Professional Documents
Culture Documents
dll
Posted on 10 November 2010 by Liya Comp
Rate This
Pisang Terbaru
1. Beli anak pisang yang kecil yang dijual dalam tabung uji dan membelanya secara sendiri
dalam polibag hingga besar
2. Atau, beli pokok yang siap sedia dalam polibag untuk ditanam di pusat semaian tertentu.
Penanaman
Jika membeli terus dalam bentuk anak pisang dalam tabung uji, ikutlah peraturan di bawah.
a) keluarkan anak pisang yang kecil daripada botol dan bersihkan dengan teliti agar-agar yang
melekat di bahagian akar anak pokok tersebut.
Pengairan
Siram air 3 kali sehari dalam 2 minggu pertama kemudian selepas tempoh ini, 2 kali sehari
sehingga ditanam di ladang.
Jarak Penanaman
Tanam pada ketumpatan 2200 pokok/hektar dan jarak 1.5 meter di antara pokok dalam satu
baris dan 3.0 meter di antara barisan.
Tanaman pisang mudah tumbuh di berbagai tempat, penanaman yang dilakukan oleh petani
belum teratur dan sering dicampur dengan tanaman lainnya. Selain itu pemeliharaan tanaman
pisang belum dilakukan secara intensif, sehingga produksi dan mutu buah yang dihasilkan
masih rendah.
Jenis Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysparum f. sp. cubense. Jamur penyebab
penyakit ini hidup didalam tanah, masuk ke dalam akar, selanjutnya masuk ke dalam bonggol
dan jaringan pembuluh.
Gejala dari penyakit ini adalah sepanjang jaringan pembuluh pada batang semu berwarna
coklat kemerahan. Daun menguning dan menjadi layu, tangkainya menjadi terkulai dan patah.
Kadang-kadang lapisan luar batang semu terbelah dari bawah ke atas. Yang paling khas
adalah jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam dari
bonggol ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal dan tangkai daun. Penularan penyakit
ini dapat melalui bibit, tanah dan air yang mengalir mengandung spora jamur.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas Solanacearum. Disebut penyakit darah,
karena bila akar tinggal/bonggol tanaman sakit dipotong maka keluar cairan kental yang
berwarna kemerahan dari berkas pembuluh. Gejala penyakit layu bakteri pada tanaman pisang
adalah layunya daun-daun tua sebelum waktunya, daun menguning dan mati, pada tanaman
muda terjadi kelayuan yang menyeluruh. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui bibit
terinfeksi, serangga yang mengunjungi bunga, alat-alat pemangkasan dan kontak akar.
BINATANG PEROSAK
Binatang perosak yang seringkali menyerang pokok pisang ialah bubuk atau kumbang.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan racun serangga seperti dieldrin.
Penyakit Anthracnose
Gejala ini berlaku apabila bintik-bintik telah muncul dan menyerang buah pisang yang sedang
dalam penghantaran dengan menggunakan kapal.
PENDAHULUAN
Komoditas hortikultura selama ini telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pendapatan petani. Perkembangan komoditas hortikultura di NTB akhir-akhir ini mendapat
perhatian besar khusus tanaman pisang karena tanaman ini banyak memberikan manfaat
diantaranya pemenuhan gizi keluarga dan penambahan pendapatan petani. Pisang termasuk
salah satu jenis buah buahan yang cukup potensial di NTB, populasinya cukup besar. Selain
itu, permintaan domestik cukup meningkat karena pertumbuhan penduduk, kesadaran
masyarakat terhadap gizi,
peningkatan pendapatan dan pendidikan serta berkembangnya NTB menjadi daerah wisata
nasional maupun internasional. Dua tahun terakhir perkembangan tanaman pisang di NTB
mengalami penurunan terutama diakibatkan adanya serangan penyakit, yang disebabkan oleh
bakteri. Ferken (1972) mengidentifikasikan penyakit darah pisang disebabkan oleh bakteri
(Pseudomonas solanacearum).
