You are on page 1of 45

empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu

Ontologi kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan


sebagainya).
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Ontologi merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang
belum membedaan antara penampakan dengan
kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang
pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan
asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih
penting ialah pendiriannya bahwa mungkin
sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan itu Jul 30, 2007 at 09:16 PM
tunggal atau jamak? Oleh: A. Kamil
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan "Pandangan dunia (weltanschauung)
apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
misalnya daun yang memiliki warna hal, di antaranya konsepsi dan pengenalannya
kehijauan, bunga mawar yang berbau terhadap "kebenaran" (asy-Syai fil khârij).
harum.
Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan
sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia
sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. luar. Semakin besar pengenalannya, semakin

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni luas dan dalam pandangan dunianya.
realisme, naturalisme, empirisme Pandangan dunia yang valid dan argumentatif
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan dapat melesakkan seseorang mencapai titik-
ontologi adalah: kulminasi peradaban dan sebaliknya akan
• yang-ada (being) membuatnya terpuruk hingga titik-nadir
• kenyataan/realitas (reality) peradaban. Karena nilai dan kualitas
• eksistensi (existence) keberadaan kita sangat bergantung kepada
• esensi (essence) pengenalan kita terhadap kebenaran. Anda
• substansi (substance) dikenal atas apa yang Anda kenal. Wujud anda
• perubahan (change) ekuivalen dengan pengenalan
• tunggal (one)
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI
• jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang
ingin memahami secara menyeluruh tentang DAN AKSIOLOGI
dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu
PENDAHULUAN pengetahuan yang satu dari
Dalam makalah ini akan pengetahuan-pengetahuan lainnya.
memaparkan tentang cabang-cabang Denganb mengetahuan jawaban-
dalam filsafat, yang pertama di sebut jawaban dari ketiga pertanyaan ini
landasan ontologis; cabang ini maka dengan mudah kita dapat
menguak tentang objek apa yang di membedakan berbagai jenis
telaah ilmu? Bagaimana ujud yang pengetahuan yang terdapat dalam
hakiki dari objek tersebut ? khasanah kehidupan manusia. Hal ini
bagaimana hubungan antara objek memungkinkan kita mengenali
tadi dengan daya tangkap manusia berbagai pengetahuan yang ada
(sepert berpikir, merasa dan seperti ilmu, seni dan agama serta
mengindera) yang membuakan meletakkan mereka pada tempatnya
pengetahuan?. Kedua di sebut dengan masing-masing yang saling
landasan epistimologis; berusaha memperkaya kehidupan kita. Tanpa
menjawab bagaimna proses yang mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan
memungkinkan di timbanya dengan benar maka bukan saja kita
pengetahuan yang berupa ilmu? dapat memanfaatkan kegunaanya
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa secara maksimal namun kadang kita
yang harus di perhatikan agar kita salah dalam menggunakannya. Ilmu di
mendapatkan pengetahuan yang kacaukan dengan seni, ilmu
benar? Apa yang disebut kebenaran dikonfrontasikan dengan agama,
itu sendiri? Apakah kriterianya? bukankah tak ada anarki yang lebih
Cara/tehnik/sarana apa yang menyedihkan dari itu?
membantu kita dalam mendapatkan
PEMBAHASAN
pengetahuan yang berupa ilmu?.
Sedang yang ketiga, di sebut dengan A. Ontologi
landasan aksiologi; landasan ini akan
menjawab, untuk apa pengetahuan Objek telaah ontologi adalah yang
yang berupa ilmu itu di pergunakan? ada. Studi tentang yang ada, pada dataran
Bagaimana kaitan antara cara studi filsafat pada umumnya di lakukan
penggunaan tersebut dengan kaidah- oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
kaidah moral? Bagaimana penentuan banyak di gunakan ketika kita membahas
objek yang ditelaah berdasarkan yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
pilihan-pilihan moral? Bagaimana
Ontologi membahas tentang yang
kaitan antara teknik prosedural yang
ada, yang tidak terikat oleh satu
merupakan operasionalisasi metode
perwujudan tertentu. Ontologi membahas
ilmiah dengan norma-norma
tentang yang ada yang universal,
moral/professional?[1]
menampilkan pemikiran semesta
Jadi untuk membedakan jenis
universal. Ontologi berupaya mencari inti metaphisik mengetangahkan prinsip
yang termuat dalam setiap kenyataan, atau umum yang menjadi dasar dari semua
dalam rumusan Lorens Bagus; realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh
menjelaskan yang ada yang meliputi ontologi adalah abstraksi metaphisik.
semua realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan metode pembuktian
1. Objek Formal dalam ontologi oleh Laurens Bagus di

Objek formal ontologi adalah bedakan menjadi dua, yaitu :

hakikat seluruh realitas. Bagi pembuktian a priori dan pembuktian a

pendekatan kuantitatif, realitas tampil posteriori.

dalam kuantitas atau jumlah, Pembuktian a priori disusun


tealaahnya akan menjadi kualitatif, dengan meletakkan term tengah
realitas akan tampil menjadi aliran- berada lebih dahulu dari predikat; dan
aliran materialisme, idealisme, pada kesimpulan term tengah menjadi
naturalisme, atau hylomorphisme. sebab dari kebenaran kesimpulan.
Referensi tentang kesemuanya itu Contoh : Sesuatu yang bersifat
penulis kira cukup banyak. Hanya dua lahirah itu fana (Tt-P)
yang terakhir perlu kiranya penulis
Badan itu sesuatu yang
lebih jelaskan. Yang natural ontologik
lahiri (S-Tt)
akan diuraikan di belakang
hylomorphisme di ketengahkan Jadi, badan itu fana’

pertama oleh aristoteles dalam (S-P)

bukunya De Anima. Dalam tafsiran- Sedangkan pembuktian a


tafsiran para ahli selanjutnya di fahami posteriori secara ontologi, term tengah
sebagai upaya mencari alternatif bukan ada sesudah realitas kesimpulan; dan
dualisme, tetapi menampilkan aspek term tengah menunjukkan akibat
materialisme dari mental. realitas yang dinyatakan dalam

2. Metode dalam Ontologi kesimpulan hanya saja cara


pembuktian a posterioris disusun
Lorens Bagus memperkenalkan
dengan tata silogistik sebagai berikut:
tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi,
yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, Contoh : Gigi geligi itu gigi

dan abstraksi metaphisik. Abstraksi geligi rahang dinasaurus

fisik menampilkan keseluruhan sifat (Tt-S)

khas sesuatu objek; sedangkan Gigi geligi itu gigi geligi


abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat pemakan tumbuhan (Tt-P)
umum yang menjadi cirri semua Jadi, Dinausaurus itu
sesuatu yang sejenis. Abstraksi pemakan tumbuhan (S-P)
Bandingkan tata silogistik yang memungkinkan adanya kepastian yang
pembuktian a priori dengan a mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
posteriori. Yang apriori di memungkinkannya.
berangkatkan dari term tengah di Manusia tidak lah memiliki
hubungkan dengan predikat dan term pengetahuan yang sejati, maka
tengahj menjadi sebab dari kebenaran dari itu kita dapat mengajukan
kesimpulan; sedangkan yang a pertanyaan “bagaimanakah
posteriori di berangkatkan dari term caranya kita memperoleh
tengah di hubungkan dengan subjek, pengetahuan”?[3]
term tengah menjadi akibat dari
Metode-metode untuk
realitas dalam kesimpulan.[2]
memperoleh pengetahuan
Sementara Jujun S. Suriasumantri a. Empirisme
dalam pembahasan tentang ontologi
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam
memaparkan juga tentang asumsi dan filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
peluang. Sementara dalam tugas ini penulis pengetahuan dengan melalui pengalaman.
John Locke, bapak empirisme Britania,
tidak hendak ingin membahas dua point mengatakan bahwa pada waktu manusia di
tersebut. lahirkan akalnya merupakan jenis catatan
yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku
B. Epistemologi catatan itulah dicatat pengalaman-
pengalaman inderawi. Menurut Locke,
Masalah epistemology bersangkutan dengan seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh
dengan jalan menggunakan serta
pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan.
memperbandingkan ide-ide yang diperoleh
Sebelum dapat menjawab pertanyaan- dari penginderaan serta refleksi yang
pertama-pertama dan sederhana tersebut.
pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat
bagaimana dan dengan sarana apakah kita penampungan,yang secara pasif menerima
dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti
semua pengetahuan kita betapapun rumitnya
mengetahui batas-batas pengetahuan, kita dapat dilacak kembali sampai kepada
tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal pengalaman-pengalaman inderawi yang
pertama-tama, yang dapat diibaratkan
yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui. sebagai atom-atom yang menyusun objek-
Memang sebenarnya, kita baru dapat objek material. Apa yang tidak dapat atau
tidak perlu di lacak kembali secara demikian
menganggap mempunyai suatu pengetahuan itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-
setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai
hal-hal yang factual.
epistemology. Kita mungkin terpaksa
b. Rasionalisme
mengingkari kemungkinan untuk memperoleh
pengetahuan, atau mungkin sampai kepada Rasionalisme berpendirian bahwa sumber
pengetahuan terletak pada akal. Bukan
kesimpulan bahwa apa yang kita punyai karena rasionalisme mengingkari nilai
hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan pengalaman, melainkan pengalaman paling-
paling dipandang sebagai sejenis perangsang
bukannya kepastian, atau mungkin dapat bagi pikiran. Para penganut rasionalisme
menetapkan batas-batas antara bidang-bidang yakin bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak di dalam ide kita, dan bukannya di suau sarana untuk mengetahui
dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran secara langsung dan seketika.
mengandung makna mempunyai ide yang
sesuai dengan atau menunjuk kepada Analisa, atau pengetahuan yang
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada diperoleh dengan jalan
di dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja. pelukisan, tidak akan dapat
c. Fenomenalisme menggantikan hasil pengenalan
secara langsung dari
Bapak Fenomenalisme adalah
pengetahuan intuitif.
Immanuel Kant. Kant membuat
uraian tentang pengalaman. Salah satu di antara unsut-
Baran sesuatu sebagaimana unsur yang berharga dalam
terdapat dalam dirinyan sendiri intuisionisme Bergson ialah,
merangsang alat inderawi kita paham ini memungkinkan
dan diterima oleh akal kita adanya suatu bentuk
dalam bentuk-bentuk pengalaman di samping
pengalaman dan disusun secara pengalaman yang dihayati oleh
sistematis dengan jalan indera. Dengan demikian data
penalaran. Karena itu kita tidak yang dihasilkannya dapat
pernah mempunyai merupakan bahan tambahan
pengetahuan tentang barang bagi pengetahuan di samping
sesuatu seperti keadaanya pengetahuan yang dihasilkan
sendiri, melainkan hanya oleh penginderaan. Kant masih
tentang sesuatu seperti yang tetap benar dengan
menampak kepada kita, artinya, mengatakan bahwa
pengetahuan tentang gejala pengetahuan didasarkan pada
(Phenomenon). pengalaman, tetapi dengan
demikian pengalaman harus
Bagi Kant para penganut
meliputi baik pengalaman
empirisme benar bila
inderawi maupun pengalaman
berpendapat bahwa semua
intuitif.
pengetahuan di dasarkan pada
pengalaman-meskipun benar Hendaknya diingat,
hanya untuk sebagian. Tetapi intusionisme tidak mengingkati
para penganut rasionalisme nilai pengalaman inderawi yang
juga benar, karena akal biasa dan pengetahuan yang
memaksakan bentuk-bentuknya disimpulkan darinya.
sendiri terhadap barang sesuatu Intusionisme – setidak-tidaknya
serta pengalaman. dalam beberapa bentuk-hanya
mengatakan bahwa
d. Intusionisme
pengetahuan yang lengkap di
Menurut Bergson, intuisi adalah
peroleh melalui intuisi, sebagai yang menciptakan Faust.” Meminjamkan
lawan dari pengetahuan yang perkataan ahli ilmu jiwa terkenal carl gustav
nisbi-yang meliputi sebagian jung,” melainkan faust yang menciptakan
saja-yang diberikan oleh Goethe.”
analisa. Ada yang berpendirian
Menghadapi kenyataan seperti ini,
bahwa apa yang diberikan oleh
ilmu yang pada hakikatnya
indera hanyalah apa yang
mempelajari alam sebagaimana
menampak belaka, sebagai
adanya mulai mempertanyakan
lawan dari apa yang diberikan
hal-hal yang bersifat seharusnya:
oleh intuisi, yaitu kenyataan.
untuk apa sebenarnya ilmu itu
Mereka mengatakan, barang
harus dipergunakan? Dimana batas
sesuatu tidak pernah
wewenang penjelajahan keilmuan?
merupakan sesuatu seperti
Ke arah mana perkembangan
yang menampak kepada kita,
keilmuan harus diarahkan?
dan hanya intuisilah yang dapat
Pertanyaa semacam ini jelas tidak
menyingkapkan kepada kita
merupakan urgensi bagi ilmuan
keadaanya yang senyatanya.
seperti Copernicus, Galileo dan
e. Dan masih masih banyak lagi ilmuwan seangkatannya; namun
yang menjadi bahasan dalam bagi ilmuan yang hidup dalam abad
epistemology. kedua puluh yang telah mengalami
C. Aksiologi dua kali perang dunia dan hidup
dalam bayangan kekhawatiran
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di
perang dunia ketiga, pertanyaan-
ambang kemajuan yang mempengaruhi
pertanyaan ini tak dapat di
reproduksi dan penciptaan manusia itu
elakkan. Dan untuk menjawan
sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan
pertanyaan ini maka ilmuan
gejala dehumanisasi namun bahkan
berpaling kepada hakikat moral.
kemungkinan mengubah hakikat
Sebenarnya sejak saat
kamanusiaan itu sendiri, atau dengan
pertumbuhannya ilmu sudah
perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan
terkait dengan masalah-masalah
sarana yang membantu manusia mencapai
moral namun dalam perspektif
tujuan hidupnya, namun bahkan
yang berbeda. Ketika Copernicus
kemungkinan mengubah hakikat
(1473-1543) mengajukan teorinya
kemanusiaan itu sendiri, atau dengan
tentang kesemestaan alam dan
perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan
menemukan bahwa “bumi yang
sarana yang membantu manusia mencapai
berputar mengelilingi matahari”
tujuan hidupnya, namun juga menciptakan
dan bukan sebaliknya seperti apa
tujuan hidup itu sendiri. “bukan lagi Goethe yang dinyatakan oleh ajaran
agama, maka timbullah interaksi rasionalisasi yang bersifat
antara ilmu dan moral (yang mendustakan kebenaran.
bersumber pada ajaran agama) “segalanya punya moral,” kata
yang berkonotasi metafisik. Secara Alice dalam petualangannya di
metafisik ilmu ingin mempelajari negeri ajaib, “asalkan kau mampu
alam sebagaimana adanya, menemukannya.” (adakah yang
sedangkan di pihak lain, terdapat lebih kemerlap dalam gelap;
keinginan agar ilmu mendasarkan keberanian yang esensial dalam
kepada pernyataan-pernyataan avontur intelektual?).
(nilai-nilai) yang terdapat dalam Jadi pada dasarnya apa yang
ajaran-ajaran diluar bidang menjadi kajian dalam bidang
keilmuan di antaranya agama. ontologi ini adalah berusaha
Timbullah konflik yang bersumber menjawab pertanyaan-pertanyaan;
pada penafsiran metafisik ini yang untuk apa pengetahuan yang
berkulminasi pada pengadilan berupa ilmu itu di pergunakan?
inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Bagaimana kaitan antara cara
Galileo (1564-1642), oleh penggunaan tersebut dengan
pengadilan agama tersebut, kaidah-kaidah moral? Bagaimana
dipaksa untuk mencabut penentuan objek yang ditelaah
pernyataanya bahwa bumi berdasarkan pilihan-pilihan moral?
berputar mengelilingi matahari. Bagaimana kaitan antara teknik
Sejarah kemanusiaan di hiasi prosedural yang merupakan
dengan semangat para martir yang operasionalisasi metode ilmiah
rela mengorbankan nyawanya dengan norma-norma
dalam mempertahankan apa yang moral/professional?[4]
mereka anggap benar. Peradaban
PENUTUP
telah menyaksikan sokrates di
paksa meminum racun dan John Kesimpulan
Huss dibakar. Dan sejarah tidak Dari pembahasan di atas dapat

