Professional Documents
Culture Documents
Sholat menurut ahli bahasa adalah doa dan menurut ahli syariat adalah sesuatu pekerjaan
dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut semua
ulama’ yang beragama Islam dengan berlandaskan hadits dari nabi kita Muhammad saw
bahwa sholat pada hakekatnya adalah do’a (hubungan yang paling dekat antara hamba
dan Tuhan-nya yaitu Alah SWT) akan tetapi tidak cukup atau tidak syah jika seseorang
berdo’a saja tanpa sholat.
Bahkan barang siapa yang meninggalkan sholat maka dia termasuk orang kafir, karena
sholat termasuk rukun Islam, nabi Muhammad saw yang diutus oleh Allah SWT untuk
umat Islam saja beliau melaksanakan sholat hingga kaki-kaki beliau bengkak
(membesar), dan beliau memerintahkan sholat atas perintah dari Allah SWT untuk semua
orang yang mengakui dan memeluk agama Islam tanpa terkecuali, jadi kalo ada orang
yang mengaku memeluk agam Islam tapi tidak sholat berarti orang itu perlu diragukan
keIslamannya. Dan sholat adalah kunci dari semua ibadah kita, jika sholat kita benar dan
baik, maka semua ibadah kita akan benar dan baik juga seperti yang disabdakan oleh nabi
Muhammad saw. Beliau Rasulullah saw bersabda bahwa sholat adalah tiang agama, jika
sholat ditegakkan (dijalankan menurut aturan-aturannya), maka dia sudah menegakkan
agamanya (melaksanakan semua perintah dari Allah SWT yang ada pada agama Islam).
Semoga kita diberi hidayah (petunjuk) dan anugrah dari Allah SWT sehingga dengan
kuat dan senang dan benar dalam melaksanakan sholat. Amin.
b.Asar
Masuknya waktu asar dari persamaan ukuran sesuatu benda dengan bayangannya dan
ditambah sedikit (akhir waktu dhuhur ditambah sedikit) sanpai ke terbenamnya matahari
(bulatannya) dan sholat asar ada 4 rokaat.
c.Magrib.
Masuknya waktu magrib dari terbenamnya matahari (bulatannya) secara keseluruhan
(apabila dilihat dari gunung, maka hilangnya cahaya matahari dan timbulnya gelap dari
arah timur) sampai ke terbenamnya mega yang berwarna merah, dan jumlahnya sholat
magrib ada 3 rokaat.
d.Isya’
Masuknya waktu isya’ dari terbenamnya mega yang berwarna merah (akhir waktu
magrib) sampai ke terbitnya Fajar Shodiq. Fajar Shodiq adalah suatu cahaya membentang
luas di langit dari selatan ke utara dan bertambah terang dengan berjalannya waktu, jika
sebelumnya dinamakan Fajar Kadzib (dusta) yaitu cahaya yang memanjang di langit dari
timur ke barat lalu menghilang cahayanya dan sholat isya’ ada 4 rokaat.
e.Shubuh
Masuknya waktu shubuh dari terbitnya Fajar Shodiq sampai ke terbitnya sebagian kecil
dari matahari (bulatannya) dan sholat shubuh ada 2 rokaat.
a.Tidur
Apabila seseorang tidur sebelum masuknya waktu sholat lalu bangun setelah lewatnya
waktu sholat, maka sholatnya dianggap udzur (tidak dosa) jika tidak disengaja, tapi kalo
seseorang tidur setelah masuknya waktu sholat maka hukum tidurnya adalah haram dan
berdosa dan wajib langsung mengqodo’ sholatnya, kalo sampai melewati batas waktu
sholat.
Bagi orang yang berada disampingnya orang tidur, maka wajib membangunkan orang
tidur tersebut jika sudah masuk waktunya sholat, jika tidak maka dia juga akan
mendapatkan dosanya tapi jika sudah dibangunkan tapi dia malas atau sulit dibangunkan,
maka sudah terlepas kewajibannya.
b.Lupa
Tanpa sengaja dan bukan karena kebiasaan. Contoh : jika sudah masuk waktu sholat
(dhuhur) lalu diakhirkan dan dia melakukan sesuatu pekerjaan sampai lewat waktu sholat
(lewatnya waktu dhuhur dan masuknya waktu ashar) maka hukumnya haram dan dosa.
d.Dipaksa dengan syarat yang memaksa lebih kuat dan jahat, dan tidak bisa meminta
bantuan orang lain akan disakiti (dipukul dengan keras atau dibunuh) dan tidak ada
pilihan lain.
a.Islam
b.Baligh
c.Berakal
d.Suci dari haid dan nifas
4.Syarat-syaratnya sholat ada 8 perkara:
a.Auratnya laki-laki pada saat sholat atau bukan, yaitu antara pusar sampai ke lututnya
dan sunah menutupi badan yang atas dengan memakai baju.
b.Auratnya perempuan yang merdeka (bukan budak / hamba sahaya) di dalam sholat
yaitu semua badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
c.Auratnya perempuan yang merdeka atau budak jika ada orang yang bukan mahromnya
yaitu semua badannya.
d.Auratnya perempuan ketika ada mahromnya yaitu antara pusar sampai ke lutut.
Jika sholat sunnah cukup dengan menyebutkan kalimat usholli kemudian sholat yang
akan dikerjakan, misalnya : dhuha atau witir atau tahajud atau qobliyah atau ba’diyah.
- Memakai lafadz ALLAH (tidak boleh diganti dengan nama-nama dari Asmaul Husna),
contoh ar-rohman, dll.
- Tidak boleh menambahkan huruf wawu diantara lafadz Allah dan Akbar, misalnya:
ALLAHUUUUWAKBAR.
- Waktu membaca takbiratulirham setelah masuknya waktu sholat (jika belum mau
mengerjakan sholat, maka tidak sah)
- Menghadap kiblat
c.Berdiri bagi yang mampu, jika tidak mampu karena sakit maka boleh duduk, apabila
tidak mampu dengan berbaring (caranya jika kepala bisa diangkat maka kepala diberi
bantal dihadapkan kiblat dengan kaki diluruskan dan telapak kaki menghadap kiblat, jika
tidak bisa maka dibaringkan menghadap kiblat dengan tangan kanan dibawah seperti
posisi jenazah waktu dikuburkan).
d.Membaca surah Al-Fatihah, menurut semua imam basmalah juga termasuk Fatihah,
tapi menurut Imam Syafi’i dan Imam Hambali bacaan basmalah harus dijahar
(dilantangkan) jika ditempat jahar seperti magrib, isya’ dan shubuh, jika menurut Imam
Maliki maka basmalahnya cukup dipelankan diposisi jahar dan semua ada marja’-
marja’nya hadits dari rasulullah saw. dan syarat-syaratnya membaca basmalah
diantaranya:
- Harus tertib dalam bacaan fatihah
- Tidak boleh berhenti dalam membaca surah Al Fatihah sebentar atau lama dengan
maksud memutuskan bacaannya.