CARA MENULAR
Bakteri Pseudomonas solanacearum ini dapat ditularkan ke tanaman sehat melalui : tanaman,
alat-alat pertanian, tanah yang terbawa alat-alat transportasi, aliran air dan vektor serangga
yang menghisap bunga (jantung) pisang. Berdasarkan pemantauan di lapangan, penyakit
darah pisang sudah menyebar ke seluruh sentra pertanaman pisang di pulau Lombok dan
Sumbawa. Hasil penelitian Sudirman (2000) tentang penyakit darah pisang (Pseudomonas
solanacearum) menyatakan bahwa dari sepuluh jenis tanaman pisang yang diuji, pisang kepok
dan pisang raja sangat peka (tidak tahan), sedangkan pisang emas lebih tahan. Pisang ketip,
pisang susu, pisang hijau, pisang kapal dan pisang ambon bereaksi tidak konsisten.
TANDA SERANGAN
1. Pada tanaman dewasa (tanaman pisang yang sudah berbuah) tanda serangan dapat dilihat
pada daun ketiga atau keempat dari atas (pucuk) yang mulai menguning serta disusul dengan
daun berikutnya lalu mengering. Akibat dari semua daun menguning, maka pertumbuhan
buah tidak sempurna.
2. Apabila buah-buah pisang tersebut di potong atau di belah terlihat adanya cairan atau getah
kental berwarna coklat kemerahan yang berbau busuk.
3. Pada bagian dalam bungkul dan batang pisang yang sudah terkena penyakit, apabila
dipotong bagian tengah terlihat bintik-bintik berwarna coklat kemerahan. Akhirnya berlanjut
tanaman pisang akan menjadi kering dan mati.
UPAYA PENGENDALIAN
Ada beberapa upaya yang bisa dilaksanakan pada tingkat serangan tertentu sebagai berikut:
1. Perketat Karantina
Buah pisang dapat diangkut ke mana-mana untuk tidak terjadi serangan (menular) pada lokasi
lain, perlu di perketat pengawasan lalu lintas perdagangan pisang, apakah pisang tersebut
berasal dari daerah yang sudah terserang, perlu dilarang memasukkan ke daerah yang belum
terserang penyakit tersebut.
2. Sanitasi
Sanitasi sangat penting bagi petani yang mempunyai areal tanaman pisang, agar diperhatikan
lingkungan kebun pisang agar selalu bersih, jangan sembarangan menempatkan batang-batang
pisang yang sudah di tebang. Dan buat parit di sekitar barisan pisang, sehingga tidak
tergenang apabila ada air hujan. Terapkan sistem drainase yang baik. Buat parit disekitar
barisan tanaman pisang, sehingga tidak tergenang apabila ada air hujan.
3. Desinfektan peralatan
5. Isolasi spot
Apabila tanaman pisang sedang/akan keluar bunga dilakukan proteksi terhadap bunga
tanaman pisang dari vektor serangga yaitu : di bungkus dengan kain, kertas agar tidak di
kunjungi oleh serangga penular sampai selesai pembungaan.
6. Eradikasi
Apabila sudah terjadi serangan berat pada tanaman pisang, diadakan pemusnahan (menebang
semua pisang yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman pisang yang tahan
terhadap penyakit darah pisang (Pseudomonas solanacearum).
Sumber : harizamrry
1. Pengolahan lahan kebun salak s/d siap tanam oleh karena itu sekaligus dengan
membuat lubang tanaman;
2. Penanaman pohon peneduh;
3. Penyiapan bibit salak;
4. Penanaman bibit penyulaman tanaman yang mati;
5. Pemupukan;
6. Pembubunan;
7. Penyiangan;
8. Pemberantasan hama sebagai penyakit;
9. Pencangkokan bibit;
10. Pemangkasan;
11. Panen buah dan penanganan hasil sampai dengan siap jual.
Pembibitan
Dalam usaha pembibitan salak perlu diperhatikan sifat-sifat genetiknya. Secara alami dapat
diketahui adanya tanaman salak yang selalu berbunga jantan. Tanaman jenis ini tidak mampu
menghasilkan buah.
Untuk mendapatkan bibit salak yang dapat berproduksi dilakukan secara generatif (biji salak)
dan vegetatif (tunas anakan). Mengembangbiakan salak dengan biji nampaknya jauh lebih
mudah dan lebih murah, apalagi untuk keperluan dalam jumlah banyak. Disamping itu, akan
diperoleh kondisi tanaman yang lebih kuat. Kelemahan dari sistim pembibitan generatif
adalah, waktu berbuahnya lebih lama, tidak selalu mempunyai sifat-sifat genetis dan unggul
yang sama dengan pohon induknya dan tidak dapat dipastikan apakah bibit tersebut akan
menjadi tanaman betina atau justru menjadi tanaman jantan.
