You are on page 1of 41

MODUL

2010 1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

1
MODUL

PENGANTAR
PENGADAAN
BARANG/JASA
DI INDONESIA
Pelatihan Pengadaan
Barang /Jasa Pemerintah
Tingkat Dasar/Pertama

LKPP
Kembali ke Halaman Utama

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa


LKPP Lembaga Pemerintah
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
Daftar Gambar 3
Daftar Tabel 3
Tujuan Umum 4
Tujuan Khusus 4

A. Pendahuluan 5
A.1 Garis Besar Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 5
A.2 Prinsip Pengadaan Barang/Jasa 11
A.3 Ruang Lingkup Berlakunya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 13

B. Peraturan Pengadaan Barang/Jasa, Kebijakan dan Aturan Khusus 15


B.1 Peraturan dan Kebijakan 15
B.1.1 Dasar Hukum Utama 15
B.1.2 Dasar Hukum Terkait 15
B.1.3 Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 16
B.2 Konsep Ramah Lingkungan 17
B.3 Pengecualian Pengadaan Barang/Jasa 18

C. Para Pihak Terkait Pengadaan Barang/Jasa 19


C.1 Organisasi Pengadaan 19
C.1.1 Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia Barang/Jasa 19
C.1.2 Organisasi pengadaan melalui swakelola 20
C.2 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa 21

D. Pengelolaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa 22


D.1 Sistem Pengelolaan/Penataan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa 22
D.1.1 Dokumentasi Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa lainnya, dan Jasa
Konsultansi 22
D.1.2 Dokumentasi Pekerjaan Swakelola 23
D.1.3 Media dan Lokasi Penyimpanan Dokumen 23
D.2 Program Pengelolaan/Penataan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa 24
D.2.1 Proses Penyimpanan Dokumen 24
D.2.2 Kegiatan Terkait Pengelolaan Dokumen 27

E. Etika Pengadaan dan Good Governance 28


E.1 Etika Pengadaan 28
E.2 Good Governance 30
E.3 Contoh-contoh Penyimpangan Dalam Pengadaan Barang/Jasa 32

F. Pengendalian & Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa 37


F.1 Pengendalian dan Pengawasan 37
F.2 Sanksi 38

G. Latihan Kelompok dan Tes 40

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



DAFTAR gambar

Gambar 1 Garis Besar Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 5


Gambar 2 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Swakelola 7
Gambar 3 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia Barang/Jasa 7
Gambar 4 Tujuh Prinsip Pengadaan Barang/Jasa 11
Gambar 5 Struktur Organisasi Pengadaan Melalui Penyedia Barang/Jasa 19
Gambar 6 Perangkat ULP 20
Gambar 7 Penyimpangan Perencanaan Pengadaan 33
Gambar 8 Penyimpangan Pembentukan Panitia 33
Gambar 9 Penyimpangan Prakualifikasi Perusahaan 33
Gambar 10 Penyimpangan Penyusunan Dokumen Pemilihan 33
Gambar 11 Penyimpangan Pengumuman Lelang 34
Gambar 12 Penyimpangan Pengambilan Dokumen Pemilihan 34
Gambar 13 Penyimpangan Penyusunan HPS 34
Gambar 14 Penyimpangan Rapat Penjelasan (Aanwijzing) 34
Gambar 15 Penyimpangan Penyerahan dan Pembukaan Penawaran 35
Gambar 16 Penyimpangan Evaluasi Penawaran 35
Gambar 17 Penyimpangan Pengumuman Calon Pemenang 35
Gambar 18 Penyimpangan Sanggahan Peserta Lelang 35
Gambar 19 Penyimpangan Penunjukan Pemenang Lelang 36
Gambar 20 Penyimpangan Penanda-tanganan Kontrak 36
Gambar 21 Penyimpangan Penyerahan Barang 36

DAFTAR tabel

Tabel 1 Ruang Lingkup Berlakunya Perpres 54/2010 14


Tabel 2 Dokumen Pengadaan Melalui Penyedia Barang/Jasa 22
Tabel 3 Dokumentasi Pekerjaan Swakelola 23
Tabel 4 Perbuatan/Tindakan Penyedia Yang Dapat Dikenakan Sanksi Beserta
Jenis-jenis Sanksinya 39
Tabel 5 Perbuatan/Tindakan ULP/Penjabat Pengadaan Yang Dapat Dikenakan Sanksi
Beserta Jenis-jenis Sanksinya 39
Tabel 6 Perbuatan/Tindakan PPK Yang Dapat Dikenakan Sanksi Beserta Jenis-jenis
Sanksinya 39

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

TUJUAN UMUM

Setelah modul selesai diajarkan, diharapkan peserta mampu memahami kebijakan


peraturan perundangan, aturan khusus terkait dan prinsip - prinsip pengadaan barang
/jasa di Indonesia

TUJUAN KHUSUS

Setelah modul ini selesai diajarkan diharapkan peserta mampu :


1. Memahami prinsip pengadaan barang/jasa
2. Memahami kebijakan, peraturan perundangan terkait pengadaanbarang/jasa
3. Memahami para pihak terkait pengadaan barang/jasa termasuk tugas ULP dalam
pengelolaan dan koordinasi pengadaan barang/jasa
4. Melaksanakan etika pengadaan pada pengadaan barang/jasa
5. Memahami prinsip pengendalian & pengawasan pengadaan barang/ jasa
6. Memahami penyimpangan yang biasa terjadi dalam pengadaan barang/ jasa

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait D. Pengelolaan F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Dokumen Pengadaan Good Governance Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Barang/Jasa Barang/Jasa

A. PENDAHULUAN

A.1 Garis Besar Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

P
A.1 Garis Besar Proses engadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
Pengadaan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/
Barang/ Jasa Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/
Pemerintah
Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sam-
A.2 Prinsip Pengadaan pai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Dalam
Barang/Jasa hal ini proses yang dimaksud diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Dalam modul-
A.3 Ruang Lingkup modul ini selanjutnya akan disebut Perpres 54/2010.
Berlakunya
Peraturan Presiden Perpres 54/2010 secara garis besar dapat digambarkan secara diagram
Nomor 54 Tahun
seperti yang dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini
2010

“Kegiatan pengadaan ba-


rang/jasa dilakukan dengan
cara swakelola dan melalui
Penyedia Barang/Jasa”
Gambar 1 Garis Besar Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Penjelasan gambar tersebut diuraikan di bawah ini, yaitu :


1. Untuk menjalankan kepemerintahan, dibutuhkan barang/jasa pemerintah dengan spesifikasi
tertentu. Maka berdasarkan identifikasi kebutuhan akan didapatkan daftar kebutuhan Barang/
Jasa Pemerintah.
2. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan kegiatan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
3. Pertanyaannya adalah bagaimana cara pengadaan barang/jasa tersebut sehingga pe­laksanaan
pengadaannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Untuk mengatur proses pengadaan ini maka Presiden Republik Indonesia mengeluar-
kan Perpres 54/2010 yang dibuat didasarkan peraturan-peraturan yang terkait.
5. Secara garis besar, Perpres 54/2010 mengatur :
A. Bagaimana kegiatan pengadaan harus dilakukan (BAB VI Perpres 54/2010) yaitu Pengguna
Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran menyusun Rencana
Umum Pengadaan Barang/Jasa (BAB IV) dan kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan
dengan cara :
>> Melalui Swakelola (BAB V), yaitu pengadaan barang/jasa dimana pekerjaanya direnca-
nakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

Tata cara pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui swakelola dijelaskan secara rinci pada
Lampiran VI Perpres 54/2010 yang secara umum prosesnya bisa dikelompokkan dalam 3 (tiga)
tahapan utama (lihat gambar 2 di bawah ini), yaitu:

1. Mengidentifikasi apakah Barang/Jasa yang dibutuhkan memenuhi karakteristik untuk


dapat diadakan melalui swakelola (lihat pasal 26 ayat 2 atau Lampiran VI halaman 1 pada
Perpres 54/2010)
2. Menetapkan pelaksana swakelola. Pelaksana swakelola dapat dilakukan oleh :
• K/L/D/I penanggung jawab anggaran
• Instansi lain yang bukan penanggung jawab anggaran
• Kelompok masyarakat
3. Proses pelaksanaan swakelola yang meliputi :
• Perencanaan swakelola
• Pelaksanaan swakelola
• Pengawasan dan evaluasi

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Gambar 2 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Swakelola

>> Melalui Penyedia Barang/Jasa (BAB VI), yaitu badan usaha atau orang perseorangan yang
memenuhi syarat dan mampu menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan.

