You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam Kehidupan Sehari-hari manusia senantiasa diliputi berbagai resiko yang

mempengaruhi kehidupannya, tidak jarang resiko-resiko ini menimbulkan kerugian(loss). Maka

dari itu seyogyanya setiap manusia dapat memanajemeni setiap resiko yang dihadapinya agar

tidak menimbulkan kerugian atau setidaknya meminimalisir kerugian yang akan terjadi.

Salah satu alat manajemen resiko adalah Asuransi. Perusahaan Asuransi merupakan lembaga

keuangan non bank yang mempunyai peranan berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang

layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di

masa yang akan datang. Bisnis pertanggungan resiko ini walaupun sudah cukup lama beroperasi

di Indonesia, namun nampaknya masih belum terlalu populer bagi masyarakat. Keterbatasan

pemahaman masyarakat terhadap jenis usaha ini tampaknya masih menjadi masalah utama.

Selain itu ketakutan masyarakat berurusan dengan asuransi juga menjadi salah satu masalah

perkembangan dunia perasuransian di Indonesia.

Selain sebagai alat manajemen resiko asuransi juga dapat menjadi alat pengendalian biaya,

seperti masa sekarang ini dimana biaya kesehatan kian mahal dan menurunkan kemampuan

masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, asuransi kesehatan

dapat menjadi jawaban ketidak pastian biaya yang akan dikeluarkan dimasa yang akan datang.

1
Asuransi mengubah besaran biaya kesehatan yang tidak pasti terjadi di masa yang akan datang

menjadi sebuah biaya tetap yang dapat diukur.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

PT Jasa Raharja(Persero) adalah perusahaan asuransi kerugian yang telah lama berdiri

di Indonesia. Seperti perusahaan pada umumnya PT Jasa Raharja(Persero) memiliki aspek

keuangan yang menurut penulis penting untuk diperhatikan dan mungkin diangkat untuk menjadi

sebuah penelitian. Dalam penyajian laporan keuangannya PT Jasa Raharja(Persero) mempunyai

karakteristik yang unik. Pendapatan premi bulanan yang diterima oleh perusahaan asuransi Jasa

Raharja ternyata tidak menganggur, uang melimpah ini diputar lagi lewat instrument-instrument

pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksadana. Jadi teknisnya dalam operasinya tidak ada

idle money dalam jumlah besar di perusahaan Jasa Raharja. Selain itu, Cadangan teknis yang

merupakan akun yang biasanya ada di dalam laporan keuangan perusahaan asuransi pada

umumnya tidak terdapat didalam laporan keuangan ini.

Berangkat dari hal ini penulis merasa tertarik untuk membawa topik ini menjadi sebuah

penelitian yang mengangkat masalah “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. JASA

RAHARJA (PERSERO)”

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengemukakan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Jasa Raharja(Persero)?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis menetapkan

tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Jasa Raharja(Persero).

1.4 MANFAAT PENULISAN

Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis :

 Mempunyai gambaran mengenai analisis keuangan perusahaan secara nyata.

 Sebagai proses pelatihan mengenai pekerjaan analisis keuangan perusahaan.

2. Bagi perusahaan :

 Diharapkan akan dapat menjadi bahan masukan bagi perbaikan pengelolaan

perusahaan di masa yang akan datang agar mendapatkan keuntungan yang

diharapkan.

 Sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan.

3. Bagi mahasiswa:

3
 Untuk dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh rekan-rekan sesama mahasiswa yang

membutuhkan sebagai referensi maupun sumbangan pikiran mengenai ilmu

pengetahuan manajemen keuangan dalam memahami penerapan analisis laporan

keuangan pada suatu perusahaan terutama pada analisa rasio.

 Dijadikan referensi serta memotivasi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang

lebih lanjut.

4. Bagi pihak umum :

 Sebagai bahan bacaan, informasi tentang tingkat rentabilitas suatu perusahaan, dan

 Referensi untuk menambah wawasan serta menjadi bahan masukan yang berguna

apabila hendak berinvestasi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORITIS

Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan

keuangan perusahaan. Laporan keuangan diharapkan bias member informasi tentang perusahaan,

dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi industry, kondisi ekonomi, bias

memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan. Ada tiga

macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan Rugi Laba, (3)

Laporan Aliran Kas (Abdul Halim:2007).

Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama

periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada

laporan keungannya disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang.

Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus

kas dari sumber dana yang ada. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan

perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan

sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi 2001:178). Kinerja

perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik, laporan berupa

neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu

gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan

investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan 27 risiko

5
atas penilaian tersebut (Weston Brigham,1993: 86). Dengan demikian pengukuran kinerja dari

laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang

saham (Purnomo, H. D.,2007).

2.1.1 Teknik Analisis Laporan Keuangan Biasa

Beberapa teknik analisis laporan keuangan dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Perbandingan Laporan keuangan

Perubahan tahun ke tahun

2. Seri Trend/Angka Indeks

3. Laporan Keuangan Common Size (Bentuk Awam)

Analisis struktur laporan keuangan

4. Analisis Rasio

5. Analisis Khusus

a. Ramalan Kas

b. Analisis Perubahan Posisi Keuangan

c. Laporan variasi gross margin

d. Analisis Break Even

e. Analisis Dupont

Dari sisi lain Foster (1986:58) mengemukakan beberapa teknis analisis sebagai berikut:

1. Cross Sectional Technique:

1.1. Common Size Statement (Laporan Bentuk Awam)

1.2. Analisis rasio

2. Time Series Technique:

6
2.1. Trend Statement

2.2. Analisis Rasio Keuangan

2.3. Ukuran Variabilitas

3. Gabungan laporan Keuangan dengan non keuangan:

3.1. Informasi Pasar Produk

3.2. Informasi Pasar Modal

Harahap (1996) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut:

1. Metode Komparatif

Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna

untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya.

a. Intra perusahaan

b. Inter perusahaan

c. Industrial Norm

d. Budget

2. Trend Analysis-horizontal

 Indeks

 Numbers

3. Membuat Laporan Keuangan dalam bentuk Common Size Financial Statement, atau

bentuk sederhana (awam), biasanya dibuata secara vertikal.

4. Metode Index time series

5. Analisis Rasio

a. Likuiditas

b. Profitabilitas/Rentabilitas

7
c. Solvabilitas

d. Leverage

e. Aktivitas

f. Market Based Ratio

6. Teknik analisis lain, seperti:

 Analisis sumber dan penggunaan dana

 Analisis Break Even

 Analisis Gross Profit

 Dupont Analysis

7. Analytical review/Transactional Analysis

8. Model Analisis

 Bond Rating

 Bankrupty model

 Net Cashflow Prediction Model

 Take off prediction model

 Take over model (Harahap, 2009:215-217)

2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil

usaha, posisi financial, dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi

financial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan. Selain itu

laporan keuangan disusun dengan tujuan memberikan informasi keuangan mengenai suatu

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Laporan keuangan disajikan kepada banyak pihak

8
yang berkepentingan dengan eksistensi perusahaan, termasuk manajemen untuk mengelola

perusahaan, pemerintah yang menangani masalah perpajakannya, kreditur untuk menilai

kemungkinan akibat dari pinjaman yang diberikan.

Analisis komparatif yang dilakukan atas laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan

merupakan alat analisis yang paling tepat diterapkan untuk mengetahui kinerja dari posisi dan

prestasi keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena analisis komparatif dan konsep kinerja

keuangan itu sendiri mempunyai sisi integrative sehingga dapat memberi gambaran menyeluruh

dan utuh dari profil perusahaan.

2.1.2.1 Analisis Vertikal

Pada analisis vertical, atau yang dikenal sebagai common size analysis, kita

menganalisis laporan keuanagn untuk satu periode tertentu dengan cara membandingkan

pos yang satu dengan pos lainnya. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan

persentase dimana salah satu pos ditetapkan patokan 100%. Analisis vertical merupakan

analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan

suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsure tertentu laporan laba rugi

dengan jumlah tertentu dari laporan laba rugi.

Analisis vertikal didasarkan pada satu tahun dasar yang dianggap sebagai basis

disebut analisis indeks. Analisis vertical dan analisis indeks, yang menganalisis trend

laporan keuangan dalam bentuk persentase selama waktu tertentu, berguna bagi analisis

untuk mendapat pandangan tentang pergerakan dana dan memperbandingkan laporan

keuangan untuk perusahaan yang berbeda.

9
2.1.2.2 Analisis Horizontal

Pada analisis vertikal kita membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam satu

periode, maka pada analisi horizontal kita membandingkan pos-pos laporan keuangan

untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan

dan perkembangan masing-masing pos selama jangka waktu tertentu. Metode analisi

horizontal disebut juga sebagai metode analisis dinamis karena meliputi dua periode atau

lebih.

Untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan yang terjadi, baik dalam neraca

maupun laba rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terakhir,

apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Analisis yang dipakai dengan cara

membendingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan

adalah analisis horizontal.

2.1.2.3 Analisis Rasio

Analisis rasio merupakan analsisi mengenai hubungan antara satu kelompok/group

lain dengan laporan keuangan perusahaan. Rasio merupakan pernyataan yang sederhana

dan pada hubingan perbandingan antara dua komponen laporan keuangan.

Analisis rasio merupakan analisis pelengkap dalam analisis keuangan perusahaan.

Analis rasio merupakan salah satu dasar untuk mengambil keputusan,yaitu hubungannya

dalam penelitian laporan keadaan keuangan perusahaan.

Tujuan menganalisis pada umumnya adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas,

leverage, aktivitas, dan profitabilitasdari suatu perusahaan. Rasio keuangan terbagi atas:

Rasio likuiditas, Rasio leverage, Rasio aktivitas, dan Rasio profitabilitas.

10
Berikut ini akan dijelaskan dan diuraikan penggolongan rasio berdasarkan tujuan

yang ingin dicapai perusahaan, yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar

perusahaan relative hutang lancarnya(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban

perusahaan. Walaupun tidak berbicara solvabilitas, namun likuiditas yang buruk dalam

jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas.