Bibit vegetatif dapat diperoleh dengan memisahkan anakan baik secara langsung maupun
memisahkan anakan secara buatan (cangkok). Bibit ini mempunyai beberapa keuntungan
antara lain, hasil tanaman yang diperoleh sifatnya pasti sama dengan pohon induknya, dapat
dipastikan terlebih dahulu kelamin tanaman dimaksud (jantan/betina), cepat berbunga dan
berbuah serta hasilnya lebih seragam (relatif sama dengan pohon induknya). Tanaman salak
yang akan dijadikan sebagai induk perbanyakan vegetatif, sebaiknya memiliki kriteria sebagai
berikut :
Sebelum melakukan penanaman, tahap pertama yang harus dilakukan adalah pengolahan
tanah yang tujuannya adalah menggemburkan tanah agar menjadi pertumbuhan tanaman yang
baik, sekaligus untuk membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma). Pekerjaan mengolah
tanah ini diawali dengan pencangkulan sedalam ± 30 cm, dan dilakukan 3 – 4 minggu
sebelum tanam. Untuk mempersiapkan lubang-lubang tanaman, ada dua macam cara yaitu :
Penggalian Langsung
Dengan ukuran tiap lubang ialah sepanjang 60 cm, lebar 60 cm dan dalamnya juga 60 cm.
Pada tanah-tanah cangkulan tersebut diberikan pupuk kandang sebanyak 5 – 7 kg/lubang
tanam. Sedangkan jarak tanam biasanya 2 x 2 meter atau 2,5 x 2,5 meter.
Untuk daerah yang baru pertama kali hendak ditanami salak, sebaiknya dibuatkan dahulu
bedengan. Ukuran bedengan adalah lebar 200 – 250 cm, tinggi ± 30 cm, dan panjangnya
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jarak antar bedengan sekitar 60 – 80 cm. Bersamaan
dengan pembuatan bedengan, pupuk kandang dimasukkan ke dalam tanah. Kebutuhan pupuk
kandang sekitar 20 – 30 ton/ha. Setelah diberi pupuk kandang dibiarkan selama 2 minggu.
Untuk selanjutnya, barulah dibuatkan lubang tanam berukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm
dan dalamnya juga 30 cm. Jarak tanam berkisar antara 2 x 2 meter atau 2,5 x 2,5 meter.
Tanaman Pelindung
Untuk tahap-tahap awal karena tanaman salak tidak dapat terkena langsung sinar matahari,
maka biasanya dibuatkan tanaman pelindung yang dapat dilakukan satu tahun sebelum
tanaman salak ditanam. Untuk jenis tanaman pelindung ini dapat berbentuk seperti, lamtoro,
dadap, turi atau tanaman pelindung lainnya.
Kolam Air
Fungsi klolam air ini adalah untuk penyediaan air irigasi kebun salak pada musim-musim
kemarau. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah dan umumnya bilamana mungkin
diletakkan lokasi kolamnya di tengah-tengah kebun salak dengan maksud agar dalam musim-
musim kemarau kolam ini dapat ikut serta menciptakan iklim mikro dan kelembaban
lingkungan dan tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman salaknya. Agar air kolam
dapat dialirkan ke sekeliling kebun, diperlukan pula pembuatan saluran irigasinya. Untuk
mengoptimalkan fungsi kolam air ini, seringkali digunakan pula untuk beternak ikan.
Drainase
Selain itu, juga dibuatkan drainase, karena tanaman salak tidak tahan terhadap genangan air.
Pembuangan air lebih dari lahan sangat penting dilakukan, karena tanaman salak tidak tahan
akan genangan air dalam waktu yang lama. Hal seperti ini biasanya terjadi pada waktu musim
penghujan. Sedangkan pada waktu kemarau drainase akan berfungsi sebagi sarana untuk
membagi air dari sumber air (Kolam air), karena tanaman salak tidak tahan kekeringan dalam
waktu yang lama. Dengan cara demikian, maka sudah disiapkan lahan yang cukup lembab,
tetapi tidak becek.
