You are on page 1of 19

KEBIJAKAN PENDUDUK

Nama : DEBBY MARTHA NAPITUPULU


NIM : 05091001063
PENDAHULUAN
Kebijakan penduduk dibedakan antara:
 Kebijakan yang mempegaruhi variabel-variabel kependudukan

Contoh: program KB.


 Kebijakan yang menanggapi perubahan-perubahan dalam bidang
kependudukan.
Contoh: pembukaan lapangan kerja baru seluas-luasnya.

Kebijakan yang mempegaruhi variabel-variabel kependudukan dapat


bersifat:
 Langsung

Contoh: pelayanan KB yang secara langsung mempengaruhi besarnya


penduduk dengan tujuan menurunkan kelahiran.
 Tidak langsung

Contoh: membatasi pemberian tunjangan beras bagi para pegawai


dimana tunjangan hanya diberikan untuk pegawai yang bersangkutan,
pasangannya, dan untuk maksimum 3 orang anak kandung.
RUANG LINGKUP KEBIJAKAN
KEPENDUDUKAN
Pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan
(International Conference on Population and Development – ICPD )
yang berlangsung pada bulan september 1994 di kairo, Mesir
dihasilkan program aksi yang mendukung strategi baru dalam
kebijakan kependudukan yang menekankan adanya keterkaitan secara
integral antara penduduk dan pembangunan dengan fokus perhatian
diarahkan pada kesesuaian kepentingan individu antara laki-laki dan
perempuan.

Sadik (1995) menyatakan bahwa kunci dari pendekatan baru ini adalah
pemberdayaan perempuan dan memberinya lebih banyak akses pada
bidang pedidikan dan pelayanan kesehatan, pengembangan
keterampilan dan pekerjaan.

Dengan demikian, pada dekade terakhir abad ke–20, telah terjadi


perubahan visi dalam kebijakan kependudukan, dari fokus pada
pengendalian variabel-variabel demografi semata menjadi ke arah
perbaikan kualitas hidup.
LANJUTAN….

Sen, Germain dan Chen (1994) menyatakan bahwa mempertimbangkan


kembali kebijakan kependudukan penting dilakukan untuk memeriksa
etika dasar, tujuan dan metodologi dari kebijakan-kebijakan
kependudukan yang berlaku saat ini.

Menurut Sen, Germain dan Chen (1994) menyatakan bahwa ada 3 hal
penting kaitannya dengan kebijakan kependudukan:
 Kebijakan kependudukan harus berubah dan mencerminkan adanya
suatu komitmen yang mendasar pada etika dan HAM.
 Kebijakan penduduk yang lebih dari sekedar pengendalian fertilitas,
hanya akan efektif apabila menjadi bagian dari pendekatan
pembangunan manusia yang lebih luas yang menciptakan lingkungan
dimana orang-orang memperoleh kesehatan dan hak nya.
 Kebijakan kependudukan mempunyai prioritas strategi pemberdayaan
perempuan dan strategi pelayanan kesehatan reproduksi.
LANJUTAN….

Pendekatan kependudukan yang baru ini berbeda dari kebijakan yang


ada sebelumnya karena:
 Kebijakan kependudukan memasukkan aspek reproduksi dan
seksualitas manusia sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan
dalam pembangunan manusia dan pembangunan yang berkelanjutan.
 Strategi pemberdayaan dan pelayanan kesehatan reproduksi akan
melengkapi program pembangunan manusia yang sedang dijalankan
sekarang ini .
 Pendekatan ini bersifat inklusif dan partisipasif, memberi suara dan
kekuasaan dalam pengambilan keputusan kepada mereka yang
berperan dalam reproduksi manusia dan seksualitas.
KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN
DIBERBAGAI NEGARA
Kebijakan pronatalis versus antanatalis
Kebijakan kependudukan yang bersifat pronatalis ini umumnya dianut
oleh negara-negara yang telah mencapai tahap dibawah level
penggantian penduduk, yang mengalami tingkat pertumbuhan
penduduk amat rendah bahkan negatif.

