Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
membunuh hama dalam stadium larva, namun pada manusia dapat juga
menyebabkan penyakit (toksisitas 10 mg/kg), kekejangan (toksisitas 16
mg/kg), dan kematian (toksisitas 285 mg/kg). DDT juga menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Penggunaan insektisida harus memperhatikan efek jangka panjang,
tidak boleh terlalu berlebihan, karena selain mengganggu keseimbangan alam
juga akan berefek tidak baik bagi tanaman itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin menjabarkan tentang
lingkup insektisida yang meliputi kajian tentang insektisida, jenis-jenis
insektisida serta kelebihan dan kekurangannya. Untuk kemudian makalah ini
diberi judul “Insektisida Kimia dan Alami”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari
makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian dari insektisida?
2. Apa sajakah klasifikasi dari insektisida?
3. Bagaimana sifat insektisida terhadap spesifikasi cara kerjanya?
4. Apa sajakah jenis insektisida kimia?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari insektisida kimia?
6. Apa sajakah akibat pemakaian insektisida kimia yang berlebihan?
7. Apa sajakah jenis insektisida alami?
8. Apa kelebihan dan kekurangan dari insektisida alami?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dapat
dirumuskan dalam pemkimia makalah ini antara lain untuk mengetahui:
1. Pengertian dari insektisida
2. Klasifikasi dari insektisida
3. Sifat insektisida terhadap spesifikasi cara kerjanya
4. Jenis insektisida kimia
5. Kelebihan dan kekurangan dari insektisida kimia
3
D. MANFAAT PENULISAN
Dari segenap pembahasan yang telah dipaparkan, harapan yang ingin
diwujudkan dalam makalah ini tercakup secara teoretis dan secara praktis
yang meliputi:
1. Secara teoretis
Makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan terhadap
usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan.
2. Secara praktis
Tujuan praktis dari makalah ini adalah: meningkatkan pengetahuan
mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri
Yogyakarta insektisida yang meliputi kajian tentang insektisida, jenis-jenis
insektisida serta kelebihan dan kekurangannya.
E. METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Studi kepustakaan
Dengan memanfaatkan Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus 1 dan Kampus 2 guna memperoleh referensi utama.
2. Studi elektromedia
Dengan memanfaatkan fasilitas Internet dan situs-situs pendukung guna
memperoleh referensi sekunder.
4
BAB II
PEMBAHASAN
b. Klasifikasi Insektisida
Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman dibedakan menjadi
tiga macam sebagai berikut:
1. Insektisida Sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui
stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami.
Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan
pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan
residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh
angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman
lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk
ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan
bagian tanaman yang mengandung residu insektisida.
2. Insektisida Non-sistemik
Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman,
tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu
5
B. INSEKTISIDA KIMIA
a. Jenis Insektisida Kimia
Insektisida dapat kita bagi menurut sifat dasar senyawa
kimianya yaitu dalam insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur
karbon dan insektisida organik yang mengandung unsur karbon.
Insektisida lama yang digunakan sebelum tahun 1945 umumnya
merupakan insektisida anorganik sedangkan insektisida modern setelah
DDT ditemukan umumnya merupakan insektisida organik. Insektisida
organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan
insektisida organik sintetik. Insektisida organik alami merupakan
insektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botanik) dan bahan
alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan hasil kimia
pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi. Insektisida modern pada
umumnya merupakan insektisida organik sintetik.
Pembagian menurut sifat kimia yang lebih tepat adalah menurut
komposisi atau susunan senyawa kimianya. Pembagian insektisida organik
sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat
racun) terdiri dari 4 kelompok besar, antara lain:
1. Organoklorin (OC)
Organoklorin atau sering disebut Hidrokarbon Klor merupakan
kelompok insektisida sintetik yang pertama dan paling tua dan dimulai
dengan ditemukannya DDT oleh Paul Mueller (Swiss) pada tahun
1940-an. DDT dalam sejarah kemanusiaan menjadi insektisida yang
paling kontroversial karena di satu pihak merupakan insektisida sintetik
pertama yang diproduksi besar-besaran dan jasanya sangat besar bagi
kemanusiaan. PM Churchill pernah menyebut DDT sebagai “Serbuk
Ajaib”. Di sisi lain karena dampaknya yang membahayakan kepada
lingkungan hidup, Rachel Carson pada tahun 1962 menyebut DDT
sebagai “Minuman Kematian”.