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas

dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rumusnya adalah :

Aktiva Lancar
Current Ratio=
Utang Lancar

Acid-test ratio atau quick ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah

persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dikeluarkan.

Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan merupakan komponen

aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa

menurunkan nilainya, sementara dengan quick ratio dimaksudkan untuk menbandingkan

aktiva yang lebih lancar dengan hutang lancar. Rumusnya adalah :

Kas dansetara kas + deposito + piutang


Quick Ratio=
Utang Lancar
2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih

besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan

11
dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Beberapa rasio yang

digunakan adalah :

a. Total Debt To Total Assets Ratio / Debt Ratio (Rasio Utang)/DAR

Rasio yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang

atau berapa bagian keseluruhan kebutuhan dana dibelanjai oleh hutang.

Rumusnya adalah :

Total Hutang
Total Debt to Total Assets Ratio/DAR = x 100 %
Total Aktiva

b. Total Debt To Equity Ratio (Rasio Total Utang Terhadap Total Modal)

Rasio yang menunjukkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

keseluruhan hutang dengan cara membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas

Rumusnya adalah :
Total Hutang
Total Debt to Total Equity Ratio = x 100%
total ekuitas

3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada

tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Rasio yang digunakan antara lain :

a. Net Profit Margin (Rasio Marjin Laba Bersih)

Rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

pada tingkat penjualan tertentu.

Laba Bersih
Net Profit Margin= × 100 %
Penjualan (Pendapatan )

12
b. Return On Asset (ROA)

Rasio yang menghitung sejauh manakemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

berdasarkan tingkat asset tertentu. Rumusnya adalah :

Laba Bersih
Return on Asset= × 100 %
Total Aktiva

c. Return On Equity (ROE)

Rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal

sendiri. Rumusnya adalah :

Laba Bersih
Return on Equity= × 100 %
Modal Sendiri

2.1.2.4 Penilaian Kinerja Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-

100/MBU/2002

Penilaian Kinerja BUMN melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor KEP-100/MBU/2002 tangga l4 juni 2002 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Badan

Usaha Milik Negara. Landasan dari keputusan BUMN ini karena diperlukannya sarana dan

sisitem penilaian kinerja BUMN yang dapat mendorong perusahaan kearah peningkatan efisiensi

dan daya saing guna menghadapi perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang

semakin terbuka.

Istilah kesehatan dimaksudkan sebagai keadaan BUMN pada saat dan atau periode

tertentu. Istilah ini lasim digunakan pada perusahaan-perusahaan milik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Dalam ilmu manajemen dan akuntansi, istilah kesehatan ini tidak lazim

dikenal bahkan tidak dikenal. Istilah yang sering digunakan dalam manejemen dan akuntasi

untuk menilai kesehatan suatu organisasi adalah kinerja.

13
Penilaian tingkat kesehatan BUMN dalam surat keputusan tersebut meliputi tiga aspek

yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Pembobotan setiap aspek

tergantung pada pengelompokan BUMN kedalam BUMN infrastruktur dan BUMN Non-Infra

struktur. Pada BUMN non infrastruktur bobot untuk setiap aspek masing-masing sebesr 70 untuk

aspek keuangan, 15 untuk aspek operasional dan 15 untuk aspek adminitrasi. Dalam penilaian

kinerja ini yang akan dibahas hanya dari salah satu dari ketiga aspek yang ada dari penilaian

kinerja menurut Penilaian Tingakt Kesehatan BUMN tersebut yaitu aspek Keuangan.

Daftar indikator dan bobot aspek keuangan

Berikut ini aspek keuangan dalam penilaian kinerja berdasarkan keputusan Menteri

BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002 :

Dalam aspek keuangan terdiri dari delapan (8) indikator pengukuran, yaitu:

1. Return On Equity ( ROE )

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari invetasi para pemilik

( pemegang saham ). Untuk mendapatkan nilai ROE ini digunakan rumus :

Dimana :
Laba Setelah Pajak
ROE = × 100 %
Modal Sendiri

14
 Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil

penjualan dari aktiva tetap, aktiva non produktif, aktiva lain-lain dan saham

penyertaan langsung.

 Modal sendiri adalah komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada

poisi akhir tahun buku dikurangi komponen modal sendiri yang digunakan

untuk membiayai aktiva tetap dalam pelaksanaan dan laba tahun berjalan.

Daftar Skor Penilaian ROE

ROE ( % ) SKOR
15 < ROE 20
13 < ROE ≤ 15 18
11 < ROE ≤ 13 16
9 < ROE ≤ 11 14
7,9 < ROE ≤ 9 12
6,6 < ROE ≤ 7,9 10
5,3 < ROE ≤ 6,6 8,5
4 < ROE ≤ 5,3 7
2,5 < ROE ≤ 4 5,5
1 < ROE ≤ 2,5 4
0 < ROE ≤ 1 2
ROE < 0 0

2. Return On Investment

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

seluruh sumber-sumbernya. Dalam surat keputusan tersebut ROI dihitung dengan cara:

EBIT + Penyusutan
Dimana :
ROI = × 100 %
Capital Employed
 EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan

dari aktiva tetap, aktiva lain-lain, aktiva non produk, dan saham penyertaan

langsung.

15
 Penyusutan adalah depreiasi, amortisasi, dan deplesi.

 Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi

aktiva tetap dalam pelaksanaan.

Daftar Skor Penilaian ROI

ROI ( % ) SKOR
18 < ROI     15
15 < ROI ≤ 18 13,5
13 < ROI ≤ 15 12
12 < ROI ≤ 13 10,5
10,5 < ROI ≤ 12 9
9 < ROI ≤ 10,5 7,5
7 < ROI ≤ 9 6
5 < ROI ≤ 7 5
3 < ROI ≤ 5 4
1 < ROI ≤ 3 3
0 < ROI ≤ 1 2
    ROI < 0 1

3. Rasio Cash / Kas Rasio

Rasio kas ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya

yang akan jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan ( baik yang ada dalam

perusahaan maupun yang ada dibank yang sewaktu-waktu dapat digunakan ) dan surat

berharga jangka pendek. Untuk menghitungrasio kas ini digunakan rumus sebagai berikut

Kas + Bank + Surat Berharga Jk . Pendek


Rasio Kas = × 100 %
Current Liabilities

Dimana :

 Kas, Bank dan surat berharga jangka pendek adalah posisi masing-masing

padaakhir tahun buku.

16
 Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun

buku.

Daftar skor penilaian Cash Rasio :

RASIO KAS = X ( % ) SKOR


X ≥ 5
25 ≤ X < 35 4
15 ≤ X < 25 3
10 ≤ X < 15 2
5 ≤ X < 10 1
0 ≤ X < 5 0

4. Rasio Lancar / Current Rasio

Current Ratio menunjukkan seberapa jauh kewajiban jangka pendek kepada kreditur

dipenuhi oleh harta yang segera (biasanya satu tahun) menjadi kas. Atau dengan kata lain

raio ini digunakan untuk mengetahui kesangupan perusahaan mmenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Untuk menghitung rasio lancar ini digunakan rumus sebagai berikut :

C urrent Assets
Current Rasio = × 100 %
Current Liabilities
Dimana :

 Current Asset adalah posisi total aktiva lancar pada akhir tahun buku

 Current liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun

buku.

Daftar skor penilaian Current Ratio :

CURRENT RATIO = X ( % ) SKOR


X ≤ 125 5
110 ≤ X < 125 4
100 ≤ X < 110 3
95 ≤ X < 100 2
90 ≤ X < 95 1

17
X < 90 0

5. Collection Period ( CP )

Collection Period menunjukkan lamanya piutang dagang tersebut beredar hingga

menjadi kas. Untuk menghitung collection period ini digunakan rumus sebagai berikut :

T otal Piutang Usaha


Collection Period = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha

Dimana :

 Total Piutang Usaha adalah posisi piutang usaha setelah dikurangi cadangan

penyisihan piutang pada akhir tahun.

 Total Pendapatan Usaha adalah jumlah pendapatan usaha selama tahun buku.

Daftar Skor Penilaian CP

CP = X ( HARI ) PERBAIKAN = X ( HARI ) SKOR


    X ≤ 60     X > 35 5
60 < X ≤ 90 30 < X ≤ 35 4,5
90 < X ≤ 120 25 < X ≤ 30 4
120 < X ≤ 150 20 < X ≤ 25 3,5
150 < X ≤ 180 15 < X ≤ 20 3
180 < X ≤ 210 10 < X ≤ 15 2,4
210 < X ≤ 240 6 < X ≤ 10 1,8
240 < X ≤ 270 3 < X ≤ 36 1,2
270 < X ≤ 300 1 < X ≤ 3 0,6
300 < X     0 < X ≤ 1 0

6. Perputaran Persediaan ( PP )

Perputaran Persediaan adalah seberapa lama persediaan tersebut disimpan dalam satu

tahun.untuk mengetahui perputaran persediaan, dalam surat keputusan ini dihitung

dengan cara sebagai berikut :

18
T otal Persediaan
Perputaran Persdiaan = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha

Dimana :

 Total persediaan meliputi seluruh persediaan yang digunakan untuk proses

produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persedian bahan baku,

persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi, ditambah

persediaan peralatan dan suku cadang.

 Total pendapatan usaha adalah jumlah pendapatan usaha dalam tahun buku

yang bersangkutan.

