You are on page 1of 13

PEMBIAKAN BAKTERI

I. Tujuan
Mempelajari prosedur umum untuk merekonstitusi medium berbentuk suspensi dan
menaruhnya dalam jumlah yang dikehendaki ke dalam wadah-wadah yang sesuai.

II. Prinsip
 Aseptis
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga
sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah
kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. (Pradhika, 2009).
 Sterilisasi
Merupakan suatu proses untuk mematikan semua orginasme yang terdapat pada
suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, penggunakan
panas (pemijaran dan udara panas); penyaringin; penggunaan bahan kimia (etilena
oksida, asam perasetat, formaldehida, dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo,
1993).
 Pembiakan
Mikroorganisme dibiakan di laboratorium pada bahan nutrient yang disebut media.
Banyak sekali media yang tersedia; macamnya yang dipakai bergantung kepada
banyak faktor, salah satu diantaranya ialah mikroorganisme yang akan dtumbuhkan
(Pelczar, et.al., 2006)
 Counting
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji
kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap (Muslim,
2011).
III. Teori Dasar
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu
sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan
pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau
bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan
antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau
pertumbuhan populasi (sumarsih,2008).
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat
grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik
atau kurva pertumbuhan. Pertumbuhan populasi mikrobia dibedakan menjadi dua yaitu
biakan sistem tertutup (batch culture) dan biakan sistem terbuka (continous culture). Pada
biakan sistem tertutup, pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan
memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase
pertumbuhan. Fase pertumbuhan dimulai pada fase permulaan, fase pertumbuhan yang
dipercepat, fase pertumbuhan logaritma (eksponensial), fase pertumbuhan yang mulai
dihambat, fase stasioner maksimum, fase kematian dipercepat, dan fase kematian
logaritma. Pada fase permulaan, bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, sehingga sel belum membelah diri. Sel mikrobia mulai membelah diri pada fase
pertumbuhan yang dipercepat, tetapi waktu generasinya masih panjang. Fase permulaan
sampai fase pertumbuhan dipercepat sering disebut lag phase. Kecepatan sel membelah diri
paling cepat terdapat pada fase pertumbuhan logaritma atau pertumbuhan eksponensial,
dengan waktu generasi pendek dan konstan. Selama fase logaritma, metabolisme sel paling
aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah konstan sampai nutrien habis atau
terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Selanjutnya pada fase pertumbuhan yang mulai terhambat, kecepatan pembelahan sel
berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada fase stasioner maksimum
jumlah sel yang mati semakin meningkat sampai terjadi jumlah sel hidup hasil pembelahan
sama dengan jumlah sel yang mati, sehingga jumlah sel hidup konstan, seolah-olah tidak
terjadi pertumbuhan (pertumbuhan nol). Pada fase kematian yang dipercepat kecepatan
kematian sel terus meningkat sedang kecepatan pembelahan sel nol, sampai pada fase
kematian logaritma maka kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel
hidup menurun dengan cepat seperti deret ukur. Walaupun demikian penurunan jumlah sel
hidup tidak mencapai nol, dalam jumlah minimum tertentu sel mikrobia akan tetap
bertahan sangat lama dalam medium tersebut. Grafik pertumbuhan mikroba dalam biakan
sistem tertutup (batch culture) (Sumarsih,2008).
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji
kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu
sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif
koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri
(metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap
sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks
bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) (Muslim, 2011)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah
jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan, yang dapat dibedakan atas beberapa
kelompok yaitu :
A. Perhitungan jumlah sel
1. Hitungan mikroskopik
2. Hitungan cawan
3. MPN (Most Probable Number)
B. Perhitungan massa sel secara langsung
1. Volumetrik
2. Gravimetrik
3. Kekeruhan (turbidimetri)
C. Perhitungan massa sel secara tidak langsung
1. Analisis komponen sel
2. Analisis produk katabolisme
3. Analisis konsumsi nutrien
Dari metode-metode tersebut, metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Hal ini
disebabkan metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung
jumlah mikroba karena:
1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal dari satu sel dengan penampakan pertumbuhan yang spesifik. Prinsip dari
metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada metode
agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate)
Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceran agar jumlah
koloni mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuai standar, yaitu berjumlah
30 – 300 per cawan. Pengenceran dilakukan secara decimal yntuk memudahkan
perhitungan (Fardiaz, 1993).
Dalam melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut
“Standard Plate Count” yang menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan serta cara
memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalan suatu contoh. Cara
menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30
sampai 300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang
besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. suatu deretan (rantai) kolini yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu
koloni.
Sedangkan data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan sebagai berikut :
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dibelakang
koma dan angkan kedua dibelakang koma. Jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar
dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
2. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk menanam menghasilkan angka kurang dari
30 pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tapi
jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.
3. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk menanam menghasilkan angka lebih besar
dari 300 pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang
dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan.
4. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara 30
dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran
tersebut lebih kecil atau sama dengan 2, yang digunakan adalaha rata-ratanya. Jika
perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih
besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil terkecil.
5. Jika digunakan dua cawan Petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari
kedua cawan tersebut, meskipun salah satunya tidak memenuhi syarat diantara 30 dan 300.
Koloni adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti bentuk,
susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang
tumbuh di permukaan medium adalah:
1. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
2. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata, ada yang
tidak rata.
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya
suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering
(Dwidjoseputro, 1978).
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya
pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-
produk susu. Ada beberapa jenis E. Coli yang bersifat invasif atau meracuni makanan,
Contoh E. Coli ini yaitu E. Coli enteropatogenik (EPEC), EIEC (enteroinvasif E. Coli), dan
ETEC (enterotoksigenik E. Coli). Selain itu bakteri yang akan dihitung koloninya adalah
Lactobacillus acid. Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan
kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakan murni
(Schlegel, 1994).
Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan
cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan,
disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count) (Dwisaputro, 2002).
Standart plate count (perhitunngan jumlah pada lempengan) sangat berguna dalam hal
mengetahui kuantitas mikroorganisme pada suatu tempat atau sampel sehingga bisa di
ketahui apakah sampel tersebut murni atau tidak murni (Waluyo, 2004).
Adapun cara perhitungan koloni, sebagai berikut:
Pour plate : 1 × ∑ koloni
Faktor pengencer
Spread plate : 1 × 10 × ∑ koloni
Faktor pengencer
Standart plate count : 30 – 300 koloni
Syarat :
• Jika kurang dari 2 : Dipakai pengencer terbesar
• Jika lebih dari 2 : Dipakai rata-rata
Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara
decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi
pengenceran yang harus dilakukan (Fardiaz, 1993).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1. Cawan petri steril (3 buah)
2. Kapas untuk sumbat
3. Labu Erlenmeyer
4. Pembakar spirtus
5. Pipet 1 ml steril (1 buah)
6. Pipet 10 ml steril (1 buah)
7. Rak tabung
8. Tabung reaksi steril (5 buah)
4.2 Bahan
1. Aquades
2. Nutrien Agar (NA)
3. Suspensi bakteri
4.3 Gambar Alat

