You are on page 1of 4

KETENTUAN MAWARIS

Mawaris berarti hal-hal yang berhubungan dengan waris dan warisan. Ilmu yang mempelajari mawaris disebut ilmu faraid.
Ahli waris terhadap warisan
 Tidak berhak : budak belian membunuh, murtad, berbeda agama.
 Berhak : ikatan kekeluargaan, ikatan pernikahan, wala', hubungan seagama
A. Sebab Mernerima Warisan
1. Pertalian kekeluargaan (nasab/qaraba)
2. Perkawainan yang sah (Mushoharoh)
3. Hubungan agama (sesama muslim)
B. Sebab tidak menerima Warisan
1. Membunuh
2. Murtad
3. Berlainan agama (kafir)
4. Budak
C. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum harta diwarisi
1. Membayar zakat yang belum terbayarkan.
2. Membayar biaya perawatan selama sakit, dan biaya penyelenggaraan jenazah.
3. Membayar huntangnya
4. Menyelesaikan wasiatnya, wasiat jika berupa pemberian barang tidak boleh 1/3 dari harta peninggalan.

DALIL TENTANG MAWARIS

             
      
Artinya:
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dari kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak
bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bagian yang telah di tetapkan
(Q.S. An-Nisa : 7)
ALHLI WARIS
Ahli waris adalah orang yang mempunyai pertalian dengan orang meninggal dunia dan berhak mendapat bagian atau
tidak sesuai dengan ketentuan syariat islam.
Adapun ahli waris secara keseluruahan ada dua puluh lima orang yang tediri dari lima belas orang laiki-laki, sepuluh
dari pihak perempuan.
A. Ahli Waris Laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3. Bapak
4. Kakek (bapak dari bapak)
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki perempuan
10. paman yang sekandung dengan bapak
11. paman yang sebapak dengan bapak
12. anak laki-laki dari paman yang sekandung dengan bapak
13. anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan bapak
14. suami
15. laki-laki yang memerdekakan budak (mayat)

B. Ahli Waris Perempuan


1. Anak Perempuan
2. Cucu Perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari bapak
5. Nenk dari ibu
6. Saudara perempuan sekandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Permpuanyang memerdekakan budak
Catatan
Jika ahli Waris laki-laki itu ada semua yang pasti mendapat bagain hanya 3 orang, yaitu: suami, anak laki-laki, dan bapak.
Jika ahli waris perempuan itu ada semua sedang ahli waris laki-laki tidak ada, maka yang pasti mendapat bagian hanya 5 orang,
yaitu : anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, ibu, saudara perempuan seibu-sebapak,dan istri.
Jika dua puluh lima ahli Waris dari pihak laki-laki dan perempuan itu ada semua, maka yang pasti mendapat bagian hanya lima
orang saja, yaitu :
1. Anak laki-laki
2. Anak perempuan
3. Bapak
4. Ibu
5. Suami / istri (artinya jika yang mati istrinya maka ahli warisnya adalah suami atau sebaliknya )
KETENTUAN PEROLEHAN BAGIAN DARI HARTA WARISAN

Ditinjau dari segi ketentuan perolehan bagian dari harta warisan, ahli waris dibagi menjadi dua golongan, yaitu Dzawil Furudl,
dan Dzawil Ashabah.

A. Dzawil Furudl
Yaitu Ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan olahe syara’ ,yaitu :1/2, 1/4, 1/8, 1/3, 2/3, dan 1/6 dari harta warisan.
Siapa saja mereka?

 Yang mendapat 1/2 harta waris


1. Anak perempuan tunggal
2. Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki
3. Saudara perempuan tunggal yang sekandung
4. Saudara perempuan tunggal seayah, apabila sudara yang sekandung tidak ada
5. Suami, jika istri (mayat) tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.