Daftar Skor Penilaian PP :

PP =X ( HARI ) PERBAIKAN = X ( HARI ) SKOR


    X ≤ 60 35 < X     5
60 < X ≤ 90 30 < X ≤ 35 4,5
90 < X ≤ 120 25 < X ≤ 30 4
120 < X ≤ 150 20 < X ≤ 25 3,5
150 < X ≤ 180 15 < X ≤ 20 3
180 < X ≤ 210 10 < X ≤ 15 2
210 < X ≤ 240 6 < X ≤ 10 1,8
240 < X ≤ 270 3 < X ≤ 6 1
270 < X ≤ 300 1 < X ≤ 3 0,6
300 < X     0 < X ≤ 1 0

7. Perputaran Total Asset / Total AssetTurn Over ( TATO )

Perputaran total asset dalam surat keputusan ini adalah perbandingan antara

pendaopatan dengan total asset dengan rumus sebagai berikut :

T otal Pendapatan
Dimana : Perputaran Total Asset = × 1 00 %
Capital Employed
 Total pendapatan adalah Total Pendapatan usaha dan non usaha tetapi tidak

termasuk pendapatan dari hasil penjualanaktiva tetap.

19
 Capital Employed adalah hasil posisi akhir pada tahun total Aktiva dikurangi

aktiva tetap dalam pelaksanaan.

Daftar Skor Penilaian TATO :

TATO = X ( % ) PERBAIKAN =X ( % ) SKOR


120 < X     20 < X     5
105 < X ≤ 120 15 < X ≤ 20 4,5
90 < X ≤ 105 10 < X ≤ 15 4
75 < X ≤ 90 5 < X ≤ 10 3,5
60 < X ≤ 75 0 < X ≤ 5 3
40 < X ≤ 60     X ≤ 0 2,5
20 < X ≤ 40     X < 0 2
    X ≤ 20     X < 0 1,5

8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asse ( TMS/ TA )

Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsimodal sendiri terhadap total aset. Rasio

modal sendiri terhadap total asset dalam surat keputusan ini diperoleh dari :

T otal Modal Sendiri


TM / TA = × 1 00 %
Total Asset

Dimana :

 Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri pada akhir tahun

buku selain dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.

 Total Aset adalah total asset dikurangi dengan dana-dana yang belum

ditetapkan statusnya pada akhir tahun buku yang bersangkutan.

Daftar Skor Penilaian TMS /TA

TMS / TA = X ( % ) SKOR
  < X < 0 0
0 ≤ X < 10 4
10 ≤ X < 20 6
20 ≤ X < 30 7,25

20
30 ≤ X < 40 10
40 ≤ X < 50 9
50 ≤ X < 60 8,5
60 ≤ X < 70 8
70 ≤ X < 80 7,5
80 ≤ X < 90 7
90 ≤ X < 100 6,5

Penilian kinerja ini digolongkan ke dalam :

1. Sehat, yang terdiri atas :

AAA apabila Total Nilai ( TS ) > 95

AA apabila 80 < TS ≤ 95

A apabila 65 < TS ≤ 80

2. Kurang Sehat, yang terdiri atas :

BBB apabila 50 < TS ≤ 65

BB apabila 40 < TS ≤ 50

B apabila 30 < TS ≤ 40

3. Tidak Sehat,yang terdiri atas :

CCC apabila 20 < TS ≤ 30

CC apabila 10 < TS ≤ 20

C apabila TS ≤ 10

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau

nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda oleh Pemerintah RI. Sesuai dengan

21
Peraturan Pemerintah (PP) No.3 tahun 1960, jo Pengumuman Menteri Urusan Pendapatan,

Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/BUM II tanggal 9 Februari 1960, terdapat 8

(delapan) perusahaan asuransi yang ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian Negara

(PAKN) dan sekaligus diadakan pengelompokan dan penggunaan nama perusahaan sebagai

berikut :

 Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluyters & co, setelah

dinasionalisasi digabungkan menjadi satu bernama PAKN Ika Bhakti.

 NV. Assurantie Maatschappij Djakarta, NV. Assurantie Kantoor Langeveldt-Schroder,

setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Dharma.

 NV. Assurantie Kantoor OWJ Schlencker, NV. Kantoor Asuransi "Kali Besar", setelah

dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Mulya.

 PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN Ika Sakti.

Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja, karena dengan adanya

pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No. 294293/BUM II

tanggal 31 Desember 1960, keempat perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan

Asuransi Kerugian Negara (PAKN) "Ika Karya." Selanjutnya PAKN Ika Karya berubah nama

menjadi Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) Eka Karya.

Berdasarkan PP No.8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai dan segala

hutang piutang PNAK Eka Karya, mulai 1 Januari 1965 dibentuk Badan Hukum baru dengan

nama 'Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja" dengan tugas khusus mengelola

pelaksanaan Undang-Undang (UU) No.33 dan Undang-Undang (UU) No.34 tahun 1964.

Penunjukkan PNAK Jasa Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan

22
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.

BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965.

Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum)

Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan

tindak lanjut dikeluarkannya UU. No.9 tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Badan Usaha

Negara.

Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 dan melalui Surat Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang pada setiap tahun dan terakhir

No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964,

Jasa Raharja diberi tugas baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian

sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi

mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun

1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum

Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980 berdasarkan pp No.39 tahun 1980

tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja, yang kemudian

pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28

Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas

Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut perbaikannya dengan Akta No.63 tanggal 17

Juni 1998 dibuat dihadapan notaris yang sama.

23
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan digunakan dalam menganalisa kesehatan ekonomi perusahaan. Satu

dari tujuan laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk meramalkan

24
kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hubungan antara jumlah-jumlah dalam laporan

keuangan disebut Rasio Keuangan.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan

pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal

adalah; Neraca, Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan

Posisi Keuangan (Harahap, 2009:105)

Berikut ini laporan keuangan dari PT. Jasa Raharja (Persero):

TABEL 4.1
PT JASA RAHARJA (PERSERO)
NERACA
PER 31 DESEMBER 2007-2009

    Analisis Vertikal Laporan Keuangan PT Jasa Raharja (Persero)

Neraca

Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009

Rp Rp Rp

         

  Aktiva      

  Investasi      

  Deposito berjangka 648,856,017,700 481,779,767,700 742,253,267,700

  saham&obligasi 1,365,526,927,331 943,391,107,271 2,006,703,632,050

  penyertaan langsung 16,899,970,133 17,797,882,605 16,616,188,985

  Reksadana 99,276,767,936 1,175,265,539,537 1,058,493,333,995

  Jumlah investasi 2,130,559,683,100 2,618,234,297,113 3,824,066,422,730

         

         

  Aktiva Lacar      

25
  Kas dan bank 92,116,075,794 132,832,257,126 136,292,375,746

  Piutang premi 84,962,789,605 94,645,328,113 94,346,684,567

  Cadangan penyisihan piutang premi (19,525,391,048) (67,230,839,210) (73,936,165,104)

  Piutang reasuransi 17,990,809,964 19,021,511,169 18,629,509,667

  Piutang lain 36,084,459,779 34,918,780,687 75,541,548,307

  Jumlah 211,628,744,094 214,187,037,885 250,873,953,183

         

         

  Aktiva tetap      

  Tanah, Bangunan dan Aktiva Tetap Lain 305,982,413,931 361,086,769,340 400,528,315,158

  Akumulasi Penyusutan (157,033,670,561) (179,431,584,392) (193,676,207,601)

    148,948,743,370 181,655,184,948 206,852,107,557

  Aktiva Dalam Proses 179,065,300 179,065,300 179,065,300

  Jumlah 149,127,808,670 181,834,250,248 207,031,172,857

         

         

  Aktiva Lain-lain      

  Aktiva Lain-lain 5,165,360,650 6,285,914,713 6,928,275,443

  Aktiva Pajak Tangguhan 1,498,797,861 1,286,121,292 1,326,235,618

  Jumlah 6,664,158,511 7,572,036,005 8,254,511,061

         

         

  JUMLAH AKTIVA 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831

         

  KEWAJIBAN DAN EKUITAS      

  KEWAJIBAN      

  Utang Klaim 14,845,437,251 7,864,603,101 17,977,792,909

26
  Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 161,666,396,595 295,548,389,160

  Premi Yg. belum mrpk. pendapatan 586,005,105,782 940,814,993,798 1,131,570,029,972

  Utang Reasuransi 43,775,944,916 40,290,420,516 40,287,143,078

  Utang Pajak 43,753,363,233 92,768,367,307 45,948,177,846

  Utang Lain 68,236,949,134 103,681,860,481 151,170,215,707

  Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 1,347,086,641,798 1,682,501,748,672

         

         

  Kewajiban Imbalan Paska Kerja 4,660,660,477 6,058,426,357 7,482,954,718

  Kewajiban Pajak Tangguhan - 47,346,386 754,325,600

         

  EKUITAS      

  Hak Minoritas :      

  Modal Saham 20,000,000,000 20,000,000,000 20,000,000,000

  Cadangan 31,928,147,594 40,274,571,133 26,192,330,454

  Laba Tahun Berjalan 15,788,023,539 20,082,889,776 10,198,736,640

  Jumlah Hak Minoritas 67,716,171,133 80,357,460,909 56,391,067,094

         

         

         

  Hak Mayoritas :      

  Modal Disetor 500,000,000,000 800,000,000,000 800,000,000,000

  Cadangan 559,173,135,880 613,343,319,661 819,961,669,426

  Kenaikan (Penurunan) Harga Pasar      

  Surat Berharga 4,192,989,852 (143,659,533,058) (540,605,661)

  Laba Tahun Berjalan 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982

  Jumlah Hak Mayoritas 1,582,656,448,822 1,588,277,745,801 2,543,095,963,747

27
         

  Jumlah Ekuitas 1,650,372,619,955 1,668,635,206,710 2,599,487,030,841

         

         

  JUMLAH KEWJIBN DAN EKUITAS 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831

TABEL 4.2

PT JASA RAHARJA (PERSERO)

LAPORAN RUGI LABA


PER 31 DESEMBER 2007-2009

Laba/Rugi

Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009

Rp Rp Rp

  A. Pendapatan Underwriting      

  Premi bruto 1,623,040,135,579 2,542,124,193,178 3,004,783,856,860

  Premi reasuransi (161,057,201,764) (192,562,414,740) (167,353,905,623)

  kenaikan premi yang belum      

  merupakan pendapatan (62,412,407,132) (354,809,888,017) (190,755,036,173)