- Harus membaca dengan fasih (artinya benar dalam membacanya dan jelas dalam semua
tasydid-tasydidnya)
e.Ruku’, batas syahnya ruku’ yaitu badan dibungkukkan sampai kedua tangan bisa
memegang kedua lutut, disunnahkan sejajar antara kepala, punggung dan dubur dan
membaca bacaan ruku’.
g.I’tidal (bangun dari ruku’) disunnahkan berdiri tegak lalu mengucapkan bacaan i'tidal.
- Dan bermaksud untuk sujud (jadi kalo jatuh dari I’tidal maka tidak sah)
- Anggota sujud : kening, kedua telapak tangan, lutut dan kedua telapak kaki (jika lutut
tertutup sarung / kain lain maka hukumnya sah)
o.Bersholawat untuk nabi Muhammad diwaktu tahiyat akhir, minimal : Allahumma sholli
ala Muhammad, dan paling sempurna mengucapkan sholawat ibrohimiyah.
- Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan jari-jari tangan kanan memegang
pergelangan tangan kiri lalu meletakkan keduanya dibawah dada, sewaktu setelah
takbiratul ihram sampai akan mau ruku’.
- Membuka kedua matanya (tidak memejamkannya), kecuali jika ada wanita atau sesuatu
hal lain dihadapannya yang bisa menganggu konsentrasi)
# dalam mengucapkan amin yang benar yaitu harus memanjangkan alifnya, yaitu :
aaamin dan tidak boleh mentasdidkan mim yaitu : aaammmin
a.Berbicara sedikit atau banyak (jika satu huruf yang tidak berarti, maka tidak batal
sholatnya).
b.Gerakan yang banyak, yaitu 3 gerakan lebih secara berkesambungan (1 gerakan tangan
ke atas maka dihitung 1 gerakan, jika dengan tangan kiri secara bersamaan maka dihitung
2 gerakan begitu juga jika langkahan kaki).
c.Makan walau sedikit (jika bekas makanan yang ada diantara gigi-gigi jika tidak bisa
dikeluarkan dan tertelan tanpa sengaja maka sholatnya sah)
10.Sujud Syahwi
Sujud syahwi adalah sujud yang dilakukan karena meninggalkan sesuatu bagian dari
sholat. Dengan sujud syahwi maka sesuatu yang kurang pada sholat akan menjadi
sempurna tapi tidak meninggalkan rukun-rukunnya sholat, maka batal sholatnya). Dan
caranya yaitu dilakukan setelah tahiyat akhir sebelum salam dengan dua kali bersujud dan
membaca “subhanaladzi layashu walayanamu”
Adapun sebab-sebabnya:
- Tasyahud awal dan duduknya serta bersholawat kepada nabi Muhammad saw, dengan
sengaja atau tidak.
- Qunut dan dalam keadaan berdiri (bagi yang mampu) dan bersholawat atas nabi
Muhammad saw serta keluarga dan para sahabatnya.
Itu semua kalo ditinggalkan dalam keadaan sengaja ataupun tidak, maka disunnahkan
sujud syahwi, karena dengan sujud syahwi bisa menyempurnakan kekurangan yang ada
pada sholat tersebut (karena meninggalkan hal-hal yang ada di atas).
b.Sesuatu yang membatalkan jika disengaja tapi tidak membatalkan jika tidak disengaja
apabila dilakukan dalam keadaan lupa, seperti ; memasukkan makan yang sedikit sekali
ke mulut.
c.Memindahkan rukun qauli yang bukan pada tempatnya tanpa disengaja. Rukun qauli
adalah takbiratul ihram, Fatihah, tasyahud akhir, sholawat atas nabi Muhammad saw
ditahiyat akhir dan salam. Maksudnya memindahkan rukun qauli yang bukan pada
tempatnya yaitu : sewaktu dia baca Al Fatihah dalam keadaan lupa dia membaca tahiyat
akhir, maka dia harus langsung membaca Al Fatihah dan kemudian disunnahkan sujud
syahwi. Akan tetapi jika memindahkan bacaan takbiratulihram atau salam bukan pada
tempatnya, maka hukum sholatnya batal (seperti yang tertera pada semua kitab Fiqih).
d.Ragu-ragu dalam melakukan rukun Fi’li yaitu dia ragu-ragu apakah sudah melakukan
ruku’ (contoh) atau belum? Dan dia diposisi sujud, maka dia harus menambahkan 1
rokaat lagi dan kemudian disunnahkan sujud syahwi. Begitu pula kalo dia ragu dalam
rokaatnya (saya sudah 3 rokaat atau 2 rokaat dalam sholat magrib) maka dia harus
mengambil yang lebih sedikit yaitu 2 rokaat, lalu dia menambah 1 rokaat lagi kemudian
disunnahkan sujud syahwi.
# Jika ragu dalam sholat dan waktu keraguannya lama, maka batal sholatnya.
11.Sujud Tilawah
Adalah sujud yang dilakukan ketika mendengar bacaan Al Qur’an yang ada tertera
kalimat Sajadah di dalam Al Qur’an.
a.Yang membaca dalam keadaan suci (selain junub, haid dan nifas)
b.Yang membaca dalam keadaan sadar (selain orang yang bermimpi, mabuk, lupa atau
dari tape/radio, dll).
c.Membacanya satu ayat yang sempurna (jika pada ayat sujud saja / tidak sempurna maka
tidak shah)
g.Bagi ma’mum harus sujud mengikuti imam, jika imam tidak sujud maka ma’mum juga
tidak sujud.
