You are on page 1of 11

Minggu, 20 Februari 2011

Membangun etos kerja yang unggul

Etos Kerja yang Unggul & Profesional

(Oleh Sujud manurad, Mhs MM Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)

ETOS KERJA

Suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan komitmen total dan
tanggunjawab. Etos kerja terkandung nilai semangat kerja yang tinggi melalui bekerja keras, bekerja
cerdas, sehingga menghasilkan karyawan berprestasi. Prestasi karyawan dapat dilihat dari besar
kecilnya kesetiaan karyawan, prestasi kerjanya, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama,
prakarsa dan kepemimpinan. Etos kerja karyawan unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu
terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa puas atas prestasi yang
diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya
berikan terhadap organisasi.

PENDAHULUAN

Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat komponen yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya, yang dikenal dengan istilah 6M (Man, Money, Methode, Material, Mechine dan
Market). Dari ke enam unsur tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi. Salah satu unsur
terpenting dalam organisasi sumber daya manusia (Man) atau yang lebih dikenal karyawan/pegawai.

Karyawan adalah aset organisasi, tanpa adanya karyawan yang memiliki etos kerja yang baik,
organisasi pasti tidak akan maju, atau tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
Sebaliknya tidak ada organisasi yang merugi jika memperlakukan karyawan dengan baik dan
menghargai prestasi mereka.

Pekerjaan dan kantor adalah tempat untuk belajar dan mengembangkan potensi diri karyawan. Karir
promosi jabatan menanti mereka yang bekerja dan berkarya secara sungguh-sungguh dan penuh rasa
tanggungjawab.

Namun yang perlu dicermati adalah karyawan yang berhasil bukan karena dalam melaksanakan
pekerjaannya adalah buah hasil keringat sendiri, tetapi lebih kepada sumber daya lain mendukung.
Organisasi yang maju dimana karyawannya dalam mengerjakan pekerjaannya selalu dalam bentuk tim
(team work). Karyawan yang bekerja sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang atau tidak
menerima bantuan dari karyawan lain maka akan berdampak pada sebuah egoisme atau
kesombongan.

Untuk mancapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan etos kerja karyawan yang unggul dan
profesional dalam mengerjakan pekerjaanya. Etos kerja harus didukung oleh sumber daya lain seperti
fasilitas kerja, kesehatan, penghargaan, jaminan hari tua, dan sebagainya yang mendorong karyawan
untuk melaksanakan pekerjaanya.

Apabila dari sumber daya tersebut terpenuhi tentu akan berpengaruh terhadap perilaku karyawan.
Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan ada kalanya bersifat negatif. Karyawan yang memiliki
pengaruh positif dari sumber daya tersebut adalah karyawan memiliki etos kerja, sebaliknya yang
menerima pengaruh negatif, maka etos kejanya menurun.

Karyawan yang memiliki etos kerja yang unggul dan profesional dalam melaksanakan pekerjaanya
adalah karyawan yang dapat menilai dan menerima bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus
penuh syukur), kerja adalah amanah (aku bekerja benar penuh tanggungjawab), kerja adalah
panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas), kerja adalah aktualisasi (aku bekerja penuh
semangat), kerja adalah ibabah (aku bekerja serius penuh kecintaan), kerja adalah seni (aku bekerja
cerdas penuh kreativitas), kerja adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh keunggulan) dan kerja
adalah pelayanan (aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati).

PENGERTIAN ETOS KERJA

Secara etimoligis, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan,
adat istiadat atau kebiasaan. Sebagai suatu subyek dari arti etos tersebut adalah etika yang berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-
tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu
kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja.

Menurut Sinamo (2005:26) etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang
berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada
paradigma kerja yang integral.

Selanjutnya dikatakan bahwa istilah paradigma disini berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri
yang mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang
menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter
utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para pemeluknya.

Jadi, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komitmen menganut paradigma kerja tertentu,
percaya padanya secara tulus dan serius, serta berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka
kepercayaan itu akan melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos kerja
mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.

Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka dapat ditegaskan
bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok)
dalam memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja.

Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah unsur penilaian, maka secara
garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif
atau etos kerja tinggi dan etos kerja rendah.
Dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang

penting dalam mewujudkan cita-cita,

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos kerja yang rendah, maka akan
menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan

d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi sumber motivasi
bagi perbuatannya.

Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja
yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan
itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk menilai tinggi
terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan,
tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah sikap dan
perilaku yang mendasar yang dimiliki setiap manusia secara utuh mulai input, proses dan hasil yang
didapatkan sehingga bermanfaat bagi organisasiaan.

MEMBANGUN ETOS KERJA

Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat erat antara modal organisasi
dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan misi secara konsisten melalui norma-norma nilai
kerja yang menciptakan suasana nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholdernya.
Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja "high trust". Tujuannya
adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa percaya kepada setiap orang, bahwa
budaya kerja organisasi dikerjakan dengan etos kerja yang terukur dalam sebuah sistem, prosedur, dan
kebijakan yang memiliki tingkat keperdulian sosial bisnis untuk secara konsisten mampu memberikan
nilai-nilai kebutuhan para stakeholdernya secara optimal.

Bagaimana cara Anda untuk membangun etos kerja yang sesuai dengan jati diri organisai Anda?.

Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi untuk secara tulus menggali
semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilai-nilai terbaiknya kepada para stakeholder.
Jangan pernah berpikir untuk meniru etos kerja budaya lain, sebab etos kerja itu ada di dalam DNA
sebuah organisasi yang secara fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri
organisasi melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang pendiri tersebut.

Apabila Anda tetap ngotot untuk meniru dan mengimplementasikan sebuah etos kerja yang menjadi
favorit Anda, maka pastikan bahwa organisasi Anda mampu melewati masa-masa kritis akibat
perubahan jati diri lama kedalam jati diri yang Anda harapkan. Kekuatan aura sang pendiri organisasi
akan tetap terasa walaupun Anda sudah mencoba menciptakan lingkungan dan suasana kerja
berbudaya etos kerja baru yang lebih dinamis dan kreatif.

Etos kerja sebenarnya mengajarkan kepada setiap sumber daya manusia untuk secara tulus dan ikhlas
dari lubuk hati terdalam membangun kebiasaan-kebiasaan positif yang efektif dalam memberikan
pelayanan berkualitas tinggi kepada para stakeholder. Untuk itu diperlukan upaya terus-menerus dari
manajemen organisasi dalam memberikan contoh teladan dari perilaku etos kerja yang ingin dimiliki
oleh organisasi tersebut. Mengundang para coach dari luar organisasi untuk belajar nilai-nilai positif
secara berkelanjutan akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang akan berdampak besar bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menggali etos kerja terbaik dari sudut kaca mata
positif.

Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya manusia organisasi untuk
mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang
tanpa terkecuali.

Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam mempersiapkan diri mereka untuk
menjadi manusia-manusia organisasi yang siap seratus persen menjalankan misi dan visi organisasi
mereka dengan nilai-nilai positif yang tidak dapat dikompromikan lagi. Nilai positif berarti setiap
pikiran dan tindakan selalu hanya berkosentrasi untuk memberikan pelayanan berkualitas tinggi.

Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia yaitu memberikan pelayanan
bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi, sosial, dan pisikologis yang membuat mudah dan
nyaman setiap stakeholdernya.

Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan, keterampilan, teknologi, dan
keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
menjadi budaya rutin yang efektif dalam memberikan sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan
kepastian buat para stakeholder.

Semua prinsip positif pelayanan wajib dihayati secara optimal oleh semua pimpinan dan staf
organisasi tanpa terkecuali.
Setiap stimulus benih-benih positif kedalam pikiran sumber daya manusia akan menghasilkan respons
etos kerja yang berasal dari kesadaran hati dan pikiran terdalam.

