You are on page 1of 46

TEORI – TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI

Contributed by Administrator
Friday, 25 July 2008
TEORI – TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI
Dalam garis besar teori – teori pembangunan ekonomi dapat digolongkan menjadi lima golongan
besar yaitu
aliran – aliran
1. Klasik
2. Karl Marx
3. Neo – Klasik
4. Scumpeter
5. Post Keynesian
Aliran-aliran ini menemukan sebab-sebab pertumbuha pendapat nasional dan proses pertumbuhannya.
Mari kita lihat
aliran-aliran tersebut.
A. Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke – 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa revolusi
industri dimana
suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu system liberal
sedang
merajalela dan menurut alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara
kemajuan teknologi dan
perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah
penduduk, tetapi
akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan. Kemajuan teknologi mula-
mula disebabkan
oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan
kapital.
Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat
keuntungan ini
akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing
returus) karena
sumber daya alam itu terbatas. Marilah secara singkat kita lihat teori-teori perkembangan dari beberapa
pengamat aliran
klasik . Diantaranya :
• Adam Smith
• David Ricardo
• Thomas Robert Malthus
a. Adam Smith
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau
pembagian kerja
agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan
akumulasi
kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar , pasar harus seluas
mungkin agar dapat
menampung hasil produksi sehingga perdagangan internasional menarik perhatiannya karena hubungan
perdagangan
internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.
Sekali
pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi
kapital, pembagian
kerja akan terjadi dan akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.
b. David Ricardo
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu:
1. Golongan Kapital.
2. Golongan Buruh.
3. Golongan Tuan Tanah.
• Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting
karena mereka
selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi
kapital yang
mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.
• Golongan buru ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam
masyarakat.
• Golongan tuan tanah ini mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal
tanah yang di
sewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi
kapital terus
menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.
c. Thomas Robert Malthus
Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang
perlu untuk
adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tampa dibaringi dengan kemajuan
faktor-faktor
atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan
menaikan
permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan
mendorong mereka
untuk terus berproduksi. Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi
diperlukan adanya
kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus, sedangkan menurut J.B.Say berkembang
dengan hukum
pasar, dimana dikatakan bahwa Supply Creates its own demand yang artinya asal jumlah produksi
bertambah maka
secara otomatis permintaan akan ikut bertambah pula karena pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak
terbatas.
B. Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan kehancuran)
1. Sejarah Perkembangan Masyarakat
Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan masyarakat dimana
perkembangan itu
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
http://www.abdulkadirsalam.com Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2011, 12:48
melalui lima tahap.
1. Masyarakat Primitif
2. Masyarakat Perbudakan
3. Masyarakat Feodal
4. Masyarakat Kapitalis
5. Masyarakat Sosial
Proses perkembangan itu terjadi
1. Masyarakat komunal primitive (Primitive Conmund) Dalam tahap ini masyarakat menggunakan alat-
alat untuk bekerja
yang sifatnya masih sangat sederhana. Alat-alat ini bukan milik perseorangan tetapi milik komunal (milik
bersama).
Dalam masyarakat ini tidak ada surplus produksi di atas konsumsi karena orang yang membuat
sendiribarang-barang
atas kebutuhan sendiri, tetapi makin lama orang sedikit demi sedikit mengetahui alat-alat produksi yang
lebih baik.
Perbaikan dalam alat-alat produksi menyebabkan adanya perubahan-perubahan sosial dan kemudian
terjadi pembagian
kerja dalam produksi
2. Masyarakat Perbudakan
Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang-orang yang hanya
bekerja untuk
mereka merupakan dasar terbentuknya masyarakat perbudakan. Dengan cara seperti ini keuntungan
para pemilik alat
produksi semakin besar karena budak-budak hanya diberi sekedar nafka supaya dapat bekerja.
3. Masyarakat Feodal
Masyarakat feodal ini merupakan masyarakat baru yaitu dimanan kaum bangsawan memiliki alat-alat
produksi yang
paling utama yaitu Tanah, para petani kebanyakan terdiri dari bekas budak yang dibebaskan. Mereka
mengerjakan
tanah itu untuk kaum feodal dan setelah itu baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Perbaikan-
perbaikan alat dan
cara produksi banyak terjadi dalam system ini dengan demikian ada dua golongan kelas yaitu :
• Kelas Feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam hubungan sosial.
• Kelas buru yang bertugas melayani mereka.
Kepentingan kedua kelas ini berbeda-beda. Kelas feodal lebih memikirkan keuntungan saja dan
kemudian mendirikan
pabrik-pabrik. Kelas buruh yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasaran buru yang bebas dan
hapusnya tariff
dan rintangan lainnya dalam perdagangan yang diciptakan kaum feodal.
4. Masyarakat Kapitalis
Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh yang mau tidak mau menjual tenaganya karena tidak
memiliki alat produksi
seperti telah disinggung bahwa kelas kapitalis dan kelas buruh merupakan dua kelas dalam masyarakat
yang
kepentingannya saling bertentangan.
5. Masyarakat Sosial
Dalam system sosialis, pemilikan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik sosial (Social ownership).
Hubungan
produksi merupakan hubungan kerjasama dan saling membantu di antara buruh yang bebas dari unsur
eksploitasi.
Sistem ini memberi kesempatan kepada manusia untuk maju baik dilapangan produksi maupun didalam
kehidupan
masyrakat.
2. Runtuhnya Sistim Kapitalis
Perkembangan Karl Marx, dapat dilihat pentingnya perubahan teknologi dan hubungan produksi dalam
mempengaruhi
kehidupan masyarakat bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan tetapi sebaliknya justru
keadaanlah yang
menentukan kesadaran manusia. Karl Marx mengemukakan atau mendasarkan pendapatnya atas
adanya hukum gerak
yaitu :
• Kosentrasi
• Akumulasi
• Kesengsaraan (Verelendung)
• Krisis
3. Proses Perkembangan Ekonomi
Pada pokoknya yang memegang peranan ialah adanya nilai lebih (Surplus Valne) dimana ada nilai lebih
maka disitu
perekonomian akan berkembang jadi perkembangan ekonomi disebabkan oleh keadaan perekonomian.
Tenaga kerja
yang sudah mampu bekerja tetapi belum memdapatkan pekerjaan, menyaingi buruh yang sudah bekerja.
C. Aliran Neo - Klasik
Kira-kira pada tahun 1870-an ada pengeseran dalam aliran ekonomi, dimana aliran ekonomi yang baru
ini menggantikan
aliran ekonomi klasik, alasannya pada waktu itu tampak penting kemajuan teknologi dan adanya
penemuan sumbersumber
produksi baru, juga ada kemungkinan untuk perkembangan lebih lanjut dibawah kemajuan teknologi.
Aliran baru
itu disebut Aliran Neo-Klasik. Aliran Neo-Klasik mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang
menghubungkan nilai
pada saat ini dan saat yang akan datang. Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat
diikut sertakan
sebagai berikut:
• Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi.
• Perkembangan itu merupakan proses yang gradual.
• Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif.
• Aliran Neo-Klasik merasa optimis terhadap perkembangan.
• Adanya asfek internasional dalam perkembangan tersebut.
1. Akumulasi Kapital
Menurut Neo-Klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan,
tingkat bunga juga
menentukan tingginya tingkat investasi, jika tingkat bunga rendah maka investasi akan tinggi dan
sebaliknya.
2. Perkembangan sebagai proses yang Gradual
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
http://www.abdulkadirsalam.com Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2011, 12:48
Perkembangan merupakan proses yang gradual dan terus menerus. Menurut Alfred Marshall
menganggap bahwa
perekonomian sebagai suatu kehidupan organik yang tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagai
proses yang
gradual.
3. Perkembangan sebagai proses yang Harmonis dan Kumulatif
Yang dimaksud dengan Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif ialah bahwa proses
ini meliputi
berbagai faktor dimana faktor-faktor itu tumbuh bersama sama. Misalnya menurut Marshall
menggambarkan pula bahwa
harmonisnya perkembangan itu karena adanya internal ekonomis dan external ekonomis. Internal
ekonomis timbul
karena adanya kenaikan skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efisien dari
pengusaha itu sendiri.
Sedangkan External ekonomi timbul karena kenaikan produksi pada umumnya dan ada hubungan
dengan
perkembangan pengetahuan dan kebudayaan. Mengenai kumulatifnya yang dikatakan oleh Allen Young
bahwa
perkembangan industri itu tergantung pada baiknya pembagian kerja di antara para buruh.
4. Optimis Terhadap Perkembangan Ekonomi
Kaum klasik mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena terbatasnya sumber daya
alam. Dipihak lain
kaum Neo-Klasik berpendapat dan yakin bahwa ada kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya
pertumbuhan
itu.
5. Aspek Internasional
Perkembangan ekonomi suatu Negara pada umumnya mempunyai lima aspek tingkat perkembangan
ekonomi yaitu ;
• Mula-mula Negara itu meminjam kapital atau infor kapital. Negara itu merupakan Negara pinjaman
yang masi
mudah dan disebut sebagai dibetur yang belum mapan. (Immatured Debtor).
• Kemudian Negara peminjam tersebut dapat menghasilkan dengan kapital pinjaman tadi,
membayar dividend dan
bunga atas pinjaman tersebut.
• Setelah pengasilan nasional Negara itu meningkat maka sebagian dari penghasilan itu digunakan
untuk melunasi
utang dan sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkannya. Negara ini ada dalam tingkat
dibitur yang
sudah mapan (Motured Debtor).
• Negara tersebut sudah dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada yang
dibayar, jadi ada
surplus.
• Akhirnya Negara tersebut hanya melulu menerima dividend dan bunga saja dari Negara lain.
Negara itu sudah
pada tingkat kreditur yang sudah mapan (Matured Creditor).
D. Teori Schumpeter
1. Jalannya Perkembangan Ekonomi
Menurut Joseph Schumpeter perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun
gradual, tetapi
merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (Discom-Tinuous), yaitu merupakan gangguan-
gangguan
terhadap keseimbangan yang telah ada. Perubahan dalam selera konsumen memang ada tetapi
perubahan itu bersifat
gradual atau sedikit demi sedikit. Kombinasi-kombinasi baru ini dilaksanakan oleh wiraswasta
(Enterpreneur), mereka ini
adalah innovator yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru faktor produksi, yang diartikan dengan
inovasi dapat
berbentuk lima hal.
• Mengemukakan atau mengenalkan barang-barang baru atau barang-barang berkualitas baru yang
belum dikenal
oleh konsumen.
• Mengenalkan suatu metode produksi yang baru.
• Pembukaan pasar baru bagi perusahaan.
• Penemuan sumber-sumber ekonomi baru.
• Menjalankan organisasi baru dalam industri.
Jadi individu adalah tiap perubahan dalam fungsi produksi yang akan membawah kenaikan hasil
produksi.
2. Runtuhnya Sistem Kapital
Joseph Schumpeter Berpendapat bahwa dasar-dasar ekonomi dan sosial sistim kapitalis itu akan runtuh.
Ia
mendasarkan pendapatnya itu atas tiga hal:
a. Usahanya fungsi wiraswata.
b. Runtuhnya rangka kehidupan masyarakat kapitalis.
c. Runtuhnya golongan-golongan politikus.
• Usaha Fugsi Wiraswata.
Kemajuan teknologi yang dilakukan oleh para ahli dalam industri yang besar, inovasi tidak lagi dilakukan
oleh orang
tertentu maupun merupakan pekerjaan rutin yang dipimpin oleh manejer yang ahli dalam perusahaan
besar. Wiraswasta
dalam arti pemimpin individual tak lagi berhak menaikan peranannya dalam perekonomian. Jadi fungsi
wiraswasta sudah
usang.
• Runtuhnya rangka kehidupan masyarakat kapitalis
menurut Joseph Schumpeter, perusahan besar inilah yang akan mendorong perkembangan ekonomi
yang lebih cepat,
besarnya perusahan itu akan melemahkan pengertian pemilikan swasta.
• Runtuhnya golongan Politikus
Mula-mula raja-raja feodal membantuh tumbuhnya industri dan perdagangan secara politis artinya
memberi aturanaturan
yang menguntungkan mereka. Sebaliknya industri dan perdagangan ini secara ekonomis membantu raja-
raja tadi
tetapi dalam kapitalisme yang sudah maju kaum industrialis dan pedagang meruntuhkan kekuatan feodal
karena meraka
tidak mampu untuk mengatur atau memerintah karena mereka bukan ahli dibidang pemerintahan.
E. Analisis Post-Keynesian
Analisis Keynesian menggunakan anggapan berdasarkan atas keadaan waktu sekarang seperti
mengenai tingkat teknik
tenaga kerja selera, dengan tidak memperhatikan keadaan jangka panjang.
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
http://www.abdulkadirsalam.com Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2011, 12:48
Dalam analisis ini persoalan yang penting adalah:
a. Syarat-syarat apakah yang diperlukan untuk mempertahankan pendapatan yang mantap (Steady
Growth) pada
tingkat kesempatan kerja penuh (Full Employment incoml) tanpa mengalami deflasi ataupun inflasi
b. Apakah pendapat itu benar-benar bertambah pada tingkat sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya
inflasi terus menerus.
Jadi apabilah jumlah penduduk bertambah maka pendapatan rill perkapitah akan berkurang kecuali bila
pendapat rill
juga bertambah.
1. Analisis Harrod dan Domor Mengenai Pertumbuhan yang mantap (Steady Growth)
Harrod dan Damor menekankan pentingnya peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan. Jadi
akumulasi
kapital itu mempunyai peranan ganda yaitu menimbulkan mendapat dan disamping itu juga menaikan
kapasitas produksi
dengan cara memperbesar jumlah kapital. Maka pertumbuhan alat-alat kapital baru mempunyai beberapa
akibat.
• Kapital yang baru akan tetap belum dapat digunakan, sebab bila digunakan tidak memberikan hasil
karena
pendapatan tetap.
• Kapital baru itu akan digunakan dengan pengorbanan dari kapital yang telah ada sebelumnya .
• Kapital yang baru akan menggantikan tenaga kerja.
Jadi pembentukan kapital bila tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan yang sudah ada akan
membuat kapital dan
tenaga menganggur.
2. Teori Evsey D. Domor
Karena investasi menaikan kapasitas produksi dan juga menaikan pendapatan maka tingkat kenaikan
investasi
dipertahankan agar supaya kenaikan pendapatan sama dengan kenaikan kapasitas produksi, sehingga
pengerjaan
penuh dipertahankan.
Angapan-anggapan yang dipakai untuk teorinya
a. Perekonomian sudah ada dalam tingkat pengerjaan penuh (Full Employment incoml).
b. Tidak ada pemerintah dan perdagangan luar negeri .
c. Tidak ada keterlambatan penyesuaan (Log of Adjustmen) atau ada penyesuaan yang cepat.
d. Hasrat menabung marjinal (Marginal Propensity to Save) dan hasrat menabung rata-rata (Average
Propensity to
Save) sama.
e. Marginal (Marginal Propensity to Save) dan capital coefficient (Perbandingan antara capital dan
Output) adalah tetap.
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
http://www.abdulkadirsalam.com Powered by Joomla! Generated: 17 April, 2011, 12:48

