You are on page 1of 14

DEMOKRASI DAN PERANAN NEGARA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Telaah tentang tolak-tarik antara peranan negara dan masyarakat tidak dapat
dilepaskan dari telaah tentang demokrasi, karena dua alasan. Pertama, hampir
semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang
fundamental sebagai telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-
an yang mengumpulkan lebih dari 100 sarjana Barat dan Timur, sementara di
negara-negara demokrasi ini pemberian peranan kepada negara dan masyarakat
hidup dalam porsi yang berbeda-beda (kendati sama-sama demokrasi). Kedua,
Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi
peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertinggi
tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam rute yang berbeda-beda.
Minimal ada tiga rute yang sampai saaat ini bisa dicatat tentang upaya menuju
demokrasi modern yaitu revolusi borjuis yang ditandai dengan kapitalisme dan
parlementerisme (Prancis Dan Inggris), Revolusi dari atas yang juga kapitalis dan
reaksioner yang berpuncak pada facisme (Jerman), dan revolusi petani seperti
terlihat pada pada rute komunis yang sampai pada tahap tertentu disokong oleh
kaum buruh (seperti Rusia dan Cina).
Dengan dua alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir
sepenuhnya disepakati sebagai modal terbaik bagi dasar penyelenggaraan negara
ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya bagi
peranan negara. Kedua, pengembangan ilmu pengetahuan harus diorientasikan
pada upaya membina keselamatan umat manusia, tidak boleh merusak. Karena
dua prinsip dasar ini tidak turut di adopsi dalam pengembangan ilmu di Dunia
Barat, maka Renaissance yang gemilang itu seperti telah dikemukakan di depan
menampilkan sisi buruk yang sampai kini terus berlangsung.
Peristiwa lain, selain Renaissance yang mendorong timbulnya kembali
“Demokrasi” yang dahulunya tenggelam dalam abad pertengahan adalah
terjadinya reformasi, yakni reformasi agama yang terjadi di Eropa barat pada abad
ke enambelas yang mulanya menunnjukkan sebagai pergerakan perbaikan
keadaan dalam gereja katolik tetapi kemudian berkemabang menjadi asas-asas
Protestanisme. Reformasi dimulai ketika Martini Luther menempelkan 95 dalil
pada pintu gereja Wittenberg (31 Oktober 1517) yang kemudian segera
memancing terjadinya serangan terhadap gereja. Luther mempunyai ajaran
tentang pengampunan dengan kepercayaan saja, sebagai pengganti upacara-
upacara, pekerjaan baik dan peranataraan gereja, serta mendesak supaya membaca
kitab suci yang ternyata telah memberikan pertanggungjawaban lebih besar
kepada perorangan untuk keselamatan sendiri.
Ajaran yang kemudian disambut di mana-mana itu telah menyulut api
pemberontakan secara cepat dan meluas di Jerman dan sekitarnya. Persengektahan
anatara gereja dengan kaisar berjalan lama dan getir yang tidak terselsaikan
dengan diselenggarankan mukhtamar-mukhtamar di Speyer ( 1526, 1529) dan di
Augsburg (1530). Dan berakhirnya reformasi ditandai dengan terjadinya
perdamaian Westphalia (1648) yang ternyata mampu menciptakan keseimbangan
setelah kelelahan akibat perang yang berlangsung selama 30 tahun. Namun
Protestanisme yang lahir dari akibat dari reformasi itu tidak hilang dengan
selesainya reformasi melainkan tetap menjadi kekuatan dasar di Dunia Barat
sampai sekarang.

B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahannya ialah:
“Bagaimanakah penerapan kebijakan sistem demokrasi dalam penyelenggaran
negara”.

II. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yatu demos yang berarti rakyat dan kratos
yang berarti pemerintahan. Demokrasi adalah suatu pemerintahan = dimana rakyat
memegang peranan penting yang menentukan kesejahteraan suatu Negara.
1. Paham Hans Kelsen tentang Demokrasi
Menurut Hans Kelsen, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk
rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang
terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya
akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
2. Ciri Demokrasi
Pada waktu sekrang ini sebagai ciri demokrasi ialah bahwa tiap-tiap keputusannya
selalu bersandarkan atas dasar kelebihan suara. Golongan besar memperoleh suara
terbanyak, sedangkan golongan kecil menderita kekalahan.
3. Sifat-sifat Demokrasi
Terdapat lima sifat Demokrasi, yaitu dua sifat demokrasi hasil Revolusi Perancis
1789 ditambah dengan tiga sifat lagi menurut Piagam, sehingga menjadi sebagai
berikut :
a. Demokrasi bersifat Politik
b. Demokrasi bersifat Yuridis
c. Demokrasi bersifat Ekonomis
d. Demokrasi bersifat Sosialis
e. Demokrasi bersifat Kultural
4. Macam-macam Demokrasi
a. Demokrasi sederhana, yaitu demokrasi yang terdapat dalam desa-desa
berdasarkan gotong royong dan musyawarah.
b. Demokrasi barat atau demokrasi liberal oleh kaum komunis disebut demokrasi
kapitalis. Demokrasi barat ialah demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropa
Barat dan Amerika. Tujuan dari demokrasi barat, yaitu agar manusia tidak
diangap sebagai alat belaka, melainkan mansia dipandang sebagai makhluk
hidupyang memiliki tujuan sendiri.
c. Demokrasi timur atau demokrasi rakyat adalah demokrasi yang dianut oleh
negara-negara komunis, seperti Rusia RRC, dll. Tujuan demokrasi timur sama
dengan tujuan demokrasi barat letak perbedaannya yaitu cara pelaksanaan dan
cara pandangannya terhadap manusia.
d. Demokrasi Tengah
Yang dimaksud dengan demokrasi tengah ialah facisme dan nazisme di Italia dan
Jerman pada masa pemerintahan Mussolini dan Hitler. Semboyan dictator Hitler
ialah “Ein Fuhrer, ein Volk, ein Ja!” dengan semboyan ini dimaksudkan bahwa
jika fuhrer telah mengatakan sesuatu hal, maka rakyat haruslah engatakan ya,
yang berarti menyatakan setuju.
Demokrasi tengah bertujuan tidak dianggap penting orang perseorangan, yang
dipentingkan ialah bangsa yaitu rakyat sebagai keseluruhan semboyan Hitler. “DU
Bist Nichts, dein Volk ist alles”.
e. Demokrasi terpimpin atau demokrasi terdidik ialah demokrasi yang
memisahkan pemimpin (kaum intelek) yang telah masuk untuk demokrasi dan
rakyat Jelata sebagian besar masih buta huruf dan belum masuk untuk demokrasi,
karena itu maka untuk melaksanakan demokrasi para pemimpin harus memimpin
atau mendidik rakyat untuk demokrasi.
f. Demokrasi pancasila adalah suatu paham demokrasiyang dijiwai oleh sila-sila
dalam pancasila. Prinsip demokrasi pancasila yaitu musyawarah untuk mufakat
hakikat dari musywarah untuk mufakat dalam kemurniannya adalah suantara cara
khas yang bersumber pada Sila ke-4 (kerakyatan yang dipimpin oleh nikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

III. Sistem Pemerintahan Negara


Sistem pemerintahan Negara ayaitu eori “bentuk pemerintahan” berupa
pembahasan struktur organisasi Negara dan cara-cara alat perlengkapan Negara
saling berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia, sebagai berikut :
1. Indonesia ialah Negara berdasar atas hokum (rechsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat) maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa
Negara beserta alat perlengkapannya (lembaga lembaganya) tunduk pada hokum.
Dan meskipun dalam tindakan alat perlengkapan Negara tersebut mempergunakan
kekuasaan yang dibtasi oleh hukum.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan atas system konstitusi (hokum dasar) tidak bersifat
aobsolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem konstitusi ini lebih
mempertegas tentang cara penyelenggaraan Negara hokum dengan diterapkannya
UUD.
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan MPR (die gesamte staatgewant
lieght allein bei der majelis)
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR. MPR bertugas dan berwenang :
- Menetapkan UUD
- Menetapkan GBHN
- Mengangkat presiden dan wakil presiden.
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi di bawah
majelis.
Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah
di tangan Presiden (Concentration of power and responsibility Upon the president)
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk membentuk undang-undang
(Gesetzgebung) dan untuk menetapkan APBN (Staatsbe grooting). Tetapai
presiden tidak betanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri Negara ialah pembantu presiden, menteri Negara tidak bertanggugn
jawab kepada DPR.
Presiden mengangkat dan memberhantikan menter-menteri Negara. Menteri-
menteri itu tidak bertanggungjawab kepada DPR, karena kedudukannya tidak
tergantung pada presiden. Dan presiden juga harus memperhatikan sungguh-
sungguh suara DPR.

