Professional Documents
Culture Documents
Secara umum saluran udara pernapasan adalah sebagai berikut : dari nares anterior menuju ke
cavitas nasalis, choanae, nasopharynx, larynx, trachea, bronchus primarius, bronchus
secundus, bronchus tertius, bronchiolus, bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius,
ductus alveolaris, atrium alveolaris, sacculus alveolaris, kemudian berakhir pada alveolus
tempat terjadinya pertukaran udara (Budiyanto, dkk, 2005).
Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi costa
tertarik ke kranial dengan sumbu di articulatio costovertebrale, diafragma kontraksi turun ke
caudal, sehingga rongga thorax membesar, dan udara masuk karena tekanan dalam rongga
thorax yang membesar menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Sedangkan ekspirasi
adalah kebalikan dari inspirasi (Ganong, 1999; Guyton, 1998).
Respirasi melibatkan otot-otot regular dan otot bantu. Otot reguler bekerja dalam pernapasan
normal, sedang otot bantu atau auxiliar bekerja saat pernapasan sesak. Otot reguler inspirasi :
m. Intercostalis externus, m. Levator costae, m. Serratus posterior superior, dan m.
Intercartilagineus. Otot auxiliar inspirasi : m. Scaleni, m. Sternocleidomastoideus, m.
Pectoralis mayor et minor, m. Latissimus dorsi, m. Serrarus anterior. Otot reguler ekspirasi :
m. Intercostalis internus, m. Subcostalis, m. Tranversus thorachis, m. Serratus posterior
inferior. Otot auxiliar ekspirasi : m. Obliquus externus et internus abdominis, m. Tranversus
abdominis, m. Rectus abdominis (Syaifulloh, dkk, 2008).
Secara histologis, saluran napas tersusun dari epitel, sel goblet, kelanjar, kartilago, otot polos,
dan elastin. Epitel dari fossa nasalis sampai bronchus adalah bertingkat toraks bersilia, sedang
setelahnya adalah selapis kubis bersilia. Sel goblet banyak terdapat di fossa nasalis sampai
bronchus besar, sedang setelahnya sedikit sampai tidak ada. Kartilago pada trakea berbentuk
tapal kuda, pada bronkiolus tidak ditemukan dan banyak terdapat elastin (Carlos Junqueira,
dkk, 1998).
TUBERCULOSIS
Klasifikasi
1. Infeksi primer. Infeksi yang pertama kali terjadi pada tubuh yang belum memiliki reaksi
spesifik terhadap basil TB tersebut.
2. Infeksi post primer. Infeksi yang terjadi setelah infeksi primer, biasanya setelah beberapa
bulan atau tahun. Infeksi ini muncul kembali saat daya tahan tubuh menurun, misalnya status
gizi buruk, infeksi HIV, dan lain-lain (Amin, 1989; Reviono, 2008).
Gambaran Klinik
Gejala respiratorik berupa batuk lebih dari 3 minggu, hemoptisis, sesak napas, nyeri dada.
Gejala sistemik berupa badan lemah, nafsu makan turun, berat badan (BB) turun, malaise,
keringat malam (Chandrasoma, 2006).
Diagnosis
1. Anamnesis, yaitu mengenai gejala, riwayat penyakit, riwayat paparan/ kontak dengan
penderita TB.
2. Pemeriksaan makroskopis bakteri : cara SPS, metode pengecatan Ziehl Nellson,
pembacaan skala IUATLD, skala Bronkhorst.
3. Radiologis. Lesi multiform aktif : infiltrat, konsolidasi, noduler, milier, cavitas, efusi. Lesi
inaktif : fibrotik, kalsifikasi, schwarte. Digunakan untuk membedakan lesi minimal dan lesi
luas.
4. Uji tuberkulin. Berdasar reaksi hipersensitifitas tipe 4, dimana basil TB memproduksi
tuberculoprotein yang akan merangsang munculnya reaksi tersebut.