Tata cara pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa dijelaskan secara rinci
pada Lampiran II Perpres 54/2010 untuk pengadaan barang, pada Lampiran III untuk pengadaan
pekerjaan konstruksi, Lampiran IVa dan IVb untuk pengadaan jasa konsultansi dan Lampiran V un-
tuk pengadaan jasa lainnya. Secara umum prosesnya dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini dan
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengelompokan kebutuhan barang/jasa yang akan diadakan kedalam jenis-jenis barang/
jasa sebagai berikut :
a. Barang, yaitu setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak mau-
pun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau di-
manfaatkan oleh Pengguna Barang.
Contoh : bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, mahluk hidup.

Gambar 3 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia Barang/Jasa

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

b. Pekerjaan Konstruksi, yaitu seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Contoh : Pekerjaan membangun gedung mencakup pekerjaan arstektural, sipil, mekanikal, elektrikal
dan tata lingkungannya beserta kelengkapannya; konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan
tempur; pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan; penggalian dan/atau penataan lahan
(landscaping); perakitan atau instalasi komponen pabrikasi; penghancuran (demolition) dan pembersihan
(removal); reboisasi dan sejenisnya.

c. Jasa Konsultansi, yaitu Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Contoh : jasa rekayasa (engineering); jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan
pengawasan (supervision) untuk Pekerjaan Konstruksi; jasa perencanaan (planning), perancangan (design)
dan pengawasan (supervision) untuk pekerjaan selain Pekerjaan Konstruksi, seperti transportasi, pendi-
dikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan
usaha, perdagangan, pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian,
pertambangan, energi; jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa pendampingan,
bantuan teknis, konsultan manajemen, konsultan hukum.

d. Jasa Lainnya, yaitu jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan
(skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi,
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Contoh : jasa boga (catering service); jasa layanan kebersihan (cleaning service); jasa penyedia tenaga
kerja; jasa asuransi, perbankan dan keuangan; jasa layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan
sumber daya manusia, kependudukan; jasa penerangan, iklan/reklame, film, pemotretan; jasa per-
cetakan dan penjilidan; jasa pemeliharaan/perbaikan; jasa pembersihan, pengendalian hama (pest
control) dan fumigasi; jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan dan penyampaian barang;
jasa penjahitan/konveksi; jasa impor/ekspor; jasa penulisan dan penerjemahan; jasa penyewaan;
jasa penyelaman; jasa akomodasi; jasa angkutan penumpang; jasa pelaksanaan transaksi instrumen
keuangan; jasa penyelenggaraan acara (event organizer); jasa pengamanan; jasa layanan
internet; jasa pos dan telekomunikasi; jasa pengelolaan aset.

Jenis barang/jasa beserta karakteristiknya akan menentukan sistem pengadaan, metode kualifikasi,
jadwal pengadaan, dokumen pengadaan, HPS dan jaminan lelang yang akan digunakan dalam proses
pemilihan penyedia barang/jasa. Karakteristik barang yang dimaksudkan disini adalah berdasarkan :
a. Nilai/harga barang/jasa
b. Apakah untuk kebutuhan darurat atau bukan,
c. Kompleks tidaknya teknologi barang/jasa yang akan diadakan
d. Apakah merupakan kebutuhan rutin atau bukan bagi K/L/D/I yang bersangkutan
e. Apakah barang/jasa yang mempunyai hak paten
f. Apakah barang/jasa hasil industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri
g. Lain-lainnya sesuai yang diatur dalam Perpres 54/2010.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

2. Berdasarkan jenis dan karakteristik barang/jasa yang dibutuhkan, selanjutnya mengidentifikasikan


penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat dan mampu untuk menyediakan barang/jasa yang
sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan. Pengelompokan penyedia sesuai Perpres 54/2010
adalah sebagai berikut :
a. Berbentuk badan usaha
b. Berbentuk orang perseorangan
c. Usaha mikro
d. Usaha kecil
e. Koperasi kecil
f. Perusahaan asing
g. Tenaga ahli asing

3. Selanjutnya adalah proses memilih penyedia. Untuk memilih salah satu dari beberapa penyedia barang/
jasa yang ada, maka yang harus dilakukan sebelum dilakukan proses pemilihan penyedia, terlebih dahulu
perlu dilakukan langkah persiapan yang meliputi:
a. Menyusun rencana pemilihan penyedia
b. Menetapkan sistem pengadaan yang meliputi :
• Menetapkan metode pemilihan penyedia, yaitu memilih salah satu dari beberapa metode
pemilihan berikut :
> Apakah dengan pelelangan untuk memilih penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya
> Apakah dengan seleksi untuk memilih penyedia jasa konsultansi
> Apakah dengan pemilihan langsung
> Apakah dengan pengadaan langsung
> Apakah dengan penunjukan langsung
> Apakah dengan kontes/sayembara
• Menetapkan metode penyampaian dokumen, yaitu memilih salah satu dari metode penyampaian
dokumen berikut :
> Satu sampul
> Dua sampul
> Dua tahap
• Menetapkan metode evaluasi penawaran, yaitu memilih salah satu dari metode evaluasi
penawaran berikut :
> Sistem gugur
> Sistem nilai
> Sistem nilai berdasarkan umur ekonomis
c. Menetapkan sistem kualifikasi, yaitu memilih salah satu dari metode kualifikasi berikut :
> Prakualifikasi
> Pascakualifikasi
d. Menyusun jadwal pemilihan penyedia
e. Menyusun dokumen pengadaan
f. Menetapkan HPS
g. Menetapkan kebutuhan jaminan penawaran

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah



MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

4. Setelah persiapan pengadaan sudah dilakukan dengan matang, maka langkah selanjutnya
adalah proses pemilihan penyedia sesuai dengan rencana pengadaan yang sudah ditetap-
kan melalui langkah persiapan tersebut. Dari proses pemilihan penyedia ini akan didapatkan
penyedia barang/jasa yang terpilih.
5. Setelah penyedia barang/jasa terpilih, selanjutnya adalah penandatangan kontrak yang dilanjutkan
dengan pelaksanaan kontrak

B. Kegiatan pengadaan tersebut harus mempertimbangkan, memperhatikan, dan berdasarkan hal-hal


sebagai berikut :
> Tata Nilai Pengadaan (BAB II Perpres 54/2010)
> Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa (BAB II Perpres 54/2010)
> Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri (BAB III Perpres 54/2010)
> Peran Serta usaha kecil (BAB VIII Perpres 54/2010)
> Pengadaan Barang/Jasa Melalui Pelelangan/Seleksi Internasional (BAB IX Perpres 54/2010)
> Pengadaan Barang/Jasa yang Dibiayai dengan Dana Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (BAB X Perpres
54/2010)
> Keikutsertaan Perusahaan Asing Dalam Pengadaan Barang/Jasa (BAB XI Perpres 54/2010)
> Konsep Ramah Lingkungan (BAB XII Perpres 54/2010)
> Pengadaan Secara Elektronik (BAB XIII Perpres 54/2010)

C. Disamping mengatur seperti pada butir a dan b di atas, hal-hal lain yang diatur
adalah :
> Pengadaan Khusus dan Pengecualian (BAB XIV), yaitu mengatur barang/jasa khusus berupa Alat
Utama Sistem Senjata (ALUTSISTA) yang dibutuhkan oleh Tentara Nasional Indonesia dan Alat
Material Khusus (ALMATSUS) yang dibutuhkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
> Pengendalian, Pengawasan, Pengaduan dan Sangsi (BAB XV).
> Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Pengadaan (BAB XVI)
> Ketentuan Lain-lain (BAB XVII) mengatur pengadaan barang/jasa yang dilakukan melalui kerjasama
Pemerintah dengan Swasta dan pengadaan tanah.
> Ketentuan Peralihan (BAB XVIII) yang mengatur batas waktu pembentukan ULP.
> Ketentuan Penutup (BAB XIX).

