You are on page 1of 13

PENYUSUNAN BUTIR SOAL

PILIHAN GANDA DAN URAIAN


Oleh : S.Gonetoro,S.Pd
A. Langkah-langkah Pengembangan Tes
Langkah-langkah pengembangan tes meliputi (1) menentukan tujuan penilaian, (2) m
enentukan kompetensi yang diujikan (3) menentukan materi penting pendukung kompe
tensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), (4) menentukan jenis tes
yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), (5) menyusun kisi-kisi, butir soal, dan
pedoman penskoran, (6) melakukan telaah butir soal. Penilaian non tes dilakukan
melalui pengamatan dengan langkah-langkah (1) menentukan tujuan penilaian, (2)
menentukan kompetensi yang diujikan, (3) menentukan aspek yang diukur, (4) menyu
sun tabel pengamatan dan pedoman penskorannya, (5) melakukan penelaahan.
Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan terl
ebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur. Adapun pro
ses penentuannya secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Langkah-langkah penting penulisan soal, sebagai berikut:


1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap t
ujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi b
elajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup
materi/ kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanya
kan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, ulangan semeste
r, ulangan kenaikan kelas, ujian praktik, dan lain-lain.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar komp
etensi merupakan acuan/target utama yang harus diukur untuk setiap kompetensi da
sar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan kedu
anya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung
kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan
urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan),
relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam keh
idupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis te
s dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan.
Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bent
uk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis
tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project),
hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. D
alam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
B. Penentuan Materi Penting
Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan ulangan/ujian adalah me
nentukan kompetensi dan materi yang akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi
yang akan diukur, maka langkah berikutnya adalah menentukan materi yang akan di
ujikan. Penentuan materi yang akan diujikan sangat penting karena di dalam satu
tes tidak mungkin semua materi yang telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu y
ang terbatas. Materi yang telah ditentukan harus dapat diukur sesuai dengan alat
ukur yang akan digunakan yaitu tes atau non-tes.
Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:
1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta
didik,
2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu a
tau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami,
mata pelajaran lain,
4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam keh
idupan sehari¬-hari.
C. Penyusunan Kisi-Kisi
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap ko
mpetensi dasar dan penyebaran soalnya dengan menggunakan tabel berikut.
Tabel penyebaran butir soal untuk ulangan akhir semester (UAS)

No
Kompetensi
Dasar
Materi Jumlah soal tes tulis Jumlah soal
Praktik
PG Uraian

Jumlah soal
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi komp
etensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk m
enentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat
berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL


Jenis sekolah : ……………………… Jumlah soal : ………………………..
Mata pelajaran :………………………. Bentuk soal/tes : ..........................
Kurikulum : ……………………… Penyusun : 1. …………………..
Alokasi waktu : ……………………… 2. …………………..
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kls/
smt Materi
pokok Indikator soal Nomor
soal
1 2 3 4 5 6 7

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam s
ilabus/ kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecu
ali pada kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang te
lah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
D. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehenda
ki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan
kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan mat
eri yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar ko
mpetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indika
tor yang baik:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,
2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu at
au lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = beh
aviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan)
, dan D = degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator.
Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini
digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya
berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sed
angkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus
ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tid
ak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indo
nesia.
Indikator : Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar ma
ndiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya
.
Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian pe
serta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adal
ah: "Hari harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.
")
Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
(2) Contoh model kedua:
Indikator : Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda ba
ca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ....
a. Rp 125,-
b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b
E. Penulisan Butir Soal Tes Tertulis
Setiap butir soal harus ditulis berdasarkan rumusan indikator soal yang ada dala
m kisi-kisi dengan memperhatikan kaidah penulisan soal. Ada dua bentuk soal yang
sering digunakan, yaitu bentuk Pilihan Ganda dan Uraian. Bentuk soal yang tepat
dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur
. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertu
lis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur denga
n menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pili
han ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
1. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskan
nya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan
dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagas
an dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah keleng
kapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai da
lam pedoman penskorannya. Berdasarkan cara penskorannya, bentuk uraian diklasifi
kasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian
objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban deng
an pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara obje
ktif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomis (benar - salah
atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpun
an jawaban dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik
, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi
tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku y
ang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesua
ian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Berikut adalah contoh soal Uraian Objektif.
Butir Soal:
Perhatikan kata bergarisbawah di dalam kalimat berikut ini !
1. Semoga yang Mahakuasa memberkati usaha anda.
2. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih.
Mengapa kata “Mahakuasa” di dalam kalimat pertama ditulis serangkai, sedangkan kata “M
aha Pengasih” di dalam kalimat kedua ditulis terpisah/ tidak serangkai ? Jelaskan
!
No Kunci Jawaban Skor
1

2.