# Adapun caranya yaitu dilakukan dua kali seperti sujud biasa dalam keadaan suci.
# Ayat-ayat yang berhubungan dengan sujud tilawah diantaranya : Surah al-A'raaf: 206,
ar-Ra'd: 15, an-Nahl: 49, al-Israa': 107, Maryam: 58, al-Haj: 18, al-Furqaan: 60, an-Naml:
25, Fusshilat: 38, al-'Alaq:19, an-Najm: 62, Insyiqaaq: 21, Shaad: 24.
12.Sujud Syukur
Sujud syukur adalah sujud untuk orang yang mendapatkan kenikmatan dhohir / bathin
dari Allah SWT yang lebih dan untuk orang yang telah diselamatkan dari bencana besar /
kecil dan ketika kita diberi oleh Allah sifat-sifat yang baik tatkala melihat kebejatan
orang lain.
- Sesuatu kejadian yang terjadi bersamaan dengan sholat seperti : kusuf (gerhana
matahari), khusuf (gernaha bulan).
- Sholat terlebih dahulu lalu sebabnya (sholat untuk mendapatkan sesuatu sebab) seperti
sholat istikhoroh (meminta petunjuk).
Sholat yang tidak disunnahkan dalam berjamaah seperti qobliyah, ba’diyah dan sholat
sunnah yang lain ) jika dilakukan berjamaah, maka hukumnya mubah.
Keutamaan sholat sunnah menurut urutannya:
- Idul Fitri dan Idul Adha, dan jumlahnya 2 rokaat.
- Kusuf (gerhana matahari) jumlahnya 2 rokaat.
- Khusuf (gerhana bulan) jumlahnya 2 rokaat.
- Istisqo’ (meminta hujan) jumlahnya 2 rokaat
- Witir jumlahnya 11 rokaat paling banyak dan sedikitnya 1 rokaat.
- Rowatib (qobliyah/ba’diyah) jumlahnya 2 rokaat minimal dam maksimal 4 rokaat.
- Tarawih jumlahnya 8 rakaat dan maksimal 20 rakaat.
- Sholat-sholat sunnah yang lain jumlahnya minimal 2 rokaat dan maksimal tidak
terbatas.
- Muakadah yaitu sholat yang sering dilakukan oleh nabi Muhammad saw. di rumah, dan
diperjalanan seperti 2 rokaat sebelum (qobliyah) shubuh, 2 rokaat sebelum dan sesudah
(ba’diyah) dhuhur, 2 rokaat sesudah magrib, 2 rokaat sesudah isya’, witir, dhuha.
- Gairu muakadah yaitu sholat yang kadang ditinggalkan nabi Muhammad saw. dalam
perjalanan seperti 2 rokaat (setelah 2rokaat) sebelum dan sesudah dhuhur, 4 rokaat
sebelum ashar, 2 rokaat sebelum magrib dan isya’ dan lain-lain dari sholat-sholat sunnah.
Ada 5 waktu:
a.Ketika terbitnya matahari sampai terbitnya matahari kira-kira satu tombak (kalo
diperkirakan dari jauh).
b.Di waktu istiwa’ (matahari pas berada diatas kepala) sampai lewatnya waktu istiwa’
(bergeser) selain hari Jum’at.
15.Bab sholat berjamaah: Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim, bahwa Rosulullah SAW. bersabda (yang artinya) Sesungguhnya sholat
berjamaah lebih tinggi tingkatannya (derajatnya) 25 kali di bandingkan sholat sendiri
(munfarit) dan sholat berjamaah sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
a.Bagi ma’mum tidak mengetahui kalo imamnya mengerjakan sesuatu yang membatalkan
sholatnya.
d.Ma’mum harus mengetahui semua gerakan-gerakan imam dengan cara melihat atau
mendengar dengan jelas melalui imam atau ma’mum yang ada didepan.
f.Ma’mum tidak boleh melebihi batas imam yaitu telapak kaki ma’mum harus dibelakang
telapak kaki imam (tidak bolah sama / mendahului.
g.Antara ma’mum dengan imam tidak boleh ada halangan yaitu kalau ma’mum berjalan
mendekati imam dengan cara maju bukan dengan cara meloncat, berbalik badan atau
mundur (kalau ma’mum diposisi tingkat maka syah kalau tangga yang menuju ketingkat
berada didalam masjid bukan halaman / teras masjid, karena ma’mum berjalan menuju
imam dengan berbalik atau mundur).
h.Gerakan ma’mum tidak mendahului gerakan imam dengan dua rukun (ruku’ atau I’tidal
dan lain-lain) atau terlambat 2 rukun dari gerakan imam.
k.Ma’mum laki-laki tidak boleh mengikuti imam perempuan dalam segala hal, kecuali
kalau ma’mum laki-lakinya belum baligh.
Semua sholat diperboleh untuk berjamaah walaupun beda raka’at, kalau berbeda gerakan
maka tidak syah seperti sholat wajib / sunnah berjamaah dengan sholat kusuf, khusuf atau
sholat jenazah karena gerakannya berbeda.
1.memulai yang pertama (kalau dhuhur dan ashar, maka dimulai dhuhur dahulu baru
ashar)
2.Niat jama’taqdim pada sholat yang pertama yaitu niatnya diwaktu melaksanakan sholat
dhuhur (kalau dhuhur dengan ashar) diawal, pertengahan atau akhir sholat dhuhur
sebelum salam, dan cara mengucapkanya hanya didalam hati tanpa diucapkan dalam
lisan.
4.Berkesinabungan antara sholat ke satu dengan sholat yang ke dua (tidak boleh terputus
waktu antara dua sholat (dhuhur dengan ashar), kalau terputus lama melebihi dua rakaat
tanpa sunah (kurang lebih1 menit 20 detik) maka hukum jama’nya menjadi batal (tidak
syah)
1.Niat ta’khir (mangangkhirkan) diwaktu pada sholat yang pertama (kalau dhuhur dengan
ashar, maka letaknya niat berada diwaktu dhuhur) dan waktu yang paling akhir, yaitu
yang mencukupi kalu sholat 4 roka’at (kalau dhuhur)
2.Lamanya halangan (udzur) sampai selesai dalam mengerjakan sholat yang kedua
Adapun syarat-syaratnya :
d.Mengetahui tentang di perbolehkanya qosor yaitu mengetahui awal niatnya dan jarak
yang tepat untuk mengqosor sholat (82 km)
e.Berniat mengqosor sholat diwaktu takbirotul ihram yaitu mengucapkan niat qosor pada
takbirotul ihrom, (pada sholat berjumlah 4 raka’at)
g.Bagi yang mengqosor tidak boleh berjama’ah (mengikuti) dengan imam yang tidak
mengqosor (sempurna) kalau sebaliknya maka boleh (syah)
a.Mengucapkan hamdallah di kedua khotbah (khotbah pertama dan kedua) dan yang
dimaksud hamdallah harus dengan kalimat “alhamdu atau anahamidun atau hamdan,
tidak boleh yang lain kemudian harus menggunakan lafadz Allah tidak boleh diganti
dengan nama-nama yang lain seperti yang tertera di Asma’ul Khusna
b.Membaca sholawat untuk Nabi Muhammad saw di kedua khotbah (pertamadan kedua).
