Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dari itu seyogyanya setiap manusia dapat memanajemeni setiap resiko yang dihadapinya agar
tidak menimbulkan kerugian atau setidaknya meminimalisir kerugian yang akan terjadi.
Salah satu alat manajemen resiko adalah Asuransi. Perusahaan Asuransi merupakan lembaga
keuangan non bank yang mempunyai peranan berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang
layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Bisnis pertanggungan resiko ini walaupun sudah cukup lama beroperasi
di Indonesia, namun nampaknya masih belum terlalu populer bagi masyarakat. Keterbatasan
pemahaman masyarakat terhadap jenis usaha ini tampaknya masih menjadi masalah utama.
Selain itu ketakutan masyarakat berurusan dengan asuransi juga menjadi salah satu masalah
Selain sebagai alat manajemen resiko asuransi juga dapat menjadi alat pengendalian biaya,
seperti masa sekarang ini dimana biaya kesehatan kian mahal dan menurunkan kemampuan
masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, asuransi kesehatan
dapat menjadi jawaban ketidak pastian biaya yang akan dikeluarkan dimasa yang akan datang.
1
Asuransi mengubah besaran biaya kesehatan yang tidak pasti terjadi di masa yang akan datang
Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
PT Jasa Raharja(Persero) adalah perusahaan asuransi kerugian yang telah lama berdiri
keuangan yang menurut penulis penting untuk diperhatikan dan mungkin diangkat untuk menjadi
karakteristik yang unik. Pendapatan premi bulanan yang diterima oleh perusahaan asuransi Jasa
Raharja ternyata tidak menganggur, uang melimpah ini diputar lagi lewat instrument-instrument
pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksadana. Jadi teknisnya dalam operasinya tidak ada
idle money dalam jumlah besar di perusahaan Jasa Raharja. Selain itu, Cadangan teknis yang
merupakan akun yang biasanya ada di dalam laporan keuangan perusahaan asuransi pada
Berangkat dari hal ini penulis merasa tertarik untuk membawa topik ini menjadi sebuah
penelitian yang mengangkat masalah “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. JASA
RAHARJA (PERSERO)”
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
sebagai berikut:
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis menetapkan
Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak,
1. Bagi penulis :
2. Bagi perusahaan :
diharapkan.
3. Bagi mahasiswa:
3
Untuk dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh rekan-rekan sesama mahasiswa yang
lebih lanjut.
Sebagai bahan bacaan, informasi tentang tingkat rentabilitas suatu perusahaan, dan
Referensi untuk menambah wawasan serta menjadi bahan masukan yang berguna
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan diharapkan bias member informasi tentang perusahaan,
dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi industry, kondisi ekonomi, bias
memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan. Ada tiga
macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan Rugi Laba, (3)
Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama
periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
laporan keungannya disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang.
Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus
kas dari sumber dana yang ada. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan
perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi 2001:178). Kinerja
perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik, laporan berupa
neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu
gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan
investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan 27 risiko
5
atas penilaian tersebut (Weston Brigham,1993: 86). Dengan demikian pengukuran kinerja dari
laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang
4. Analisis Rasio
5. Analisis Khusus
a. Ramalan Kas
e. Analisis Dupont
Dari sisi lain Foster (1986:58) mengemukakan beberapa teknis analisis sebagai berikut:
6
2.1. Trend Statement
Harahap (1996) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Metode Komparatif
Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna
a. Intra perusahaan
b. Inter perusahaan
c. Industrial Norm
d. Budget
2. Trend Analysis-horizontal
Indeks
Numbers
3. Membuat Laporan Keuangan dalam bentuk Common Size Financial Statement, atau
5. Analisis Rasio
a. Likuiditas
b. Profitabilitas/Rentabilitas
7
c. Solvabilitas
d. Leverage
e. Aktivitas
Dupont Analysis
8. Model Analisis
Bond Rating
Bankrupty model
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil
usaha, posisi financial, dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi
financial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan. Selain itu
laporan keuangan disusun dengan tujuan memberikan informasi keuangan mengenai suatu
8
yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan, termasuk manajemen untuk mengelola
Analisis komparatif yang dilakukan atas laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan
merupakan alat analisis yang paling tepat diterapkan untuk mengetahui kinerja dari posisi dan
prestasi keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena analisis komparatif dan konsep kinerja
keuangan itu sendiri mempunyai sisi integrative sehingga dapat memberi gambaran menyeluruh
Pada analisis vertical, atau yang dikenal sebagai common size analysis, kita
menganalisis laporan keuanagn untuk satu periode tertentu dengan cara membandingkan
pos yang satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan
persentase dimana salah satu pos ditetapkan patokan 100%. Analisis vertical merupakan
analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan
suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsure tertentu laporan laba rugi
Analisis vertikal didasarkan pada satu tahun dasar yang dianggap sebagai basis
disebut analisis indeks. Analisis vertical dan analisis indeks, yang menganalisis trend
laporan keuangan dalam bentuk persentase selama waktu tertentu, berguna bagi analisis
9
2.1.2.2 Analisis Horizontal
Pada analisis vertikal kita membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam satu
periode, maka pada analisi horizontal kita membandingkan pos-pos laporan keuangan
untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan
dan perkembangan masing-masing pos selama jangka waktu tertentu. Metode analisi
horizontal disebut juga sebagai metode analisis dinamis karena meliputi dua periode atau
lebih.
Untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan yang terjadi, baik dalam neraca
maupun laba rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir,
apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Analisis yang dipakai dengan cara
membendingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan
lain dengan laporan keuangan perusahaan. Rasio merupakan pernyataan yang sederhana
Analis rasio merupakan salah satu dasar untuk mengambil keputusan,yaitu hubungannya
leverage, aktivitas, dan profitabilitasdari suatu perusahaan. Rasio keuangan terbagi atas:
10
Berikut ini akan dijelaskan dan diuraikan penggolongan rasio berdasarkan tujuan
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan. Walaupun tidak berbicara solvabilitas, namun likuiditas yang buruk dalam
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rumusnya adalah :
Aktiva Lancar
Current Ratio=
Utang Lancar
Acid-test ratio atau quick ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah
persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dikeluarkan.
Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan merupakan komponen
aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih
besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan
11
dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Beberapa rasio yang
digunakan adalah :
Rasio yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang
Rumusnya adalah :
Total Hutang
Total Debt to Total Assets Ratio/DAR = x 100 %
Total Aktiva
b. Total Debt To Equity Ratio (Rasio Total Utang Terhadap Total Modal)
Rasio yang menunjukkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan hutang dengan cara membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas
Rumusnya adalah :
Total Hutang
Total Debt to Total Equity Ratio = x 100%
total ekuitas
3. Rasio Profitabilitas
tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Rasio yang digunakan antara lain :
Rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
Laba Bersih
Net Profit Margin= × 100 %
Penjualan (Pendapatan )
12
b. Return On Asset (ROA)
Laba Bersih
Return on Asset= × 100 %
Total Aktiva
Rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
Laba Bersih
Return on Equity= × 100 %
Modal Sendiri
100/MBU/2002
Penilaian Kinerja BUMN melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-100/MBU/2002 tangga l4 juni 2002 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Badan
Usaha Milik Negara. Landasan dari keputusan BUMN ini karena diperlukannya sarana dan
sisitem penilaian kinerja BUMN yang dapat mendorong perusahaan kearah peningkatan efisiensi
dan daya saing guna menghadapi perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang
semakin terbuka.
Istilah kesehatan dimaksudkan sebagai keadaan BUMN pada saat dan atau periode
tertentu. Istilah ini lasim digunakan pada perusahaan-perusahaan milik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Dalam ilmu manajemen dan akuntansi, istilah kesehatan ini tidak lazim
dikenal bahkan tidak dikenal. Istilah yang sering digunakan dalam manejemen dan akuntasi
13
Penilaian tingkat kesehatan BUMN dalam surat keputusan tersebut meliputi tiga aspek
yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Pembobotan setiap aspek
tergantung pada pengelompokan BUMN kedalam BUMN infrastruktur dan BUMN Non-Infra
struktur. Pada BUMN non infrastruktur bobot untuk setiap aspek masing-masing sebesr 70 untuk
aspek keuangan, 15 untuk aspek operasional dan 15 untuk aspek adminitrasi. Dalam penilaian
kinerja ini yang akan dibahas hanya dari salah satu dari ketiga aspek yang ada dari penilaian
kinerja menurut Penilaian Tingakt Kesehatan BUMN tersebut yaitu aspek Keuangan.
Berikut ini aspek keuangan dalam penilaian kinerja berdasarkan keputusan Menteri
Dalam aspek keuangan terdiri dari delapan (8) indikator pengukuran, yaitu:
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari invetasi para pemilik
Dimana :
Laba Setelah Pajak
ROE = × 100 %
Modal Sendiri
14
Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari aktiva tetap, aktiva non produktif, aktiva lain-lain dan saham
penyertaan langsung.
Modal sendiri adalah komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada
poisi akhir tahun buku dikurangi komponen modal sendiri yang digunakan
untuk membiayai aktiva tetap dalam pelaksanaan dan laba tahun berjalan.
ROE ( % ) SKOR
15 < ROE 20
13 < ROE ≤ 15 18
11 < ROE ≤ 13 16
9 < ROE ≤ 11 14
7,9 < ROE ≤ 9 12
6,6 < ROE ≤ 7,9 10
5,3 < ROE ≤ 6,6 8,5
4 < ROE ≤ 5,3 7
2,5 < ROE ≤ 4 5,5
1 < ROE ≤ 2,5 4
0 < ROE ≤ 1 2
ROE < 0 0
2. Return On Investment
seluruh sumber-sumbernya. Dalam surat keputusan tersebut ROI dihitung dengan cara:
EBIT + Penyusutan
Dimana :
ROI = × 100 %
Capital Employed
EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan
dari aktiva tetap, aktiva lain-lain, aktiva non produk, dan saham penyertaan
langsung.
15
Penyusutan adalah depreiasi, amortisasi, dan deplesi.
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi
ROI ( % ) SKOR
18 < ROI 15
15 < ROI ≤ 18 13,5
13 < ROI ≤ 15 12
12 < ROI ≤ 13 10,5
10,5 < ROI ≤ 12 9
9 < ROI ≤ 10,5 7,5
7 < ROI ≤ 9 6
5 < ROI ≤ 7 5
3 < ROI ≤ 5 4
1 < ROI ≤ 3 3
0 < ROI ≤ 1 2
ROI < 0 1
yang akan jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan ( baik yang ada dalam
perusahaan maupun yang ada dibank yang sewaktu-waktu dapat digunakan ) dan surat
berharga jangka pendek. Untuk menghitungrasio kas ini digunakan rumus sebagai berikut
Dimana :
Kas, Bank dan surat berharga jangka pendek adalah posisi masing-masing
16
Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun
buku.
Current Ratio menunjukkan seberapa jauh kewajiban jangka pendek kepada kreditur
dipenuhi oleh harta yang segera (biasanya satu tahun) menjadi kas. Atau dengan kata lain
raio ini digunakan untuk mengetahui kesangupan perusahaan mmenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Untuk menghitung rasio lancar ini digunakan rumus sebagai berikut :
C urrent Assets
Current Rasio = × 100 %
Current Liabilities
Dimana :
Current Asset adalah posisi total aktiva lancar pada akhir tahun buku
Current liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun
buku.
17
X < 90 0
5. Collection Period ( CP )
menjadi kas. Untuk menghitung collection period ini digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Total Piutang Usaha adalah posisi piutang usaha setelah dikurangi cadangan
Total Pendapatan Usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku.
6. Perputaran Persediaan ( PP )
Perputaran Persediaan adalah seberapa lama persediaan tersebut disimpan dalam satu
18
T otal Persediaan
Perputaran Persdiaan = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha
Dimana :
produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persedian bahan baku,
Total pendapatan usaha adalah jumlah pendapatan usaha dalam tahun buku
yang bersangkutan.
Perputaran total asset dalam surat keputusan ini adalah perbandingan antara
T otal Pendapatan
Dimana : Perputaran Total Asset = × 1 00 %
Capital Employed
Total pendapatan adalah Total Pendapatan usaha dan non usaha tetapi tidak
19
Capital Employed adalah hasil posisi akhir pada tahun total Aktiva dikurangi
Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsimodal sendiri terhadap total aset. Rasio
modal sendiri terhadap total asset dalam surat keputusan ini diperoleh dari :
Dimana :
Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri pada akhir tahun
Total Aset adalah total asset dikurangi dengan dana-dana yang belum
TMS / TA = X ( % ) SKOR
< X < 0 0
0 ≤ X < 10 4
10 ≤ X < 20 6
20 ≤ X < 30 7,25
20
30 ≤ X < 40 10
40 ≤ X < 50 9
50 ≤ X < 60 8,5
60 ≤ X < 70 8
70 ≤ X < 80 7,5
80 ≤ X < 90 7
90 ≤ X < 100 6,5
AA apabila 80 < TS ≤ 95
A apabila 65 < TS ≤ 80
BB apabila 40 < TS ≤ 50
B apabila 30 < TS ≤ 40
CC apabila 10 < TS ≤ 20
C apabila TS ≤ 10
BAB III
Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau
21
Peraturan Pemerintah (PP) No.3 tahun 1960, jo Pengumuman Menteri Urusan Pendapatan,
(delapan) perusahaan asuransi yang ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian Negara
(PAKN) dan sekaligus diadakan pengelompokan dan penggunaan nama perusahaan sebagai
berikut :
Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluyters & co, setelah
setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Dharma.