3. Kata “maha” merupakan unsur gabung.


Unsur gabung ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya kecuali kata terseb
ut bukan kata dasar.
Kata “kuasa” adalah kata dasar,
sehingga penulisannya harus ditulis serangkai dengan kata “maha”.
Kata “Pengasih” bukan kata dasar,
sehingga penulisannya harus ditulis terpisah dengan kata “maha” 1
1

1
1
1
1
Skor maksimum 6
Butir Soal
Di Bawah ini adalah gambar perangkat percobaan Pateur:

Hasil percobaan memperlihatkan bahwa air kaldu dalam tabung tetap jernih setelah
disimpan 5 hari.
a. Jelaskan mengapa air kaldu dalam tabung tetap jernih ?
b. Jelaskan fungsi pipa bentuk S dalam percobaan terbut !
c. Berikan kesimpulan dari percobaan tersebut !
No Kunci Jawaban Skor
a.

b.

c. - Air kaldu dalam tabung tetap jernih karena tidak ada kehidupan
- Mikroba dalam tabung mati
- Mikroba yang ada di udara luar tidak dapat masuk
Fungsi pipa berbentuk S adalah:
- Supaya ada hubungan antara udara di luar dengan udara di dalam tabung.
- Supaya mikroba tidak dapat masuk.
- Mahluk hidup berasal dari mahluk hidup sebelumnya. 1
1
1

