Professional Documents
Culture Documents
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni luas dan dalam pandangan dunianya.
realisme, naturalisme, empirisme Pandangan dunia yang valid dan argumentatif
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan dapat melesakkan seseorang mencapai titik-
ontologi adalah: kulminasi peradaban dan sebaliknya akan
• yang-ada (being) membuatnya terpuruk hingga titik-nadir
• kenyataan/realitas (reality) peradaban. Karena nilai dan kualitas
• eksistensi (existence) keberadaan kita sangat bergantung kepada
• esensi (essence) pengenalan kita terhadap kebenaran. Anda
• substansi (substance) dikenal atas apa yang Anda kenal. Wujud anda
• perubahan (change) ekuivalen dengan pengenalan
• tunggal (one)
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI
• jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang
ingin memahami secara menyeluruh tentang DAN AKSIOLOGI
dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu
PENDAHULUAN pengetahuan yang satu dari
Dalam makalah ini akan pengetahuan-pengetahuan lainnya.
memaparkan tentang cabang-cabang Denganb mengetahuan jawaban-
dalam filsafat, yang pertama di sebut jawaban dari ketiga pertanyaan ini
landasan ontologis; cabang ini maka dengan mudah kita dapat
menguak tentang objek apa yang di membedakan berbagai jenis
telaah ilmu? Bagaimana ujud yang pengetahuan yang terdapat dalam
hakiki dari objek tersebut ? khasanah kehidupan manusia. Hal ini
bagaimana hubungan antara objek memungkinkan kita mengenali
tadi dengan daya tangkap manusia berbagai pengetahuan yang ada
(sepert berpikir, merasa dan seperti ilmu, seni dan agama serta
mengindera) yang membuakan meletakkan mereka pada tempatnya
pengetahuan?. Kedua di sebut dengan masing-masing yang saling
landasan epistimologis; berusaha memperkaya kehidupan kita. Tanpa
menjawab bagaimna proses yang mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan
memungkinkan di timbanya dengan benar maka bukan saja kita
pengetahuan yang berupa ilmu? dapat memanfaatkan kegunaanya
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa secara maksimal namun kadang kita
yang harus di perhatikan agar kita salah dalam menggunakannya. Ilmu di
mendapatkan pengetahuan yang kacaukan dengan seni, ilmu
benar? Apa yang disebut kebenaran dikonfrontasikan dengan agama,
itu sendiri? Apakah kriterianya? bukankah tak ada anarki yang lebih
Cara/tehnik/sarana apa yang menyedihkan dari itu?
membantu kita dalam mendapatkan
PEMBAHASAN
pengetahuan yang berupa ilmu?.
Sedang yang ketiga, di sebut dengan A. Ontologi
landasan aksiologi; landasan ini akan
menjawab, untuk apa pengetahuan Objek telaah ontologi adalah yang
yang berupa ilmu itu di pergunakan? ada. Studi tentang yang ada, pada dataran
Bagaimana kaitan antara cara studi filsafat pada umumnya di lakukan
penggunaan tersebut dengan kaidah- oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
kaidah moral? Bagaimana penentuan banyak di gunakan ketika kita membahas
objek yang ditelaah berdasarkan yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
pilihan-pilihan moral? Bagaimana
Ontologi membahas tentang yang
kaitan antara teknik prosedural yang
ada, yang tidak terikat oleh satu
merupakan operasionalisasi metode
perwujudan tertentu. Ontologi membahas
ilmiah dengan norma-norma
tentang yang ada yang universal,
moral/professional?[1]
menampilkan pemikiran semesta
Jadi untuk membedakan jenis
universal. Ontologi berupaya mencari inti metaphisik mengetangahkan prinsip
yang termuat dalam setiap kenyataan, atau umum yang menjadi dasar dari semua
dalam rumusan Lorens Bagus; realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh
menjelaskan yang ada yang meliputi ontologi adalah abstraksi metaphisik.
semua realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan metode pembuktian
1. Objek Formal dalam ontologi oleh Laurens Bagus di
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia benar, diletakkan sebagai pendahuluan dalam
bebas filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas
(pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) bagi seluruh pengetahuan manusia.
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini Namun, epistemologi (teori pengetahuan),
termasuk salah satu yang paling sering karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat,
manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu
misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
manusia yang bersifat gamblang, merupakan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para
dasar dan pondasi segala ilmu dan pemikir sendiri berbeda pendapat dalam
pengetahuan. Walaupun ilmu logika dalam banyak persoalan mengenai akal dan
beberapa bagian memiliki kesamaan dengan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal
epistemologi, akan tetapi, ilmu logika yang saling kontradiksi dalam masalah-
merupakan ilmu tentang metode berpikir dan masalah pemikiran kemudian berefek pada
berargumentasi yang benar, diletakkan setelah kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari
epistemologi. validitas akal dan menolak secara mutlak
segala bentuk eksistensi eksternal.[1]
Hingga tiga abad sebelum abad ini,
epistemologi bukanlah suatu ilmu yang Dengan alasan itu, persoalan epistemologi
dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu. sangat dipandang serius sedemikian sehingga
Akan tetapi, pada dua abad sebelumnya, filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun
khususnya di barat, epistemologi diposisikan kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam
sebagai salah satu disiplin ilmu. Dalam filsafat berpikir dan berargumentasi secara benar yang
Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas sampai sekarang ini masih digunakan. Lahirnya
secara tersendiri, akan tetapi, begitu banyak kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya
persoalan epistemologi dikaji secara meluas validitas akal dan indra lahir sedemikian
dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam, sehingga untuk kedua kalinya berakibat
misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa, memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan
kenon-materian jiwa, dan makrifat jiwa. indra lahir di Eropa, dan setelah Renaissance
Pengindraan, persepsi, dan ilmu merupakan dan kemajuan ilmu empirik, lahir kembali
bagian pembahasan tentang makrifat jiwa. kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang
Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan berpuncak pada Positivisme. Pada era tersebut,
epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu
tentang akal, objek akal, akal teoritis dan baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes
praktis, wujud pikiran, dan tolok ukur (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof
kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi. Leibniz (1646–1716) kemudian disempurnakan
Namun belakangan ini, di Islam, epistemologi oleh John Locke di Inggris.[2]
menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang 1. Pengertian Epistemologi
mengkaji sejauh mana pengetahuan dan
Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-
makrifat manusia sesuai dengan hakikat, objek
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang
luar, dan realitas eksternal.
berbeda mesti akan berhadapan dengan
Latar belakang hadirnya pembahasan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah
epistemologi itu adalah karena para pemikir saya berasal? Bagaimana terjadinya proses
melihat bahwa panca indra lahir manusia yang penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok
merupakan satu-satunya alat penghubung ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?
manusia dengan realitas eksternal terkadang Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana
atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa
dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air
dengan demikian, sebagian pemikir tidak mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari
menganggap valid lagi indra lahir itu dan atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan
berupaya membangun struktur pengindraan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa
ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari persoalan terakhir ini berbeda dengan
jawaban dan solusi atas permasalahan- persoalan-persoalan sebelumnya, yakni
permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada
dihadapinya. suatu asumsi bahwa hakikat itu ada, akan
tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini,
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
keberadaan hakikat itu justru masih menjadi
suatu hakikat dan berupaya mengetahui
masalah yang diperdebatkan. Untuk lebih
sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia
jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
sangat memahami dan menyadari bahwa:
Seseorang sedang melihat suatu pemandangan
1. Hakikat itu ada dan nyata;
yang jauh dengan teropong dan melihat
2. Kita bisa mengajukan berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan
pertanyaan tentang hakikat itu; warna-warna yang berbeda, lantas iameneliti
kemahiran, dan juga meliputi maka dari sudut mana subyek ini dibahas,
ilmu-ilmu seperti hudhûrî[5], karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam
hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut
malaikat, dan ilmu manusia. yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan
dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik
b. Ilmu adalah kehadiran
tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu.
