You are on page 1of 11

|

|
|
|

 ||

  | ||   |    |

|| ||


|   |
|
|

|| !"|#! |#!| |#! |!#"# |


$"$$|#! | $$%"$|#!|
&' |(|
¦  ¦ 
 
 ¦  



À 

Menurut Departemen Sosial dan BPS, mendefinisikan kemiskinan sebagai


ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk layak
hidup, kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai
estándar kebutuhan mínimum, baik untuk makanan dan non makanan yang
disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold).
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu
untk dapat membayar setiap kebutuhan makanan setara 2.100 kilo kalori per orang
per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri atas perumahan, pakaian,
kesehatan,pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa
lainnya.(Nurhadi,2007:13).

Bappenas dalam Sahdan (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai


kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak
mampum memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa
antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa
aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk
mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, Bappenas menggunakan
beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs
approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan
dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective
Konsep kemiskinan merupakan suatu konsep yang multidimensional sehingga
konsep kemiskinan tidak mudah untuk dipahami. Kemiskinan paling tidak
memiliki tiga dimensi (Widodo, 2006:296) , yaitu :
a)| Kemiskinan politik.

Kemiskinan politik memfokuskan pada derajat akses terhadap kekuasaan


(power). Yang dimaksud kekuasaan disini meliputi tatanan sistem sosial
politik yang menentukan alokasi sumber daya untuk kepentingan
sekelompok orang atau tatanan sistem sosial dan menentukan alokasi
sumber daya.

b)| Kemiskinan sosial.

Kemiskinan sosial adalah kemiskinan karena kekurangan jaringan sosial


dan struktur yang mendukung untuk mendapat kesempatan agar
produktivitas seseorang meningkat. Dengan kata lain kemiskinan sosial
adalah kemiskinan yang disebabkan adanya faktor-faktor menghambat
yang mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan
kesempatan yang tersedia.

c)| Kemiskinan Ekonomi

Kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan kekurangan sumber daya


(resources) yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan
menetapkan persediaan sumber daya yang tersedia pada kelompok ini dan
membandingkannya dengan ukuran-ukuran baku. Sumber daya yang
dimaksud dalam pengertian ini mencakup konsep ekonomi yang luas tidak
hanya merupakan pengertian finansial, dalam hal ini kemampuan finansial
keluarga untuk memenuhi kebutuhan, tetapi perlu mempertimbangkan
semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  
    

Menurut Joel F. Handler & Yehaskel Hansenfeld dalam bukunya Blame


Welfere Ignore Poverty and Inquality menyampaikan :

àeveral major faktors heve been suggested for the persistence of hige
poverty : (1) patterns of economic growth and decline; (2) the changeng
labor market; (3) àosial inequality; (4) Changeng demographics,
especially the rise of single-parent household; (5) àosial polisy.
Menurutnya ada lima penyebab utama yang menjadi penyebab kemiskinan, yaitu :

1.| Pola pertumbuhan dan perubahan ekonomi.