Tanaman salak ini umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah mengandung
cukup air yakni 60 – 80%, biasanya terjadi pada bulan November atau Desember. Dalam
keadaan tanah yang gembur dan dengan kelembaban demikian, akar bibit mampu hidup dan
berkembang secara baik, karena oksigen masih cukup tersedia sehingga mampu merangsang
pertumbuhan akar, dan akar tidak membusuk karena tanah tidak terlalu jenuh air.
Pemeliharaan Tanaman
Dalam masa penanaman dan pemeliharaan ini biaya yang timbul adalah meliputi pembelian
pupuk kandang, TSP, Za dan KCl serta pestisida seperti insektisida fungisida. Sedangkan
untuk biaya tenaga kerja akan meliputi biaya untuk pengolahan tanah, penanaman,
penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pengendalian, pemangkasan,
pencangkokan, panen dan pasca panen.
Pemeliharaan kebun salak yang benar dan teratur akan meningkatkan produktivitas kebun dan
agar dapat memberikan hasil yang diinginkan, baik berupa peningkatan produksi atau
peningkatan hasil lainnya. Usaha pemeliharaan tanaman salak yang baik akan meliputi hal
seperti berikut ini :
Panen perdana dengan menggunakan bibit cangkokan vegetatif dimuilai pada usia tanaman
salak pondoh berumur 2 – 3 tahun. Pemetikan buah biasanya juga dilakukan setelah 7 – 8
bulan sejak terjadinya penyerbukan. Untuk pemetikan buah tidak dipilih satu per satu tapi
dipotong bersama tandannya.
Kelebihan sifat tanaman salak ini dapat berbunga sepanjang tahun, dengan catatan
pemeliharaannya secara intensif. Namun demikian biasanya dalam satu tahun panen besarnya
hanya dua kali yaitu bulan Desember/Januari dan bulan juni/juli.
Tindakan pasca panen biasanya yang dilakukan adalah setelah buah dipetik, segera
dibersihkan dan dimasukkan ke dalam keranjang. Buah salak ini biasanya dapat tahan
disimpan sampai maksimal 2 atau 3 minggu asalkan buah tersebut tidak luka, bebas dari
serangan hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat penyimpanan berjalan baik.
Sampai saat ini buah salak dipasarkan sebagai buah segar. Petani produsen dapat menjual
langsung kepada konsumen seperti misalnya terlihat untuk salak pondoh banyak dijajakan di
jalan raya, tempat salak pondoh dibudidayakan.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang diperlukan untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman salak ini meliputi
cangkul, garpu, sabit, sprayer, keranjang dan peralatan lain-lainnya.
Untuk dapat mengetahui produktivitas tanaman salak, tergantung dengan jarak tanam berapa
yang akan digunakan. Dalam kenyataan di lapangan ukuran jarak tanam ini bervariasi, seperti
2 x 2 m2 , 2,5 x 2,5 m2, 2 x 2,5 m2 atau juga yang melakukan jarak tanam dengan ukuran 3 x
1 m2. Kalau jarak tanam 2 x 2 m2 maka jumlah batang tanaman salak yang dapat ditanam
sebanyak 2.500 batang. Untuk lahan seluas 1.000 m2 dapat ditanami sebanyak 400 pohon.
Sehingga dalam 1 ha dapat ditanami sebanyak 4.000 pohon. Dengan asumsi yang dapat
dipanen sebanyak 80%, tinggal 3.200 batang tanman salak yang dapat menghasilkan buah.
Untuk tanaman tahun ke 1 dan ke 2 tanaman salak ini belum dapat berbuah. Paling hanya
menghasilkan bibit melalui pencangkokan.
Tanaman salak walaupun termasuk tanaman yang tidak mengandung resiko tinggi, tapi tetap
diperlukan pemeliharaan dan perawatan yang intensif, agar buah yang dihasilkan kualitasnya
baik. Pada beberapa kondisi, sering agar buah yang dihasilkan kualitasnya baik. Pada
beberapa kondisi, sering dijumpai petani yang menanamkan salak tanamannya baik, tapi tidak
dapat berbuah. Selain itu tanaman salak ini tidak memerlukan banyak air, tapi juga tidak
boleh kekurangan air. Kondisi kritis tasa tanaman salak ini akan berlangsung dari penanaman
pertama (tahun ke-0) sampai pada tahun ke 2 kurun waktu proyek. Hal ini disebabkan kondisi
tanaman yang masih rentan terhadap kondisi “stress” baik di musim-musim penghujan
maupun kemarau.