5. Pemeriksaan darah dipakai untuk mengetahui aktivitas penyakit (Reviono, 2008).
Penatalaksanaan
PNEUMONIA
Definisi Etiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, hal ini akibat
aktivitas mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, mikroorganisme, dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembang biak
menimbulkan penyakit. Cara mikroorganisme masuk saluran napas dengan 4 cara : inokulasi
langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi di
permukaan mukosa.
Bakteri yang masuk alveoli menyebabkan reaksi radang, edema seluruh alveoli, dan infiltrasi
sel-sel PMN. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
lekosit yang lain melalui pseudopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian
di fagosit.
Diagnosis
Anamnesis, didapatkan gejala demam menggigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak
mukoid atau purulen, sesak napas, kadang nyeri dada, batuk darah bisa sedikit bisa banyak.
Pemeriksaan fisik, tergantung luas lesi. Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal, palpasi :
fremitus dapat mengeras, perkusi redup. Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sanpai
bronkial, suara tambahan ronki basah pada stadium resolusi.
Gambaran radiologis : gambaran infiltrat sampai konsolidasi (berawan) dapat disertai air
bronchogram.
Pengobatan
Terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya berdasar data
mikroorganisme dan hasil uji kepekaan (Reviono, 2008).
KANKER PARU
Adalah semua penyakit keganasan di paru mencakup keganasan yang berasal dari paru
maupun dari metastasis. Ada beberapa golongan yang memiliki risiko tinggi terkana kanker
paru : laki-laki lebih tinggi, usia di atas 40 tahun, perokok, paparan industri, perempuan
sebagai perokok pasif (Rima, 2008).
Gambaran Klinis
Dibagi menjadi dua golongan : gejala khas dan tidak khas. Gejala khas : sesak napas, sulit/
sakit menelan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, batuk dengan atau tanpa
dahak, hemoptisis, sakit dada. Gejala tidak khas : berat badan berkurang, nafsu makan hilang,
demam hilang timbul (Amin, 1989; Chandrasoma, 2006).
Diagnosis
Anamnesis, berupa gejala, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, faktor risiko.
Pemeriksaan fisik, tergantung besar dan letak tumor. Bila tumor kecil dan letak di perifer,
menunjukan gambaran normal. Tumor ukuran besar, letak di sentral, dan bila disertai
atelektasis akan terjadi penarikan trakea atau oesofagus.
Radiologis. Tampak nodul soliter sirkumskripta atau coin lession pada radigram dada
merupakan petunjuk dini untuk mendeteksi karsinoma bronkogenik, meskipun dapat juga
ditemukan pada banyak keadaan lainnya. CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih
lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
Bronkoskopi, memiliki beberapa fungsi : untuk mengambil bahan atau jaringan, untuk
mengetahui kelainan mukosa bronkus, untuk menilai keadaan percabangan bronkus.
Pemeriksaan khusus meliputi : sitologi sputum, trans torakal biopsi (TTB) untuk lesi yang
letaknya perifer, trans bronkial lung biopsi (TBLB), torakoskopi, mediastinoskopi, dan
torakotomi eksplorasi sebagai pilihan terakhir (Rima, 2008).
Patologi
Staging
Penderajatan kanker paru menurut International Staging System for Lung Cancer dengan
sistem TNM (tumor, kelenjar getah bening, metastase). Stadium IA : T1N0M0. Stadium IB :
T2N0M0. Stadium IIA : T1N1M0. Stadium IIB : T2N1M0. Stadium IIIA : T1N2M0,
T2N2M0, T3N1M0, T3N2M0. Stadium IIIB : T berapa pun N3M0, T4 N berapa pun M0.
Stadium IV : TN berapa pun M1 (Price dan Wilson, 2006).
Pengobatan
Pembedahan (operasi), diindikasikan pada jenis sel karsinoma bukan sel kecil stadium I dan
II. Stadium IIIA perlu diberi kemoterapi dahulu untuk menurunkan staging.
Radioterapi sebagai terapi kuratif dan paliatif.
Kemoterapi (Rima, 2008).
Komplikasi