Prancis menerapkan kebijakan pronatalis. Begitu juga menjelang perang


dunia kedua yaitu rusia, jerman, italia, jepang menganut kebijakan
pronatalis. Sedangkan negara-negara asia seperti asia selatan,
tenggara, dan timur mengikuti kebijakan antanatalis.
KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DI
INDONESIA
TRANSMIGRASI
Kebijakan transmigrasi itu terus dijalankan sampai pemerintahan Orde
Baru memberikan orientasi yang luas mulai tahun 1972. Undang-
Undang No. 3 tahun 1972 memberikan tujuan yang luas pada
transmigrasi dimana pertimbangan demografis hanya merupakan satu
dari tujuh sasaran, yaitu:
 Peningkatan taraf hidup
 Pembangunan daerah
 Keseimbangan penyebaran penduduk
 Pembangunan yang merata diseluruh Indonesia
 Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia
 Kesatuan dan persatuan bangsa
 Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional
LANJUTAN….

Kebijakan penduduk yang dijalankan saat ini merupakan implementasi


dari arah kebijakan yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1999-2004. pada periode GBHN 1999-2004,
kebijakan yang menyangkut kependudukan tidak merupakan
kebijakan tersendiri, tetapi merupakan bagian dari kebijakan dibidang
sosial dan budaya, khususnya pada bidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial. Arah kebijakannya: “meningkatkan kualitas
penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian,
dan peningkatan kualitas program keluarga berencana”.

Tujuan kebijakan kependudukan: untuk mengendalikan jumlah kelahiran


menjadi sangat penting dalam sejarah indonesia.
KELUARGA BERENCANA
Salah satu kebijakan dalam bidang kependudukan yang sangat penting di
Indonesia telah ditunjukkan keberhasilannya adalah kebijakan
pengendalian jumlah penduduk melalui program KB.

Hal yang menjadi perhatian pada program KB di Indonesia:


• Program KB telah dapat mengubah pandangan masyarakat yang
pronatalis, yang melihat penduduk dari sudut kuantitas saja, menjadi
pandangan antinatalitas, yang menekankan pada kesejahteraan masing-
masing keluarga melalui pengaturan kelahiran.
• Kenyataan bahwa dukungan masyarakat cukup besar pada program KB
dan tantangan dari beberapa pihak dapat dianggap kurang berarti.
• Indonesia dapat membuktikan bahwa program KB dapat dilaksanakan di
pedesaan secara efektif.
• Untuk menjadikan gerakan KB sebagai suatu lembaga atau pranata sosial,
maka KB harus diusahakan menjadi bagian integral dari kehidupan
masyarakat dalam bentuk norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
LANJUTAN

• Program KB juga merupakan usaha untuk melaksanakan kegiatan


beyond family planning.

Konsep ini merupakan usaha untuk mempertemukan 3 pandangan, yaitu:


o Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya dapat
dicapai melalui pembangunan ekonomi.
o Pandangan dalam masyarakat tentang peranan anak dalam kehidupan
berkeluarga dan sebagai jaminan hari tua maupun tenaga bantuan
untuk keluarga.
o Pandangan yang menyatakan bahwa dengan program KB yang
dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan.
HASIL YANG DICAPAI DAN PENGARUH
PROGRAM KB PADA BIDANG
KEPENDUDUKAN
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana
kondisi kependudukan di Indonesia telah mengalami kemajuan sebagai
akibat langsung maupun tidak langsung dari pelaksanaan program
KB, seperti peningkatan jumlah peserta KB, penurunan laju
pertumbuhan penduduk, penurunan angka fertilitas, penurunan angka
kematian bayi, penurunan angka kematian kasar, penurunan angka
kelahiran kasar, dan peningkatan angka harapan hidup saat lahir.

Sejalan dengan penurunan tingkat kematian dan meningkatnya tingkat


kesehatan penduduk, angka harapan hidup juga mengalami
peningkatan.

Dengan adanya penurunan beberapa indikator kependudukan terutama


indikator fertilitas, maka laju pertumbuhan peduduk indonesia juga
mengalami penurunan. Akan tetapi, secara kuantitas, jumlah
penduduk tetap menunjukkan peningkatan.
.

TANTANGAN PADA MASA DEPAN


Program KB telah diakui mempunyai andil yang besar dalam perubahan
demografis di Indonesia. Khususnya dalam hal pengendalian tingkat
fertilitas. Keberhasilan ini perlu dipertahankan mengingat tantangan
dalam bidang kependudukan pada masa depan semakin meningkat.