PENDAHULUAN
Untuk membudidayakan tanamansalak tidaklah sulit karena tanaman salak Nglumut dapat
tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 700 metermbuh dari dataran rendah sampai
ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, asalkan syarat lain juga terpenuhi.
Adapun syarat tumbuh tanaman salak antara lain adalah :
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat mengetahui syarat-syarat tumbuh tanaman
salak dengan baik.
1.Cangkul,
2.Arit,
3.Tugar/linggis,
4.Air.
ir.
LANGKAH KERJA
PENDAHULUAN
Perbanyakan bibit salak dapat dilakukan dengan biji ataupun cangkokan. Umumnya yang
dengan menggunakan biji mudah dilakukan tetapi sulit di ketahui hasilnya. Pengalaman
menunjukkan bila bibit berasal dari biji 60% akan menjadi jantan. Oleh karena itu sangat
dianjurkan untuk memperbanyak bibit tanaman salak sebaiknya melalui cangkokan.
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat memperbanyak bibit dengan cara mencangkok
yang benar.
LANGKAHft”>LANGKAH KERJA
KEGIATAN 3 : PENANAMAN
PENDAHULUAN
Penanaman tanaman salak sebaiknya dilakukan pada awal musim huja, sehingga tidak
memerlukan tambahan tenaga kerja untuk melakukan penyiraman. Apabila penanaman
dilakukan diluar musim hujan, hendaklah selama kurang lebih 2 minggu sejak bibit salak
ditanam dilakukan penyiraman pada waktu pagi dan sore hari. Mengingat tanaman salak
adalah jenis tanaman yang berumah dua dimana bunga jantan dan bunga betina terpisah tidak
dalam satu pohon, makadalam penanamannya diperlukan tanaman jantan.
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat melakukan penanaman tanaman salak dengan
benar.
LANGKAH KERJA
KEGIATAN 4 : PEMELIHARAAN
PENDAHULUAN
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat melakukan penanaman tanaman salak dengan
benar.
1. Melakukan penyiraman
Apabila tanaman salak kurang air, maka perlu dilakukan penyiraman baik melalui saluran
irigasi ataupun dengan pompa air hingga tanaman betul-betul menunjukkan pertumbuhan
yang normal.
Lakukan pemupukan tanaman salak 2 kali setahun yaitu pada awal dan akhir musim
hujan.
Untuk tanaman muda dapat diberikan pupuk urea “2″ color=”#FFFFFF”>Untuk
tanaman muda dapat diberikan pupuk urea 25 gram, TSP 20 gram dan KCl 30 gram
per pohon per tahun.
Untuk tanaman yang berproduksi dapat diberikan urea sebanyak 50 gram. TSP 40
gram dan KCl 60 gram per pohon per tahun.
Pemberian pupuk kandang dapat dilakukan 2 kali setahun sebanyak 15 kg per pohon.
Pemberian pupuk dibenamkan di sekitar tanaman salak.
Carilah tanaman salak bunga betina yang siap diserbuki dengan tanda bunga berwarna
merah.
Bukalah tudung manggar bunga betina dengan menggunakan gunting
Serbukilah dengan bunga jantan dengan cara menepuk-nepukkan bunga jantan diatas
permukaan bunga betina atau dengan cara mengerik bunga jantan diatas bunga bu
dengan cara mengerik bunga jantan diatas bunga betina yang siap diserbuki.
Tutuplah bunga betina yang telah diserbuki tersebut dengan tudung yang dibuat dari
ujung daun salak agar penyerbukan tidak terganggu oleh air hujan.
6. Penjarangan buah
Untuk memperoleh buah yang seragam dan besar-besar, maka perlu dilakukan penjarangan
buah sebanyak 1 atau 2 kali yaitu pada waktu sebesar biji kelereng dan sebesar bola pingpong.