http://one.indoskripsi.com/artikel-skripsi-tentang/pancasila-demokrasi-sistem-
pemerintahan-negara

DEMOKRASI DAN PERANAN WARGA NEGARA

Sekilas tentang Ajaran Demokrasi.

Sebelum paham atau ajaran demokrasi muncul, kehidupan bangsa,


masyarakat dan negara di Eropah dilandasi oleh paham agama, atau dinamakan
juga dengan “Teokrasi”, yang artinya pemerintahan/negara berdasarkan
Hukum/Kedaulatan Tuhan. Penyelewengan paham Teokrasi yang dilakukan oleh
pihak Raja dan otoritas Agama, mengakibatkan kehidupan negara-negara di
Eropah mengalami kemunduran yang sangat drastis, bahkan hampir-hampir
memporak-poranda seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat dan negara disana.

Ditengah situasi kegelapan yang melanda Eropah inilah JJ.Rousseau


berpendapat bahwa landasan kehidupan bangsa/masyarakat tidak dapat lagi
disandarkan pada kedaulatan Tuhan yang dijalankan oleh Raja dan Otoritas
Agama, karena sesungguhnya kedaulatan tertinggi di dalam suatu
negara/masyarakat berada ditangan rakyatnya dan bukan bersumber dari Tuhan.
Bahkan negara/masyarakat berdiri karena semata-mata berdasarkan Kontrak yang
dibuat oleh rakyatnya (Teori Kontrak Sosial).

Singkatnya ajaran/teori Kedaulatan Rakyat atau “demokrasi” ini


mengatakan bahwa kehendak tertinggi pada suatu negara berada ditangan rakyat,
dan karenanya rakyat yang menentukan segala sesuatu berkenaan dengan negara
serta kelembagaannya. Atau dapat juga dikatakan sebagai ajaran tentang
Pemerintahan Negara berada ditangan Rakyat.

Ajaran Demokrasi adalah sepenuhnya merupakan hasil olah pikir JJ.


Rousseau yang bersifat hipotetis, yang sampai saat itu belum pernah ada
pembuktian empiriknya. Bahkan pada “Polis” atau City State” di Yunani yang
digunakan oleh Rousseau sebagai contoh didalam membangun Ajaran Demokrasi
yang bersifat mutlak dan langsung, tidak dapat ditemui adanya unsur-unsur
demokrasi.

Adalah bertentangan dengan kenyataan dimana rakyat secara langsung dan


mutlak (keseluruhan) memegang kendali pemerintahan negara. Karena justru
kenyataannya menunjukan bahwa segelintir (sedikit) oranglah yang memegang
kendali pemerintahan negara dan memerintah kumpulan orang yang banyak, yaitu
rakyat. Benturan yang tidak terdamaikan antara Ajaran Demokrasi JJ.Rousseau
(yang bersifat mutlak dan langsung) dengan kenyataan empirik kehidupan
manusia (yang sedikit memerintah yang banyak), ditambah lagi sebagai akibat
perkembangan lembaga negara menjadi “National State” yang mencakup wilayah
luas serta perkembangan rakyatnya yang menjadi semakin banyak jumlahnya dan
tingkat kehidupannya yang komplek, maka Ajaran Demokrasi yang awalnya
dicetuskan oleh JJ.Rousseau ini masih memerlukan penyempurnaan-
penyempurnaan.

Pada Demokrasi Perwakilan, rakyat secara keseluruhan tidak ikut serta


menentukan jalannya pemerintahan negara, tetapi rakyat mewakilkan kepada
wakil-wakilnya yang duduk di Badan Perwakilan Rakyat untuk menentukan
jalannya pemerintahan negara.