  Jumlah pendapatan underwriting 1,399,570,526,683 1,994,751,890,421 2,646,674,915,064

         

  B. Biaya Underwriting      

  Biaya Klaim      

  Klaim bruto 633,352,533,494 1,169,958,787,850 1,590,616,783,556

  Klaim reasuransi (29,047,570,537) (34,514,299,829) (49,650,905,864)

  Kenaikan Estimasi klaim retensi sendiri 8,295,033,729 75,336,082,968 134,154,667,615

28
  Jumlah Biaya Klaim 612,599,996,686 1,210,780,570,989 1,675,120,545,307

  Biaya Administrasi/Komisi Netto 74,742,289,142 88,912,533,144 89,960,096,818

  Biaya underwriting lain neto 190,629,268,062 270,505,797,555 285,870,661,073

  Jumlah Biaya Underwriting 877,971,553,890 1,570,198,901,688 2,050,951,303,198

         

  C. Hasil Underwriting (A‐B) 521,598,972,793 424,552,988,733 595,723,611,866

  D. Hasil Investasi 194,405,131,952 21,575,857,362 436,444,053,996

  E. Biaya Usaha 331,654,225,066 365,074,663,479 439,566,138,167

  F. Laba Usaha (C+D‐E) 384,349,879,679 81,054,182,616 592,601,527,695

  G. Pendapatan (Biaya) Lain 316,857,290,483 459,361,741,582 560,084,803,462

  H. Laba (Rugi) Sebelum pajak (F+G) 701,207,170,162 540,415,924,198 1,152,686,331,157

  I. Pajak Penghasilan :      

  Pajak Penghasilan Kini 167,377,543,975 201,479,052,268 218,145,829,646

  Pajak (Penghasilan) Tangguhan (1,248,720,442) 260,022,956 666,864,889

    166,128,823,533 201,739,075,224 218,812,694,535

         

  J. Laba Bersih Sebelum Bagian      

  Pemilik Minoritas (H‐I) 535,078,346,629 338,676,848,974 933,873,636,622

  K. Laba Bagian Pemilik Minoritas (15,788,023,539) (20,082,889,776) (10,198,736,640)

         

  Laba Bersih 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982

Secara umum, dari data laporan keuangan di atas yang terdiri dari laporan neraca dan rugi

laba selama tiga tahun terakhir nampak bahwa pada laporan neraca dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan dari Rp. 2,497,980,394,375 pada tahun 2007 menjadi Rp.

3,021,827,621,251 pada tahun 2008 dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi Rp.

29
4,290,226,059,831. Peningkatan pada periode 2007-2008 disebabkan antara lain oleh investasi

disektor reksadana dan asset tetap, sedangkan di sisi kewajiban peningkatan signifikan terhadap

Estimasi Klaim retensi sendiri & premi yang belum merupakan pendapatan menjadi penggerak.

Perlu dicermati disini adalah krisis finansial yang berdampak pada jatuhnya IHSG pada tahun

2008 mempengaruhi investasi saham&obligasi dari Jasa raharja. Investasi pada sektor ini

menurun signifikan dari Rp 1,365,526,927,331 pada tahun 2007 menjadi hanya Rp

943,391,107,271 pada tahun 2008. Kenaikan pada periode 2008-2009 salah satunya diakibatkan

oleh kenaikan investasi sebesar Rp 1,205,832,125,617 dan aktiva lancar sebesar Rp

36,686,915,298.

Sedangkan pada laporan rugi laba, laba bersih jasa raharja berfluktuasi, sempat turun pada

tahun 2008 sebesar Rp 200,696,363,892, kemudian naik lagi sebesar Rp 605,080,940,784

kenaikan ini sangat besar malampaui pencapaian laba bersih pada tahun 2007.

4.2 Analisis Vertikal


Analisis vertikal dikenal sebagai common size analysis. Analisis vertikal pada neraca

digunakan patokan pada total aktiva dan pasiva sedangkan pada laporan laba rugi digunakan

pendapatan kotor sebagai patokannya. Hasil perhitungan analisis vertikal pada neraca dan

laporan laba rugi pada PT Jasa Raharja (Persero) dapat dilihat sebagai berikut:

TABEL 4.3
PT. JASA RAHARJA (PERSERO)
ANALISIS VERTIKAL PADA NERACA
PER 31 DESEMBER 2007-2009

    Analisis Vertikal Laporan Keuangan PT Jasa Raharja (Persero)

Neraca
Keterangan 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009

Rp % Rp % Rp %
               
  Aktiva            

30
  Investasi            
  Deposito berjangka 648,856,017,700 30% 481,779,767,700 18% 742,253,267,700 19%
  saham&obligasi 1,365,526,927,331 64% 943,391,107,271 36% 2,006,703,632,050 52%
  penyertaan langsung 16,899,970,133 1% 17,797,882,605 1% 16,616,188,985 0%
  Reksadana 99,276,767,936 5% 1,175,265,539,537 45% 1,058,493,333,995 28%
  Jumlah investasi 2,130,559,683,100 100% 2,618,234,297,113 100% 3,824,066,422,730 100%
  persentase investasi terhadap total aktiva   85%   87%   89%
               
  Aktiva Lacar            
  Kas dan bank 92,116,075,794 44% 132,832,257,126 62% 136,292,375,746 54%
  Piutang premi 84,962,789,605 40% 94,645,328,113 44% 94,346,684,567 38%
  Cadangan penyisihan piutang premi (19,525,391,048) -9% (67,230,839,210) -31% (73,936,165,104) -29%
  Piutang reasuransi 17,990,809,964 9% 19,021,511,169 9% 18,629,509,667 7%
  Piutang lain 36,084,459,779 17% 34,918,780,687 16% 75,541,548,307 30%
  Jumlah 211,628,744,094 100% 214,187,037,885 100% 250,873,953,183 100%
  persentase akt. Lancar terhadap total aktiva   8%   7%   6%
               
  Aktiva tetap            
  Tanah, Bangunan dan Aktiva Tetap Lain 305,982,413,931 205% 361,086,769,340 199% 400,528,315,158 194%
-
  Akumulasi Penyusutan (157,033,670,561) 105% (179,431,584,392) -99% (193,676,207,601) -94%
    148,948,743,370 100% 181,655,184,948 100% 206,852,107,557 100%
  Aktiva Dalam Proses 179,065,300 0% 179,065,300 0% 179,065,300 0%
  Jumlah 149,127,808,670 100% 181,834,250,248 100% 207,031,172,857 100%
  persentase akt. Ttp terhadap total aktiva   6%   6%   5%
               
  Aktiva Lain-lain            
  Aktiva Lain-lain 5,165,360,650 78% 6,285,914,713 83% 6,928,275,443 84%
  Aktiva Pajak Tangguhan 1,498,797,861 22% 1,286,121,292 17% 1,326,235,618 16%
  Jumlah 6,664,158,511 100% 7,572,036,005 100% 8,254,511,061 100%
  persentase akt. Lain2 terhadap total aktiva   0%   0%   0%
               
  JUMLAH AKTIVA 2,497,980,394,375 100% 3,021,827,621,251 100% 4,290,226,059,831 100%
               
  KEWAJIBAN DAN EKUITAS            
  KEWAJIBAN            
  Utang Klaim 14,845,437,251 2% 7,864,603,101 1% 17,977,792,909 1%
  Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 10% 161,666,396,595 12% 295,548,389,160 18%
  Premi Yg. belum mrpk. pendapatan 586,005,105,782 70% 940,814,993,798 70% 1,131,570,029,972 67%
  Utang Reasuransi 43,775,944,916 5% 40,290,420,516 3% 40,287,143,078 2%
  Utang Pajak 43,753,363,233 5% 92,768,367,307 7% 45,948,177,846 3%
  Utang Lain 68,236,949,134 8% 103,681,860,481 8% 151,170,215,707 9%
  Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 100% 1,347,086,641,798 100% 1,682,501,748,672 100%
persentase kewajiban terhadap total
  kewajiban&ekuitas   34%   45%   39%
               
  Kewajiban Imbalan Paska Kerja 4,660,660,477 0% 6,058,426,357 0% 7,482,954,718 0%
  Kewajiban Pajak Tangguhan - 0% 47,346,386 0% 754,325,600 0%
               
  EKUITAS            
  Hak Minoritas :            
  Modal Saham 20,000,000,000 30% 20,000,000,000 25% 20,000,000,000 35%
  Cadangan 31,928,147,594 47% 40,274,571,133 50% 26,192,330,454 46%
  Laba Tahun Berjalan 15,788,023,539 23% 20,082,889,776 25% 10,198,736,640 18%
  Jumlah Hak Minoritas 67,716,171,133 100% 80,357,460,909 100% 56,391,067,094 100%
               
               
               

31
  Hak Mayoritas :            
  Modal Disetor 500,000,000,000 32% 800,000,000,000 50% 800,000,000,000 31%
  Cadangan 559,173,135,880 35% 613,343,319,661 39% 819,961,669,426 32%
  Kenaikan (Penurunan) Harga Pasar            
  Surat Berharga 4,192,989,852 0% (143,659,533,058) -9% (540,605,661) 0%
  Laba Tahun Berjalan 519,290,323,090 33% 318,593,959,198 20% 923,674,899,982 36%
  Jumlah Hak Mayoritas 1,582,656,448,822 100% 1,588,277,745,801 100% 2,543,095,963,747 100%
               
  Jumlah Ekuitas 1,650,372,619,955   1,668,635,206,710   2,599,487,030,841  
  persentase ekuitas terhadap total kewjbn&ekuitas   66%   55%   61%
               
  JUMLAH KEWJIBN DAN EKUITAS 2,497,980,394,375 100% 3,021,827,621,251 100% 4,290,226,059,831 100%

TABEL 4.4

PT JASA RAHARJAI(Persero)