berhenti di sini: kemanusiaan tak di tarik kesimpulan :

pernah urung di halangi untuk 1. Ontologis; cabang ini menguak


menemukan kebenaran. Tanpa tentang objek apa yang di telaah
landasan moral maka ilmuwan ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki
mudah sekali tergelincir dapat dari objek tersebut ? bagaimana
melakukan prostitusi intelektual. hubungan antara objek tadi
Penalaran secara rasional yang dengan daya tangkap manusia
telah membawa manusia mencapai (sepert berpikir, merasa dan
harkatnya seperti sekarang ini mengindera) yang membuakan
berganti dengan proses
pengetahuan?. Yogjakarta, 1995.
2. Epistemologi berusaha menjawab
bagaimna proses yang [1] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
memungkinkan di timbanya Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996, hal. 34-35.
pengetahuan yang berupa ilmu?
[2] Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir,
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin,
apa yang harus di perhatikan agar Yogjakarta, 2001
kita mendapatkan pengetahuan [3] Louis O. Kattsouff, Pengantar
filsafat, Tiara Wacana, Yogjakarta, 1996, Hal.
yang benar? Apa yang disebut
135-136.
kebenaran itu sendiri? Apakah [4] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
kriterianya? Cara/tehnik/sarana Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996, hal. 34-35.
apa yang membantu kita dalam
[5] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
mendapatkan pengetahuan yang
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
berupa ilmu?. Harapan, Jakarta, 1996, hal. 34-35.

3. Aksiologi menjawab, untuk apa


pengetahuan yang berupa ilmu itu Paragrap Baru ya Jeeng!!

di pergunakan? Bagaimana kaitan Ontologi(HakikatIlmu)


antara cara penggunaan tersebut � Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?
� Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek
dengan kaidah-kaidah moral? tersebut?
Bagaimana penentuan objek yang � Bagaimana hubungan antara obyek tadi
dengan daya
ditelaah berdasarkan pilihan-
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
pilihan moral? Bagaimana kaitan mengindera)
yang membuahkan pengetahuan?
antara teknik prosedural yang
� Bagaimana proses yang memungkinkan
merupakan operasionalisasi ditimbanya pengetahuan
metode ilmiah dengan norma- yang berupa ilmu?
� Bagaimana prosedurnya?
norma moral?[5]
Epistimologi(CaraMendapatkanPengetahuan)
DAFTAR PUSTAKA � Bagaimana proses yang memungkinkan
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu?
Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar � Bagaimana prosedurnya?
Harapan, Jakarta, 1996. � Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan
Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, Filsafat pengetahuan dengan benar?
� Apa yang disebut dengan kebenaran itu
Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, sendiri?
2001. � Apa kriterianya?
� Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita
Louis O. Kattsouff, Pengantar filsafat, dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Tiara Wacana, Yogjakarta
Aksiologi(Guna Pengetahuan)
Sidi Gazalba, Sistematika filsafat II, � Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?
� Bagaiman kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan Sumber:
kaidah-kaidah moral? http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/212
� Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah 3997-ontologi/#ixzz1JlmhXDhr
berdasarkan
pilihan-pilihan moral?
� Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan Mengenal
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-
norma EPISTEMOLOGI
moral/profesional?
PART 1
Sumber: A. Epistemologi
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/213 Perdebatan tentang epistemologi adalah sesuatu
0959-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi- yang diperdebatkan sepanjang sejarah karena
ilmu/#ixzz1Jlm8EN5P epistemologi adalah hal yang sangat substansil
dalam melakukan penilain terhadap sesuatu, ada
hal yang mendasar dalam diskusi-diskusi tentang
Paragrap baru juga ya….
epistemologi, yaitu perdebatan tentang apakah
epistemologi yang lebih dulu ada dari ontologi
Ontologi → ontos = sesuatu yang berwujud;
ataukah ontologilah yang lebih dulu ada dari
logos = ilmu.
epistemologi.
Ontologi: ilmu atau teori tentang wujud hakikat
Para filosof yang bermazhab emperisme dalam
yang ada.
membuktikan tentang kelebih-dahuluan
Mempersoalakan tentang wujud hakiki objek
epistemologi dari ontologi mengatakan bahwa
ilmu atau keilmuan itu apa?
epistemologilah yang yang lebih dulu ada, karena
Objek ilmu atau keilmuan adalah dunia empirik,
dia membuktikan lewat sebuah analisa
dunia yang dapat dijangkau pancaindra → objek
pengetahuan yang sifatnya emperikal sementara
ilmu adalah pengalaman indrawi.
filosof yang lain mengatakan bahwa ontologilah
Ontologi: ilmu yang mempelajari tentang hakikat
yang lebih dulu ada, dua hal ini kemudian yang
sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan
memetakan antara aliran pemikiran yang bersifat
berdasarkan pada logika.
materialistis dan aliran pemikiran yang bersifat
Ontologi sebagai cabang filsafat bertugas
metafisika, pada umumnya tokoh-tokoh filosof
memberi jawaban atas pertanyaan:
dibarat seperti, John Look, Thomas Hobbes, karl
Apa sebenarnya realitas benda itu?, apakah sesuai
Marx dan David Home, mereka mengatakan
dengan wujud penampakannya atau tidak?
bahwa epitemologilah yang lebih dulu ada dari
Benarkah ilmu ada?
pada ontologi, namun ada pertanyaan yang bisa
Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang
diajukan kepada mereka:
kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang
tidak terbatas itu? Dari teori hakikat (ontologi) ini
1. bagaimana caranya mereka bisa mengetahui
→ muncul beberapa aliran dalam filsafat
sesuatu itu ada tanpa adanya realitas.
2. apakah keberadaan sesuatu itu karena kita
Filsafat Materialisme
memberikan konsepsi kepada sesuatu itu, ataukah
Filsafat Idealisme
memang dia mempunyai keberadaan tanpa kita
Filsafat Dualisme
memberikan penilaian bahwa dia itu mempunyai
Filsafat Skeptisme
keberadaan.
Pokok permasalahan yang menjadi objek kajian
jawaban dari pertanyaan diatas akan memberikan
filsafat mencakup:
gambaran kepada kita bahwa apakah realitas itu
Logika (benar-salah)
ada tanpa kita memberikan penilaian keberadaan
Etika (baik-buruk)
terhadap keberadaannya. Mazhab berpikir
Estetika (indah-jelek)
emperisme mengatakan bahwa untuk
Teori tentang Ada (tentang hakikat keberadaan
membuktikan sesuatu itu ada maka kita
zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan
memerlukan pengetahuan atau epistemologi
pikiran → terangkum dalam metafisika).
sebagai sumber dari pengetahuan kita sehingga
Kajian mengenai organisasi sosial → terangkum
kita bisa mengatakan dia ada atau tidak ada
dalam politik
karena kita punya pengetahuan tentangnya,
namun pertanyaan kemudian yang diajukan
kepada kaum emperik adalah dari mana persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika
pengetahuan itu bisa ada kalau tidak ada realitas dia belum bisa memahami substansi belajar itu
yang lebih dulu ada, ini adalah menjadi problem sendiri. Setelah memahami substansi belajar
dalam sebuah sains atau pengetahuan yang tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses
berdiri diatas pijakan yang emperisme terutama belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip
yang dibangun di Eropa terutama pasca Fransisco belajar, hambatan-hambatan belajar, cara
Bacon mengetasi hambatan belajar dan sebagainya. Jadi,
Mazhab Metafisika mencoba menjawab, bahwa pemahaman terhadap substansi suatu konsep
ontologilah yang lebih dulu mempunyai merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-
keberadaan, karena tanpa realitas maka mustahil pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan
kita bisa mengetahui sesuatu, dan sesuatu itu substansi konsep itu biasanya terkandung dalam
akan tetap mempunyai keberadaan tanpa kita definisi (pengertian).
secara subyektif memberikan penilaian tentang Demikian pula, pengertian epistemologi
keberadaannya, seperti keberadaan bulan dan diharapkan memberikan kepastian pemahaman
bintang adalah sesuatu yang niscaya adanya tanpa terhadap substansinya, sehingga memperlancar
kita memberikan penilaian bahwa dia ada atau pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan
tidak, karena memang pada kenyataannya dia epistemologi itu. Ada beberapa pengertian
memang sudah mempunyai keberadaan. epistemologi yang diungkapkan para ahli yang
dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa
Diterbitkan di: 11 Nopember, 2010 sebenarnya epistemologi itu.
epistemologi juga disebut teori pengetahuan
Sumber: http://id.shvoong.com/social- (theory of knowledge). Secara etimologi, istilah
sciences/sociology/2073233-mengenal- epistemologi berasal dari kata Yunani episteme
epistemologi/#ixzz1Jln1DVKs berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
Paragraph baru ok! struktur, metode dan sahnya (validitasnya)
pengetahuan. Dalam Epistemologi, pertanyaan
Pengertian pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”?
Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah:
Epistemologi 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui
sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat
oleh: andra5463 Pengarang : radityo diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori
dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi
yang tidak mudah dipahami. Pengertian merupakan pembahasan mengenai bagaimana
epistemologi ini cukup menjadi perhatian para kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-
ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan
berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap
didapatkan pengertian yang berbeda-beda, buka mana pengetahuan yang mungkin untuk
saja pada redaksinya, melainkan juga pada ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan
substansi persoalannya. Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam S.Suriasumantri, 2005).
upaya memahami pengertian suatu konsep, Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah
meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga cabang filsafat yang membicarakan mengenai
tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah
konsep apa pun, selalu diawali dengan usaha yang sistematik dan metodik untuk
memperkenalkan pengertian (definisi) secara menemukan prinsip kebenaran yang terdapat
teknis, guna mengungkap substansi persoalan pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan,
yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal iini P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa
berfungsi mempermudah dan memperjelas epistemologi adalah cabang filsafat yang
pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, mempelajari dan mencoba menentukan kodrat
seseorang tidak akan mampu menjelaskan dan skope pengetahuan, pengandaian-
pengendaian dan dasarnya, serta komponen–komponen yang menjadi tiang
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi,
pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W epistemologi, dan aksiologi. 1. Ontologi (hakikat
Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis.
dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian- Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni
pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat realisme, naturalsime dan empirisme. Secara
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang ontologis, objek dibahas dari keberadaannya,
memiliki pengetahuan. apakah ia materi atau bukan, guna membentuk
Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut konsep tentang alam nyata (universal ataupun
hampir sama. Sedangkan hal yang cukup spesifik). Ontologi ilmu meliputi apa hakikat
membedakan adalah bahwa pengertian yang ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
pertama menyinggung persoalan kodrat yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang
pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa
tentang hakikat pengetahuan. Kodrat pengetahuan dan bagaimana (yang) “Ada”. Persoalan yang
berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah
berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, objek yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud
sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan
ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan objek tersebut dengan daya tangkap manusia
pengertian yang sebenarnya. Pembahasan hakikat (seperti berpikir, merasa dan mengindra) yang
pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran membuahkan pengetahuan? Pemahaman
yang saling berlawanan, yaitu realisme dan ontologik meningkatkan pemahaman manusia
idealisme. tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya
jelas daripada kedua pengertian tersebut, mengenai apa dan bagaimana (yang) ada
diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia sebagaimana manifestasi kebenaran yang
menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang dicarinya. 2. Epistemologi (filsafat ilmu)
filsafat yang membahas sumber, struktur, Epistemologi adalah pengetahuan sistematik
metode-metode dan validitas pengetahuan. mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang
Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, filsafat yang membahas tentang terjadinya
bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang pengetahuan, sum-ber pengetahuan, asal mula
membahas tentang keasliam, pengertian, struktur, pengetahuan, sarana, metode atau cara
metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati memperoleh pengetahuan, validitas dan
ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian kebenaran pengetahuan (ilmiah). Perbedaan
tersebut, tetapi kedua pengertian ini sedikit landasan ontologik menyebabkan perbedaan
perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi dalam menentukan metode yang dipilih dalam
kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan upaya memperoleh pengetahuan yang benar.
yang relatif lebih mudah dipahami. Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi akal
Diterbitkan di: 04 Desember, 2010 dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana
mencari pengetahuan yang dimaksud dalam
Sumber: epistemologik, sehingga dikenal model–model
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/208 epistemologik seperti rasionalisme, empirisme,
2651-pengertian-epistemologi/#ixzz1JlnTNlLC rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi
dan sebagainya. Epistemologi juga membahas
bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan
Baruuuu………. suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya
bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori
koherensi, korespondesi pragmatis, dan teori
intersubjektif. Pengetahuan merupakan daerah
EPISTEMOLOGI persinggungan antara benar dan diperca-ya.
Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu
ILMU melalui pengalaman secara tidak sengaja yang
bersifat sporadis dan kebetulan sehingga
oleh: anin Pengarang : Elvira Syamsir cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan,
cenderung bersifat kabur dan samar dan
Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada karenanya merupakan pengetahuan yang tidak
teruji. Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya
berdasarkan analisis dengan langkah-langkah dengan kebenaran dan keyakinan.
yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan
nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah Epistomologi atau Teori Pengetahuan
bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah berhubungan dengan hakikat dari ilmu
mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-
induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung dasarnya serta pertanggung jawaban atas
antara penjelasan teoritis dengan pembuktian pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten diperoleh manusia melalui akal dan panca indera
dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu dengan berbagai metode, diantaranya; metode
memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan induktif, metode deduktif, metode positivisme,
fakta dari yang tidak. Dengan metode ilmiah metode kontemplatis dan metode dialektis.
berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri)
dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan BARUUUU LAGI
empiris atau tidak. Kebenaran pengetahuan
dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang ISYRAQ
ada, dengan putusan-putusan lain yang telah
diakui kebenarannya dan tergantung kepada
berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan Mendulang Secercah
manusia. Jika seseorang ingin membuktikan
kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, Cahaya
dan sarana yang digunakan untuk membangun
pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang Epistemologi; Teori
diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak Ilmu Pengetahuan
benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang
salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena Pendahuluan
kita amati belum tentu benar karena penglihatan Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia
kita mungkin saja mengalami penyimpangan.
Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah- berhubungan satu sama lain, dan tolok ukur
ubah dan berkembang. 3. Aksiologi ilmu (nilai keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-
kegunaan ilmu) Meliputi nilai–nilai kegunaan beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan
yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan
dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu
kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini
ilmuwan, baik dalam melakukan penelitian
dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan
maupun di dalam menerapkan ilmu.
Diterbitkan di: 18 Maret, 2008 dasar. Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu
empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini
Sumber:
menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/178
6495-epistemologi-ilmu/#ixzz1Jlo8CibK demikian, filsafat merupakan dasar dan pijakan
PARAGRAPH BARU bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu logika
yang merupakan alat berpikir manusia dan
Epistemologi ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia benar, diletakkan sebagai pendahuluan dalam
bebas filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas
(pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) bagi seluruh pengetahuan manusia.
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini Namun, epistemologi (teori pengetahuan),
termasuk salah satu yang paling sering karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat,
manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu
misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
manusia yang bersifat gamblang, merupakan valid yang rasional. Namun pada sisi lain, para
dasar dan pondasi segala ilmu dan pemikir sendiri berbeda pendapat dalam
pengetahuan. Walaupun ilmu logika dalam banyak persoalan mengenai akal dan
beberapa bagian memiliki kesamaan dengan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal
epistemologi, akan tetapi, ilmu logika yang saling kontradiksi dalam masalah-
merupakan ilmu tentang metode berpikir dan masalah pemikiran kemudian berefek pada
berargumentasi yang benar, diletakkan setelah kelahiran aliran Sophisme yang mengingkari
epistemologi. validitas akal dan menolak secara mutlak
segala bentuk eksistensi eksternal.[1]
Hingga tiga abad sebelum abad ini,
epistemologi bukanlah suatu ilmu yang Dengan alasan itu, persoalan epistemologi
dikategorikan sebagai disiplin ilmu tertentu. sangat dipandang serius sedemikian sehingga
Akan tetapi, pada dua abad sebelumnya, filosof Yunani, Aristoteles, berupaya menyusun
khususnya di barat, epistemologi diposisikan kaidah-kaidah logika sebagai aturan dalam
sebagai salah satu disiplin ilmu. Dalam filsafat berpikir dan berargumentasi secara benar yang
Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas sampai sekarang ini masih digunakan. Lahirnya
secara tersendiri, akan tetapi, begitu banyak kaidah itu menjadi penyebab berkembangnya
persoalan epistemologi dikaji secara meluas validitas akal dan indra lahir sedemikian
dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam, sehingga untuk kedua kalinya berakibat
misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa, memunculkan keraguan terhadap nilai akal dan
kenon-materian jiwa, dan makrifat jiwa. indra lahir di Eropa, dan setelah Renaissance
Pengindraan, persepsi, dan ilmu merupakan dan kemajuan ilmu empirik, lahir kembali
bagian pembahasan tentang makrifat jiwa. kepercayaan kuat terhadap indra lahir yang
Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan berpuncak pada Positivisme. Pada era tersebut,
epistemologi banyak dikaji dalam pembahasan epistemologi lantas menjadi suatu disiplin ilmu
tentang akal, objek akal, akal teoritis dan baru di Eropa yang dipelopori oleh Descartes
praktis, wujud pikiran, dan tolok ukur (1596-1650) dan dikembangkan oleh filosof
kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi. Leibniz (1646–1716) kemudian disempurnakan
Namun belakangan ini, di Islam, epistemologi oleh John Locke di Inggris.[2]
menjadi suatu bidang disiplin baru ilmu yang 1. Pengertian Epistemologi
mengkaji sejauh mana pengetahuan dan
Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-
makrifat manusia sesuai dengan hakikat, objek
kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang
luar, dan realitas eksternal.
berbeda mesti akan berhadapan dengan
Latar belakang hadirnya pembahasan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah
epistemologi itu adalah karena para pemikir saya berasal? Bagaimana terjadinya proses
melihat bahwa panca indra lahir manusia yang penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok
merupakan satu-satunya alat penghubung ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?
manusia dengan realitas eksternal terkadang Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana
atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa
dan kekeliruan dalam menangkap objek luar, keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air
dengan demikian, sebagian pemikir tidak mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari
menganggap valid lagi indra lahir itu dan atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan
berupaya membangun struktur pengindraan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa
ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari persoalan terakhir ini berbeda dengan
jawaban dan solusi atas permasalahan- persoalan-persoalan sebelumnya, yakni
permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada
dihadapinya. suatu asumsi bahwa hakikat itu ada, akan
tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini,
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
keberadaan hakikat itu justru masih menjadi
suatu hakikat dan berupaya mengetahui
masalah yang diperdebatkan. Untuk lebih
sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia
jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
sangat memahami dan menyadari bahwa:
Seseorang sedang melihat suatu pemandangan
1. Hakikat itu ada dan nyata;
yang jauh dengan teropong dan melihat
2. Kita bisa mengajukan berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan
pertanyaan tentang hakikat itu; warna-warna yang berbeda, lantas iameneliti