Adapun kalimatnya yaitu harus memakai lafadz As sholatu, usholli atau sholla tidak
dengan kalimat yang lainya dan yang kedua harus menyebutkan Nama nabi Muhammad
atau Ahmad.
c.Berwasiat Taqwa dikedua khotbah (pertama dan kedua). Dalam wasiat taqwa harus
meyebutkan kalimat Wasoya, Usiikum, atau Athi’ullaha dengan menambah kalimat
taqwa tidak boleh yang lain.
(kalimat yang artinya perintah untuk melakukan satu ibadah atau meninggalkan satu
larangan)
d.Membaca ayat suci Al-Qur’an disalah satu khotbah (ulama’ banyak melakukanya di
akhir khotbah yang pertama)
e.Do’a untuk mu’minin dan mu’minat diakhir khotbah yang kedua, dengan syarat tidak
menyebutkan kalimat khitob (percakapan dua orang yang sedang berhadapan).
20.Syarat syahnya berkhotbah
a. Mandi, adapun waktunya setelah terbitnya matahari sampai akan mendatangi sholat
Jum’at (bagi yang sholat Jum’at) sampai sore hari.
b. Memakai pakaian yang bersih dan suci, dan yang paling utama memakai warna putih
c. Memakai wangi-wangian
d. Memperbanyak dzikir
e. Memperbanyak sholawat atas nabi kita Muhammad s.a.w.
f. Mendengarkan khotbah Jum’at
g. Memperbanyak do’a untuk diri sendiri, keluarga dan muslimin dan muslimat
h. Bagi yang sholat Jum’at disunnahkan menghadirinya lebih awal, sebelum adzan
Jum’at
Iid artinya kembali ke fitroh umat Islam. Iid dibagi menjadi dua perkara :
a.Iid Adha : yaitu hari ke 10 pada bulan Dzulhijah hukumnya adalah sunnah (sholat Iid
adalah sholat sunnah yang paling utama)
b.Iid Fitri : yaitu awal (tgl 1) bulan Syawal hukumnya adalah sunnah.
Adapun waktu kedua Iid dari terbitnya matahari sampai bergeraknya matahari kalo Idul
Adha disunahkan mengerjakan sholat Iid diawal waktu, dan Idul Fitri disunnahkan
mengakhirkan sholat Iid dari sholat Iid adha yaitu terbitnya matahari dengan ketinggian 1
tombok (dengan perkiraan).
a.Sholat dengan berjama’ah, lebih afdhol dimasjid (jika tidak cukup boleh dilapangan)
d.Memakai wangi-wangian
f.Berpakaian yang terbaik yang dimilikinya, berwarna putih atau yang lainnya tapi lebih
utama berwarna putih
h.Menuju ke masjid dengan jalan yang lebih cepat dan pulang ( keluar) dari masjid
dengan jalan lain yang lebih lama ( lebih jauh dari datangnya) atau sebaliknya
i.Berpuasa dari subuh sampai mengerjakan sholat iid di hari raya Iid Adha
j.Disunnahkan makan dengan korma atau sesuatu yang manis tatkala mau menuju ke
masjid di hari raya Iid Fitri
Adapun sholatnya:
a.Bertakbir 7 x diroka’at yang pertama, dan tempatnya yaitu setelah membaca iftitah
(sebelum membaca al-fatihah)
e.Adapun khutbah Iid disunnahkan bertakbir khutbah yang pertama 9 x dan 7 x dikhutbah
yang kedua kemudian melanjutkan khutbahnya adapun tempatnya diawal kedua khutbah
f.Takbir Iidul Fitri dimulai dari terbenamnya matahari malam iid sampai turunnya khotib
(yang berkhutbah) dari mimbar. Sedangkan takbir Iid Adha dimulai dari terbenamnya
matahari malam iid sampai turunnya khotib (yang berkhutbah) itu takbir mursal (yaitu
takbir yang bebas, tanpa terikat dengan waktu), kalo takbir moqoyat (yaitu takbir yang
terikat dengan waktu) di iid adha yaitu setelah sholat fardhu(wajib) dari malam iid
sampai setelah sholat ashar hari tasyrik yaitu tanggal 11,12,13 dzulhijjah.
Diposkan oleh Madadun Nabawiy di 08:31
Label: Fiqh Imam Syafi'i
1 komentar:
assalamualaikum,wr,wb.
salam kenal....
saya mau bertanya bolehkah melakukan solat tahyatul masjid kemudian sholat
sunah pada waktu khotib membaca khutbah jum'at,
terima kasih.
Fiqih Shalat Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com - Shalat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Shalat merupakan tiang
agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah
wajibkan. Shalat adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah
wasiat terakhir Rasulullah saw. kepada umatnya ketika hendak meninggal dunia. Shalat
adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan umat Islam.
Allah swt. menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir, saat
aman atau ketakutan. Firman Allah:
“Peliharalah segala shalat-(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka
shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 238-239)
Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu perang, yang menegaskan
bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting sekalipun.