Untuk menentukan siapakah individu-individu rakyat yang akan mewakili


keseluruhan jumlah rakyat di Badan Perwakilan Rakyat ini digunakan mekanisme
Pemilihan (Umum) yang bercirikan :

1. Adanya 2 (dua) atau lebih calon yang harus dipilih ;


2. Siapa yang mendapatkan suara terbanyak dari calon-calon yang ada, maka
dialah yang akan duduk di Badan Perwakilan Rakyat guna mewakili
mayoritas rakyat pemilih.

Kemudian hari tata-cara dan model Pemilihan wakil-wakil rakyat berkembang


menjadi model-model pemilihan yang bervariasi, tetapi tetap berintikan kedua ciri
di atas. Dengan demikian, Demokrasi Perwakilan menjadi tidak bisa dilepaskan
dari penyelenggaraan pemilihan (umum) dan prinsip mayoritas vs minoritas.

Dibawah ini akan diuraikan secara singkat rincian unsur demokrasi


perwakilan :

- Sumbernya : Gagasan seorang manusia (Filosuf) yang bernama JJ. Rousseau

- Sejarahnya : Sebagai pengganti Ajaran Kedaulatan Tuhan (Teokrasi) yang


diselewengkan di Eropah pada Abad XIX.

- Tujuannya : Mencapai kebaikan kehidupan bersama di dalam wadah suatu


negara, khususnya dalam tata hubungan antara manusia
sebagai warganegara dengan negaranya.

- Mekanismenya : Keputusan tertinggi yang pasti benar & baik adalah yang
ditentukan oleh mayoritas manusia/warganegara yang dipilih
melalui pemilihan umum, sedangkan keputusan yang dibuat
oleh minoritas manusia/warganegara pasti salah & tidak baik.

- Sarananya ; Partai Politik, berdasarkan Sistem Dua Partai atau Sistem Banyak
Partai.

- Pembedanya : Model Demokrasi yang dilaksanakan sangat tergantung pada 2


(dua) aspek, yaitu : (1). sistem pembagian kekuasaan diantara
lembaga-lembaga negara, dan (2). sifat hubungan antara
lembaga legislatif dan lembaga eksekutif.
- Mottonya : Vox populi vox dei = Suara rakyat (mayoritas) adalah suara Tuhan,
dan Suara yang minoritas adalah suara setan.

Demikianlah Ajaran/Teori Demokrasi berkembang dari waktu ke waktu dan


berkembang sesuai pula dengan kebutuhan suatu negara tertentu. Sehingga
Ajaran/Teori Demokrasi yang awalnya dicetuskan oleh JJ.Rousseau telah
berkembang menjadi Ajaran/Teori Demokrasi Perwakilan yang kemudian
berkembang lagi menjadi berbagai model demokrasi perwakilan yang saling
bervariasi antara satu dengan lainnya, tergantung pada kondisi masing-masing
negara yang bersangkutan.

Semua variasi model demokrasi perwakilan harus tetap berpegang pada 4


(empat) prinsip, yaitu :

1. Prinsip Kedaulatan Rakyat, dimana Konstitusi negara yang bersangkut harus


menetapkan bahwa kekuasaan tertinggi (kedaulatan) berada ditangan rakyat ;

2. Prinsip Perwakilan, dimana Konstitusi negara yang bersangkut harus


menetapkan bahwa kedaulatan yang dimiliki oleh rakyat itu dilaksanakan oleh
sebuah atau beberapa lembaga perwakilan rakyat ;

3. Prinsip Pemilihan Umum, dimana untuk menetapkan siapakah diantara


warganegara yang akan duduk di lembaga-lembaga perwakilan rakyat yang
menjalankan kedaulatan rakyat itu, harus diselenggarakan melalui pemilihan
umum .

4. Prinsip Suara Mayoritas, dimana mekanisme pengambilan keputusan


dilaksanakan berdasarkan keberpihakan kepada suara mayoritas.

