You are on page 1of 7

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia meng
ambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang dipenuh
i oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek yang diin
ginkannya atau membuang benda yang menghalanginya. Misalnya seekor monyet yang
menjangkau sia-sia benda yang dia inginkan; sedangkan manusia yang paling primit
if pun telah tahu mempergunakan bandringan, laso atau melempar dengan batu. ) Ma
nusia sering disebut Homo Faber; makhluk yang membuat alat, kemampuan membuat al
at dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan juga memerlukan alat
-alat.
Dalam usaha kegiatan ilmiah diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana terse
but memungkinkan dilakukannya penelitian ilmiah secara teratur dan cermat. Pengu
asaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bag
i seorang ilmuwan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegi
atan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu bi
asanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Salah satu sebab sarana merupakan a
lat yang membantu kita didalam mencapai suatu tujuan tertentu; dengan kata lain
sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara men
yeluruh.
Sarana berfikir ilmiah dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi ters
endiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah b
ukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari
sarana ilmiah adalah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,
sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yan
g memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal in
i sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk me
ngembangkan materi pengetahuannya berdaarkan metode ilmiah. Kesimpulannya fungsi
sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupaka
n ilmu itu sendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah diperlukan sarana berupa bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh berpikir ilmi
ah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut pada orang lain. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik haru
s didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Karena kegiatan kei
lmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya berpikir ilmiahnya memang ku
rang dikuasai. Bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan penalaran yang cermat
tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan berpikir ilmiah ?
3. Apakah sebenarnya bahasa ?
4. Apa fungsi bahasa bagi manusia ?
5. Apa kekurangan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ?

2
C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat :
1. Memberikan kontribusi positif bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
2. Memahami konsep bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
3. Mengerti dan memahami pengertian, fungsi dan kekurangan bahsasa sebagai
sarana berpikir ilmiah

3
PEMBAHASAN
A. Konsep Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melaink
an terletak pada kemampuannya berbahasa. Ernst Cassiret menyebut manusia sebagai
Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik
mempunyai cakupan luas daripada Homo Sapiens yakni makhluk yang berpikir, sebab
berpikirnya manusia menggunakan simbol ). Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa m
aka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakuka
n dan juga manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaannya sebab tanpa mempunyai
bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari s
atu generasi ke generasi selanjutnya. Simpul Aldous Huxley, ”Tanpa bahasa,” manusia
tak berbeda dengan anjing atau monyet.” )
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa man
usia tidak dapat berpikir rumit dan abstrak seperti yang kita lakukan dalam kegi
atan ilmiah juga tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan
kita kepada orang lain. Berpikir abstrak yang dimaksud adalah dimana obyek-obyek
yang faktual di transformasikan menjadi simbol bahasa yang bersifat abstrak. Ad
anya simbol yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesu
atu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir t
eratur dan sistematis yang diwujudkan lewat perbendaharaan kata-kata yang dirang
kaikan oleh tata bahasa untuk mengemukakan jalan pemikiran atau ekspresi perasaa
n. Kedua asapek bahasa ini yakni informatif dan emotif tercermin dalam bahasa ya
ng kita gunakan. Artinya kalau kita berbicara maka hakekatnya informasi yang kit
a sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita menyampaikan
perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif, misalnya musik da
pat dianggap sebagai bentuk dari bahasa, dimana emosi terbebas dari informasi, s
edangkan buku telepon memberikan kita informasi tanpa emosi”. ) Kalau kita telaah
lebih lanjut, bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, da
n sikap.
B. Berpikir Ilmiah
1. Pengertian Berfikir.
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di d
alam diri seseorang (Bochenski, dalam Suriasumantri, 1983:52). Menurut Solso (19
98, dalam khodijah, 2006:117) berfikir adalah sebuah proses dimana representasi
mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komple
k.