NV. Assurantie Kantoor OWJ Schlencker, NV. Kantoor Asuransi "Kali Besar", setelah
PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN Ika Sakti.
Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja, karena dengan adanya
tanggal 31 Desember 1960, keempat perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan
Asuransi Kerugian Negara (PAKN) "Ika Karya." Selanjutnya PAKN Ika Karya berubah nama
Berdasarkan PP No.8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai dan segala
hutang piutang PNAK Eka Karya, mulai 1 Januari 1965 dibentuk Badan Hukum baru dengan
nama 'Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja" dengan tugas khusus mengelola
pelaksanaan Undang-Undang (UU) No.33 dan Undang-Undang (UU) No.34 tahun 1964.
Penunjukkan PNAK Jasa Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan
22
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.
Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum)
Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan
tindak lanjut dikeluarkannya UU. No.9 tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Badan Usaha
Negara.
Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 dan melalui Surat Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang pada setiap tahun dan terakhir
No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964,
Jasa Raharja diberi tugas baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian
sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi
mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum
Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980 berdasarkan pp No.39 tahun 1980
tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja, yang kemudian
pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28
Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas
Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut perbaikannya dengan Akta No.63 tanggal 17
23
BAB IV
PEMBAHASAN
dari tujuan laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk meramalkan
24
kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hubungan antara jumlah-jumlah dalam laporan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal
adalah; Neraca, Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
TABEL 4.1
PT JASA RAHARJA (PERSERO)
NERACA
PER 31 DESEMBER 2007-2009
Neraca
Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Rp Rp Rp
Aktiva
Investasi
Aktiva Lacar
25
Kas dan bank 92,116,075,794 132,832,257,126 136,292,375,746
Aktiva tetap
Aktiva Lain-lain
KEWAJIBAN
26
Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 161,666,396,595 295,548,389,160
EKUITAS
Hak Minoritas :
Hak Mayoritas :
27
TABEL 4.2
Laba/Rugi
Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Rp Rp Rp
A. Pendapatan Underwriting
B. Biaya Underwriting
Biaya Klaim
28
Jumlah Biaya Klaim 612,599,996,686 1,210,780,570,989 1,675,120,545,307
I. Pajak Penghasilan :
Secara umum, dari data laporan keuangan di atas yang terdiri dari laporan neraca dan rugi
laba selama tiga tahun terakhir nampak bahwa pada laporan neraca dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dari Rp. 2,497,980,394,375 pada tahun 2007 menjadi Rp.
3,021,827,621,251 pada tahun 2008 dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi Rp.
29
4,290,226,059,831. Peningkatan pada periode 2007-2008 disebabkan antara lain oleh investasi
disektor reksadana dan asset tetap, sedangkan di sisi kewajiban peningkatan signifikan terhadap
Estimasi Klaim retensi sendiri & premi yang belum merupakan pendapatan menjadi penggerak.
Perlu dicermati disini adalah krisis finansial yang berdampak pada jatuhnya IHSG pada tahun
2008 mempengaruhi investasi saham&obligasi dari Jasa raharja. Investasi pada sektor ini
943,391,107,271 pada tahun 2008. Kenaikan pada periode 2008-2009 salah satunya diakibatkan
36,686,915,298.
Sedangkan pada laporan rugi laba, laba bersih jasa raharja berfluktuasi, sempat turun pada
kenaikan ini sangat besar malampaui pencapaian laba bersih pada tahun 2007.
digunakan patokan pada total aktiva dan pasiva sedangkan pada laporan laba rugi digunakan
pendapatan kotor sebagai patokannya. Hasil perhitungan analisis vertikal pada neraca dan
laporan laba rugi pada PT Jasa Raharja (Persero) dapat dilihat sebagai berikut:
TABEL 4.3
PT. JASA RAHARJA (PERSERO)
ANALISIS VERTIKAL PADA NERACA
PER 31 DESEMBER 2007-2009
Neraca
Keterangan 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Rp % Rp % Rp %
Aktiva
30
Investasi
Deposito berjangka 648,856,017,700 30% 481,779,767,700 18% 742,253,267,700 19%
saham&obligasi 1,365,526,927,331 64% 943,391,107,271 36% 2,006,703,632,050 52%
penyertaan langsung 16,899,970,133 1% 17,797,882,605 1% 16,616,188,985 0%
Reksadana 99,276,767,936 5% 1,175,265,539,537 45% 1,058,493,333,995 28%
Jumlah investasi 2,130,559,683,100 100% 2,618,234,297,113 100% 3,824,066,422,730 100%
persentase investasi terhadap total aktiva 85% 87% 89%
Aktiva Lacar
Kas dan bank 92,116,075,794 44% 132,832,257,126 62% 136,292,375,746 54%
Piutang premi 84,962,789,605 40% 94,645,328,113 44% 94,346,684,567 38%
Cadangan penyisihan piutang premi (19,525,391,048) -9% (67,230,839,210) -31% (73,936,165,104) -29%
Piutang reasuransi 17,990,809,964 9% 19,021,511,169 9% 18,629,509,667 7%
Piutang lain 36,084,459,779 17% 34,918,780,687 16% 75,541,548,307 30%
Jumlah 211,628,744,094 100% 214,187,037,885 100% 250,873,953,183 100%
persentase akt. Lancar terhadap total aktiva 8% 7% 6%
Aktiva tetap
Tanah, Bangunan dan Aktiva Tetap Lain 305,982,413,931 205% 361,086,769,340 199% 400,528,315,158 194%
-
Akumulasi Penyusutan (157,033,670,561) 105% (179,431,584,392) -99% (193,676,207,601) -94%
148,948,743,370 100% 181,655,184,948 100% 206,852,107,557 100%
Aktiva Dalam Proses 179,065,300 0% 179,065,300 0% 179,065,300 0%
Jumlah 149,127,808,670 100% 181,834,250,248 100% 207,031,172,857 100%