1
1
1
Skor maksimum 6
Berikut adalah contoh soal Uraian Non-objektif.
Butir Soal:
Buatlah karangan jenis persuasi, kurang lebih 250 kata, dengan tema “Hemat Energi”.
Perhatikan ejaan, struktur kalimat dan keruntutan isi karangan !
No Kriteria Jawaban Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Ketepatan ejaan
Struktur kalimat
Koherensi antarkalimat
Koherensi antarparagraf
Kesesuaian judul dengan isi
Isi Keseluruhan
Ketepatan jenis prosa 0 – 3
0 – 3
0 – 3
0 – 3
0 – 3
0 – 4
0 – 1
Rentang skor maksimum 0 - 20
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaida
h penulisannya.
Kaidah penulisan soal uraian sebagai berikut¬:
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau ti
ngkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas
, terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
2. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabanny
a. Soal pilihan ganda terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2
) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pe
ngecoh.
Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah m
enuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan
atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci j
awaban.
Contoh soal Pilihan Ganda.
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perila
ku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi
.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal
hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian a
tau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal han
ya mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang d
iperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya
tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang d
apat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Art
inya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung
arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta di
dik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaa
n negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tent
ang negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artin
ya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditan
yakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban haru
s berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperluka
n karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang
karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kun
ci jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di ata
s salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilih
an jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena
pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjad
i tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarka
n urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yan
g berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai n
ilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimak
sudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pad
a soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal ya
ng ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila
soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terd
apat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna ti
dak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantunga
n pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar
soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa In
donesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a)
pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pe
makaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah di
mengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan sa
tu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
F. Butir Soal yang Menuntut Penalaran Tinggi
Pada umumnya penulis soal cenderung menulis butir-butir soal yang menuntut peril
aku “ingatan” saja karena lebih mudah. Ada beberapa cara yang dapat dipedomani agar
soal yang ditulis menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan
, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan).
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
3. Mengukur kemampuan berpikir kritis.
4. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
a) Dasar Pertanyaan (Stimulus).
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir
soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan ba
caan seperti: teks bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng
, puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol, contoh,
peta, film, atau suara yang direkam, dan lain-lain.
b) Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis
Ada 11 kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir
soal yang menuntut penalaran tinggi.
1. Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau eksperimen dan hasilnya,
peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk meng
evaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
2. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi, peserta didik dapa
t: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang menduku
ng argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung argumen yang di
sajikan.
3. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan interpretasinya, p
eserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangan untuk dapat dipercaya (
atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
4. Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soalnya:
Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan observer/reporter,
peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu dan memberikan a
lasannya.
5. Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar d
an pilihannya terdiri dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua at
au lebih kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat membandingkan kesi
mpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus d
iikuti.
6. Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar d
an satu kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan kesimpulan yang a
da itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
7. Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa kemungkinan kesimpulan
, peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan ala
sannya.
8. Menilai
Contoh indikatornya:
Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan kemungkinan penyeles
aian masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1) solusi yang positif dan neg
atif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan,
dan dapat memberikan alasannya.
9. Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal:
Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefi
nisikan konsep yang dinyatakan.
10. Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal
Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di dalam asumsi, pe
serta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
11. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video klip, pese
rta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.
c) Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah
Ada 17 keterampilan pemecahan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam menulis b
utir soal yang menuntut penalaran tinggi.
1. Mengidentifikasi masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi
masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan.
2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, peserta didik dapat meru
muskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
3. Memahami kata dalam konteks
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya digarisbawahi
, peserta didik dapat menjelaskan makna yang berhubungan dengan masalah itu deng
an kata-katanya sendiri.
4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
Contoh indikator masalah:
Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah, pe
serta didik dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan.
5. Memilih masalah sendiri
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah, peserta didik dapat memberikan alasan satu masalah y
ang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara penyelesaiannya.
6. Mendeskripsikan berbagai strategi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memecahkan masalah ke d
alam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagra
m, atau grafik.
7. Mengidentifikasi asumsi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memberikan solusinya be
rdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang.
8. Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat menggambarkan sebuah di
agram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah.
9. Memberi alasan masalah yang sulit
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya dihilan
gkan, peserta didik dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau
melengkapi informasi pentingnya dihilangkan.
10. Memberi alasan solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya,
peserta didik dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasan
nya.
11. Memberi alasan strategi yang digunakan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyele
sikan masalah, peserta didik dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menye
lesaikan masalah itu dan memberikan alasannya.
12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah
, peserta didik dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
13. Membuat strategi lain
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan masala
hnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi
lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya, peserta didik
dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat d
iselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) memberikan alasannya.
15. Menyelesaikan secara terencana
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat menyelesaika
n masalah secara terencana mulai dari input, proses, output, dan outcomenya.
16. Mengevaluasi kualitas solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan ma
salah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan menerapkan strategi itu, (2)
mengevaluasinya, (3) menentukan strategi mana yang tepat, (4) memberi alasan men
gapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya.
17. Mengevaluasi strategi sistematika
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan masalah dan pro
sedur, peserta didik dapat mengevaluasi strategi pemecahannya berdasarkan prosed
ur yang disajikan.
G. Perakitan Butir Soal
Merakit soal adalah menyusun soal menjadi satu perangkat/paket tes atau beberapa
paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-ki
sinya.
Langkah-langkah Perakitan Soal:
a. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama,
kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
b. Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi.
c. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah beba
s dari kaidah “Setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang
lain”.
d. Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal.
e. Membuat format lembar jawaban.
f. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya.
g. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk pilihan gan
da), dengan menggunakan rumus berikut.
h. Menentukan soal inti (anchor items) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam
satu paket. Soal inti ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari beb
erapa tes paralel. Tujuannya adalah agar antar tes memiliki keterkaitan yang sam
a. Penempatan soal inti dalam paket tes diletakkan secara acak.
i. Menentukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian)
Bobot soal adalah besarnya angka yang ditetapkan untuk suatu butir soal dalam pe
rbandingan (ratio) dengan butir soal lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan
besar kecilnya bobot soal didasarkan atas tingkat kedalaman dan keluasan materi
yang ditanyakan atau kompleksitas jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk
mempermudah perhitungan/penentuan nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada sat
u perangkat tes uraian ditetapkan 100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan b
esarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu so
al yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebu
t dirakit ke dalam perangkat tes yang lain.
j. Menyusun tabel konversi skor
Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban pe
serta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal be
ntuk pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Nilai dari soal
bentuk pilihan ganda tidak dapat langsung digabung dengan nilai uraian. Hal ini
karena tingkat keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya da
lam kedua bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah keduanya
diberi bobotnya. Untuk itu harus dibuat tabel konversi.
H. Pemeriksaan Lembar Jawaban Soal Uraian dan Perhitungan Nilai
1. Prosedur Pemeriksaan Lembar Jawaban
Pemeriksaan lembar jawaban bentuk pilihan ganda sangat mudah. Lembar jawaban dic
ocokkan dengan kunci jawaban yang sudah disiapkan. Bila jawaban peserta didik s
esuai dengan kunci jawaban, maka jawabannya diberi skor 1, bila tidak sesuai dib
eri skor 0. Setelah selesai menskor seluruh soal, maka baru dihitung berapa juml
ah soal yang dijawab benar, itulah skor perolehan peserta didik.
Pemeriksaan lembar jawaban bentuk soal uraian dan tes perbuatan, diperlukan pro
sedur pemeriksaan sebagai berikut.
1. Gunakanlah pedoman penskoran yang telah disiapkan sebagai acuan dalam me
meriksa jawaban peserta didik.
2. Bacalah jawaban peserta didik kemudian bandingkan dengan jawaban ideal s
eperti yang ada pada pedoman penskoran.
3. Berikan skor sesuai dengan tingkat kelengkapan dan kesempurnaan jawaban
peserta didik.
4. Periksalah seluruh lembar jawaban peserta didik pada nomor yang sama, ba
ru dilanjutkan ke pemeriksaan nomor berikutnya. Hal ini perlu dilakukan guna men
jaga konsistensi dan objektivitas pemberian skor.
5. Hindari faktor-faktor yang tidak sesuai/relevan dalam pemberian skor sep
erti bagus tidaknya tulisan dan bersih tidak kertas jawaban, kecuali kalau meman
g kedua aspek itu yang akan diukur, seperti mata pelajaran bahasa.
2. Perhitungan Nilai
Setelah selesai memeriksa lembar jawaban dan memberikan skor pada lembar jawaban
, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor butir soal. Ke
mudian lakukan perhitungan nilai dengan menggunakan rumus seperti berikut ini.