Berdasarkan definisi di atas, berfikir adalah kemampuan pemikiran seseorang yang
dapat melahirkan ide-ide dan konsep-konsep, sehingga ide dan konsep tersebut da
pat dipindahkan dari satu orang ke orang lainnya guna pemecahan masalah, sehingg
a orang yang berfikir tersebut mendapatkan pengetahuan baru yang berguna bagi di
rinya.
Berfikir juga berarti berupaya secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Di dalam berfiki
r juga termuat kegiatan saat seseorang dalam kondisi sedang meragukan sesuatu, m
emastikan, merancang, menghitung, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, me
mbedakan, menghubungkan, dan menafsirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada serta
menarik kesimpulan.
Berfikir ialah mengelola, memproses, dan menyusun serta mentransformasi informa
si secara kognitif di dalam memori otak manusia. Berfikir sering dilakukan manus
ia dengan tujuan menghasilkan konsep, logika dan membuat keputusan guna memecahk
an masalah. Berfikir akan menghasilkan penalaran yaitu sebuah konsep yang logis
dan sistematis untuk mendapatkan kesimpulan, baik kesimpulan induktif maupun kes
impulan deduktif. Kesimpulan induktif ialah hasil pemikiran yang dimulai dari ha
l-hal khusus menjadi kesimpulan yang berlaku umum. Sedangkan kesimpulan deduktif
ialah hasil pemikiran dari yang umum hingga menuju ke hal-hal khusus.
Menurut Suharnan (2005:281) Berfikir dapat diartikan sebagai proses menghasilkan
reprensentasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan i
nteraksi secara komplek antara atribu-atribut mental, seperti penilaian, abstrak
si, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Proses berfikir ini akan mengha
silkan informasi baru.
Taylor (dalam Suharnan, 2005) mendefinisikan berfikir sebagai proses penarikan k
esimpulan. Berfikir dilakukan untuk menghadapi dan memahami realitas dengan mena
rik kesimpulan dan meneliti berbagai penjelasan dari realitas internal dan ekste
rnal.
Biasanya kegiatan berfikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk d
ijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Kegiatan berfikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang t
erjadi atau apa yang dialami. Dengan demikian kegiatan berfikir manusia selalu t
ersituasikan dalam kondisi konkret subjek yang bersangkutan
Perbedaan dalam cara berfikir dan memcahkan masalah merupakan hal yang penting d
an nyata. Perbedaan itu mungkin disebabkan oleh faktor pembawaan sejak lahir dan
sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa
proses kesuluruhan dari pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempen
garuhi gaya berfikir seseorang dan mempengaruhi pula mutu pemikirannya.
6
Berfikir ialah memproses informasi secara kognitif guna menyusun ulang informasi
dari internal dan eksternal. Menurut Nyayu Khadijah (2009:130) Ada tiga pandang
an dasar tentang berfikir yaitu :
1. Berfikir adalah proses kognitif yang timbul dalam pikiran secara interna
l dan hasilnya dapat berupa perilaku.
2. Berfikir merupakan proses memanipulasi pengetahuan yang ada dalam memori
otak manusia.
3. Berfikir akan menghasilkan pemikiran yang dapat membantu manusia memecah
kan masalah dan mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
Screven and Paul (1996) berfikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari kons
eptualisasi penerapan, analisis, sintesis, evaluasi aktif dan berketrampilan yan
g dikumpulkan dari, atau
dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi seba
gai penuntun menuju kepercayaan dan aksi. Berfikir kritis juga telah didefinisik
an sebagai berfikir yang memiliki maksud, masuk akal dan berorientasi pada tujua
n serta kecakapan untuk menganalisis informasi dan ide-ide secara logis dari ber
bagai macam perspektif.
2. Ilmiah
Ilmiah yang dimaksud adalah kegiatan yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, ya
itu rasional, empiris dan sistematis. Rasional artinya kegiatan itu dilakukan de
ngan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empi
ris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga
orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematika
artinya proses yang digunakan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifa
t logis walaupun langkahnya mungkin berbeda.