 Yang mendapat 1/4 harta waris


1. Suami, apabila istrinya (mayat) mempunyai anak waris atau cucu dari anak laki-laki.
2. Istri, jika suaminya tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
 Yang mendapat 1/8 harta waris
Istri (seorang atau lebih), jika suaminya mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
 Yang mendapat 1/3 harta waris
1. Ibu, jika anaknya yang meninggal itu tidak mempunyai anak cucu dari anak laki-laki, perempuan yang sekandung, atau
yang sebapak atau yang seibu.
2. Dau orang atau lebih seudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
 Yang mendapat 2/3 harta waris
1. Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki
2. Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak laki-laki atau perempuan
3. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sekandung
4. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang sebapak
 Yang mendapat 1/6 harta waris
1. Ibu, jika anaknya yang meninggal itu mempunyai anak cucu dari anak laki-laki atau mempunyai saudara (laki-laki atau
perempuan) yang sekandung atau yang sebapak atau yang sekandung atau yang sebapak atau seibu
2. Bapak, jika anaknya yang meninggal itu mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
3. Nenek (ibu dari ibu aau ibu dari Bapak), jika ibu tidak ada.
4. Cucu perempuan (seorang atau lebih ) dari anak laki-laki jika yang meninggal mempunyai anak perempuan tunggal,
tetapi jika anak perempuannya lebih dari seorang, maka cucu perempuan tidak mendapat bagian.
5. Kakek, jika orang yang meninggal mempunyai anak atau cucu, sedang bapak tidak ada
6. Seorang saudara (laki-laki atau perempuan)
7. Saudara perempuan yang sebapak (seorang atau lebih), jika saudaranya yang meninggal itu mempunyai seorang saudara
yang meninggal itu mempunyai seorang saudara perempuan kandung, tetapi jika saudara kandunganya lebih dari satu,
maka saudara perempuan yang sebapak tidak menapat bagian.
B. Dzawil Ashabab
Dzawil Ashabab, adalah ahli waris yang mendapatkan sisa harta warisan setelah dibagi ahli waris Dzawil Furudl, yaitu :
1. Ashabah binafsihi
Ahli waris yang mendapatkan sisa tanpa disebabkan ahli waris lain dengan urutan 1 sampai 12
2. Ashabah bil ghoiri
Ahli waris yang mendapatkan warisan disebabkan oleh ahli waris lain
3. Ashabah ma’al ghoiri
Ahli waris ashabah Karena bersama dengan waris lain.
Ahli waris yang langsung menjadi Ashobah bi Nafsihi
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki atau terus ke bawah asal saja pertaliannya masih laki-laki
3. Bapak
4. Kakek dari bapak
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudra laki-laki sebapak
7. Anak saudara laki-laki sekandung
8. Anak seudara laki-laki sebapak
9. Paman yang sekandung dengan bapak
10. Paman yang sebapak dengna bapak
11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengna bapak
Ahli waris yang langsung menjadi Ashobah bil Ghoirihi
1. Anak perempuan, sebab ada anak laki-laki dengan sebab adanaya cucu laki-laki dengan anak laki-laki
2. Saudara perempuan sekandung sebab adanaya saudara laki-laki sekandung
3. Saudara perempuan sebapak sebab adanya saudara laki-laki sebapak
Ahli waris yang langsung menjadi Ashabah ma’al ghoiri
1. Saudara perempuan sekandung jika bersamaan dengan anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki
2. Saudara perempuan sebapak jika bersamaan dengna anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki
AHLI WARIS YANG TERHALANG HAKNYA UNTUK MENDAPATKAN WARISAN
- Hijab Nuqshon
Adalah bagian ahli waris dikurangi sebab ada ahli waris lain yang lebih dekat hubungnanya dengan mayat. Contoh :
Suami mendapat 1/2, berubah menjadi 1/4, karena ada anak.
- Hijab Hirman
Bagian ahli waris yang hilang sama sekali sebab ada ahli waris lain yang lebih dekat hubungannya dengna mayat. Contoh : nenek
mendapat 1/6, bagian nenek tidak ada (tidak mendapatkan bagain) sebab ada ibu, ini disebut Hijab Hirman bis syahsi. Jika
membunuh atau murtad disebut Hijab Hirman bil wasfi.