Penjarangan dapat dilakukan dengan cara mencongkel buah yang pertumbuhannya tidak baik,
ataupun dengan sistem larik untuk memberikan ruang tumbuh dari buah salak tersebut.
Kegiatan panen buah salak dapat diartikan sebagai saat pemetikan buah salak yang telah
masak.Umumnya dilakukan pada umur 5-6 bulan sejak hari penyerbukan. Melalui
pengamatan di lapangan, musim panen buah salak dapat dipilah menjadi 3 periode yaitu :
panen raya pada bulan November – Januari; panen sedang pada bulan Mei – Juli; panen kecil
pada bulan Pebruari – April dan panen susulan pada bulan Agustus – Oktober.
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat melakukan kegiatan panen dan pasca panen
tanaman salak dengan benar.
LANGKAH KERJA
Tanaman salak merupakan tanaman yang memiliki buah non klimatorik atau tidak terjadi
proses
pematangan, sehingga penentuan saat panen yang tepat merupakan salah satu faktor yangtepat
merupakan salah satu faktor yang penting dalam tahapan panen. Tanda-tanda buah salak
masak dapat diketahui dari warna kulit buah yang mengkilap, duri kecil pada kulit tidak
kelihatan, bila dipetik mudah lepas dan tercium aroma khas salak.
Waktu panen salak hendaknya diperhatikan tingkat kematangan buah salak yang disesuaikan
dengan keperluannya, apakah untuk manisan, hidangan ataukah untuk selai, ataupun
disesuaikan dengan jarak transportasinya
Gunakan sabit yang tajam dengan ujung yang runcing atau dapat juga dengan menggunakan
gergaji
Berdasarkan mutu buah salak dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :
1) Salak mutu AA, adalah salak yang betul-betul super, sehat, besar-besar (1 kg berisi 11-13
buah) dan warnanya kekuning-kuningan.
2) Salak mutu AB, adalah salak yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil (1 kg berisi 15-
19 buah, sehat,dan warnanya kekuning-kuningan.
3) Salak mutu C, biasanya digunakan untuk manisan. Satu kilogramnya biasanya berisi 25-30
buah dan biasanya warnanya kehitam-hitaman.
4) Salak mutu BS, yaitu salak yang sudah tidak layak untuk diperdagangkan, biasanya busuk,
& biasanya busuk,
ataupun pecah dan cacat.
Selain penggolongan diatas juga dapat digolongkan berdasarkan berat buah yang biasanya
dibagi menjadi tiga golongan , yaitu :
1) Golongan I, salak yang berisi 13 buah/kg dan biasanya disetor ke toko buah.
2) Golongan A, salak yang berisi 20 buah/kg, biasanya dibeli oleh pengecer di pasar.
3) Golongan C, salak yang berisi 30 buah/kg, biasanya disetor ke pengecer di terminal
kendaraan umum.
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha tentunya kegiatan analisasaha tentunya
kegiatan analisa sangatlah diperlukan. Namun umumnya para petani belum melakukan
kegiatan analisa usahatani dengan baik dan benar. Artinya seorang petani belum mampu
membuat catatan analisa usahatani atau farm recording dengan tertib.
TUJUAN
Setelah mempelajari brosur ini, pembaca dapat menghitung analisa usahatani salak serta
memperoleh informasi tentang keuntungan budidaya salak.
INFORMASI POKOK
Dalam menghitung analisa usahatani pada prinsipnya dapat didilakukan dengan cara
menghitung modal usaha baik modal tetap (A) maupun modal kerja (B) dan menghitung
penghasilannya (C).
Modal tetap (A) terdiri dari komponen bitap (A) terdiri dari komponen bibit,cadangan bibit,
peralatan dan sewa tanah.
Modal kerja (B) terdiri dari upah tenaga (penanaman, pengolahan tanah, penyulaman,
penyiangan, pemupukan, dll), obat-obatan dan pupuk.
Modal tetap (A) dan modal kerja (B) adalah merupakan biaya total atau modal usaha (D) yang
dikeluarkan untuk suatu proses produksi.
Penghasilan (C) yang dimaksud disini adalah produksi yang diperoleh baik buah maupun
anakan dikalikan dengan harga jual saat itu.