Firman Allah:
{ن الكافرين كانوا ّ صلة إن خفتم أن َيفِتنُكم الذين َكفروا إ ّ جناح أن َتقصروا من ال ُ ضربتم في الرض فليس عليكم َ وإذا
سجُدوا َفْليكونوا من
َ فإذا،حَتهمَ ت لهُم الصلَة َفْلتقم طائفٌة منهم َمعك وْلَيأخذوا أسلَ ت فيهم فَأقم َ لُكم عدّوا ُمبينًا * وإذا ُكن
حتهم وّد الذين َكفروا لو َتْغُفلون عنَ حذرهم وأسِل ِ صّلوا فْلُيصّلوا معك وْليأخُذوا
َ وْلَتأت طاِئفٌة أخرى َلم ُي،وراِئكم
ضعوا َ ى ِمن َمطر أو ُكنتم مرضى أن َت ً ن كان بُكْم أذ
ْ حدًة ول جناح عليكم إ ِ عليكم َميلًة وا
َ حتكم وأْمِتعتكم َفيميلون َ َأسِل
جنوِبُكم
ُ حْذركم إن ال أعّد للكاِفرين عذابًا ُمهينًا * فإذا َقضيُتم الصلة فاْذكروا ال ِقيامًا وُقعودًا وعلى ِ حتكم وخذوا َ أسِل
103 - 101 :ن الصلَة كاَنت على المؤِمنين ِكتابًا َموقوتًا{ ]النساء ّ صلة إ
ّ ]فإذا اطمأَنْنُتم فَأقيموا ال
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-
orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. Dan apabila kamu berada di tengah-
tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka,
maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang
senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
seraka’at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu
bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu
dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa
atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena
hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah
telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. Maka apabila
kamu telah menyelesaikan shalat-(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk
dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa: 101-103)
{ل للمصّلين
ٌ }َفَوْي: وقال،[59:ت َفسوف َيلَقون غّيا{ ]مريم
ِ صلة واّتبعوا الشهوا
ّ ف أضاعوا ال
ٌ خْل
َ خلف ِمن َبْعِدهم
َ َف
5 ،4 :عن صلِتهم ساهون { ]الماعون َ ]الذين ُهم
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
(Maryam: 59). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)
Ada beberapa hadits dari Rasulullah saw. tentang kafirnya orang yang meninggalkan
shalat, antara lain:
3. Hadits Abdullah bin Syaqiq Al-‘Uqailiy, berkata, “Para shahabat Nabi Muhammad
saw. tidak pernah menganggap amal yang jika ditinggalkan menjadi kafir selain shalat.
(Tirmidzi, Hakim, dan menshahihkannya dengan standar Bukhari Muslim)
Para sahabat dan para imam telah berijma’ bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat
karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, hukumnya kafir murtad.
Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari kewajibannya,
hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat, antara lain Umar bin Khaththab,
Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian juga menurut
Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang
meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya, tidak membuatnya kafir,
akantetapi fasik yang disuruh bertaubat. Jika tidak mau bertaubat, maka dihukum mati,
bukan kafir murtad menurut Asy-Syafi’i dan Malik. Abu Hanifah berkata, “Tidak
dibunuh, tetapi dita’zir dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.”
Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim yang berakal dan baligh, hanya
saja shalat dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur tujuh
tahun. Dan dipukul jika tidak mengerjakannya setelah berusia sepuluh tahun. Ini agar
shalat menjadi kebiasaannya. Seperti dalam hadits, “Perintahkan anakmu shalat ketika
berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat tidur
mereka.” (Ahmad, Abu Daud, dan Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih sesuai
dengan persyaratan Imam Muslim)
WAKTU SHALAT
Shalat yang diwajibkan atas setiap muslim sehari semalam adalah lima waktu, sesuai
dengan hadits seorang A’rabiy yang menemui Rasulullah saw. dan bertanya, “Ya
Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang shalat fardhu yang telah Allah wajibkan
kepadaku?” Jawab Nabi, “Shalat lima waktu, kecuali jika kamu beribadah sunnah.”
Kemudian orang itu bertanya dan Rasulullah memberitahukan beberapa syariat Islam.
Orang itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakanmu, saya tidak akan beribadah
sunnah sedikitpun dan tidak akan mengurangi kewajiban sedikitpun.” Lalu Rasulullah
bersabda, «صَدق
َ نْ يإ
ّ ح العراب
َ “ »أفلOrang A’rabiy itu beruntung jika ia benar (dengan
ucapannya).” (Bukhari dan Muslim)
Allah swt. telah menetapkan waktu setiap shalat fardhu, dan memerintahkan kita untuk
berdisiplin memeliharanya. Firman Allah, “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An Nisa: 103). Dan waktu
shalat adalah:
1. Shalat fajar, waktunya sejak terbit fajar shadiq sehingga terbit matahari, disunnahkan
pelaksanaannya di awal waktu menurut Syafi’iyah[1], inilah yang lebih shahih, dan
disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu menurut madzhab Hanafi.[2]
2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari pertengahan langit, sehingga
bayangan benda sama dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika sangat
panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas
r.a.[3]
3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan aslinya, di luar bayangan
waktu zawal, sampai terbenam matahari. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu,
dan makruh melaksanakannya setelah matahari menguning. Shalat ashar disebut shalat
wustha.
4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga hilang rona merah.
Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu,[4] dan diperbolehkan mengakhirkannya
selama belum hilang rona merah di langit.
5. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merah sehingga terbit fajar. Disunnahkan
mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam. Diperbolehkan juga
melaksanakannya setelah tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum shalat
isya’ dan berbincang sesudahnya.
Dari Jabir bin Abdillah r.a, bahwa Rasulullah saw. kedatangan Malaikat Jibril a.s., dan
berkata, “Bangun lalu shalatlah”, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika matahari bergeser
ke arah barat. Kemudian Jibril a.s. datang kembali di waktu ashar dan mengatakan,
“Bangun dan shalatlah.” Maka Rasulullah saw. shalat ashar ketika bayangan benda sudah
sama dengan aslinya. Kemudian Jibril a.s. mendatanginya di waktu maghrib ketika
matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya’ dan mengatakan bangun dan
shalatlah. Rasulullah shalat isya’ ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril
mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril
datang waktu zhuhur dan mengatakan, “Bangun dan shalatlah.” Rasulullah shalat zhuhur
ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar
dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Rasulullah saw. shalat ashar ketika bayangan benda
telah dua kali benda aslinya. Jibril a.s. mendatanginya waktu maghrib di waktu yang
sama dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya’
ketika sudah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya’.
Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan, “Bangun
dan shalatlah.” Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril a.s. berkata, “Antara dua
waktu itulah waktu shalat.” (Ahmad, An-Nasa’i dan Tirmidzi. Bukhari mengomentari
hadits ini, “Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.”)
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu jawaz (boleh), dan
dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu membentang sampai datang waktu
shalat berikutnya. Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari.