ANALISIS VERTIKAL PADA RUGI LABA

PER 31 DESEMBER 2007-2009

Laba/Rugi
Keterangan 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Rp % Rp % Rp %

  A. Pendapatan Underwriting            
  Premi bruto 1,623,040,135,579 85% 2,542,124,193,178 103% 3,004,783,856,860 82%
  Premi reasuransi (161,057,201,764) -8% (192,562,414,740) -8% (167,353,905,623) -5%
  kenaikan premi yang belum            
  merupakan pendapatan (62,412,407,132) -3% (354,809,888,017) -14% (190,755,036,173) -5%
  Jumlah pendapatan underwriting 1,399,570,526,683 73% 1,994,751,890,421 81% 2,646,674,915,064 73%
               
  B. Biaya Underwriting            
  Biaya Klaim            
  Klaim bruto 633,352,533,494 33% 1,169,958,787,850 61% 1,590,616,783,556 44%

  Klaim reasuransi (29,047,570,537) -2% (34,514,299,829) (0) (49,650,905,864) -1%

  Kenaikan Estimasi klaim retensi sendiri 8,295,033,729 0% 75,336,082,968 0 134,154,667,615 4%


  Jumlah Biaya Klaim 612,599,996,686 32% 1,210,780,570,989 49% 1,675,120,545,307 46%
  Biaya Administrasi/Komisi Netto 74,742,289,142 4% 88,912,533,144 4% 89,960,096,818 2%
  Biaya underwriting lain neto 190,629,268,062 10% 270,505,797,555 11% 285,870,661,073 8%
  Jumlah Biaya Underwriting 877,971,553,890 46% 1,570,198,901,688 63% 2,050,951,303,198 56%
               
  C. Hasil Underwriting (A‐B) 521,598,972,793 27% 424,552,988,733 17% 595,723,611,866 16%
  D. Hasil Investasi 194,405,131,952 10% 21,575,857,362 1% 436,444,053,996 12%

32
  E. Biaya Usaha 331,654,225,066 17% 365,074,663,479 15% 439,566,138,167 12%
  F. Laba Usaha (C+D‐E) 384,349,879,679 20% 81,054,182,616 3% 592,601,527,695 16%
  G. Pendapatan (Biaya) Lain 316,857,290,483 17% 459,361,741,582 19% 560,084,803,462 15%
  H. Laba (Rugi) Sebelum pajak (F+G) 701,207,170,162 37% 540,415,924,198 22% 1,152,686,331,157 32%
  I. Pajak Penghasilan :            
  Pajak Penghasilan Kini 167,377,543,975 9% 201,479,052,268 8% 218,145,829,646 6%
  Pajak (Penghasilan) Tangguhan (1,248,720,442) 0% 260,022,956 0% 666,864,889 0%
    166,128,823,533 9% 201,739,075,224 8% 218,812,694,535 6%
               
  J. Laba Bersih Sebelum Bagian            
  Pemilik Minoritas (H‐I) 535,078,346,629 28% 338,676,848,974 14% 933,873,636,622 26%
  K. Laba Bagian Pemilik Minoritas (15,788,023,539) -1% (20,082,889,776) -1% (10,198,736,640) 0%

               

  Laba Bersih 519,290,323,090 27% 318,593,959,198 13% 923,674,899,982 25%

4.2.1 Analisis Vertikal Neraca

 Tahun 2007

Pada tahun 2007 sangat terlihat jelas investasi perusahaan sangat besar pada sector deposito,

penyertaan, reksadana, saham, dan obligasi. Persentase investasi terhadap aktiva adalah sebesar

85% yang berarti sebagian besar uang perusahaan ada pada instrument tersebut. Sedangkan pada

aktiva lancar dan aktiva tetap perbandingannya pada total aktiva adalah masing-masing 8% dan

6%.

Pada sisi kewajiban serta ekuitas besaran persentasenya terhadap total pasiva adalah masing-

masing 34% dan 66%.

 Tahun 2008

Berdasarkan analisis vertikal untuk tahun 2008 pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa

persentase investasi dari total aktiva mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu

menjadi sebesar 87%. Dalam hal ini walupun investasi pada sector obligasi dan saham turun

33
drastis namun, investasi reksadana menglami peningkatan pesat dari tahun sebelumnya.

Sedangkan persentase aktiva lancar mengalami penurunan menjadi 7%, hal ini menarik karena

bila dilihat nilai aktiva lancar sebenarnya naik dari tahun sebelumnya.

Disisi pasiva terjadi kenaikan signifikan terhadap kewajiban perusahaan menjadi 45%

sedangkan ekuitas turun menjadi hanya 55%.

 Tahun 2009

Pada tahun 2009 keaikan kembali terjadi pada sector investasi menjadi 89% kenaikan

terutama disebabkan oleh kenaikan investasi pada saham&obligasi.

Sedangkan kewajiban perusahaan turun sebesar 6% menjadi 39% diikuti kenaikan

ekuitas sebesar 6% menjadi 61%.

4.2.2 Analisis Vertikal Laporan Laba Rugi

 Tahun 2007

Berdasarkan data analisis vertikal laba-rugi di atas, untuk tahun 2007 diketahui

bahwa laba bersih 27% dari total pendapatan.

Pendapatan underwriting untuk tahun tersebut adalah sebesar 73% dari total

pendapatan. Sedangkan biaya underwriting sebesar 46% dari total pendapatan, jadi hasil

underwriting adalah 27%. Hasil investasi tercatat sebesar 10% dan biaya usaha 17%. Laba

pada tuhun ini adalah 20%.

 Tahun 2008

Terjadi penurunan laba bersih dari tahun sebelumnya (2007) sebesar 27% menjadi

13%. Pada tahun tersebut hasil underwriting mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

menjadi sebesar 17%, hal ini disebabkan kenaikan biaya underwriting menjadi 63%.

34
Penurunan terbesar terjadi pada laba usaha yang turun 17% menjadi hanya 3%, hal ini

dikarenakan antara lain oleh penurunan hasil underwriting dan hasil investasi. Hasil

investasi yang tercatat 10% dari total pendapatan pada tahun 2007 pada tahun 2008 hanya

sebesar 1%.

 Tahun 2009

Untuk tahun ini, laba bersih adalah 25% dari total pendapatan. Tidak seperti tahun

sebelumnya, kali ini terjadi kenaikan laba bersih dari tahun sebelumnya (2008) sebesar 12%.

Hasil underwriting turun 16%, tetapi terjadi perbaikan terhadap laba usaha yang naik

menjadi 16%.

4.3 Analisis Horizontal

Seperti halnya pada anlisis vertikal, analisis horizontal pada PT. Jasa Raharja (Persero).

ini menggunakan data keuangan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2005, 2006 dan tahun 2007.

Secara lengkap, analisis horizontal pada PT. Jasa Raharja (Persero) dapat dilihat pada penjelasan

berikut ini.

35
36
TABLE 4.5

PT JASA RAHARJA(PERSERO)

ANALISIS HORIZONTAL PADA NERACA

PER DESEMBER 2007-2009

Tahun Analisis Horizontal Lap. Keuangan PT Jasa Raharja(Persero)

Keterangan
31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009
Selisi
Rp RP RP h % Selisih % Selisih %

                     

  Aktiva                  

  Investasi                  
481,779,767,70 (167,076,250,000 260,473,500,00
  Deposito berjangka 648,856,017,700 0 742,253,267,700 - 0% ) -26% 0 54%
943,391,107,27 (422,135,820,060 1,063,312,524,77
  saham&obligasi 1,365,526,927,331 1 2,006,703,632,050 - 0% ) -31% 9 113%
17,797,882,60 (1,181,693,620
  penyertaan langsung 16,899,970,133 5 16,616,188,985 - 0% 897,912,472 5% ) -7%
1,175,265,539,53 (116,772,205,542
  Reksadana 99,276,767,936 7 1,058,493,333,995 - 0% 1,075,988,771,601 1084% ) -10%
1,205,832,125,61
  Jumlah investasi 2,130,559,683,100 2,618,234,297,113 3,824,066,422,730 - 0% 487,674,614,013 23% 7 46%

                   

  Aktiva Lacar                
132,832,257,12 3,460,118,62
  Kas dan bank 92,116,075,794 6 136,292,375,746 - 0% 40,716,181,332 44% 0 3%

37
(298,643,546
  Piutang premi 84,962,789,605 94,645,328,113 94,346,684,567 - 0% 9,682,538,508 11% ) 0%
(19,525,391,048 (67,230,839,210 (73,936,165,104 (47,705,448,162 (6,705,325,894
  Cadangan penyisihan piutang premi ) ) ) - 0% ) 244% ) 10%
19,021,511,16 (392,001,502
  Piutang reasuransi 17,990,809,964 9 18,629,509,667 - 0% 1,030,701,205 6% ) -2%
34,918,780,68 (1,165,679,092 40,622,767,62
  Piutang lain 36,084,459,779 7 75,541,548,307 - 0% ) -3% 0 116%
214,187,037,88 36,686,915,29
  Jumlah 211,628,744,094 5 250,873,953,183 - 0% 2,558,293,791 1% 8 17%

                 

  Aktiva tetap                
361,086,769,34 39,441,545,81
  Tanah, Bangunan dan Aktiva Tetap Lain 305,982,413,931 0 400,528,315,158 - 0% 55,104,355,409 18% 8 11%
(157,033,670,561 (179,431,584,392 (193,676,207,601 (22,397,913,831 (14,244,623,209
  Akumulasi Penyusutan ) ) ) - 0% ) 14% ) 8%
181,655,184,94 25,196,922,60
    148,948,743,370 8 206,852,107,557 - 0% 32,706,441,578 22% 9 14%
179,065,30
  Aktiva Dalam Proses 179,065,300 0 179,065,300 - 0% - 0% - 0%
181,834,250,24 25,196,922,60
  Jumlah 149,127,808,670 8 207,031,172,857 - 0% 32,706,441,578 22% 9 14%