3. Hakikat itu bisa dicapai, benda-benda tersebut dengan melontarkan

diketahui, dan dipahami; berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya.


Dengan perantara teropong itu sendiri, ia
4. Manusia bisa memiliki ilmu,
berupaya menjawab dan menjelaskan tentang
pengetahuan, dan makrifat atas
realitas benda-benda yang dilihatnya. Namun,
hakikat itu. Akal dan pikiran
apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari
manusia bisa menjawab
mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki
persoalan-persoalan yang
ketepatan dalam menampilkan warna, bentuk,
dihadapinya, dan jalan menuju
dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin
ilmu dan pengetahuan tidak
benda-benda yang ditampakkan oleh teropong
tertutup bagi manusia.
itu memiliki ukuran besar atau kecil?.
Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat
Apabila manusia melontarkan suatu dengan adanya kemungkinan kesalahan
pertanyaan yang baru, misalnya bagaimana penampakan oleh teropong. Pertanyaan-
kita bisa memahami dan meyakini bahwa pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan
hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong.
itu memang tiada dan semuanya hanyalah Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan
bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau tentang keberadaan realitas eksternal, akan
pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa tetapi, yang dipersoalkan adalah keabsahan
meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang teropong itu sendiri sebagai alat yang
hakikat itu bersesuaian dengan hakikat digunakan untuk melihat benda-benda yang
eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah jauh.
kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran,
eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita persepsi-persepsi pikiran, nilai dan keabsahan
tidak memiliki kemampuan memadai untuk pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap
mencapai hakikat sebagaimana adanya, objek dan realitas eksternal, tolok ukur
keraguan ini akan menguat khususnya apabila kebenaran hasil pikiran, dan sejauh mana
kita mengamati kesalahan-kesalahan yang kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai
terjadi pada indra lahir dan kontradiksi- hakikat dan mencerap objek eksternal, masih
kontradiksi yang ada di antara para pemikir di merupakan persoalan-persoalan aktual dan
sepanjang sejarah manusia?Persoalan- kekinian bagi manusia. Terkadang kita
mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang sebagai ilmu hushûlî dimana
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, berhubungan dengan ilmu logika
dan terkadang kita membahas tentang ilmu (mantik).
dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran d. Ilmu adalah pembenaran (at-
dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam tashdiq) dan hukum yang
bidang ilmu epistemologi. meliputi kebenaran yang diyakini
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah dan belum diyakini[6].
suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan e. Ilmu adalah pembenaran yang
membahas tentang batasan, dasar dan diyakini.
pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas,
f. Ilmu ialah kebenaran dan
dan kebenaran ilmu, makrifat, dan
keyakinan yang bersesuaian
pengetahuan manusia.[3]
dengan kenyataan dan realitas
2. Pokok Bahasan Epistemologi eksternal.
Dengan memperhatikan definisi g. Ilmu adalah keyakinan benar
epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan yang bisa dibuktikan.[7]
pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu,
h. Ilmu ialah kumpulan proposisi-
makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua
proposisi universal yang saling
poin penting akan dijelaskan:
bersesuaian dimana tidak
1. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah berhubungan dengan masalah-
subyek epistemologi adalah ilmu secara umum masalah sejarah dan geografi.
atau ilmu dalam pengertian khusus seperti
i. Ilmu ialah gabungan proposisi-
ilmu hushûlî[4]. Ilmu itu sendiri memiliki istilah
proposisi universal yang hakiki
yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan
dimana tidak termasuk hal-hal
batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu
yang linguistik.
tersebut adalah sebagai berikut:
j. Ilmu ialah kumpulan proposisi-
a. Makna leksikal ilmu adalah
proposisi universal yang bersifat
sama dengan pengideraan
empirik.
secara umum dan mencakup
segala hal yang hakiki, sains, 2. Sudut pembahasan, yakni apabila

teknologi, keterampilan, subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat,

kemahiran, dan juga meliputi maka dari sudut mana subyek ini dibahas,

ilmu-ilmu seperti hudhûrî[5], karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut

malaikat, dan ilmu manusia. yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan
dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik
b. Ilmu adalah kehadiran
tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu.
(hudhûrî) dan segala bentuk
Sisi ini menjadi salah satu pembahasan
penyingkapan. Istilah ini
dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
digunakan dalam filsafat Islam.
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan
Makna ini mencakup ilmu
realitas eksternal juga menjadi pokok kajian
hushûlî dan ilmu hudhûrî.
epistemologi. Sementara aspek penyingkapan
c. Ilmu yang hanya dimaknakan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu
sebelumnya dan faktor riil yang menjadi definisi ini, bisa dikatakan bahwa epistemologi
penyebab hadirnya pengindraan adalah jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan
dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi sebagai pendahuluan dan mukadimah, karena
mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh apabila kemampuan dan validitas akal belum
umur manusia terhadap tingkatan dan dikaji dan ditegaskan, maka mustahil kita
pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang membahas tentang metode akal untuk
pembahasan akan sangat berpengaruh dalam mengungkap suatu hakikat dan bahkan
pemahaman mendalam tentang perbedaan- metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu
perbedaan ilmu. logika masih perlu dipertanyakan dan
rekonstruksi, walhasil masih menjadi hal yang
Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan
diragukan.
probabilitas pengetahuan, pembagian dan
observasi ilmu, dan batasan-batasan b. Hubungan epistemologi dengan
pengetahuan[8]. Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî Filsafat. Pengertian umum filsafat adalah
dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok- pengenalan terhadap eksistensi (ontologi),
pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu realitas eksternal, dan hakikat keberadaan.
yang diartikan sebagai keumuman Sementara filsafat dalam pengertian khusus
penyingkapan dan pengindraan adalah bisa (metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi. umum tentang eksistensi[9]. Dalam dua