Turunnya tingkat kesejahteraan masyarakat yang kemudian disusul


dengan menurunnya daya beli sangat berpengaruh kepada permintaan
alat kontrasepsi oleh masyarakat.

Selain itu, mutu pelayanan kontrasepsi tampaknya perlu ditingkatkan


pada masa mendaatang disamping meningkatkan aksesibilitas alat
kontrasepsi itu sendiri agar mudah diperoleh oleh masyarakat.
STATUS KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN
SAAT INI
ICPD KAIRO 1994
ICPD Kairo 1994 menghasilkan rumusan-rumusan Program Aksi yang
menekankan program-program kependudukan yang sifatnya mengikat
bagi negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Rumusan program aksi tersebut dituangkan dalam bab 16 yang terdiri
dari 1 bab mengenai preambul, 1 bab mengenai prinsip-prinsip yang
mendasari program aksi, 9 bab mengenai kependudukan dan
pembangunan, 1 bab mengenai aksi nasional, dan 3 bab mengenai
kerjasama internasional, kemitraan, dan tindak lanjut (UN, 1995).

Isu-isu kependudukan dituangkan dalam bab III – bab XI


Bab III
Berisi tentang keterkaitan antara kependudukan, pembangunan ekonomi
berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan.
LANJUTAN….

Bab IV
Berisi tentang kesetaraan, pemerataan gender, dan pemberdayaan
perempuan.
Bab V
Mengenai keluarga terutama peranan keluarga, hak-haknya, komposisi,
dan struktur keluarga.
Bab VI
Mengenai pertumbuhan penduduk dan struktur umur penduduk.
Isu-isu demografi yang dibahas pada bab VI meliputi fertilitas; mortalitas;
pertumbuhan penduduk anak, dan remaja; penduduk usia lanjut;
penduduk asli; dan penderita cacat.

Bab VII
Mengenai hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi.
LANJUTAN….

Bab VIII
Membahas tentang kesehatan, morbiditas, dan mortalitas.
Bab IX
Membahas tentang distribusi penduduk, urbanisasi, dan migrasi internal.
Bab X
Mengenai migrasi internasional.
Bab XI
Tentang kependudukan, pembangunan, dan pendidikan.

Bab-bab selanjutnya (bab XII – bab XVI) menekankan pentingnya usaha-


usaha peningkatan penelitian dan teknologi, penggerakan rencana aksii
ditingkat nasional, kerjasama internasional, dan kemitraan dengan
sektor nonpemerintah.
SASARAN PEMBANGUNAN MILENIUM (MILENIUM
DEVELOPMENT GOALS- MDGS)
8 tujuan pembangunan milenium sangat jelas dengan keterkaitan dengan
pembangunan kependudukan pada umumnya (UNEPA, 2003)
Sasaran 1, penurunan kemiskinan sebesar separuh dari tahun 1990 pada
tahun 2015.
Sasaran 2, mencapai pendidikan dasar secara universal pada tahun 2015,
baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Sasaran 3, menghapuskan perbedaan gender dalam pendidikan dasar dan
sekolah menengah pada tahun 2005 dan menghapuskan semua
perbedaan gender pada semua tingkat pendidikan pada tahun 2015.
Sasaran 4, menurunkan angka kematian anak balita (akaba) sebesar dua
pertiga dari akaba tahun 1990 pada tahun 2015.
Sasaran 5, menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempat
dari AKM tahun 1990 pada tahun 2015.
LANJUTAN….

Sasaran 6, mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS, malaria, dan


tuberkulosis sebesar separuhnya pada tahun 2015 kemudian
menurunkan tingkat prevalensinya.
Sasaran 7, meningkatkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan;
mengintegrasikan faktor lingkungan dalam kebijakan pembangunan;
menurunkan jumlah penduduk tanpa air minum yang sehat menjadi
separuhnya pada tahun 2015; dan meningkatkan taraf hidup 100juta
tunawisma pada tahun 2020.
Sasaran 8, membangun kemitraan global untuk pembangunan negara-
negara miskin.

Kedelapan sasaran ini menjadi acuan dan ukuran keberhasilan


pelaksanaan pembangunan manusia bagi negara-negara anggota PBB
sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan pembangunan disebagian
besar negara-negara didunia harus mengacu pada hasil ICPD Kairo
dan MDGs.
TERIMA KASIH

You might also like