(hudhûrî) dan segala bentuk
Sisi ini menjadi salah satu pembahasan
penyingkapan. Istilah ini
dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
digunakan dalam filsafat Islam.
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan
Makna ini mencakup ilmu
realitas eksternal juga menjadi pokok kajian
hushûlî dan ilmu hudhûrî.
epistemologi. Sementara aspek penyingkapan
c. Ilmu yang hanya dimaknakan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu
sebelumnya dan faktor riil yang menjadi definisi ini, bisa dikatakan bahwa epistemologi
penyebab hadirnya pengindraan adalah jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan
dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi sebagai pendahuluan dan mukadimah, karena
mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh apabila kemampuan dan validitas akal belum
umur manusia terhadap tingkatan dan dikaji dan ditegaskan, maka mustahil kita
pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang membahas tentang metode akal untuk
pembahasan akan sangat berpengaruh dalam mengungkap suatu hakikat dan bahkan
pemahaman mendalam tentang perbedaan- metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu
perbedaan ilmu. logika masih perlu dipertanyakan dan
rekonstruksi, walhasil masih menjadi hal yang
Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan
diragukan.
probabilitas pengetahuan, pembagian dan
observasi ilmu, dan batasan-batasan b. Hubungan epistemologi dengan
pengetahuan[8]. Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî Filsafat. Pengertian umum filsafat adalah
dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok- pengenalan terhadap eksistensi (ontologi),
pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu realitas eksternal, dan hakikat keberadaan.
yang diartikan sebagai keumuman Sementara filsafat dalam pengertian khusus
penyingkapan dan pengindraan adalah bisa (metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi. umum tentang eksistensi[9]. Dalam dua
Plotinus, penggagas maktab neo platonisme, di umum yang bisa mencakup beberapa individu-
abad ketiga masehi melontarkan gagasan- individu eksternal. Apakah wujud “universal”
gagasan penting dalam epistemologi. itu sendiri sama dengan wujud “partikular”
yang keberadaannya bukan hanya di alam
Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition):
pikiran, bahkan juga berada di alam eksternal
1. Persepsi panca indra (sensuous perception),
yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang
2. Pengertian (understanding), 3. Akal (logos,
lain?
intellect). Tingkatan pertama berkaitan dengan
hal-hal yang lahir, tingkatan kedua adalah Sebagai contoh “manusia universal”. Apakah
argumentasi, dan akal sebagai tingkatan “manusia universal” di sini hanyalah sebuah
ketiga, bisa memahami hakikat ‘kesatuan konsep universal yang ada di alam pikiran
dalam kejamakan’ dan ‘kejamakan dalam semata, ataukah “manusia universal” itu
kesatuan’ tanpa lewat proses berpikir. Dan sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia
tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy- berada di alam non-materi) yang hanya bisa
Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada [1] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat dar
penerimaan atas konsep-konsep universal, eropa, jilid satu, hal. 74.
yakni jika seseorang beranggapan bahwa [2] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat dar
universalitas itu hanyalah sebuah kata semata Eropa, jilid kedua, hal. 141.
dan menolak konsep universal itu, maka tidak [3]. Syapur ‘Itemod, Tarikh Ma’rifat Syenosi,
hal. 2. Syahid Muthahhari, Syenokht-e dar
satu pun kaidah yang iabisa diterima, karena
Quran, hal. 29. Taqi Mishbah Yazdi, Omusyes
semua proposisi universal akan menjadi Falsafeh, jilid pertama, pelajaran kesebelas.
proposisi partikular yang hanya terkait dengan Mahdi Dahbosy, Nazariyeh-e Syenokh, hal 32.
individu tertentu saja, dengan demikian, segala [4]. Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki
proposisi universal yang merupakan pijakan ilmu terhadap sesuatu, maka sesuatu itu hadir
dalam jiwa dan pikiran kita. Pada satu sisi kita
seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak
memahami bahwa pada setiap sesuatu
memiliki dua dimensi, dimensi kuiditas dan epistemologi adalah penyingkapan secara
dimensi wujud. Apabila sesuatu yang hadir umum, maka akan tercakup segala apa yang
dalam pikiran kita adalah kuiditasnya disebutkan itu.
(mahiyah), maka ilmu kita terhadap sesuatu itu [9] . Seperti pengkajian kaidah tentang sebab
disebut “ilmu hushûlî” atau “pengenalan dan akibat, ada dan tiada, kemestian,
rasional“. Pengenalan rasional ini memahami kemungkinan dan kemustahilan mewujud,
objek-objeknya lewat symbol-simbol, kata-kata, wujud tetap dan berubah, qidam dan huduts,
kalimat, atau rumus-rumus. Namun, kalau wujud pikiran dan eksternal, wujud dan
sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah kuiditas, potensi dan aktual, dan wujud materi,
wujud eksternalnya, maka ilmu kita terhadap mitsal, dan non-materi.
sesuatu itu di sebut “ilmu hudhûrî” atau
“pengenalan intuitif“. Misalnya ketika kita [10] . Jalan menuju makrifat tidak terbatas
melihat api yang ada di luar diri kita, kalau pada akal dan indra lahir, melainkan
yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya, pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud
maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak irfani, ilham, dan berpuncak pada wahyu. Akan
akan membakar pikiran kita, akan tetapi, jika tetapi, apa yang menjadi titik tekan dan inti
yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu pembahasan dalam epistemologi adalah
sendiri, maka niscaya akan membakar diri kita, mengenai akal dan indra (lahir dan batin).
karena yang memiliki pengaruh membakar itu [11] . Syahid Murtadha Muthahhari, Masaley-ye
hanyalah wujud api, bukan kuiditasnya. Syenokh, hal. 13.