                 

  Aktiva Lain-lain                
6,285,914,71 642,360,73
  Aktiva Lain-lain 5,165,360,650 3 6,928,275,443 - 0% 1,120,554,063 22% 0 10%
1,286,121,29 (212,676,569 40,114,32
  Aktiva Pajak Tangguhan 1,498,797,861 2 1,326,235,618 - 0% ) -14% 6 3%
682,475,05
  Jumlah 6,664,158,511 7,572,036,005 8,254,511,061 - 0% 907,877,494 14% 6 9%

    -

3,021,827,621,25 1,268,398,438,58
  JUMLAH AKTIVA 2,497,980,394,375 1 4,290,226,059,831 - 0% 523,847,226,876 21% 0 42%

38
                 

  KEWAJIBAN DAN EKUITAS                

  KEWAJIBAN                
(6,980,834,150 10,113,189,80
  Utang Klaim 14,845,437,251 7,864,603,101 17,977,792,909 - 0% ) -47% 8 129%
133,881,992,56
  Estimasi Klaim Retensi Sendiri 86,330,313,627 161,666,396,595 295,548,389,160 - 0% 75,336,082,968 87% 5 83%
190,755,036,17
  Premi Yg. belum mrpk. Pendapatan 586,005,105,782 940,814,993,798 1,131,570,029,972 - 0% 354,809,888,016 61% 4 20%
(3,485,524,400 (3,277,438
  Utang Reasuransi 43,775,944,916 40,290,420,516 40,287,143,078 - 0% ) -8% ) 0%
(46,820,189,461
  Utang Pajak 43,753,363,233 92,768,367,307 45,948,177,846 - 0% 49,015,004,074 112% ) -50%
47,488,355,22
  Utang Lain 68,236,949,134 103,681,860,481 151,170,215,707 - 0% 35,444,911,347 52% 6 46%
335,415,106,87
  Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 1,347,086,641,798 1,682,501,748,672 - 0% 504,139,527,855 60% 4 25%

                   

                   
1,424,528,36
  Kewajiban Imbalan Paska Kerja 4,660,660,477 6,058,426,357 7,482,954,718 - 0% 1,397,765,880 30% 1 24%
706,979,21 1493
  Kewajiban Pajak Tangguhan - 47,346,386 754,325,600 - 0% 47,346,386 4 %

                   

  EKUITAS                

  Hak Minoritas :                

  Modal Saham 20,000,000,000 20,000,000,000 20,000,000,000 - 0% - 0% - 0%


(14,082,240,679
  Cadangan 31,928,147,594 40,274,571,133 26,192,330,454 - 0% 8,346,423,539 26% ) -35%

39
(9,884,153,136
  Laba Tahun Berjalan 15,788,023,539 20,082,889,776 10,198,736,640 - 0% 4,294,866,237 27% ) -49%
(23,966,393,815
  Jumlah Hak Minoritas 67,716,171,133 80,357,460,909 56,391,067,094 - 0% 12,641,289,776 19% ) -30%

                     

  Hak Mayoritas :                  

  Modal Disetor 500,000,000,000 800,000,000,000 800,000,000,000 - 0% 300,000,000,000 60% - 0%


206,618,349,76
  Cadangan 559,173,135,880 613,343,319,661 819,961,669,426 - 0% 54,170,183,781 10% 5 34%

  Kenaikan (Penurunan) Harga Pasar                

(147,852,522,910
- 143,118,927,39
  Surat Berharga 4,192,989,852 (143,659,533,058) (540,605,661) - 0% ) 3526% 7 -100%
(200,696,363,892 605,080,940,78
  Laba Tahun Berjalan 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982 - 0% ) -39% 4 190%
954,818,217,94
  Jumlah Hak Mayoritas 1,582,656,448,822 1,588,277,745,801 2,543,095,963,747 - 0% 5,621,296,979 0% 6 60%

                     
930,851,824,13
  Jumlah Ekuitas 1,650,372,619,955 1,668,635,206,710 2,599,487,030,841 - 0% 18,262,586,755 1% 1 56%

                     

0 1,268,398,438,58
  JUMLAH KEWJIBN DAN EKUITAS 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831 - % 523,847,226,876 21% 0 42%

TABLE 4.6

PT JASA RAHARJA(PERSERO)

40
ANALISIS HORIZONTAL PADA RUGI LABA

PER DESEMBER 2007-2009

Laba/Rugi Analisis Horizontal Lap. L/R PT Jasa Raharja (Persero)


Keterangan 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009 2007-208 2008-2009

Rp %   Selisih % selisih %

  A. Pendapatan Underwriting              
  Premi bruto 1,623,040,135,579 2,542,124,193,178 3,004,783,856,860 919,084,057,599 57% 462,659,663,682 18%
  Premi reasuransi (161,057,201,764) (192,562,414,740) (167,353,905,623) (31,505,212,976) 20% 25,208,509,117 -13%
  kenaikan premi yang belum              
  merupakan pendapatan (62,412,407,132) (354,809,888,017) (190,755,036,173) (292,397,480,885) 468% 164,054,851,844 -46%
  Jumlah pendapatan underwriting 1,399,570,526,683 1,994,751,890,421 2,646,674,915,064 595,181,363,738 43% 651,923,024,643 33%
                 
  B. Biaya Underwriting              
  Biaya Klaim              
  Klaim bruto 633,352,533,494 1,169,958,787,850 1,590,616,783,556 536,606,254,356 85% 420,657,995,706 36%
  Klaim reasuransi (29,047,570,537) (34,514,299,829) (49,650,905,864) (5,466,729,292) 19% (15,136,606,035) 44%
Kenaikan Estimasi klaim retensi
  sendiri 8,295,033,729 75,336,082,968 134,154,667,615 67,041,049,239 808% 58,818,584,647 78%
  Jumlah Biaya Klaim 612,599,996,686 1,210,780,570,989 1,675,120,545,307 598,180,574,303 98% 464,339,974,318 38%
  Biaya Administrasi/Komisi Netto 74,742,289,142 88,912,533,144 89,960,096,818 14,170,244,002 19% 1,047,563,674 1%
  Biaya underwriting lain neto 190,629,268,062 270,505,797,555 285,870,661,073 79,876,529,493 42% 15,364,863,518 6%
  Jumlah Biaya Underwriting 877,971,553,890 1,570,198,901,688 2,050,951,303,198 692,227,347,798 79% 480,752,401,510 31%
                 
  C. Hasil Underwriting (A‐B) 521,598,972,793 424,552,988,733 595,723,611,866 (97,045,984,060) -19% 171,170,623,133 40%
  D. Hasil Investasi 194,405,131,952 21,575,857,362 436,444,053,996 (172,829,274,590) -89% 414,868,196,634 1923%
  E. Biaya Usaha 331,654,225,066 365,074,663,479 439,566,138,167 33,420,438,413 10% 74,491,474,688 20%
  F. Laba Usaha (C+D‐E) 384,349,879,679 81,054,182,616 592,601,527,695 (303,295,697,063) -79% 511,547,345,079 631%
  G. Pendapatan (Biaya) Lain 316,857,290,483 459,361,741,582 560,084,803,462 142,504,451,099 45% 100,723,061,880 22%
H. Laba (Rugi) Sebelum pajak
  (F+G) 701,207,170,162 540,415,924,198 1,152,686,331,157 (160,791,245,964) -23% 612,270,406,959 113%

41
  I. Pajak Penghasilan :              
  Pajak Penghasilan Kini 167,377,543,975 201,479,052,268 218,145,829,646 34,101,508,293 20% 16,666,777,378 8%
-
  Pajak (Penghasilan) Tangguhan (1,248,720,442) 260,022,956 666,864,889 1,508,743,398 121% 406,841,933 156%
    166,128,823,533 201,739,075,224 218,812,694,535 35,610,251,691 21% 17,073,619,311 8%
                 
  J. Laba Bersih Sebelum Bagian              
  Pemilik Minoritas (H‐I) 535,078,346,629 338,676,848,974 933,873,636,622 (196,401,497,655) -37% 595,196,787,648 176%
K. Laba Bagian Pemilik
  Minoritas (15,788,023,539) (20,082,889,776) (10,198,736,640) (4,294,866,237) 27% 9,884,153,136 -49%

                 

  Laba Bersih 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982 (200,696,363,892) -39% 605,080,940,784 190%

42
4.3.1 Analisis Horizontal Neraca

Tahun 2007-2008

Dari tahun 2007 ke 2008 rata-rata mengalami peningkatan pada setiap pos dalam neraca.

Kenaikan terbesar terjadi pada pos investasi sebesar 23%. Kenaikan yang signifikan dalam

Investasi terjadi pada Reksadana yaitu sebesar 1084%.

Tahun 2008-2009

Dari tahun 2008 ke 2009 rata-rata mengalami kenaikan pada setiap pos dalam neraca.

Kembali Investasi mengalami kenaikan sebesar 46%. Namun kali ini bukan karena investasi

reksadana melainkan investasi saham&obligasi yang naik sampai 113%.

4.3.2 Analisis Horizontal Laporan Rugi Laba

Tahun 2007-2008

Total pendapatan mengalami penurunan cukup besar yaitu 37%. Hal ini disebabkan

karena turunnya pendapatan Underwriting dan Investasi masing-masing sebesar 19% dan 89%.

Hal ini diperburuk lagi dengan naiknya biaya usaha sebesar 10% sehingga laba usaha anjlok

sebesar 79%.

Tahun 2008-2009

Laba Bersih mengalami kenaikan sebesar 190% dari tahun sebelumnya. Hal ini

dikarenakan kenaikan hasil underwriting sebesar 40% dan hasil investasi yang naik hingga

1923%.