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


10
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

A.2 Prinsip Pengadaan Barang/Jasa

T
A.1 Garis Besar Proses erdapat sejumlah prinsip yang harus dijadikan dasar dalam
Pengadaan melaksanakan proses pengadaan barang/jasa. Prinsip-prinsip
Barang/Jasa
yang dimaksud terdiri dari tujuh prinsip dasar seperti disajikan
Pemerintah
dalam bentuk gambar yang dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
A.2 Prinsip Pengadaan
Barang/Jasa Efisien

Akuntabel Efektif
A.3 Ruang Lingkup
PRINSIP
Berlakunya PENGADAAN
Tidak diskriminatif Transparan
Peraturan
Presiden Nomor
Bersaing Terbuka

Gambar 4 Tujuh Prinsip Pengadaan Barang/Jasa

Penerapan ketujuh prinsip diharapkan dapat membuat pengadaan barang/


jasa dapat berjalan seperti yang diharapkan serta dapat memberi manfaat yang
maksimal bagi semua pihak. Pada bagian penjelasan pasal 5 atas Perpres 54
tahun 2010 telah dijelaskan maksud masing-masing tujuh prinsip tersebut.
Uraian di bawah dimaksudkan untuk lebih memperjelas hal tersebut, yaitu :

1. Efisien.
Efisiensi pengadaan diukur terhadap seberapa besar upaya yang di-
lakukan untuk memperoleh Barang/Jasa dengan spesifikasi yang su-
dah ditetapkan. Upaya yang dimaksud mencakup dana dan daya yang
dikeluarkan untuk memperoleh Barang/Jasa. Semakin kecil upaya yang
diperlukan maka dapat dikatakan bahwa proses pengadaan semakin
efisien.
2. Efektif.
Efektifitas pengadaan diukur terhadap seberapa jauh Barang/Jasa
yang diperoleh dari proses pengadaan dapat mencapai spesifikasi
yang sudah ditetapkan.
3. Transparan.
Bagaimana proses pengadaan Barang/Jasa dilakukan dapat diketahui
“ Apabila prinsip-prinsip secara luas. Proses yang dimaksud meliputi dasar hukum, ketentuan-
tersebut dapat dilaksanakan,
dapat dipastikan akan
ketentuan, tata cara, mekanisme, aturan main, sepsifikasi barang/jasa,
diperoleh barang/jasa yang dan semua hal yang terkait dengan bagaimana proses pengadaan
sesuai dengan spesifikasinya barang/jasa dilakukan. Dapat diketahui secara luas berarti semua
dengan kualitas yang
maksimal serta biaya
informasi tentang proses tersebut mudah diperoleh dan mudah diakses
pengadaan yang minimal ” oleh masyarakat umum, terutama Penyedia Barang/Jasa yang berminat.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


11
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

4. Terbuka.
Berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan/kriteria yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap penyedia yang me-
menuhi syarat dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang prosedur yang jelas untuk
mengikuti lelang/seleksi.
5. Bersaing.
Proses pengadaan barang dapat menciptakan iklim atau suasana persaingan yang sehat di antara
para penyedia barang/jasa, tidak ada intervensi yang dapat mengganggu mekanisme pasar, sehingga
dapat menarik minat sebanyak mungkin penyedia barang/jasa untuk mengikuti lelang/seleksi yang
pada gilirannya dapat diharapkan untuk dapat memperoleh barang/jasa dengan kualitas yang
maksimal.
6. Adil/tidak diskriminatif.
Berarti proses pengadaan dapat memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Ba-
rang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, kecuali diatur dalam
peraturan ini. Sebagai contoh bahwa dalam peraturan ini mengatur agar melibatkan sebanyak mungkin
Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Koperasi Kecil. Disamping itu juga mengutamakan produksi dalam
negeri.
7. Akuntabel.
Berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Apabila prinsip-prinsip tersebut dapat dilaksanakan, dapat dipastikan akan diperoleh barang/jasa
yang sesuai dengan spesifikasinya dengan kualitas yang maksimal serta biaya pengadaan yang
minimal. Disamping itu dari sisi penyedia barang/jasa akan terjadi persaingan yang sehat dan pada
gilirannya akan terdorong untuk semakin meningkatnya kualitas dan kemampuan penyedia
barang/jasa.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


12
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

A.3 Ruang Lingkup Berlakunya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

P
A.1 Garis Besar Proses eraturan Presiden No 54 tahun 2010 yang mengatur pengadaan
Pengadaan barang/jasa berlaku untuk pengadaan barang/jasa pemerintah
Barang/Jasa dengan ketentuan :
Pemerintah

A.2 Prinsip Pengadaan 1. Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang sumber pem-
Barang/Jasa biayaannya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari APBN/
APBD atau Pinjaman/Hibah Luar Negeri.
2. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,
A.3 Ruang Lingkup Badan Hukum Milik Negara, Badan usaha Milik Negara, Badan Usaha
Berlakunya Milik Daerah, yang sumber pembiayaannya baik sebagian atau seluruh-
Peraturan
nya berasal dari APBN/APBD atau Pinjaman/Hibah Luar Negeri.
Presiden Nomor
54 Tahun 2010 3. Untuk pembiayaan yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri,
bila terdapat perbedaan peraturan dengan pemberi pinjaman/hibah,
maka para pihak dapat membuat kesepakatan tentang tata cara
pengadaan yang akan dipergunakan.
Contoh kasus :
1. Semua proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan
oleh K/L/D/I yang dibiayai oleh APBN/APBD, baik sebagian maupun
seluruhnya, harus mengacu pada Perpres 54/2010.
2. Semua proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang dibutuh-
kan oleh K/L/D/I yang dibiayai dari sumber pinjaman atau hibah
luar negeri, baik sebagaian maupun seluruhnya, harus mengacu
pada Perpres 54/2010. Apabila ada perbedaan peraturan tata cara
pengadaan antara pemberi pinjaman atau hibah dengan Perpres
54/2010, maka pemberi pinjaman atau hibah bersama-sama dengan
K/L/D/I dapat membuat kesepakatan tentang tata cara pelaksanaan
pengadaan yang akan digunakan.
3. Pengadaan Barang/jasa investasi untuk investasi adalah pengadaan
untuk belanja modal dalam rangka penambahan aset dan/atau
peningkatan kapasitas. Sebagai contoh : pengadaan mobil, bangu-
nan kantor, pelatihan SDM untuk pengembangan kapasitas kerja,
pengadaan alat kerja (komputer, furniture kantor), pengembangan
sistem informasi, pembelian mesin untuk meningkatkan produksi.

Ruang lingkup berlakunya Perpres 54/2010 ini dapat disajikan dalam


bentuk tabel yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


13
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Tabel 1 Ruang Lingkup Berlakunya Perpres 54/2010

SUMBER DANA PENGADAAN PERUNTUKAN PENGADAAN

- Sebagian atau seluruhnya dari APBN/APBD; atau Semua jenis Barang/Jasa yang dibutuhkan K/L/D/I.
- Sebagian atau seluruhnya dari pinjaman/hibah luar
negeri Semua jenis Barang/Jasa investasi yang dibutuhkan
di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik
Negara, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah

Catatan :
- Bila ada perbedaan peraturan dengan pemberi pinjaman/hibah, maka para pihak dapat membuat kesepakatan
tentang tata cara pengadaan
- Contoh barang/jasa investasi adalah kendaraan, bangunan kantor, pelatihan SDM untuk pengembangan kapasitas
kerja, pengadaan alat kerja (komputer, furniture kantor), pengembangan sistem informasi, pembelian mesin untuk
meningkatkan produksi dan sejenisnya.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


14
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait D. Pengelolaan F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Dokumen Pengadaan Good Governance Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Barang/Jasa Barang/Jasa

B. Peraturan Pengadaan Barang/Jasa,


Kebijakan dan Aturan Khusus
B.1 Peraturan dan Kebijakan

P
B.1 Peraturan dan engadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan mengacu
Kebijakan pada sejumlah peraturan dan kebijakan. Dasar hukum dan ke-
tentuan/peraturan pengadaan barang/jasadapat dikelompok-
kan menjadi dua bagian, yaitu :
B. 2 Konsep Ramah 1. Dasar Hukum Utama
Lingkungan
2. Dasar HukumTerkait

B.3 Pengecualian B.1.1 Dasar Hukum Utama


Pengadaan Barang/ Dasar hukum utama yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pengadaan
Jasa barang/jasa pemerintah adalah :
a. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan-
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3956);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Ba-
rang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengandaan Barang/Jasa Pemerintah
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

B.1.2 Dasar Hukum Terkait


Sedangkan dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut :

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


15
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pennyelenggaraan Negara yang
bersih dan Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang Jasa Konstruksi.
e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
g. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi
h. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Perubahan Kedua Atas Keputusan
Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.