Alat Inkubasi Bakteri Cawan Petri Pipet Volum

V. Prosedur
Pada praktikum kali ini, praktikan harus menggunakan peralatan yang steril. Oleh
karena itu, alat-alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan cara
pemanasan menggunakan autoclave. Alat-alat yang sudah disterilkan dan bahan yang akan
digunakan pada praktikum kali ini dipersiapkan terlebih dahulu. Suspensi bakteri
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, tiga buah tabung reaksi dan tiga buah
cawan petri diberi tanda masing-masing 10-1, 10-2, dan 10-3. Suspensi bakteri dipipet
sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi bertanda 10 -1 dan tabung reaksi
tersebut ditambahkan dengan aquades 9 ml menggunakan pipet 10 ml,lalu tabung reaksi
tersebut disumbat dengan kapas. Proses tersebut dilakukan didekat api spirtus agar bakteri
tidak terkontaminasi oleh udara lingkungan. Tabung reaksi bertanda 10-2 ditambahkan
dengan 1 ml suspensi dari tabung bertanda 10-1 menggunakan pipet 1 ml dan ditambahkan
juga aquades 9 ml menggunakan pipet 10 ml, lalu tabung reaksi tersebut disumbat dengan
kapas. Proses tersebut dilakukan didekat api spirtus agar bakteri tidak terkontaminasi oleh
udara lingkungan. Tabung reaksi bertanda 10-3 ditambahkan dengan 1 ml suspensi dari
tabung bertanda 10-2 menggunakan pipet 1 ml dan ditambahkan juga aquades 9 ml
menggunakan pipet 10 ml, lalu tabung reaksi tersebut disumbat dengan kapas. Proses
tersebut dilakukan didekat api spirtus agar bakteri tidak terkontaminasi oleh udara
lingkungan. Selanjutnya, suspensi dari ketiga tabung tersebut dimasukkan kedalam cawan
petri yang masing-masing sudah ditandai seperti pada tabung reaksi. Masing-masing
tabung diambil 1 ml suspensi dengan menggunakan pipet 1 ml dan dimasukan ke dalam
cawan petri sesuai dengan tandanya. Cara memasukkan ke dalam cawan petri yaitu
mwnggunakan pipet 1 ml, dan cawan petri dibuka dekat api spirtus sambil dimiringkan.
Setelah suspensi dimasukkan, pipet dan cawan petri difiksasi terlebih dahulu sebelum
ditutup kembali. Hal tersebut dilakukan untuk ketiga suspensi. Ketiga cawan petri tersebut
dibungkus dengan menggunakan Koran sebelum dilakukan inkubasi pada suhu 40oC
selama 18-24 jam. Setelah itu, dilakukan counting bakteri yang tumbuh pada setiap cawan
petri.
VI. Data Pengamatan
5.1 Tabel Pengamatan
Cawan Petri Jumlah Bakteri Gambar

10-1 1148

10-2 759 -

10-3 609

5.2 Perhitungan Koloni Bakteri


Jumlah Koloni = (Jumlah bakteri pada cawan petri 10-2x 102)+(Jumlah bakteri
pada cawan 10-3x103) / 2