Ahli waris yang terhalang haknya untuk mendapat warisan


- Hajib : Ahli waris yang menghalangi
- Mahjub : Orang yang terhalang.
Ahli waris yang terhalang karena ada yang menghalang, yaitu:
- Nenek tidak mendapat warisan karena terhalang oleh ibu, sebab ibu lebih dekat dengan mayat. Demikian juga kakek,
tidak mendapat warisan karena masih ada bapak dari mayat.
- Saudara seibu tidak mendapat warisan karena terhalang oleh:
1. Anak, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Cucu dari anak laki-laki.
3. Bapak
4. Kakek.
- Saudara sebapak tidak mendapat warisan sebab terhalang:
1. Bapak
2. Anak laki-laki
3. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
4. Saudara laki-laki seibu bapak.
- Saudara seibu sebapak, tidak mendapat warisan sebab terhalang oleh:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3. Bapak

Perhitungan Warisan
1. Menentukan ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan.
2. Menentukan dzawil furudl dan siapa ashabahnya.
3. Menentukan ahli waris apakah hijab nuqsan atau hijab hirman.
4. Menentukan apakah ahli waris hanya terdiri dzawil furudl saja, ashabah saja, atau terdiri dari dzawil furudl dan ashabah.
5. Selanjutnya dibagi menururt ketentuan dan cara yang sesuai syara’.

Contoh soal
Seseorang meninggal dengan ahli waris : suami, 2 orang saudara perempuan seibu, ibu, dan nenek. Harta yang ditinggal
Rp. 24.000,-, berapa bagian masing-masing?
Pembahasan:
a. Suami: 1/2, sebab tidak ada anak
b. 2 orang saudara perempuan seibu: 1/3, sebab lebi dari seorang ibu
c. Ibu: 1/6, sebab mempunyai saudara
d. Nenek: tidak mendapat bagian, sebab ada ibu (Hijab Hirman bis syahsi).
Setelah didapatkan furud (bagiannya) seperti tersebut, maka dicari KPTnya, dalam ilmu waris KPT itu disebut dengan asal
masalah. KPT/asal masalahnya adalah 6, maka:
a. Suami
1/2 x 6 = 3
3/6 x Rp. 24.000,- = Rp. 12.000,-
b. 2 orang saudara perempuan seibu
1/3 x 6 = 2
2/6 x Rp. 24.000,- = Rp. 80.000,-
c. Ibu
1/6 x 6 = 1
1/6 x Rp. 24.000,- = Rp. 4.000,-
d. Nenek tidak mendapat warisan
Contoh soal RAD
Contoh KPT = jumlah,
Asal masalah 12 dan harta yang ditinggalkan Rp. 120.000,- , seseorang meninggal dengan ahli waris sebagai berikut :
Istri : 1/4 x 12 = 3
Saudara perempuan sekandung : 1/2 x 12 = 6
Nenek : 1/6 x 12 = 2
Jumlah = 11
Pembahasan:
Dalam hal ini asal masalah (KPT) lebih besar (angkanya 12) dari pada jumlah (angkanya 11), dalam waris jika ada sisa,
di situ tidak ada ahli waris ashobah seperti pada soal tersebut, maka sisa dibagikan kepada selain suami atau istri. Pada kasus ini
sisa dibagikan lagi kepada saudara perempuan sekandung dan nenek.
- Istri = ¼ x Rp. 120.000,- = Rp. 30.000,-
- Saudara perempuan sekandung mendapat ½, nilai KPT baru yaitu 1/2 x 6 = 3
- Nenek mendapat 1/6, nikai KPT baru yaitu 1/6 x 6 = 1
Jumlah =4
- Istri sudah di ketahui yaitu Rp. 30.000,-
- Saudara perempuan sekandung ¾ x Rp. 90.000,- = Rp. 67.500,-
- Nenek ¼ x Rp. 90.000,- = Rp. 22.500,-

Contoh soal AUL


Contoh asal masalah  dari pada jumlah
Soal:
Harta yang ditinggal Rp. 156.000,-
Ahli waris asal masalah 12
- 2 orang istri : 1/4 = 3  3/13 x Rp. 156.000,- = Rp. 36.000,-
- Ibu : 1/6 = 2  2/13 x Rp. 156.000,- = Rp. 24.000,-
- 3 orang sauda perempuan : 2/3 = 8  8/13 x Rp. 156.000,- = Rp. 96.000,-
Jumlah 13 = Rp. 156.000,-