persentase akt. Ttp terhadap total aktiva 6% 6% 5%
Aktiva Lain-lain
Aktiva Lain-lain 5,165,360,650 78% 6,285,914,713 83% 6,928,275,443 84%
Aktiva Pajak Tangguhan 1,498,797,861 22% 1,286,121,292 17% 1,326,235,618 16%
Jumlah 6,664,158,511 100% 7,572,036,005 100% 8,254,511,061 100%
persentase akt. Lain2 terhadap total aktiva 0% 0% 0%
JUMLAH AKTIVA 2,497,980,394,375 100% 3,021,827,621,251 100% 4,290,226,059,831 100%
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
Utang Klaim 14,845,437,251 2% 7,864,603,101 1% 17,977,792,909 1%
Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 10% 161,666,396,595 12% 295,548,389,160 18%
Premi Yg. belum mrpk. pendapatan 586,005,105,782 70% 940,814,993,798 70% 1,131,570,029,972 67%
Utang Reasuransi 43,775,944,916 5% 40,290,420,516 3% 40,287,143,078 2%
Utang Pajak 43,753,363,233 5% 92,768,367,307 7% 45,948,177,846 3%
Utang Lain 68,236,949,134 8% 103,681,860,481 8% 151,170,215,707 9%
Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 100% 1,347,086,641,798 100% 1,682,501,748,672 100%
persentase kewajiban terhadap total
kewajiban&ekuitas 34% 45% 39%
Kewajiban Imbalan Paska Kerja 4,660,660,477 0% 6,058,426,357 0% 7,482,954,718 0%
Kewajiban Pajak Tangguhan - 0% 47,346,386 0% 754,325,600 0%
EKUITAS
Hak Minoritas :
Modal Saham 20,000,000,000 30% 20,000,000,000 25% 20,000,000,000 35%
Cadangan 31,928,147,594 47% 40,274,571,133 50% 26,192,330,454 46%
Laba Tahun Berjalan 15,788,023,539 23% 20,082,889,776 25% 10,198,736,640 18%
Jumlah Hak Minoritas 67,716,171,133 100% 80,357,460,909 100% 56,391,067,094 100%
31
Hak Mayoritas :
Modal Disetor 500,000,000,000 32% 800,000,000,000 50% 800,000,000,000 31%
Cadangan 559,173,135,880 35% 613,343,319,661 39% 819,961,669,426 32%
Kenaikan (Penurunan) Harga Pasar
Surat Berharga 4,192,989,852 0% (143,659,533,058) -9% (540,605,661) 0%
Laba Tahun Berjalan 519,290,323,090 33% 318,593,959,198 20% 923,674,899,982 36%
Jumlah Hak Mayoritas 1,582,656,448,822 100% 1,588,277,745,801 100% 2,543,095,963,747 100%
Jumlah Ekuitas 1,650,372,619,955 1,668,635,206,710 2,599,487,030,841
persentase ekuitas terhadap total kewjbn&ekuitas 66% 55% 61%
JUMLAH KEWJIBN DAN EKUITAS 2,497,980,394,375 100% 3,021,827,621,251 100% 4,290,226,059,831 100%
TABEL 4.4
PT JASA RAHARJAI(Persero)
Laba/Rugi
Keterangan 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Rp % Rp % Rp %
A. Pendapatan Underwriting
Premi bruto 1,623,040,135,579 85% 2,542,124,193,178 103% 3,004,783,856,860 82%
Premi reasuransi (161,057,201,764) -8% (192,562,414,740) -8% (167,353,905,623) -5%
kenaikan premi yang belum
merupakan pendapatan (62,412,407,132) -3% (354,809,888,017) -14% (190,755,036,173) -5%
Jumlah pendapatan underwriting 1,399,570,526,683 73% 1,994,751,890,421 81% 2,646,674,915,064 73%
B. Biaya Underwriting
Biaya Klaim
Klaim bruto 633,352,533,494 33% 1,169,958,787,850 61% 1,590,616,783,556 44%
32
E. Biaya Usaha 331,654,225,066 17% 365,074,663,479 15% 439,566,138,167 12%
F. Laba Usaha (C+D‐E) 384,349,879,679 20% 81,054,182,616 3% 592,601,527,695 16%
G. Pendapatan (Biaya) Lain 316,857,290,483 17% 459,361,741,582 19% 560,084,803,462 15%
H. Laba (Rugi) Sebelum pajak (F+G) 701,207,170,162 37% 540,415,924,198 22% 1,152,686,331,157 32%
I. Pajak Penghasilan :
Pajak Penghasilan Kini 167,377,543,975 9% 201,479,052,268 8% 218,145,829,646 6%
Pajak (Penghasilan) Tangguhan (1,248,720,442) 0% 260,022,956 0% 666,864,889 0%
166,128,823,533 9% 201,739,075,224 8% 218,812,694,535 6%
J. Laba Bersih Sebelum Bagian
Pemilik Minoritas (H‐I) 535,078,346,629 28% 338,676,848,974 14% 933,873,636,622 26%
K. Laba Bagian Pemilik Minoritas (15,788,023,539) -1% (20,082,889,776) -1% (10,198,736,640) 0%
Tahun 2007
Pada tahun 2007 sangat terlihat jelas investasi perusahaan sangat besar pada sector deposito,
penyertaan, reksadana, saham, dan obligasi. Persentase investasi terhadap aktiva adalah sebesar
85% yang berarti sebagian besar uang perusahaan ada pada instrument tersebut. Sedangkan pada
aktiva lancar dan aktiva tetap perbandingannya pada total aktiva adalah masing-masing 8% dan
6%.
Pada sisi kewajiban serta ekuitas besaran persentasenya terhadap total pasiva adalah masing-
Tahun 2008
Berdasarkan analisis vertikal untuk tahun 2008 pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa
persentase investasi dari total aktiva mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu
menjadi sebesar 87%. Dalam hal ini walupun investasi pada sector obligasi dan saham turun
33
drastis namun, investasi reksadana menglami peningkatan pesat dari tahun sebelumnya.
Sedangkan persentase aktiva lancar mengalami penurunan menjadi 7%, hal ini menarik karena
bila dilihat nilai aktiva lancar sebenarnya naik dari tahun sebelumnya.
Disisi pasiva terjadi kenaikan signifikan terhadap kewajiban perusahaan menjadi 45%
Tahun 2009
Pada tahun 2009 keaikan kembali terjadi pada sector investasi menjadi 89% kenaikan
Tahun 2007
Berdasarkan data analisis vertikal laba-rugi di atas, untuk tahun 2007 diketahui
Pendapatan underwriting untuk tahun tersebut adalah sebesar 73% dari total
pendapatan. Sedangkan biaya underwriting sebesar 46% dari total pendapatan, jadi hasil
underwriting adalah 27%. Hasil investasi tercatat sebesar 10% dan biaya usaha 17%. Laba
Tahun 2008
Terjadi penurunan laba bersih dari tahun sebelumnya (2007) sebesar 27% menjadi
13%. Pada tahun tersebut hasil underwriting mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
menjadi sebesar 17%, hal ini disebabkan kenaikan biaya underwriting menjadi 63%.
34
Penurunan terbesar terjadi pada laba usaha yang turun 17% menjadi hanya 3%, hal ini
dikarenakan antara lain oleh penurunan hasil underwriting dan hasil investasi. Hasil
investasi yang tercatat 10% dari total pendapatan pada tahun 2007 pada tahun 2008 hanya
sebesar 1%.