Jumlah Koloni: (759 x 102) + (609 x 103) = 342.450 bakteri


2
VII. Pembahasan
Pada praktikum kuantitasi mikroba ini, hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang digunakan harus
disterilisasi terlebih dahulu. Metode sterilisasi yang dilakukan adalah dengan metode
autoclave portable, yaitu sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana uap
air tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C
dan tekanan tinggi dan pemanasan dilakukan dengan api. Durasinya bervariasi, namun
umumnya dilakukan selama 15-30 menit. Pada penggunaan autoclave portable ini harus
diperhatikan nilai tekanan agar tidak meningkat sampai melewati batas yang berbahaya dan
dapat menyebabkan kerusakan alat, dan perlu diperhatikan juga kerapatan dari tutup panci
agar tidak diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium
akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0 serta
dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Setelah diautokclave, alat-alat dipanaskan di
oven, kecuali volume pipet dan alat-alat kuantitatif lain. Sterilisasi ini dilakukan dengan
tujuan agar tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses hitungan cawan dari sample yang telah ditentukan.
Sampel yang digunakan pada praktikum yang kali ini adalah air bak mandi D6 lantai 2.
Sampel diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan
menggunakan volume pipet 1 ml yang telah disterilkan. Kegiatan tersebut dilakukan secara
aseptis, yaitu suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani
pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Teknik aseptis diperlukan untuk menghindari
kontaminasi baik untuk bahan maupun dari praktikan yang melakukan percobaan. Idealnya
teknik awal aseptis yang dilakukan adalah sanitasi dasar. Pertama meja disemprot dengan
alkohol 70 % beberapa kali hingga merata, tangan juga disemprot beberapa kali dengan
alkohol. Alat– alat yang diperlukan diletakkan pada meja dan disemprot dengan alkohol.
Jika akan mulai bekerja, tangan harus selalu steril dengan disemprot alkohol dan
diusapkankan beberapa kali. Namun, pada praktikum tidak dilakukan sterilisasi tahap awal
tersebut sehingga memungkinkan sample terkontaminasi bakteri lain dari tangan praktikan.
Setelah sampel tersedia, dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest
sebanyak tiga kali. Pengenceran dilakukan dengan tujuan agar dapat dibedakan bagaimana
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada tiap-tiap konsentrasi yang berbeda, bakteri yang
tumbuh pada konsentrasi tinggi akan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan bakteri
yang tumbuh pada konsentrasi yang lebih rendah karena induk biakan bakteri lebih banyak
terdapat pada konsentrasi yang tinggi, dalam hal ini pada konsentrasi 10 -1. Artinya
pengenceran akan berbanding terbalik dengan jumlah organisme.
Pada saat pengenceran, diperlukan tiga buah tabung reaksi dan volume pipet yang
telah disterilisasi. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah sample yang diencerkan dan
volume pipet 1 mL dan 10 mL untuk memipet sampel dan aquadest. Sample diencerkan
sebanyak tiga kali sehingga didapat konsentrasi sample 10 -1, 10-2 dan 10 -3. Pengenceran
pertama dilakukan dengan memipet 1 mL sample dan 9 mL aquadest ke dalam tabung
reaksi, lalu dikocok hingga homogen dengan tujuan agar bakteri tersebar secara merata,
sehingga dihasilkan sampel dengan konsentrasi 10-1. Pada saat memipet sample atau
aquadest dengan volume pipet, sumbatan yang terdapat pada volume pipet tidak boleh
terlepas karena dikhawatirkan bakteri yang terdapat dalam sampel terhirup oleh mulut
ataupun bakteri dari mulut/udara luar akan masuk ke dalam sampel atau aquades yang
