You are on page 1of 19

Manusia, Keseragaman

dan Kesetaraan
Kelompok 6:
Rahmat Edi S
Zen Widodo
Hertanto Pratopo
Tomy Setyawan
Arif Muttaqin
Jayeng Seno
Heri Budi R
A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia

1. Makna Keragaman Manusia


Keragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan KBBI ragam
berarti: (1) sikap, tingkah laku, cara; (2)macam, jenis; (3)musik,
lagu, langgam; (4) warna, corak; (5)laras (tata bahasa).
Merujuk pada arti no 2 di atas, ragam berarti jenis, macam.
Keragaman menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis.

Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam


seperti binatang dan rumbuhan, tetapi yang dimaksudkan
setiap manusia memiliki perbedaan. Dalam kehidupan sehari-
hari kita menemukan keragaman sifat dan ciri khas dari setiap
orang yang dijumpai. Jadi manusia ialah beragam.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Menurut
KBBI, sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat).
Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih
rendah antara satu sama lain.

Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan


memiliki tingkat atau kedudukan sama. Di hadapan Tuhan, semua
manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut
terhadap Tuhan.
B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia
melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,
beraneka, berjenis-jenis.

Secara horizontal masyarakat majemuk dikelompokkan


berdasarkan:
1. Etnik dan ras atau asal-usul keturunan
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan dan budaya material lainnya.
Sedangkan secara vertikal, masyarakat dikelompokkan
berdasarkan:
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. kedudukan sosial politik
C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan
Sosial Budaya Bangsa
1. Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan adalah karakterisitik sosial budaya Indonesia.
Selain kemajemukan, karakteristik Indonesia yang lain adalah
sebagai berikut (Sutarno, 2007).
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Wilayah yang luas
c. Posisi silang
d. Kekayaan alam dan daerah tropis
e. Jumlah pulau yang banyak
f. Persebaran pulau
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Sebagai warga negara Indonesia maka manusia Indonesia adalah
setara atau sederajat dalam arti setiap warga negara memiliki
persamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga negara
Indonesia.

Warga negara tapa dilihat perbedaan ras, suku, agama dan


budayanya diperlakukan dan memiliki kedudukan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan yang ditegaskan dalam pasal 27 ayat 1
UUD 1945 bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidk ada kecualinya.”
Disusun oleh :
Rahmat Edi S
Zen Widodo
Hertanto Pratopo
Tomy Setyawan
Arif Muttaqin
Jayeng Seno
Heri

8
NASIONAL INTERNASIONAL

1. UUD 1945 pasal 27 tentang 1. Convention on the Elimination of


persamaan hak dan All Forms of Discriminations
kewajiban warga negara. Against Women (CEDAW)
2. UU No. 39/1999 tentang 2. Beijing Platform for Action (BPFA)
HAM tahun 1995 12 area kritis
3. UU No. 7/1984 tentang 3. Millenium Development Goals
Penghapusan segala bentuk (MDGs) tahun 2000
diskriminasi dan kekerasan
terhadap perempuan
4. Inpres No. 9/2000 ttg PUG
5. Peraturan Presiden No.
7/2005 ttg RPJMN 2004-
2009

9
TANTANGAN YANG DIHADAPI PEREMPUAN DEWASA INI

1. KEMISKINAN
2. PENGANGGURAN
3. RENDAHNYA PENDIDIKAN
4. RENDAHNYA STATUS KESEHATAN
5. KURANGNYA PERLINDUNGAN SOSIAL
6. MENINGKATNYA TINDAK KEKERASAN
7. RENDAHNYA KEDUDUKAN DAN PERANAN
PEREMPUAN

10
MENGAPA PEREMPUAN
RENTAN DISKRIMINASI DAN KEKERASAN ?

1. ADANYA KONSTRUK SOSIAL YANG MENEMPATKAN PEREMPUAN


PADA KELAS KEDUA DALAM KEHIDUPAN ATAU “KONCO
WINGKING”. Konstruksi sosial ini sangat terasa dalam sebuah
perusahaan yang memberikan gaji lebih rendah kepada
perempuan meskipun ia dan rekannya laki-laki memiliki
pendidikan, keahlian dan pengalaman yang sama. Bahkan
mungkin lebih tinggi pengalaman dan mobilitas perempuan di
bandingkan dengan karyawan laki-laki. Karyawan perempuan
juga rentan akan tindak kekerasan dalam perusahaan.

2. BIAS GENDER DALAM PENAFSIRAN AGAMA. Bahwa penafsiran


teks-teks keagamaan yang memposisikan perempuan sebagai
hiasan bagi suami (laki-laki) di rumah telah menempatkan laki-
laki pada posisi superior, bebas mengeksploitasi dan tindak
kekerasan dengan pembenaran akan tamsil ayat-ayat suci
tersebut. Perempuan diibaratkan ladang yang bisa dicangkul
dan tanami sesuka hati petani atau pemiliknya yang dalam hal
ini tentu laki-laki.