B.1.3 Kebijakan Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Kebijakan umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bertujuan untuk mensinergikan ketentuan Pengadaan
Barang/Jasa dengan kebijakan-kebijakan di sektor lainnya. Langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh
Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini, meliputi :
a. Peningkatan penggunaan produksi Barang/Jasa dalam negeri yang sasarannya untuk memperluas
kesempatan kerja dan basis industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi
dan daya saing nasional;
b. Kemandirian industri pertahanan, industri alat utama sistem senjata (Alutsista) dan industri alat
material khusus (Almatsus) dalam negeri;
c. Peningkatan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
d. Perhatian terhadap aspek pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
secara arif untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan;
e. Peningkatan penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik;
f. Penyederhanaan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan
dalam Pengadaan Barang/Jasa;
g. Peningkatan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam
perencanaan dan proses Pengadaan Barang/Jasa;
h. Peningkatan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;
i. Penumbuhkembangan peran usaha nasional;
j. Penumbuhkembangan industri kreatif inovatif, budaya dan hasil penelitian laboratorium atau
institusi pendidikan dalam negeri;
k. Memanfaatkan sarana/prasarana penelitian dan pengembangan dalam negeri;
l. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di
Kantor Perwakilan Republik Indonesia; dan
m. Pengumuman secara terbuka rencana dan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di masing-masing
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Pemerintah Daerah/Institusi lainnya kepada masyarakat luas.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


16
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B.2 Konsep Ramah Lingkungan

P
B.1 Peraturan dan engadaan barang/jasa hendaknya memperhatikan kelestarian
Kebijakan lingkungan. Hal ini dilakukan agar kerusakan lingkungan dapat dimi-
nimalisasi sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kehidupan umat
manusia. Pengadaan barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan konsep
B. 2 Konsep Ramah
ramah lingkungan dengan menggunakan prinsip seperti yang diuraikan
Lingkungan
dalam BAB XII Perpres 54/2010. Berdasarkan hal tersebut, prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi adalah :
B.3 Pengecualian a. Kebutuhan barang/jasa dapat dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang
Pengadaan Barang/ ditetapkan tetapi harus dengan meminimasi dampaknya terhadap
Jasa lingkungan. Contoh :
1. Penyediaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) diper-
lukan oleh setiap kota/kabupaten. Disisi yang lain, keberadaan
TPAS akan mencemari lingkungan. Maka pengadaan TPAS harus
meminimasi dampaknya terhadap lingkungan dengan cara
pemilihan teknologi yang tepat, dilakukannya studi analisis
mengenai dampak lingkungan sehingga dampak yang negatif
bisa dibuatkan rencana pengendaliannya.
2. Rancangan Gedung Perkantoran yang ramah lingkungan.
• Sistem pencahayaan sebanyak mungkin menggunakan cahaya
matahari. Sehingga bisa menghemat pemakaian listrik.
• Komponen kayu menggunakan kayu yang bersertifikat “eco labeling”
• Sebanyak mungkin menggunakan bahan-bahan recycle.
b. Untuk mencapai seperti yang diuraikan pada butir a di atas, maka pada
dokumen pengadaan perlu ditambahkan persyaratan-persyaratan
tertentu dalam proses pengadaan barang/jasa. Persyaratan yang di-
maksud terkait dengan bagaimana proses pengadaan barang/jasa
dilakukan dengan meminimasi dampaknya terhadap lingkungan.
Contoh persyaratan :
• Penyedia harus menyertakan studi AMDAL.
• Penyedia harus sebanyak mungkin menggunakan bahan-
bahan recycle.
• Penyedia harus mengusulkan konsep agar dampaknya terhadap
lingkungan bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi dan
dikendalikan.
• Dan sebagainya.
c. Pengendalian dampak terhadap lingkungan, pada banyak kasus akan
menambah biaya. Maka perlu dilakukan optimalisasi sehingga kebu-
tuhan dapat dipenuhi dan dampak lingkungan dapat dikendalikan
dengan biaya yang seminimal mungkin. Atau dengan perkataan yang
lain, pemenuhan kebutuhan barang/jasa dapat dilakukan dengan cara
yang efisien dan efektif.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


17
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B.3 Pengecualian Pengadaan Barang/Jasa

T
B.1 Peraturan dan erdapat pengecualian dalam pengadaan sejumlah barang/jasa.
Kebijakan Pengecualian dilakukan karena terdapatnya sifat khusus yang tidak
dapat disamakan dengan pengadaan barang/jasa pada umumnya.
Pengecualian tersebut meliputi:
B. 2 Konsep Ramah
Lingkungan
a. Pengadaan ALUTSISTA oleh Tentara Nasional Indonesia.
Pengecualian pengadaan dilakukan pada pengadaan alat utama
B.3 Pengecualian sistem senjata (alutsista) yang dipergunakan untuk kepentingan
Pengadaan pertahanan Negara ditetapkan oleh menteri pertahanan berdasar-
Barang/ Jasa kan masukan dari Panglima TNI.
b. Pengadaan ALMATSUS oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia
Pengecualian pengadaan dilakukan pada pengadaan alat material
khusus (almatsus) yang digunakan untuk kepentingan penyeleng-
garaan keamanan dan ketertiban masyarakat ditetapkan oleh Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri
Pengadaan barang/jasa untuk kepentingan Pemerintah Republik
Indonesia di luar negeri pada prinsipnya berpedoman pada Perpres
RI No 54 tahun 2010. Apabila pelaksanaan pengadaan barang/jasa
berdasarkan Perpres RI no 54 tahun 2010 tidak dapat dilaksanakan,
maka pengadaan barang/jasa dapat menyesuaikan dengan keten-
tuan peraturan perundang-undangan di Negara setempat dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Contoh :
ALUTSISTA :
- Pesawat tempur
- Persenjataan
- Alat komunikasi khusus
ALMATSUS :
- Peralatan penanggulangan huru hara
- Alat komunikasi khusus
- Persenjataan
TIDAK TERMASUK ALUTSISTA DAN ALMATSUS :
- Alat tulis kantor
- Pakaian seragam, kecuali mempunyai spesifikasi yang khusus
- Kendaraan operasional, kecuali mempunyai spesifikasi yang khusus
- Bahan bakar
KEBUTUHAN BARANG/JASA DI LUAR NEGERI :
- Barang/jasa yang dibutuhkan oleh kantor-kantor Pemerintah Re-
publik Indonesia di luar negeri seperti di kantor perwakilan dan
kedutan besar yang berada di luar negeri.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


18
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait D. Pengelolaan F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Dokumen Pengadaan Good Governance Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Barang/Jasa Barang/Jasa

C. Para Pihak Terkait Pengadaan Barang/Jasa


C.1 Organisasi Pengadaan
C.1 Organisasi C.1.1 Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
Pengadaan Barang/Jasa

Organisasi pengadaan barang/jasa untuk pengadaan melalui penyedia


C.2 Para Pihak Dalam barang/jasa terdiri dari unsur-unsur :
Pengadaan Barang/
1. PA/KPA
Jasa
2. PPK
3. ULP/Pejabat Pengadaan
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Secara diagram struktur organisasi tersebut dapat digambarkan seperti


yang dapat dilihat pada gambar 5.

Pengguna
Anggaran

Kuasa Kuasa Kuasa


Pengguna Pengguna Pengguna
Anggaran Anggaran Anggaran

Panitia/Pejabat
ULP/Pejabat
PPK Penerima Hasil
Pengadaan
Pekerjaan
: Opsional

Gambar 5 Struktur Organisasi Pengadaan Melalui Penyedia Barang/Jasa

Organisasi tersebut dapat dikembangkan dengan ketentuan sebagai


berikut :
1. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk
pelaksanaan pengadaan.
2. Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai kebutuhan yang
paling kurang terdiri dari :
a. Kepala ULP
b. Sekretariat
c. Staf Pendukung
d. Kelompok Kerja
Tata cara pembentukan perangkat ULP secara lebih rinci diatur dengan
Peraturan Kepala LKPP

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


19
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Pada gambar 6 di bawah ini dapat dilihat susunan perangkat ULP yang disajikan dalam bentuk gambar.

Gambar 6 Perangkat ULP

C.1.2 Organisasi pengadaan melalui swakelola

Struktur Organisasi pengadaan barang/jasa melalui swakelola tergantung pada pihak mana yang
bertindak sebagai pelaksana swakelola. Sesuai pasal 26 ayat (4), pengadaan melalui swakelola
dapat dilakukan oleh :
1. K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran.
2. Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola.
3. Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.

Pada dasarnya unsur-unsur organisasi pengadaan melalui swakelola meliputi :


1. PA/KPA
2. PPK
3. TIM SWAKELOLA yang terdiri dari :
a. Tim Perencana
b. Tim Pelaksana
c. Tim Pengawas
4. ULP/Pejabat Pengadaan/Panitia Pengadaan bila diperlukan.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


20
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

C.2 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa

C.1 Organisasi Para pihak dalam pengadaan barang/jasa terdiri dari:


Pengadaan 1. Pengguna Anggaran
2. Kuasa Pengguna Anggaran
3. Pejabat Pembuat Komitmen
C.2 Para Pihak Dalam
Pengadaan 4. Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa 5. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
6. Penyedia Barang/Jasa;

Masing-masing pihak mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :
1. Fungsi
2. Hubungan Kerja Antar Para Pihak
3. Tugas dan kewenangan
4. Persyaratan jabatan
5. Hal-hal yang dilarang

Ketentuan-ketentuan tersebut secara rinci dapat dilihat pada Perpres


54/2010 pada pasal 7 sampai dengan pasal 21. Ketentuan tersebut pada
dasarnya mengatur :

1. Penanggungjawab utama terhadap anggaran yang diberikan kepada


K/L/D/I adalah PA atau KPA yang diberi kewenangan oleh PA.
2. Fungsi-fungsi yang ada dalam proses pengadaan terdiri dari :
a. Fungsi pembuat komitmen dengan pihak penyedia, dalam hal ini
dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Fungsi yang bertugas memilih penyedia barang/jasa, dalam hal ini
dilaksanakan oleh ULP/Pejabat Pengadaan.
c. Fungsi yang bertugas memeriksa barang/jasa apakah barang yang
diserahkan oleh penyedia sudah sesuai dengan yang diperjanjikan,
dalam hal ini dilaksanakan oleh pejabat penerima pekerjaan.