Pembagian warisan menurut adat


1. Ahli waris menurut adat adalah orang-orang yang mempunyai hubungan darah langsung yang paling dekat dengan yang
meninggal, sehingga anak-anaknya merupakan ahli waris yang pertama dan utama, oleh karena itu selama yang
meninggal mempunyai anak maka keluarga yang lain tidak mempunyai hak.
2. Dalam masyarakat yang menggunakan system patrilenial anak laki-laki dianggap sebagai pewaris keturunan, sehingga
anak laki-laki mendapat kedudukan yang lebih tinggi di banding wanita.
3. Masyarakat yang menganut system matrilineal, wanita mendapat lebih banyak dari pada laki-laki sebab wanita dianggap
sebagai penerus keturunan keluarga.
4. Adapun dalam masyarakat yang menggunakan system bilateral (parental), antara laki-laki dan perempuan sama,
sehingga dalam pembagian waris di bagi rata berdasarkan perencanaan hak.
5. Anak angkat didalam hokum adat termasuk ahli waris, namun harta yang diwariskan kepada anak angkat adalah harta
yang diperoleh setelah perkawinan, ibu-bapaknya, bukan harta yang dibawa sebelum perkawinan.
6. Harta warisan di bagi-bagikan semasa pewaris masih hidup dan menyerahkannya semasa pewaris masih hidup, dan ada
pula yang diserahkan setelah pewaris meninggal dunia.
Persamaan hukum adat dan hukum islam
- Anak laki-laki mendapat lebih banyak dari anak perempuan sebagai mana yang berlaku pada masyarakat patrelinial.
- Harta warisan dibagikan setelah menyelesaikan wasiat pewaris.
- Harta warisan dibagikan setelah menyelesaikan hutang pewaris.
Perbedaan hukum adat dan hukum islam
- Harta pusaka tidak dapat diwariskan dari harta-harta yang dikeramatkan
- Anak angkat mendapat hak waris
- Anak perempuan mendapat lebih banyak dari anak laki-laki seperti yang berlaku pada matrilineal
- Anak perempuan sama dengan anak laki-laki atas dasar persamaan hak seperti yang terjadi pada masyarakat parental
(bilateral).
Warisan dalam UU No. 7 tahun 1989
UU RI No. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama, bab III pasal 49 ayat (1) menyebutkan: “Pengadilan agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam
di bidang:
- Perkawinan
- Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam
- Waqaf dan shadaqah.
Ayat (3) menyebutkan bahwa: “Bidang kewarisan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) hurf b ialah penentuan siapa-
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan masing-masing bagian ahli peninggalan
tersebut.
Dalam bab VII pasal 107 ayat (2) juga ditegaskan bahwa ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 236 a reglemen
Indonesia yang diperbaharui (RIB) staatsblat tahun 1941 No. 44 mengenai permohonan pertolongan pembagian harta
peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang berdasarkn hukum Islam diselesaikan oleh
Pengadilan Agama.
Hukum Mawaris
1. Menghindari sifat tamak dan serakah
2. Menumbuhkan ikatan persaudaraan berdasarkan atas hak dan kewajiban yang seimbang
3. Mewujudkan keadilan yang demokratis
4. Menghindari agar harta tidak jatuh kepada orang yang tidak berhak
5. Menghapus system wais jahiliyah
LATIHAN DAN TUGAS
1. Sebutkan 4 sebab menerima waris!
2. Berapakah jumlah ahli waris itu?
3. Seorang meninggal dengan ahli waris
a. Istri
b. Anak perempuan tunggal
c. 2 cucu perempuan
d. Bapak
Harta yang ditinggalkan Rp. 520.000,-. Almarhum meninggalkan hutang (kredit) sepeda motor tiap bulan Rp.
40.000,- kurang 10 bulan. Berapa bagian masing-masing?
4. Seorang meninggal dunia dengan ahli waris
a. Suami
b. Ibu
c. 2 saurdara laki-laki seibu
d. Saudara perempuan sekandung
e. Saudara perempuan sebapak
Harta yang ditinggal Rp. 600.000,- berapa bagian masing-masing?
5. Apakah tugas dan wewenang Pengadilan Agama menurut UU RI No. 7 Tahun 1989 Bab III pasal 9 ayat 1

You might also like