11
MENGAPA PEREMPUAN
RENTAN DISKRIMINASI DAN KEKERASAN ?

3. RENDAHNYA AKSES PENDIDIKAN DAN INFORMASI bagi


perempuan membuat dirinya mudah untuk ditipu dan
diperdayakan oleh orang lain. Seperti kita saksikan akhir-akhir
ini marak terjadi adalah janji-janji yang diberikan kepada anak
perempuan untuk bisa bekerja lebih baik di kota. Namun karena
pengetahuannya kurang ternyata sampai di kota, ia dijual untuk
dilacurkan (trafficking) sehingga mengalami kekerasan psikis.
4. PENEMPATAN PERAN GENDER ANTARA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN. Laki-laki di posisikan sebagai orang yang berkiprah
dalam wilayah publik sedangkan perempuan sebaliknya perannya
terbatas pada wilayah domestik yang tak mendapatkan
penghargaan layaknya wilayah publik.
5. ADANYA STIGMA SOSIAL yang disebarkankan dalam masyarakat
dalam waktu yang sangat panjang bahwa perempuan diciptakan
sebagai makhluk lemah-lembut sedangkan laki-laki makhluk
kuat. Akibatnya perilaku diskriminasi ditrujukan kepada
perempuan karena tidak akan menimbulkan perlawanan

12
JENIS DISKRIMINASI DAN KEKERASAN
YANG MENIMPA PEREMPUAN
1. DISKRIMINASI DI BIDANG HUKUM. Karena konstruk sosial yang menempatkan
perempuan pada posisi lemah berujung pada setiap kasusnya yang naik ke hukum selalu
berada dalam posisi yang lemah pula. Seperti hak untuk meminta cerai, pemilikan anak di
depan hukum, harta waris, pemilikan modal, menolak untuk dipoligami dll. Bahkan tidak
sedikit perempuan yang berani membawa masalahnya ke pengadilan, akan mendapat
cemoohan dari masyarakat. Karena sebagian besar persoalan perempuan berkisar pada
KDRT yang pelakunya adalah masih memiliki hubungan emosional sangat dekat

2. DISKRIMINASI TERHADAP AKSES DAN KESEMPATAN. Di bandingkan dengan laki-laki,


perempuan memiliki akses yang sangat lemah untuk meraih pendidikan, kesehatan,
informasi dan sumber daya manusia lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah akses untuk
memperoleh kesempatan kerja. Tidak sedikit lowongan kerja diprioritaskan berdasar jenis
kelamin. Akibatnya perempuan banyak terjun dalam lepangan kerja informal.

3. DISKRIMINASI ATAS ASPIRASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK. Termasuk dalam hal ini
partisipasi perempuan dalam politik. Meskipun DPR telah mensahkan pasal 65 ayat 1
dalam UU No 23 tentang Pemilihan Umum, namun partai politik masih terlihat
dominannya memihak laki-laki untuk ditempatkan pada urutan teratas dengan asumsi
perempuan memiliki bergain position yang sangat lemah di banding laki-laki. Dalam
pemerintahan juga terlihat masih sangat mencolok diskriminasi yang dialami perempuan.
Untuk menempati posisi-posisi pengambil kebijakan meskipun perempuan telah
memenuhi syarat, namun sampai saat ini masih dalam hitungan jari.
13
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Terjadi di seluruh bagian dunia
Diikuti adanya toleransi baik dari masyarakat sendiri
maupun negara
Tidak diakui sebagai masalah HAM
Dianggap sebagai masalah pribadi (perempuan)
Dipandang sebagai konsekuensi setiap perempuan
Banyak dipaparkan dalam seni literatur maupun catatan
pribadi, namun sangat jarang direkam dalam buku-buku
sejarah.

14
Permasalahan Pemberdayaan
Perempuan
1. Aspek Pendidikan

Sampai tahun 2002 rata-rata lama sekolah perempuan sekitar 6,5 tahun;
laki-laki 7,6 tahun
Perempuan yang buta aksara 11,7%, laki-laki 5,3%

2. Aspek Kesehatan

Angka Kematian Ibu (AKI): 307 dari 100.000 kelahiran hidup menjadi 307
(BPS, SDKI 1994-2002).
Dibandingkan negara-negara lain terutama di ASEAN, AKI di Indonesia
masih tinggi.

15
3. Aspek Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan 50,2%; laki-laki


86,5% (Data BPS hasil Susenas 2003 ) ( > 15th )

4. Aspek Hukum

Banyak substansi, struktur dan budaya hukum yang diskriminatif gender,


meskipun UUD 1945 menjamin persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan dalam berbagai bidang kehidupan
Banyaknya produk-produk hukum yang belum memperhatikan kepentingan
laki-laki dan perempuan dikarenakan para penyusun konsep belum
memahami konsep gender.
Saat ini masih sekitar 29 UU dan 9 Perda/Keppres/Kepmen masih bias gender

16
Permasalahan Pemberdayaan Perempuan dan Anak ....

5. Aspek Sosial dan Lingkungan

Masih seringnya tindak kekerasan terhadap perempuan


Keterlibatan perempuan menjadi pengedar dan pecandu narkoba,
Perempuan yang sering menjadi korban pornografi dan pornoaksi.
Maraknya traffiking khususnya perempuan dan anak
Banyak ibu menjual anaknya
Perdagangan gadis usia remaja

6. Aspek Perlindungan

Para tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri sangat rentan terhadap
tindak kekerasan baik fisik maupun seksual
Pemilu Legislatif tahun 2004, keterwakilan perempuan hanya sekitar 11,6%

17
1. Meningkatkan peran perempuan dalam bidang Politik dan
pengambilan keputusan
2. Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan serta bidang
Pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan
sumber daya kaum perempuan
3. Meningkatkan gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dan
anak
4. Meningkatkan produktivitas Ekonomi Perempuan
5. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan
anak
6. Menyempurnakan perangkat hukum yang lebih lengkap dalam
melindungi individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi,
diskriminasi termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
7. Memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan
pengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari berbagai kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan disegala bidang, termasuk
pemenuhan komitmen-komitmen internasional, serta peningkatan
partisipasi masyarakat.
18
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MEMANG
BEDA, TETAPI TIDAK UNTUK DIBEDA- BEDAKAN

19

You might also like