Apapun jenis pekerjaan Anda, apakah bersifat komersial untuk mencari nafkah kehidupan Anda,
bersifat sosial yang membantu tanpa pamrih dengan uang, atau hanya bersifat hobi yang melakukan
pekerjaan sebagai kebahagian hidup. Apapun yang Anda lakukan, pastikan Anda mengerjakannya
dari hati terdalam yang tulus dan ikhlas, serta pikiran positif dengan segala kerendahan hati dan
perilaku. Jangan sekalipun bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik tidak akan lahir dari
orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah karena terpaksa oleh dorongan
kebutuhan ekonomi atau kebutuhan lain yang tidak dikehendakinya.

Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi tanpa etos kerja menjadi pribadi
yang unik, spesial, dan kaya akan etos kerja berkualitas tinggi. Semua hal baik itu akan menjadi milik
Anda bila Anda belajar, melatih, dan menyadari bahwa semua kerja keras Anda dan hidup Anda
adalah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada diri Anda, keluarga Anda, organisasi Anda,
orang-orang lain di sekitar Anda, masyarakat Anda, dan dunia Anda.

Delapan Etos Kerja Profesional

Menurut Sinamo (2005:29-189), bahwa terdapat delapan etos kerja profesional yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah
rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen
dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.

Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman

dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua
itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan
kerja yang ogah-ogahan.

2. Kerja adalah Amanah

Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan
sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu
mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa
bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja adalah Panggilan


Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim,
"I'm do my best!" Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik
mutunya.

4. Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, apa yang harus kita aktualisasikan?

a. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab

b. Kejujuran

c. Disiplin

d. Kemauan untuk maju

e. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan sebelum Anda

f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja adalah aktualisasi diri.

Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan
potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk
bengong tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah Ibadah

Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus diniatkan dan berorentasi ibadah
kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari
keridhaan Allah semata.

Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang
muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat
kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah Seni

Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Dengan
mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer,
kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita.

Materi kerja di atas diolah secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan
tidak saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.

7. Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang
Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai
sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya
melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki.

Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos
kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan,
sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh
apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.

Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan
datang kepada kita.

8. Kerja adalah Pelayanan

Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita,
pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada
sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan keinginan yang kuat untuk melakukan
sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran.

Karyawan Yang Unggul

Prinsip untuk menjadi karyawan yang unggul menurut Botterman (2005:13-24) yaitu:

1. Semua orang bisa melakukan sebuah perbedaan

Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi Anda untuk memilih menjadi orang yang khusus, lain
daripada yang lain.

Tidak ada pekerjaan yang tidak penting, hanya saja orang-orang yang mengerjakanlah yang merasa
tidak penting dalam mengerjakan pekerjaan mereka.

2. Keberhasilan dibangun di atas hubungan

Semua pekerjaan atau bisnis, jalinan hubungan yang kuat adalah tujuan yang paling penting karena
mutu hubungan tersebut menentukan mutu produk atau jasa. Itu sebabnya mengapa para pemimpin
berubah ketika mereka menyadari bahwa para karyawan mereka juga manusia. Teknologi berubah
ketika menyadari bahwa para pengguna mereka adalah manusia yang memerlukan interaksi atau
hubungan.

3. Ciptakan nilai bagi orang lain secara terus menerus

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, menguasai kecakapan bekerja adalah yang paling penting pada
abad 21, bahwa kemampuan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pelanggannya tanpa harus
mengeluarkan tambahan biaya untuk melakukannya.

4. Temukan kembali jati diri Anda secara teratur


Saat Anda sedang mengerjakan segala hal yang mungkin bisa Anda kerjakan untuk menghasilkan
kesempurnaan pribadi, tetapi Anda masih saja merasa kelelahan dan tidak bersemangat.

Ketika hidup Anda sedang berada pada posisi rendah saat komitmen profesional Anda sedang
bergejolak dan Anda hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaan Anda dan kemudian pekerjaan itu
ditinggalkan.

Karyawan yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu terdepan, memiliki kelebihan dibanding
lain, dan tidak pernah merasa puas atas prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang
saya dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap organisasi

TOLAK UKUR ETOS KERJA UNGGUL DAN PROFESIONAL

Di dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai tersebut, diperlukan suatu sistem yang praktis,
relevan, handal, dan dapat diterima, sehingga hasil yang dicapai dari penilaian tersebut bisa
bermanfaat baik untuk pegawai itu sendiri maupun bagi administrasi kepegawaian organisasi

dimana PNS tersebut bekerja.

Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung berbagai tantangan eksternal
yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan
tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar
pekerjaannya, seperti masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai
masalah pribadi lainnya pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang.

Hal ini berarti sistem penilaian tersebut harus memungkinkan para pegawai untuk mengemukakan
berbagai masalah yang dihadapinya itu. Organisasi seyogianya memberikan bantuan kepada para
anggotanya untuk mengatasi masalahnya itu.

Menurut Cascio (1995:270), ada enam syarat yang bisa dipakai untuk mengukur efektif tidaknya
suatu Sistem Penilaian Prestasi Kerja yaitu:

a. Supervisor (penilai), mengukur kemampuan dan motivasi penilai dalam melakukan penilaian secara
terus menerus, merumuskan prestasi kerja pegawai secara objektif, dan memberikan umpan balik
kepada pegawai.

b. Relevance (keterkaitan), mengukur keterkaitan langsung unsur-unsur penilaian prestasi kerja


dengan uraian pekerjaan.

c. Sensitivity (Kepekaan), mengukur keakuratan/kecermatan sistem penilaian prestasi kerja yang


dapat membedakan pegawai yang berprestasi dan yang tidak berprestasi, serta sistem harus dapat
digunakan untuk tujuan administrasi kepegawaian.

d. Reliability (Keterandalan), mengukur keandalan dan konsistensi alat ukur yang digunakan.

e. Practicality (kepraktisan), mengukur alat penilaian prestasi kerja yang mudah digunakan dan
dimengerti oleh penilai dan bawahannya.
f. Acceptability (dapat diterima), mengukur kemampuan penilai dalam melakukan penilaian sesuai
dengan kemampuan tugas dan tanggung jawab bawahannya. Mengkomunikasikan dan
mendefenisikan dengan jelas standar dari unsur-unsur penilaian yang harus dicapai

Sedangkan Nawawi (2003:395) mengatakan bahwa untuk mengukur etos kerja karyawan maka
diperlukan unsur-unsur dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan yaitu:

1. Kesetiaan

Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap
dan tingkah laku sehari-hari dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas.

2. Prestasi Kerja

Suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja tersebut akan dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,
pengalaman, dan kesungguhan karyawan yang bersangkutan.

3. Tanggung Jawab

Kesanggupan seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya
atau tindakan yang dilakukannya.

4. Ketaatan

Kesanggupan seorang karyawan untuk mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang
serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

5. Kejujuran

Ketulusan hati seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak
menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.

6. Kerja sama

Kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan
sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

7. Prakarsa

Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan


sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari
atasan.
8. Kepemimpinan

Kemampuan seorang karyawan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokoknya.

Manfaat dari perlunya dilakukan penilaian pelaksanaan pekerja yang dilakukan secara berkala adalah
sebagai bahan pertimbangan terhadap karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan
dalam jabatan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan
untuk mendukuti sebuah jabatan.

KESIMPULAN

Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang
kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang
integral.

Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri karyawan mendalami visi dan misi
organisasi, mematuhi dan tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai
dengan bidang dan keahlian yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada produktivitas kerjanya,
dan mengerti tentang sistem penilaian karyawan yaitu; kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan.

Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri dengan berkomitmen bahwa kerja
adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah
ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan.

Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian pelaksanaan pekerjaan. Nilai inilah
nanti akan menentukan kepada karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam
jab tan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk
mendukuti sebuah jabatan.

Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari ini harus lebih baik daripada hari
kemarin, dan kualitas kerja karyawan di hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.

DAFTAR PUSTAKA

Botterman, Fricker. 2005. Membentuk Pribadi Unggul: Empat Pilar Utama Membangun Kompetensi
Profesi dan pribadi. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Cascio, Wayne. 1995. Human Resouces Management and Information System Approach. Virgnia:
Publishing Company.
Cook, Marshall J. 2005. How to Be a Great Coach: 24 Poin Penting Seputar Peningkatan Produtivitas
Pekerja. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Komputer.

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardika.

You might also like