8
2. Organophosphat (OP)
Insektisida OP dengan unsur P sebagai inti yang aktif saat ini
merupakan kelompok insektisida yang terbesar dan sangat bervariasi
jenis dan sifatnya. Saat ini telah tercatat sekitar 200 ribu senyawa OP
yang pernah dicoba dan diuji untuk mengendalikan serangga.
OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga
dan bersifat baik sebagai racun kontak, racun perut maupun fumigan.
Berbeda dengan OC, senyawa OP di lingkungan kurang stabil sehingga
lebih cepat terdegredasi dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun.
Daya racun OP mampu menurunkan populasi serangga dh cepat,
persistensinya di lingkungan sedang sehingga OP secara bertahap dapat
menggantikan insektisida OC. Sampai saat ini OP masih merupakan
kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Kebanyakan insektisida OP adalah penghambat bekerjanya
enzim asetilkolinesterase. Kita ketahui bahwa dalam sistem syaraf
serangga antara sel syaraf atau neuron dengan sel-sel lain termasuk sel
otot terdapat “celah” yang disebut Sinapse. Enzim Asetilkolin yang
dibentuk oleh sistem syaraf pusat berfungsi untuk mengantarkan pesan
atau impuls dari sel syaraf ke sel otot melalui sinapse. Setelah impuls
diantarkan ke sel-sel otot proses penghantaran impuls tersebut
dihentikan oleh karena bekerjanya enzim lain yaitu enzim
asetilkolinestarase. Dengan enzim tersebut asetilkolin dipecah menjadi
asam asetat dan kolin. Adanya asetilcolin-esterase menyebabkan
sinapse menjadi kosong lagi sehingga pengantaran impuls berikutnya
dapat dilakukan.
10
3. Carbamat
Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan
telah banyak digunakan secara luas untuk pengendalian hama.
Golongan ini relatif baru jika dibandingkan 2 kelompok insektisida
11
5. Fumigan
Fumigan sangat mudah menguap, kebanyakan mengandung satu
atau lebih gas halogen yaitu Cl, Br dan F. Banyak yang sangat beracun
bagi serangga hama sehingga dapat membunuh serangga di ruang
tertutup. Oleh karena itu fumigan banyak digunakan untuk
mengendalikan hama simpanan/gudang, hama rumah kaca, dan rayap.
Beberapa fumigan juga digunakan untuk perlakuan tanah.
Beberapa contoh fumigan antara lain : CH3Br, Kloropikrin,
Naftalena, dan lain-lain.
6. Minyak
Minyak tanah sejak abad ke 18 telah digunakan untuk
mengendalikan serangga yang merugikan manusia antara lain untuk
nyamuk dan hama buah-buahan. Masalah utama yang dihadapi dalam
13
7. Insektisida Lain
Masih banyak kelompok insektisida lain di luar yang telah
disebutkan sebelumnya seperti Formamidin, Tiosianat, Organotin dan
lain-lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah insektisida Anorganik
yang sudah lama tidak digunakan lagi setelah adanya insektisida
organik sintetik. Termasuk dalam Anorganik adalah Kalium Arsenat,
Pb Arsenat, Kriolid dan Belerang. Umumnya insektisida tersebut adalah
racun perut. Kelemahan insektisida anorganik adalah toksisitas tinggi
untuk mamalia termasuk manusia, residu di lingkungan persisten,
ftotoksisitas tinggi, masalah ketahanan hama terhadap insektisida dan
efisikasinya lebih rendah bila dibandingkan insektisida organik sintetik.
B. Kekurangan
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
Penggunaan insektisida yang berlebihan justru mengakibatkan
hama kebal terhadap insektisida sehingga terjadi resurjensi.