Dengan demikian, ilmu hudhûrî menangkap
[12]. Yang dimaksud dengan at-tashawwur
objeknya secara langsung (immediate) dan
(penggambaran, konsepsi) adalah suatu
berkaitan dengan hakikat sesuatu.
gambaran pikiran dimana bukan penyandaran
Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya
sesuatu terhadap sesuatu yang lain, seperti
objek di dalam diri si subjek, karena itu
gambaran tentang bulan, matahari, bumi,
pengetahuan ini disebut “presensial“.
langit, Tuhan, dan malaikat yang ada dalam
Sementara ilmu hushûlî hanya berhubungan
pikiran kita.
dengan gambaran sesuatu itu. Ali Syirwani,
Syarh-e Mushthalahât-e Falsafi, hal. 110-111. [13] . Yang dimaksud dengan at-tashdiq
(pembenaran, pengesahan) adalah
[5]. Silahkan rujuk pada catatan kaki no. 4.
penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang
[6] . Kebenaran yang belum diyakini adalah lain dalam bentuk positif atau negatif, seperti
suatu bentuk kebenaran yang diterima secara dikatakan: Tuhan ada, ular naga tiada, jiwa
taklid dari orang-orang yang dipercaya dan manusia non-materi, ….Dalam setiap
belum melalui proses penelitian secara pembenaran terdapat tiga penggambaran: 1.
sistimatis dan logis. Gambaran subyek, 2. Gambaran predikat, 3.
[7] . Plato adalah orang pertama yang Gambaran tentang hubungan subyek dan
melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa predikat.
dibuktikan sebagai makrifat hakiki. Kaum [14]. Yang dimaksud dengan ‘kategori-kategori
epistemolog Barat mayoritas menyetujui kedua filsafat’ (konsep-konsep filosofis) adalah
makna ilmu seperti ini. Aflatun, Daure-ye suatu konsep yang tidak memiliki individu luar
Otsor, jilid kedua, hal. 1119. Paul Edward, dan tidak memiliki wujud mandiri, namun
Dâiratul Ma’ârif, jilid ketiga, hal. 10. berwujud mengikuti keberadaan subyeknya.
[8] . Dalam epistemologi kontemporer di Barat Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap
dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang perkara-perkara eksternal, kehadiran konsep
bisa dibuktikan), esensi alim (yang ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek
mengetahui), esensi ma’lum (yang diketahui), eksternalnya. Seperti konsep tentang ‘sebab’
sumber ilmu, keluasan ilmu yang mencakup dan ‘akibat’, misalnya: api adalah ‘sebab’
ilmu terhadap Tuhan, jiwa manusia, materi, panas atau panas adalah ‘akibat’ dari api.
hakikat sebagaimana adanya (noman), Kalau kita perhatikan di alam eksternal, yang
fenomena (yang tampak kepada kita), ada itu hanyalah api dan panas. ‘Sebab’ dan
pembagian ilmu berdasarkan keabsahan ‘akibat’ itu tidak nampak diluar. Munculnya
ma’lum, keabsahan alat, keabsahan metode, konsep ‘sebab’ itu berasal dari analisa akal
keabsahan kehadiran ilmu, dan juga atas hubungan khusus antara api dan panas,
berdasarkan tolok ukur ilmu. Apabila subyek dan konsep ‘sebab’ itu lantas dipredikasikan
kepada api. Oleh karena itu, walaupun ‘sebab’
ialah sifat untuk api, tapi ini tidak berarti [40] . Ibid, hal. 172.
bahwa ‘sebab’ itu memiliki wujud yang mandiri [41] . Ibid, hal. 209.
dan terpisah dari api dan kemudian melekat
pada api. Semua konsep dalam filsafat berada
dalam kategori-kategori seperti ini.
Lyotard. Dengan demikian, pembahasan
[15] . Capelestun, Tarikh Falsafe-ye Garb, jilid epistemologi sebagai subordinate dari filsafat
pertama, hal 65. menjadi mesti adanya. Yakni, sebelum kita
[16] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat merangsek memasuki kosmos filsafat – yang
dar Eropa, hal 15. nota-bene menggunakan akal (an-sich) – kita
harus membahas instrument dan metodologi apa
[17] . Yusuf Keram, Tarikh al-Falsafah al-
yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini.
Yunaniyah, hal. 21.
Dan ini adalah raison d’être pembahasan
[18] . Frederick Copleston, Tarikh Falsafe-ye epistemologi. Atau sederhananya, pembahasan
Garb, jilid pertama, hal. 99. epistemology adalah pengantar menuju
[19] . Ibid, hal. 106. pembahasan filsafat. Tentu saja, harus kita ingat
bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk
[20] . Ibid, hal. 112. menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat
[21] . Ibid, hal. 126. dan untuk mengenalnya adalah mungkin.
[22] . Ibid, hal. 149.
Walhasil, pembahasan epistemology sebagai ilmu
yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat,
[23] . Frederick Copleston,Tarikh Falsafe-ye dan bagaimana memperoleh pengetahuan
Garb, jilid pertama, hal. 171. menjadi penentu penting dalam menentukan
[24] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e sebuah model filsafat harus dikedepankan
Wustha, hal. 10-11. sebelum membahas perkara-perkara filsafat.
So sedemikian penting masalah epistemologi
[25] . Ibid, hal. 11.
dalam pembahasan filsafat, lantaran berfilsafat
[26] . Ibid, hal. 12. Dan Aristoteles, Metafisik, adalah berargumen (silogis, induktif atau
hal. 95. deduktif, ) yang melulu menggunakan software
[27] . Seperti pengetahuan kita terhadap akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia.
keberadaan dan wujud diri kita sendiri. Nah, apakah akal universal ini patut diandalkan
atau tidak, diselesaikan terlebih dahulu dalam
[28] . Aristoteles, Metafisik, hal. 33. dapur epistemologi. This the way I see it. What
[29] . Yang didirikan pada tahun 300 M do you say???
[30] . Frederick Copleston,Tarikh Falsafe-ye 1.
Garb, hal. 443. ○ ZAKY
[31] . Ibid, hal. 261. ○ November 25th, 2007
[32] . Ibid, hal. 472. ○ REPLY
[33] . Plotinus,Tâsu’ât, risalah ketiga, pasal ○ KUTIP
empat, dan risalah kesembilan, pasal sembilan
dan pertama. Zaky:
saya bisa ga’ nemuin materi yg saya cari?
[34] . Paul Edward, Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e “pengertian ilmu dan ilmu pengetahuan”
Wustha, hal. 348. __________________________________
[35] . Universal lawan dari partikular yang ________
berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan Isyraq:
untuk satu objek individual. Terima kasih atas kunjungan Anda. Insya
Allah sementara ini kami sedang
[36] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e
menyiapkan tulisan yang bertajuk “Ilmu
Wustha, hal. 64.
Pengetahuan (Sains) dan Agama” yang
[37] . Ibid, hal. 82. kurang lebihnya dapat memenuhi materi
[38] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e yang Anda cari. Dalam pada itu, sembari
Wustha, hal. 102. menanti teruploadnya tulisan tersebut,
kami mempersilahkan Anda menunggah
[39] . Ibid, hal. 131.
http://www.wisdoms4all.com/English
artikel yang bertemakan “Islamic Concept epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan
of Knowledge.” masalah emanasi, penciptaan dan kontingensi,
2. sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam
susunan AlQur’an dimulai dari Surat Al Fathihah
○ sane yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan
○ November 29th, 2007 Allah, kemudian Tuntunan memohon dan Jalan
yang harus dilalui, dan Al Qur’an di akhiri
○ REPLY
dengan surat yang membahas “sejarah Tuhan”.