Kesimpulan berpikir ilmiah adalah kegiatan berpikir yang didasarkan pada ciri-ci
ri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis untuk melahirkan ide-ide dan
konsep-konsep, sehingga ide dan konsep tersebut dapat dipindahkan dari satu
orang ke orang lainnya guna pemecahan masalah, sehingga orang yang berfikir
tersebut mendapatkan pengetahuan baru yang berguna bagi dirinya.
7
D. Bahasa
Pertama-tama, bahasa kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini buny
i sebagai alat komunikasi yang paling utama selain memakai berbagai isyarat. Kom
unikasi dengan bunyi dikatakan juga sebagai komunikasi verbal, dan manusia yang
bermasyarakat dengan alat komunikasi bunyi disebut juga sebagai masyarakat verba
l.
Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi membentuk suatu arti tert
entu yang kita kenal dengan kata melambangkan suatu obyek tertentu, umpamanya gu
nung atau seekor burung merpati. Perkataan gunung dan burung merpati sebenarnya
merupakan lambang yang kita berikan kepada kedua obyek tersebut. Manusia mengump
ulkan lambang-lambang ini dan menyusun yang disebut perbendaharaan kata-kata yan
g merupakan akumulasi pengalaman dan pemikiran. Artinya dengan perbendaharaan ka
ta-kata yang mereka punyai maka manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengala
man dan pemikiran mereka. Inilah yang menyebabkan bahasa terus berkembang seirin
g dengan pengalaman dan pemikiran manusia yang diperkaya oleh seluruh la
pisan masyarakat yang mempergunakan bahasa; para ilmuwan, pendidik, ahli politik
, remaja dan bahkan tukang copet. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manus
ia dapat berpikir dan belajar lebih baik. Manusia dengan kemampuannya berbahasa
memungkinkan untuk memikirkan sesuatu masalah secara terus menerus. Berbeda deng
an binatang karena mereka tidak mempunyai bahasa seperti yang kita punyai maka
mereka baru bisa berpikir jika obyek itu berada di depan matanya.
Jika seekor tikus melihat makanan di atas meja baru dia mulai berpikir, apakah d
ia akan mencoba mengambil makanan atau tidak, jika ya lalu bagaimana caranya. P
erbedaan pendidikan manusia dan binatang terutama terletak dalam tujuannya; manu
sia belajar agar berbudaya sedangkan binatang belajar untuk mempertahankan jenis
nya. Jadi dengan bahasa manusia dapat berpikir secara

8
teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada
orang lain. Bukan itu saja, dengan bahasa kita dapat mengekspresikan sikap dan p
erasaan kita. Lewat seni suara manusia akan mengekspresikan perasaannya, kedukaa
n, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata. Dengan bahasa manusia hidup dalam dun
ia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan b
ahasa. Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam
berbagai teori seperti elektronika, relativitas, dan quantum.”Pengetahuan adalah
kekuasaan,” dan dengan kekuasaan manusia mencoba mengerti hidupnya. Kejadian sehar
i-hari yang penuh dengan ketawa dan air mata, kelahiran dan kematian, pertemuan
dan perpisahan, semuanya dirangkainya dengan bahasa menjadi sesuatu yang koheren
dan mempunyai arti. Dengan ini manusia memberi arti kepada hidupnya. Dari kata-
kata lalu mempunyai arti bahkan kekuatan. Kekuatan dalam mantera jampi-jampi, ke
percayaan, dan keayakinan moral. Kekutan yang memberi dorongan dan arah dalam b
erkehidupan. Atau kita memadukannya dengan seni suara, dimana kita menyanyi, men
angisi, dan merayakan hidup kita lewat kata-kata. Bulan hanyalah tumpukan gersan
g, manusia hanyalah tumpukan daging dan tulang. Kemanusiaan tak lagi punya peras
aan. Pengetahuan dan perasaan sama pentingnya dalam kehidupan individual dan mas
yarakat,”ujar Bertrand Russel”....dunia tanpa kesukaan dan kemesraan adalah dunia ta
npa nilai.