Tahun 2009
Untuk tahun ini, laba bersih adalah 25% dari total pendapatan. Tidak seperti tahun
sebelumnya, kali ini terjadi kenaikan laba bersih dari tahun sebelumnya (2008) sebesar 12%.
Hasil underwriting turun 16%, tetapi terjadi perbaikan terhadap laba usaha yang naik
menjadi 16%.
Seperti halnya pada anlisis vertikal, analisis horizontal pada PT. Jasa Raharja (Persero).
ini menggunakan data keuangan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2005, 2006 dan tahun 2007.
Secara lengkap, analisis horizontal pada PT. Jasa Raharja (Persero) dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini.
35
36
TABLE 4.5
PT JASA RAHARJA(PERSERO)
Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Selisi
Rp RP RP h % Selisih % Selisih %
Aktiva
Investasi
481,779,767,70 (167,076,250,000 260,473,500,00
Deposito berjangka 648,856,017,700 0 742,253,267,700 - 0% ) -26% 0 54%
943,391,107,27 (422,135,820,060 1,063,312,524,77
saham&obligasi 1,365,526,927,331 1 2,006,703,632,050 - 0% ) -31% 9 113%
17,797,882,60 (1,181,693,620
penyertaan langsung 16,899,970,133 5 16,616,188,985 - 0% 897,912,472 5% ) -7%
1,175,265,539,53 (116,772,205,542
Reksadana 99,276,767,936 7 1,058,493,333,995 - 0% 1,075,988,771,601 1084% ) -10%
1,205,832,125,61
Jumlah investasi 2,130,559,683,100 2,618,234,297,113 3,824,066,422,730 - 0% 487,674,614,013 23% 7 46%
Aktiva Lacar
132,832,257,12 3,460,118,62
Kas dan bank 92,116,075,794 6 136,292,375,746 - 0% 40,716,181,332 44% 0 3%
37
(298,643,546
Piutang premi 84,962,789,605 94,645,328,113 94,346,684,567 - 0% 9,682,538,508 11% ) 0%
(19,525,391,048 (67,230,839,210 (73,936,165,104 (47,705,448,162 (6,705,325,894
Cadangan penyisihan piutang premi ) ) ) - 0% ) 244% ) 10%
19,021,511,16 (392,001,502
Piutang reasuransi 17,990,809,964 9 18,629,509,667 - 0% 1,030,701,205 6% ) -2%
34,918,780,68 (1,165,679,092 40,622,767,62
Piutang lain 36,084,459,779 7 75,541,548,307 - 0% ) -3% 0 116%
214,187,037,88 36,686,915,29
Jumlah 211,628,744,094 5 250,873,953,183 - 0% 2,558,293,791 1% 8 17%
Aktiva tetap
361,086,769,34 39,441,545,81
Tanah, Bangunan dan Aktiva Tetap Lain 305,982,413,931 0 400,528,315,158 - 0% 55,104,355,409 18% 8 11%
(157,033,670,561 (179,431,584,392 (193,676,207,601 (22,397,913,831 (14,244,623,209
Akumulasi Penyusutan ) ) ) - 0% ) 14% ) 8%
181,655,184,94 25,196,922,60
148,948,743,370 8 206,852,107,557 - 0% 32,706,441,578 22% 9 14%
179,065,30
Aktiva Dalam Proses 179,065,300 0 179,065,300 - 0% - 0% - 0%
181,834,250,24 25,196,922,60
Jumlah 149,127,808,670 8 207,031,172,857 - 0% 32,706,441,578 22% 9 14%
Aktiva Lain-lain
6,285,914,71 642,360,73
Aktiva Lain-lain 5,165,360,650 3 6,928,275,443 - 0% 1,120,554,063 22% 0 10%
1,286,121,29 (212,676,569 40,114,32
Aktiva Pajak Tangguhan 1,498,797,861 2 1,326,235,618 - 0% ) -14% 6 3%
682,475,05
Jumlah 6,664,158,511 7,572,036,005 8,254,511,061 - 0% 907,877,494 14% 6 9%
-
3,021,827,621,25 1,268,398,438,58
JUMLAH AKTIVA 2,497,980,394,375 1 4,290,226,059,831 - 0% 523,847,226,876 21% 0 42%
38
KEWAJIBAN
(6,980,834,150 10,113,189,80
Utang Klaim 14,845,437,251 7,864,603,101 17,977,792,909 - 0% ) -47% 8 129%
133,881,992,56
Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 161,666,396,595 295,548,389,160 - 0% 75,336,082,968 87% 5 83%
190,755,036,17
Premi Yg. belum mrpk. Pendapatan 586,005,105,782 940,814,993,798 1,131,570,029,972 - 0% 354,809,888,016 61% 4 20%
(3,485,524,400 (3,277,438
Utang Reasuransi 43,775,944,916 40,290,420,516 40,287,143,078 - 0% ) -8% ) 0%
(46,820,189,461
Utang Pajak 43,753,363,233 92,768,367,307 45,948,177,846 - 0% 49,015,004,074 112% ) -50%
47,488,355,22
Utang Lain 68,236,949,134 103,681,860,481 151,170,215,707 - 0% 35,444,911,347 52% 6 46%
335,415,106,87
Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 1,347,086,641,798 1,682,501,748,672 - 0% 504,139,527,855 60% 4 25%
1,424,528,36
Kewajiban Imbalan Paska Kerja 4,660,660,477 6,058,426,357 7,482,954,718 - 0% 1,397,765,880 30% 1 24%
706,979,21 1493
Kewajiban Pajak Tangguhan - 47,346,386 754,325,600 - 0% 47,346,386 4 %
EKUITAS
Hak Minoritas :
39
(9,884,153,136
Laba Tahun Berjalan 15,788,023,539 20,082,889,776 10,198,736,640 - 0% 4,294,866,237 27% ) -49%
(23,966,393,815
Jumlah Hak Minoritas 67,716,171,133 80,357,460,909 56,391,067,094 - 0% 12,641,289,776 19% ) -30%
Hak Mayoritas :
(147,852,522,910
- 143,118,927,39
Surat Berharga 4,192,989,852 (143,659,533,058) (540,605,661) - 0% ) 3526% 7 -100%
(200,696,363,892 605,080,940,78
Laba Tahun Berjalan 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982 - 0% ) -39% 4 190%
954,818,217,94
Jumlah Hak Mayoritas 1,582,656,448,822 1,588,277,745,801 2,543,095,963,747 - 0% 5,621,296,979 0% 6 60%
930,851,824,13
Jumlah Ekuitas 1,650,372,619,955 1,668,635,206,710 2,599,487,030,841 - 0% 18,262,586,755 1% 1 56%
0 1,268,398,438,58
JUMLAH KEWJIBN DAN EKUITAS 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831 - % 523,847,226,876 21% 0 42%
TABLE 4.6
PT JASA RAHARJA(PERSERO)
40
ANALISIS HORIZONTAL PADA RUGI LABA
Rp % Selisih % selisih %
A. Pendapatan Underwriting
Premi bruto 1,623,040,135,579 2,542,124,193,178 3,004,783,856,860 919,084,057,599 57% 462,659,663,682 18%
Premi reasuransi (161,057,201,764) (192,562,414,740) (167,353,905,623) (31,505,212,976) 20% 25,208,509,117 -13%
kenaikan premi yang belum