3. Metode Epistemologi pengertian tersebut, telah diasumsikan


mengenai kemampuan, kodrat, dan validitas
Dengan memperhatikan definisi dan
akal dalam memahami hakikat dan realitas
pengertian epistemologi, maka menjadi
eksternal. Jadi, epistemologi dan ilmu logika
jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah
merupakan mukadimah bagi filsafat.
menggunakan akal dan rasio, karena untuk
c. Hubungan epistemologi dengan Teologi
menjelaskan pokok-pokok bahasannya
dan ilmu tafsir. Ilmu kalam (teologi) ialah
memerlukan analisa akal. Yang dimaksud
suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-
metode akal di sini adalah meliputi seluruh
proposisi teks suci agama dan penyusunan
analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu
argumentasi demi mempertahankan peran dan
hushûlî dan ilmu hudhûrî. Dan dari dimensi
posisi agama. Ilmu tafsir adalah suatu ilmu
lain, untuk menguraikan sumber kajian
yang berhubungan dengan metode penafsiran
epistemologi dan perubahan yang terjadi di
kitab suci. Jadi, epistemologi berperan sentral
sepanjang sejarah juga menggunakan metode
sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut,
analisa sejarah.
khususnya pembahasan yang terkait dengan
4. Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-
kontradiksi ilmu dan agama, atau akal dan
Ilmu Lain
agama, atau pengkajian seputar pluralisme
a. Hubungan Epistemologi dengan Ilmu dan hermeneutik, karena akar pembahasan ini
Logika. Ilmu logika adalah suatu ilmu yang terkait langsung dengan pembahasan
mengajarkan tentang metode berpikir benar, epistemologi.
yakni metode yang digunakan oleh akal untuk
5. Urgensi Epistemologi
menyelami dan memahami realitas eksternal
Jika kita perhatikan definisi epistemologi dan
sebagaimana adanya dalam penggambaran
hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, maka
dan pembenaran. Dengan memperhatikan
jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi,
terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang pada potensi akal-pikiran. Rahasia
pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan, kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti
keraguan, dan persoalan inti yang dimunculkan menjadi maujud yang berakal dan
seputar keyakinan agama dan dasar-dasar mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua
etika, fiqih, penafsiran, dan hak-hak asasi segmen kehidupannya serta seluruh kehendak
manusia dimana sentral dari semua dan iradahnya terwujud melalui pancaran
pembahasan tersebut berpijak pada petunjuk akal. Hal ini berarti bahwa jika akal
epistemologi. dan rasionalitasnya dipisahkan dari
kehidupannya, maka yang tertinggal hanyalah
Hubungan epistemologi dengan persoalan
sifat kehewannya, dengan demikian, segala
politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal
dinamika hidupnya berasal dari kecenderungan
dan saling terkait. Plato berkata pada
hewaninya.
penguasa Yunani ketika itu, “Anda tidak layak
memerintah, karena Anda bukan seorang Manusia ialah maujud yang berakal dan
hakim (filosof).” Dan juga berkaitan dengan seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan
pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa pengetahuan, maka dari itu, suatu rangkaian
karena manusia tak bisa memahami hakikat persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi
dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya, dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas
maka penetapan hukum hanya berada segala permasalahan yang timbul berkaitan
ditangan Tuhan, dan para ulama yang adil dengan pengetahuan dan akal manusia,
adalah wakil Tuhan yang memiliki hak dimana hal itu merupakan pembatas
memerintah. Pada sisi lain, sebagian substansial antara iadengan hewan.
beranggapan bahwa makrifat agama adalah Yang pasti, jawaban atas segala persoalan
bukan bagian dari ilmu, dan untuk memerintah mendasar niscaya dengan upaya-upaya
mesti dibutuhkan ilmu politik dan rasional dan filosofis, karena ilmu-ilmu alam
pemerintahan, sementara kaum ulama dan matematika tidak mampu memberikan
tersebut tak menguasainya, dengan demikian, solusi komprehensif dan universal atasnya.
mereka tidak berhak memerintah. Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk
Pembahasan seperti tersebut di atas kehidupan hakiki manusia, maka persoalan
membuktikan kepada kita pentingnya yang kemudian muncul ialah apakah akal
pengkajian epistemologi dan konklusi- manusia mampu menyelesaikan persoalan-
konklusinya, dan dari aspek lain, begitu banyak persoalan tersebut? Jika nilai dan validitas
ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi pengenalan akal belum ditegaskan, maka
akal, memotivasi manusia untuk menggapai tidaklah berguna pengakuan akal dalam
ilmu dan makrifat, dan menolak segala bentuk mengajukan solusi atas segala permasalahan
keraguan. Semua kenyataan ini berarti bahwa yang dihadapi manusia, dan keraguan akan
pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah senantiasa bersama manusia bahwa apakah
sangat mungkin dengan perantaraan akal dan akal telah memberikan solusi yang benar atas
argumentasi rasional, dan jika ada orang yang perkara-perkara tersebut? Pertanyaan-
ragu atas realitas ini, maka minimalnya iaharus pertanyaan ini adalah inti pembahasan
menerimanya untuk menjawab segala bentuk epistemologi. Dengan begitu, sebelum
kritikan.[10] melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan
filosofis, langkah pertama yang mesti diambil
Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak
adalah membedah persoalan-persoalan kepada kita bagaimana hidup semestinya.
epistemologi. Mengapa ideologi mengarahkan kita? Karena
pandangan dunia menegaskan suatu hukum
Dengan ungkapan lain, apabila kita merujuk
yang mesti diterapkan pada masyarakat dan
kepada daftar isi persoalan-persoalan yang
sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup
berkaitan dengan pengetahuan, misalnya
masyarakat. Apa yang ditentukan oleh
persoalan tentang keberadaan realitas
pandangan dunia, itu pula yang akan diikuti
eksternal dan kemungkinan terjalinnya
oleh ideologi. Ideologi seperti filsafat praktis,
hubungan manusia dengan realitas eksternal
sedangkan pandangan dunia menempati
itu, maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa
filsafat teoritis. Filsafat praktis bergantung
epistemologi merupakan pemberi validitas dan
kepada filsafat teoritis. Mengapa suatu ideologi
nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan
berpijak pada materialisme dan ideologi
penemuan ilmiah manusia sedemikian
lainnya bersandar pada teisme? Perbedaan
sehingga kalau persoalan-persoalan yang
pandangan dunia tersebut pada hakikatnya
berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan
bersumber dari perbedaan dasar-dasar
tersebut belumlah menjadi jelas, maka tak satu
pengenalan, pengetahuan, dan epistemologi.
pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan
[11]“
ilmiah yang akan bernilai, karena semua aliran
filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno
mengungkap hakikat alam, manusia, dan dan Abad Pertengahan
rahasia fenomena eksistensial lainnya.
Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat
Berkenaan dengan urgensi epistemologi, kami Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk
akan kutip ungkapan seorang pemikir dan dan arah. Perjalanan historis epistemologi
filosof Islam kontemporer asal Iran , Murthada dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan
Muthahhari , ia berkata “Pada era ini kita relativisme. Skeptisisme diwakili oleh
menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat pemikiran David Hume, sementara relativsime
sosial dan ideologi yang berbeda dimana nampak pada pemikiran Immanuel Kant.
masing-masingnya mengusulkan suatu jalan
Sementara perjalanan sejarah epistemologi di
dan solusi hidup. Aliran-aliran ini memiliki
dalam filsafat Islam mengalami suatu proses
sandaran pemikiran yang bersaing satu sama
yang menyempurna dan berhasil menjawab
lain untuk merebut pengaruh. Muncul suatu
segala bentuk keraguan dan kritikan atas
pertanyaan, mengapa aliran-aliran dan
epistemologi. Konstruksi pemikiran filsafat
ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan?
Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga
Jawabannya, penyebab lahirnya perbedaan-
mampu memberikan solusi universal yang
perbedaan tersebut terletak pada perbedaan
mendasar atas persoalan yang terkait dengan
pandangan dunianya (word view) masing-
epistemologi. Pembahasan yang berhubungan
masing. Hal ini karena, semua ideologi berpijak
dengan pembagian ilmu, yakni ilmu dibagi
pada pandangan dunia dan setiap pandangan
menjadi gagasan/konsepsi (at-tashawwur)[12]
dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan
dan penegasan (at-tashdiq)[13], atau hushûlî
aliran sosial tertentu pula. Ideologi
dan hudhûrî, macam-macam ilmu hudhûrî, dan
menentukan apa yang mesti dilakukan oleh
hal yang terkait dengan kategori-kategori
manusia dan mengajukan bagaimana metode
kedua filsafat[14]. Walaupun masih dibutuhkan
mencapai tujuan itu. Ideologi menyatakan
langkah-langkah besar untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan partikular yang mendetail menerus pada segala sesuatu, maka perolehan
di dalam epistemologi. ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu
memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan
1. Sejarah Epistemologi dalam Filsafat
tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang
Barat
senantiasa berubah itu, maka mustahil
Apabila kita membagi perjalanan sejarah
terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut.
filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu
Oleh karena itu, sebagian peneliti sejarah
(Yunani kuno, abad pertengahan, dan modern)
filsafat menganggap pemikirannya sebagai
dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal
dasar Skeptisisme.[17]
dimulainya filsafat Barat, maka secara implisit
Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang
bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga
menolak definisi ilmu yang bermakna
lahir epistemologi. Pembahasan-pembahasan
kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki
yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-
eksternal, hal ini karena terdapat kontradiksi-
filosof pada zaman itu mengandung poin-poin
kontradiksi pada akal dan kesalahan
kajian yang penting dalam epistemologi.
pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir.
Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada
[18]
zaman Yunani kuno dan abad pertengahan
Pythagoras berkata, “Manusia merupakan
epistemologi merupakan salah satu bagian dari
parameter segala sesuatu, tolok ukur
pembahasan filsafat, akan tetapi, dalam kajian
eksistensi segala sesuatu, dan mizan ketiadaan
filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti
segala sesuatu[19]. Gagasan Pythagoras ini
kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan
kelihatannya lebih menyuarakan dimensi
dengan ontologi dikaji secara sekunder. Dan
relativitas dalam pemikiran.
epistemologi setelah Renaissance dan
Descartes mengalami suatu perubahan baru. Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada,
apabila ia ada, maka mustahil diketahui, kalau
2. Epistemologi di Zaman Yunani Kuno
pun iabisa dipahami, namun tidak bisa
dipindahkan.[20]
Berdasarkan penulis sejarah filsafat, orang
Socrates ialah filosof pertama pasca kaum
pertama yang membuka lembaran kajian
Sophis yang lantas bangkit mengkritisi
epistemologi adalah Parmenides[15]. Hal ini
pemikiran-pemikiran mereka, dan dengan cara
karena iamenempatkan dan menekankan akal
induksi dan pendefinisian, ia berupaya
itu sebagai tolok ukur hakikat. Pada dasarnya,
mengungkap hakikat segala sesuatu.
iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain
Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif
dari epistemologi yang merupakan sumber dan
dan nisbi.[21]
alat ilmu, akal dipandang sebagai yang valid,
sementara indra lahir hanya bersifat Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu
penampakan dan bahkan terkadang menipu. tidak akan pernah mengantarkan pada
[16] pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu
iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana
Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia
dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna
menekankan pada indra lahir. Heraklitus
dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan
melontarkan gagasan tentang perubahan yang
ukuran[22]. Pembagian sifat ini kemudian
konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan
menjadi perhatian para filosof dan sumber
bahwa dengan adanya perubahan yang terus
lahirnya berbagai pembahasan. berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal
itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain,
Plato, murid Socrates, ialah filosof pertama
akan tetapi, proses pembuktian ini harus
yang secara serius mendalami epistemologi
berakhir pada kaidah yang sangat gamblang
dan menganggap bahwa permasalahan
yang tak lagi membutuhkan pembuktian
mendasar pengetahuan indriawi itu ialah
rasional. Dalam hal ini, prinsip non-kontradiksi
terletak pada perubahan objek indra. Iajuga
merupakan kaidah pertama yang sangat
berkeyakinan, karena pengetahuan hakiki
gamblang yang diketahui secara fitrah.[26]
semestinya bersifat universal, pasti, dan
Iamenetapkan penggambaran universal,
diyakini, maka objeknya juga harus tetap dan
abstraksi, dan analisa pikiran menggantikan
konstan, dan perkara-perkara yang senantiasa
gagasan mutsul Plato. Iamenyusun ilmu logika
berubah dan partikular tidak bisa dijadikan
dengan tujuan menetapkan suatu metode
objek makrifat hakiki. Oleh karena itu,
berpikir dan berargumentasi secara benar
pengetahuan indriawi bersifat keliru, berubah,
dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama
dan tidak bisa diyakini, sementara
dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat
pengetahuan hakiki (baca: pengetahuan akal)
gamblang (badihi)[27], dengan demikian,
itu yang berhubungan dengan hal-hal yang
pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah
konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini,
hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil.
universal, tetap, dan bersifat pasti. Dengan
[28]
dasar ini, iakemudian melontarkan gagasan
tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di Kelompok Rawaqiyun[29] yang yakin pada
alam akal).[23] pengalaman agama dan indra lahir, menolak
pandangan tentang konsepsi universal pikiran
Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato
dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato
ialah keyakinan benar yang bisa
tersebut. Mereka beranggapan bahwa
diargumentasikan, dimana pengetahuan jenis
pengetahuan itu adalah pengenalan partikular
ini terkait dengan hal-hal yang konstan.
sesuatu. Disamping meyakini bentuk intuisi
Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah
batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur
bersifat prasangka, hipotesa, dan perkiraan
kebenaran, juga meyakini penalaran
belaka[24]. Begitu pula, definisi plato tentang
rasionalitas.[30]
pengetahuan dan makrifat lantas menjadi
perhatian serius para epistemolog Epicure (270-341 M) memandang indra lahir
kontemporer. sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran
pengetahuan. Makrifat yang diperoleh lewat
Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir
indra itu merupakan makrifat yang paling
itu tidak melakukan kesalahan, melainkan
diyakini kebenarannya, dengan perspektif ini,
kekeliruan itu bersumber dari kesalahan
ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid.
penetapan makna-makna maujud di ruang
[31]
memori pikiran atas perkara-perkara indriawi.
[25] Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan
indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas
Aristoteles, murid Plato, lebih menekankan
ketidakabsahannya. Sebagian dari mereka
penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-
bahkan menolak secara mutlak adanya
asumsinya daripada menjelaskan persoalan
kebenaran dan sebagian lain memandang
yang berkaitan dengan probabilitas
kemustahilan pencapaiannya. Perbedaan kaum
pengetahuan. Iayakin bahwa setiap ilmu
Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa termasuk dalam ruang lingkup yang bisa
argumentasi-argumentasi kaum Sophis diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis, di
menjadi pijakan utama kaum Skeptis. Gagasan samping itu iamemandang bahwa ilmu itu
Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-
abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh proposisi matematika adalah bersifat gamblang
Agrippa (di abad pertama) dan kemudian yang tidak bisa diragukan lagi. Pengetahuan
dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad indriawi itu, karena objeknya senantiasa
kedua).[32] berubah, tidak tergolong sebagai makrifat
hakiki.
Walhasil, epistemologi di zaman Yunani kuno
dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan Dalam pandangannya, ilmu dan pengetahuan
kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda dimulai dari diri sendiri, karena ilmu terhadap
dalam filsafat. Dan semua persoalan, jiwa tidak bisa diragukan. Salah satu ungkapan
keraguan, jawaban, dan solusinya hadir dalam beliau adalah “Saya ragu, oleh karena itu, saya
bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta ada“.[34]
terlontarnya pembahasan seputar probabilitas
4. Gagasan Tentang Universalia
pengetahuan, sumber ilmu, dan tolok ukur
Salah satu pembahasan inti di abad
kesesuaian dengan realitas eksternal.
pertengahan ialah kajian tentang universal dan
3. Epistemologi pada Abad Pertengahan
sumber kehadirannya, yakni apakah universal
(dari Awal Masehi hingga Abad
itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri
Kelimabelas)
ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat
Inti pembahasan di abad pertengahan adalah universal yang sebagaimana diyakini oleh
persoalan yang terkait dengan universalitas Aristoteles. Apakah “universal” itu secara
dan hakikat keberadaannya, disamping itu, mendasar tidak memiliki wujud luar. Apakah
juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan “universal” itu hanya sebatas suatu konsep.
kebenaran. Apakah “universal” itu hanyalah sebuah kata