Tidak ada yang tidak dapat kita ajarkan


kepada diri sendiri dengan membaca
Jika anda terus menunggu waktu yang tepat, anda mungkin tidak akan pernah memulai. Mulailah
sekarang, mulailah di mana anda berada sekarang dengan apa adanya.

 Home
 Blogger Hack
 Trik Blogging
 Free Ebook
 Free 3d Models
 Adsense

Blog Archive
 ▼  2009 (17)
o ▼  Juni (17)
 Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi: Lima Pendek...
 Tujuan Pembangunan Milenium
 TEORI KETERGANTUNGAN
 KONDISI SOSIAL INDONESIA
 TENTANG DUNIA KETIGA
 Definisi singkat pembangunan (modernisasi)
 Teori Pembangunan Dunia Ketiga
 Ekologi
 Barthes
 Derrida
 PIERRE BOURDIEU
 Bourdieu
 Fredric Jameson
 Derrida
 Foucault
 postmodern
 Reality Show Sebagai Pilihan Pemirsa

Fairy Art of the Day

Senin, 15 Juni 2009


Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi: Lima Pendekatan

Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi: Lima Pendekatan


1.Teori Tahapan Linier (linear-stages-of-growth models); 
2.Model Perubahan Struktural (the structural change theories and patterns); 
3Revolusi Ketergantungan Internasional (internationaldependence revolution); 
4.Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik (neoclassical free-market counterrevolution); 
5.Teori Pertumbuhan yang Baru (new or endogenous theory of economic growth)theory of
economic . 
Dekade 1950-an dan 1960-an
nPara teorisi cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan
pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang
menjalankan pembangunan. 
Pandangan ini merupakan suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai
paduan dan kuantitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan asing dalam jumlah
yang tepat . 
nKesemuanya itu harus sedapat mungkin diupayakan serta diadakan oleh negara-negara Dunia
Ketiga agar mereka juga dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan ekonomi modern yang menurut
sejarahnya telah dilalui dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang maju. 
nDengan demikian, pembangunan itu diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara
cepat
Dekade 1970-an
Pendekatan tahapan-linier tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi, yang sesungguhnya lebih
berbau ideologis daripada akademis. 
nAliran pemikiran yang pertama menitikberatkan pada teori dan pola perubahan.
nAliran pemikiran yang keduaadalah revolusi ketergantungan internasional. 
Aliran Pemikiran yang Pertama
nmenggunakan teori-teori ekonomi modern dan analisis statistik guna melukiskan proses
struktural
internal yang harus dialami oleh negara-negara berkembang agar mampu dan berhasil
menciptakan 
serta sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang cepat. 
Aliran Pemikiran yang Kedua
nBersifat radikal dan lebih berorientasi politik. 
Memandang keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan 
kekuasaan internasional yang tidak adil. 
nPerhatian utama teori ini ditujukan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk
menghapuskan 
kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih bervariasi, dan mengurangi 
ketimpangan distribusi pendapatan. 
nTeori ini cenderung menyangsikan bahwasanya pertumbuhan ekonomi akan dapat diraih
melalui 
cara-cara yang dianjurkan secara gencar oleh model-model pertumbuhan bertahap linier maupun
teori
teori perubahan struktural.
Dekade 1980-an
nKontrarevolusi neoklasik (seringkali disebut neoliberal) 
nmenekankan pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasar-pasar bebas,
perekonomian 
terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau negara yang
kebanyakan 
memang tidak efisien dan boros. 
nMenurut teori ini, kegagalan pembangunan tidak disebabkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal 
maupun internal sebagaimana diyakini oleh para tokoh teorisi ketergantungan, melainkan
diakibatkan 
oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian
nasional.
Akhir 1980-an dan Awal 1990-an
nTeori baru pertumbuhan ekonomi. 
nTeori ini mencoba memodifikasikan dan mengembangkan teori pertumbuhan tradisional 
sedemikian rupa sehingga ia dapat menjelaskan mengapa ada sebagian negara yang mampu 
berkembang begitu cepat sedangkan yang lain begitu sulit atau bahkan mengalami stagnasi
(kemacetan).
nTeori baru ini juga bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik
seperti pasar
bebas dan otonomi sektor swasta begitu gencar didengungkan, tetapi peranan pemerintah dalam 
keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar.
Teori Tahapan Linier
Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow.
Model Pertumbuhan Harrod-Domar.
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada: 
Beberapa Kritik Terhadap Model Pembangunan Bertahap.
Rostow: Stages-of-growth-models of development 
(Model-model pembangunan pertumbuhan bertahap)
Menurut Rostow, dalam proses pembangunannya, suatu negara akan melalui beberapa tahapan
yang 
utama sebagai berikut:
tahapan tradisional, dengan pendapatan per kapita yang rendah dan kegiatan ekonomi yang
stagnan; 
2.tahapan transisional, di mana tahap prakondisi bagi pertumbuhan dipersiapkan; 
3.tahapan lepas landas (ini merupakan permulaan bagi adanya prosespertumbuhan
ekonomisecaraadanya proses pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan); 
4.tahapan awal menuju ke kematangan ekonomi; serta 
5.tahapan produksi dan konsumsi massal yang bersifat industri (inilah tahapan pembangunan
atau development stage). 
Harrod-Domar growth model
(Model pertumbuhan Harrod-Domar)
nSebuah persamaan yang menunjukkan hubungan fungsional secara ekonomis antara berbagai
variable pokok ekonomi. 
nPada intinya model ini menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (g) secara langsung
tergantung 
pada tingkat tabungan nasional(s) dan sebaliknya akan menentukanrasio modal-output(k)
sehingga
persamaannya adalah g = s/k. 
nPersamaan tersebut mengambil nama dari dua orang ekonom terkemuka, yakni Sir Roy Harrod
dari Inggris 
dan E. V. Domar dari Amerika Serikat.
Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada: Beberapa Kritik Terhadap Model 
Pembangunan Bertahap
nGagasan dasar tentang pembangunan yang terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap
tersebut di atas tidak selalu berlaku. 
nAlasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan investasi tidak lagi
merupakan 
syarat penting (necessary condition) bagi pemacuan pertumbuhan ekonomi, 
nakan tetapi karena dalam kenyataannya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi
itu saja 
belumlah syarat cukup (sufficient condition) untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Necessary Condition(Syarat Perlu)


nSyarat yang diperlukan demi terjadinya suatu peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak 
disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa tidak terjadi. 
nSebagai contoh, pembentukan modal (capital)merupakan syarat perlu guna menunjang 
pertumbuhan ekonomi(sebelum pertumbuhan output terjadi, harus ada alatnya dahulu untuk 
menghasilkan output tersebut). 
nAkan tetapi, agar pertumbuhan tersebut bisa berlangsung secara berkesinambungan, maka 
harus ada pula perubahan sosial kelembagaan dansikap yang bersifat menunjang.
Sufficient Condition (Syarat Cukup)
nSuatu kondisi atau syarat yang harus dipenuhi guna memungkinkan sesuatu hal bisa terjadi. 
nSebagai contoh, menjadi mahasiswa dari sebuah universitas tertentu merupakan syarat cukup
untuk
menerima pinjaman dana dari Program Kredit Mahasiswa. 
nModel pembangunan Rostow dan Harrod-Domar secara implisit ternyata mengasumsikan
adanya
sikap-sikap dan pengaturan yang sama di negara-negara terbelakang. 
nAkan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di negara-negara Dunia Ketiga. 
Negara negara tersebut masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang paling
penting 
seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan 
pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dsb.
Teori teori pertumbuhan bertahap boleh dikatakan telah gagal total dalam memperhitungkan
pelbagai 
kenyataan penting lainnya.
nNegara-negara Dunia Ketiga sekarang ini merupakan bagian integral dari suatu sistem
internasional yang 
sedemikian rumit dan integratif, sehingga strategi-strategi pembangunan yang paling hebat dan
terencana secara matang sekalipun dapat dimentahkan begitu saja oleh kekuatan-kekuatan
asing yang keberadaan dan sepak-terjangnya sama sekali di luar kendali negara-negara yang
bersangkutan.
nMaka muncullah pendekatan yang lebih baru dan radikal yang mencoba mengkombinasikan
faktor-
faktor ekonomi dan institusional ke dalam suatu model sistem baru mengenai kemajuan dan 
keterbelakangan internasional. nPendekatan itu selanjutnya disebut sebagai paradigma
ketergantungan internasional.
2. Model Perubahan Struktural
nMekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang 
untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri
mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional 
ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke 
kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor 
idti
f ktd
ktjj
t
hindustri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tanggu . 
nModel perubahan struktural tersebut dalam analisisnya 
menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-
konsep harga dan alokasi sumber daya serta metode metode
ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. 
nAliran pendekatan perubahan struktural ini didukung oleh 
ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur
Lewis yang termasyur dengan model teoretisnya tentang 
"surplus tenaga kerja dua sektor" (two sector surplus labor) dan 
Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis 
ii
tt
"l
l
b
" (tt
f
empirisnya tentang "pola-pola pembangunan" (patterns o  
development).
www.dadangsolihin.com
17
dl
bh
S
k
l
nTeori Pembangunan Lewis:
Transformasi struktural (structural transformation)
– Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model) 
nPerubahan Struktural dan Pola-pola Pembangunan.
nKesimpulan-kesimpulan dan Implikasinya.
www.dadangsolihin.com
18
Structural Transformation
(Transformasi Struktural)
nProses pengubahan struktur industri dari suatu 
perekonomian agar kontribusi sektor manufaktur
terhadap pendapatan nasional (national income)
lebih tinggi daripada sektor pertanian. 
nDapat juga diartikan sebagai perubahan komposisi 
industri dalam perekonomian. 
nMisalnya:primary sector, secondary sector, dan
tertiary industrial sector.
www.dadangsolihin.com
19
Lewis Two-Sector Mmodel
(Model dua-sektor Lewis)
Teori pembangunan yang menyatakan bahwa jika 
surplus tenaga kerja (surplus labor)dari sektor
pertanian tradisional bisa dialihkan ke sektor industri 
modern yang daya serap tenaga kerjanya semakin 
tinggi, maka hal itu akan mempromosikan 
industrialisasi dan dengan sendirinya akan memacu 
adanya pembangunan secara berkesinambungan.
www.dadangsolihin.com
20
 