Contahnya di Amerika pasca perang dunia ke II pertumbuhan ekonomi
meningkat pesat pada tahun 1950-1960 pendapatan rata-rata rumbuh dari
$19,500 ke 26,800 dan tingkat kemiskinan turun dari 32% ke 22 %,
pertumbuhan ekonomi meningkat pesat. Tapi setelah itu terjadi krisis minyak
pada tahun 1973, kondisi ini menyebabkan terpukulnya sektor jasa dan
industri manufaktur jatuh hingga 1%, inflasi meningkat hingga 12 % dan
penganguran meningkat 5,5%. Pendapatan perkapita dari $40,000 turun
menjadi $38,600.
2.| Perubahan pasar tenaga kerja.
Profesionalisme pekerjaan dalam perkembanganya mengalami perubahan
yang lebih berbasis pada tingkat pendidikan, artinya pekerja yang mempunyai
tingkat pendidikan rendah kelas pekerjaanya tidak akan banyak
bergeseser/meningkat tanpa meningkatkan status pendidikan. Ini juga
berpengaruh pada tingkat penghasilan. Kemiskinan muncul akibat perbedaan
dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang
rendah berarti produktivitasnya renda, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan,
nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturuan.
3.| Ketimpangan sosial.
Dengan penghasilan berbeda tersebut akan menyebabkan pada rendahnya
masyarakat untuk bisa meningkatkan pendidikan, disini terus terjadi secara
sistimatis ketimpangan tersebut.
4.| Perubahan demografi, khususnya peningkatan keluarga dengan orang tua
tunggal.
Perubahan sosial menyebabkan kemiskinan, maksudnya dengan terjadinya
angka percerain menyebabkan anak diasuh oleh orang tua tunggal, hal ini
berdampak pada tingkat kesejateraan dan perhatian kepada anak untuk dapat
dewasa dan mendapatkan akses pendidikan yang layak.
5.| Kebijakan sosial.
Dibeberapa negara kebijakan sosial yang tidak berpihak kepada kepentigan
masyarakatnya berdampak buruk tingkat kesejahteraan. Contohnya biaya
pendidikan, kesehatan yang mahal dan tidak ditanggung oleh negara,
rendahnya setandar pendapatan upah minimum, akses masyarakat terhadap
sumberdaya dan lain-lain.

  

    

Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk


mengukurnya. Secara umum ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa
digunakan yaitu kemiskinan absolute dan kemiskinan relative (Arsyad dalam Tri
Widodo,2006: 298)

a. Kemiskinan Absolut

Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan


kebutuhan. Kebutuhan tersebut dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan
dasar ( basic need ) yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak.
Apabila pendapatan tersebut tidak mencapai kebutuhan minimum, maka dapat
dikatakan miskin. Sehingga dengan kata lain bahwa kemiskinan dapat diukur
dengan membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Tingkat pendapatan Pendapatan Tabungan Rendah Rendah
Investasi Rendah minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dan
tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Masalah utama
dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan tingkat komposisi dan
tingkat kebutuhan minimum karena hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
adat istiadat, aklim dan berbagai faktor ekonomi lain. Konsep kemiskinan yang
didasarkan atas perkiraan kebutuhan dasar minimum merupakan konsep yang
mudah dipahami tetapi garis kemiskinan objektif sulit dilaksanakan karena
banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Tidak ada garis kemiskinan yang
berlaku pasti dan umum, hal itu dikarenakan garis kemiskinan berbeda antara
tempat yang satu dengan tempat yang lainnya.
b. Kemiskinan Relatif

Seseorang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi


kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Hal ini terjadi
karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, walaupun
pendapatannya sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih
jauh lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya, maka orang
tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Berdasarkan konsep kemiskinan
relatif ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat|

Pada umumnya, ukuran kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan


dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan dibatasi pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara
layak. Bila pendapatan tidak mencapai kebutuhan minimum, maka orang tersebut
dapat dikatakan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan dapat diukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin
dan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan.

Kemiskinan bersifat multidimensi sehingga setiap orang akan memberikan


pengertian yang berbeda pula sesuai dengan sudut pandangnya. Namun demikian,
karakteristik kemiskinan pada umumnya hampir sama. Menurut Quybria (dalam
Dillom, 1993) mengemukakan beberapa karakteristik kemiskinan di Asia
Tenggara sebagai berikut:

a)| Kemiskinan lebih banyak ditemui di pedesaan daripada diperkotaan.


b)| Kemiskinan berkorelasi positif dengan jumlah anggota keluarga dan
berkorelasi positif dengan jumlah pekerja dalam satu keluarga.
c)| Kemiskinan ditandai oleh rendahnya pemilikan aset keluarga.
d)| Pertanian merupakan sumber utama bagi rumah tangga miskin.
e)| Kemiskinan berkaitan dengan masalah sosial budaya yang dinamis.

(Arisudi dan Andarwati : 2003).

Karakteristik diatas dapat diidentifikasi dari indikator kemiskinan yang


digunakan oleh setiap negara. Berdasarkan indikator kemiskinan setiap negara
dapat menetapkan jumlah orang miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Biro Pusat Statistik menetapkan patokan 2.100 kalori per hari untuk kebutuhan
minimum makanan, sedangkan pengukuran bukan makanan meliputi pengeluaran
untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa (Kuncoro,M 1997 : 148).
Sharp,et.al dalam Kuncoro (2003:131) mengidentifikasi penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi.