Seperti yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah saw.
bersabada, “Waktu zhuhur itu ketika matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang
sama dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar; dan waktu ashar itu selama
matahari belum menguning; waktu maghrib selama belum hilang awan merah; waktu
isya’ hingga tengah malam; dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit
matahari.” (Muslim)
Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau lupa belum
melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika ingat, seperti yang pernah
disebutkan dalam hadits Rasulullah saw.
Makruh hukumnya shalat sunnah setelah shubuh sehingga terbit matahari, dan sesudah
ashar sehingga terbenam matahari. Sedangkan shalat fardhu, maka sah hukumnya tanpa
makruh. Dan menurut madzhab Syafi’i tidak makruh shalat sunnah pada dua waktu ini
jika ada sebab tertentu seperti tahiyyatul masjid. Sedangkan ketika matahari terbit,
terbenam, dan ketika tepat di tengah, maka hukum shalat di waktu itu tidak sah menurut
madzhab Hanafi, baik shalat fardhu maupun sunnah, baik qadha maupun ada’ (bukan
qadha). Dan menurut madzhab Syafi’i makruh hukumnya shalat sunnah tanpa sebab.
Kecuali jika sengaja shalat ketika sedang terbit atau saat terbenam, maka haram. Dan
menurut madzhab Maliki haram hukumnya shalat sunnah pada waktu itu meskipun ada
sebab. Tetapi diperbolehkan shalat fardhu baik qadha maupun ada’ pada saat terbit atau
terbenam matahari. Sedang ketika saat matahari berada tepat di tengah, maka hukumnya
tidak makruh dan tidak haram.
Adzan artinya pemberitahuan tentang telah datang waktu shalat. Lafadhnya sebagai
berikut.
4) ال أكبرx)، 2) أشهد أن ل إله إل الx)، 2) أشهد أن محمدًا رسول الx) 2) ي على الصلة
ّ حx) ي على الفلح
ّح
2)x)، 2) ال أكبرx) ل إله إل ال.
Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat fardhu, bagi
munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya hukumnya wajib di
masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut imam Ahmad.
Disunnhkan bagi yang mendengar adzan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan
oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan 2) ي على الصلة ّ حx) 2) ي على الفلح ّ حx) yang dijawab
dengan : ل بال العلي العظي
ّ ل ول قوة إ
َ ل حوkemudian bershalawat atas Nabi sesudah adzan dan
mengucapkan : وابعثه مقامًا محمودًا،ت ُمحّمدا الوسيلة والفضيلةِ ب هذِه الدعوِة التاّمِة والصلِة القائمِة آ
ّ اللهّم ر
الذي وعدته
“Ya Allah Pemilik panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada
Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang
telah Engkau janjikan.” (Bukhari)
Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini adalah
yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw, “Barangsiapa yang
mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin:
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu baginya. Dan
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku,
Islam agamaku, Nabi Muhammad saw, sebagai utusan. Akan diampuni dosa-dosanya.”
(Muslim dan Tirmidzi)
Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi kesempatan orang hadir
ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan[5]. Disunnahkan bagi
yang mendengar qamat untuk mengucapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang
qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang qamat mengucapkan قد
قامت الصلة
Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan untuk adzan dan iqamat.
Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak, maka adzan untuk shalat pertama dan
qamat untuk setiap shalat.
Diperbolehkan berbicara antara qamat dan shalat; dan tidak mengulang iqamat meskipun
penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As-Sunnah seperti dalam riwayat
Bukhari.
Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa jika melakukannya.
Aisyah r.a. pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi.
[1] Hujjah Imam Syafi’i adalah hadits Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. shalat shubuh
pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat
Rasulullah pada saat masih gelap setelah itu sampai wafat (Al-Baihaqi, dengan sanad
shahih). Juga hadits Aisyah r.a., “Bahwasannya para wanita mukminah kembali ke
rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi Muhammad saw., mereka tidak dapat
dikenali karena masih gelap.” (Al-Jama’ah).
[2] Dalil madzhab Hanafi adalah hadits: Akhirkan shalat fajar, sesungguhnya ia lebih
besar pahalanya.” (Al-Khamsah dan disahihkan oleh Tirmidzi).
[3] Adalah Rasulullah jika di saat sangat dingin menyegerakan shalat dan jika di waktu
sangat panas menunda sehingga agak dingin ketika shalat.
[4] Hadits Rafi’ bin Khudaij, “Kami shalat maghrib bersama Rasulullah saw., ketika
selesai shalat di antara kami masih melihat letak sandalnya.” (Muslim)
Salat Berjamaah
13 Rukun Salat :
1. Berdiri
2. Niat
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
5. Ruku' dengan tuma'ninah
6. I'tidal dengan tuma'ninah
7. Sujud dua kali dengan tuma'ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah
9. Duduk dengan tuma'ninah serta membaca tasyahud akhir dan
10. sholawat kepada nabi
11. berlindung kepada Allah dari siksa jahannam dan kubur serta fitnah hidup dan
mati dan kekejian fitnah dajjal
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka
ia diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu
melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang salat di dalam Al Qur'an, kitab suci
agama Islam.
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya
adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19.
Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
MENGHADAP KA’BAH
Tentang hal ini telah turun pula firman Allah dalam Surah Al
Baqarah : 115: “Kemana saja kamu menghadapkan muka,
disana ada wajah Allah.”
BERDIRI
MENGHADAP SUTRAH
Sutrah dalam sholat menjadi keharusan imam dan orang yang sholat
sendirian, sekalipun di masjid besar, demikian pendapat Ibnu
Hani’ dalam Kitab Masa’il, dari Imam Ahmad. Adapun yang
dapat dijadikan sutrah bisa terdiri dari berbagai benda, antara
lain: tiang masjid, tombak yang ditancapkan ke tanah, hewan
tunggangan, pelana, tiang setinggi pelana, pohon, tempat tidur,
dinding dan lain-lain yang semisalnya (misalnya orang yang
sedang sholat atau sedang duduk di depan kita, tumpukan
buku, kotak, tas, red), sebagaimana telah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hendaklah sutrah
itu diletakkan tidak terlalu jauh dari tempat kita berdiri sholat
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri
shalat dekat sutrah (pembatas) yang jarak antara beliau dengan
pembatas di depannya 3 hasta.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Beliau mengatakan, “Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang
sutrah di depan saya, padahal saya melakukan sholat di dalam
masjid kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini, lalu berkata
kepada saya, ‘Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu!’ Kemudian
aku memasang orang untuk menjadi sutrah.”