3 Revolusi Ketergantungan Internasional
(international dependence revolution)
nModel Ketergantungan Neokolonial.
MdlP
di
Pl
n
nTesis Pembangunan Dualistik.
www.dadangsolihin.com
21
Model Ketergantungan Neokolonial
(Neocolonial dependence model)
Suatu model yang dalil utamanya menyatakan bahwa 
terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangandi 
negara-negara Dunia Ketigadisebabkan oleh aneka 
kebijakan ekonomi sosial politik dan bahkan
budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-
negara maju terhadap negara-negara berkembang, 
hi
tid k b h
k tik
k
memperlakukan wilayah jajahannya di masa 
sebelumnya.
www.dadangsolihin.com
22
Model Paradigma Palsu
(False-paradigm model of underemployment)
nBahwa negara-negara Dunia Ketiga telah gagal 
mencapai kemajuan yang cukup berarti karena
strategi pembangunan mereka (biasanya disarankan 
oleh pakar ekonomi Barat) didasarkan pada model-
dl
b
"
k li "
j ltid kmodel pembangunan "yang keliru" yang jelas tida  
cocok dengan kebutuhan mereka yang mendasar. 
nModel pembangunan yang selama ini telah mereka
terapkan terlalu menekankan pada akumulasi kapital 
(capital accumulation)tanpa memberi perhatian 
k
d
l
tk
d ksecukupnya pada perlunya untuk mengada an 
perubahan-perubahan sosial dan kelembagaan.
www.dadangsolihin.com
23
Tesis Pembangunan Dualistik
nPandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua 
kelompok besar yakni negara-negara kaya dan
miskin. 
nDi negara-negara kaya memang masih ada sebagian 
penduduknya yang miskin dan sebaliknya di negara-
negara miskin pun ada segelintir penduduknya yang 
makmur sejahtera. 
nDualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang 
dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi 
pembangunan.g
nKonsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah 
yang kian lama terus melebar antara negara-negara 
kaya dan miskin serta di antara orang-orang kaya
dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. 
www.dadangsolihin.com
24
 
Pada dasarnya, konsep dualisme ini terdiri dari empat 
elemen kunci sebagai berikut:
1. Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada 
sejumlah elemen "superior" dan sekaligus elemen 
"inferior"inferior . 
2. Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang 
bersifat sementara atau transisional, melainkan. 
sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis. 
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-
masing elemen tersebut bukan hanya tidak
menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, 
melainkan bahkan cenderung meningkat. 
4 Hubungan saling keterkaitan antara elemen elemen
yang superior dengan elemen-elemen lainnya yang 
inferior tersebut terbentuk dan berlangsung 
sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-
elemen superior sangat sedikit atau sama sekali 
tidak membawa manfaat untuk meningkatkan 
ked d kan elemen elemen ang inferior
www.dadangsolihin.com
25
kedudukan elemen-elemen yang inferior. 
Dengan demikian apa yang disebut sebagai prinsipn
"penetesan kemakmuran ke bawah" (trickle down 
effect) itu sesungguhnya sulit diterima. 
nBahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen 
superior tersebut justru tidak jarang memanfaatkan, 
memanipulasi mengekploitasi ataupun menggencet
elemen-elemen yang inferior. 
nJadi, yang mereka kembangkan justru
keterbelakangannya.
www.dadangsolihin.com
26
4 Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik
(neoclassical free-market counterrevolution);
nTantangan bagi Pendekatan Statis
– Pasar Bebas
– Pilihan Rasional
– Ramah Terhadap Pasar
nTeori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional 
(‘lama’)
www.dadangsolihin.com
27
b
nKondisi keterbelakangan negara-negara berkembang 
bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi
sumber daya yang selama ini bertumpu pada 
kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak 
tepat dan adanya campur tangan pemerintah yang 
berlebihan.
www.dadangsolihin.com
28
 
nOleh karena itu, dengan membiarkan pasar bebas 
(free markets) hadir dan beroperasi secara penuh, ()pp
pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik 
pemerintah, promosi perdagangan bebas dan 
pengembangan ekspor, menarik para investasi asing gp ,p
(misalnya, investor dari negara-negara maju), serta 
pembatasan regulasi dan distorsi harga pada pasar 
input, pasar output maupun pasar keuangan, maka,
efisiensi serta pertumbuhan ekonomi akan terpacu 
secara lebih optimal. 
www.dadangsolihin.com
29
ilih
i
l
nBahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam 
urusan-urusan ekonomi selalu salah, sehingga setiap ,gg
bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi. 
nPandangan pedas ini bertolak dari asumsi dasar
yang meyakini bahwa sikap tindakan dan keputusan
para politisi, birokrat, warga negara biasa, apalagi 
pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari 
kepentingan-kepentingan mereka sendiri tidak peduli
apa konsekuensinya terhadap pihak lain. 
www.dadangsolihin.com
30
h
hd
nPendekatan ini mengakui adanya berbagai 
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar baik itu
pasar produk maupun pasar faktor, di negara-negara 
Dunia Ketiga, dan bahwa pemerintah memang perlu 
jlk
ktif d l
k
imenjalankan peran aktif dalam perekonom an, 
khususnya untuk mengoreksi pelbagai 
ketidaksempurnaan pasar itu. 
nYang ditekankan oleh pendekatan ini adalah, 
intervensi pemerintah itu haruslah bersifat 
"
l ktif" t
hthd
(di
ik"nonselektif" atau ramah terhadap (disesuaikan 
dengan) mekanisme pasar. 
www.dadangsolihin.com
31
Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (‘lama’) 
Traditional (Old) neoclassical growth theory
nModel pertumbuhan Robert Solow yang menyatakan 
bahwasanya ekuilibrium pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang itu sama dengan nol, dan 
pendapatan per kapita dari semua negara cenderung 
t
j di
bmerasa atau menjadi sama esarnya. 
nTeori ini sendiri bertolak dari konsep persaingan 
sempurna (perfect competition)dan prinsipskala
hasil (returns to scale)yang konstan. 
www.dadangsolihin.com
32
 
5 Teori Pertumbuhan yang Baru (new or
endogenous theory of economic growth).
Merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori 
pertumbuhan tradisional (traditional growth theory)yang
khusus dirancang untuk menjelaskan alasan mengapa 
ekuilibrium pertumbuhan ekonomi dalam jangka 
j
bi
itif db
i i di k l
negara, dan mengapa pula arus modal justru 
cenderung mengalir dari negara-negara miskin ke gggg
negara-negara maju yang tentunya lebih kaya, 
meskipun rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio)
di negara negara miskin tersebut masih rendah
www.dadangsolihin.com
33
Terima Kasih
www.dadangsolihin.com
34
Dadang holds a MA degree (Economics), University of 
Dadang Solihin’s Profile
y
Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research 
Data and Information at DPD Secretariat General as well as 
Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land 
Use Management at Indonesian National Development 
Planning Agency (Bappenas). 
Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-
Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as 
Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
He got various training around the globe, included Advanced International 
Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad 
City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, 
Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala 
Lumpur Malaysia (2003); Applied Policy Development Training Vancouver, 
Canada (2002); Local Government Administration Training Course, 
Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and Planning Training 
Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books ,pp,p()p
regarding local autonomous. 
You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.comor by 
his mobile at +62812 932 2202
www.dadangsolihin.com
35

Diposkan oleh feminisme di 19:31 0 komentar

Tujuan Pembangunan Milenium

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2005 menyetujui agar semua
negara:

1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah


Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari
1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.

2. Pencapaian pendidikan dasar secara universal


Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak laki dan perempuan mendapatkan dan
menyelesaikan tahap pendidikan dasar.

3. Mengembangkan kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan


Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar
dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.

4. Mengurangi tingkat kematian anak


Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun

5. Meningkatkan kesehatan ibu


Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan
penyakit berat lainnya.

7. Menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan

Target: 
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap
negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak
memiliki akses air minum yang sehat
Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam
kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan


Target: 
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan
aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan
yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan
internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan
khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-
tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin
yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan
resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara
berkembang.
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui
pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam
jangka panjang.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda
Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat penting yang
terjangkau dalam negara berkembang
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari
teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Diposkan oleh feminisme di 19:30 0 komentar

TEORI KETERGANTUNGAN

Sejarah Perkembangan Teori Dependensi.


Pendekatan teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya,
teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang telah dijalankan oleh Komisi
Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin. (United Nation Economic
Commission for Latin Amerika)ECLA/KEPBBAL) pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun
1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin, yang dikenal cukup “populis”, mencoba untuk
menerapkan strategi pembangunan dari KEPBBAL yang menitik beratkan pada proses
industrialisasi melalui program industrialisasi subsitusi impor (ISI). Dari padanya diharapkan
akan memberikan keberhasilanyang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan hasil pembangunan, peningkatan kesejahtaraan rakyat, dan pada akhirnya akan
memberikan suasana yang mendorong pembangunan politik yang lebih demokratis. Yang terjadi
adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi amat singkat, dan segera berubah menjadi stagnasi
ekonomi. 
Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis
teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin
harus mempunyai tahapan revolusi industri “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis
proletar. Namun demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba
pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia ketiga tidak
harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembanguan
RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara
Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis. 
Teori Ketergantungan muncul melalui Teori Struktural hal ini terjadi karena Teori
Ketergantungan memakai pendekatan struktural Teori Struktural berpendapat bahwa kemiskinan
yang terdapat di negara Dunia Ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah
akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitatif, dimana yang kuat melakukan
eksploitasi terhadap yang lemah, maka surplus dari negara-negara Dunia Ketiga beralih ke
negara-negara industri maju sehingga perdagangan dunia yang bebas justru merupakan wadah
untuk praktek eksploitasi ini.
Teori Struktural merupakan teori yang memakai pendekatan struktural yaitu menekankan
lingkungan material manusia, yakni organisasi kemasyarakatan besertasistem imbalan-imbalan
yang metrial yang diberikannya, perubahan-perubahan pada lingkungan material manusia
termasuk perubahan teknologi. Lingkungan material ini dianggap sebagai faktor yang lebih
penting daripada keadaan psikologi dan nilai-nilai kemasyarakatan yang ada dalam
mempengaruhi tingkahlaku manusia.
Dengan demikian dalam menjelaskan tingkahlaku manusia dan gejala atau proses sosial yang
terjadi, teori struktural mencari faktor-faktor lingkungan material manusia sebagai faktor yang
menyebabkannya.
Teori Struktur sendiri memang berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan oleh
Karl Max. Teori Ketergantungan membantah tesis Marx yang menyatakan bahwa kapitalisme
akan menjadi produksi tunggal dan menciptakan proses maupun struktur masyarakat yang sama
di semua negara yang ada di dunia ini.
Teori Ketergantungan mempunyai dua induk pertama adalah teori tentang imprealisme dan
kolonialisme, kedua datang dari studi-studi empiris tentang pembangunan di negara-negara
pinggiranjuga dari para pemikir Marxis (Paul Baran) maupun yang bukan (Raul Prebisch).

Tokoh-Tokoh Teori Ketergantungan 


1. Karl Marx
Karl Marx mengatakan bahwa negara-negara kapitalis maju akan menularkan sistem kapitalisme
ke negara-negara berkembang dan ini mengakibatkan kemajuan negara-negara berkembang.
2. Paul Baran

Paul Baran mengatakan bahwa negara-negara pinggiran yang disentuh oleh negara-negara maju
tidak mengalami kemajuan karena negara maju bukan industrialisasi yang dijalankan di negara
pinggiran tetapi mempertahankan sektor pertanian, bukan akumulasi modal yang terjadi, tetapi
penyusutan. Negara-negara yang terbelakang dikuasai oleh kepentingan modal asing dan agen –
agen di negara tersebut dan oleh kepentingan kaum pedagang dan tuan tanah.
3. Raul Prebisch

Raul Prebisch merupakan yang tidak setuju dengan pemikiran Marxis.


4. Theotonio Dos Santos

Theotonio Dos Santos memberikan definisi ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan
ekonomi negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan
ekonomi negara-negara lain dimana negara-negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima
akibatnya saja. Ketergantungan diatas diatas mempunyai derajat ketergantungan yang berbeda
negara pinggiran jelas lebih tergantung kepada negara pusat daripada sebaliknya keduanya saling
membutuhkan tetapi tidak saling ketergantungan dengan derajat yang sama.
5. Andre Gunder Frank

Ia berpendapat bahwa adanya hubungan tidak sehat antara negara-negara pusat dengan negara
pinggiran. Keadaan itu yaitu adanya ketergantungan yang akan menghasilkan keterbelakangan di
masa lalu dan terus mengembangkan keterbelakangan di masa sekarang, jadi keterbelakangan
bukan suatu kondisi yang alamiah dari sebuah masyarakat dan bukan juga karena kekurangan
modal keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, polotik dan sosial yang terjadi akibat
globalisasi dari sistem kapitalisme.

6. Robert A Packenham

Ia berpendapat bahwa ketergantungan sebagai suatu yang dianggap negatif, ketergantungan juga
sepenuhnya didefinisikan sebagai konsep dikotomi padahal semua negara tidak ada yang
sepenuhnya tergantung juga tidak semuanya otonom. Ia mempertanyakan keluwesan dan
mengukur derajat ketergantungan.

Asumsi dasar teori dependensi klasik.


Keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara
dunia ketiga. Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum keadaan
ketergantungan di Dunia Ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari Abad ke-16 sampai
sekarang. 
• Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, sebab terpenting
yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau
kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik
ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja internasional
yang timpang bertanggung jawab terhadap kemandekan pembangunan negara Dunia Ketiga.
• Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat
mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Ini diperburuk lagi kerena
negara Dunia Ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.
• Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional
ekonomi global. Disatu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari Dunia Ketiga menyebabkan
keterbalakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan dinegara maju. 
• Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan
pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran mustahil terlaksana.
Sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi dinegara pinggiran ketika misalnya sedang
terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori dependensi berkeyakinan bahwa
pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam
situasi yang terus menerus terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju. 