Contoh 1:
Seorang peserta didik mengikuti ulangan harian mata pelajaran Kimia dengan jumla
h soal 5 (lima) butir, skor dan bobotnya sebagai berikut:
Soal Uraian Bobot
Soal Skor Maksimum Skor perolehan
Peserta Didik Nilai Perolehan
1
2
3
4
5 20
10
30
10
30 8
5
10
5
10 7
4
9
5
7 (7:8) x 20 = 17,50
(4:5) x 10 = 8,00
(9:10) x 30 = 27,00
(5:5) x 10 = 10,00
(7:10) x 30 = 21,00
Jumlah 100 - - 83,50
Untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan penilaian, diperlukan tabel konversi seba
gai berikut.
Nomor
Soal Skor
Maks Bobot Skor Perolehan
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
1. 8 20 2,50 5,00 7,50 10,00 12,50 15,00 17,50
20,00
2. 5 10 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
3. 10 30 3,00 6,00 9,00 12,00 15,00 18,00 21,00
24,00 27,00 30,00
4. 5 10 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
5. 10 30 3,00 6,00 9,00 12,00 15,00 18,00 21,00
24,00 27,00 30,00
Contoh 2:
Seorang peserta didik mengikuti ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran Fisi
ka yang terdiri dari: 45 butir soal Pilihan Ganda, 5 butir soal Uraian, skor dan
bobotnya sebagai berikut:
Bentuk
Soal Jumlah
Soal Bobot Nomor Soal Skor Maks. Skor
Perolehan Nilai Perolehan
PG 45 70 1 - 45 45 38 (38:45) x 70 = 59,11
Uraian 5 3
4
6
8
9 1
2
3
4
5 3
4
9
4
6 3
2
8
4
5 (3:3) x 3 = 3,00
(2:4) x 4 = 2,00
(8:9) x 6 = 5,33
(4:4) x 8 = 8,00
(5:6) x 9 = 7,50
Jumlah 40 100 - - - 25,83
Nilai UAS mata pelajaran Fisika = ( 59,11 ) + ( 25,83 ) = 84,94 = 85
Untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan penilaian, diperlukan tabel konversi
Tabel konversi untuk Soal Pilihan Ganda:
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 1,56 11 17,11 21 32,67 31 48,22 41 63,78
2 3,11 12 18,67 22 34,22 32 49,78 42 65,33
3 4,67 13 20,22 23 35,78 33 51,33 43 66,89
4 6,22 14 21,78 24 37,33 34 52,89 44 68,44
5 7,78 15 23,33 25 38,89 35 54,44 45 70,00
6 9,33 16 24,89 26 40,44 36 56,00
7 10,89 17 26,44 27 42,00 37 57,56
8 12,44 18 28,00 28 43,56 38 59,11
9 14,00 19 29,56 29 45,11 39 60,67
10 15,56 20 31,11 30 46,67 40 62,22
Tabel konversi untuk Soal Uraian:
Nomor
Soal Skor
Maks Bobot Skor Perolehan
1 2 3 4 5 6 7
8 9
1. 3 3 1,00 2,00 3,00
2. 4 4 1,00 2,00 3,00 4,00
3. 9 6 0,67 1,33 2,00 2,67 3,33 4,00 4,67
5,33 6,00
4. 4 8 2,00 4,00 6,00 8,00
5. 6 9 1,50 3,00 4,50 6,00 7,50 9,00

You might also like