merupakan pendapatan (62,412,407,132) (354,809,888,017) (190,755,036,173) (292,397,480,885) 468% 164,054,851,844 -46%
Jumlah pendapatan underwriting 1,399,570,526,683 1,994,751,890,421 2,646,674,915,064 595,181,363,738 43% 651,923,024,643 33%
B. Biaya Underwriting
Biaya Klaim
Klaim bruto 633,352,533,494 1,169,958,787,850 1,590,616,783,556 536,606,254,356 85% 420,657,995,706 36%
Klaim reasuransi (29,047,570,537) (34,514,299,829) (49,650,905,864) (5,466,729,292) 19% (15,136,606,035) 44%
Kenaikan Estimasi klaim retensi
sendiri 8,295,033,729 75,336,082,968 134,154,667,615 67,041,049,239 808% 58,818,584,647 78%
Jumlah Biaya Klaim 612,599,996,686 1,210,780,570,989 1,675,120,545,307 598,180,574,303 98% 464,339,974,318 38%
Biaya Administrasi/Komisi Netto 74,742,289,142 88,912,533,144 89,960,096,818 14,170,244,002 19% 1,047,563,674 1%
Biaya underwriting lain neto 190,629,268,062 270,505,797,555 285,870,661,073 79,876,529,493 42% 15,364,863,518 6%
Jumlah Biaya Underwriting 877,971,553,890 1,570,198,901,688 2,050,951,303,198 692,227,347,798 79% 480,752,401,510 31%
C. Hasil Underwriting (A‐B) 521,598,972,793 424,552,988,733 595,723,611,866 (97,045,984,060) -19% 171,170,623,133 40%
D. Hasil Investasi 194,405,131,952 21,575,857,362 436,444,053,996 (172,829,274,590) -89% 414,868,196,634 1923%
E. Biaya Usaha 331,654,225,066 365,074,663,479 439,566,138,167 33,420,438,413 10% 74,491,474,688 20%
F. Laba Usaha (C+D‐E) 384,349,879,679 81,054,182,616 592,601,527,695 (303,295,697,063) -79% 511,547,345,079 631%
G. Pendapatan (Biaya) Lain 316,857,290,483 459,361,741,582 560,084,803,462 142,504,451,099 45% 100,723,061,880 22%
H. Laba (Rugi) Sebelum pajak
(F+G) 701,207,170,162 540,415,924,198 1,152,686,331,157 (160,791,245,964) -23% 612,270,406,959 113%
41
I. Pajak Penghasilan :
Pajak Penghasilan Kini 167,377,543,975 201,479,052,268 218,145,829,646 34,101,508,293 20% 16,666,777,378 8%
-
Pajak (Penghasilan) Tangguhan (1,248,720,442) 260,022,956 666,864,889 1,508,743,398 121% 406,841,933 156%
166,128,823,533 201,739,075,224 218,812,694,535 35,610,251,691 21% 17,073,619,311 8%
J. Laba Bersih Sebelum Bagian
Pemilik Minoritas (H‐I) 535,078,346,629 338,676,848,974 933,873,636,622 (196,401,497,655) -37% 595,196,787,648 176%
K. Laba Bagian Pemilik
Minoritas (15,788,023,539) (20,082,889,776) (10,198,736,640) (4,294,866,237) 27% 9,884,153,136 -49%
42
4.3.1 Analisis Horizontal Neraca
Tahun 2007-2008
Dari tahun 2007 ke 2008 rata-rata mengalami peningkatan pada setiap pos dalam neraca.
Kenaikan terbesar terjadi pada pos investasi sebesar 23%. Kenaikan yang signifikan dalam
Tahun 2008-2009
Dari tahun 2008 ke 2009 rata-rata mengalami kenaikan pada setiap pos dalam neraca.
Kembali Investasi mengalami kenaikan sebesar 46%. Namun kali ini bukan karena investasi
Tahun 2007-2008
Total pendapatan mengalami penurunan cukup besar yaitu 37%. Hal ini disebabkan
karena turunnya pendapatan Underwriting dan Investasi masing-masing sebesar 19% dan 89%.
Hal ini diperburuk lagi dengan naiknya biaya usaha sebesar 10% sehingga laba usaha anjlok
sebesar 79%.
Tahun 2008-2009
Laba Bersih mengalami kenaikan sebesar 190% dari tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan kenaikan hasil underwriting sebesar 40% dan hasil investasi yang naik hingga
1923%.
43
4.4.1 Rasio Likuiditas
kewajibannya yang segera jatuh tempo. Maka untuk mengetahuinya, diaplikasikan rasio-rasio
a. Cash Ratio
Cas h
Cash Ratio = x 100%
Current Liabilities
Berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui cash ratio selama tiga periode (2007-
2009) yaitu :
3,169,921,472 92,116,075,794
Tahun 2007 = x 100%
16,406,031,709 842,947,113,943
= 10.93%
14,272,490,325 132,832,257,126
Tahun 2008 = x 100%
26,381,756,900 1,347,086,641,798
= 9.86%
23,238,043,691 136,292,375,746
Tahun 2009 = x 100%
34,942,604,804 1,682,501,748,672
= 8.10%
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Adapun
rumusnya adalah
44
Cas h
Cash to total assets = x 100%
Total Assets
92,116,075,794
Tahun 2007 = x 100%
2,497,980,394,375
= 3.69%
8,544,998,756 132,832,257,126
Tahun 2008 = x 100%
25,361,304,235 3,021,827,621,251
= 4.40%
136,292,375,746
Tahun 2009 = x 100%
4,290,226,059,831
= 3.18%
c. Current Ratio
Current Assets
Current Ratio = x 100%
Current Liabilities
3,169,921,472 211,628,744,094
Tahun 2007 = x 100%
16,406,031,709 842,947,113,943
= 25.11%
14,272,490,325 214,187,037,885
Tahun 2008 = x 100%
26,381,756,900 1,347,086,641,798
= 15.90%
45
23,238,043,691 250,873,953,183
Tahun 2009 = x 100%
34,942,604,804 1,682,501,748,672
= 14.91%
Untuk lebih jelasnya, perkembangan rasio likuiditas tahun 2007-2009 dapat dilihat pada
Tabel 4.7
Likuidity Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009
Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Cash Ratio 10.93% 9.86% 8.10% -1% -2%
Cash to Total Assets Ratio 3.69% 4.40% 3.18% 1% -1%
Current Ratio 25.11% 15.90% 14.91% -9% -1%
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan secara umum rasio likuiditas
perusahaan periode 2007-2008 dan 2008-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 cash
ratio sebesar 10.93%, mengalami penurunan sebesar -1% menjadi 9.86% untuk tahun 2008. Pada
tahun 2009 cash ratio kembali mengalami penurunan sebesar -2% dari tahun 2008.