Implikasi kebijiaksanaan teori dependensi klasik


Secara filosofis, teori dependensi menghendaki untuk meninjau kembali pengertian
“pembangunan”. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar
proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktivitas. Bagi teori
dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap
penduduk dinegara Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan
program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan
program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari
kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi memerlukan bantuan. Setiap
program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani
mayoritas masyarakat tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan sebenarnya. 
Teori ini teori dependensi berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya
negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan
yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan
revolusi sosialis.

Kajian teori dependensi klasik.


a. Tenaga teori depandensi klasik
Ketergantungan dan keterbelakangan Indonesia mencerminkan kerakteristik yang khas teori
dependensi dalam usahanya menguji persoalan pembangunan Dunia Ketiga. Dari padanya
diharapkan dapat dilihat secara lebih jelas dan karena itu dapat dicari kekuatan teori dependensi
dalam mengarahkan pola pikir peneliti, para perencana kebijaksanaan, dan pengambil keputusan
untuk mengikuti tesis-tesis yang diajukan. Dalam hal ini teori dependensi dibanding dengan dua
pendekatan pokok yang lain. Namun lebih ditujukan untuk menggali sejauh mana tenaga yang
dimiliki teori dependensi dalam mempengaruhi peta pemikiran persoalan pembangunan. 
Nampaknya ketiga hasil kajian tersebut memiliki asumsi yang sama, yakni ketergantungan
pembangunan yang terjagi di negara-negara tersebut disebabkan oleh faktor luar, yang tidak
berada didalam jangkauan pengendaliannya, yang pada akhirnya posisi ketergantungan ini akan
membawa akibat jauh berupa keterbelakangan pembangunan ekonomi. 
b. Ketergantungan dan faktor luar.
Tenaga inti yang dimiliki oleh teori dependensi klasik dapat diketahui dari kemampuannya untuk
mengarahkan peneliti dan pengambil keputusan untuk menguji sejauh mana dominasi asing telah
secara signifikan mempengaruhi roda pembangunan nasional. 
c. Ketergantungan ekonomi.
Dengan merumuskan ketergantungan sebagai akibat dari adanya ketimpangan nilai tukar barang
dalam transaksi ekonomi, teori dependensi telah mampu mengarahkan para pengikutnya untuk
lebih memperhatikan dimensi ekonomi dari situasi ketergantungan. Dalam hal ini, sekalipun
teori dependensi sama sekali tidak mengesampingkan dimensi politik dan budaya, persoalan ini
hanya dilihat sebagai akibat lanjutan dari dimensi ekonomi.
d. Ketergantungan dan pembangunan.
Teori dependensi klasik hampir secara ”sempurna” menguraikan akibat negatif yang harus
dialami negara Dunia Ketiga sebagai akibat situasi ketergantungannya. Bahkan terkadang tarasa
agak berlebihan, ketika teori dependensi menyebutkan bahwa hanya dengan menghilangkan
sama sekali situasi ketergantungan, negara Dunia Ketiga baru akan mampu mencapai
pembangunan ekonomi. 

Diposkan oleh feminisme di 19:29 0 komentar

KONDISI SOSIAL INDONESIA

Berdasarkan isu-isu penting dalam berbagai film dokumenter menjelaskan tentang fakta berbagai
permasalahan kemiskinan dan keterpurukan yang menimpa bangsa Indonesia. Kemiskinan dan
keterpurukan di Indonesia sudah ada sejak masa perjuangan bangsa Indonesia terdahulu, dimana
bangsa Indonesia mengalami berbagai penindasan dari kaum penjajah, menjadi sasaran para
kaum penjajah untuk mempekerjakan rakyat Indonesia sebagai buruh lembur dengan upah kecil,
penguasaan tanah rakyat secara paksa, pembelian hasil alam Indonesia dengan harga rendah,
perampasan harkat dan martabat bangsa Indonesia pada umumnya. Pada masa G30S-PKI para
tokoh nasionalis dan pejuang bangsa Indonesia pemberontak kaum penjajah dibunuh secara
kejam. Menjadi bukti keterpurukan bangsa Indonesia di mata dunia.
Kemunduran bangsa Indonesia merupakan dampak dari rezim penguasa sebelumnya, dimana
pada saat lengsernya Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia digantikan oleh Soeharto sebagai
presiden Indonesia yang baru. Tabiat Presiden Soeharto yang menggambarkan kemajuan bangsa
Indonesia dengan kepemimpinan otoriternya dan menjalankan kerjasama dengan negara
adikuasa Amerika Serikat dan Inggris, memberikan bukti memajukan pertanian Indonesia,
pembelian berbagai perlengkapan militer, nilai rupiah atas dolar berada antara di bawah Rp
2.000,- dan sebagainya, hingga Indonesia disebut sebagai calon Macan Asia pada masanya.
Namun ternyata dibalik itu lambat laun berdampak buruk terhadap bangsa Indonesia, karena
menyimpan hutang luar negeri yang sangat besar jumlahnya. Disamping pihak Soeharto, terdapat
juga para pejabat elite politik Indonesia yang korup, pembayaran pajak yang pada kenyataannya
dibebankan kepada rakyat ternyata sebagian besar bukan untuk pembayaran hutang negara
melainkan masuk kantong keluarga Soeharto. Dalam fakta yang terungkap 1/3 utang Indonesia
atas World Bank sebesar 8 Milyar Dolar berada ditangan Soeharto untuk kepentingan pribadi,
hingga pada akhirnya pada tahun 1997 Soeharto lengser dengan berhasil merampok 15 Milyar
Dolar selama masa kepemimpinannya, sehingga menjadi tanggungan utang luar negeri Indonesia
di era selanjutnya yang dibebankan kepada rakyat Indonesia.
Pada masa krisis moneter dan krisis kepercayaan melanda bumi Indonesia tercinta banyak sekali
permasalahan yang timbul akibat dari hal ini. Dampaknya dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat adalah makin meningkatnya jumlah angka kemiskinan yang seharusnya turun dengan
adanya priogram-program yang dilaksanakan pemerintah bukan menjadi semakin terpuruk. 
Hal itupun dirasakan oleh pemerintah Indonesia sebagai masalah baru yang harus diselesaikan
secepatnya. Jika tidak kondisi atau keadaan akan semakin terpuruk dan akan menimbulkan
kekacauan, konflik, tIndak kriminal, dan lain sebagainya. Pada awal-awal terjadinya krisis
moneter pemerintah Indonesia sangat bergantung sekali dengan pihak luar. Karena pemerintah
harus membangun negara ini dari tahap yang terkecil hingga tahap yang terbesar. Kebijakan
pemerintah pada saat itu adalah dengan menerima bantuan dana dari IMF (International
Monetary Foundation) berupa bantuan pinjaman dana yang harus dikembalikan pada waktu yang
telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Setelah krisis moneter telah berlalu yang ditandai dengan membaiknya kondisi ekonomi dan
segala aspek kegiatan di segala bidang serta hutang bantuan dana yang telah dilunasi, negara ini
tetap masih mengantungkan perputaran roda pemerintahan ini kepada negara-negara luar. Hal ini
dapat dilihat dengan masih banyaknya investor asing yang menduduki peringkat atas dalam
pemegang kekuasaan di industri-industri. Saham-saham yang dimiliki indonesia pun ada
sebagian dijual kepiha asing misalnya, Indosat, HM Sampoerna, dan lain-lainnya. Hal ini, dapat
membuktikan bahwa perekonomian negara ini masih bergantung dengan negara-negara asing,
dalam ini mengenai penanaman dana investor untuk industri-industri di Indonesia, yang
berakibat pemerintah Indonesia sangat sulit lepas dari ketergantungan. 
Permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia disebabkan oleh pelaku elite politik Indonesia
terdahulu yang cenderung kurang bertanggung jawab dengan kecenderungan korup berdampak
terhadap rakyat Indonesia hingga saat ini dan sulit terpecahkan. Indonesia pada dasarnya
mempunyai potensi lebih yang dapat dikembangkan, pada kenyataannya kekayaan di Indonesia
ternyata bertolak belakang terhadap kemajuan namun lebih akrab pada kemiskinan karena tidak
ada karakter di Indonesia. Bisa dilihat banyaknya pengusaha kaya yang menghambur-hamburkan
uang untuk mengadakan suatu macam pesta perayaan, tetapi di lain pihak di luar sana masih
terdapat kurang lebih 70 juta rakyat miskin di Indonesia yang membutuhkan santunan, sehingga
terdapat kesenjangan sosial. Selain itu permasalahan tempat tinggal tidak layak huni, sanitasi
kumuh, penghasilan dan pengeluaran tidak seimbang merupakan masalah yang seringkali
menimpa rakyat Indonesia.
Fenomena yang terjadi di Indonesia, miskin makin miskin, pelayanan publik tidak maksimal
karena dana lebih dialokasikan untuk pembayaran hutang negara akibat ulah elite politik korup
terdahulu. Kaya makin kaya karena terdapat investasi tinggi di Indonesia dan upah buruh relatif
murah sehingga menarik minat investor asing untuk menguasai pangsa pasar di Indonesia. Etika
perusahaan di Indonesia tidak dapat diterapkan dengan baik, karena pemerintah sendiri (elite
politik) mengatakan “buruh murah” untuk menarik investor asing, sehingga banyak
pengangguran terutama bagi investor dalam negeri. Seperti pada kenyataannya kasus beberapa
perusahaan asing Nike, Reebok, Adidas, serta GAP yang mempekerjakan buruh Indonesia bisa
lebih dari 24 jam/hari tergantung target pesanan. Tidak seimbang dengan upah kerja yang
diterima, disamping itu juga para pekerja Indonesia juga rentan terhadap bahaya kekerasan
karena kecenderungan tidak menghargai hak berserikat dan hak-hak pekerja.
Berpedoman Dependency Theory (Teori Ketergantungan) dijelaskan bahwa ketergantungan
adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan
ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain. Negara tersebut tersebut hanya berperan sebagai
penerima akibat saja. Konsep ketergantungan memperlihatkan bahwa situasi internal suatu
negara sebagai bagian dari ekonomi dunia. Imperialisme merupakan akar dari ketergantungan
karena surplus ekonomi negara terjajah dibawa ke negara imperialist. Ekspansi kaum kapitalis
dunia menciptakan ketergantungan karena menciptakan pasar yang monopolistik, misal: World
Bank dan IMF menerapkan hutang untuk membantu penerapan kebijakan terutama kepada
negara berkembang, privatisasi BUMN oleh IMF dan World Bank.

Diposkan oleh feminisme di 19:28 0 komentar

TENTANG DUNIA KETIGA

Setelah pasca perang dunia kedua yang memunculkan blok barat dan blok Timur namun setelah
itu semua berakhir muncul lah sebutan – sebutan untuk negara – negara yang tergolong untuk
Negara – Negara pasca blok – blok tersebut. 

Negara dunia pertama adalah Negara penguasa kapitalisme yang menganut paham liberal
sebagai acuan dalam menjalankan rod ekonomi dan politiknya. Selain itu adalahnegara dunia ke
dua yang menganut paham sosialis yang menjadikan sosialisme sebagai acauan utama jalannya
pemerintahan dan juga ekonomi.

Selanjutanya terdapat Negara dunia ketiga yang mencampurkan berbagai macam paham terhadap
pelaksanaan roda kehidupannya, bahkan cenderung bedrabtakna dan terdapat kekeurang
tertauran terhadap penganutan paham – paham tersebut. Sekarang ini dunia ketiga menjadi
sorotan bagi negar – Negara kapitalis sebagai sasarn konsumen bagi hasil – hasil ptroduksinya
dan ini dianggap sebagai “penjebak” keadaan bagai banyak negar – negara dunia ketiga yang
masih tergolong berkembang dan disisi lain juga dapat dijadikan sebagi penghambat bagi
berkembangnya negara – negara tersebut. Apa yang terjadi dengan pembangunan dunia ketiga
pada masa ini? beberapa pakar mencoba mendefinisikannya. 

PEMBAHASAN 

Pembangunan sebagai studi interdisipliner.

Stabilitas politik adalah sarana penting untuk memungkinkan pelaksanaan pembangunan.

Mengukur pembangunan 
kekayaan rata – rata

Pembangunan diartikan sebagai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah bangsa atau Negara.
Pemerataan

Bila terjadi, sebagian kecil orang didalam Negara tersebut meiliki kekayaan berlimpah
sedangkan sebagian besar hidup dalam kemiskinan, benar – benar sangat ironis.
Kualitas kehidupan

Bagi Negara yang memiliki kualitas, apabila angka bertahan hidup lebih besar maka Negara
tersebut dianggap berhasil dalam hal pembangunan dan dapat diukur dari ;
Harapan hidup manusia hinga 77 tahun.
Besarnya harapan hidup bayi hingga tahun tertentu dan 
Banyaknya penduduk yang melek aksara
Kerusakan lingkungan 

Sebuah Negara diukur maju atau tidaknya sekarang ini muncul krieria baru yaitu berhasil atau
tidaknya suatu negara menjaga kelestarian lingkungannya.
Faktor keadilan social yakni pembangunan juga diukur dengan adanya stabilitas sosial yang
stabil antara miskin dan kaya, agar terjadi pembangunan yang “sustainable”.