dipipet.
Setelah homogen, hasil pengenceran pertama, yaitu sampel 10 -1, dipipet sebanyak 1 ml
dan dipindahkan ke tabung reaksi kedua dan ditambahkan 9 mL aquades dan dihasilkan
sampel dengan konsentrasi 10-2. Kemudian, dilakukan pengenceran lagi seperti pada
tabung reaksi pertama dan kedua untuk menghasilkan konsentrasi 10 -3. Masing-masing
tabung reaksi diberi label sesuai dengan konsentrasinya agar tidak tertukar.
Setelah dilakukan pengenceran, tiap-tiap 1 mL sampel dari masing masing tabung
reaksi dipindahkan ke dalam cawan petri. Cawan petri merupakan wadah pertumbuhan
bakteri yang nantinya akan dimasukkan ke dalam inkubator. Setelah itu ke dalam masing-
masing cawan petri dimasukkan nutrien agar. Nutrient agar merupakan media cair
pertumbuhan bakteri. Nutrien agar sudah dibuat sebelumnya, dimana di dalam tiap liter
nutrien agar terkandung banyak protein dan NaCl serta nutrisi pendukung pertumbuhan
bakteri lainnya. Nutrien agar berwarna kuning agak kental.
Awalnya nutrien agar disimpan di dalam erlenmeyer berukuran besar, lalu dituangkan
ke dalam tabung reaksi besar yang sebelumnya sudah ditandai sampai batas 9 mL. Dari
tabung reaksi besar tersebut, masing-masing dituangkan ke dalam cawan petri yang sudah
berisi sampel dengan berbagai konsentrasi. Semua pengerjaan dilakukan dekat api untuk
memperbesar evaporasi serta menghindari kontaminasi dan dilakukan dengan hati-hati agar
nutrien agar tidak tumpah. Setelah masing-masing cawan petri diisi nutrien agar, cawan
petri diputar perlahan diatas meja laboratorium agar penyebaran nutrien dan bakteri merata
di seluruh permukaan cawan petri. Setelah itu, ditunggu sampai membeku dengan warna
agar yang menjadi kuning keruh.
Setelah cairan dalam cawan petri membeku, ketiga cawan petri dibalik agar uap air
yang terkondensasi pada bagian tutup cawan petri tidak menetes pada media nutrien agar.
Kemudian, ketiga cawan petri yang telah dibalik ditumpuk, maksimal penumpukan hanya
3 cawan petri dan diusahakan posisi tutup tidak miring. Tumpukan cawan dibungkus
dengan kertas koran lalu dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 350C – 400C (suhu
tumbuh bakteri). Sampel diinkubasikan selama ± 18-24 jam dihitung dari waktu
dimasukkan ke dalam incubator.
Setelah 18-24 jam, sampel diambil dari inkubator dan dihitung jumlah koloni bakteri
di dalam masing-masing cawan. Saat akan dilakukan perhitungan terlihat bahwa bakteri
pada cawan 10-1 jauh lebih banyak daripada bakteri pada kedua cawan lainnya. Untuk
memudahkan perhitungan, apabila penyebaran bakteri merata cawan petri bisa dilukis
menjadi empat kuadran, dihitung salah satu kuadran saja lalu jumlahnya dikalikan empat.
Jumlah yang didapat pada masing-masing cawan petri adalah pada konsentrasi 10 -1 = 1148
koloni, konsentrasi 10-2 = 759 koloni dan konsentrasi 10-3 = 609 koloni. Jumlah koloni
ini tidak sesuai dengan syarat jumlah koloni bakteri ideal dalam pembiakan nutrient agar,
yaitu antara 30-300 koloni. Hal ini mungkin terjadi karena adanya kontaminasi bakteri lain
dari udara bebas, mulut praktikan saat penggunaan volume pipet ataupun karena teknis
aseptis praktikum yang kurang diperhatikan. Sehingga dalam perhitungan koloni bakteri
per mL sampel hanya koloni bakteri pada konsentrasi 10-2 dan 10-3 untuk meminimalisir
kesalahan dalam proses analisa (statistical error). Sehingga untuk mengurangi kesalahan
dalam perhitungan cawan dan di dapat jumlah bakteri yang ideal maka lebih baik untuk
memperkecil ukuran sampel atau lebih diencerkan. Setelah dihitung jumlah koloni per
sampel maka didapatkan jumlah koloni per mililiter air bak mandi D6 lantai 2 Farmasi
Unpad adalah 342.450 koloni / ml.