4.4 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan terbagi menjadi:

43
4.4.1 Rasio Likuiditas

Secara teoritis telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, bahwa likuiditas

perusahaan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya yang segera jatuh tempo. Maka untuk mengetahuinya, diaplikasikan rasio-rasio

likuiditas ke dalam perusahaan tersebut, yakni sebagai berikut :

a. Cash Ratio

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat

diketahui cash ratio untuk tahun 2007-2009 adalah

Adapun rumus dari cash ratio adalah:

Cas h
Cash Ratio = x 100%
Current Liabilities

Berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui cash ratio selama tiga periode (2007-

2009) yaitu :

3,169,921,472 92,116,075,794
Tahun 2007 = x 100%
16,406,031,709 842,947,113,943

= 10.93%

14,272,490,325 132,832,257,126
Tahun 2008 = x 100%
26,381,756,900 1,347,086,641,798

= 9.86%

23,238,043,691 136,292,375,746
Tahun 2009 = x 100%
34,942,604,804 1,682,501,748,672

= 8.10%

b. Cash to Total Assets Ratio

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Adapun

rumusnya adalah

44
Cas h
Cash to total assets = x 100%
Total Assets

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat

diketahui cash to total assets ratio untuk tahun 2007-2009 adalah

92,116,075,794
Tahun 2007 = x 100%
2,497,980,394,375

= 3.69%

8,544,998,756 132,832,257,126
Tahun 2008 = x 100%
25,361,304,235 3,021,827,621,251

= 4.40%

136,292,375,746
Tahun 2009 = x 100%
4,290,226,059,831

= 3.18%

c. Current Ratio

Rasio lancar mengukur kemampuan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dinyatakan dengan :

Current Assets
Current Ratio = x 100%
Current Liabilities

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja(Persero) maka dapat

diketahui current ratio untuk tahun 2005-2007 adalah

3,169,921,472 211,628,744,094
Tahun 2007 = x 100%
16,406,031,709 842,947,113,943

= 25.11%

14,272,490,325 214,187,037,885
Tahun 2008 = x 100%
26,381,756,900 1,347,086,641,798

= 15.90%

45
23,238,043,691 250,873,953,183
Tahun 2009 = x 100%
34,942,604,804 1,682,501,748,672

= 14.91%

Untuk lebih jelasnya, perkembangan rasio likuiditas tahun 2007-2009 dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7
Likuidity Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009

  Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
        Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Cash Ratio 10.93% 9.86% 8.10% -1% -2%
Cash to Total Assets Ratio 3.69% 4.40% 3.18% 1% -1%
Current Ratio 25.11% 15.90% 14.91% -9% -1%

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan secara umum rasio likuiditas

perusahaan periode 2007-2008 dan 2008-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 cash

ratio sebesar 10.93%, mengalami penurunan sebesar -1% menjadi 9.86% untuk tahun 2008. Pada

tahun 2009 cash ratio kembali mengalami penurunan sebesar -2% dari tahun 2008.

4.4.2 Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau

profit dari penggunaan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Maka untuk

mengetahuinya, diaplikasikan rasio-rasio profitabilitas ke dalam perusahaan tersebut, yakni

sebagai berikut :

a. Margin Laba Kotor

46
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,

mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini dinyatakan

dengan

Laba Kotor
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat

diketahui marjin laba kotor untuk tahun 2007-2009 adalah

384,349,879,679
Tahun 2007 = x 100%
1,399,570,526,683

= 27.46%

81,054,182,616
Tahun 2008 = x 100
1,994,751,890,421

= 4.06%

592,601,527,695
Tahun 2009 = x 100%
2,646,674,915,064

= 22.39%

Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Net Profit Margin adalah rasio antara laba bersih dan penjualan. Rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dapat diukur dengan:

Laba Bersih
Net Profit Margin = x 100%
Penjualan

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja(Persero) maka dapat diketahui marjin

laba bersih untuk tahun 2007-2009 adalah

(1,888,464,401) 519,290,323,090
Tahun 2007 = x 100%
210,324,524 1,399,570,526,683

= 37.10%

47
318,593,959,198
Tahun 2008 = x 100%
1,994,751,890,421

= 97.05%

923,674,899,982
Tahun 2009 = x 100%
2,646,674,915,064

= 15.97%

Tabel 4.8
Profitability Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009

  Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
        Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Marjin Laba Kotor 27.46% 4.06% 22.39% -23.40% 18.33%
Marjin Laba Bersih 37.10% 97.05% 15.97% 59.95% -81.08%

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan secara umum rasio profitabilitas perusahaan

periode 2007-2009 berfluktuasi. Pada tahun 2007 marjin laba kotor sebesar 27.46% mengalami

penurunan sebesar -23.40% menjadi 4.06% pada tahun berikutnya. Pada tahun 2009 mengalami

kenaikan sebesar 18.33% menjadi 22,39 %. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa laba kotor

yang didapat perusahaan terus mengalami kenaikan dan mempunyai usaha yang baik dan masih

dapat berkembang.

4.4.3 Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya peranan utang

dalam pembelanjaan investasi perusahaan. Dalam teori capital structure dinyatakan bahwa utang

merupakan unsur yang penting dalam memaksimalkan nilai perusahaan.

a. Rasio Utang (Debt Ratio)

48
Debt ratio (DR) adalah rasio antara total utang dan total aset. Rasio utang dapat diukur

dengan:

Total Utang
Rasio Utang = x 100%
Total Aset

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat

diketahui Debt Ratio untuk tahun 2007-2009 adalah

847,607,774,420 94,124,800,000
Tahun 2007 = x 100%
2,497,980,394,375 815,313,700,000

= 33.93%

1,353,192,414,541 51,679,100,000
Tahun 2008 = x 100%
3,021,827,621,251 708,361,300,000

= 44.78%

1,690,739,028,990 100,765,900,000
Tahun 2009 = x 100%
4,290,226,059,831 813,142,500,000

= 39.41%

Debt Equity Ratio

Debt Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara total utang dan total ekuitas. Rasio ini

mengukur besarnya utang terhadap ekuitas dalam membelanjai investasi perusahaan. Rasio ini dihitung

dengan :

Total Utang
Debt Equity Ratio = x 100%
Total ekuitas

Dengan memperhatikan laporan keuangan PT Jasa Raharja (Persero) maka dapat diketahui Debt

Equity Ratio untuk tahun 2007-2009 adalah

847,607,774,420 94,124,800,000
Tahun 2007 = x 100%
1,650,372,619,955 815,313,700,000

= 51.36%

49
1,353,192,414,541 51,679,100,000
Tahun 2008 = x 100%
1.668,635,206,710 708,361,300,000

= 81.10%

1,690,739,028,990 100,765,900,000
Tahun 2009 = x 100%
2,599,487,030,841 813,142,500,000

= 65.04%

Tabel 4.9
Laverage Ratio
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009

  Tahun Perubahan
Keterangan 2007 2008 2009 2007-2008 2008-2009
        Naik/(Turun) Naik/(Turun)
Rasio Utang 33.93% 44.78% 39.41% 10.85% -5.37%
Debt Equity Ratio 51.36% 81.10% 65.04% 29.74% -16.05%

4.5 Analisis Rasio Berdasarkan KEPMEN BUMN No. KEP100/MBU/2002

Penilaian Kinerja BUMN melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor KEP-100/MBU/2002 tangga l4 juni 2002 tentang penilaian Tingkat Kesehatan Badan

Usaha Milik Negara.

a. ROE

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari invetasi para pemilik

(pemegang saham). Untuk mendapatkan nilai ROE ini digunakan rumus :

Laba Setelah Pajak


ROE = × 100 %
Modal Sendiri

b. ROI

50
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

seluruh sumber-sumbernya. Dalam surat keputusan tersebut ROI dihitung dengan cara:

EBIT + Penyusutan
ROI = × 100 %
Capital Employed

c. Rasio Kas

Rasio kas ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang

akan jatuh tempo dengan kas yang dimiliki perusahaan ( baik yang ada dalam perusahaan

maupun yang ada dibank yang sewaktu-waktu dapat digunakan ) dan surat berharga

jangka pendek. Untuk menghitungrasio kas ini digunakan rumus sebagai berikut :

Kas + Bank + Surat Berharga Jk . Pendek


Rasio Kas = × 100 %
Current Liabilities

d. Rasio Lancar

Current Ratio menunjukkan seberapa jauh kewajiban jangka pendek kepada kreditur

dipenuhi oleh harta yang segera (biasanya satu tahun) menjadi kas. Atau dengan kata lain

raio ini digunakan untuk mengetahui kesangupan perusahaan mmenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Untuk menghitung rasio lancar ini digunakan rumus sebagai berikut :

C urrent Assets
Current Rasio = × 100 %
Current Liabilities

e. Collection Period

Collection Period menunjukkan lamanya piutang dagang tersebut beredar hingga menjadi

kas. Untuk menghitung collection period ini digunakan rumus sebagai berikut :

T otal Piutang Usaha


Collection Period = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha

51
f. Perputaran Persediaan

Perputaran Persediaan adalah seberapa lama persediaan tersebut disimpan dalam satu

tahun.untuk mengetahui perputaran persediaan, dalam surat keputusan ini dihitung

dengan cara sebagai berikut :

T otal Persediaan
Perputaran Persdiaan = × 365 hari
Total Pendapatan Usaha

g. Perputaran Total Aset

Perputaran total asset dalam surat keputusan ini adalah perbandingan antara pendapatan

dengan total asset dengan rumus sebagai berikut :

T otal Pendapatan
Perputaran Total Asset = × 1 00 %
Capital Employed
h. Rasio Modal Sendiri terhadap total Aset

Rasio ini menunjukkan seberapa besar porsi modal sendiri terhadap total aset. Rasio

modal sendiri terhadap total asset dalam surat keputusan ini diperoleh dari :

T otal Modal Sendiri


TM / TA = × 1 00 %
Total Asset

Tabel 4.10
Analisis Rasio Berdasarkan KEPMEN BUMN No. KEP100/MBU/2002
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009