○ KUTIP Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan
perbedaan seorang filosof dengan seorang menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman
manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk bagaimana Allah ataupun Makhluq ini
dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk berasal.Dan isi Al-Quran banyak membahas hal
wujud dengan epistimologi hingga tak ada kehidupan setelah mati itu semua merupakan
sedikitpun keraguan dalam dirinya.. kapling khas Agama dan pemahamanya lebih
________________________________________ banyak bersifar HUDLURI??? ini hanya
__ couriusity saya. Tks
Isyraq: Isyraq:
Salam dan terima kasih kepada Sdr/i Sane yang Salam. Kami sedang berupaya menyediakan
memberikan nice dan supporting komentar atas pembahasan secara sistematis dan runtun
postingan yang ada. Anda benar bahwa filosof epistemologi. Dan pembahasan epistemologi di
(tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu
berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi hudhuri, perbedaan antara ilmu hudhuri dan
dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan hushuli. Doakan kami untuk keep on writing
yang tersisa. Filosof adalah alih bahasa bebas dari masalah tersebut hingga tuntas..tass. tass.
bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta
kepada hikmah. Filosof dalam bahasa Arab Terima Kasih..
biasanya disebut sebagai hakim. Hakim 4.
derivatnya adalah hukm, muhkam yang dapat
○ eko
bermakna kuat dan menguatkan. Jadi kerja filosof
adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan ○ Desember 7th, 2007
hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme, ○ REPLY
induksi dan deduksi. Nah, sebelum berfilsafat,
piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah ○ KUTIP
di dapur epistemologi. U’budu Rabbaka hatta 5.
‘atakal Yaqin,,sembahlah Tuhanmu hingga
○ achmad satya dharma
datang kepadamu keyakinan… Mari kita hasilkan
keyakinan dengan berfilsafat. Dan jangan ○ Februari 10th, 2008
berhenti di sini,,,,iqra warqa’ “Bacalah dan ○ REPLY
melambunglah ke tingkat yang lebih tinggi….
○ KUTIP
3. Salam alaykum…………
○ fahmi alkaf Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita
AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga
○ Desember 3rd, 2007 kerahasiaannya, sehingga orang orang yang
○ REPLY berkeinginan dan dikehendakiNya yang
○ KUTIP mendapat “rahmat” darinya………..
Apakah kita masih termasuk orang orang yang
Salam,
merasa sudah tinggi ilmunya ? Sudah merasa
Bagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan
lebih tua dan berengalaman dari yang lain ?
yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri,
Merasa yang paling benar ? Merasa apa yang
karena Ilmu/pengenalan seperti itulah yang
kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil
menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia,
usaha dan jerih payahmu selama ini ? merasa
saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi
paling benar ibadahnya ?
Yazdi, rasanya masih perlu sumber yang bisa
lebih menyederhanakan lagi, terutama masalah Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam
EPISTEMOLOGI
golongan yang satupun dari yang di atas………
Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmu 1.Latar Belakang
Dalam menempuhnya kita harus datang dengan
“tangan terbuka” dan harus bisa memenggal Masalah epistemologi bersangkutan
kepala “ego” kita, karena sesungguhnya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan itu bukanlah diraih… tetapi adalah pengetahuan. Sebelum dapat menjawab
diberikan….. pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu
Masuklah kamu ke dalam islam secara diperhatikan bagaimana dan sarana
keseluruhan…….. Dalamilah islam sampai ke apakah kita dapat memperoleh
“inti”nya jangan hanya kulitnya saja, agar kita pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-
tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu batas pengetahuan, kita tidak akan
dibahas…. mencoba untuk mengetahui hal-hal yang
“Ikutilah” Rasulullah sebagai uswatun hasanah… pada akhirnya tidak dapat diketahui.
tetapi bukan menirunya, sebab barang tiruan Sebenarnya kita baru dapat menganggap
berarti adalah barang palsu…. Ikuti dan mempunyai suatu pengetahuan setelah
terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari kita meneliti pertanyaan-pertanyaan
sunnah tersebut…
epistemologi. Kita mungkin terpaksa
Bacalah al quran, kalau tidak bisa arabnya tidak mengingkari kemungkinan untuk
mengapa…. Baca saja terjemahannya bukan memperoleh pengetahuan, atau mungkin
tafsirnya…. Kalau tidak mengerti janganlah cepat
sampai kepada kesimpulan bahwa apa
menyerah, semoga kita mendapat rahmat
yang kita punyai hanya kemungkinan-
dariNya, karena Al quran adalah petunjuk yang
HAQ….. kemungkinan dan bukannya kepastian,
atau mungkin dapat menenatapkan batas-
Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng
batas antara bidang-bidang yang
pengalaman ruhani manusia dalam menuju
TUHANnya…. Yangmana kita harus memungkinkan adanya kepastian yang
mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
memahami maksudnya…. Jangan ada rasa memungkinkannya (Luis O. Kattsoff, 2004
cemburu terhadap yang sudah mengalaminya
karena apabila telah menjadi hak kita dan telah Dalam pembahasan filsafat, epistemologi
sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada dikenal sebagai sub sistem dari filsafat.
suatu apapun yang dapat menghalanginya……. Sistem filsafat disamping meliputi
“Jalan yang lurus” adalah jalan yang paling epistemologi, juga ontologi dan aksiologi.
singkat dan pasti, tidak ada kemungkinan kita Epistemologi adalah teori pengetahuan,
untuk tersesat darinya…. Yaitu jalannya para yaitu membahas tentang bagaimana cara
nabi, shalihin, shiddiqin, dan para mendapatkan pengetahuan dari objek
syuhada……… yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori
Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah tentang “ada”, yaitu tentang apa yang
kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.
mengabdi….. Subhanallah……… Sedangkan aksiologi adalah teori tentang
Minal aidin wal faidzin…. nilai yang membahas tentang manfaat,
Semoga kita termasuk orang orang yang kembali kegunaan maupun fungsi dari objek yang
dan memeperoleh kemenangan….. (Amin ya dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub
ALLAH) sistem ini biasanya disebutkan secara
Bismillahi tawakkaltu alallah…. berurutan, mulai dari ontologi,
Bismillahi majriha wa mursaha……… epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan
Salam alaykum gambaran senderhana dapat dikatakan,
ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu
dicari cara-cara memikirkannnya
(epistemologi), kemudian timbul hasil
PARAGRAPH BARU pemikiran yang memberikan suatu
manfaat atau kegunaan (aksiologi). dibanding ontologi dan aksiologi. Oleh
karena itu, kita perlu memahami seluk
Demikian juga, setiap jenis pengetahuan beluk diseputar epistemologi, mulai dari
selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik pengertian, ruang lingkup, objek, tujuan,
mengenai apa (ontologi), bagaimana landasan, metode, hakikat dan pengaruh
(epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) epistemologi
pengetahuan tersebut disusun. Ketiga
landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu B. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
terkait dengan epistemologi ilmu,
epistemologi ilmu terkait dengan Secara historis, istilah epistemologi
aksiologi ilmu dan seterusnya. Kalau kita digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier,
ingin membicarakan epistemologi ilmu, untuk membedakan dua cabang filsafat,
maka hal ini harus dikatikan dengan epistemologi dan ontologi. Sebagai sub
ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, sistem filsafat, epistemologi ternyata
tidak mungkin bahasan epistemologi menyimpan “misteri” pemaknaan atau
terlepas sama sekali dari ontologi dan pengertian yang tidak mudah dipahami.