14
b. Resurgensi Hama
Peristiwa resurgensi hama terjadi apabila setelah diperlakukan
aplikasi insektisida, populasi hama menurun dengan cepat dan secara
tiba-tiba justru meningkat lebih tinggi dari jenjang polulasi
sebelumnya. Resurgensi sangat mengurangi efektivitas dan efesiensi
pengendalian dengan insektisida.
Resurjensi hama terjadi karena insektisida, sebagai racun yang
berspektrum luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang
terhindar dan bertahan terhadap penyemprotan insektisida, sering kali
mati kelaparan karena populasi mangsa untuk sementara waktu terlalu
sedikit, sehingga tidak tersedia makanan dalam jumlah cukup. Kondisi
demikian terkadang menyebabkan musuh alami beremigrasi untuk
mempertahankan hidup. Disisi lain, serangga hama akan berada pada
kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Sumber makanan tersedia
dalam jumlah cukup dan pengendali alami sebagai pembatas
pertumbuhan populasi menjadi tidak berfungsi. Akibatnya populasi
hama meningkat tajam segera setelah penyemprotan.
Resurgensi hama, selain disebabkan karena terbunuhnya musuh
alami, ternyata dari penelitian lima tahun terakhir dibuktikan bahwa
ada jenis-jenis insektisida tertentu yang memacu peningkatan telur
serangga hama . Hasil ini telah dibuktikan International Rice Research
Institute terhadap hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens).
26
C. INSEKTISIDA ALAMI
a. Jenis Insektisida Alami
1. Mimba (Azadirachta indica)
Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan
sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini
dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida,
nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama
terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan
nimbin.
Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,;
Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal
(Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium
oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera,
pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura,
Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri,
Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis,
Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes
pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus
cingulatus, Earias insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.;
Musca domestica, Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis,
Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella
furcifera, Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.
28
6. Rotenon
33
7. Limonene/ d-limonene
Limonene/d-limonene adalah nama latin dari ekstrak kulit jeruk.
Insektisida ini paling efektif untuk mengendalikan hama hewan
peliharaan, seperti membunuh tungau, pinjal dan caplak. Cara kerja dari
Limonene/d-limonene ini mirip dengan piretrin, yaitu menggangu
sistem syaraf namun tidak mengambat enzim.
8. Azadirachtin
Bahan ini merupakan ekstrak dari biji tanaman mimna/neem
(Azadirachta Indica). Zat ini efektif digunakan sebagai insektisida,
fungisida, dan bakterisida. Cara kerja dari Azadirachtin adalah
mengganggu pergantian kulit dengan menghambat metabolisme atau
biosintesis ekdison.
9. Nikotin
Nikotin adalah ekstrak yang berasal dari tembakau. Nikotin
sangat efektif pada serangga-serangga berkulit lunak, seperti aphid dan
ulat. Zat ini bahkan dibuat bubuknya (Tobacco dust) yang digunakan
untuk repelen anjing dan kelinci. Cara kerja dari nikotin adalah dengan
membuat serangga menjadi kejang tetapi hanya terjadi di syaraf-syaraf
pusatnya saja.
34
B. Kekurangan
35
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan, maka kesimpulan dari makalah ini
antara lain :
1. Kata insektisida secara harfiah berarti pembunuh serangga, yang berasal
dari kata “insekta” = serangga dan kata latin “cida”= pembunuh.
2. Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida merupakan
salah satu jenis dari pestisida (pembunuh hama) sedangkan kelompok
pestisida lainnya antara lain rodentisida (racun binatang pengerat),
akarisida (racun tungau dan caplak), fungisida (racun cendawan), herbisida
(racun gulma..
3. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif
(senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar, yaitu
organoklorid, organophosphat, carbamat, piretroid sintetik, fumigan,
minyak, dan insektisida lain.
4. Pemakaian insektisida kimia secara berlebihan dapat menimbulkan
dampak bagi kesehatan, lingkungan, dan pelestarian plasma nuftah.
37
B. HARAPAN
Melalui pembahasan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar mampu dan mau mengetahui dan memahami
pengetahuan tentang lingkup insektisida yang meliputi kajian tentang
insektisida, jenis-jenis insektisida serta kelebihan dan kekurangannya.