Hubungan kerja antara ke-tiga fungsi tersebut bersifat koordinatif dan ketiga-
tiganya diangkat dan bertanggung-jawab kepada PA/KPA. Dengan demikian
ketiga fungsi tersebut bisa bekerja secara independen dengan harapan akan
terjadi saling mengendalikan.

“ Penanggungjawab
utama terhadap anggaran
yang diberikan kepada
K/L/D/I adalah PA atau KPA
yang diberi kewenangan
oleh PA ”

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


21
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait D. Pengelolaan F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Dokumen Pengadaan Good Governance Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Barang/Jasa Barang/Jasa

D. Pengelolaan Dokumen Pengadaan


Barang/Jasa
D.1 Sistem Pengelolaan/Penataan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

S
D.1 Sistem istem pengelolaan dokumen pengadaan barang/jasa jenis pengadaan
Pengelolaan/ barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya maupun jasa konsultansi
Penataan pada dasarnya hampir sama, namun disesuaikan dengan komponen
Dokumen
dari jenis pengadaan tersebut. Uraian dari sistem pengelolaan doku-
Pengadaan Barang
dan Jasa men pengadaan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

D.2 Program D.1.1 Dokumentasi Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa


Pengelolaan/ lainnya, dan Jasa Konsultansi
Penataan Dokumen
Pengadaan Barang/ Secara umum dokumen yang perlu dikelola untuk pengadaan barang,
Jasa
pekerjaan konstruksi, jasa lainnya dan jasa konsultansi diantaranya:

Tabel 2 Dokumen Pengadaan Melalui Penyedia Barang/Jasa

No. Nama Dokumen Isi Dokumen Penanggung jawab

1. Dokumen penetepan rencana • Penetapan rencana umum pengadaan • PA (Penyelenggara Anggaran)


umum pengadaan • Penyimpanan dan pemeliharaa seluruh dokumen pengadaan barang/jasa
2. Dokumen rencana pelaksanaan • Spesifikasi teknis barang/jasa • PPK
pengadaan barang/jasa • Harga perkiraan sendiri (HPS)
• Rancangan kontrak
3. Dokumen pelaksanaan kontrak • Pelaksanaan, pengendalian kontrak dengan penyedia barang/jasa • PPK
4. Dokumen pelaporan • Laporan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA • PPK
pelaksanaan/penyelesaian
pengadaan baramg/jasa
5. Berita acara penyerahan • Hasil pekerjaan pengadaan kepada PA/KPA • PPK
6. Dokumen kemajuan pekerjaan • Laporan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan • PPK
pelaksanaan pekerjaan
7. Dokumen rencana pemilihan • Susunan rencana pemilihan penyedia barang/jasa • ULP
penyedia barang/jasa
8. Dokumen pengadaan • Penetapan dokumen pengadaan • ULP
9. Dokumen penawaran • Penetapan besaran nominal jaminan penawaran • ULP
10. Dokumen pengumuman • Pengumuman pelaksanaan pengadaan barang/jasa baik di website K/L/D/I • ULP
pelaksanaan pengadaan masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional
11. Dokumen Kualifikasi • Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau pascakuali- • ULP
fikasi
12. Dokumentasi administrasi • Evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk • ULP
13. Jawaban Sanggah • Jawaban dari panitia pengadaan mengenai sanggah yang dimasukkan oleh
penyedia jasa • ULP
14. Dokumen pemilihan • Salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PPK • ULP
15. Dokumen asli • Pemilihan penyedia barang/jasa • ULP
16. Dokumen proses dan hasil • Laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Menteri/Pimpinan • ULP
pengadaan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


22
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

D.1.2 Dokumentasi Pekerjaan Swakelola

Secara umum dokumen yang perlu dikelola oleh K/L/D/I, Instansi Pemerintah lain, dan Kelompok
Masyarakat untuk pekerjaan swakelola dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3 Dokumentasi Pekerjaan Swakelola

No. Nama Dokumen Isi Dokumen Penanggung jawab

1. Dokumen kemajuan pelak- • Laporan kemajuan pelaksanaan • Tim swakelola (tim pelak-
sanaan pekerjaan keuangan secara berkala sana)
2. Dokumen kemajuan realisasi • Laporan kemajuan realisasi fisik • PPK
fisik dan keuangan dan keuangan
3. Dokumen pencapaian target • Pencapaian target fisik yang • Tim swakelola
fisik dicatat setiap hari dan hasil
evaluasi
4. Dokumen pencapaian target • Pencapaian target non-fisik dan • Tim swakelola
non-fisik hasil evaluasi
5. Dokumen penggunaan • Penggunaan bahan, jasa lain- • Tim swakelola
bahan, jasa lainnya, nya, peralatan/suku cadang
peralatan/suku cadang, dan/ dan/atau tenaga ahli perse-
atau tenaga ahli orangan yang dicatat setiap hari
dalam laporan harian
6. Dokumen bulanan • Laporan bulanan yang dibuat • Tim swakelola
berdasarkan laporan mingguan
7. Dokumen pekerjaan • Administrasi dan foto pelaksa- • Tim swakelola
naan pekerjaan

D.1.3 Media dan Lokasi Penyimpanan Dokumen

Penyimpanan data dapat dilakukan dengan media penyimpanan soft copy maupun hard copy. Sedangkan
lokasi penyimpanan dokumen dapat disimpan di masing-masing kantor unit organisasi K/L/D/I yang ber-
tanggung jawab.

Soft copy adalah file-fle yang ada dan tersimpan pada hard disk
komputer saat kita membuat sebuah dokumen di komputer.
Penyimpanan melalui soft copy dapat dengan mudah dibuka
dan di-edit pada komputer, juga dapat dengan mudah diha-
pus. Soft copy juga dapat dengan mudah dipindahkan dari
satu komputer ke komputer lainnya baik melalui USB drive dan
disk drive atau melalui media lainnya.
Selain pada hard disk komputer, soft copy bisa disimpan pada
media CD, DVD, flash disk, bahkan dapat disimpan pada media
blog dan situs web.

Sedangkan hard copy dapat berupa hasil cetak dari soft copy atau tulisan tangan dan dapat digunakan
langsung tanpa harus menggunakan media seperti komputer atau teknologi lainnya. Hard copy ber-
bentuk permanen tanpa bisa dilakukan perubahan. Hard copy dilakukan untuk membuat cadangan fisik
dokumen dari soft copy. Contoh hard copy yaitu dapat berupa hasil print komputer baik itu berupa draft,

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


23
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

D.2 Program Pengelolaan/Penataan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa

D.2.1 Proses Penyimpanan Dokumen

S
D.1 Sistem Pengelo-
laan/Penataan Do- etiap kali suatu proses pengadaan menghasilkan dokumen tertentu
kumen Pengadaan (seperti dijelaskan pada subbab D.1.1), maka ULP/Pejabat Pengadaan
Barang dan Jasa dan PPK harus membuat salinan dan mengarsipkannya sesegera
mungkin, untuk kepentingan klarifikasi, verifikasi, pemeriksaan, dan
D.2 Program Pengelo-
kegiatan lain yang terkait dengan proses pengadaan. Berdasarkan Per-
laan/Penataan Do-
kumen Pengadaan pres 54 Tahun 2010, PPK harus menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh
Barang/Jasa dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

Ada tiga sistem penyimpanan dokumen yang dapat dipertimbangkan oleh


suatu organisasi yaitu penyimpanan terpusat (sentralisasi), penyimpanan de-
sentralisasi dan kombinasi kedua sistem (Quible: 2001). Pemilihan sistem terse-
but harus mempertimbangkan faktor jumlah dan status kantor yang harus
dilayani oleh jasa penyimpanan dokumen, seperti seberapa efektif letak kan-
tor pusat dengan kantor cabang yang dimiliki oleh organisasi; berapa jumlah
kantor cabang yang dimiliki; apakah tersedia sistem telekomunikasi dan sistem
penyampaian dokumen yang dapat diandalkan; ketersediaan tenaga penge-
lola dokumen, serta permintaan dokumen dari pemakai maupun sistem yang
paling bagus memenuhi kebutuhan organisasi, subunit, dan personilnya.