Beberapa cabang ilmu ekonomi 

ekonomi tradisional

Profit oriented dengan cara – cara yang murah untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.
Ekonomi politik 

Ekonomi dapat dipengaruhi dengan adanya kekuatan politik yang kuat, misalnya; sebuah
kebijakan dapat berubah apabila memiliki kekuatan dalam bidang ekonomi maupun politik.
ekonomi pembangunan

Adalah cabang ekonomi yang paling baik, karena dalam cabang ilmu ekonomi ini
menomorsatukan rakyat miskin sebagai objek yang perlu mendapat perhatian lebih oleh
pembangunan.

PEMBANGUNAN : FAKTOR MANUSIANYA 

Factor pembangunan lebih sering masih menitik beratkan pada factor material, Karena
pembangunan cenderung didominasi oleh para ahli ekonomi.

Setiap kita membicarakan masalah pembangunan tidak akan terlepas dari 2 hal : 
Material 
Masalah manusia sebagai factor produksi yang berhubungan erat dengan ketrampilan.
Seharusnya pembangunan dikondisikan agar dapat menciptakan manusia – manusia yang kreativ
bukan sebaliknya.

TEORI MODERNISASI : PEMBANGUNAN 

SEBAGAI MASALAH INTERNAL 

I. Pembagian kerja secara internasional

Teori ini menuntut Negara – Negara di dunia untuk sadar “ capability” atau potensi yang dimiliki
oleh Negara – negara nya masing – masing. Cenderung tidak memaksakan :

e.g : Negara – Negara utara yang kekurangan bahan pertanian dan memiliki keahlian di bidang
industri sebaiknya tidak memproduksi hasil – hasil pertanian, hal ini ditujukan agar “cost” yang
dikeluarkan oleh sebuah Negara tidak mahal, karena pasti akan lebih mahal jika memproduksi
sendiri ketimbang membeli dari Negara – Negara penghasil pertanian.

Menurut Todaro[1], ” pembangunan yang didasrkan pada kemandirian diri sendiri melalui isolasi
sebagian atau keseluruhan, dianggap sebagai pembagunan yang secar ekonomis kurang baik
dibandingkan dengan pembanguan yang mengikut sertakan diri kedalam perdagangan
internasional yang bebas dan tidak terbatas”.

II. TEORI MODERNISASI

Negara di dunia berdasarkan Teori keuntungan Komparatif terbagi menjadi dua buah kelompok
Negara : 1. yaitu kelompok Negara yang menghasilkan hasil – hasil produksi, 2. Negara yang
memproduksi barang – barang industri.

Namun apa yang terjadi, mengapa Negara – negar penghasil barang industri cenderung tergolong
sebagai Negara yang maju dan kaya, mengapa ini bisa terjadi? Dihadapkan dengan kenyataan ini
secara umum terdapat dua teori[2] :
Pertama, teori – teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama di sebabkan oleh factor –
factor internal atau factor – factor yang terdapat didalam negeri Negara yang bersangkutan. Teori
ini dikenal dengan teori modernisasi.
kedua, teori – teori yang lebih banyak menggunakan factor kesternal sebgai acuan atau factor –
factor yang terjadi diluar dari Negara tersebut.

Ada

beberapa teori yan tergolong kedalam teori modernisasi :


Teori Harrod-Domar : tabungan dan investasi. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya
tabungan dan investasi. Masalah pembangunan intinya berhubungan dengan penambahan modal
pembangunan. Dan pada saat kekurangan modal berarti merupakan suatu masalah bagi Negara.
Max Weber ‘ Etika Protestan : menurut Weber adanya peran agama merupakan salah satu
pemicu Eropa barat dan Amerika Serikat menjadi negara maju sebagai tempat munculnya
capitalisme. yaitu etika protestan. Bekerja keras dengan sungguh – sungguh lepas dari imbalan
material karena merupakan perintah dari agamanya. Menjadi kaya adalah produk sampingan
yang tidak disengaja.
David McClelland : Dorongan berprestasi atau n-ach., orang melakukan sesuatu atau bekerja
keras bukan karena sesuatu yang berhubungan dengan imbalan namun karena sang pelaku
mengetahui bahwa itu adalah tindakan yang baik.
WW. Rostow : 

lima

tahap pembangunan
masyarakat tardisional, masih sangat sederhana dan bergantng pada alam, produksi hanya untuk
konsumsi.
Prakondisi untuk lepas landas, kawanan tradisional akan terus bergerak walau sangat lambat,
biasanya ada campur tangan dari masyarakat luar yang lebih maju.
Lepas landas, kondisi dimana keuntungan pada pertumbuhan ekonomi mengalami grafik menaik
dengan stabil dan hilangnya hambatan – hamatan yang berarti. Penanaman modal juga mulai
diterapkan pada sector lain.
Bergerak ke kedewasaan, keuntungan naik turun namun tetap bisa diinvestasikan. Impor menjadi
kebutuhan dan ekspor dilakukan untuk mengimbangi.
Jaman konsumsi modal yang tinggi, konsumsi tidak lagi terbatas menjadi kebutuhan pokok tetapi
meningkat menjadi kebutuhan yang lebih tinggi. Dan mulai banyak yang menjadi wirausahawan.
Bert F.Hoselitz : factor – factor non ekonomi, menurutnya selain factor kekurangan modal yang
diungkapkan oleh Rostow juga terdapat factor lain yaitu factor ketarampilan subjek ekonomi.
Alex Inkeles dan David H.Smith : manusia modern, menurut mereka dengan memberikan
lingkungan yang tepat ,setiap orang bisa diubah menjadi manusia yang modern setelah ia
mencapai usia dewasa.

Teori Ketergantungan (1) : 

PARA

PENDAHULUNYA

Teori ketergantungan merupakan salah satu teori structural . Teori Struktural sering dianggap
berasal dari teori – teori Marx, terutama teorinya tentang bangunan atas dan bangunan bawah.
Namun bukan berarti bahwa teori – teori pembangunan dilahirkan oleh Marx. Namun pendapat
Marx mengenai Negara – Negara industri dan Negara pertanian patut ditelusuri.Teori
Ketergantungan yang merupakan bagian dari kelompok teori structural lahir dari dua induk :
yang pertama adalah ekonomi liberal yaitu Raul Prebisch dan yang kedua adalah teori – teori
Marxis tentag imperialisme dan kolonialisme dan juga seorang pemikir marxis yan merevisi
yaitu Paul Baran.

1. Raul Prebisch : pertama kritiknya terhadap perdagangan internasional yang bebas, kedua
hambatan industrialisasi, dan karena itu juga hambatan terhadap pembangunan disebabkan oleh
factor – factor eksternal. Ini berbeda dengan Teori modernisasi yang beranggapan bahwa
hambatan berasal dari factor – factor internal Negara tersebut. 

Prebisc beranggapan bahwa[3] : Negara – negara yang terbelakang harus melakukan


industrialisasi, bila mau membengaun dirinya. Industrialisasi ini dimulai dengan indsutri
subtitusi impor. Barang – barang industri yang tadinya diimpor, harus diproduksi didalam negeri.

2 perdebatan tenatang imperialisme dan kolonialisme

berbicara mengenai imperialisme dan kolonialisme, erat kaitannya dengan bangsa Eropa yang
pada masa nya banyak melakukan ekspansi keluar dan menguasai bangsa – bangsa lainnya baik
secara politis maupun ekonomis.

Ada

tiga kelompok teori yang menjadi penyebab pendorong utama ekspansi ekonomi, yaitu;

a. Kelompok teori God ( Tuhan, yang melambangkan keinginan manusia untuk menyebarkan
agama untuk menyebab 

kan

dunia yang lebih baik), kelompok teori yang menekankan idealisme manusia dan keinginannya
untuk menyebarkan ajaran Tuhan, untuk menciptakan dunia yang lebih baik;

b. Teori Glory ( Kebesaran, yang melamabangkan kehausan manusia akan kekuasaaan), untuk
kebesaran pribadi maupun kebesaran masyarakat dan negaranya.

c. Kelompok Teori Gold (emas, yang melamabangkan keserakahan manusia terhadap harta.
Paul Baran : sentuhan yang mematikan dan kretinisme

Baran beranggapan bahwa Negara – Negara korban imperialisme, seharusnya dapat


mengembangkan dirinya sama dengan Negara – Negara lain. 

TEORI KETERGANTUNGAN (2) 

INTI PEMIKIRANNYA 
Teori ketergantungan beranggapan bahawa seharusnya negar – negar pinggiran dapat menjadi
maju apabila tidak tersentuh oleh Negara – negar ayan tergolong maju, dalam hal ini sentuhan –
sentuhan tersebut dianggap asebagai sa;ah satu hamabatan majunya pembanguan ekonomi
sebuah egara baik dalam hal politik mauapun ekonomi dan juga social budaya.

Ketergantungan adalah akibat dari proses kaptalisme global, dimana Negara – negar pingiiran
kebagian perna sebagai pelenkap, penyaerta saja.[4]

Cardoso menekankan bahwa analisis ketergantunga harus merupakan pembicaraan pada kasus –
kasu empiris.

Faktor Internal dan eksternal 

Menurut Dos Santos, keterlamabatan kemajuan Negara - Negara dunia ketiga yang mayoritas
pengahasilannya berasal dari sector pertanian, yaitu moayoritas dikarenakan banayhaknya
hambatan atau permasalahan- permasalahn ayang adtang dari factor eksternal, namun bukan
berarti factor internal tidak berpengaruh, tapi bila terjadi sentuhan dari factor eksternal Negara –
negara yang bersangkutan cenderung “chaos”. 

Teori pasca ketergantungan Perkembangan Baru 

Teori Liberal terhadap teori ketergantungan

Menurut kaum liberal persperktif ketergantunga dianggap tidak memiliki definisi yang pasti atau
memilki pengertian yang sangat kabur, karena itupara liberal cenderung menganggap bahwa
ketergantungan itu hanya bersifat retorika saja dan bukan bersifat ilmiah.

Karena dengan begitu jadi agak sulit bila menyatakan bahwa ketergantungan merupakan
penyebab dari keterbelakangan, menurut Lall.[5]

Bill Warren 

Kritiknya berisikan mengenai bahwa dalam kenyataannya, Negara – negara yang tergantung
menunjukan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses industrrialisasinya.

Teori Artikulasi

Yaitu yang merasa tidak puas denga teori ketergantungan karena merasa bahwa pembangunan
dan industrialisasi memenag terjadi di Negara – negar terbelakang.  

Penutup 
Mencari model pembangunan baru 

Teori pemabangunan yang sekarang terselenggara didunia memang belum memuaskan, malah
sering kali terjadi pembentukan segmentasi – segmenatsi baru dalam dunia pembangunan dunia.
Dunia bagian pertama dengan cap kaliptalisme raja perekonomian dan kemakmuran dunia,
keberadaanya serng kali mengusik keberadaan Negara – Negara yang sedang berkembangdnegan
memunculkan sifat mendominasi dan memaksakan kehendak dalam hal produksi industri. 

Hal ini memunculkan sisi dilematis bagi pemerintah dunia ketiga, disatu sisi sangat
memebuthkan sentuhan dunia kapitalisme namun disisi lain seolah menghancurkan dengan
sangat perlahan. 

Tanpa adanya problem solving oleh pakar politik dan ekonomi kenegaraan dalam usaha
memecahkan permasalahan politik ekonomi yang sangat pelik, lack yang terjadi antara dunia
kapitalis dan dunia ketiga memang sangat kentara, maka itu perlu diadakannay pemerataan
pemabngunan didunia, atau kondisi persaingan yan kondusif bagi Negara – negara di dunia.

Diposkan oleh feminisme di 19:26 0 komentar

Definisi singkat pembangunan (modernisasi)

Secara filosofis, pembangunan bisa diartikan sebagai suatu upaya manusia atau sekolompok
manusia dengan berbagai macam sistem di dalamnya untuk mengatasi batas-batas kemanusiaan.
Dengan kata lain, pembangunan adalah upaya dari pemerintah suatu negara untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya. Suatu negara dapat dikatakan gagal apabila negara
tersebut tidak mampu memenuhi tanggung jawab ini. Dan suatu negara dikatakan berhasil
apabila tingkat kemakmuran penduduk negara tersebut relatif tinggi karena kemakmuran,
mengindikasikan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan.