NIAT
Asy Syafi’i berkata, “Was-was dalam niat sholat dan dalam thaharah
termasuk kebodohan terhadap syariat atau membingungkan
akal.” (Lihat al Amr bi al Itbaa’ wa al Nahy ‘an al Ibtidaa’).
TAKBIRATUL IHROM
BERSEDEKAP
Bersedekap di dada
Menyedekapkan tangan di dada adalah perbuatan yang benar
menurut sunnah berdasarkan hadits:
Cara-cara yang sesuai sunnah ini dilakukan oleh Imam Ishaq bin
Rahawaih. Imam Mawarzi dalam Kitab Masa’il, halaman 222
berkata: “Imam Ishaq meriwayatkan hadits secara mutawatir
kepada kami…. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika
berdo’a qunut dan melakukan qunut sebeluim ruku’. Beliau
menyedekapkan tangannya berdekatan dengan teteknya.”
Pendapat yang semacam ini juga dikemukakan oleh Qadhi
‘Iyadh al Maliki dalam bab Mustahabatu ash Sholat pada Kitab
Al I’lam, beliau berkata: “Dia meletakkan tangan kanan pada
punggung tangan kiri di dada.”
artinya:
yang artinya:
MEMBACA TA’AWWUDZ
Membaca doa ta’awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka’at,
sebagaimana firman Allah ta’ala: “Apabila kamu membaca al
Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk.” (An Nahl : 98).
Dan pendapat ini adalah yang paling shahih dalam madzhab Syafi’i
dan diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat al Majmuu’ III/323 dan
Tamaam al Minnah 172-177).
artinya:
Atau mengucapkan:
artinya:
MEMBACA AL FATIHAH
Hukum Membaca Al-Fatihah
Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib
untuk membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama’ah
ketika imam membacanya secara sirr (tidak diperdengarkan)
yakni pada sholat Dhuhur, ‘Ashr, satu roka’at terakhir sholat
Mahgrib dan dua roka’at terakhir sholat ‘Isyak, maka para
makmum wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara
sendiri-sendiri secara sirr (tidak dikeraskan suaranya).
(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud no. 603 &
604. Ibnu Majah no. 846, An-Nasa-i. Imam Muslim berkata:
Hadits ini menurut pandanganku Shahih).
Ayat ini asalnya berbentuk umum yakni dimana saja kita mendengar
bacaan Al-Qur-an, baik di dalam sholat maupun di luar sholat
wajib diam mendengarkannya walaupun sebab turunnya
berkenaan tentang sholat. Tetapi keumuman ayat ini telah
menjadi khusus dan tertentu (wajibnya) hanya untuk sholat,
sebagaimana telah diterangkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id
bin Jubair, Adh Dhohak, Qotadah, Ibarahim An Nakha-i,
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan lain-lain. Lihat Tafsir Ibnu
Katsir II/280-281.
Jadi bunyinya:
kemudian berhenti,
kemudian berhenti,
Ucapkanlah:
artinya:
“Maha Suci Allah, Segala puji milik Allah, tiada Ilah (yang haq) kecuali
Allah, Allah Maha Besar, Tiada daya dan kekuatan kecuali
karena pertolongan Allah.”
“Jika kamu hafal suatu ayat Al-Qur-an maka bacalah ayat tersebut,
jika tidak maka bacalah Tahmid, Takbir dan Tahlil.” (Hadits
dikeluarkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dihasankan oleh
At-Tirmidzi, tetapi sanadnya shahih, baca Shahih Abi Dawud
hadits no. 807).
MEMBACA AMIN
Juga perkataan Nafi’ (maula Ibnu Umar): Dulu Ibnu Umar selalu
membaca aamiin dengan suara yang keras. Bahkan dia
menganjurkan hal itu kepada semua orang. Aku pernah
mendengar sebuah kabar tentang anjuran dia akan hal itu.”
Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits), atsar para
shahabat dan perkataan para ulama.
“Aku berkata: Masalah ini harus diperhatikan dengan serius dan tidak
boleh diremehkan dengan cara meninggalkannya. Termasuk
kesempurnaan dalam mengerjakan masalah ini adalah dengan
membarengi bacaan amin sang imam, dan tidak
mendahuluinya. (Tamaamul Minnah hal. 178
Dalam satu sholat terkadang beliau membagi satu surat dalam dua
roka’at, kadang pula surat yang sama dibaca pada roka’at
pertama dan kedua. (berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al-
Imam Ahmad dan Abu Ya’la, juga hadits shahih yang
dikeluarkan oleh Al-Imam Abu Dawud dan Al-Baihaqi atau
riwayat dari Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim, disahkan
oleh Al-Hakim disetujui oleh Ad-Dzahabi)
Terkadang beliau membolehkan membaca dua surat atau lebih dalam
satu roka’at.(Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-
Bukhari dan At-Tirmidzi, dinyatakan oleh At-Tirmidzi sebagai
hadits shahih)
RUKU’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah selesai membaca
surat dari Al-Qur-an kemudian berhenti sejenak, terus
mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir seperti ketika
takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian
rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada
pinggang, dengan punggung dan kepala lurus sejajar lantai).
Berdasarkan beberapa hadits, salah satunya adalah:
Cara Ruku’
“Jika kamu ruku’ maka letakkan kedua tanganmu pada kedua lututmu
dan bentangkanlah (luruskan) punggungmu serta tekankan
tangan untuk ruku’.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad
dan Abu Dawud)
> Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak tidak
pula menunduk tetapi tengah-tengah antara kedua keadaan
tersebut
Yang artinya:
Yang artinya:
“Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya.”
Yang artinya:
“Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh.”
Yang artinya:
“Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah
ampunilah aku.”
Do’a ini yang paling sering dibaca. Dikatakan bahwa ada riwayat dari
‘A-isyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya
surat An-Nashr -yang artinya: “Hendaklah engkau
mengucapkan tasbih dengan memuji Rabbmu dan memohon
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.”
