You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

Hanya ada dua profesi didunia ini, yaitu guru dan bukan guru. Mungkin ini hanya sebuah
pandangan subyektif meskipun mungkin juga hal ini pun sangat benar adanya. Profesi guru
menghasilkan profesi lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Ada sebagian orang yang jalan hidupya
berubah karena diinspirasi sosok guru. Guru, tak cukup pandai menjelaskan sajian materi
pelajaran, tetapi lebih dari itu guru adalah orang yang mampu membuat perbedaan bagi pribadi-
pribadi siswanya karena perilakunya yang layak di gugu dan ditiru.

Oleh sebab itu, untuk lebih memahami sosok guru tersebut kita perlu mengetahui sejarah
daripada profesi tersebut, sejarah lahirnya dan perkembangannya . Maka dari itu, di dalam
makalah ini akan pemakalah jelaskan prihal hal tersebut diatas,

1
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan

A. Sejarah lahirnya profesi guru

Pada zaman dahulu, sebelum agama masuk Indonesia, seseorang yang ingin belajar harus
mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang telah meninggalkan tahta kerajaan
karena sudah tua dan memperdalam masalah kerohanian. Petapa itulah yang disebut juga guru
bagi muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut. Biasanya para murid mengerjakan sawah
diladang petapa untuk keperluan hidup sehari-hari. Pada masa kerajaan Budha atau Hindhu di
Indonesia orang belajar di Bihara. Biksu yang mengajar membaca serta menulis huruf
sansekerta di Bihara tersebut disebut guru. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka
bekerja di ladang. Para siswa juga memberikan sedekah dari masyarakat untuk membantu
kehidupan sehari-hari.

Setelah Agama Islam masuk ke Indonesia orang belajar supaya dapat membaca Al-qur’an
dan melakukan shalat dengan benar. Ulama yang mengajar di pesantren juga dinamakan guru,
para siswa biasanya tinggal dirumah ulama tersebut dan membantu bercocok tanam untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Para pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia
umumnya beragama Kristen, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama itu.
Mempelajari agama Kristen, membaca dan menulis huruf latin. Para pendeta yang mengajarkan
agama Kristen itu juga disebut guru. Untuk kepentingan penjajahannya belanda memerlukan
pegawai yang pandai menulis dan membaca huruf latin. Karena itu, mereka mendirikan sekolah
dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak berkaitan dengan agama. Inilah awal mula system
pendidikan modern di Indonesia.

Pada zaman kemerdekaan Indonesia rakyat memperjuangkan pertahanan kemerdekaannya.


Kaum guru Indonesia bertekad turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang

2
diwujudkan dalam salah satu tujuan kelahiran PGRI yaitu: turut aktif mempersatukan
kemerdekaan RI.1

Lahirnya guru berawal dari lahirnya PGRI. Dimana tepat 100 hari setelah proklamasi
kemerdekaan tepatnya pada tanggal 25 November 1945, PGRI dilahirkan. Kelahiran PGRI
sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi kemerdekaan, merupakan manifestasi
akan keinsafan dan rasa tanggung jawab kaum guru indonesia dalam memnuhi kewajiban akan
pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan
RI. 2

Walaupun PGRI telah berkembang keseluruh pelosok tanah air, namun perjalanan
sejarahnya tak lepas dari arus perjuangan bangsa Indonesia dalam tekad menegakkan
kemerdekaan. Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan kongres PGRI II tahun 1948 di
madiun dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan
belanda yang berusaha menentang kembali daerah jajahannya di Indonesia. Melalui kongres
PGRI II di Surakarta dan kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah menggariskan haluan dan sifat
perjuangannya yaitu:

1. Mempertahankan NKRI
2. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah Negara
pancasila dan UUD 1945
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik
4. Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh/pekerja lainnya
5. Bergerak ditengah-tengah masyarakat.

Selain dari pada itu, pendidikan guru menjadi masalah penting dalam masa perluasan
pendidikan. Sekolah guru (Kweekschool) pertama dibuka tahun 1852 di solo , segera diikuti oleh
sekolah guru lainnya di pusat bahasa-bahasa utama di Indonesia. Sekolah-sekolah ini
menghasilkan lebih dari 200guru antara 1887 dan 1892. Sebelum sekolah guru dapat
menghasilkan jumlah guru yang cukup, tidak diadakan syarat khusus untuk melakukan profesi
guru ini. Karena gudang dan kantor pemerintah dapat diterima sebagai guru, mutu pendidikan

1
http://mathikip.blogspot.com/2009/10/sejarah-kelahiran-profesi-guru-makalah.html
2
Ibid

3
sangat rendah , diantaranya banyak guru-guru yang tidak pandai berbahasa melayu, yang tidak
lancar membaca atau tidak dapat mengalikan.