Pengukuran tingkat kemakmuran ini biasanya dilakukan dengan cara melihat pendapatan
perkapita suatu negara. Menurut standar Bank Dunia, suatu negara dikatakan miskin apabila
pendapatan perkapitanya di bawah sekitar 712 US$. Dalam standar ini, Indonesia masih berada
dalam garis kemiskinan. Untuk mengukur perkembangan dan kemajuan pembangunan, ukuran
yang biasa dilakukan adalah dengan melihat tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tetapi
pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi ini tidak cukup untuk melihat tingkat
keberhasilan pembangunan karena tingkat rataan pendapatan tidak menunjukkan seberapa besar
kemakmuran yang diterima oleh sebagian besar penduduk suatu negara. Bisa saja terjadi,
sekelompok kecil penduduk suatu negara menerima lebih dari 80% total pendapatan negara, dan
sebagian besar lainnya berebut mengais sisa-sisa pembangunan. Pendapatan perkapita yang
tinggi tidak secara aksiomatis menjamin kemakmuran bagi seluruh penduduk negara. Oleh
karena itu dibutuhkan perangkat pengukuran lain untuk melihat seberapa jauh tingkat
pemerataan kemakmuran dalam suatu negara. Pembagian hasil pembanguna dikatakan merata
apabila 20% penduduk negara terkaya mendapatkan kurang dari 40% total pendapatan nasional,
sedangkan kemamuran suatu negara dikatakan tidak merata apabila 20% terkaya mendapatkan
lebih dari 80% total pendapatan nasional. Indonesia dalam ukuran ini tentu saja dapat
dikategorika sebagai negara dengan teingkat pemerataan kemakmuran yang rendah.

Teori modernisasi

Setelah melihat secara singkat definisi pembangunan, mari kita lihat beberapa teori
pembangunan yang berusaha menjelaskan persoalan keterbelakangan yang dialami Dunia Ketiga
—tentu saja hanya sekilas lalu. Secara garis besar, terdapat dua macam teori yang berbeda dalam
usahanya menjawab pertanyaan ini. Kelompok teori yang pertama adalah teori modernisasi,
sedangkan yang kedua bisa disebut sebagai teori struktural. Kelompok teori modernisasi pada
umumnya mengatakan bahwa masalah internal Dunia Ketiga adalah keterbelakannya, sedangkan
teori ketergantungan beranggapan bahwa keterbelakangan negara Dunia Ketiga disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. Pada bagian ini saya ingin memperkenalkan tiga teori utama modernisasi
dari Roy Harrod, Max Weber, dan W.W. Rostow.

Kesimpulan Roy Harrod mengenai penyebab keterbelakangan Dunia Ketiga adalah kesimpulan
yang sangat mendominasi para teoritisi pembangunan kelompok modenisasi. Teori ini masih
sangat berpengaruh sampai sekarang meskipun sudah mengalami perkembangan yang canggih.
Roy Harrod mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan tingkat
tingkat tabungan dan investasi. Masalah pembangunan dengan demikian adalah masalah
penambahan investasi modal sehingga keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal.
Berdasarkan pada model ini, ahli pembangunan Dunia Ketiga beranggapan bahwa untuk
memecahkan masalah keterbelakangan, pemerintah dalam negri harus mencari modal, baik dari
dalam maupun luar negri, untuk membiayai pembangunan.

Max Weber berpendapat lain. Dia mengatakan bahwa keberhasilan suatu pembangunan tidak
ditentukan oleh faktor-faktor murni ekonomi melainkan faktor nilai-nilai budaya tempat
pembangunan tersebut berlangsung. Dengan asumsinya ini, Weber kemudian membuat suatu
rumusan pembangunan yang secara empiris sukses di Amerika Serikat dan Eropa. Tingginya
tingkat keberhasilan pembangunan di Eropa dan Amerika Serikat ini dituliskan Weber dalam
bukunya yang sangat terkenal The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Seperti
tercermin dalam judul bukunya, Weber mengatakan bahwa kunci keberhasilan pembangunan di
Eropa dan Amerika Serikat adalah apa yang disebutnya sebagai etika protestan. Etika ini
bersumber pada keyakinan agama protestan yang mengatakan bahwa takdir seseorang—baik di
dunia maupun di akhirat—sudah ditentukan sebelum dia lahir ke dunia. Tetapi takdir tersebut
tentu saja dirahasiakan oleh Tuhan dari pengetahuan manusia sehingga memunculkan
mekanisme kecemasan. Manusia dengan etika Protestan adalah manusia yang selalu berusaha
mengatasi kecemasan itu dan jalan untuk mengatasinya telah disediakan. Dalam etika ini, cermin
nasib manusia di akhirat adalah nasibnya di dunia. Kesuksesan di dunia berarti keselamatan di
akhirat sehingga manusia dengan etika Protestan akan selalu bekerja keras untuk keselamatan di
akhirat. Mereka bekerja tanpa pamrih yang artinya mereka bekerja bukan untuk mencari
kekayaan material melainkan pengatasan atas situasi cemas. Inilah yang kemudian menjadi
faktor kemunculan dan keberhasilan kapitalisme di Eropa dan Amerika Serikat. Negara-negara
Dunia Ketiga dalam pandangan tradisi Webberian ini tidak memiliki atau tidak mengembangkan
semangat-semangat yang sama. Untuk dapat mencapai keberhasilan seperti di Eropa dan
Amerika Serikat, negara Dunia Ketiga harus menemukan semangat sejenis dalam kebudayaan
mereka. Jepang menjadi negara yang berhasil pembangunan materialnya karena mempunyai
agama atau mungkin etika Tokugawa yang mirip dengan etika Protestan.

Teori ketiga dalam tradisi modernisasi adalah teori Lima Tahap Pembangunan dari W.W.
Rostow. Teori ini mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1960-1970an, bahkan mantan
Presiden Soeharto pernah mengundangnya untuk ikut merumuskan model pembangunan di
Indonesia. Menurut Rostow, perkembangan sejarah manusia terbagi menjadi lima tahap yaitu,
masyarakat tradisional, pra-lepas landas, lepas landas, masyarakat dewasa, dan yang terakhir
konsumsi masal yang tinggi.

a. Masyarakat Tradisional. Masyarakat jenis ini adalah masyarakat dengan sedikit ilmu
pengetahuan sehingga mereka masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di
luar manusia. Manusia tradisional adalah masyarakat yang dikuasai oleh alam sehingga tingkat
produktivitas masih sangat terbatas. Produksi hanya dipakai untuk konsumsi dan tidak ada
investasi.
b. Pra-Lepas Landas. Perkembangan dari masyarakat tradisional ke pra-lepas landas terjadi
karena camp[ur tangan pihak luar. Perubahan-perubahan ini tidak terjadi karena faktor-faktor
internal dalam masyarakat tersebut. Masyarakat tradisional adalah manusia –manusia ‘biasa’
yang menunggu sang Messiah yang akan menyelamatkan mereka. Dan sang Messiah tersebut
adalah pihak luar yang datang membawa modal. Kedatangan pihak luar ini menggoncangkan
sistem masyarakat tradisional secara keseluruhan sehingga memunculkan stimulan untuk
perubahan. Investasi sudah mulai dilakukan dan peningkatan produksi mulai terjadi.
c. Lepas landas. Periode lepas landas merupakan periode di mana hambatan-hambatan
pembangunan sudah tersingkirkan. Pendapatan nasional juga mulai meningkat dan
perkembangan industri pun maju dengan pesat. Dalam bidang pertanian, hasil-hasil pertanian
mulai ditujukan untuk mencari keuntungan, bukan sekedar untuk konsumsi pribadi.
d. Bergerak ke kedewasaan. Pada periode ini, negara dengan tingkat kedewasaan menjadi negara
dengan posisi yang kuat dalam perdagangan internasional. Barang-barang yang pada mulanya
diimpor sekarang telah diproduksi sendiri, dan impor baru menjadi kebutuhan. Sementara itu,
neraca perdagangan telah seimbang karena ekspor menjadi meningkat.
e. Konsumsi tinggi. Masyarakat konsumsi tinggi ditandai dengan peningkatan kebutuhan tidak
hanya kebutuhan pokok. Investasi untuk meningkatkan produksi sudah tidak lagi menjadi
prioritas utama. Masyarakat ini mempunyai kewajiban etis untuk menolong masyarakat
tradisional lepas dari ketradisionalan mereka.

Teori struktural

Teori modernisasi mempunyai satu kesamaan di antara mereka yaitu bahwa keterbelakangan
yang di alami Dunia ketiga terjadi karena mereka memang terbelakang. Berbeda dengan teori
modernisasi, teori struktural mengatakan bahwa Dunia Ketiga menjadi terbelakang karena
struktur eksternal. Dalam bidang pembangunan, teori ini dipelopori oleh Raul Prebisch yang
membantah asumsi dasar teori Pembagian Kerja Internasional. Prebisch menunjukkan bahwa
nilai tukar komoditi pertanian terhadao komoditi barang industri tidaklah seimbang. Barang-
barang ternyata mempunyai nilai tukar yang lebih besar dibanding barang-barang pertanian. Ada
tiga sebab mengapa hal ini bisa terjadi;
a. Permintaan untuk barang-barang pertanian tidaklah elastis. Pendapatan yang meningkat
menyebabkan prosentase konsumsi makanan terhadap pendapatan justru menurun. Artinya,
pendapatan yang naik tidak akan menaikkan konsumsi untuk makanan, tetapi justru menaikkan
konsumsi barang-barang industri. Akibatnya, anggaran negara pertanian yang digunakan untuk
mengimpor barang-barang industri dari negara pusat akan semakin meningkat, sedangkan
pendapatan dari ekspor barang hasil pertanian tetap.
b. Negara-negara industrial sering memproteksi hasil pertanian mereka sehingga sulit bagi
negara pertanian untuk mendapatkan pasar.
c. Kebutuhan bahan mentah bisa dikurangi oleh negara industrial karena perkembangan
teknologi memungkinkan mereka untuk menggunakan bahan sintesis sebagai bahan dasar.

Faktor-faktor ini mengakibatkan ketimpangan kemakmuran antara negara industrial dan negara
pertanian. Prebisch menyimpulkan bahwa negara pertanian harus menjadi negara industri.
Industrialisasi ini dimulai dengan industri subtitusi impor. Barang-barang yang tadinya diimpor,
harus bisa diproduksi sendiri. Industri-industri baru ini harus mendapatkan proteksi dari
pemerintah sampai mereka cukup kuat untuk bersaing dengan industri negara maju.
Teori struktural kedua yang sangat besar pengaruhnya adalah teori Ketergantungan dari Andre
Gunder Frank dan Dos Santos. Berbeda dengan Prebisch yang menekankan faktor ekonomi,
Frank menekankan faktor politis yang menyebabkan Dunia Ketiga menjadi terbelakang. Frank
membagi negara-negara dunia menjadi dua bagian, core state dan pheripheral state. Kaum
borjuasi di negara pusat bekerja sama dengan pemerintah dan borjuasi lokal. Sebagai akibat dari
kerjasama antara modal asing dengan pemerintah ini, muncullah kebijakan-kebijakan yang
menguntungkan borjuasi lokal yang dominan, sedangkan rakyat banyak terlupakan. Dalam
keadaan seperti ini, menggalakkkan pembangunan dengan memperkuat borjuasi lokal jelas
merupakan usaha yang sia-sia karena, kaum ini sangat bergantung dari adanya modal asing.
Akumulasi modal dari keuntungan akan diserap oleh pemodal asing sehingga trickle down effect
yang diharapkan tidak akan terjadi. Hubungan ini menjadi dilematis melihat kenyataan bahwa
industrialisasi di negara-negara pinggiran tidak akan terjadi tanpa kerja sama dengan modal
asing. Mengapa?
a. Pertumbuhan ekonomi suatu negara pinggiran secara makro akan lebh mudah didapatkan jika
negara tersebut bekerja sama dengan modal asing.
b. Modal asing yang datang dari negara maju membantu mereka mendapatkan pasar sedangkan
kalau hubungan ini diputus, maka negara pinggiran dan borjuasi lokalnya harus bekerja keras
mendapatkan pasar dan melawan barang-barang industri raksasa dari negara pusat.
c. Industrialisasi ini membutuhkan teknologi yang canggih. Barang-barang modal seperti mesin
yang dibutuhkan untuk industrialisasi sering tidak dijual sebagai komoditi melainkan disewakan.
Barang ini pun tidak bisa diproduksi sendiri karena sudah dipatenkan. Kalau pun barang ini
diperjual belikan, pemerintah negara pinggiran membutuhkan valuta asing untuk membelinya
sementara valuta asing ini semakin sulit didapatkan karena penurunan nilai tukar barang
pertanian terhadap barang industri seperti yang dijelaskan Prebisch. Hal ini semakin
menyebabkan membengkaknya biaya produksi sementara keuntungan terus diserap oleh negara-
negara maju.

Evaluasi pembangunan (di) Indonesia

Suatu teori selain mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu peristiwa juga punya kekuatan
untuk menggerakkan. Suatu pilihan terhadap teori juga merupakan suatu pilihan terhadap
tindakan. Seperti yang nampak pada anekdot di atas, Indonesia nampaknya lebih memilih
menggunakan teori modernisasi. Indonesia selalu dijelaskan melalui ketiadaan, ketiadaan modal,
ketiadaan pendidikan, ketiadaan kemakmuran, dan seterusnya.