1. Sistem Sentralisasi
Pada sistem sentralisasi, semua dokumen disimpan di pusat penyimpanan.
Unit bawahannya yang ingin menggunakan dokumen dapat menghubungi
untuk mendapatkan dan menggunakan sesuai dengan keperluan yang di-
maksud. Ada beberapa manfaat penggunaan sistem sentralisasi, antara lain:
a. Mencegah Duplikasi
Dengan sistem pengawasan yang terpusat, setiap dokumen yang
berkaitan dengan subjek tertentu akan disimpan pada ruangan
penyimpanan dan peminjam atau pengguna akan terekam dengan
baik, termasuk waktu peminjaman hingga durasi peminjaman. Apabila
berbagai tebusan akan dibuat untuk keperluan subjek atau susunan
tersebut telah tersimpan dan dapat diklasifikasikan sebagai dokumen
2 inaktif, hanya satu dokumen saja yang disimpan sedangkan kertas
lain (tembusan) dapat dimusnahkan.
b. Layanan yang lebih baik
“ Ada tiga sistem Penggunaan sistem ini memerlukan tenaga khusus yang terlatih, sehingga
penyimpanan dokumen
yang dapat dipertimbang- diharapkan layanan yang diberikan akan lebih baik diban- dingkan dibe-
kan oleh suatu organisasi bankan secara mandiri kepada masing–masing karyawan yang bekerja
yaitu penyimpanan terpu- dengan dokumen. Dapat dibayangkan apabila seorang stenografer
sat (sentralisasi), penyim-
panan desentralisasi dan diminta untuk memberkaskan atau menjajarkan dokumen, maka
kombinasi kedua sistem “ besar sekali kemungkinan akan terjadi kesalahan karena memang bu-
(Quible: 2001) kan tugas atau keahliannya.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


24
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

c. Adanya keseragaman
Semua dokumen yang terpusat, pengelolaan dan penyimpanannya akan dilakukan secara seragam
serta memudahkan pengawasannya.
d. Menghemat waktu
Keberadaan tempat penyimpanan dan penemuan kembali dokumen pada satu tempat menjadikan
pemakai akan menghemat waktu bila mencari informasi. Pemakai tidak perlu mendatangi bagian-
bagian lain hanya untuk mencari informasi atau dokumen yang dibutuhkan.
e. Menghemat ruangan, peralatan, dan alat tulis kantor
Penggunaan sistem ini akan meminimalisir jumlah keberadaan duplikasi dokumen beserta perlengkapan
penyimpanannya (folder, filing cabinet dan lain-lain). Hal tersebut menyebabkan ruang yang digunakan
juga semakin sempit dan efisien yang tentunya akan menghemat penggunaan ruang kantor.

2. Sistem Desentralisasi
Sistem ini menyerahkan pengelolaan dan penyimpanan dokumen pada masing–masing unit. Ada
beberapa keuntungan dari penggunaan sistem ini, antara lain :
a. Dekat dengan pemakai, sehingga penggunaan dokumen di dalam organisasi dapat langsung
diawasi, dan di sisi lain dapat langsung memakainya tanpa kehilangan waktu maupun tenaga
untuk mendapatkannya
b. Sistem ini sangat cocok bila informasi rahasia yang berkaitan dengan sebuah bagian, disimpan
dibagian yang bersangkutan
c. Sistem ini juga akan menghemat waktu dan tenaga dalam pengangkutan berkas, karena setiap berkas
yang relevan dengan sebuah bagian akan disimpan di bagian yang bersangkutan

Beberapa kerugian desentralisasi adalah:


a. Pengawas relatif lebih sulit untuk dilakukan, karena letak dokumen yang tersebar di masing-
masing bagian dan sangat lazim apabila masing-masing akan menerapkan standar penyim-
panan yang berbeda-beda
b. Karena banyak duplikasi atas dokumen yang sama, hal itu mengakibatkan terjadinya duplikasi
ruangan, perlengkapan, dan alat tulis kantor yang menjadinya kurang efisien
c. Karena proporsi pekerjaan untuk menyimpan dokumen hanya menjadi salah satu fungsi dari tenaga
administrasi, kegiatan ini akan mengakibatkan layanan yang diterima kurang memuaskan
d. Sistem ini akan mengalami kesulitan pemberkasan berkaitan dengan dokumen yang relevan dan
berkaitan dengan dua bagian atau lebih
e. Tidak ada keseragaman dalam hal pemberkasan dan peralatan
f. Masing-masing bagian akan menyimpan dokumennya sendiri sehingga dokumen yang sama tersebar di
berbagai tempat.

3. Sistem Kombinasi
Pada setiap kominasi, masing–masing bagian menyimpan dokumennya sendiri di bawah kontrol
sistem terpusat. Dokumen yang disimpan apda masing–masing bagian lazimnya adalah dokumen
menyangkut personalia, gaji, kredit, keuangan, dan catatan penjualan. Pada sistem kombinasi,
tanggung jawab sistem berada di pundak Manajer Dokumen atau petugas yang secara operasional
sistem kearsipan. Sistem ini lazimnya dipakai oleh perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan
perusahaan seligus anak perusahaannya.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


25
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Sistem kombinasi memiliki keuntungan sebagai berikut :


a. Adanya sistem penyimpanan dan temu balik yang seragam.
b. Menekan seminimum mungkin kesalahan pemberkasan serta dokumen yang hilang.
c. Menekan duplikasi dokumen.
d. Memungkinkan pengadaan dokumen yang terpusat dengan imbas efisiensi biaya yang lebih
mudah.
e. Memudahkan kontrol gerak dokumen sesuai dengan jadwal retensi dan pemusnahan.

Disisi lain, sistem ini memiliki kerugian sebagai berikut:


a. Karena dokumen yang bertautan tidak ditemapatkan di tempat yang sama akan menyebabkan
sulitnya penggunaan dokumen yang dimaksud.
b. Kurang luwes karena keseragaman di seluruh unit belum ada atau tidak ada.
c. Masalah yang berasal dari sistem sentralisasi dan desentralisasi akan dibawa kesistem kombinasi,
walaupun dapat diminimalisir apabila pengelolaanya dilakukan secara dan tepat.

Dilihat dari cara kerja penyimpanannya, sistem penyimpanan arsip dapat dilakukan seperti;
1. Sistem Hastawi (manual)
Sistem ini digunakan untuk mengendalikan dokumen sebelum masuk ke berkas ataupun untuk surat
menyurat yang belum masuk berkas tertentu. Sistem ini mencakup:
a. Pemakaian buku agenda yang mencatat dokumen yang dipinjam dan disusun berdasarkan tanggal
peminjaman atau tanggal dokumen yang dikeluarkan dari rak penyimpanan.
b. Pemakaian kartu kendali yang akan dipasangkan pada masing-masing dokumen yang dipinjam.
Kartu ini disusun menurut nama dokumen atau menurut nomor yang digunakan.
c. Pemakaian kartu keluar diletakkan di tempat dokumen bila dokumen itu dipinjam seorang pengguna.
Apabila dokumen tertentu dipinjam, maka sebagai pengganti dokumen akan diberi kartu.

2. Sistem Barcoding
Sistem ini dilakukan dengan memberikan tanda berupa garis atau balok secara vertikal pada berkas
atau dokumen. Setiap lokasi atau berkas memperoleh
sandi balok yang unik, dan untuk membacanya di-
gunakan barcode scanner. Alat baca sandi balok jin-
jing (portable barcode reader) dapat digunakan un-
tuk melaksanakan sensor berkas atau audit berkas.
Manajer dokumen dapat memeriksa setiap ruangan den-
gan portable barcode reader yang dapat memindai sandi
balok pemakai atau lokasi, dan informasi kemudian dikir-
im ke sistem pelacakan otomatis, sehinga pemantauan
gerakan dokumen lebih aktual.

Sangat lazim ditemui sebuah organisasi mengalami berkas yang hilang atau salah tempat dikarenakan
staf menyerahkan kepada orang lain tanpa mencatatnya pada buku peminjaman. Dengan melakukan
sensus barcode, berkas akan dapat dilacak di manapun berkas itu berada. Keuntungan lain dari sistem
ini adalah mudah di upgrade ketika sistem lama tidak dapat memenuhi kebutuhan organisasi.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


26
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

D.2.2 Kegiatan Terkait Pengelolaan Dokumen

Pengelolaan dokumen merupakan suatu kegiatan pengarsipan surat yang bertujuan untuk mengetahui lalu
lintas surat dan memudahkan dalam pencarian surat jika sewaktu-waktu diperlukan kembali. Pada umum-
nya dokumen yang ada di instansi pemerintah maupun swasta belum dikelola (ditata) dengan baik,
sehingga ketika dokumen tersebut diperlukan sulit untuk ditemukan.