Karena kebutuhan guru yang mendesak setelah 1863, pemerintah memutuskan pada tahun
1892 akan mengangkat guru tanpa pendidikan sebagai guru. Pada tahun 1875 diadakan bagi
mereka yang ingin mendaptkan kualifikasi guru tanpa melalui sekolah guru. Gaji guru yang
berwenang penuh berjumlah 30sen-50 sen sebulan, yang kemudian dinaikkan pada tahun 1878
menjadi minimal 75 sen dan maksimum 150 sen perbulan.

B. Perkembangan Profesi Keguruan

Guru (dalam Bahasa Jawa) adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh siswanya.
Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan
diyakini sebagai kebenaran oleh semua siswanya. Seorang guru juga harus ditiru artinya seorang
guru menjadi suri tauladan bagi semua siswanya (mulai dari cara berpikir, cara bicara dan cara
guru berprilaku sehari-hari). Dari sinilah sebenarnya sosok seorang guru memiliki peran yang
luar biasa dominannya bagi semua siswa.

Profesi guru adalah termasuk profesi yang tua didunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni
orang sejak lama. Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat. Pada
zaman prasejarah proses pembelajaran berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh
keluarga. Kemudian pada zaman Yunani dan Romawi Kuno pembelajaran one-to-one untuk
kelompok elit masyarakat dilakukan oleh tutor . hal ini terus berkembang pada pendidikan
keagamaan di gereja.

Selanjutnya system persekolahan mulai berkembang pada zaman koloni Amerika (1600-
1800), dan system klasikal untuk masyarakat urban berkembang pada abad 19. Pada abad ke 20
(1900-1999) sekolah berkembang dalam system klasikal yang dilengkapi dengan berbagai media
dan pemanfaatan teknologi . perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan konsepsi dari kelas
dalam pengertian ruangan yang dibatasi empat dinding menuju kelas yang tanpa batas dan
bersifat maya (virtual). Pada abad ke 21 sekarang dan seterusnya dapat dipastikan aka nada

4
perubahan mengenal system persekolahan, yang secara pelan namun pasti mengarah kepada
virtual school. Semua terjadi berkat perkembangan teknologi komunikasi informasi.

Sejalan dengan perkembangan system persekolahan tersebut diatas, maka dalam sebuah
proses pendidikan guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting selain komponen
lainnya. Selain itu profesi guru juga telah dan terus mengalami perubahan. Profesi guru di abad
21 ini dianggap sebagai unsur yang paling penting karena guru dituntut mampu memahami,
mendalami dan dituntut berkemampuan melaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.3

Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan di Indonesia, jelas bahwa pada mulanya
guru-guru Indonesia di angkat orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku
jabatan guru. Guru-guru pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik secara
khusus menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang
lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena
kebutuhan guru yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru,
yakni:
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga
yang pernah mengecap pendidikan. Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam
dari satu daerah lainnya.4

Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga didirikan sekolah normal, namun
pada mulanya bila dilihat dari kurikulumnya dapat kita katakan hanya mementingkan
pengetahuan yang diajarkan saja. Kedalamnya belum dimasukkan secara khusus kurikulum ilmu
mendidik dan psikologi. Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi
tingkatannya dari sekolah umum seperti Hollands Inlandse School (HIS), Meer Uitgebreid
Lagere Onderwijs (MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene Middelbare School

3
http://d3ipiiantasariblogspot.com/2009/06/sertifikasi-guru-dalam-meningkatkan.html
4
http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/

5
(AMS) maka secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-
kursus untuk mempersiapkan guru-gurunya, seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS
dan kusus Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah.5

Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal perang
kemerdekaan, walaupun dengan nama dan bentuk lembaga pendidikan guru yang disesuaikan
dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi selangkah pendidikan guru meningkatkan
mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK).

Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai jabatan professional penuh, statusnya
mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR. Apakah para wakil
organisasi ini telah mewakili semua keinginan para guru, baik dari segi professional ataupun
kesejahteraan? Apakah guru betul-betul jabatan professional, sehingga jabatan guru terlindungi,
mempunyai otoritas tinggi dalam bidangnya, dihargai dan mempunyai status yang tinggi dalam
masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu sendiri dan unjuk kerjanya, serta
masyarakat dan pemerintah yang memakai atau mendapatkan layanan guru.

Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru pernah mempunyai status yang sangat
tinggi dalam masayarakat, mempunyai wibawa yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang
yang serba tau. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak didepan kelas, tetapi mendidik
masyarakat, tempat bagi masayarakat untuk bertanya, baik untuk memcahkan masalah pribadi
ataupun masalah social. 6

Kemudian profesi guru ketika itu di tahun 1960-an, profesi guru masih menjadi suatu
profesi yang banyak diminati sehingga proses seleksinya pun relative ketat. Alhasil, pada saat itu
mereka yang diterima untuk bias belajar dilembaga pendidikan guru adalah para lulusan terbaik
dari sekolah menengah. Selain itu, di era tahun 1960-an, profesi guru tidak hanya dianggap
prestisius di negeri sendiri, tetapi diapresiasi juga oleh Negara tetangga kita Malaysia. 7

5
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi keguruan (Jakarta: Rineka cipta, 2007) hal. 27-28
6
Ibid. Soetjipto dan Raflis Kosasi…. Hal. 28
7
http://suaraguru.wordpress.com/2010/11/25/citra-profesi-guru

6
Namun, kewibawaan guru mulai memudar sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan
ilmu dan teknologi, dan kepedulian guru meningkat tentang imbalan atau balas jasa. Dalam era
teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat bertanya bagi masyarakat.
Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan guru berkurang antara
lain karena status guru dianggap kalah gengsi dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan
yang lebih baik.

Selain itu, sampai masa orde baru profesi guru mengalami masa kemunduran. Tidak semua
lulusan lembaga pendidikan guru memutuskan pilihan hidupnya sebagai guru. Telebih ada juga
sebagian lulusan lembaga pendidikan guru yang diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil
(CPNS) tetapi tidak bekerja sebagai guru. Nyatanya kondisi itu dipicu oleh persepsi yang
berkembang mengenai situasi kekinian terkait dengan profesi guru, diantaranya: gaji guru yang
relative rendah rumitnya prosedur birokrasi yang harus dihadapi guru dalam perkembangan
karirnya, merosotnya status guru ditengah-tengah masyarakat. Akibatnya, guru menjadi sangat
sulit untuk mendapatkan lulusan sekolah menengah atas yang berprestasi dan memiliki
keminatan menjadi guru.

Terlebih, reposisi peran dan tanggung jawab lembaga pendidikan guru yang terus
bekembang turut berpengaruh dalam menyiapkan profil guru yang berkualitas. Pendidikan
tenaga penghasil guru (PTPG), fakultas keguruan dan ilmu pengetahuan (FKIP), institute
pendidikan guru (IPG) dll merupakan proses transformasi dari lembaga pendidikan guru untuk
menjawab kebutuhan penyediaan guru yang professional dan berkarakter. Tetapi ketika
kesejahteraan guru masih berada pada posisi yang relative rendah, ini menjadi pemicu rendahnya
minat para generasi muda untuk menjadi guru. Alasannya adalah bekerja menjadi guru tidak
menjamin kehidupan yang baik. Kini pasca berlakunya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, profesi guru terkesan sedang diperhatikan dan hendak diangkat harkat dan
martabatnya.

7
SIMPULAN

Lahirnya guru berawal dari lahirnya PGRI. Dimana tepat 100 hari setelah proklamasi
kemerdekaan tepatnya pada tanggal 25 November 1945, PGRI dilahirkan. Kelahiran PGRI
sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi kemerdekaan, merupkan manifestasi akan
keinsafan dan rasa tanggung jawab kaum guru indonesia dalam memnuhi kewajiban akan
pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan
RI.

Guru pernah mempunyai status yang sangat tinggi dalam masayarakat, mempunyai wibawa
yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tau. Peranan guru saat itu tidak hanya
mendidik anak didepan kelas, tetapi mendidik masyarakat, tempat bagi masayarakat untuk
bertanya, baik untuk memcahkan masalah pribadi ataupun masalah social. Namun, kewibawaan
guru mulai memudar sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, dan
kepedulian guru meningkat tentang imbalan atau balas jasa.

Sampai masa orde baru profesi guru mengalami masa kemunduran. Tidak semua lulusan
lembaga pendidikan guru memutuskan pilihan hidupnya sebagai guru. Telebih ada juga sebagian
lulusan lembaga pendidikan guru yang diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS)
tetapi tidak bekerja sebagai guru. Nayatanya kondisi itu dipicu oleh persepsi yang berkembang
mengenai situasi kekinian terkait dengan profesi guru, diantaranya: gaji guru yang relative
rendah rumitnya prosedur birokrasi yang harus dihadapi guru dalam perkembangan karirnya,
merosotnya status guru ditengah-tengah masyarakat. Kini pasca berlakunya UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, profesi guru terkesan sedang diperhatikan dan hendak diangkat
harkat dan martabatnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2007. Profesi keguruan .Jakarta: Rineka cipta, 2007

http://mathikip.blogspot.com/2009/10/sejarah-kelahiran-profesi-guru-makalah.html

http://d3ipiiantasariblogspot.com/2009/06/sertifikasi-guru-dalam-meningkatkan.html

http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/

http://suaraguru.wordpress.com/2010/11/25/citra-profesi-guru

You might also like