Plotinus, penggagas maktab neo platonisme, di umum yang bisa mencakup beberapa individu-

abad ketiga masehi melontarkan gagasan- individu eksternal. Apakah wujud “universal”

gagasan penting dalam epistemologi. itu sendiri sama dengan wujud “partikular”
yang keberadaannya bukan hanya di alam
Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition):
pikiran, bahkan juga berada di alam eksternal
1. Persepsi panca indra (sensuous perception),
yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang
2. Pengertian (understanding), 3. Akal (logos,
lain?
intellect). Tingkatan pertama berkaitan dengan
hal-hal yang lahir, tingkatan kedua adalah Sebagai contoh “manusia universal”. Apakah

argumentasi, dan akal sebagai tingkatan “manusia universal” di sini hanyalah sebuah

ketiga, bisa memahami hakikat ‘kesatuan konsep universal yang ada di alam pikiran

dalam kejamakan’ dan ‘kejamakan dalam semata, ataukah “manusia universal” itu

kesatuan’ tanpa lewat proses berpikir. Dan sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia

tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy- berada di alam non-materi) yang hanya bisa

syuhud).[33] disaksikan secara intuitif dan syuhudi, ataukah


“manusia universal” itu hanyalah sebuah kata
Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa
umum yang bisa diterapkan pada lebih dari
ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak
satu objek individual[35]?. memiliki individu-individu eksternalnya, begitu
pula, seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak
Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan
bermanfaat. Dengan alasan ini, pembahasan
itu tak lain ialah untuk menjawab persoalan-
“universalitas” memiliki urgensi.
persoalan tersebut. Dalam hal ini, ada tiga
perspektif dan aliran pemikiran: 1. Realisme Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang
(universalitas itu memiliki wujud eksternal atau berpijak pada empirisme dan positivisme. Ia
mutsul Plato), 2. Idealisme (universal itu hanya memandang bahwa alat pengetahuan adalah
terdapat dalam alam pikiran atau gagasan teks suci, argumentasi, dan experimen.
Aristoteles), 3. Nominalisme (menetapkan kata- Proposisi matematik yang karena berkaitan
kata umum yang mewakili individu-individu langsung dengan experiman bisa diterima.[39]
eksternal). Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa
Boethius (470-525 M) ialah orang pertama rasionalitas dan pemikiran itu sangat
yang beranggapan bahwa universal itu bergantung pada pengindraan lahiriah, yakni
hanyalah kata semata, walaupun iaberupaya pertama-tama indra lahir kita berhubungan
menyelesaikan persoalan universal itu lewat dengan alam luar, kemudian akan terbentuk
gagasan Aristoteles.[36] konsep-konsep imajinasi, dari konsep ini akal
akan membentuk konsep-konsep universal[40].
Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa
Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan
yang hanya ada di alam eksternal adalah
dengan pemikiran filsafat Islam.
partikular, sementara universal itu tidaklah
memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata- William of Ockam (1287-1347 M) adalah
kata semata.[37] seorang yang dikenal sebagai pengingkar
konsep-konsep universal. Namun, sebenarnya
Peter Abelard (1079-1142 M) memandang
tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak
bahwa universal itu terdapat di alam pikiran
mengingkari dan menolaknya, karena ia
dan konsep-konsep universal itu adalah
menafsirkan “universal” itu sebagai
konsep-konsep abstraksi yang diambil dari
“penghubung” antara pikiran dan objek-objek
maujud-maujud luar dengan memperhatikan
luar, dan terkadang ia juga menyebut
sifat-sifatnya, dengan kata lain, universal itu
“penghubung” itu sebagai “konsep-konsep”.
merupakan konsep-konsep yang terdapat
[41] [wisdoms4all.com]
dalam pikiran yang menceritakan tentang
realitas-realitas hakiki dan eksternal.[38]

Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada [1] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat dar
penerimaan atas konsep-konsep universal, eropa, jilid satu, hal. 74.
yakni jika seseorang beranggapan bahwa [2] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat dar
universalitas itu hanyalah sebuah kata semata Eropa, jilid kedua, hal. 141.

dan menolak konsep universal itu, maka tidak [3]. Syapur ‘Itemod, Tarikh Ma’rifat Syenosi,
hal. 2. Syahid Muthahhari, Syenokht-e dar
satu pun kaidah yang iabisa diterima, karena
Quran, hal. 29. Taqi Mishbah Yazdi, Omusyes
semua proposisi universal akan menjadi Falsafeh, jilid pertama, pelajaran kesebelas.
proposisi partikular yang hanya terkait dengan Mahdi Dahbosy, Nazariyeh-e Syenokh, hal 32.
individu tertentu saja, dengan demikian, segala [4]. Perlu diketahui bahwa apabila kita memiliki
proposisi universal yang merupakan pijakan ilmu terhadap sesuatu, maka sesuatu itu hadir
dalam jiwa dan pikiran kita. Pada satu sisi kita
seluruh ilmu dan kaidah-kaidah ilmiah tidak
memahami bahwa pada setiap sesuatu
memiliki dua dimensi, dimensi kuiditas dan epistemologi adalah penyingkapan secara
dimensi wujud. Apabila sesuatu yang hadir umum, maka akan tercakup segala apa yang
dalam pikiran kita adalah kuiditasnya disebutkan itu.
(mahiyah), maka ilmu kita terhadap sesuatu itu [9] . Seperti pengkajian kaidah tentang sebab
disebut “ilmu hushûlî” atau “pengenalan dan akibat, ada dan tiada, kemestian,
rasional“. Pengenalan rasional ini memahami kemungkinan dan kemustahilan mewujud,
objek-objeknya lewat symbol-simbol, kata-kata, wujud tetap dan berubah, qidam dan huduts,
kalimat, atau rumus-rumus. Namun, kalau wujud pikiran dan eksternal, wujud dan
sesuatu yang hadir dalam jiwa kita adalah kuiditas, potensi dan aktual, dan wujud materi,
wujud eksternalnya, maka ilmu kita terhadap mitsal, dan non-materi.
sesuatu itu di sebut “ilmu hudhûrî” atau
“pengenalan intuitif“. Misalnya ketika kita [10] . Jalan menuju makrifat tidak terbatas
melihat api yang ada di luar diri kita, kalau pada akal dan indra lahir, melainkan
yang kita tangkap dari api adalah kuiditasnya, pencapaina makrifat bisa dengan jalan syuhud
maka api yang ada di dalam pikiran kita tidak irfani, ilham, dan berpuncak pada wahyu. Akan
akan membakar pikiran kita, akan tetapi, jika tetapi, apa yang menjadi titik tekan dan inti
yang hadir dalam diri kita adalah wujud api itu pembahasan dalam epistemologi adalah
sendiri, maka niscaya akan membakar diri kita, mengenai akal dan indra (lahir dan batin).
karena yang memiliki pengaruh membakar itu [11] . Syahid Murtadha Muthahhari, Masaley-ye
hanyalah wujud api, bukan kuiditasnya. Syenokh, hal. 13.
Dengan demikian, ilmu hudhûrî menangkap
[12]. Yang dimaksud dengan at-tashawwur
objeknya secara langsung (immediate) dan
(penggambaran, konsepsi) adalah suatu
berkaitan dengan hakikat sesuatu.
gambaran pikiran dimana bukan penyandaran
Pengetahuan intuitif ini ditandai oleh hadirnya
sesuatu terhadap sesuatu yang lain, seperti
objek di dalam diri si subjek, karena itu
gambaran tentang bulan, matahari, bumi,
pengetahuan ini disebut “presensial“.
langit, Tuhan, dan malaikat yang ada dalam
Sementara ilmu hushûlî hanya berhubungan
pikiran kita.
dengan gambaran sesuatu itu. Ali Syirwani,
Syarh-e Mushthalahât-e Falsafi, hal. 110-111. [13] . Yang dimaksud dengan at-tashdiq
(pembenaran, pengesahan) adalah
[5]. Silahkan rujuk pada catatan kaki no. 4.
penyandaran sesuatu terhadap sesuatu yang
[6] . Kebenaran yang belum diyakini adalah lain dalam bentuk positif atau negatif, seperti
suatu bentuk kebenaran yang diterima secara dikatakan: Tuhan ada, ular naga tiada, jiwa
taklid dari orang-orang yang dipercaya dan manusia non-materi, ….Dalam setiap
belum melalui proses penelitian secara pembenaran terdapat tiga penggambaran: 1.
sistimatis dan logis. Gambaran subyek, 2. Gambaran predikat, 3.
[7] . Plato adalah orang pertama yang Gambaran tentang hubungan subyek dan
melontarkan bahwa keyakinan benar yang bisa predikat.
dibuktikan sebagai makrifat hakiki. Kaum [14]. Yang dimaksud dengan ‘kategori-kategori
epistemolog Barat mayoritas menyetujui kedua filsafat’ (konsep-konsep filosofis) adalah
makna ilmu seperti ini. Aflatun, Daure-ye suatu konsep yang tidak memiliki individu luar
Otsor, jilid kedua, hal. 1119. Paul Edward, dan tidak memiliki wujud mandiri, namun
Dâiratul Ma’ârif, jilid ketiga, hal. 10. berwujud mengikuti keberadaan subyeknya.
[8] . Dalam epistemologi kontemporer di Barat Konsep ini diperoleh dari analisa akal terhadap
dibahas esensi ilmu (keyakinan benar yang perkara-perkara eksternal, kehadiran konsep
bisa dibuktikan), esensi alim (yang ini tidak bisa terlepas dari keberadaan objek
mengetahui), esensi ma’lum (yang diketahui), eksternalnya. Seperti konsep tentang ‘sebab’
sumber ilmu, keluasan ilmu yang mencakup dan ‘akibat’, misalnya: api adalah ‘sebab’
ilmu terhadap Tuhan, jiwa manusia, materi, panas atau panas adalah ‘akibat’ dari api.
hakikat sebagaimana adanya (noman), Kalau kita perhatikan di alam eksternal, yang
fenomena (yang tampak kepada kita), ada itu hanyalah api dan panas. ‘Sebab’ dan
pembagian ilmu berdasarkan keabsahan ‘akibat’ itu tidak nampak diluar. Munculnya
ma’lum, keabsahan alat, keabsahan metode, konsep ‘sebab’ itu berasal dari analisa akal
keabsahan kehadiran ilmu, dan juga atas hubungan khusus antara api dan panas,
berdasarkan tolok ukur ilmu. Apabila subyek dan konsep ‘sebab’ itu lantas dipredikasikan
kepada api. Oleh karena itu, walaupun ‘sebab’
ialah sifat untuk api, tapi ini tidak berarti [40] . Ibid, hal. 172.
bahwa ‘sebab’ itu memiliki wujud yang mandiri [41] . Ibid, hal. 209.
dan terpisah dari api dan kemudian melekat
pada api. Semua konsep dalam filsafat berada
dalam kategori-kategori seperti ini.
Lyotard. Dengan demikian, pembahasan
[15] . Capelestun, Tarikh Falsafe-ye Garb, jilid epistemologi sebagai subordinate dari filsafat
pertama, hal 65. menjadi mesti adanya. Yakni, sebelum kita
[16] . Muhammad Ali Furughi, Seir-e Hikmat merangsek memasuki kosmos filsafat – yang
dar Eropa, hal 15. nota-bene menggunakan akal (an-sich) – kita
harus membahas instrument dan metodologi apa
[17] . Yusuf Keram, Tarikh al-Falsafah al-
yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini.
Yunaniyah, hal. 21.
Dan ini adalah raison d’être pembahasan
[18] . Frederick Copleston, Tarikh Falsafe-ye epistemologi. Atau sederhananya, pembahasan
Garb, jilid pertama, hal. 99. epistemology adalah pengantar menuju
[19] . Ibid, hal. 106. pembahasan filsafat. Tentu saja, harus kita ingat
bahwa ilmu logika juga harus rampung untuk
[20] . Ibid, hal. 112. menyepakati bahwa dunia luar terdapat hakikat
[21] . Ibid, hal. 126. dan untuk mengenalnya adalah mungkin.
[22] . Ibid, hal. 149.
Walhasil, pembahasan epistemology sebagai ilmu
yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat,
[23] . Frederick Copleston,Tarikh Falsafe-ye dan bagaimana memperoleh pengetahuan
Garb, jilid pertama, hal. 171. menjadi penentu penting dalam menentukan
[24] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e sebuah model filsafat harus dikedepankan
Wustha, hal. 10-11. sebelum membahas perkara-perkara filsafat.
So sedemikian penting masalah epistemologi
[25] . Ibid, hal. 11.
dalam pembahasan filsafat, lantaran berfilsafat
[26] . Ibid, hal. 12. Dan Aristoteles, Metafisik, adalah berargumen (silogis, induktif atau
hal. 95. deduktif, ) yang melulu menggunakan software
[27] . Seperti pengetahuan kita terhadap akal universal yang dimiliki oleh setiap manusia.
keberadaan dan wujud diri kita sendiri. Nah, apakah akal universal ini patut diandalkan
atau tidak, diselesaikan terlebih dahulu dalam
[28] . Aristoteles, Metafisik, hal. 33. dapur epistemologi. This the way I see it. What
[29] . Yang didirikan pada tahun 300 M do you say???
[30] . Frederick Copleston,Tarikh Falsafe-ye 1.
Garb, hal. 443. ○ ZAKY
[31] . Ibid, hal. 261. ○ November 25th, 2007
[32] . Ibid, hal. 472. ○ REPLY
[33] . Plotinus,Tâsu’ât, risalah ketiga, pasal ○ KUTIP
empat, dan risalah kesembilan, pasal sembilan
dan pertama. Zaky:
saya bisa ga’ nemuin materi yg saya cari?
[34] . Paul Edward, Ruh-e Falsafeh dar Qarn-e “pengertian ilmu dan ilmu pengetahuan”
Wustha, hal. 348. __________________________________
[35] . Universal lawan dari partikular yang ________
berarti gagasan yang hanya bisa diterapkan Isyraq:
untuk satu objek individual. Terima kasih atas kunjungan Anda. Insya
Allah sementara ini kami sedang
[36] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e
menyiapkan tulisan yang bertajuk “Ilmu
Wustha, hal. 64.
Pengetahuan (Sains) dan Agama” yang
[37] . Ibid, hal. 82. kurang lebihnya dapat memenuhi materi
[38] . Paul Edward, Ruh-e Falsafe dar Qarn-e yang Anda cari. Dalam pada itu, sembari
Wustha, hal. 102. menanti teruploadnya tulisan tersebut,
kami mempersilahkan Anda menunggah
[39] . Ibid, hal. 131.
http://www.wisdoms4all.com/English
artikel yang bertemakan “Islamic Concept epistemologi pengenalan diri kita sendiri dan
of Knowledge.” masalah emanasi, penciptaan dan kontingensi,
2. sebab saya menduga ada hal yang menarik dalam
susunan AlQur’an dimulai dari Surat Al Fathihah
○ sane yang berisi cara menyembah dan mentauhidkan
○ November 29th, 2007 Allah, kemudian Tuntunan memohon dan Jalan
yang harus dilalui, dan Al Qur’an di akhiri
○ REPLY
dengan surat yang membahas “sejarah Tuhan”.
○ KUTIP Kalau diringkaskan di awali dengan cara berjalan
perbedaan seorang filosof dengan seorang menuju Allah dan di Akhiri kepada pemahaman
manusia biasa salah satunya adalah gairah untuk bagaimana Allah ataupun Makhluq ini
dapat lebih mengetahui ushul segala bentuk berasal.Dan isi Al-Quran banyak membahas hal
wujud dengan epistimologi hingga tak ada kehidupan setelah mati itu semua merupakan
sedikitpun keraguan dalam dirinya.. kapling khas Agama dan pemahamanya lebih
________________________________________ banyak bersifar HUDLURI??? ini hanya
__ couriusity saya. Tks
Isyraq: Isyraq:
Salam dan terima kasih kepada Sdr/i Sane yang Salam. Kami sedang berupaya menyediakan
memberikan nice dan supporting komentar atas pembahasan secara sistematis dan runtun
postingan yang ada. Anda benar bahwa filosof epistemologi. Dan pembahasan epistemologi di
(tentunya filosof yang jujur dan mukhlis) blog ini telah memasuki pembahasan sejarah ilmu
berupaya berargumentasi dan berdemonstrasi hudhuri, perbedaan antara ilmu hudhuri dan
dengan dalil-dalil sehingga tak setitik keraguan hushuli. Doakan kami untuk keep on writing
yang tersisa. Filosof adalah alih bahasa bebas dari masalah tersebut hingga tuntas..tass. tass.
bahasa Yunani yang bermakna orang yang cinta
kepada hikmah. Filosof dalam bahasa Arab Terima Kasih..
biasanya disebut sebagai hakim. Hakim 4.
derivatnya adalah hukm, muhkam yang dapat
○ eko
bermakna kuat dan menguatkan. Jadi kerja filosof
adalah menguatkan dan memperdalam jangkauan ○ Desember 7th, 2007
hikmah yang dapat dicapainya dengan silogisme, ○ REPLY
induksi dan deduksi. Nah, sebelum berfilsafat,
piranti akal atau indra yang mo digunakan diolah ○ KUTIP
di dapur epistemologi. U’budu Rabbaka hatta 5.
‘atakal Yaqin,,sembahlah Tuhanmu hingga
○ achmad satya dharma
datang kepadamu keyakinan… Mari kita hasilkan
keyakinan dengan berfilsafat. Dan jangan ○ Februari 10th, 2008
berhenti di sini,,,,iqra warqa’ “Bacalah dan ○ REPLY
melambunglah ke tingkat yang lebih tinggi….
○ KUTIP

