You are on page 1of 27

HAM DAN RULE OF

LAW
OLEH :
RETHA AYU H.R. 081011014
HANGGER INDIAR 081011019
RAMADHAN TRISANDI 081011030
DENIS MEITA DWI S. 081011041
 
Latar Belakang HAM
• Hak Asasi Manusia (HAM) dan permasalahannya merupakan topik
tertua dan aktual, yang selalu ada di setiap peradaban manusia.
Penegakkan HAM masih terkendala dengan kesadaran dan
kesungguhan para penguasa serta pemahaman warga negara akan
hakikat HAM di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
• Untuk mengawal penegakkan HAM di Indonesia, diperlukan
partisipasi masyarakat, baik secara pribadi maupun secara institusi
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Pendidikan,
Media dan Pers, dan lembaga-lembaga lainnya. Hal ini dirasakan
sangat efektif dalam membangun opini secara meluas akan
pelanggaran HAM yang terjadi di sekitar kita. Transparansi dan
perjuangan tanpa henti dalam menegakkan HAM sepatutnya
menjadi budaya bangsa.
• Hak asasi manusia (HAM) bukanlah hak yang berasal
dari negara, akan tetapi fungsi negara adalah
mengakui, menghargai dan memberikan perlindungan
terhadap hak tersebut, berdasarkan hal ini perlu
diketahui mengenai definisi atau pengertian HAM
menurut negara berdasarkan ketentuan undang-
undang yang ada. Sebagai hak asasi yang dimiliki sejak
lahir maka HAM tentunya perlu diatur dalam
pelaksanaannya oleh negara. Hal ini untuk
menghindari adanya pelanggaran HAM yang
diakibatkan pelaksanaan HAM orang lain. Untuk itu
kita perlu mengetahui apakah yang menjadi batasan
dalam pelaksanaan HAM.
Hakekat HAM adalah konsep moral, sehingga
penerapannya sangat dipengaruhi oleh
kesadaran manusia.

Sejati nya HAM merupakan konsep moral,


sehingga penerapannya sangat dipengaruhi oleh
kesadaran manusia.
HAM mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

• HAM tidak perlu diminta, dibeli ataupun


diwarisi karena HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
• HAM berlaku untuk semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, ras agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan
bangsa.
• HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun
mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
• Bersifat universal sehingga dipandang sebagai
norma yang penting dan dianggap ada dengan
sendirinya.
• HAM merupakan hak yang berisi norma yang
sudah pasti dan dimilki prioritas tinggi yang
penegakannya bersifat wajib.
Secara garis besar, Prof. Dr. Bagir Manan dalam bukunya
Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di
Indonesia (2001), membagi pemikiran HAM dalam dua
periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908-
1956) dan periode setelah kemerdekaan :

• Periode sebelum kemerdekaan


• Periode sesudah kemerdekaan
• Periode 1998-sekarang
PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN

Perkembangan pemikiran HAM dalam periode


ini dapat dijumpai dalam organisasi
pergerakan
PERIODE SESUDAH KEMERDEKAAN
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan
pada hak-hak mengenai:
• Hak untuk merdeka (self determination)
• Hak kebebasan untuk berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan
• Hak kebebasan untuk menyampaikan
pendapat terutama di parlemen
Periode 1950-1959
• Pemikiran HAM dalam periode ini lebih
menekankan pada semangat kebebasan
demokrasi liberal yang berintikan kebebasan
individu. Implementasi pemikiran HAM pada
periode ini lebih memberi ruang hidup bagi
tumbuhnya lembaga demokrasi
Periode 1959-1966
• Pada periode ini pemikiran HAM tidak
mendapat ruang kebebasan dari pemerintah
atau dengan kata lain pemerintah melakukan
pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti hak
utnuk berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pikrian dengan tulisan.
Periode 1966-1998
• Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat
dalam tiga kurun waktu yang berbeda.

• Kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal


pemerintahan Presiden Soeharto), berusaha
melindungi kebebasan dasar manusia yang
ditandai dnegan adanya hak uji materiil (judicial
review) yang diberikan kepada Mahkamah Agung.
• Kedua, kurun waktu tahun 1970-1980, pemerintah
melakukan pemasungan HAM dengan sikap
defensif (bertahan), represif (kekerasan) yang
dicerminkan dengan produk hukum yang bersifat
restriktif (membatasi) terhadap HAM.
• Ketiga, kurun waktu tahun 1990-an, pemikiran
HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja
melainkan sudah dibentuk lembaga penegakan
HAM.
PERIODE 1998-SEKARANG
• Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang
resmi dari pemerintah dengan melakukan
amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM dan
menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang hak asasi manusia. Artinya,
pemerintah memberi perlindungan yang signifikan
terhadap kebebasan HAM dalam semua aspek,
yaitu aspek hak politik, sosial, ekonomi, budaya,
keamanan, hukum, dan pemerintahan.
Lembaga Penegak HAM

• KOMNAS HAM
• PENGADILAN HAM
• PARTISIPASI MASYARAKAT
KOMNAS HAM
• Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri
yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
PENGADILAN HAM
• Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas
HAM melakukan pemanggilan saksi, dan pihak
kejaksaan yang melakukan penuntutan di
pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM,
untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dibentuk pengadilan HAM di
lingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan
negeri dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan
berjalan sesuai fungsi badan peradilan.
PARTISIPASI MASYARAKAT
• Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM
diatur dalam Pasal 100-103 UU tentang HAM.
Partisipasi masyarakat dapat berbentuk
sebagai berikut:
• 1. Setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak
berpartisispasi dalam perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia.
• 2. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan
atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang
berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan,
dan pemajuan hak asasi manusia.
• 3. Masyarakat berhak mengajukan usulan
mengenai perumusan dan kebijakan yang
berkaitan dengan hak asasi manusia kepada
Komnas HAM atau lembaga lain.
• 4. Masyarakat dapat bekerja sama dengan
Komnas HAM melakukan penelitian,
pendidikan, dan penyebarluasan informasi
mengenai hak asasi manusia.
PENGERTIAN RULE OF LAW
Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua
yaitu:
• Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence)
diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi
(organized public power), misalnya negara.
• Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih
menekankan pada cara penegakannya karena
menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just
and unjust law). Rule of law terkait erat dengan
keadilan sehingga harus menjamin keadilan yang
dirasakan oleh masyarakat.
• Rule of law merupakan suatu legalisme
sehingga mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan
system peraturan dan prosedur yang
objektif, tidak memihak, tidak personal dan
otonom.
Latar belakang kelahiran Rule of Law :
1.Diawali oleh adanya gagasan untuk
melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan Negara.
2.Sarana yang dipilih untuk maksud
tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
3. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah
konsepsi negara hukum.
Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad
ke 19, seiring degan negara konstitusi dan demokrasi. Rule
of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh
aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of
law adalah rule by the law bukan rule by the man. Unsur-
unsur Rule of Law menurut A.V. Dicey terdiri dari :
-  Supremasi aturan-aturan hukum
- Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
- Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang
serta keputusan-keputusan pengadilan.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya
pemerintahan yang demokrasi menurut Rule of
Law adalah :
• Adanya perlindungan konstitusional.
• Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
• Pemilihan umum yang bebas.
• Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
• Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan
beroposisi.
• Pendidikan kewarganegaraan.
STUDI KASUS
• Indonesia merupakan salah satu negara yang masih
buruk dalam upaya penegakkan HAM-nya.

• Kasus yang juga mencuat hingga mata dunia terbelalak


yaitu pembunuhan aktivis sejati HAM di Indonesia, yaitu
Munir. Hingga kini, pembunuhan Munir masih dalam
proses hukum, walaupun sangat sulit diungkapkan,
karena melibatkan oknum anggota Badan Intelejen di
Indonesia.

You might also like