Beberapa keuntungan pelayanan pengelolaan dokumen dokumen bisa ditemukan dengan tepat dan
cepat, dapat menyimpan keutuhan dan keautentikan sebuah informasi yang tersimpan dalam dokumen,
dokumen tertata dengan baik, memperlancar proses kegiatan kantor, dll. Ragam proses pengelolaan
dokumen setidaknya terdiri dari:
• Mengumpulkan data
• Menyiapkan dokumen
• Menyimpan dokumen
• Memperbarui data
• Memanggil/mencari data
• Menyajikan data
• Mencetak dokumen
• Men-scan dokumen
• Membuat salinan dokumen
• Membuat dokumentasi tertulis
• Membuat dokumentasi rekaman audio
• Membuat dokumentasi foto/gambar
• Membuat dokumentasi video
• Menyiapkan perangkat penyimpanan dokumen
• Menyiapkan lokasi penyimpanan (di kantor)
• Membuat kodifikasi dokumen

Masing-masing ragam kegiatan tersebut akan membutuhkan biaya, karena itu para pengelola dokumen
harus juga menyiapkan rencana penganggaran untuk program pengelolaan dokumen.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


27
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan D. Pengelolaan Dokumen E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Good Governance Barang/Jasa

E. Etika Pengadaan dan Good Governance

E.1 Etika Pengadaan

P
E.1 Etika Pengadaan engadaan barang/jasa harus dilakukan dengan menjunjung tinggi
etika pengadaan. Pengamalan terhadap etika pengadaan diharap-
kan dapat membuat pengadaan barang/jasa berlangsung dengan
E.2 Good Governance baik. Etika pengadaan barang/jasa meliputi:
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab
untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya
E.3 Contoh-Contoh
tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
Penyimpangan
Barang dan Jasa b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Doku-
men Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/
Jasa;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetap-
kan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan
para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak
lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan
h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa
apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa
“ Pelanggaran terhadap
salah satu atau lebih etika Para pihak tidak boleh memiliki peran ganda atau terafiliasi dalam proses
dapat dipastikan akan
melanggar prinsip-prinsip
pengadaan demi menjamin perilaku konsisten para pihak dalam melaku-
pengadaan ” kan pengadaan. Peran ganda misalnya:

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


28
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

a. Dalam suatu Badan Usaha, seorang anggota Direksi atau Dewan Komisaris merangkap sebagai
anggota Direksi atau Dewan Komisaris pada Badan Usaha lainnya yang menjadi peserta pada
Pelelangan/Seleksi yang sama.
b. Dalam Pekerjaan Konstruksi, konsultan perencana bertindak sebagai pelaksana pekerjaan atau kon-
sultan pengawas pekerjaan yang direncanakannya, kecuali dalam pelaksanaan Kontrak Terima Jadi
(turn key contract) dan Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
c. Pengurus koperasi pegawai dalam suatu K/L/D/I atau anak perusahaan pada BUMN/BUMD yang
mengikuti Pengadaan Barang/Jasa dan bersaing dengan perusahaan lainnya, merangkap sebagai
anggota ULP/Pejabat Pengadaan atau pejabat yang berwenang menentukan pemenang Pelelangan/
Seleksi.

Yang dimaksud dengan afiliasi adalah keterkaitan hubungan, baik antar Penyedia Barang/Jasa, maupun
antara Penyedia Barang/Jasa dengan PPK dan/atau anggota ULP/Pejabat Pengadaan, antara lain meli-
puti:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan derajat kedua, baik secara
horizontal maupun vertikal;
b. PPK/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau menjalankan
perusahaan Penyedia Barang/Jasa;
c. hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung
oleh pihak yang sama yaitu lebih dari 50% (lima puluh perseratus) pemegang saham dan/atau salah
satu pengurusnya sama.

Para pihak dalam proses pengadaan harus memegang teguh etika pengadaan seperti yang diuraikan di
atas. Pelanggaran terhadap salah satu atau lebih etika dapat dipastikan akan melanggar prinsip-prinsip
pengadaan seperti yang diuraikan pada sub-bab A.2. Sebagai contoh apabila melanggar etika a, yaitu
bekerja dengan tidak tertib akan melanggar prinsip akuntabel dan atau efisien dan atau efektif. Demikian
juga bila melanggar etika b, yaitu bekerja secara profesional dan mandiri serta menjaga kerahasiaan
akan melanggar prinsip bersaing dan atau tidak diskriminatif dan atau akuntabel dan atau transparan.

Semakin banyak etika yang dilanggar dapat semakin dipastikan bahwa tujuan pengaturan
proses pengadaan barang/jasa melalui Perpres 54/2010 ini menjadi tidak tercapai, yaitu :
a. Pengadaan barang/jasa menjadi tidak efisien dan efektif
b. Persaingan menjadi tidak terbuka dan tidak kompetitif
c. Ketersediaan barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas menjadi tidak tercapai.
d. Meningkatnya kapasitas dan kemampuan penyedia karena adanya persaingan yang sehat menjadi
sulit tercapai.
e. Pada gilirannya kualitas pelayanan publik akan sulit ditingkatkan.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


29
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

E.2 Good Governance

S
E.1 Etika Pengadaan alahsatusebabterjadinyakebocoranyangsangatbesardalampengadaan
barang/jasa pemerintah, disamping tidak ditegakkannya prinsip-prin-
sip dasar pengadaan. Juga karena diabaikannya penyelengga-
E.2 Good Governance raan tata pemerintahan yang baik (good governance) di negara kita.
Pengertian Good Governance, berbeda antara beberapa definisi yang ada.
E.3 Contoh-Contoh
Penyimpangan Istilah good governance, baru kita kenal dalam sepuluh tahun terakhir,
Barang dan Jasa terutama dengan merebaknya tuntutan/desakan agar dapat dilakukan kon-
trol/pengawasan (exercised) terhadap pemerintah, yang berkaitan dengan:
(i) proses pemilihan pemerintah, yang harus jujur dan transparan. Karena
sebagai pemerintah, nantinya akan dituntut untuk selalu melakukan
prinsip-prinsip akuntabilitas yang dipersyaratkan;
(ii) kemampuan dan kapasitas pemerintah mengelola sumberdaya (resources)
secara efisien, dan cara memformulasikan, kebijakan, dan mewujudkan-
nya dengan tindakan dan peraturan yang baik (sound) dan tidak berpihak;
(iii) kemampuan pemerintah menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan
sosial diantara para para pihak terkait (stake holders), dengan secara
adil, transparan, dan akuntabel.

Mulai disadari pula bahwa pemerintah selalu kurang/terlambat mendapatkan


akses informasi, oleh karena itu sering kebijakan yang dikeluarkan pemerin-
tah malah menimbulkan distorsi. Karenanya, banyak yang sepakat, bahwa
mekanisme pasar akan dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dengan
lebih efektif dan efisien. Namun, peran pemerintah tetap diperlukan terutama
yang berkaitan dengan:
(i) menjaga kestabilan kondisi makroekonomi;
(ii) membangun infrastruktur;
(iii) menyediakan barang publik (public goods); mencegah terjadinya
kegagalan pasar (market failures);
(iv) dan mendorong terjadinya pemerataan (promoting equity)

Pengertian good governance merupakan konsep yang memiliki segi yang


sangat banyak, karena pada hakekatnya good governance adalah seluruh
aspek yang terkait dengan dengan kontrol dan pengawasan (exercised)
terhadap kekuasaan yang dimiliki pemerintah dalam menjalankan
fungsinya, melalui institusi formal maupun informal.

Bank Dunia mendefinisikan “good governance”, pada prinsipnya adalah ter-


wujudnya manajemen pemerintahan yang baik (sound development man-
agement). Kemudian faktor kuncinya ialah manajemen sektor publik yang
antara lain memenuhi kaidah-kaidah: akuntabilitas (accountability), kerangka
pengaturan (legal frame work) untuk pembangunan, informasi, transparansi.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


30
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Sedangkan, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank), pada dasarnya memiliki pandangan
yang sama dengan Bank Dunia, memperhatikan issue “good governance” dari segi efektivitas pemerintah
melakukan fungsinya, dampak dari program-program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, dan
kapasitas penyerapan (absorptive capacity) terutama berkaitan dengan penggunaan dana-dana yang berasal
dari pinjaman Bank Pembangunan Asia.

Selanjutnya, Bank Pembangunan Asia menguraikan empat elemen dasar dari “good governance”, yaitu:
akuntabilitas, partisipasi, predictability, dan transparansi Untuk mencapai sistem akuntabilitas yang handal,
maka diperlukan pembangunan kapasitas pemerintah (building government capacity), antara lain dengan
melalui: perbaikan manajemen sektor publik, reformasi dan perbaikan manajemen badan usaha milik pemer-
intah, perbaikan manajemen keuangan pemerintah, serta dilakukannya reformasi pegawai negeri. Dalam el-
emen partisipasi, yang diperlukan adalah partisipasi dari seluruh pihak yang diuntungkan (beneficiaries) serta
kelompok yang menerima akibat (affected group), adanya mekanisme yang menyerasikan hubungan antara
sektor publik dengan sektor privat (public sector interface), dilakukannya desentralisasi pelayanan publik
(memperkuat pemerintah daerah), melakukan kerja sama dengan lembaga non pemerintah (NGO).