aksiologi. Apalagi bahasan yang Pengertian epistemologi ini cukup
didasarkan model berpikir sistemik, justru menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka
ketiganya harus senantiasa dikaitkan. memiliki sudut pandang yang berbeda
ketika mengungkapkannya, sehingga
Keterkaitan antara ontologi, didapatkan pengertian yang berbeda-
epistemologi, dan aksiologi—seperti juga beda, buka saja pada redaksinya,
lazimnya keterkaitan masing-masing sub melainkan juga pada substansi
sistem dalam suatu sistem--membuktikan persoalannya.
betapa sulit untuk menyatakan yang satu
lebih pentng dari yang lain, sebab ketiga- Substansi persoalan menjadi titik sentral
tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam upaya memahami pengertian
yang berurutan dalam mekanisme suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang
pemikiran. Hal ini akan lebih jelas lagi, jika melekat padanya juga tidak bisa
kita renungkan bahwa meskipun terdapat diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep
objek pemikiran, tetapi jika tidak apa pun, selalu diawali dengan
didapatkan cara-cara berpikir, maka objek memperkenalkan pengertian (definisi)
pemikiran itu akan “diam”, sehingga tidak secara teknis, guna mengungkap substansi
diperoleh pengetahuan apapun. Begitu persoalan yang terkandung dalam konsep
juga, seandainya objek pemikran sudah tersebut. Hal iini berfungsi mempermudah
ada, cara-cara juga adam tetapi tidak dan memperjelas pembahasan konsep
diektahui manfaat apa yang bisa selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak
dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu, akan mampu menjelaskan persoalan-
maka hanya akan sia-sia. Jadi, ketiganya persoalan belajar secara mendetail jika dia
adalah interrelasi dan interdependensi belum bisa memahami substansi belajar
(saling berkaitan dan saling bergantung). itu sendiri. Setelah memahami substansi
belajar tersebut, dia baru bisa menjelaskan
Namun demikian, ketika kita proses belajar, gaya belajar, teori belajar,
membicarakan epistemologi disini, prinsip-prinsip belajar, hambatan-
berarti kita sedang menekankan bahasan hambatan belajar, cara mengetasi
tentang upaya, cara, atau langkah-langkah hambatan belajar dan sebagainya. Jadi,
untuk mendapatkan pengetahuan. Dari sini pemahaman terhadap substansi suatu
setidaknya didapatkan perbedan yang konsep merupakan “jalan pembuka” bagi
cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir pembahasan-pembahsan selanjutnya yang
dalam lingkup epistemologi adalah sedang dibahas dan substansi konsep itu
aktivitas yang paling mampu biasanya terkandung dalam definisi
mengembangkan kreativitas keilmuan
(pengertian). Hadi menyatakan, bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari
Demikian pula, pengertian dan mencoba menentukan kodrat dan
epistemologi diharapkan memberikan skope pengetahuan, pengandaian-
kepastian pemahaman terhadap pengendaian dan dasarnya, serta
substansinya, sehingga memperlancar pertanggungjawaban atas pernyataan
pembahasan seluk-beluk yang terkait mengenai pengetahuan yang dimiliki.
dengan epistemologi itu. Ada beberapa Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan
pengertian epistemologi yang epistemologi sebagai cabang filsafat
diungkapkan para ahli yang dapat yang berurusan dengan hakikat dan
dijadikan pijakan untuk memahami apa lingkup pengetahuan, dasar dan
sebenarnya epistemologi itu. pengendaian-pengendaiannya serta secara
epistemologi juga disebut teori umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
pengetahuan (theory of knowledge). penegasan bahwa orang memiliki
Secara etimologi, istilah epistemologi pengetahuan.
berasal dari kata Yunani episteme berarti Inti pemahaman dari kedua pengertian
pengetahuan, dan logos berarti teori. tersebut hampir sama. Sedangkan hal
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai yang cukup membedakan adalah bahwa
cabang filsafat yang mempelajari asal pengertian yang pertama menyinggung
mula atau sumber, struktur, metode dan persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan
sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam pengertian kedua tentang hakikat
Epistemologi, pertanyaan pokoknya pengetahuan. Kodrat pengetahuan
adalah “apa yang dapat saya ketahui”? berbeda dengan hakikat pengetahuan.
Persoalan-persoalan dalam epistemologi Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli
adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat dari pengetahuan, sedang hakikat
mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri
pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). pengetahuan, sehingga menghasilkan
Bagaimanakah validitas pengetahuan a pengertian yang sebenarnya.
priori (pengetahuan pra pengalaman) Pembahasan hakikat pengetahuan ini
dengan pengetahuan a posteriori akhirnya melahirkan dua aliran yang saling
(pengetahuan purna pengalaman) (Tim berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Selanjutnya, pengertian epistemologi
Pengertian lain, menyatakan bahwa yang lebih jelas daripada kedua
epistemologi merupakan pembahasan pengertian tersebut, diungkapkan oleh
mengenai bagaimana kita mendapatkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan,
pengetahuan: apakah sumber-sumber bahwa epistemologi adalah cabang
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan filsafat yang membahas sumber, struktur,
dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai metode-metode dan validitas
tahap mana pengetahuan yang mungkin pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi
untuk ditangkap manuasia (William Azra menambahkan, bahwa epistemologi
S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, sebagai “ilmu yang membahas tentang
1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005). keasliam, pengertian, struktur, metode
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati
adalah cabang filsafat yang membicarakan ada sedikit perbedaan dari kedua
mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai pengertian tersebut, tetapi kedua
proses adalah usaha yang sistematik dan pengertian ini sedikit perbedaan dari
metodik untuk menemukan prinsip kedua pengertian tersebut, tetapi kedua
kebenaran yang terdapat pada suatu pengertian ini telah menyajikan
obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono pemaparan yang relatif lebih mudah
dipahami. pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban
dan skope pengetahuan. Bahkan menurut,
C. RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI. Sidi Gazalba, taklid kepada pengetahuan
Bertolak dari pengertian-pengertian atas kewibaan orang yang memberikannya
epistemologi tersebut, kiranya kita perlu termasuk epistemologi, sekalipun ia
memerinci aspek-aspek yang menjadi sebenarnya merupakan doktrin tentang
cakupannya atau ruang lingkupnya. psikologi kepercayaan. Jelasnya, seluruh
Sebenarnya masing-masing definisi diatas permasalahan yang berkaitan dengan
telah memberi pemahaman tentang ruang pengetahuan adalah menjadi cakupan
lingkup epistemologi sekaligus, karena epistemologi.