E. Fungsi Bahasa
Menurut Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif
, dan afektif . ) Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah,
sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik. Dalam komunikasi ilmi
ah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif agar pesan yang disampaik
an bisa diterima secara reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimka
n. Namun dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan kecuali informasi yang terd
apat dalam buku telepon inilah yang menjadi salah satu kelemahan bahasa sebagai
sarana komunikasi ilmiah dimana menurut Kemeny bahasa mempunyai kecenderungan em
osional. )
Komunikasi ilmiah mengisyaratkan bentuk komunikasi yang sangat lain dengan komun
ikasi estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang ber
ujud pengetahuan. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bila si
pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi katkanlah x, maka si penerima k
omunikasi harus menerima informasi x pula.Informasi x yang diterima harus merupa
kan reproduksi yang benar-benar sama dari informasi x yang dikirimkan. Hal ini d
imaksudkan untuk menghindari salah informasi, yakni suatu proses komunikasi yang
mengakibatkan penyampaian informasi yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksudk
an,dimana suatu informasi yang berbeda akan menghasilkan proses berfikir yang be
rbeda pula. Oleh sebab itu maka proses komunuikasi ilmiah harus bersifat jelas d
an obyektif yakni terbebas dari unsur-unsur emotif.
Berbahasa dengan jelas artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata
yang dipergunakan diungkapkan secara ekplisit untuk mencegah pemberian makna ya
ng lain. Berbahasa yang jelas artinya juga mengemukakan pendapat atau jalan pemi
kiran yang jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut kalimat dalam karya ilmiah pada
dasarnya merupakan suatu pernyataan. Kalimat seperti ” Logam jika dipanaskan akan
memanjang” pada hakekatnya suatu pernyataan yang mengandung pengetahuan tentang h
ubungan sebab akibat. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jela
s maka seseorang harus menguasai tata bahasa yang baik. Menurut Charlton Laird,
tata bahasa merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari piki
ran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan terten
tu.
Karya ilmiah juga mempunyai gaya penulisan yang pada hakekatnya usaha un
tuk mencoba menghindari kecenderungan yang bersifat emosional bagi kegiatan seni
, namun merupakan kerugian bagi kegiatan ilmiah.
F. Kekurangan Bahasa
Kekurangan bahasa hakekatnya, Pertama terletak pada peranan bahasa itu sendiri y
ang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif, dan si
mbolik. Kita tidak bisa menggunakan salah satu fungsi saja untuk mengkomunikasik
an informasi tanpa kaitan emotif dan afektif karena bahasa ilmiah harus bersifa
t objektif tanpa mengandung emosi dan sikap atau dengan perkataan lain harus be
rsifat antiseptik, dan reproduktif.
Kekurangan kedua, terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dik
andung oleh kata-kata yang membangun bahasa. Misalnya kata ”cinta” sering digunakan
dalam lingkup yang luas umpamanya dalam hubungan ibu dan anak, ayah dan anak, ka
kek nenek, dua orang kekasih, perasaan pada tanah air dan ikatan pada rasa keman
usiaan yang besar.
Kelemahan ketiga, terletak pada sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa. Sebuah
kata kadang mempunyai lebih dari satu arti yang berbeda,misalnya kata Ilusi dala
m Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti angan; khayal; 1: sesuatu yang memperday
a pikiran dengan memberikan kesan yang palsu; 2: gagasan yang keliru; suatu kepe
rcayaan yang tidak berdasar; keadaan pikiran yang memperdaya seseorang.
11
Kelemahan keempat, bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam memper
gunakan kata-kata terutama dalam memberikan definisi. Umpamanya kata ”pengelolaan” d
idefinisikan sebagai ”kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi”. Sedangkan ”org
anisasi” didefinisikan sebagai ”suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari ke
giatan pengelolaan”.

