi dan pengkajian anatomi fisiologi reproduksi kedua pasangan
meliputi hal-hal berikut :
- koordinasi hipotalamus-pituitary-ovarium
- fungsi tuba fallopi
- keadaan cervik dan endometrium
- koordinasi hypotalamus-pituitary-testis
- produksi dan mortilitas sperma
Frekuensi dan tehnik coitus serta tingkat emosi tiap pasangan harus dipertimbangkan
dalam mengevaluasi fertilitas
c. Interview
Pasangan yang pada tahap awal evaluasi infertil sering merasa sangat ketakutan,
anxietas dan merasa malu bahwa ia tidak bisa hamil, atau malu karena untuk mengatasi
masalahnya mereka akan membicarakan hubungan intim mereka dengan perawat dan
pasti akan dilakukan pemeriksaan organ reproduksi. Sehingg dalam wawancara,
perawat harus mampu memotivasi klien sehingga tercipta suasana kooperatif dengan
tidak menghakimi dan tetap empati.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000.

Potter, Patrecia A. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed 4.

Jakarta : EGC 2005.

Smaltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Ed 8. Jakarta: EGC. 2001

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Ed 2. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

You might also like