definisi-definisi itu tampaknya didasarkan Mengingat epistemologi mencakup aspek
pada rincian aspek-aspek yang tercakup yang begitu luas, sampai Gallagher secara
dalam lingkup epistemologi daripada ekstrem menarik kesimpulan, bahwa
aspek-aspek lainnya, seperti proses epistemologi sama luasnya dengan
maupun tujuan. Akan tetapi, ada baiknya filsafat. Usaha menyelidiki dan
dikemukakan pernyataan-pernyataan lain mengungkapkan kenyataan selalu seiring
yang mencoba menguraikan ruang lingkup dengan usaha untuk menentukan apa
epistemologi, sebab pernyataan- yang diketahui dibidang tertentu. Filsafat
pernyataan ini akan membantu merupakan refleksi, dan refleksi selalu
pemahaman secara makin komprehensif bersifat kritis, maka tidak mungkin
dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup seserorang memiliki suatu metafisika yang
pemabahasan epistemologi. tidak sekaligus merupakan epistemologi
M.Arifin merinci ruang lingkup dari metafisika, atau psikologi yang tidak
epistemologi, meliputi hakekat, sumber sekaligus epistemologi dari psikologi,
dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad atau bahkan suatu sains yang bukan
merinci menjadi enam aspek, yaitu epistemologi dari sains. Epistemologi
hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, senantiasa “mengawali” dimensi-dimensi
dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M lainnya, terutama ketika dimensi-dimensi
Saefuddin menyebutkan, bahwa itu dicoba untuk digali. Kenyataan ini
epistemologi mencakup pertanyaan yang kembali mempertegas, bahwa antara
harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana epistemologi selalu berkaitan dengan
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, ontologi dan aksiologi, melainkan bisa juga
bagaimana membangun ilmu yang tepat sebaliknya, ontologi dan aksiologi serta
dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah dimensi lainnya, seperti psikologi selalu
kita mencapai ilmu yang benar, apa yang diiringi oleh epistemologi.
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah Dalam pembahasa-pembahsan
batasannya. Semua pertanyaan itu dapat epistemologi, ternyata hanya aspek-
diringkat menjadi dua masalah pokok; aspek tertentu yang mendapat perhatian
masalah sumber ilmu dan masalah besar dari para filosof, sehingga
benarnya ilmu. mengesankan bahwa seolah-olah wilayah
Jadi meskipun epistemologi itu pembahasan epistemologi hanya
merupakan sub sistem filsafat, tetapi terbatas pada aspek-aspek tertentu.
cakupannya luas sekali. Jika kita Sedangkan aspek-aspek lain yang
memaduakan rincian aspek-aspek jumlahnya lebih banyak cenderung
epistemologi, sebagaimana diuraikan diabaikan. Semestinya harus ada
tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa pergeseran pusat perhatian pembahasan
meliputi, hakikat, keaslian, sumber, ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu,
struktur, metode, validias, unsur, macam, agar dapat menyajikan pembahasan
tumpuan, batas, sasaran, dasar, terhadap aspek-aspek epistemologi
seluruhnya secara proporsional. Lebih dari
itu, perubahan kecenderungan Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan
pembahasan tersebut dapat menajamkan pemahaman epistemologi,
memperkenalkan pengetahuan yang tentunya tidak bisa hanya memegangi
makin luas dan mendalam tentang makna epistemologi sebatas metode
cakupan epistemologi. pengetahuan, akan tetapi epistemologi
dapat menyentuh pembahasan yang amat
Kenyataannya, saat ini literatur-literatur luas, yaitu komponen-komponen yang
filsafat masih terjadi pemusatan perhatian terkait langsung dengan “bangunan”
pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek- pengetahuan.
aspek itu berkisar pada sumber
pengetahuan, dan pembentukan D. OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI
pengetahuan. M. Amin Abdullah menilai,
bahwa seringkali kajian epistemologi Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,
lebih banyak terbatas pada dataran tidak jarang pemahaman objek disamakan
konsepsi asal-usul atau sumber ilmu dengan tujuan, sehingga pengertiannya
pengetahuan secara konseptual-filosofis. menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati
Sedangkan Paul Suparno menilai secara cermat, sebenarnya objek tidak
epistemologi banyak membicarakan sama dengan tujuan. Objek sama dengan
mengenai apa yang membentuk sasaran, sedang tujuan hampir sama
pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek- dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi
aspek lainnya justru diabaikan dalam objek dan tujuan memiliki hubungan yang
pembahasan epistemologi, atau setidak- berkesinambungan, sebab objeklah yang
tidaknya kurang mendapat perhatian yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan
layak. kata lain, tujuan baru dapat diperoleh, jika
telah melalui objek lebih dulu. Misalnya,
Kecenderungan sepihak ini menimbulkan seorang polisi bertujuan membunuh
kesan seolah-olah cakupan pembahasan perampok yang melakukan perlawanan,
epistemologi itu hanya terbatas pada ketika akan ditangkap dengan menambak
sumber dan metode pengetahuan, bahkan kepalanya sebagai sasaran. Jadi, tujuannya
epistemologi sering hanya diidentikkan adalah pembunuhan, sedangkan objeknya
dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi adalah kepalanya. Oleh karena itu,
ketika dikaitkan dengan ontologi dan pembunuhan sebagai tujuan polisi baru
aksiologi secara sistemik, seserorang mungkin tercapai setelah melalui tindakan
cenderung menyederhanakan menembak kepala perampok sebagai
pemahaman, sehingga memaknai sasaran, tetapi terjadinya pembunuhan
epistemologi sebagai metode pemikiran, tidak hanya melalui menembak kepala
ontologi sebagai objek pemikiran, perampok, bisa juga dadanya atau
sedangkan aksiologi sebagai hasil perutnya. Ini berarti dalam satu tujuan bisa
pemikiran, sehingga senantiasa berkaitan dicapai melalui objek yang berbeda-beda
dengan nilai, baik yang bercorak positif atau lebih dari satu.
maupun negatif. Padahal sebenarnya
metode pengetahuan itu hanya salah satu Sebaliknya, mungkinkan suatu kegiatan
bagian dari cakupan wilayah hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya
epistemologi. Bagian-bagian lainnya jauh banyak. Ternyata ini juga mungkin terjadi
lebih banyak, sebagaimana diuraikan di bahkan sering terjadi. Manusia misalnya,
atas. sejak lama ia menjadi objek penelitian dan
pengamatan yang memiliki tujuan
Namun, penyederhanaan makna bermacam-macam, baik untuk
epistemologi itu berfungsi memudahkan membangun psikologi, sosiologi, pedagogi,
pemahaman seseorang, terutama pada ekonomi, antropologi, bilogi, ilmu hukum
tahap pemula untuk mengenali sistematika dan sebagainya, meskipun secara spesifik
filsafat, khususnya bidang epistemologi. tekanan perhatian dalam meneliti dan
mengamati itu berbeda-beda. Dewasa ini, maka sasaran menjadi tidak terarah sama
justru kecenderungan ini mulai sekali.