12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah diperlukan sarana berupa bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh berpikir ilmi
ah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut pada orang lain. Berpikir ilmiah adalah kegiatan berpikir
yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis
untuk melahirkan ide-ide dan konsep-konsep, sehingga ide dan konsep tersebut da
pat dipindahkan dari satu orang ke orang lainnya guna pemecahan masalah, sehingg
a orang yang berfikir tersebut mendapatkan pengetahuan baru yang berguna bagi di
rinya.
Pertama-tama, bahasa kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini buny
i sebagai alat komunikasi yang paling utama selain memakai berbagai isyarat, bah
asa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi membentuk suatu arti tertentu yang
kita kenal dengan kata melambangkan suatu obyek tertentu.
Bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif. F
ungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi em
otif menonjol dalam komunikasi estetik. Dalam komunikasi ilmiah proses komunikas
i harus terbebas dari unsur emotif agar pesan yang disampaikan bisa diterima se
cara reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan. Kekurangan bahas
a hakekatnya terletak pada :
1. peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai saran
a komunikasi emotif, afektif, dan simbolik.
2. arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang memba
ngun bahasa,
3. sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa, dan
4. sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata
terutama dalam memberikan definisi
13
B. Saran
Tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir rumit dan abstrak seperti yang kita la
kukan dalam kegiatan ilmiah juga tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasi
kan pengetahuan kita kepada orang lain. Karena bahasa merupakan salah satu saran
a ilmiah maka didalam penulisan karya ilmiah harus menggunakan bahasa, perbendah
araan kata, struktur dan tata bahasa yang baik sesuai aturan- aturan atau kaidah
penulisan karya ilmiah.

14
DAFTAR PUSTAKA
Philip E.B Jourdin, “The Nature Of Mathematics”, TheWord Of Mathematics; vol , l
, ed. by James R Newman ( New York; Simon & Schuster, 1956, hlm. 9 . Dalam Filsa
fat Ilmu sebuah Pengantar Popular,ed. Jujun S. Suriasumantri, 2007, Jakarta: P
T.Pancaranintan Indahgraha, hlm 165
Ernst Cassiret, An Essay on Man ( New Heaven: Yale University Press,1994). Dalam
Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Popular,ed. Jujun S. Suriasumantri, 2007, Jaka
rta: PT.Pancaranintan Indahgraha, hlm 171
Aldous Huxley,”Word and Their Meaning”. The Importance of Language, ed. Max Black (E
nglewood Cliffs, N.J.:Prentice Hall, 1962),hlm.5. Dalam Filsafat Ilmu sebuah Pen
gantar Popular, ed. Jujun S. Suriasumantri, 2007, Jakarta: PT.Pancaranintan In
dahgraha, hlm 171
Betrand Russel, Human Knowledge: Its Scope and Limits (New York: Simon and Schu
ster,1984), hlm 59. Dalam Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Popular,ed. Jujun S.
Suriasumantri, 2007, Jakarta: PT.Pancaranintan Indahgraha, hlm. 173.
George F. Kneller, Introduction to the Philosophy of Education (New York: John
Wiley,1964), hlm. 28. Dalam Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Popular,ed. Jujun S
. Suriasumantri, 2007, Jakarta: PT.Pancaranintan Indahgraha. hlm. 175.
John G. Kemeny, A Philosophy Looks at Science (New York: Van Nostrand, 1959), hl
m 5. Dalam Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Popular,ed. Jujun S. Suriasumantri,
2007, Jakarta: PT.Pancaranintan Indahgraha, hlm 175
Suriasumatri, S, Jujun, 2007, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Popular, Jakarta :
PT.Pancaranintan Indahgraha
Khadijah, Nyayu, 2009, Psikologi Pendidikan, Palembang: Grafika Telindo Press

15

You might also like