You are on page 1of 2

Melatih Kesabaran

Jika seluruh tuntunan agama diamalkan sesuai nilai-nilai yang ada dalam Ramadhan,
dapat dilaksanakan, tentulah Allah Subhanau Wa Ta'ala akan menjadikan ibadah Ramadhan ini
menjadi suatu sarana bagi pendidikan masyarakat se-umumnya. Jika nilai-nilai Ramadhan ini
teramalkan dengan baik, sudah barang tentu, selesai Ramadhan ini, masyarakat kita telah
terlatih memiliki cara-cara hidup yang baik. Telah terlatih menahan diri. Telah terlatih pula
untuk hidup sederhana. Telah dapat pula berperangai "tenggang rasa" terhadap sesama
manusia. Bisa bersikap saling hormat- menghormati. Dan yang paling utama adalah, akan lahir
masyarakat yang bisa saling tolong menolong.
Sikap-sikap terpuji, seperti kita sebutkan tadi, adalah hasil dari latihan selama
Ramadhan. Sikap laku perangai (mental attitude) sedemikian, teranglah sudah merupakan sikap
jiwa yang diperlukan di dalam pembangunan bangsa dan negara. Di sinilah kita mendapatkan
bahwa nilai ibadah shaum Ramadhan memiliki nilai ibadah yang tinggi. Baik untuk
pribadi-pribadi maupun secara ijtima'i (kemasyrakatan). Dalam kaitannya dengan keagungan
yang terkandung di dalam Ramadhan ini.
Beberapa keutamaan bulan Ramadhan, antara lain disebut sebagai syahru-syabri, yakni
bulan melatih kesabaran. Semua manusia mengetahui, bahwa sabar itu adalah sikap yang
utama. Seseorang panglima di medan perang, hanya berhasil karena kesabaran yang
dimilikinya. Seorang guru yang tengah mendidik, akan berhasil karena memiliki kesabaran.
Seorang pencari berita, fakta dan data, akan Terkumpul karena adanya kesabaran. Pedagang di
tengah pasar memerlukan kesabaran. Dokter yang sedang menghadapi pasien di meja operasi,
akan berhasil lantaran memiliki kesabaran. Kesabaran tiada sekolahnya. Tidak ada juga apotik
penjual "pel tablet sabar"itu. Kesabaran hanya bisa diperdapat dan ditumbuhkan melalui
latihan latihan. Latihan yang paling utama ialah menahan diri. Agama menyebutkan sebagai
imsak.
Puasa Membentuk Manusia Sukses. Firman Allah, "Sesungguhnya kami telah
manjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya (pakaian/olahraga/alat bagi
manusia), agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.
(QS. Al-Kahfi, 18 : 7). Di dalam pernyataan ini terselip tentang sarana untuk keberhasilan
manusia dibumi. Keberhasilan, hanya diperuntukkan bagi orang- orang yang disebut ayyuhum
ahsanu 'amalan, sesiapa yang terbaik amalan, usaha atau fikrah mereka. Begitulah garis dari
Yang Maha Pencipta manusia.
Pendidikan Ramadhan diarahkan kepada insan- insan Mukmin. Dilakukan sangat
intensif. Mencakup segi- segi ruhiyat (kejiwaan) dan jismiyat (fisik), sehingga terbentuk insan
kamil. Yang mampu melahirkan dari geraknya sebagai jawaban nyata. ayyuhum ahsam
'amalan, siapakah yang terbaik amalan mereka. Untuk menciptakan ahsam amalan (amalan terbaik)
itu, manusia memerlukan beberapa sikap positif. Antara lain berbentuk ketahanan lahir dan
bathin. Selain itu juga ketabahan jiwa, keteguhan pendirian serta keandalan keyakinan.
Ketelatenan dalam berusaha, atau yang disebut istiqomah (consistence), merupakan hasil
dari kejernihan berfikir (positif thinking) dan kedisiplinan dalam penggunaan waktu serta
pemakaian benda dan tenaga yang tepat. Secara implisit kesemua sikap positif tadi diperdapat
sebagai hasil nyata dari ibadah shaum Ramadhan.
Shaum (puasa) Ramadhan yang dilakukan tidak hanya sebagai ceremonial ritual
(kebiasaan yang mengarah kepada tradisi), berpeluang besar untuk membentuk watak manusia
yang berpuasa. Watak yang dilahirkan oleh tindakan puasa yang benar adalah "memperisai
diri" dari segala sikap yang tidak baik. Ashshiyaamu jumatun, (puasa itu adalah benteng), yang
akan melindungi diri dari sikap-sikap tercela. Begitu gambaran yang akan disampaikan oleh
Rasulullah. Maka, shaum yang benar pasti membentuk manusia- manusia sukses, berhasil dan
utuh. Sesuai sabda Rasululllah,"Sesiapa yang tidak meninggalkan kesia- siaan (laghwi) dan
kecabulan (rafats), maka tidak bermakna puasa baginya" (Al Hadist).
Jelaslah sudah, mereka yang melaksanakan shaum sesuai dengan bimbingan Rasul
(mengikuti sunnah dengan benar), tentulah tidak akan melakukan hal yang sia-sia
(percuma/waste). Selain itu, tentu tidak akan melakukan kecabulan (dalam arti seluasnya).
Apakah kecabulan dalam arti pelecehan sexual, atau dalam arti perbantahan, perkelahian,
kerusakan, kata-kata kotor, pemboroson, dan semacam itu. Yang lahir adalah sikap sikap
terpuji, saling menghormati, saling membantu, saling merasakan beban sesama, rasa
kebersamaan yang dalam, kepedulian sosial yang tinggi. Kesemuanya merupakan modal
utama manusia mencapai sukses dan berhasil dalam hidup. Wallahu a’lamu bis-shawaab.

You might also like