memperoleh perhatian yang sangat besar
di kalangan para pemikir, perekayasa, dan Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan
juga pengusaha. Artinya, ada upaya epistemologi tersebut. Jacques Martain
bagaimana menjadikan bahan yang sama mengatakan: “Tujuan epistemologi
untuk kepentingan yang berbeda-beda. bukanlah hal yang utama untuk menjawab
Kecenderungan ini justru memiliki pertanyaan, apakah saya dapat tahu,
efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan tetapi untuk menemukan syarat-syarat
bersifat dinamis, mendorong kreativitas yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal
seseorang. ini menunjukkan, bahwa epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan
Aktivitas berfikir dalam kecenderungan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari,
pertama (satu tujuan dengan objek yang akan tetapi yang menjadi pusat perhatian
berbeda-beda) lebih mendorong pencarian dari tujuan epistemologi adalah lebih
cara sebanyak-banyaknya, sedang berpikir penting dari itu, yaitu ingin memiliki
dalam kecenderungan kedua (satu objek potensi untuk memperoleh pengetahuan.
untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih
mendorong pencarian hasil yang Rumusan tujuan epistemologi tersebut
sebanyak-banyaknya. Hal ini merupakan memiliki makna strategis dalam dinamika
implikasi dari tekanan masing-masing pola pengetahuan. Rumusan tersebut
berpikir tersebut. Secara global, baik menumbuhkan kesadaran seseorang
berpikir dalam kecenderungan pertama bahwa jangan sampai dia puas dengan
maupun kecenderungan kedua, tetap saja sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa
membutuhkan banyak cara untuk disertai dengan cara atau bekal untuk
mewujudkan keinginan pemikirnya. memperoleh pengetahuan, sebab keadaan
memperoleh pengetahuan melambangkan
Dalam filsafat terdapat objek material dan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh
objek formal. Objek material adalah sarwa- pengetahuan melambangkan sikap
yang-ada, yang secara garis besar meliputi dinamis. Keadaan pertama hanya
hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat berorientasi pada hasil, sedangkan
manusia. Sedangkan objek formal ialah keadaan kedua lebih berorientasi pada
usaha mencari keterangan secara radikal proses. Seseorang yang mengetahui
(sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) prosesnya, tentu akan dapat mengetahui
tentang objek material filsafat (sarwa- hasilnya, tetapi seseorang yang
yang-ada). mengetahui hasilnya, acapkali tidak
mengetahui prosesnya. Guru dapat
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi mengajarkan kepada siswanya bahwa dua
atau teori pengetahuan yang pertama kali kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6)
digagas oleh Plato ini memiliki objek dan siswa mengetahui, bahkan hafal.
tertentu. Objek epistemologi ini menurut Namun, siswa yang cerdas tidak pernah
Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap puas dengan pengetahuan dan hafalan itu.
proses yang terlibat dalam usaha kita Dia tentu akan mengejar bagaimana
untuk memperoleh pengetahuan.” Proses prosesnya, dua kali tiga didapatkan hasil
untuk memperoleh pengetahuan inilah enam. Maka guru yang profesional akan
yang menjadi sasaran teori pengetahuan menerangkan proses tersebut secara rinci
dan sekaligus berfungsi mengantarkan dan mendetail, sehingga siswa benar-
tercapainya tujuan, sebab sasaran itu benar mampu memahaminya dan mampu
merupakan suatu tahap pengantara yang mengembangkan perkalian angka-angka
harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. lainnya.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, Proses menjadi tahu atau “proses
pengetahuan” inilah yang menjadi berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi
pembuka terhadap pengetahuan, mapan, jika memiliki landasan yang kokoh.
pemahaman dan pengembangan- Bangunan pengetahuan bagaikan
pengembangannya. Proses ini bisa bangunan rumah, sedangkan landasan
diibaratkan seperti kunci gudang, bagaikan fundamennya. Kekuatan
meskipun seseorang diberi tahu bahwa di bangunan rumah bisa diandalkan
dalam gudang terdapat bermacam-macam berdasarkan kekuatan fundamennya.
barnag, tetapi dia tetap hanya apriori Demikian juga dengan epistemologi,
semata, karena tidak pernah akan dipengaruhi atau tergantung
membuktikan. Dengan membawa landasannya.
kuncinya, maka gudang itu akan segera
dibuka, kemudian diperiksa satu persatu Di dalam filsafat pengetahuan, semuanya
barang-barang yang ada didalamnya. tergantung pada titik tolaknya. Sedangkan
Dengan demikina, seseorang tidak sekedar landasan epistemologi ilmu disebut
mengetahuai sesuatu atas informasi orang metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan
lain, tetapi benar-benar tahu berdasarkan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang
pembuktian melalui proses itu. benar. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang
Penguasaan terhadap proses tersebut disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan
berfungsi mengetahui dan memahami merupakan pengetahuan yang didapatkan
pemikiran seseorang secara komprehensif lewat metode ilmiah. Tidak semua
dan utuh, termasuk juga ide, gagasa, pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu
konsep dan teorinya, sebab tidak ada merupakan pengetahuan yang cara
pemikiran yang terpenggal begitu saja, mendapatkannya harus memenuhi syarat-
tanpa ada alasan-alasan yang syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
mendasarinya. Dalam kehidupan dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
masyarakat tidak jarang terjadi sikap disebut ilmu yang tercantum dalam
saling menyalahkan pemikiran seseorang, metode ilmiah. Dengan demikian, metode
padahal mereka belum pernah melacak ilmiah merupakan penentu layak tidaknya
proses terjadinya pemikiran itu. Timbulnya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga
suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat memiliki fungsi yang sangat penting dalam
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, bangunan ilmu pengetahuan.
alasan-alasan yang melatar belakangi,
maupun motif-motif yang mendasarinya. Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah
Ketika faktor, alasan dan motif ini belum dalam sains, sehingga banyak pakar yang
dikenali, maka acapkali seseorang tidak sangat kuat berpegang teguh pada
akan bisa memahami pemikiran orang lain. metode dan cenderung kaku dalam
Sebaliknya, jika seseorang terlebih dahulu menerapkannya, seakan-akan mereka
berupaya mengenali faktor, alasan dan menganut motto: tak ada sains tanpa
motif tersebut, maka dia akan mampu metode; akhirnya berkembang menjadi:
mengenali pemikiran orang lain dengan sains adalah metode. Sikap ini
baik, sehingga dia dapat memakluminya. mencerminkan bahwa mereka berlebihan
Faktor, alasan dan motif itu maupun dalam menilai begitu tinggi terhadap
komponen yang lain sesungguhnya metode ilmiah, tanpa menyadari
termasuk dalam mata rantai proses semuanya yang hanya sekedar salah satu
sebuah pemikiran. sarana dari sains untuk mengukuhkan
objektivitas dalam memahami sesuatu.