Saya berpendapat bahwa pilihan ini terjadi sebagai manifestasi jejak-jejak kolonial.
Kolonialisme bermula dari suatu studi tentang ketimuran (orientalisme) oleh Barat. Tersimpul
dalam studi itu, orang Timur adalah kumpulan orang-orang tdak beradab dengan logika yang
tidak lurus, orang-orang dengan kekejaman yang tidak mengenal hak asasi manusia, sehingga
dengan demikian mereka perlu untuk diperadabkan. Misi kolonialisme seperti dikatakan oleh
Ernest Renan adalah misi pemberadaban yang membawa berkah bagi ras-ras rendahan. Struktur
seperti ini juga nampak dalam teori-teori pembangunan pasca kolonial. Bangsa yang pada
mulanya dianggap tidak beradab sekarang diperlakukan sebagai bangsa yang miskin sehingga
perlu dimakmurkan. Tetapi sebagaimana hubungan kolonial yang memunculkan distorsi,
pembangunan sebagai medium pertemuan negara maju dan negara terbelakang juga
memunculkan distorsi. Pengetahuan nampaknya lebih merupakan alat kuasa dari pada alat
penjelasan. Maksuknya intervensi negara maju dengan modalnya terhadap negara terbelakang
dilegitimasi oleh teori pembangunan.

Pada masa Orde Baru, kuasa pengetahuan ini nampak dengan tingkat kejelasan yang paling
klimaks. Soeharto sebagai orang yang berkuasa pada saat itu mengundang ahli-ahli
pembangunan dan ahli politik seperti Rostow dan Huntington. Hasilnya adalah model
pembangunan jangka panjang dan pendek dengan jargon pemerataan, pertumbuhan, dan
stabilitas. Soeharto juga mengirim orang-orang kepercayaannya untuk belajar di Universitas
Berkeley yang kemudian menjadi mentri-mentri utamanya dan terkenal dengan sebutan mafia
Berkeley.

Aplikasi teori Rostow mengenai perkembangan masyarakat nampak jelas dalam model
pembangunan Soeharto. Yang pertama, dia membuat Undang-Undang Penanaman Modal Asing
untuk membuka Messiahisme dari negara maju. Dengan terbukanya Indonesia terhadap modal
asing ini, muncullah kemudian perusahaan-perusahaan multi nasional yang beroperasi di
sejumlah daerah. Soeharto juga membuka utang terhadap organisasi-organisasi donatur dunia.
Utang ini kemudian diberikan kepada pengusaha-pengusaha China yang dianggap lebih modern
dibanding borjuis lokal yang masih tradisional dan feodal. Ini adalah wujud kepercayaan
Soeharto terhadap efektifitas pengusaha China dan juga kepercayaan Soeharto akan munculnya
trickle down effect setelah pengusaha China tersebut cukup kuat. Distosi ini mulai terjadi ketika
meknisme trickle down effect tidak terjadi, mucl perlawanan dari daerah terhadap pusat sehingga
demokratisasi sebagai dampak kemakmuran tidak muncul. Stabilitas yang menjadi prioritas akhir
kemudian menjadi prioritas utama dengan dwi fungsi ABRI sebagai alat untuk menegaskan
tujuan tersebut.

Tahun 1998 telah membangunkan orang Indonesia dari tidur dogmatisnya setelah di nina
bobokkan oleh teori-teori modernisasi. Tetapi kuasa pengetahuan selalu menemukan jalannya
untuk tetap berkuasa. Saya sekarang harus mencurigai kata-kata yang begitu wah seperti good
governance, pemberantasan korupsi, demokratisasi, civil society dan istilah-istilah lain sejenis.
Akankah munculnya istilah ini menandai babak baru kuasa pengetahuan yang meniadakan
Diposkan oleh feminisme di 19:24 0 komentar

Teori Pembangunan Dunia Ketiga

Teori Pembangunan Dunia Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang berusaha menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin atau negara yang sedang berkembang dalam
dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan dan kekuatan militer negara-
negara adikuasa atau negara industri maju.
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup atau meletakkan
dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar internasional.
Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari:
1.Kekayaan rata-rata yakni produktifitas masyarakat atau produktifitas negara tersebut melalui
produk nasional bruto dan produk domestic bruto.
2.Pemerataan: tidak saja kekayaan atau produktifitas bangsa yang dilihat, tetapi juga pemerataan
kekayaan dimana tidak terjadi ketimpangan yang besar antara pendapatan golongan termiskin,
menengah dan golongan terkaya. Bangsa yang berhasil dalam pembangunan adalah bangsa yang
tinggi produktifitasnya serta penduduknya relatif makmur dan sejahtera secara merata.
3.Kualitas kehidupan dengan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life Index) yakni: rata-rata
harapan hidup sesudah umur satu tahun, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi
buta dan melek huruf.
4.Kerusakan lingkungan.
5.Kejadian sosial dan kesinambungan.
Teori Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal.
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal atau faktor-faktor
yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan.
Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain adalah:
1.Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal
dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy
Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama
yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
2.Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan
konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan
berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta
dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang
masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
3.Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk
oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama. Satu masalah pembangunan
bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang peranan agaman sebagai faktor penyebab
munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari
semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin.
4.Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses
pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Bagi W.W Rostow, pembangunan merupakan
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat terbelakang ke masyarakat niaga.
Tahap-tahapanya adalah sbb:
a.Masarakat tradisional=belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
b.Pra-kondisi untuk lepas landas= masyarakat tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat
dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.
c.Lepas landas : ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi.
d.Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada titik ini pembangunan merupakan proses
berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus.
5.Teori yang menekankan lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan.
Tokohnya Bert E Hoselitz yang membahas faktor-faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh
W.W Rostow. Hoselitz menekankan lembaga-lembaga kongkrit. Baginya, lembaga-lembaga
politik dan sosial ini diperlukan untuk menghimpun modal yang besar, serta memasok tenaga
teknis, tenaga swasta dan tenaga teknologi.
6.Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah
satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Tokohnya adalah
Alex Inkeler dan David H. Smith.
Teori ketergantungan.
Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang diberikan oleh teori
modernisasi.
Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga yang
mengkhusukan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur pertanian adalah akibat
dari struktur perekonomian dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang
lemah.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu
kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2
induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan teori-teori Marx tentang
imperialisme dan kolonialisme serta seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis
tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1.Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan
tentang alasan apa bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain
secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori:
a.Teori God:adanya misi menyebarkan agama.
b.Teori Glory:kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
c.Teori Gospel:motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di
negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran,
system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-
tokoh di atas, yakni:
1.Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat
diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2.Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :
a.Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat
eksploitatif.
b.Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam
bentuk kekuasaan financial-industri.
c.Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui
monopoli teknologi industri.
Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:
1.Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada
sisitem dunia. Ketergantungan adalah akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran
hanya sebagai pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi
perhatian pendekatan ini.
2.Pakar eksternal melawan internal.
Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat dalam penekanan terhadap dua faktor ini,
ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih ditekankan, seperti Frank Des Santos.
Sebaliknya ada yang menekan factor internal yang mempengaruhi/ menyebabkan
ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.
3.Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
Raul Plebiech memulainya dengan memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang
ditawarkanya juga bersifat ekonomi. AG Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai
disiplin ilmu sosial lainya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian teori ketergantungan
dimulai sebagai masalah ekonomi kemudian berkembang menjadi analisis sosial politik dimana
analisis ekonomi hanya merupakan bagian dan pendekatan yang multi dan interdisipliner analisis
sosiopolitik menekankan analisa kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara
pinggiran.
4.Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
Salah satu kelompok penganut ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan
negara-negara pusat dengan pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi
regional. Tokohnya adalah AG Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas,
seperti Cardoso.
5.Keterbelakangan melawan pembangunan.
Teori ketergantungan sering disamakan dengan teori tentang keterbelakangan dunia ketiga.
Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori ketergantungan yang lain seperti Dos Santos,
Cardoso, Evans menyatakan bahwa ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan seiring.
Yang perlu dijelaskan adalah sebab, sifat dan keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam
konteks ketergantungan.
6.Voluntarisme melawan determinisme
Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah sebagai suatu yang deterministic.
Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme ke kapitalisme dan akan kepada
sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank kemudian mengubahnya melalui teori
ketergantungan. Menurutnya kapitalisme negara-negara pusat berbeda dengan kapitalisme
negara pinggiran. Kapitalisme negara pinggiran adalah keterbelakangan karena itu perlu di ubah
menjadi negara sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam hal ini Frank adalah penganut teori
voluntaristik. [C 2002)
Data teori rostofarian
Adalah Walt Whitman Rostow, orang yang memperkenalkan teori pertumbuhan ekonomi
tahapan linear. Tahapan pertumbuhan ini dikenal sebagai model pembangunan lepas landas
Rostow (rostovian take-off model). Mengacu pada teori ini, perubahan dari kondisi terbelakang
(underdeveloped) menjadi maju (developed) dapat dicapai oleh semua negara dengan melalui
lima tahapan Sebelum suatu negara berkembang menjadi negara maju, harus dilalui suatu tahap
yang disebut tahap tinggal landas (take off). Teori ini menyarankan agar negara-negara sedang
berkembang (developing country) tinggal mengikuti saja seperangkat aturan pembangunan
tertentu untuk tinggal landas, sehingga pada gilirannya akan berkembang menjadi negara maju
(julissarwritting.blogspot.com).
Kelima tahapan tersebut yaitu masyarakat tradisional, pra-kondisi untuk lepas landas, lepas
landas, menuju kedewasaan, dan zaman konsumsi massa tinggi. Kelima tahap pertumbuhan
tersebut berlangsung secara linear. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi pembangunan
yaitu investasi, konsumsi dan tren sosial dalam tingkatan masing-masing.
Tahapan Masyarakat Tradisional
Adalah masyarakat yang memiliki struktur yang berkembang terbatas pada fungsi-fungsi
produksi. Berbasis pada pengetahuan dan teknologi pre-newtonian yang percaya bahwa dunia
eksternal hanya tunduk pada hukum yang dapat dipelajari. Bahwa produktivitas manusia
tergantung pada tersedianya barang-barang produksi bukan pada kemampuan akal atau
kecerdikan manusia.
Meskipun konsepsi tentang masyarakat tradisional selalu berubah, namun ada beberapa fakta
sentral tentang masyarakat tradisional. Pertama, tingkat kemampuan output per individu terbatas.
Keterbatasan itu disebabkan oleh tidak tersedianya teknologi modern untuk mengolah potensi
yang ada. Kalaupun tersedia, teknologi modern tersebut tidak diterapkan secara tepat dan
sistematis.
Kedua, kondisi masyarakat cenderung kurang stabil. Misalnya luas daerah dan volume
perdagangan berfluktuasi seiring dengan tingkat pergolakan sosial politik. Berbagai kegiatan
pertanian dan manufaktur berkembang tetapi tingkat produktivitasnya terbatasi oleh tidak
tersedianya pengetahuan dan skill penguasaan teknologi modern.
Ketiga, memusatkan perhatian pada pengembangan sektor pertanian. Pemusatan tersebut berakar
pada produktivitas mereka yang terbatas. Corak masyarakat tradisional yang agraris ini
memunculkan struktur social yang bersifat hierarkis. Hubungan keluarga dan klan memaikan
peranan besar dalam organisasi sosial.
Keempat, corak kepemimpinan masih bersifat feodalistik. Pusat kekuatan politik umumnya
dibawah kendali para tuan tanah. Untuk mengontrol dan mengendalikan kekuasaan, mereka
memiliki pegawai atau antek-antek yang patuh.
Tahapan Pra-Kondisi untuk Lepas Landas 
Setelah tahapan tradisional, selanjutnya masyarakat memasuki tahap pra kondisi untuk lepas
landas, atau masa transisi. Selama proses ini berlangsung masyarakat mengalami transformasi
melalui berbagai cara yang diperlukan masyarakat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Tahapan prakondisi lepas landas mulanya berkembang di Eropa Barat pada awal abad 18. Ketika
itu wawasan ilmu pengetahuan modern mulai digunakaan dalam fungsi-fungsi produksi baru di
sektor pertanian dan industri. Didukung dengan situasi yang dinamis akibat adanya ekspansi
mendatar pasaran dunia dan persaingan internasional. Namun apa yang terjadi pada masa abad
pertengahan turut andil dalam pembentukan prasyarat untuk lepas landas di Eropa Barat. 
Inggris, sebagai salah satu negara di Eropa Barat, adalah negara pertama yang secara penuh telah
membangun prasyarat untuk lepas landas. Hal ini bisa terjadi karena Inggris memiliki beberapa
kelebihan antara lain keadaan geografis yang menguntungkan, sumber daya alam, peluang
perdagangan, struktur sosial dan politik yang lebih baik dibanding negara tetangganya.
Selain faktor internal, perubahan pada tahap kedua ini juga disebabkan oleh adanya pengaruh
dari luar, masyarakat yang lebih maju. Bentuk invasi atau penjajahan yang dilakukan bangsa
Eropa terhadap negara dunia ketiga, yang hampir semuanya masyarakat tradisional, telah
memacu keruntuhan tradisionalitas itu sendiri. Invasi-invasi bangsa Eropa juga memasukkan dan
menggerakkan nilai modernitas di masyarakat tradisional. Bukan saja karena modernitas
menjanjikan kemajuan ekonomi, tetapi justru dengan kemajuan ekonomilah beberapa tujuan
lainnya bisa dicapai.
Pada tahap ini ditandai dengan diterimanya pendidikan sekuler yang mengajarkan tentang
perpindahan modal, khususnya melalui pendirian bank dan mata uang. Munculnya kalangan
wirausahawan dengan motode-metode produksi yang baru (en.wikipedia.org).
Tahapan Lepas Landas
Masa lepas landas terjadi ketika pertumbuhan sektor menjadi suatu yang wajar dan masyarakat
digerakkan lebih banyak oleh proses ekonomi daripada tradisi. Pada level ini norma
pertumbuhan ekonomi terbangun dengan baik. 
Di negara-negara kaya, terutama yang penduduk utamanya berasal dari Inggris seperti Amerika
Serikat, Kanada, stimulus utama menuju lepas landas adalah teknologi. dalam kasus umum,
tahap lepas landas tidak hanya menunggu terbentuknya modal eksploitasi sosial dan
perkembangan teknologi di sektor industri dan pertanian, tetapi juga menunggu kemunculan
kekuasaan politik dari suatu kelompok.
Selama tahap lepas landas, industri berkembang dengan pesat, banyak industri baru
bermunculan. Pada gilirannya merangsang kebutuhan atas layanan jasa yang mendukung para
pekerja industri. Pesatnya industri di masa ini memberikan peningkatan pendapatan para pekerja.
Tabungan mereka gunakan untuk terlibat dalam kegiatan sektor modern. Dari sini muncul kelas
baru pengusaha.
Setelah tahap lepas landas, suatu negara membutuhkan waktu 50 – 100 tahun untuk mencapai
tahap kedewasaan.
Menuju Kedewasaan
Sekurangnya dibutuhkan waktu 40 tahun setelah lepas landas, level kedewasaan ekonomi suatu
negara dapat tercapai. Fokus perekonomian kini bergeser dari industri dan teknologi menuju
proses perluasan yang lebih baik dan secara teknologi seringkali lebih kompleks. Tahap
kedewasaan merujuk pada kebutuhan ekonomi untuk melakukan difersifikasi. Ini adalah tahapan
di mana suatu perekonomian menunjukkan kapasitas teknologi maupun manajerial untuk
memproduksi bukan segalanya, melainkan apa saja yang dikehendaki untuk diproduksi.
Difersifikasi ini pada akhirnya mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan standar hidup,
seperti misalnya masyarakat tidak perlu lagi mengorbankan kenyamanannya untuk menguatkan
sektor tertentu. 
Zaman Konsumsi Massa Tinggi
Zaman konsumsi massa tinggi merupakan periode yang kini dialami oleh banyak warga Negara
Barat di mana konsumen cenderung pada barang konsumsi yang tahan lama. Pada tahap
sebelumnya, terjadi dua hal penting yaitu pendapatan riil per kapita naik pada titik dimana
sebagian besar masyarakat memiliki tingkat konsumsi yang melebihi kebutuhan dasar.
Sebagai kelanjutan dari tahap kedewasaan ekonomi, masyarakat tak lagi berhasrat besar
melakukan ekspansi ekonomi. Masyarakat cenderung menggunakan sumber daya yang
bertambah untuk kesejahteraan dan tunjangan sosial. 
Setelah melewati zaman konsumsi tinggi, perilaku masyarakat bergeser pada perilaku menikmati
hasil-hasil pembangunan. Rostow menggunakan dinamika Buddenbrooks sebagai metafor untuk
menjelaskan perubahan sikap masyarakat. Masyarakat pasca-konsumsi layaknya cerita dalam
Buddenbrooks, novel karya Thomas Mann yang bercerita tentang sebuah keluarga tiga generasi.
Generasi pertama memiliki minat pada pengembangan ekonomi, generasi kedua fokus pada
penguatan sektor ekonomi dalam struktur sosial. Sementara generasi ketiga lebih condong pada
penggunaan uang dan kebutuhan prestise melalui dunia seni dan musik.
Teori Dinamika Produksi
Tahapan pembangunan tidak hanya deskriptif, tidak pula hanya suatu cara untuk menggeneralisir
beberapa pengamatan faktual tentang urutan pertumbuhan masyarakat. Tahapan pembangunan
memiliki logika tersendiri yang berkesinambungan. Tahapan tersebut mempunyai kerangka
analitik yang berakar pada teori dinamika produksi.
Teori klasik pembangunan dirumuskan berdasarkan asumsi dasar yang statis yang membatasi
atau hanya mengijinkan variabel yang paling relevan dengan proses pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana upaya ahli ekonomi modern untuk menggabungkan teori produksi klasik dengan
analisis pendapatan Keynessian, mereka mengenalkan variabel dinamis seperti populasi,
teknologi, kewirausahaan dan lain lain. Tetapi mereka cenderung terlalu kaku dan umum
sehingga model yang mereka tawarkan tidak dapat menarik fenomena penting dari pertumbuhan,
justru terlihat seperti ahli sejarah ekonomi.
Kita butuh sebuah teori produksi dinamis yang mengisolasi tidak hanya distribusi pendapatan
antara konsumsi, menabung dan investasi (dan keseimbangan produksi antara konsumer dan
modal barang), tetapi juga yang secara langsung memfokuskan pada komposisi investasi dan
pembangunan dalam sektor ekonomi tertentu.