(TQS. An-Nashr 110:3)-, waktu ruku’ dan sujud beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membaca do’a ini hingga
wafatnya.
atau
atau
atau
Adapun dalam tata cara i’tidal ulama berbeda pendapat menjadi dua
pendapat, pertama mengatakan sedekap dan yang kedua
mengatakan tidak bersedekap tapi melepaskannya. (Dalam
tulisan ini kami hindarkan dahulu pendapat mana yang paling
rajih untuk diikuti, hendaknya ini dijadikan tantangan dan
mendorong semangat kita untuk meneliti secara ilmiah diantara
pendapat yang akan kita ikuti, red). Bagi yang hendak
mengerjakan pendapat yang pertama tidak apa-apa dan bagi
siapa yang mengerjakan sesuai dengan pendapat kedua tidak
mengapa.
Komentar dari Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baaz (termaktub
dalam fatwanya yang dimuat dalam majalah Rabithah ‘Alam
Islamy, edisi Dzulhijjah 1393 H/Januari 1974 M, tahun XI): “Dari
hadits shahih ini ada petunjuk diisyaratkan meletakkan tangan
kanan atas tangan kiri ketika seorang Mushalli (orang yang
sholat) tengah berdiri baik sebelum ruku’ maupun sesudahnya.
Karena Sahl menginformasikan bahwa para shahabat
diperintahkan untuk meletakkan tangan kanannya atas lengan
kirinya dalam sholat. Dan sudah dimengerti bahwa Sunnah
(Nabi) menjelaskan orang sholat dalam ruku’ meletakkan kedua
telapak tangangnya pada kedua lututnya, dan dalam sujud ia
meletakkan kedua telapak tangannya pada bumi (tempat sujud)
sejajar dengan keddua bahunya atau telinganya, dan dalam
keadaan duduk antara dua sujud begitu pun dalam tasyahud ia
meletakkannya di atas kedua pahanya dan lututnya dengan dalil
masing-masing secara rinci. Dalam rincian Sunnah tersebut
tidak tersisa kecuali dalam keadaan berdiri. Dengan demikian
dapatlah dimengerti bahwasanya maksud dari hadits Sahl
diatas adalah disyari’atkan bagi Mushalli ketika berdiri dalam
sholat agar meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya.
Sama saja baik berdiri sebelum ruku’ maupun sesudahnya.
Karena tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
membedakan antara keduanya, oleh karena itu barangsiapa
membedakan keduanya haruslah menunjukkan dalilnya.
(Kembali pada kaidah ushul fiqh: “asal dari ibadah adalah
haram kecuali ada penunjukannya” -per.)
Disamping itu ada pula ketetapan dari hadits Wa-il bin Hujr pada
riwayat An-Nasa-i dengan sanad yang shahih: Bahwasanya
apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dalam
sholat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan
kanannya.”
(Sedangkan Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi dalam
salah satu ceramah menegaskan pendapat yang diikutinya agar
melepaskan tangan (tidak bersedekap) atau meluruskan tangan
ke bawah saat bangkit dari ruku’ (i’tidal), red. Dan untuk
mendengarkan ceramah mengenai hal ini beliau silahkan klik
link ceramah beliau di blog www.kajian sunnah.wordpress.com
DISINI)
SUJUD
Sujud dilakukan setelah i’tidal thuma-ninah dan jawab tasmi’
(Rabbana Lakal Hamd…dst).
Caranya
Cara Sujud
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shalallau ‘alaihi wasallam bersabda:
Bacaan Sujud
Rasulullah membaca
atau
Dari Rifa’ah bin Rafi’ -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam : “Apabila engkau sujud maka tekankanlah
dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu
yang kiri.” (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud
dengan lafadhz Abu Dawud)
Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan ditegakkan dan
jarinya diarahkan ke kiblat:
Bacaannya
RABBIGHFIRLII, RABBIGHFIRLII
> Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka’at pertama
dan ketiga) didahului dengan duduk istirahat atau tanpa duduk
istirahat, bangkit berdiri seraya bertakbir tanpa mengangkat
kedua tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan bertumpu
pada lantai atau bisa juga bertumpu pada pahanya.
Dari Wail bin Hujr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ,berkata (Wa-
il); “Maka tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersujud dia
meletakkan kedua lututnya ke lantai sebelum meletakkan kedua
tangannya; Berkata (Wa-il): Bila sujud maka …..dan apabila
bangkit dia bangkit atas kedua lututnya dengan bertumpu pada
satu paha.” (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud)
> Bangkit dari duduk tasyahhud awwal (dari roka’at kedua) dengan
mengangkat kedua tangan seraya bertakbir seperti pada
takbiratul ihram.
Tempat dilakukannya
Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan
sambil berisyarat (menegakkan jari telunjuk, red) dan/atau
menggerak-gerakkan jari telunjuk dan penglihatan ditujukan
kepadanya, sedang tangan kirinya ditaruh/terhampar di paha
kiri.
Do’a tahiyyat ini ada beberapa versi, untuk itu hendaklah dipilih yang
kuat dan lafadhznya belum ditambah-tambah. Salah satu
contoh riwayat yang baik adalah sebagai berikut:
Caranya
Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan
dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya.(Hadits
dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta
ibnu Majah)
atau
atau
As Salamu’alaikum Wa Rahmatullahi— As Salamu’alaikum Wa
Rahmatullahi
atau
atau
BUKU-BUKU RUJUKAN :
Penerbit : Media Hidayah, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Terjemahan dari Kitab Shifatu
Shalaati an Nabiyyi Shallallahi ‘Alaihi wa Sallam min at-Takbiiri ilaa at Tasliimi Ka-
annaka Taraahaa
2. Sifat Shalat Nabi, karya Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, Penerbit : At Tibyan,
Solo, Terjemahan dari Kitab Shifatus Shalah
3. Sifat Sholat Nabi Shalalahu ‘alaihi wasalam dan Dzikir-dzikir Pilihan, karya Syaikh
Muhammad bin Shalih Utsaimin dan Syaikh Abdulaziz bin Baz, Penerbit : Pustaka Al
Kautsar, Jakarta, Cetakan ke-10, Terjemahan dari Kitab Fatawa Hammah wa Risalah fii
Shifati Sholatin Nabii Shalalahu ‘alaihi wasalam
4. Fikih Sunnah Jilid 1 dan 2, karya Sayyid Sabiq, Penerbit : PT. Al Ma’arif, Bandung,
Cetakan ke-14, Terjemahan dari Kitab Fiqhus Sunnah
10. Tuntunan Shalat menurut Al-Quran dan As-Sunnah, karya Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Jibrin, Penerbit At-Tibyan, Solo