3. Salam alaykum…………
○ fahmi alkaf Maha suci ALLAH yang telah memberikan kita
AL QURAN dengan tulisan ARAB serta menjaga
○ Desember 3rd, 2007 kerahasiaannya, sehingga orang orang yang
○ REPLY berkeinginan dan dikehendakiNya yang
○ KUTIP mendapat “rahmat” darinya………..
Apakah kita masih termasuk orang orang yang
Salam,
merasa sudah tinggi ilmunya ? Sudah merasa
Bagaimana kalau lebih di fokuskan pembahasan
lebih tua dan berengalaman dari yang lain ?
yang lebih spesifik tentang epistemologi hudluri,
Merasa yang paling benar ? Merasa apa yang
karena Ilmu/pengenalan seperti itulah yang
kamu dapatkan sekarang adalah buah dari hasil
menjadi dasar dari seluruh pemahaman manusia,
usaha dan jerih payahmu selama ini ? merasa
saya coba baca Ilmu Hudlurinya Mehdi Hairi
paling benar ibadahnya ?
Yazdi, rasanya masih perlu sumber yang bisa
lebih menyederhanakan lagi, terutama masalah Mudah mudahan kita tidak termasuk dalam
EPISTEMOLOGI
golongan yang satupun dari yang di atas………
Makrifatullah adalah kunci dari segala ilmu 1.Latar Belakang
Dalam menempuhnya kita harus datang dengan
“tangan terbuka” dan harus bisa memenggal Masalah epistemologi bersangkutan
kepala “ego” kita, karena sesungguhnya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan itu bukanlah diraih… tetapi adalah pengetahuan. Sebelum dapat menjawab
diberikan….. pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu
Masuklah kamu ke dalam islam secara diperhatikan bagaimana dan sarana
keseluruhan…….. Dalamilah islam sampai ke apakah kita dapat memperoleh
“inti”nya jangan hanya kulitnya saja, agar kita pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-
tidak terjebak kepada hal-hal yang tidak perlu batas pengetahuan, kita tidak akan
dibahas…. mencoba untuk mengetahui hal-hal yang
“Ikutilah” Rasulullah sebagai uswatun hasanah… pada akhirnya tidak dapat diketahui.
tetapi bukan menirunya, sebab barang tiruan Sebenarnya kita baru dapat menganggap
berarti adalah barang palsu…. Ikuti dan mempunyai suatu pengetahuan setelah
terapkanlah Sunnahnya dan dapatkan hakikat dari kita meneliti pertanyaan-pertanyaan
sunnah tersebut…
epistemologi. Kita mungkin terpaksa
Bacalah al quran, kalau tidak bisa arabnya tidak mengingkari kemungkinan untuk
mengapa…. Baca saja terjemahannya bukan memperoleh pengetahuan, atau mungkin
tafsirnya…. Kalau tidak mengerti janganlah cepat
sampai kepada kesimpulan bahwa apa
menyerah, semoga kita mendapat rahmat
yang kita punyai hanya kemungkinan-
dariNya, karena Al quran adalah petunjuk yang
HAQ….. kemungkinan dan bukannya kepastian,
atau mungkin dapat menenatapkan batas-
Salah satu isi al quran adalah berisi tenteng
batas antara bidang-bidang yang
pengalaman ruhani manusia dalam menuju
TUHANnya…. Yangmana kita harus memungkinkan adanya kepastian yang
mengalaminya terlebih dahulu baru kita bisa mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
memahami maksudnya…. Jangan ada rasa memungkinkannya (Luis O. Kattsoff, 2004
cemburu terhadap yang sudah mengalaminya
karena apabila telah menjadi hak kita dan telah Dalam pembahasan filsafat, epistemologi
sampai waktunya kepada kita niscaya tidak ada dikenal sebagai sub sistem dari filsafat.
suatu apapun yang dapat menghalanginya……. Sistem filsafat disamping meliputi
“Jalan yang lurus” adalah jalan yang paling epistemologi, juga ontologi dan aksiologi.
singkat dan pasti, tidak ada kemungkinan kita Epistemologi adalah teori pengetahuan,
untuk tersesat darinya…. Yaitu jalannya para yaitu membahas tentang bagaimana cara
nabi, shalihin, shiddiqin, dan para mendapatkan pengetahuan dari objek
syuhada……… yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori
Alangkah indahnya kita mengabdi dan beribadah tentang “ada”, yaitu tentang apa yang
kalau kita tahu kepada siapa kita beribadah dan dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.
mengabdi….. Subhanallah……… Sedangkan aksiologi adalah teori tentang
Minal aidin wal faidzin…. nilai yang membahas tentang manfaat,
Semoga kita termasuk orang orang yang kembali kegunaan maupun fungsi dari objek yang
dan memeperoleh kemenangan….. (Amin ya dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub
ALLAH) sistem ini biasanya disebutkan secara
Bismillahi tawakkaltu alallah…. berurutan, mulai dari ontologi,
Bismillahi majriha wa mursaha……… epistemologi, kemudian aksiologi. Dengan
Salam alaykum gambaran senderhana dapat dikatakan,
ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi), lalu
dicari cara-cara memikirkannnya
(epistemologi), kemudian timbul hasil
PARAGRAPH BARU pemikiran yang memberikan suatu
manfaat atau kegunaan (aksiologi). dibanding ontologi dan aksiologi. Oleh
karena itu, kita perlu memahami seluk
Demikian juga, setiap jenis pengetahuan beluk diseputar epistemologi, mulai dari
selalui mempunyai ciri-ciri yang spesifik pengertian, ruang lingkup, objek, tujuan,
mengenai apa (ontologi), bagaimana landasan, metode, hakikat dan pengaruh
(epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) epistemologi
pengetahuan tersebut disusun. Ketiga
landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu B. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
terkait dengan epistemologi ilmu,
epistemologi ilmu terkait dengan Secara historis, istilah epistemologi
aksiologi ilmu dan seterusnya. Kalau kita digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier,
ingin membicarakan epistemologi ilmu, untuk membedakan dua cabang filsafat,
maka hal ini harus dikatikan dengan epistemologi dan ontologi. Sebagai sub
ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, sistem filsafat, epistemologi ternyata
tidak mungkin bahasan epistemologi menyimpan “misteri” pemaknaan atau
terlepas sama sekali dari ontologi dan pengertian yang tidak mudah dipahami.
aksiologi. Apalagi bahasan yang Pengertian epistemologi ini cukup
didasarkan model berpikir sistemik, justru menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka
ketiganya harus senantiasa dikaitkan. memiliki sudut pandang yang berbeda
ketika mengungkapkannya, sehingga
Keterkaitan antara ontologi, didapatkan pengertian yang berbeda-
epistemologi, dan aksiologi—seperti juga beda, buka saja pada redaksinya,
lazimnya keterkaitan masing-masing sub melainkan juga pada substansi
sistem dalam suatu sistem--membuktikan persoalannya.
betapa sulit untuk menyatakan yang satu
lebih pentng dari yang lain, sebab ketiga- Substansi persoalan menjadi titik sentral
tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam upaya memahami pengertian
yang berurutan dalam mekanisme suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang
pemikiran. Hal ini akan lebih jelas lagi, jika melekat padanya juga tidak bisa
kita renungkan bahwa meskipun terdapat diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep
objek pemikiran, tetapi jika tidak apa pun, selalu diawali dengan
didapatkan cara-cara berpikir, maka objek memperkenalkan pengertian (definisi)
pemikiran itu akan “diam”, sehingga tidak secara teknis, guna mengungkap substansi
diperoleh pengetahuan apapun. Begitu persoalan yang terkandung dalam konsep
juga, seandainya objek pemikran sudah tersebut. Hal iini berfungsi mempermudah
ada, cara-cara juga adam tetapi tidak dan memperjelas pembahasan konsep
diektahui manfaat apa yang bisa selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak
dihasilkan dari sesuatu yang dipikirkan itu, akan mampu menjelaskan persoalan-
maka hanya akan sia-sia. Jadi, ketiganya persoalan belajar secara mendetail jika dia
adalah interrelasi dan interdependensi belum bisa memahami substansi belajar
(saling berkaitan dan saling bergantung). itu sendiri. Setelah memahami substansi
belajar tersebut, dia baru bisa menjelaskan
Namun demikian, ketika kita proses belajar, gaya belajar, teori belajar,
membicarakan epistemologi disini, prinsip-prinsip belajar, hambatan-
berarti kita sedang menekankan bahasan hambatan belajar, cara mengetasi
tentang upaya, cara, atau langkah-langkah hambatan belajar dan sebagainya. Jadi,
untuk mendapatkan pengetahuan. Dari sini pemahaman terhadap substansi suatu
setidaknya didapatkan perbedan yang konsep merupakan “jalan pembuka” bagi
cukup signifikan bahwa aktivitas berpikir pembahasan-pembahsan selanjutnya yang
dalam lingkup epistemologi adalah sedang dibahas dan substansi konsep itu
aktivitas yang paling mampu biasanya terkandung dalam definisi
mengembangkan kreativitas keilmuan
(pengertian). Hadi menyatakan, bahwa epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari
Demikian pula, pengertian dan mencoba menentukan kodrat dan
epistemologi diharapkan memberikan skope pengetahuan, pengandaian-
kepastian pemahaman terhadap pengendaian dan dasarnya, serta
substansinya, sehingga memperlancar pertanggungjawaban atas pernyataan
pembahasan seluk-beluk yang terkait mengenai pengetahuan yang dimiliki.
dengan epistemologi itu. Ada beberapa Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan
pengertian epistemologi yang epistemologi sebagai cabang filsafat
diungkapkan para ahli yang dapat yang berurusan dengan hakikat dan
dijadikan pijakan untuk memahami apa lingkup pengetahuan, dasar dan
sebenarnya epistemologi itu. pengendaian-pengendaiannya serta secara
epistemologi juga disebut teori umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
pengetahuan (theory of knowledge). penegasan bahwa orang memiliki
Secara etimologi, istilah epistemologi pengetahuan.
berasal dari kata Yunani episteme berarti Inti pemahaman dari kedua pengertian
pengetahuan, dan logos berarti teori. tersebut hampir sama. Sedangkan hal
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai yang cukup membedakan adalah bahwa
cabang filsafat yang mempelajari asal pengertian yang pertama menyinggung
mula atau sumber, struktur, metode dan persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan
sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam pengertian kedua tentang hakikat
Epistemologi, pertanyaan pokoknya pengetahuan. Kodrat pengetahuan
adalah “apa yang dapat saya ketahui”? berbeda dengan hakikat pengetahuan.
Persoalan-persoalan dalam epistemologi Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli
adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat dari pengetahuan, sedang hakikat
mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri
pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). pengetahuan, sehingga menghasilkan
Bagaimanakah validitas pengetahuan a pengertian yang sebenarnya.
priori (pengetahuan pra pengalaman) Pembahasan hakikat pengetahuan ini
dengan pengetahuan a posteriori akhirnya melahirkan dua aliran yang saling
(pengetahuan purna pengalaman) (Tim berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Selanjutnya, pengertian epistemologi
Pengertian lain, menyatakan bahwa yang lebih jelas daripada kedua
epistemologi merupakan pembahasan pengertian tersebut, diungkapkan oleh
mengenai bagaimana kita mendapatkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan,
pengetahuan: apakah sumber-sumber bahwa epistemologi adalah cabang
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan filsafat yang membahas sumber, struktur,
dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai metode-metode dan validitas
tahap mana pengetahuan yang mungkin pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi
untuk ditangkap manuasia (William Azra menambahkan, bahwa epistemologi
S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, sebagai “ilmu yang membahas tentang
1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005). keasliam, pengertian, struktur, metode
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati
adalah cabang filsafat yang membicarakan ada sedikit perbedaan dari kedua
mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai pengertian tersebut, tetapi kedua
proses adalah usaha yang sistematik dan pengertian ini sedikit perbedaan dari
metodik untuk menemukan prinsip kedua pengertian tersebut, tetapi kedua
kebenaran yang terdapat pada suatu pengertian ini telah menyajikan
obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono pemaparan yang relatif lebih mudah
dipahami. pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban
dan skope pengetahuan. Bahkan menurut,
C. RUANG LINGKUP EPISTEMOLOGI. Sidi Gazalba, taklid kepada pengetahuan
Bertolak dari pengertian-pengertian atas kewibaan orang yang memberikannya
epistemologi tersebut, kiranya kita perlu termasuk epistemologi, sekalipun ia
memerinci aspek-aspek yang menjadi sebenarnya merupakan doktrin tentang
cakupannya atau ruang lingkupnya. psikologi kepercayaan. Jelasnya, seluruh
Sebenarnya masing-masing definisi diatas permasalahan yang berkaitan dengan
telah memberi pemahaman tentang ruang pengetahuan adalah menjadi cakupan
lingkup epistemologi sekaligus, karena epistemologi.
definisi-definisi itu tampaknya didasarkan Mengingat epistemologi mencakup aspek
pada rincian aspek-aspek yang tercakup yang begitu luas, sampai Gallagher secara
dalam lingkup epistemologi daripada ekstrem menarik kesimpulan, bahwa
aspek-aspek lainnya, seperti proses epistemologi sama luasnya dengan
maupun tujuan. Akan tetapi, ada baiknya filsafat. Usaha menyelidiki dan
dikemukakan pernyataan-pernyataan lain mengungkapkan kenyataan selalu seiring
yang mencoba menguraikan ruang lingkup dengan usaha untuk menentukan apa
epistemologi, sebab pernyataan- yang diketahui dibidang tertentu. Filsafat
pernyataan ini akan membantu merupakan refleksi, dan refleksi selalu
pemahaman secara makin komprehensif bersifat kritis, maka tidak mungkin
dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup seserorang memiliki suatu metafisika yang
pemabahasan epistemologi. tidak sekaligus merupakan epistemologi
M.Arifin merinci ruang lingkup dari metafisika, atau psikologi yang tidak
epistemologi, meliputi hakekat, sumber sekaligus epistemologi dari psikologi,
dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad atau bahkan suatu sains yang bukan
merinci menjadi enam aspek, yaitu epistemologi dari sains. Epistemologi
hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, senantiasa “mengawali” dimensi-dimensi
dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M lainnya, terutama ketika dimensi-dimensi
Saefuddin menyebutkan, bahwa itu dicoba untuk digali. Kenyataan ini
epistemologi mencakup pertanyaan yang kembali mempertegas, bahwa antara
harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana epistemologi selalu berkaitan dengan
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, ontologi dan aksiologi, melainkan bisa juga
bagaimana membangun ilmu yang tepat sebaliknya, ontologi dan aksiologi serta
dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah dimensi lainnya, seperti psikologi selalu
kita mencapai ilmu yang benar, apa yang diiringi oleh epistemologi.
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah Dalam pembahasa-pembahsan
batasannya. Semua pertanyaan itu dapat epistemologi, ternyata hanya aspek-
diringkat menjadi dua masalah pokok; aspek tertentu yang mendapat perhatian
masalah sumber ilmu dan masalah besar dari para filosof, sehingga
benarnya ilmu. mengesankan bahwa seolah-olah wilayah
Jadi meskipun epistemologi itu pembahasan epistemologi hanya
merupakan sub sistem filsafat, tetapi terbatas pada aspek-aspek tertentu.
cakupannya luas sekali. Jika kita Sedangkan aspek-aspek lain yang
memaduakan rincian aspek-aspek jumlahnya lebih banyak cenderung
epistemologi, sebagaimana diuraikan diabaikan. Semestinya harus ada
tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa pergeseran pusat perhatian pembahasan
meliputi, hakikat, keaslian, sumber, ke arah aspek-aspek yang terabaikan itu,
struktur, metode, validias, unsur, macam, agar dapat menyajikan pembahasan
tumpuan, batas, sasaran, dasar, terhadap aspek-aspek epistemologi
seluruhnya secara proporsional. Lebih dari
itu, perubahan kecenderungan Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan
pembahasan tersebut dapat menajamkan pemahaman epistemologi,
memperkenalkan pengetahuan yang tentunya tidak bisa hanya memegangi
makin luas dan mendalam tentang makna epistemologi sebatas metode
cakupan epistemologi. pengetahuan, akan tetapi epistemologi
dapat menyentuh pembahasan yang amat
Kenyataannya, saat ini literatur-literatur luas, yaitu komponen-komponen yang
filsafat masih terjadi pemusatan perhatian terkait langsung dengan “bangunan”
pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek- pengetahuan.
aspek itu berkisar pada sumber
pengetahuan, dan pembentukan D. OBJEK DAN TUJUAN EPISTEMOLOGI
pengetahuan. M. Amin Abdullah menilai,