Rasio ini mengukur mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau
profit dari penggunaan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Maka untuk
sebagai berikut :
46
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini dinyatakan
dengan
Laba Kotor
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan
384,349,879,679
Tahun 2007 = x 100%
1,399,570,526,683
= 27.46%
81,054,182,616
Tahun 2008 = x 100
1,994,751,890,421
= 4.06%
592,601,527,695
Tahun 2009 = x 100%
2,646,674,915,064
= 22.39%
Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih dan penjualan. Rasio ini mengukur
Laba Bersih
Net Profit Margin = x 100%
Penjualan
Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja(Persero) maka dapat diketahui marjin
(1,888,464,401) 519,290,323,090
Tahun 2007 = x 100%
210,324,524 1,399,570,526,683
= 37.10%
47
318,593,959,198
Tahun 2008 = x 100%
1,994,751,890,421
= 97.05%
923,674,899,982
Tahun 2009 = x 100%
2,646,674,915,064
= 15.97%
Tabel 4.8
Profitability Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009
Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Marjin Laba Kotor 27.46% 4.06% 22.39% -23.40% 18.33%
Marjin Laba Bersih 37.10% 97.05% 15.97% 59.95% -81.08%
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan secara umum rasio profitabilitas perusahaan
periode 2007-2009 berfluktuasi. Pada tahun 2007 marjin laba kotor sebesar 27.46% mengalami
penurunan sebesar -23.40% menjadi 4.06% pada tahun berikutnya. Pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar 18.33% menjadi 22,39 %. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa laba kotor
yang didapat perusahaan terus mengalami kenaikan dan mempunyai usaha yang baik dan masih
dapat berkembang.
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya peranan utang
dalam pembelanjaan investasi perusahaan. Dalam teori capital structure dinyatakan bahwa utang
48
Debt ratio (DR) adalah rasio antara total utang dan total aset. Rasio utang dapat diukur
dengan:
Total Utang
Rasio Utang = x 100%
Total Aset
847,607,774,420 94,124,800,000
Tahun 2007 = x 100%
2,497,980,394,375 815,313,700,000
= 33.93%
1,353,192,414,541 51,679,100,000
Tahun 2008 = x 100%
3,021,827,621,251 708,361,300,000
= 44.78%
1,690,739,028,990 100,765,900,000
Tahun 2009 = x 100%
4,290,226,059,831 813,142,500,000
= 39.41%
Debt Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara total utang dan total ekuitas. Rasio ini
mengukur besarnya utang terhadap ekuitas dalam membelanjai investasi perusahaan. Rasio ini dihitung
dengan :
Total Utang
Debt Equity Ratio = x 100%
Total ekuitas
Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat diketahui Debt
847,607,774,420 94,124,800,000
Tahun 2007 = x 100%
1,650,372,619,955 815,313,700,000
= 51.36%
49
1,353,192,414,541 51,679,100,000
Tahun 2008 = x 100%
1.668,635,206,710 708,361,300,000
= 81.10%
1,690,739,028,990 100,765,900,000
Tahun 2009 = x 100%
2,599,487,030,841 813,142,500,000
= 65.04%
Tabel 4.9
Laverage Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009
Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Rasio Utang 33.93% 44.78% 39.41% 10.85% -5.37%
Debt Equity Ratio 51.36% 81.10% 65.04% 29.74% -16.05%
Penilaian Kinerja BUMN melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-100/MBU/2002 tangga l4 juni 2002 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Badan
a. ROE
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari invetasi para pemilik
b. ROI
50
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan
seluruh sumber-sumbernya. Dalam surat keputusan tersebut ROI dihitung dengan cara:
EBIT + Penyusutan
ROI = × 100 %
Capital Employed
c. Rasio Kas
Rasio kas ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang
akan jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan ( baik yang ada dalam perusahaan
maupun yang ada dibank yang sewaktu-waktu dapat digunakan ) dan surat berharga
jangka pendek. Untuk menghitungrasio kas ini digunakan rumus sebagai berikut :
d. Rasio Lancar
Current Ratio menunjukkan seberapa jauh kewajiban jangka pendek kepada kreditur
dipenuhi oleh harta yang segera (biasanya satu tahun) menjadi kas. Atau dengan kata lain
raio ini digunakan untuk mengetahui kesangupan perusahaan mmenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Untuk menghitung rasio lancar ini digunakan rumus sebagai berikut :
C urrent Assets
Current Rasio = × 100 %
Current Liabilities
e. Collection Period
Collection Period menunjukkan lamanya piutang dagang tersebut beredar hingga menjadi
kas. Untuk menghitung collection period ini digunakan rumus sebagai berikut :
51
f. Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan adalah seberapa lama persediaan tersebut disimpan dalam satu
T otal Persediaan
Perputaran Persdiaan = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha
Perputaran total asset dalam surat keputusan ini adalah perbandingan antara pendapatan
T otal Pendapatan
Perputaran Total Asset = × 1 00 %
Capital Employed
h. Rasio Modal Sendiri terhadap total Aset
Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi modal sendiri terhadap total aset. Rasio
modal sendiri terhadap total asset dalam surat keputusan ini diperoleh dari :
Tabel 4.10
Analisis Rasio Berdasarkan KEPMEN BUMN No. KEP100/MBU/2002
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009
Perubahan
Tahun
Keterangan 2007-2008 2008-2009
2007 Skor 2008 Skor 2009 Skor Naik/(Turun) Naik/(Turun)
ROE 107% 20 42% 20 117% 20 -65% 74%
ROI 32.97% 15 21.63% 15 36.89% 15 -11% 15%
Rasio kas 11% 2 10% 2 8% 1 -1% -2%
Rasio Lancar 25.11% 0 15.90% 0 14.91% 0 -9% -1%
CP 31 5 15 5 16 5 -1628% 92%
52
PP 28 5 27 5 21 5 -149% -600%
TATO 116% 4.5 148% 5 140% 5 33% -8%
TMS/TA 20% 7.25 26% 7.25 19% 6 6% -8%
Total Skor 58.75 59.25 57
Total Skor
Nilai ¿ 70
Tabel 4.11
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009
Nilai
Tahun
Angka Huruf
2007 84 AA
2008 85 AA
2009 81 AA
Dari Nilai di atas dapat diketahui tingkat kesehatan aspek keuangan PT Jasa Raharja (Persero)
Jasa Raharja dari kurun waktu 3 tahun terakhir tergolong Sehat dan stabil. Namun, yang perlu
menjadi catatan bahwa tingkat likuiditas PT Jasa Raharja (Persero) yang teramat kecil, sehingga
menganalisis komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan, baik yang ada di
53
neraca maupun laporan laba rugi. Hasil analisis dibuatkan dalam bentuk persentase. Artinya
mengubah jumlah rupiah dalam laporan keuangan menjadi persentase. Dengan mengetahui
perubahan persentase per komponen akan terlihat suatu kenaikan atau penurunan apakah akan
Berikut ini adalah analisis persentase per komponen pada laporan keuangan PT Garuda
Indonesia (persero).