Elemen predictability (legal framework), mencakup pengembangan dan penataan hukum dan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang baik dan dapat diperkirakan, adanya kerangka pengaturan yang
baik untuk sektor privat. Selanjutnya, elemen transparansi (keterbukaan informasi), yang diperlukan adalah
akses yang sama terhadap informasi, dan ada kewajiban pihak-pihak tertentu yang harus membuka in-
formasi (disclosure of information) kepada semua pihak yang terkait. Yang sangat penting dari semua ini,
adalah perlindungan terhadap pihak-pihak yang mau memberikan informasi/bukti/keterangan tentang
terjadinya penyimpangan kaidah penyelenggaraan pemerintahan yang benar.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


31
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

E.3 Contoh-contoh Penyimpangan Dalam Pengadaan Barang/Jasa

E.1 Etika Pengadaan


B erikut ini disajikan contoh-contoh penyimpangan dalam pengadaan
barang/jasa yang sering terjadi pada :

E.2 Good Governance


1. Perencanaan Pengadaan
2. Pembentukan Panitia
E.3 Contoh-Contoh
3. Prakualifikasi Perusahaan
Penyimpangan
Barang dan Jasa 4. Penyusunan Dokumen Pemilihan
5. Pengumuman Lelang
6. Pengambilan Dokumen Pemilihan
7. Penyusunan HPS
8. Rapat Penjelasan (aanwijzing)
9. Penyerahan dan Pembukaan Penawaran
10. Evaluasi Penawaran
11. Pengumuman Calon Pemenang
12. Sanggahan Peserta Lelang
13. Penunjukan Pemenang Lelang
14. Penandatangan Kontrak
15. Penyerahan Barang.

Contoh-contoh tersebut di atas disajikan pada gambar 7 sampai


dengan gambar 21 berikut ini.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


32
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


33
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


34
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


35
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


36
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan D. Pengelolaan Dokumen E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Good Governance Barang/Jasa

F. Pengendalian & Pengawasan Pengadaan


Barang/Jasa

F.1 Pengendalian dan Pengawasan

F.1 Pengendalian dan


Pengawasan T ugas dan kewenangan Para Pihak dalam pengendalian dan penga-
wasan pengadaan barang/jasa adalah sebagai berikut :

F.2 Sanksi 1. Pimpinan K/L/D/I


a. Memberikan laporan secara berkala tentang realisasi pengadaan
barang/jasa kepada LKPP
b. Melakukan pengawasan terhadap PPK/ULP/Pejabat Pengadaan/
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
c. Menugaskan Aparat Pengawas Intern untuk melakukan audit
d. Membuat daftar hitam bagi penyedia jasa/barang sesuai
dengan ketentuan.
e. Memberikan sanksi kepada penyedia barang/jasa setelah
mendapat masukan dari PPK/ULP/PP sesuai dengan ketentuan

2. PPK/ULP/Pejabat Pengadaan
a. Memberikan sanksi administrasi kepada penyedia barang/jasa
sesuai dengan ketentuan
b. Mengusulkan sangsi pencantuman dalam daftar hitam kepada
PA/KPA atas pelanggaran penyedia barang/jasa sesuai dengan
ketentuan

3. APIP K/L/D/I
a. Menindaklanjuti pengaduan penyedia barang/jasa dan/atau
“ Para Pihak dalam pen-
gendalian dan penga- masyarakat yang dianggap beralasan dan mempunyai bukti
wasan pengadaan barang/ sesuai dengan kewenangannya.
jasa adalah Pimpinan
b. Hasil tindak lanjut pengaduan dilaporkan kepada Menteri/
K/L/D/I; PPK/ULP/Pejabat
Pengadaan; APIP K/L/D/I; Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan institusi,
LKPP; Penyedia Barang/
Jasa dan Masyarakat “

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


37
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

c. Dari hasil tindak lanjut bila diyakini terdapat indikasi KKN yang akan merugikan keuangan neg-
ara, dapat dilaporkan kepada instansi yang berwenang dengan persetujuan Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi, dengan tembusan kepada LKPP dan BPKP.

4. LKPP
a. Melakukan evaluasi atas laporan berkala yang dibuat K/L/D/I tentang pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
b. Menindak lanjuti pengaduan yang didukung bukti sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
c. Mengumumkan secara nasional daftar hitam yang dibuat K/L/D/I

5. Penyedia Barang/Jasa dan Masyarakat


a. Bila menemukan indikasi penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan pengadaan Barang/
Jasa dan/atau pelanggaran persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses
pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
b. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP K/L/D/I yang bersang-
kutan dan/atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang terkait langsung dengan materi pengaduan

F.2 Sanksi

A

F.1 Pengendalian dan pabila terjadi pelanggaran, sesuai dengan kewenangannya,
Pengawasan pimpinan K/L/D/I dapat memberikan sangsi baik kepada penye-
dia maupun kepada PPK/ULP/Pejabat Pengadaan. Sanksi yang
F.2 Sanksi dapat diberikan kepada penyedia karena pelanggaran tersebut berupa
:
a. sanksi administratif;
b. sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam;
c. gugatan secara perdata; dan/atau
d. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.

Sedangkan sanksi yang dapat diberikan kepada ULP/Pejabat pengadaan


yang melakukan kecurangan:
a. dikenakan sanksi administrasi;
b. dituntut ganti rugi; dan/atau
c. dilaporkan secara pidana.

Pada tabel 4, tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilihat jenis-jenis perbuatan atau
tindakan penyedia barang/jasa, ULP/Pejabat Pengadaan dan PPK yang
dapat dikenakan sanksi beserta jenis-jenis sanksi yang dikenakan.

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


38
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

Tabel 4 Perbuatan/Tindakan Penyedia Yang Dapat Dikenakan Sanksi Beserta Jenis-jenis Sanksinya

Perbuatan atau Tindakan Sanksi

Berusaha mempengaruhi ULP/PP/pihak lain yang berwenang


untuk melanggar ketentuan Administratif dan/atau Daftar Hitam dan/atau
Melakukan persekongkolan dengan penyedia lain untuk men- gugatan secara perdata dan/atau pelaporan
gatur proses pengadaan secara pidana
Membuat dan/atau menyampaikan dokumen yang tidak benar/
palsu
Mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan alasan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan/diterima oleh ULP/PP
Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
Ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan Barang/ Administratif dan Daftar Hitam + Finansial
Jasa produksi dalam negeri.
Terlambat menyelesaikan pekerjaan Denda Keterlambatan sebesar 1/1000 per hari
Konsultan Perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan dari harga kontrak atau bagian kontrak, maksi-
kerugian negara mal sebesar Jaminan Pelaksanaan
Menyusun kembali perencana-an dengan
biaya sendiri dan/atau tuntutan ganti rugi

Tabel 5 Perbuatan/Tindakan ULP/Penjabat Pengadaan Yang Dapat Dikenakan Sanksi Beserta Jenis-jenis
Sanksinya
Sanksi
Perbuatan atau Tindakan

Administratif , dituntut ganti rugi dan/atau


Adanya Pelanggaran dan/atau kecurangan dalam Proses
dilaporkan secara pidana
Pengadaan

Sesuai Peraturan Perundang-undangan


Kecurangan dalam pengumuman pengadaan

Tabel 6 Perbuatan/Tindakan PPK Yang Dapat Dikenakan Sanksi Beserta Jenis-jenis Sanksinya

Perbuatan atau Tindakan Sanksi

Melakukan cedera janji terhadap ketentuan yang termuat Membayar bunga terhadap nilai tagihan
dalam kontrak ( misalnya: Keterlambatan pembayaran) yang belum dibayar, atau membayar kom-
pensasi sesuai dengan ketentuan dalam
kontrak

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


39
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

B. Peraturan Pengadaan C. Para Pihak Terkait F. Pengendalian &


A. Pendahuluan Barang/Jasa, Kebijakan D. Pengelolaan Dokumen E. Etika Pengadaan dan G. Latihan Kelompok
Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa Pengawasan Pengadaan dan Tes
dan Aturan Khusus Good Governance Barang/Jasa

G. Latihan Kelompok dan Tes


Latihan kelompok dan tes akan disampaikan dan dipandu oleh narasumber/instruktur

Kembali ke Halaman Utama

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


40
MODUL

1
PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA DI INDONESIA

LKPP
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


41

You might also like