1.| Secara mikro, kemiskinanan muncul karena adanya ketidaksamaan pola


pemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya alam dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2.| Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusiayang rendah berarti
produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena
keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
3.| Ketiga kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan
pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.
Rendahnya produktifitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
mereka terima.Rendanya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada
keterbelakangan, dan seterusnya Logika ini dikemukakan oleh Ragnar
Nurkse, , di tahun 1953 yang mengatakan: ³a poor country is poor
because it is poor´ (negara itu miskin karena dia miskin).

r   
   

Masalah kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah ekonomi yang


serba agregat seperti sandang, pangan dan papan, tetapi juga berkaitan dengan
dimensi budaya seperti harga-diri (dignity), kemandirian (self-confidence)
masalah sosial seperti partisipasi (participation), social capital (trust, reciprocity,
solidarity). Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan dasar dalam mencari jalan
keluar dari permaslahan kemiskinan adalah, sejauhmana berbagai dimensi tersebut
telah mengontruksikan kemiskinan yang ada dalam masyarakat.

Apapun menyebabnya, salah satu yang agaknya terabaikan dalam strategi


pengentasan kemiskinan adalah masih kuatnya mindset lama, bahwa pengentasan
kemiskinan hanya dipandang sebagai upaya pembebasan masyarakat miskin dari
indikator-indikator konvensional (pemenuhan sandang, pangan, dan papan) yang
bersifat serba agregat (terukur). Mestinya pengentasan kemiskinan juga,
dipandang sebagai usaha untuk memposisikan masyarakat miskin memiliki:
harga diri (self esteem), kemuliaan (dignity), kemandirian (independence),
pengakuan (recognition) dan kebebasan (freedom). Singkatnya, penyebab
kemiskinan adalah multidimensional karenanya penyelesaiannya juga
membutuhkan pendekatan multidimensi.

À  À   À    

Dalam upaya mencari penjelasan paradigmatik atas bias pengentasan


kemiskinan yang terjadi akibat dominasi paradigma neoliberalism, ada baiknya
diuraikan paradigma pembangunan sosial yang meletakkan dan menekankan
pembangunan sosial (masyarakat) sebagai orientasi utamanya. Seperti pnited
Nations Center for Regional Development (UNCRD) yang merumuskan
pembangunan sosial (masyarakat) dalam tiga pengertian:

À
 pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan
masyarakat. Interpretasi pembangunan masyarakat merupakan
kelengkapan dari strategi kebutuhan pokok. Pembangunan masyarakat
identik dengan peningkatan pelayanan sosial sosial, seperti: fasilitas
kesehatan, peningkatan gizi, fasilitas pendidikan, sanitasi dsb yang intinya
meningkatkan kesejahteraan rakyat.

  pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk


mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi. Antara lain untuk
mencapai tujuan sosial (social goals) yang sukar diukur seperti: keadilan,
pemerataan, peningkatan budaya (cultural promotion), dan kedamaian
pikiran (peace of mind).

, pembangunan sosial sebagai upaya terencana untuk
meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini pada dasarnya
merupakan derivasi dari pembangunan yang berpusat pada manusia
(people-centered devolepment).

Dalam paradigma seperti itu, pembangunan harus menekankan pada


³pengelolaan sumber pada masyarakat sendiri. Yang ciri-cirinya, menurut Korten
(1986), antara lain: (1). Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat tahap demi tahap harus diletakkan pada
masyarakat sendiri (bottom up planning). (2). Fokus utamanya adalah
menciptakan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan
sumber-sumber yang terdapat dikomunitas untuk memenuhi kebutuhan mereka.
(3). Pendekatan ini mentoleransi variasi lokal, dan karenanya, sifatnya fleksibel
menyesuaikan dengan kondisi lokal. (4). Di dalam melaksanakan pembangunan,
pendekatan ini menekankan pada proses social learning yang di dalamnya
terdapat interaksi kolaboratif antara birokrasi dan komunitas: mulai dari
perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri pada saling belajar.
(5). Proses pembentukan jaringan (networking) antara birokrat dan lembaga
swadaya masyakarat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri,
merupakan bagian integral dari pendekatan ini.