E. LANDASAN EPISTEMOLOGI Sesungguhnya sikap berlebihan itu
memang riil, tetapi terlepas dari sikap
Landasan epistemologi memiliki arti yang tersebut yang seharusnya tidak perlu
sangat penting bagi bangunan terjadi, yang jelas dalam kenyataanya
pengetahuan, sebab ia merupakan tempat metode ilmiah telah dijadikan pedoman
dalam menyusun, membangun dan Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi
mengembangkan pengetahuan ilmu. Disini metode dan metodologi dalam konteks
perlu dibedakan antara pengetahuan epistemologi untuk mengetahui kaitan-
dengan ilmu pengetahuan (ilmu). kaitannya, antara metode, metodologi dan
Pengetahuan adalah pengalaman atau epistemologi. Hal ini perlu penegasan,
pengetahuan sehari-hari yang masih mengingat dalam kehidupan sehari-hari
berserakan, sedangkan ilmu pengetahuan sering dikacaukan antara metode dengan
adalah pengetahuan yang telah diatur metodologi dan bahkan dengan
berdasarkan metode ilmiah, sehingga epistemologi. Untuk mengetahui peta
timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya; masing-masing dari ketiga istilah ini,
sistematis, objektif, logis dan empiris. tampaknya perlu memahami terlebih
dahulu makna metode dan metodologi.
Dengan istilah lain, Kholil Yasin menyebut “Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah
pengetahuan tersebut dengan sebutan yang disebut metode, yaitu cara kerja
pengetahuan biasa (ordinary knowledge), untuk dapat memahami objek yang
sedangkan ilmu pengetahuan dengan menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji”.
istilah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge). Hal ini sebenarnya hanya Lebih jauh lagi Peter R.Senn
sebutan lain. Disamping istilah mengemukakan, “metode merupakan
pengetahuan dan pengetahuan biasa, juga suatu prosedur atau cara mengetahui
bisa disebut pengetahuan sehari-hari, atau sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
pengalaman sehari-hari. Pada bagian lain, yang sistematis”. Sedangkan metodologi
disamping disebut ilmu pengetahuan dan merupakan suatu pengkajian dalam
pengetahuan ilmiah, juga sering disebut mempelajari peraturan dalam metode
ilmu dan sains. Sebutan-sebutan tersebut tersebut. Secara sederhana dapat
hanyalah pengayaan istilah, sedangkan dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu
substansisnya relatif sama, kendatipun tentang metode atau ilmu yang
ada juga yang menajamkan perbedaan, mempelajari prosedur atau cara-cara
misalnya antar sains dengan ilmu melalui mengetahui sesuatu. Jika metode
pelacakan akar sejarah dari dua kata merupakan prosedur atau cara
tersebut, sumber-sumbernya, batas- mengetahui sesuatu, maka metodologilah
batasanya, dan sebagainya. yang mengkerangkai secara konseptual
terhadap prosedur tersebut. Implikasinya,
Metode ilmiah berperan dalam tataran dalam metodologi dapat ditemukan upaya
transformasi dari wujud pengetahuan membahas permasalahan-permasalahan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya yang berkaitan dengan metode.
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang bergantung pada metode ilmiah, Metodologi membahas konsep teoritik dari
karena metode ilmiah menjadi standar berbagai metode, kelemahan dan
untuk menilai dan mengukur kelayakan kelebihannya dalam karya ilmiah
suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu dilanjutkan dengan pemilihan metode
fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak yang digunakan, sedangkan metode
empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu penelitian mengemukakan secara teknis
pengetahuan, melaikan termasuk wilayah metode-metode yang digunakan dalam
filsafat. Dengan demikian metode ilmiah penelitian. Penggunaan metode penelitian
selalu disokong oleh dua pilar tanpa memahami metode logisnya
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara mengakibatkan seseorang buta terhadap
integratif filsafat ilmu yang dianutnya. Banyak
peneliti pemula yang tidak bisa
F. HUBUNGAN EPISTEMOLOGI, membedakan paradigma penelitian ketika
METODE DAN METODOLOGI dia mengadakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Padahal mestinya dia harus
benar-benar memahami, bahwa penelitian struktur, validitas, unsur, macam,
kuantitatif menggunakan paradigma tumpuan, batas, sasaran dan dasar
positivisme, sehingga ditentukan oleh pengetahuan. Untuk lebih jelas lagi perlu
sebab akibat (mengikuti paham dibedakan adanya metode pengetahuan
determinsime, sesuatu yang ditentukan dan metode penelitian, kendatipun tidak
oleh yang lain), sedangkan penelitian bisa dipisahkan. Metode pengetahuan
kualitatif menggunakan paradigma berada dalam dataran filosofis-teoritis,
naturalisme (fenomenologis). Dengan sedangkan metode penelitian berada
demikian, metodologi juga menyentuh dalam dataran teknis.
bahasan tantang aspek filosofis yang
menjadi pijakan penerapan suatu metode. Dalam filsafat, istilah metodologi berkaitan
Aspek filosofis yang menjadi pijakan dengan praktek epistemologi. Secara
metode tersebut terdapat dalam wilayah lebih khusus, problem penyelidikan ilmiah
epistemologi. yang secara filosofis menjadi kajian utama
cabang epistemologi yang berkaitan
Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan- dengan problem metodologi juga berkaitan
urutan secara struktural-teoritis antara dengan rancangan tata pikir, apa yang
epistemologi, metodologi dan metode benar dan dapat dipergunakan sebagai
sebagai berikut: Dari epistemologi, alat untuk memperoleh pengetahuan.
dilanjutkan dengan merinci pada Kemudian berbicara tentang metodologi
metodologi, yang biasanya terfokus pada yang berarti berbicara tentang cara-cara
metode atau tehnik. Epistemologi itu atau metode-metode yang digunakan oleh
sendiri adalah sub sistem dari filsafat, manusia untuk mencapai pengetahuan
maka metode sebenarnya tidak bisa tentang realita atau kebenaran, baik dalam
dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup aspek parsial atau total. Lebih jelas lagi,
bahasan epistemologi, epistemologi bahwa seseorang yang sedang
mencakup bahasan metodologis, dan dari mempertimbangkan penggunaan dan
metodologi itulah akhirnya diperoleh penerapan metode untuk memperoleh
metode. Jadi, metode merupakan pengetahuan, maka dia harus mengacu
perwujudan dari metodologi, sedangkan pada metodologi, mengingat pembahasan
metodologi merupakan salah satu aspek tentang seluk-beluk metode itu ada pada
yang tercakup dalam epistemologi. metodologi. Metodologi inilah yang
Adapun epistemologi merupakan bagian memberikan penjelasan-penjelasan
dari filsafat. konseptual dan teoritis terhadap metode.