Piutang
Rumus APP = x 100%
Total Aset
Analisis Persentase antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total Passiva
Uraian 2007 2008 2009
Piutang premi 84,962,789,605 94,645,328,113 94,346,684,567
(19,525,391,048 (67,230,839,210 (73,936,165,104
Cadangan penyisihan piutang premi ) ) )
Piutang reasuransi 17,990,809,964 19,021,511,169 18,629,509,667
Piutang lain 36,084,459,779 34,918,780,687 75,541,548,307
Total Piutang 119,512,668,300 81,354,780,759 114,581,577,437
Jumlah Aset 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831
APP 5% 3% 3%
Pada tahun 2007, piutang berjumlah 5% dari jumlah aset. Dengan kata lain bahwa setiap
Rp 1 aset diinvestasikan ke piutang sebesar Rp 0,05. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa
investasi aktiva di piutang terjadi penurunan 3% dari tahun 2007-2008, sedangkan untuk
periode 2008-2009 walaupun terjadi peningkatan terhadap total piutang namun secara
proporsional pada total asset. Antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total Passiva
54
Analisis Persentase antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total
Passiva
Uraian 2007 2008 2009
1,347,086,641,79 1,682,501,748,67
Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 8 2
Jumlah Kewajiban 2,497,980,394,37 3,021,827,621,25 4,290,226,059,83
dan Ekuitas 5 1 1
APP 34% 45% 39%
Utang kewajiban lancar tahun 2007 berjumlah 34% dari total kewajiban atau dengan kata
lain, setiap Rp 1 aset dibiayai dengan kewajiban lancar sebesar Rp 0,34. Dari uraian di atas
terlihat bahwa aset yang dibiayai kewajiban lancar naik sebesar 11% tahun 2008 dan menurun
Laba Bersih
Rumus APP = x 100%
Total Penjualan
Analisis Persentase antaraLaba Bersih dengan Total Pendapatan usaha
Uraian 2007 2008 2009
Jumlah
Pendapatan 1,399,570,526,68 1,994,751,890,42 2,646,674,915,06
Usaha 3 1 4
Laba Bersih 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982
APP 37% 16% 35%
Laba bersih tahun 2007 berjumlah 37% dari jumlah pendapatan usaha. Atau dengan kata
lain, setiap Rp 1 jumlah pendapatan usaha diperoleh Rp 0,37 laba bersih. Dari uraian di atas
dapat dilihat bahwa laba bersih perusahaan sempat anjlok 21% pada tahun 2008 dan kembali
normal pada tahun 2009 ditandai dengan peningkatan sebesar 19% menjadi 35%.
55
Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan
komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio.
0,55 yang berarti untuk setiap 1 rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 0,55 rupiah arus
kas operasi. Untuk tahun 2008 adalah turun menjadi sebesar 0,51 yang berarti untuk setiap 1
rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 0,51 rupiah arus kas operasi. Sedangkan tahun 2009
terjadi kenaikan signifikan menjadi sebesar 0,65 yang berarti untuk setiap 1 rupiah
kewajiban lancar dijamin dengan 0,65 rupiah arus kas operasi. Rasio tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar tanpa menggunakan arus kas
Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan
asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Dengan mengetahui
rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampun
membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari kativitas operasional
56
Arus Kas Operasi
TH =
Total Hutang
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang untuk tahun 2007 adalah sebesar
0,55 atau sebesar 55% yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan arus kas
operasi bersih adalah sebesar 55%. Untuk tahun 2008 adalah 51%. Sedangkan untuk tahun
2009 sebesar 64%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mempunyai kemampuan
yang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jasa Raharja mencatatkan laba bersih yang cukup tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp
519,290,323,090. Namun, tampaknya pertumbuhan laba tidak terjadi pada tahun 2008.
Penurunan yang signifikan terjadi pada laba tahun 2008 yaitu sebesar 39% menjadi hanya
sebesar Rp 318,593,959,198. Penurunan laba ini akibat turunnya pendapatan hasil investasi dan
underwriting ditambah lagi kenaikan biaya usaha sebesar 10%. Pada tahun 2008 sektor Investasi
89% dari tahun sebelumnya, agaknya krisis financial membuat capital lost yang sangat besar
terhadap perolehan investasi, terutama pada instrument saham dan obligasi. Instrument tersebut
turun drastis jumlanya. Uniknya instrument reksadana pada tahun tersebut tumbuh 1084%.
Pada tahun 2009 keadaan mulai membaik untuk jasa raharja. Laba bersih melonjak sangat
tinggi bahkan melebihi laba bersih tahun 2007. Kenaikan biaya produksi sebesar 20% pada tahun
2009 tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan laba bersih tahun tersebut. Laba
58
tumbuh 190% dari tahun kemaren. Pada titik tersebut pendapatan investasi melonjak tajam
sebesar 1923%, kemungkinan disebabkan oleh keadaan pasar modal yang mulai membaik
Perlu dicermati rasio lancar dari Jasa Raharja yang sangat kecil, hal ini menimbulkan resiko
likuiditas yang sangat besar, karena kemampuan melunasi kewajiban jangka pendek mereka
sangat kecil.
Dri serangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan kondisi buruk perusahaan pada tahun
2008 tidak berlanjut ke periode selanjutnya. Kemampuan financial perusahaan kian membaik
5.2 Saran
Likuiditas perusahaan terlalu kecil dalam 3 tahun terakhir, sangat riskan bila kondisi ini terus
berlanjut, Karena dalam jangka panjang akan mengganggu solvabilitas perusahaan. Maka dari
59
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2007. Analisis Laporan Keuangan Edisi 3. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Amelia, Rita. 2007. Analisis Ratio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada PT,
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1. Jakarta:
Rajawali Pers.
Purnomo, Hanry Dwi. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham
Semarang.
Sutojo, Siswanto. 2008. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka.
60
LAMPIRAN
61