Melalui networking ini diharapkan terjadi simbiose antara struktur-struktur


pembangunan tingkat lokal. Harapannya lebih menjamin tumbuhnya self-
sustaning capacity masyarakat menuju sustained development (Moeljarto, 1996:
27).

Sedangkan ciri-ciri pembangunan sosial antara lain: (1). Keputusan dan


inisiatif untuk memenuhi kebutuhan rakyat dibuat di tingkat lokal, yang
didalamnya rakyat memiliki identitas dan peranan yang dilakukan sebagai
partisipasi yang dihargai. (2) Fokus utamanya adalah memperkuat kemampuan
rakyat miskin dalam mengawasi dan mengerahkan aset-aset untuk memenuhi
kebutuhan yang khas menurut daerah mereka sendiri. (3) Pendekatan ini
mempunyai toleransi terhadap perbedaan dan karenanya mengakui arti penting
pilihan nilai individual dan pembuatan keputusan yang terdistribusi. (4).
Pendekatan ini mencapai tujuan pembangunan sosial melalui proses belajar sosial
(social learning) yang dalam proses sosial tersebut individu berinteraksi satu sama
lain menembus batas-batas organisatoris, dan dituntun oleh kesadaran kritis
individual. (5). Budaya kelembagaan ditandai adanya organisasi yang mengatur
diri sendiri, dan lebih terdistribusi, yang menandai unit-unit lokal yang mengelola
diri sendiri. (6). Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit
lokal yang mengelola diri sendiri (Korten, 1986: Moeljarto, 1987).

  À   
    
. Model ini
pada dasarnya mengoreksi kekurangan model pertumbuhan. Model ini mencoba
memecahkan kemiskinan secara langsung, yang tidak hanya melalui mekanisme
³trickle-down effect´. Model Pembangunan Nasional yang berpusat pada
Manusia. Model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar pertumbuhan GNP atau
mengadaan pelayanan sosial. Dalam hal ini peran pemerintah menciptakan
lingkungan sosial yang mendorong aktualisasi potensi diri manusia (Moeljarto,
1996: 36). Makna pembangunan sosial sebagai usaha usaha terencana
meningkatkan kemampuan untuk bertindak, merupakan antitesa dari model
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan maupun pembangunan yang
berorientasi pada kesejahteraan/kebutuhan dasar.

Sedangkan Sar A. Levitan.,2003 dalam Programs in Aid of the Poor.


Menyampaikan salah satu strategi penangulangan kemiskinan antara lain:

1.| Pengembangan tenaga kerja


2.| Mewajibkan program trining untuk pekerja
3.| Mendorong perubahan kelompok lain
4.| Mendorong pendidikan orang dewasa
5.| Menyediakan dan mencarikan pekerjaan
6.| Mendorong upah minimum
7.| Mendorong program pembangunan ekonomi

 À


Anas Saidi . Kemiskinan Berdimensi Sosial-Budaya: Upaya Mencari Model


Pengentasan Kemiskinan Berbasis Àarticipatory Àoverty Assessment

Joel F. Handler & Yehaskel Hansenfeld dalam bukunya Blame Welfere Ignore
Poverty and Inquality

Arisudi, A dan Andarwati. 2003. Àemberdayaan Masyarakat Miskin Desa melalui


Operasi Àasar Khusus Beras (àtudi pada Àemberdayaan Masyarakat
Miskin di Desa Kenep, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.
Universitas ekonomi Universitas Brawijaya : Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial(Social Sciences).

Korten. David C., . « People Centered Development : Reflection on Development


Theory and Method », Manila : mineograph.

Kuncoro, Mudrajad, 2003, Ekonomi Àembangunan : Teori, Masalah dan


Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta :UPP AMP YKPN.

Sar A. Levitan.,2003 dalam Programs in Aid of the Poor, The Jhon Hopkins
University Press.

You might also like