Tanpa adanya ke-4 ciri pokok diatas secara lengkap, maka suatu tatanan
kenegaraan tidak dapat dikatakan sebagai Model Demokrasi.
Sejarah Demokrasi di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada


tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers)
melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah
menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut
“NKRI”) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan
tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan.

Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara


rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia
yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan
bahwa sebahagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik
mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropah Barat (khususnya
Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia
sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab dengan ajaran
demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat dan Amerika Serikat.
Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara penganut
ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.

Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan


hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di
Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda
satu dengan lainnya.

Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950)


Indonesia mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan
juga Demokrasi Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang
instabilitas pemerintahan (eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada konflik
ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.

Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut


di atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan
model Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara
Pancasila dan paham Integralistik yang mengajarkan tentang kesatuan antara
rakyat dan negara.

Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun


dilaksanakan-nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam
akibat konflik politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada
tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI
pada tanggal 11 Maret 1968.

Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2


RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model
demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.

Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan


dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya,
yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan
lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan
meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis disegala
aspeknya.

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya


Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang
baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir
semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.
Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan


negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan
aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-
kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru.

Tulisan singkat ini bertujuan mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan di


atas, khususnya dari sudut kajian Ilmu Hukum Tata Negara.

B. PENTINGNYA PEMAHAMAN WARGANEGARA TENTANG NILAI-


NILAI DEMOKRASI

Demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, karena nilai yang terkandung
di dalamnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa
dan bernegara yang baik. Demokrasi di pandang penting karena merupakan alat
yang dapat di gunakan untuk mewujudkan kebaikan bersama atau masyarakat dan
pemerintahannya yang baik ( good society and good goverment ).

Nilai-nilai Demokrasi memang sangat menghargai martabat manusia, namun


pilihan apakah demokrasi liberal atau demokrasi yang lain yang akan di terapkan
hal ini tidak dapat lepas dari konteks masyarakat yang bersangkutan.

Nilai-nilai demokrasi menurut Sigmund Neuman (Miriam Budiardjo, ed,


1980:156) adalah :

1. Sebagai zoon politikon


2. Setiap generasi dan masyarakat harus menemukan alannya sendiri yang
berguna untuk sampai kepada kekuasaan.
3. Kebesaran domokrasi terletak dalam hal ia memberikan setiap hari kepada
manusia untuk mempergunakan kebebasannya serta dapat memenuhi
kewajiban sehingga menjadikan pribadi yang baik.

Henry B Mayo mengajukan beberapa nilai demokrasi antara lain :

1. Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela


2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai
3. Pergantiaan penguasa dengan teratur
4. Penggunaan paksaan sedikit mungkin
5. Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman
6. Menegakkan keadilan

1. DEMOKRASI POLITIK

Literatur ilmu politik pada umumnya memberikan konsep dasar demokrasi.


Apapun label yang di berikan kepadanya, Konsep demokrasi selalu merujuk pada
pemerintahan oleh rakyat.

Menurut Henry B Mayo Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijakan
umum di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang di awasi oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang di dasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan di selenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Dalam pandangan Lyman Tower Sargent Prinsip-prinsip demokrasi meliputi :

1.
1. Keterlibatan warga negara dalam perbuatan keputusan politik
2. Tingkat persamaan tertentu di antara warga Negara
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang di akui dan di
pakai oleh warga Negara.
4. Suatu sistem perwakilan.
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan masyarakat.

Dari berbagai pendapat di atas, tampak dua kata penting dalam prinsip demokrasi
tersebut, adalah “persamaan” dan “kebebasan” atau “kemerdekaan”.

1. Persamaan

Mengandung 5 ( lima ) ide yang terpisah dalam kombinasi yang berbeda yaitu
persamaan politik di muka umum, kesempatan,ekonomi, sosial atau hak.