Perubahan
Tahun
Keterangan 2007-2008 2008-2009
2007 Skor 2008 Skor 2009 Skor Naik/(Turun) Naik/(Turun)
ROE 107% 20 42% 20 117% 20 -65% 74%
ROI 32.97% 15 21.63% 15 36.89% 15 -11% 15%
Rasio kas 11% 2 10% 2 8% 1 -1% -2%
Rasio Lancar 25.11% 0 15.90% 0 14.91% 0 -9% -1%
CP 31 5 15 5 16 5 -1628% 92%

52
PP 28 5 27 5 21 5 -149% -600%
TATO 116% 4.5 148% 5 140% 5 33% -8%
TMS/TA 20% 7.25 26% 7.25 19% 6 6% -8%
Total Skor   58.75   59.25   57    

Berdasarkan Hasil perhitungan di atas maka :

Total Skor
Nilai ¿ 70

Tabel 4.11
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN
PT Jasa Raharja (Persero)
Periode 2007-2009

Nilai
Tahun
Angka Huruf
2007 84 AA
2008 85 AA
2009 81 AA

Dari Nilai di atas dapat diketahui tingkat kesehatan aspek keuangan PT Jasa Raharja (Persero)

berdasarkan KEPMEN BUMN No. KEP100/MBU/2002. Angka diatas membuktikan performa

Jasa Raharja dari kurun waktu 3 tahun terakhir tergolong Sehat dan stabil. Namun, yang perlu

menjadi catatan bahwa tingkat likuiditas PT Jasa Raharja (Persero) yang teramat kecil, sehingga

perlu mendapatkan perhatian yang serius.

4.6 Analisis Persentase Per Komponen (APP)

Analisis per komponen merupakan teknik analisis laporan keuangan dengan

menganalisis komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan, baik yang ada di

53
neraca maupun laporan laba rugi. Hasil analisis dibuatkan dalam bentuk persentase. Artinya

mengubah jumlah rupiah dalam laporan keuangan menjadi persentase. Dengan mengetahui

perubahan persentase per komponen akan terlihat suatu kenaikan atau penurunan apakah akan

menjadi berarti atau memiliki makna tertentu.

Berikut ini adalah analisis persentase per komponen pada laporan keuangan PT Garuda

Indonesia (persero).

1. Antara Komponen Piutang dengan Total Aset

Piutang
Rumus APP = x 100%
Total Aset
Analisis Persentase antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total Passiva
Uraian 2007 2008 2009
Piutang premi 84,962,789,605 94,645,328,113 94,346,684,567
(19,525,391,048 (67,230,839,210 (73,936,165,104
Cadangan penyisihan piutang premi ) ) )
Piutang reasuransi 17,990,809,964 19,021,511,169 18,629,509,667
Piutang lain 36,084,459,779 34,918,780,687 75,541,548,307
Total Piutang 119,512,668,300 81,354,780,759 114,581,577,437
Jumlah Aset 2,497,980,394,375 3,021,827,621,251 4,290,226,059,831

APP 5% 3% 3%

Pada tahun 2007, piutang berjumlah 5% dari jumlah aset. Dengan kata lain bahwa setiap

Rp 1 aset diinvestasikan ke piutang sebesar Rp 0,05. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa

investasi aktiva di piutang terjadi penurunan 3% dari tahun 2007-2008, sedangkan untuk

periode 2008-2009 walaupun terjadi peningkatan terhadap total piutang namun secara

persentase tetap sama dengan periode sebelumnya dikarenakan peningkatan yang

proporsional pada total asset. Antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total Passiva

Utang Jangka Pendek


Rumus APP = x 100%
Total Passi va

54
Analisis Persentase antara Komponen Utang Jangka Pendek dengan Total
Passiva
Uraian 2007 2008 2009
1,347,086,641,79 1,682,501,748,67
Jumlah Kewajiban 842,947,113,943 8 2
Jumlah Kewajiban 2,497,980,394,37 3,021,827,621,25 4,290,226,059,83
dan Ekuitas 5 1 1
APP 34% 45% 39%

Utang kewajiban lancar tahun 2007 berjumlah 34% dari total kewajiban atau dengan kata

lain, setiap Rp 1 aset dibiayai dengan kewajiban lancar sebesar Rp 0,34. Dari uraian di atas

terlihat bahwa aset yang dibiayai kewajiban lancar naik sebesar 11% tahun 2008 dan menurun

sebesar 6% pada tahun 2009.

2. Antara Laba Bersih dengan Total Penjualan

Laba Bersih
Rumus APP = x 100%
Total Penjualan
Analisis Persentase antaraLaba Bersih dengan Total Pendapatan usaha
Uraian 2007 2008 2009
Jumlah
Pendapatan 1,399,570,526,68 1,994,751,890,42 2,646,674,915,06
Usaha 3 1 4
Laba Bersih 519,290,323,090 318,593,959,198 923,674,899,982
APP 37% 16% 35%

Laba bersih tahun 2007 berjumlah 37% dari jumlah pendapatan usaha. Atau dengan kata

lain, setiap Rp 1 jumlah pendapatan usaha diperoleh Rp 0,37 laba bersih. Dari uraian di atas

dapat dilihat bahwa laba bersih perusahaan sempat anjlok 21% pada tahun 2008 dan kembali

normal pada tahun 2009 ditandai dengan peningkatan sebesar 19% menjadi 35%.

4.7 Analisis Arus Kas

55
Analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan

komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio.

1. Rasio Arus Kas Operasi ( AKO )

Jumlah Arus KasOperasi


AKO =
Kewajiban Lancar

Rasio Arus Kas Operasi


Uraian 2007 2008 2009
Jumlah Arus Kas Operasi 464.107.831.569 683.869.138.838 1.087.666.070.442
Kewajiban Lancar 842.947.113.943 1.347.086.641.798 1.682.501.748.672
AKO 55% 51% 65%
Dari hasil tersebut terlihat bahwa rasio arus kas operasi untuk tahun 2007 adalah sebesar

0,55 yang berarti untuk setiap 1 rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 0,55 rupiah arus

kas operasi. Untuk tahun 2008 adalah turun menjadi sebesar 0,51 yang berarti untuk setiap 1

rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 0,51 rupiah arus kas operasi. Sedangkan tahun 2009

terjadi kenaikan signifikan menjadi sebesar 0,65 yang berarti untuk setiap 1 rupiah

kewajiban lancar dijamin dengan 0,65 rupiah arus kas operasi. Rasio tersebut menunjukkan

bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajiban lancar tanpa menggunakan arus kas

dari aktivitas lain.

2. Rasio Total Hutang (TH)

Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan

asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Dengan mengetahui

rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampun

membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari kativitas operasional

perusahaan. Rumusnya adalah :

56
Arus Kas Operasi
TH =
Total Hutang

Rasio Total Hutang (TH)


Uraian 2007 2008 2009
Jumlah Arus Kas Operasi 464.107.831.569 683.869.138.838 1.087.666.070.442

Total Hutang 847.607.774.420 1.353.192.414.541 1.690.739.028.990


TH 55% 51% 64%

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang untuk tahun 2007 adalah sebesar

0,55 atau sebesar 55% yang berarti total hutang perusahaan yang dijamin dengan arus kas

operasi bersih adalah sebesar 55%. Untuk tahun 2008 adalah 51%. Sedangkan untuk tahun

2009 sebesar 64%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mempunyai kemampuan

yang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas

normal operasi perusahaan.

57
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jasa Raharja mencatatkan laba bersih yang cukup tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp

519,290,323,090. Namun, tampaknya pertumbuhan laba tidak terjadi pada tahun 2008.

Penurunan yang signifikan terjadi pada laba tahun 2008 yaitu sebesar 39% menjadi hanya

sebesar Rp 318,593,959,198. Penurunan laba ini akibat turunnya pendapatan hasil investasi dan

underwriting ditambah lagi kenaikan biaya usaha sebesar 10%. Pada tahun 2008 sektor Investasi

hanya menyumbangkan pendapatan sebesar Rp 21,575,857,362 ini berarti penurunan sebesar

89% dari tahun sebelumnya, agaknya krisis financial membuat capital lost yang sangat besar

terhadap perolehan investasi, terutama pada instrument saham dan obligasi. Instrument tersebut

turun drastis jumlanya. Uniknya instrument reksadana pada tahun tersebut tumbuh 1084%.

Pada tahun 2009 keadaan mulai membaik untuk jasa raharja. Laba bersih melonjak sangat

tinggi bahkan melebihi laba bersih tahun 2007. Kenaikan biaya produksi sebesar 20% pada tahun

2009 tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan laba bersih tahun tersebut. Laba

58
tumbuh 190% dari tahun kemaren. Pada titik tersebut pendapatan investasi melonjak tajam

sebesar 1923%, kemungkinan disebabkan oleh keadaan pasar modal yang mulai membaik

sehingga investasi pada instrument saham dan obligasi naik 113%.

Perlu dicermati rasio lancar dari Jasa Raharja yang sangat kecil, hal ini menimbulkan resiko

likuiditas yang sangat besar, karena kemampuan melunasi kewajiban jangka pendek mereka

sangat kecil.

Dri serangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan kondisi buruk perusahaan pada tahun

2008 tidak berlanjut ke periode selanjutnya. Kemampuan financial perusahaan kian membaik

bahkan lebih baik daripada tahun 2007.

5.2 Saran

Likuiditas perusahaan terlalu kecil dalam 3 tahun terakhir, sangat riskan bila kondisi ini terus

berlanjut, Karena dalam jangka panjang akan mengganggu solvabilitas perusahaan. Maka dari

itu, perlu perhatian yang serius terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2007. Analisis Laporan Keuangan Edisi 3. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Amelia, Rita. 2007. Analisis Ratio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada PT,

Ekadharma Internasional Tbk.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga.

Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1. Jakarta:

Rajawali Pers.

Purnomo, Hanry Dwi. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005.

Semarang.

Sutojo, Siswanto. 2008. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka.

60
LAMPIRAN

61

You might also like