bahwa seringkali kajian epistemologi Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,
lebih banyak terbatas pada dataran tidak jarang pemahaman objek disamakan
konsepsi asal-usul atau sumber ilmu dengan tujuan, sehingga pengertiannya
pengetahuan secara konseptual-filosofis. menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati
Sedangkan Paul Suparno menilai secara cermat, sebenarnya objek tidak
epistemologi banyak membicarakan sama dengan tujuan. Objek sama dengan
mengenai apa yang membentuk sasaran, sedang tujuan hampir sama
pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek- dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi
aspek lainnya justru diabaikan dalam objek dan tujuan memiliki hubungan yang
pembahasan epistemologi, atau setidak- berkesinambungan, sebab objeklah yang
tidaknya kurang mendapat perhatian yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan
layak. kata lain, tujuan baru dapat diperoleh, jika
telah melalui objek lebih dulu. Misalnya,
Kecenderungan sepihak ini menimbulkan seorang polisi bertujuan membunuh
kesan seolah-olah cakupan pembahasan perampok yang melakukan perlawanan,
epistemologi itu hanya terbatas pada ketika akan ditangkap dengan menambak
sumber dan metode pengetahuan, bahkan kepalanya sebagai sasaran. Jadi, tujuannya
epistemologi sering hanya diidentikkan adalah pembunuhan, sedangkan objeknya
dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi adalah kepalanya. Oleh karena itu,
ketika dikaitkan dengan ontologi dan pembunuhan sebagai tujuan polisi baru
aksiologi secara sistemik, seserorang mungkin tercapai setelah melalui tindakan
cenderung menyederhanakan menembak kepala perampok sebagai
pemahaman, sehingga memaknai sasaran, tetapi terjadinya pembunuhan
epistemologi sebagai metode pemikiran, tidak hanya melalui menembak kepala
ontologi sebagai objek pemikiran, perampok, bisa juga dadanya atau
sedangkan aksiologi sebagai hasil perutnya. Ini berarti dalam satu tujuan bisa
pemikiran, sehingga senantiasa berkaitan dicapai melalui objek yang berbeda-beda
dengan nilai, baik yang bercorak positif atau lebih dari satu.
maupun negatif. Padahal sebenarnya
metode pengetahuan itu hanya salah satu Sebaliknya, mungkinkan suatu kegiatan
bagian dari cakupan wilayah hanya memiliki objek satu tetapi tujuannya
epistemologi. Bagian-bagian lainnya jauh banyak. Ternyata ini juga mungkin terjadi
lebih banyak, sebagaimana diuraikan di bahkan sering terjadi. Manusia misalnya,
atas. sejak lama ia menjadi objek penelitian dan
pengamatan yang memiliki tujuan
Namun, penyederhanaan makna bermacam-macam, baik untuk
epistemologi itu berfungsi memudahkan membangun psikologi, sosiologi, pedagogi,
pemahaman seseorang, terutama pada ekonomi, antropologi, bilogi, ilmu hukum
tahap pemula untuk mengenali sistematika dan sebagainya, meskipun secara spesifik
filsafat, khususnya bidang epistemologi. tekanan perhatian dalam meneliti dan
mengamati itu berbeda-beda. Dewasa ini, maka sasaran menjadi tidak terarah sama
justru kecenderungan ini mulai sekali.
memperoleh perhatian yang sangat besar
di kalangan para pemikir, perekayasa, dan Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan
juga pengusaha. Artinya, ada upaya epistemologi tersebut. Jacques Martain
bagaimana menjadikan bahan yang sama mengatakan: “Tujuan epistemologi
untuk kepentingan yang berbeda-beda. bukanlah hal yang utama untuk menjawab
Kecenderungan ini justru memiliki pertanyaan, apakah saya dapat tahu,
efektifitas dan efisiensi yang tinggi dan tetapi untuk menemukan syarat-syarat
bersifat dinamis, mendorong kreativitas yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal
seseorang. ini menunjukkan, bahwa epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan
Aktivitas berfikir dalam kecenderungan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari,
pertama (satu tujuan dengan objek yang akan tetapi yang menjadi pusat perhatian
berbeda-beda) lebih mendorong pencarian dari tujuan epistemologi adalah lebih
cara sebanyak-banyaknya, sedang berpikir penting dari itu, yaitu ingin memiliki
dalam kecenderungan kedua (satu objek potensi untuk memperoleh pengetahuan.
untuk tujuan yang berbeda-beda) lebih
mendorong pencarian hasil yang Rumusan tujuan epistemologi tersebut
sebanyak-banyaknya. Hal ini merupakan memiliki makna strategis dalam dinamika
implikasi dari tekanan masing-masing pola pengetahuan. Rumusan tersebut
berpikir tersebut. Secara global, baik menumbuhkan kesadaran seseorang
berpikir dalam kecenderungan pertama bahwa jangan sampai dia puas dengan
maupun kecenderungan kedua, tetap saja sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa
membutuhkan banyak cara untuk disertai dengan cara atau bekal untuk
mewujudkan keinginan pemikirnya. memperoleh pengetahuan, sebab keadaan
memperoleh pengetahuan melambangkan
Dalam filsafat terdapat objek material dan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh
objek formal. Objek material adalah sarwa- pengetahuan melambangkan sikap
yang-ada, yang secara garis besar meliputi dinamis. Keadaan pertama hanya
hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat berorientasi pada hasil, sedangkan
manusia. Sedangkan objek formal ialah keadaan kedua lebih berorientasi pada
usaha mencari keterangan secara radikal proses. Seseorang yang mengetahui
(sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) prosesnya, tentu akan dapat mengetahui
tentang objek material filsafat (sarwa- hasilnya, tetapi seseorang yang
yang-ada). mengetahui hasilnya, acapkali tidak
mengetahui prosesnya. Guru dapat
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi mengajarkan kepada siswanya bahwa dua
atau teori pengetahuan yang pertama kali kali tiga sama dengan enam (2 x 3 = 6)
digagas oleh Plato ini memiliki objek dan siswa mengetahui, bahkan hafal.
tertentu. Objek epistemologi ini menurut Namun, siswa yang cerdas tidak pernah
Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap puas dengan pengetahuan dan hafalan itu.
proses yang terlibat dalam usaha kita Dia tentu akan mengejar bagaimana
untuk memperoleh pengetahuan.” Proses prosesnya, dua kali tiga didapatkan hasil
untuk memperoleh pengetahuan inilah enam. Maka guru yang profesional akan
yang menjadi sasaran teori pengetahuan menerangkan proses tersebut secara rinci
dan sekaligus berfungsi mengantarkan dan mendetail, sehingga siswa benar-
tercapainya tujuan, sebab sasaran itu benar mampu memahaminya dan mampu
merupakan suatu tahap pengantara yang mengembangkan perkalian angka-angka
harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. lainnya.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, Proses menjadi tahu atau “proses
pengetahuan” inilah yang menjadi berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi
pembuka terhadap pengetahuan, mapan, jika memiliki landasan yang kokoh.
pemahaman dan pengembangan- Bangunan pengetahuan bagaikan
pengembangannya. Proses ini bisa bangunan rumah, sedangkan landasan
diibaratkan seperti kunci gudang, bagaikan fundamennya. Kekuatan
meskipun seseorang diberi tahu bahwa di bangunan rumah bisa diandalkan
dalam gudang terdapat bermacam-macam berdasarkan kekuatan fundamennya.
barnag, tetapi dia tetap hanya apriori Demikian juga dengan epistemologi,
semata, karena tidak pernah akan dipengaruhi atau tergantung
membuktikan. Dengan membawa landasannya.
kuncinya, maka gudang itu akan segera
dibuka, kemudian diperiksa satu persatu Di dalam filsafat pengetahuan, semuanya
barang-barang yang ada didalamnya. tergantung pada titik tolaknya. Sedangkan
Dengan demikina, seseorang tidak sekedar landasan epistemologi ilmu disebut
mengetahuai sesuatu atas informasi orang metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan
lain, tetapi benar-benar tahu berdasarkan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang
pembuktian melalui proses itu. benar. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang
Penguasaan terhadap proses tersebut disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan
berfungsi mengetahui dan memahami merupakan pengetahuan yang didapatkan
pemikiran seseorang secara komprehensif lewat metode ilmiah. Tidak semua
dan utuh, termasuk juga ide, gagasa, pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu
konsep dan teorinya, sebab tidak ada merupakan pengetahuan yang cara
pemikiran yang terpenggal begitu saja, mendapatkannya harus memenuhi syarat-
tanpa ada alasan-alasan yang syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
mendasarinya. Dalam kehidupan dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
masyarakat tidak jarang terjadi sikap disebut ilmu yang tercantum dalam
saling menyalahkan pemikiran seseorang, metode ilmiah. Dengan demikian, metode
padahal mereka belum pernah melacak ilmiah merupakan penentu layak tidaknya
proses terjadinya pemikiran itu. Timbulnya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga
suatu pemikiran senantiasa sebagai akibat memiliki fungsi yang sangat penting dalam
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, bangunan ilmu pengetahuan.
alasan-alasan yang melatar belakangi,
maupun motif-motif yang mendasarinya. Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah
Ketika faktor, alasan dan motif ini belum dalam sains, sehingga banyak pakar yang
dikenali, maka acapkali seseorang tidak sangat kuat berpegang teguh pada
akan bisa memahami pemikiran orang lain. metode dan cenderung kaku dalam
Sebaliknya, jika seseorang terlebih dahulu menerapkannya, seakan-akan mereka
berupaya mengenali faktor, alasan dan menganut motto: tak ada sains tanpa
motif tersebut, maka dia akan mampu metode; akhirnya berkembang menjadi:
mengenali pemikiran orang lain dengan sains adalah metode. Sikap ini
baik, sehingga dia dapat memakluminya. mencerminkan bahwa mereka berlebihan
Faktor, alasan dan motif itu maupun dalam menilai begitu tinggi terhadap
komponen yang lain sesungguhnya metode ilmiah, tanpa menyadari
termasuk dalam mata rantai proses semuanya yang hanya sekedar salah satu
sebuah pemikiran. sarana dari sains untuk mengukuhkan
objektivitas dalam memahami sesuatu.
E. LANDASAN EPISTEMOLOGI Sesungguhnya sikap berlebihan itu
memang riil, tetapi terlepas dari sikap
Landasan epistemologi memiliki arti yang tersebut yang seharusnya tidak perlu
sangat penting bagi bangunan terjadi, yang jelas dalam kenyataanya
pengetahuan, sebab ia merupakan tempat metode ilmiah telah dijadikan pedoman
dalam menyusun, membangun dan Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi
mengembangkan pengetahuan ilmu. Disini metode dan metodologi dalam konteks
perlu dibedakan antara pengetahuan epistemologi untuk mengetahui kaitan-
dengan ilmu pengetahuan (ilmu). kaitannya, antara metode, metodologi dan
Pengetahuan adalah pengalaman atau epistemologi. Hal ini perlu penegasan,
pengetahuan sehari-hari yang masih mengingat dalam kehidupan sehari-hari
berserakan, sedangkan ilmu pengetahuan sering dikacaukan antara metode dengan
adalah pengetahuan yang telah diatur metodologi dan bahkan dengan
berdasarkan metode ilmiah, sehingga epistemologi. Untuk mengetahui peta
timbul sifat-sifat atau ciri-cirinya; masing-masing dari ketiga istilah ini,
sistematis, objektif, logis dan empiris. tampaknya perlu memahami terlebih
dahulu makna metode dan metodologi.
Dengan istilah lain, Kholil Yasin menyebut “Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah
pengetahuan tersebut dengan sebutan yang disebut metode, yaitu cara kerja
pengetahuan biasa (ordinary knowledge), untuk dapat memahami objek yang
sedangkan ilmu pengetahuan dengan menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji”.
istilah pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge). Hal ini sebenarnya hanya Lebih jauh lagi Peter R.Senn
sebutan lain. Disamping istilah mengemukakan, “metode merupakan
pengetahuan dan pengetahuan biasa, juga suatu prosedur atau cara mengetahui
bisa disebut pengetahuan sehari-hari, atau sesuatu yang mempunyai langkah-langkah
pengalaman sehari-hari. Pada bagian lain, yang sistematis”. Sedangkan metodologi
disamping disebut ilmu pengetahuan dan merupakan suatu pengkajian dalam
pengetahuan ilmiah, juga sering disebut mempelajari peraturan dalam metode
ilmu dan sains. Sebutan-sebutan tersebut tersebut. Secara sederhana dapat
hanyalah pengayaan istilah, sedangkan dikatakan, bahwa metodologi adalah ilmu
substansisnya relatif sama, kendatipun tentang metode atau ilmu yang
ada juga yang menajamkan perbedaan, mempelajari prosedur atau cara-cara
misalnya antar sains dengan ilmu melalui mengetahui sesuatu. Jika metode
pelacakan akar sejarah dari dua kata merupakan prosedur atau cara
tersebut, sumber-sumbernya, batas- mengetahui sesuatu, maka metodologilah
batasanya, dan sebagainya. yang mengkerangkai secara konseptual
terhadap prosedur tersebut. Implikasinya,
Metode ilmiah berperan dalam tataran dalam metodologi dapat ditemukan upaya
transformasi dari wujud pengetahuan membahas permasalahan-permasalahan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya yang berkaitan dengan metode.
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang bergantung pada metode ilmiah, Metodologi membahas konsep teoritik dari
karena metode ilmiah menjadi standar berbagai metode, kelemahan dan
untuk menilai dan mengukur kelayakan kelebihannya dalam karya ilmiah
suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu dilanjutkan dengan pemilihan metode
fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak yang digunakan, sedangkan metode
empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu penelitian mengemukakan secara teknis
pengetahuan, melaikan termasuk wilayah metode-metode yang digunakan dalam
filsafat. Dengan demikian metode ilmiah penelitian. Penggunaan metode penelitian
selalu disokong oleh dua pilar tanpa memahami metode logisnya
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara mengakibatkan seseorang buta terhadap
integratif filsafat ilmu yang dianutnya. Banyak
peneliti pemula yang tidak bisa
F. HUBUNGAN EPISTEMOLOGI, membedakan paradigma penelitian ketika
METODE DAN METODOLOGI dia mengadakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Padahal mestinya dia harus
benar-benar memahami, bahwa penelitian struktur, validitas, unsur, macam,
kuantitatif menggunakan paradigma tumpuan, batas, sasaran dan dasar
positivisme, sehingga ditentukan oleh pengetahuan. Untuk lebih jelas lagi perlu
sebab akibat (mengikuti paham dibedakan adanya metode pengetahuan
determinsime, sesuatu yang ditentukan dan metode penelitian, kendatipun tidak
oleh yang lain), sedangkan penelitian bisa dipisahkan. Metode pengetahuan
kualitatif menggunakan paradigma berada dalam dataran filosofis-teoritis,
naturalisme (fenomenologis). Dengan sedangkan metode penelitian berada
demikian, metodologi juga menyentuh dalam dataran teknis.
bahasan tantang aspek filosofis yang
menjadi pijakan penerapan suatu metode. Dalam filsafat, istilah metodologi berkaitan
Aspek filosofis yang menjadi pijakan dengan praktek epistemologi. Secara
metode tersebut terdapat dalam wilayah lebih khusus, problem penyelidikan ilmiah
epistemologi. yang secara filosofis menjadi kajian utama
cabang epistemologi yang berkaitan
Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan- dengan problem metodologi juga berkaitan
urutan secara struktural-teoritis antara dengan rancangan tata pikir, apa yang
epistemologi, metodologi dan metode benar dan dapat dipergunakan sebagai
sebagai berikut: Dari epistemologi, alat untuk memperoleh pengetahuan.
dilanjutkan dengan merinci pada Kemudian berbicara tentang metodologi
metodologi, yang biasanya terfokus pada yang berarti berbicara tentang cara-cara
metode atau tehnik. Epistemologi itu atau metode-metode yang digunakan oleh
sendiri adalah sub sistem dari filsafat, manusia untuk mencapai pengetahuan
maka metode sebenarnya tidak bisa tentang realita atau kebenaran, baik dalam
dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup aspek parsial atau total. Lebih jelas lagi,
bahasan epistemologi, epistemologi bahwa seseorang yang sedang
mencakup bahasan metodologis, dan dari mempertimbangkan penggunaan dan
metodologi itulah akhirnya diperoleh penerapan metode untuk memperoleh
metode. Jadi, metode merupakan pengetahuan, maka dia harus mengacu
perwujudan dari metodologi, sedangkan pada metodologi, mengingat pembahasan
metodologi merupakan salah satu aspek tentang seluk-beluk metode itu ada pada
yang tercakup dalam epistemologi. metodologi. Metodologi inilah yang
Adapun epistemologi merupakan bagian memberikan penjelasan-penjelasan
dari filsafat. konseptual dan teoritis terhadap metode.