VIII. Kesimpulan

 Kegiatan pembiakan bakteri harus dilakukan secara aseptis.


 Pengenceran dilakukan dengan penambahan aquadest pada sampel.
 Pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang terkandung dalam
sampel
 Konsentrasi sampel ditentukan berdasarkan pengenceran yang dilakukan.
 Metode hitungan cawan dilakukan dengan tahapan pengenceran sample, pembiakan
dengan inokulasi dan counting.
IX. Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan; Jakarta.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Hadioetomo,R. S. 1993.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.Gramedia. Jakarta.

Muslim, Ahmad. 2011. Pengujian Kadar Pengendalian. http://pengujiankadarpengendalian.


blogspot.com/2011/01/menghitung-perhitungan-jumlah-bakteri.html . (diakses
pada tanggal 10 Maret 2011).

Pelczar, J. Michael, & Chan, E.C.S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. UI-Press.
Jakarta.

Pradhika, Indra. 2009. Mikrobiologi Dasar. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2009/05/


bekerja-tanpa-kontaminasi-dasar-tehnik.html (diakses pada tanggal 12 Maret
2011)

Schlegel, H., G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.

Sumarsih. 2008. Pertumbuhan Mikroba. http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/i-


pertumbuhan-mikroba.pdf (diakses pada tanggal 10 Maret 2011).

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

You might also like