2. Kebebasan atau Kemerdekaan

Mengacu pada kemampuan bertindak tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan


pengengkangan yang terbatas pada cara-cara khusus tertentu “kemerdekaan”
biasanya mengacu kepada kebebasan sosial dan politik. Sumber “hak” dapat
bersifat alamiah ( hak asas ) dan yang berasal dari pemerintah ( hak sipil ). Hak-
hak sipil antara lain mencakup :

a). Hak untuk memilih/memberikan suara

b). Kebebasan berbicara

c). Kebebasan pers

d). Kebebasan beragama

e). Kebebasan bergerak

f). Kebebasan berkumpul

g). Kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh system politik atau hukum

D. Keterkaitan Demokrasi Politik dengan Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Sosial


Demokrasi Politik merupakan arti power demokrasi, Demokrasi yang lain
merupakan arti sekunder demokrasi. Arti-arti sekunder demokrasi, misalnya
demokrasi sosial, demokrasi ekonomi, demokrasi industrial.

Konsep-konsep demokrasi sekunder tidaklah berdaulat, Sebab kalau


sistem politik bukan sistem demokratis persamaan ekonomi tidak banyak berarti
dan demokrasi industrial bisa di hapus dengan cepat itulah alasan mengapa
demokrasi pertama dan terutama adalah demokrasi politik dengan pengertian
bahwa arti penting metode politik demokrasi terutama terletak dalam hasil-hasil
samping nonpolitiknya.

Berikut pengertian dari masing-masing arti demokrasi sekunder:

a. Demokrasi Sosial merupakan suatu keadaan dan gaya masyarakat yang


endogen. Ciri demokrasi sosial (rakyat) adalah :

1. dictator ship of a mayority over a minoritys

2. titik beratnya pada kemajuan ekonomi dan sosial. Demokrasi ini merupakan
counter terhadap demokrasi barat.

b. Demokrasi ekonomi merupakan suatu demokrasi yagn tujuan kebijaksanaan


primernya ialha pembagian kembali kekayaan dan pemerataan kesempatan
ekonomi.

c. Demokrasi Industrial merupakan demokrasi dalam pabrik-pabrik. Dalam


praktek cita-cita demokrasi hanya terwujud pada tingkat makro

E. Demokratisasi dan Civil Society.

Alferd Stepon (1996:1417) dalam menjelaskan demokratisasi ( proses


menjadi demokrasi ) Pemerintahan yang di dominasi militer membagi masyarakat
dalam 3 arena yaitu Masyarakat sipil, Masyarakat politik, dan Negara.
Masyarakat Sipil merupakan arena berbagai gerakan social serta organisasi
sipil dari semua kelas. Masyarakat sipil pada dasarnya dapat meruntuhkan sistem
otoriterisme.

Masyarakat politik adalah arena masyarakat bernegara secara khusus


mengatur dirinya dalam konstelasi politik guna memperoleh kontrol atas
kekuasaan pemerintahan dan aparat negara. Civil Society pada dasarnya
merupakan upaya memberdayakan masyarakat itu sendiri dalam memperoleh hak-
haknya sebagai warga negara dengan demikian, civil society (masyarakat madani)
sebagai pemberdayaan warga Negara akan dapat menolong demokratisasi apabila
mampu meningkatkan efektifitas masyarakat politik untuk menguasai/mengontrol
Negara.

Kesimpulan

Peranan warga Negara yang bersifat aktif, pasif, positif, dan negatif, pada
dasarnya merupakan manifestasi dari prinsip-prinsip dari demokrasi politik,
maupun demokrasi sekunder yang lain ( demokrasi ekonomi, demokrasi sosial).
Pemahaman setiap warga Negara terhadap nilai-nilai demokrasi dan
perkembangannya, akan dapat memperkuat optimisme dan komitmennya terhadap
peranannya. Nilai-nilai demokrasi sangat menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan, begitu pula prinsip-prinsip yang dianutnya seperti prinsip
kebebasan/kemerdekaan, persamaan dan toleransi menawarkan penataan
kehidupan masyarakat dan bernegara yang lebih baik dan manusiawi.

Civil society yang merupakan pemberdayaan warga Negara ( optimalisasi


pengembangan peranan warga Negara) akan menunjang demokratisasi (proses
menjadi demokrasi), jika mampu meningkatkan efektifitas masyarakat politik
(political society) sehinnga mampu melakukan control/menguasai Negara.
http://orangbukit.wordpress.com/2008/07/01/demokrasi-dan-peranan-warga-
negara-dengan-demokrasi-politik/

You might also like