Diposkan oleh feminisme di 19:23 0 komentar

Posting Lama Beranda


Langgan: Entri (Atom)

Mengenai Saya

feminisme
surabaya, jawa timur, Indonesia
Lihat profil lengkapku

World Clocks

Template by : kendhin x-template.blogspot.com

Teori tahapan linier


dalam teori tahapan linier digambarkan oleh WW Rostow dan Harrod Domar. tahap-tahap
pertumbuhan Rostow. lima tahapan ekonomi yang ada, yakni :

1. tahapan masyarakat tradisional


2. tahapan penyusunan kerangka dasar/prasyarat tinggal landas menuju pertumbuhan
berkesinambungan yang berlangsung secara otomatis
3. Tahapan tinggal landas
4. Tahapan menuju kematangan ekonomi/kedewasaan
5. Tahapan konsumsi tinggi

salah satu faktor pembangunan untuk tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana
tabungan guna menciptakan bekal investasi dalam jumlah yang memadai untuk mempercfepat
laju pertumbuhan ekonomi
adapun mekanisme perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat
pertumbuhan ekonomi, dapat diterangkan melalui model pertumbuhan Harrod Domar

Model pertumbuhan Harood Domar


dari persamaan Harood Domar dalam teori pertumbuhan ekonomi secara jelas menyatakan
bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi secara jelas dinyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP
ditentukan secara bersama-sama oleh rasion tabungan nasional,s serta rasio modal output
nasional, k. secara lbeih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan ration
tabungan dan secara negative atau perbandingan terbalik terhadap rasio modal output dari suatu
perekonomian

BAB 3 PDB, PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PDB, PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN

STRUKTUR EKONOMI

1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN STRUKTUR EKONOMI 

Kesejahteraan masyarakat dari aspek eknomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional
perkapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah
satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena
itu tidak mengherankan jika pada awal pembagnunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan
pembangunan eknomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia
yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan juga besar, sehingga
pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari laju
pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat perkapita dapat tercapai.

Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan
dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai
dengan program pembangunan sosial (ADB, 2004)

 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 

Sebelum membahas tentang pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu kita akan bahas beberapa teori
pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan beberapa ahli. Pada abad-19 banyak ahli ekonomi yang
menganalisis dan membahas, serta mengemukakan teori-teori tentang tingkat-tingkat pertumbuhan
ekonomi. Antara lain Retrich List, Brunohilder Brand, Karl Bucher dan Walt Whitman Rostow.
Retrich List adalah penganut paham laisser-vaire dan berpendapat bahwa sistim ini dapat menjamin
alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri tetap diperlukan.

Brunohilder Brand adalah pengkritik Retrich List, mereka mengatakan bahwa perkembangan masyarakat
atau ekonomi bukan karena sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode
distribusi yang digunakan. Brunohilder Brand mengemukakan 3 (tiga) sistim distribusi yaitu :

1. Natural atau perekonomian barter

2. Perekonomian uang

3. Perekonomian kredit

Sedangkan Karl Bucher mempunyai pendapat yang serupa walaupun tidak sama. Karl Bucher
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3 (tiga) tingkatan yaitu :

1. Produksi untuk kebutuhan sendiri

2. Perekonomian kota, dimana pertukaran sudah meluas

3. Perekonomian nasional, dimana peranan pedagang-pedagan tampak makin penting jadi barang-
barang itu diproduksi untuk pasar. Ini merupakan gambaran revolusi di Jerman.
Walt Whitman Rostow dalam bukunya : De Stages of Economic Growth mengemukakan bahwa proses
pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam 5 tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke
dalam salah satu tahap dari 5 tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi Rostow adalah :

1. Tahap masyarakat tradisional

2. Tahap prasyarat lepas landas

3. Tahap lepas landas

4. Gerakan kea rah kedewasaan

5. Masa konsumsi tinggi

 2. PERTUMBUHAN EKONOMI SELAMA ORDE LAMA HINGGA SAAT INI

Sejak kemerdekaan pada tahun 1945, masa orde lama, masa orde baru sampai masa sekarang (masa
reformasi) Indonesia telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi. Peralihan dari orde
lama dan orde baru telah memberikan iklim politik yang dinamis walaupun akhirnya mengarah ke
otoriter namun pada kehidupan ekonomi mengalami perubahan yang lebih baik.

 ORDE LAMA 

Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan, sebagai dampak ketidakstabilan
politik dan seringnya pergantian cabinet.

 ORDE BARU 

Pada masa pemerintahan orde baru dicanangkan pembangunan dibidang perekonomian. Pengertian
perencanaan bermakna sangat kompleks apa lagi disertai dengan istilah pembangunan. Sampai
sekarang belum ada defenisi perencanaan yang memuasakan semua semua pihak, karena masing-
masing ahli tentang perencanaan mendefenisikan menurut pengertiannya masing-masing.
Y. Dior dalam bukunya “The Planing Process” mengatakan bahwa perecanaan adalah suatu proses
penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan
pada pencapaian sasaran tertentu. Dengan defenisi tersebut bahwa perencanaan mempunyai unsur -
unsur sebagai berikut :

1. Berhubungan dengan hari depan

2. Menyusun seperangkat kegiatan secara sistematis

3. Dirancang untuk mencapai tujuan tertentu

3. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 

Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonom Indonesia, secara umum adalah :

1. Faktor produksi

2. Faktor investasi

3. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran

4. Faktor kebijakan moneter dan inflasi

5. Faktor keuangan negara

Chenery mengatakan bahwa perubahan struktur ekonomi disebut sebagai transformasi struktur yang
diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposisi agregat
demand (AD), ekspor-impor (X-M). Agregat supplay (AS) yang merupakan produksi dan penggunaan
faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berlanjut (Tambunan, 2003).

Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari
Arthur Lewis tentang teori migrasi dan hoilis chenery tentang teori transportasi struktural. Teori Lewis
pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan daerah
perkotaan. Dalamnya Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi
menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sector pertanian dan
perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sector utama. Karana perekonomiannya
masih bersifat tradisional dan sub sistem, dan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka terjadi
kelebihan supplay tenaga kerja.

4. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI 


Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur agraris
(agricultural), industri (industrial), niaga (commercial) hal ini tergantung pada sector apa/mana yang
dapat menjadi tulang punggung perekonomian negara yang bersangkuatan.

Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan pergeserannya secara keuangan
(spasial). Ditinjau dari sudut pandang keuangan (spasial), struktur perekonomian telah bergeser dari
struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan modern.

Struktur perekonomian indoensia sejak awal orde baru hingga pertengahan dasa warsa 1980-an
berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan BUMN dan BUMD sebagai perpanjangan
tangannya merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan dasa warsa
1990-an peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu sesudah secara
eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar
dalam perekonomian nasional.

Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya dapat dikatakan bahwa struktur
perekonomian selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam
struktur ekonomi yang sentralistik, pembuatan keputusan (decision-making) lebih banyak ditetapkan
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintah (bottom-up).

REFERENSI :

1. http://jodybaadillah.blogspot.com/2010/11/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-era.html

2.http://ekonomindo.blogspot.com/search/label/SESSION%203%20-%20Pertumbuhan%20dan
%20Perubahan%20Struktur%20Ekonomi 

Diposkan oleh Lisna aswida di 20:13

0 komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

aftar Pustaka

 Ball, Culloch. (2000). Bisnis Internasional. Jakarta: Salemba Empat dan Mc. Graw-Hill.
 Chacholiades. (1990). International Economic. Singapore: Mc Graw-Hill International
Edition.
 Hamdy. (2000). Ekonomi Internasional. Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
 Irawan dan M. Suparmoko. (2002). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE.
 Lincoln Arsyad. (2004). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
 Matondang. (1997). Intisari Ekonomi Internasional. Jakarta: Pascasarjana Universitas
Krisnadwipayana.
 Nopirin. (1991). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.
 Salvator. (1995). Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.
 Emil Salim. (1981). Pengantar Industrialisasi. Jakarta: UI Press.
 Todaro, Michel P. (1983). Economic Development in the Third World, Oxford
University Press, Dar es Salaam.
 Todaro, Michel P. (2004). Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga

You might also like