Untuk menghitung keuntungan yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Keuntungan (K) = Penghasilan (C) – Biaya total (D)
INFORMASI PENUNJANG
Sebagai suatu gambaran hasil pengamatan dilapangan usahatani salak ini sangatlah
menguntungkan. Pendapatan petani salak dalam setiap hektarnya dengan populasi 2000 pohon
dan produksi 10 kg/pohon/tahun, bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp.40 juta/tahun
(harga per kg sekitar Rp. 3.000,- dan biaya produksi per hektar sekitar Rp.20 juta).
Di sini perlu kami tambahkan sebagai bahan pembanding hasil analisa usahatani salak
Nglumut yang pernah dilakukan. (Cuplikan dari Sinar Tani, No.2808 Tahun XXX, edisi bulan
September 1999)
Tahun Tenaga Kerja Biaya Saprodi Biaya Lain-lain Total Biaya Produksi
Ke (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
2.255.000
01 2.322.000 8.862.500 1.350.000 12.437.500
02 4.314.000 2.697.000 1.260.000 6.279.000
03 5.820.000 1.187.500 1.260.000 10.761.500
04 5.4.314.000 5.087.500 1.260.000 12.167.500
05 5.820.000 4.962.500 1.260.000 11.676.500
5.454.000
Sumber :
(Cuplikan dari Sinar Tani, No. 2808 Tahun XXX, edisi bulan September 1999)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati
yang sangat penting. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet,
berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika.
Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan
perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu oleh Maskapai
Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatra – RCMA, dan di
sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula
(bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-
menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah
dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas
dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier,
begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16
meter secara horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan
awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi
pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh
dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal
pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas.
c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di
bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua
sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di
tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan
bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross
pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon
yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah
(mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau
cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang
berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan
menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya akan
menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar adventif pertama
muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan seterusnya membentuk akar-
akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan
untuk memantapkan dirinya sebagai organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan
menyerap makanan dari dalam tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau
kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning
(oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika
panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250
biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki
bobot 2 gram per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya
dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan
dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit
memerlukan pre-treatment.
1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-
17%.
2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen
minyak 21-23%.
3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya
kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu
gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Amerika Latin)
1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura,
Pisifera, dan Tenera.
2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens
3. D. Syarat Tumbuh
Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu
dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar
mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor
utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor – faktor lainnya seperti sifat
genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130
Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah
hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari
per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik
karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga
atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang
menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti
pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada
pembukaan kebun, dan terjadinya erosi.
Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar
antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai
september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman.
Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara
terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi.
Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif
cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang
musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan
kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.
Keadaan curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi
pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah
hujan minimum yang
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan
vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan
kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan
kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5.
Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit adalah
dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh dalam
bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture). Pengembangan
kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang terdapat
pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman
dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama –
penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan
klon kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang
berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat –
sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik,
dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan di antaranya adalah
sebagai berikut :
Pembiakan suatu varietas unggul melalui sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat,
tidak terlalu tergantung pada musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi
bibit yang terkendali.
Pengendalian sistem produk (bibit klon) secara menyeluruh sehingga produk (bibit)
yang dihasilkan seragam.
Penyimpanan plasma nutfah untuk tujuan produksi dan bank gen dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
Perbanyakan pohon yang toleran terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetis
dapat dilakukan secara mudah, misalnya penyakit crown disease, genetic orange
spotting, dsb.
Program pemuliaan dapat dipersingkat karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan
langsung dapat diperbanyak secara vegetatif.
Proses atau langkah – langkah pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan secara
garis besarnya adalah sebagai berikut :
Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan pohon
ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. Kriteria pemilihan pohon
induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet adalah sebagai berikut :
1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan pohon yang
dipilih memiliki potensi produksi 9 – 11 ton minyak/hektar/tahun.
b. Media
Media untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen yang tersusun dari
senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media
tumbuh ini terdiri atas unsur – unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral, dan
hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi perkembangan jaringan.
c. Metode
Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur jaringan dapat
menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD – CP). Metode
pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah metode CIRAD – CP
yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai berikut.
1. Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau ke
– 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari satu
pohon induk dapat diperoleh sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.
1. Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda – beda, tergantung
pada klon yang digunakan.
1. Pembiakan Embrio
1. Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media baru,
dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux, suhu 300C,
dan kelembaban 50 – 60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 – 4 bulan.
1. Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar. Pupus yang
mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan dimasukkan ke dalam
media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil dipelihara kembali dalam media
penumbuhan pupus
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan pembibitan
utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman
baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium
menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi
yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
1. G. Persiapan Lahan
Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan
lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa
sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.
1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau
areal yang ditumbuhi lalang.
2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman
perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.
3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit.
Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan
jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas,
pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting
adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika
pabrik sudah siap berproduksi.
Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi
oleh pohon – pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari beberapa
pekerjaan sebagai berikut : Babad pendahuluan, yaitu membabad dan memotong pohon –
kecil atau semak – semak yang tumbuh dibawah pohon besar, Menumbang, memotong pohon
– pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan gergaji mesin atau
kapak, Merencek, memotong – motong cabang – cabang dan ranting – ranting kayu yang
sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan, Merumpuk yaitu mengumpulkan dan
menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang arah utara-selatan agar dapat
sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar yaitu membakar rumpukan agar
area bersih dari bahan – bahan yang tidak diperlukan.
Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan
tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah
kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit.
1. Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik
tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang adalah
menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus
tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap
individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya.
Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang
dalam kondisi yang tidak berbeda.
Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X
9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m
dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah
143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X
9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk
mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang
terlatih.
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan
lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga terjadi perbaikan tanah secara fisika
ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per
hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum
tanam tidak dianjurkan.
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada
juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di
sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan
bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila
tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak
lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa
sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras
individual maupun teras kolektif.
3. Menanam
Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit.
Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops, LCC) yang ditanam
untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang
dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan
untuk memperbaiki sifat – sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi,
mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu (gulma).
Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan
selesai dilaksanakan.
Jenis – jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa
sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica,
Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna
cochinchinensis.
Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman
kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat piringan di
sekeliling tiap individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik,
maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)
pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor dan lembab.
Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya
saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, dan mencegah
berkembangnya hama dan penyakit tertentu.
Secara garis besar jenis – jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat
digolongkan menjadi :
1. Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman
pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata dan
M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus), serta
beberapa tumbuhan berkayu diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum
syn. Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabtrichum), dan tembelekan
(Lantana camara)
2. Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit
dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah, kendati demikian
pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk gulma lunak misalnya
babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum),
pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
1. J. Pemupukan
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk
menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih
dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah
pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat
diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis
– jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus
diaplikasikan.
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan
pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B
adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara
efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan
(TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir
luar piringan.
Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari
pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok
Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang
pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk
kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September – Oktober.
1. K. Pemangkasan
Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun – daun tua atau yang
tidak produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan
pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman
akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah
sebagai berikut :
-
1. L. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman sejak di
pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit dapat merusak bibit, tanaman
muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar pada bibit,
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Oleh karena itu,
pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, atau biologis
sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang tergolong
jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar jenis mamalia
terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya berupa hutan, baik
hutan primer maupun hutan sekunder.
a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak
akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus
cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar
tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat
mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh
tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk
dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah
sebagai berikut :
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam
hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh ( pupus )
dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif),
yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur
pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
ü membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan
mati
ü mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup
tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan
yang membusuk di lokasi kebun
ü Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit
yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah
menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan daun
kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian
secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu
lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat
Tachinidae
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun
sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan
kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati. Pengendalian
secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan insektisida.
Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah
Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam
keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang
menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara
kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang
adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa
dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah
infeksi dari jamur Fusarium sp.
Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar
diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon
akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan
dilakukan dengan membersihkan pohon.
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah
akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa
sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga
ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.
Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah
yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara
panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara
panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong
buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak
maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal.
Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu
tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun,
secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS)
terdapat dua brondolan.
2. Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen
jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan
cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang
tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk
memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih
dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
Gambar 25. Cara panen pada tanaman kelapa sawit dengan metode dodos
3. Persiapan Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat
pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil harus
diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.
Narasumber : student.umm.ac.id