Posisi masing-masing istilah ini, seperti G. HAKIKAT EPISTEMOLOGI


lingkaran besar yang melingkari lingkaran
kecil, dan dalam lingkaran kecil masih Pembahasan tentang hakikat, lagi-lagi
terdapat lingkaran yang lebih kecil lagi. terasa sulit, karena ita tidak bisa
Lingkaran besar disini diumpamakan menangkapnya, kecuali ciri-cirinya.
filsafat, lingkaran kecil berupa Apalagi hakikat epistemologi, tentu lebih
epistemologi, dan lingkaran yang lebih sulit lagi. Epistemologi berusaha
kecil kecuali berupa metodologi. Ini berarti memberi definisi ilmu pengetahuan,
bahwa filsafat mencakup bahasan membedakan cabang-cabangnya yang
epistemologi, tetapi bahasan filsafat pokok, mengidentifikasikan sumber-
tidak hanya epistemologi karena masih sumbernya dan menetapkan batas-
ada bahasan lain, yaitu ontologi dan batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan
aksiologi. Demikian juga epistemologi bagaimana kita mengetahui” adalah
mencakup bahasan metode (metodologi), masalah-masalah sentral epistemologi,
namun bahasan epistemologi bukan tetapi masalah-masalah ini bukanlah
hanya metode semata-mata, karena ada semata-mata masalah-masalah filsafat.
bahasan lain, seperti: hakikat, sumber, Pandangan yang lebih ekstrim lagi
menurut Kelompok Wina, bidang sesuatu pun yang boleh disingkirkan
epistemologi bukanlah lapangan filsafat, darinya. Selain itu, pengetahaun
melainkan termasuk dalam kajian merupakan hal yang sangat abstrak dan
psikologi. Sebab epistemologi itu jarang dijadikan permasalahan ilmiah di
berkenaan dengan pekerjaan pikiran dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
manusia, the workings of human mind. biasanya diandaikan begitu saja, maka
Tampaknya Kelompok Wina melihat minat untuk membicarakan dasar-dasar
sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam pertanggungjawaban terhadap
epistemologi yang memang berkaitan pengetahuan dirasakan sebagai upaya
dengan pekerjaan pikiran manusia. Cara untuk melebihi takaran minat kita.
pandang demikian akan berimplikasi
secara luas dalam menghilangkan Luasnya jangkauan epistemologi ini
spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada menyebabkan objek pembahasannya
satu pun aspek filsafat yang tidak sangat detail dan pelik. Metodologi
berhubungan dengan pekerjaan pikiran misalnya telah digabungan secara teliti
manusia, karena filsafat mengedepankan dengan epistemologi dan logika.
upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian Sementara itu, logika itu sendiri patut
jika diingat, bahwa filsafat adalah landasan dipertanyakan, apakah logika itu bagian
dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka dari epistemologi, diluar epistemologi
seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan sama sekali, atau sekedar memiliki
dengan pekerjaan pikiran manusia, persentuhan yang erat dengan
terutama pada saat proses aplikasi metode epistemologi. Ada yang menyatakan,
deduktif yang penuh penjelasan dari hasil bahwa posisi logika berada diluar ontologi,
pemikiran yang dapat diterima akal sehat. epistemologi dan aksiologi. Di samping
Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, itu, epistemologi tersebut sebenarnya
kecuali psikologi, padahal realitasnya tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa lepas
banyak sekali. dari ontologi dan aksiologi. Menurut, Jujun
S. Suriasumatri, bahwa persoalan utama
Oleh karena itu, epistemologi lebih yang dihadapi oleh tiap epistemologi
berkaitan dengan filsafat, walaupun pengetahuan pada dasarnya adalah
objeknya tidak merupakan ilmu yang bagaimana mendapatkan pengetahuan
empirik, justru karena epistemologi yang benar dengan memperhitungkan
menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek aspek ontologi dan aksiologi masing-
penyelidikannya. Dalam epistemologi masing. Dalam pemahaman yang
terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan sederhana epistemologi memiliki
pengetahuan dan mengembangkannya. interrelasi (saling berhubungan dengan
Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui komponen lain, ontologi dan aksiologi).
perenungan-perenungan secara filosofis
dan analitis. Selanjutnya, epistemologi atau teori
mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti
Perbedaaan padangan tentang eksistensi sentral setiap pandangan dunia. Ia
epistemologi ini agaknya bisa dijadikan merupakan parameter yang bisa
pertimbangan untuk membenarkan memetakan, apa yang mungkin dan apa
Stanley M. Honer dan Thomas C.Hunt yang yang tidak mungkin menurut bidang-
menilai, epistemologi keilmuan adalah bidangnya; apa yang mungkin diketahui
rumit dan penuh kontroversi. Sejak dan harus diketahui; apa yang mungkin
semula, epistemologi merupakan salah diketahui tetapi lebih baik tidak usah
satu bagian dari filsafat sistematik yang diketahui; dan apa yang sama sekali tidak
paling sulit, sebab epistemologi mungkin diketahui. Epistemologi dengan
menjangkau permasalahan-permasalahan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring
yang membentang seluas jangkauan atau filter terhadap objek-objek
metafisika sendiri, sehingga tidak ada pengetahuan. Tidak semua objek mesti
dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada mengetahuan kenyataan yang lain dari diri
objek-objek tertentu yang manfaatnya sendiri. Usaha menafsirkan adalah aplikasi
kecil dan madaratnya lebih besar, berpikir rasional, sedangkan usaha untuk
sehingga tidak perlu diketahui, meskipun membuktikan adalah aplikasi berpikir
memungkinkan untuk diketahui. Ada juga empiris. Hal ini juga bisa dikatakan, bahwa
objek yang benar-benar merupakan usaha menafsirkan berkaitan dengan
misteri, sehingga tidak mungkin bisa deduksi, sedangkan usah membuktikan
diketahui. berkaitan dengan induksi. Gabungan
kedua macaram cara berpikir tersebut
Epistemologi ini juga bisa menentukan disebut metode ilmiah.
cara dan arah berpikir manusia. Seseorang
yang senantiasa condong menjelaskan Jika metode ilmiah sebagai hakikat
sesuatu dengan bertolak dari teori yang epistemologi, maka menimbulkan
bersifat umum menuju detail-detailnya, pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi
berarti dia menggunakan pendekatan kerancuan antara hakikat dan landasan
deduktif. Sebaliknya, ada yang cenderung dari epistemologi yang sama-sama
bertolak dari gejala-gejala yang sama, berupa metode ilmiah (gabungan
baruk ditarik kesimpulan secara umum, rasionalisme dengan empirisme, atau
berarti dia menggunakan pendekatan deduktif dengan induktif), dan di sisi lain
induktif. Adakalanya seseorang selalu berarti hakikat epistemologi itu
mengarahkan pemikirannya ke masa bertumpu pada landasannya, karena lebih
depan yang masih jauh, ada yang hanya mencerminkan esensi dari epistemologi.
berpikir berdasarkan pertimbangan jangka Dua macam pemahaman ini merupakan
pendek sekarang dan ada pula seseorang sinyalemen bahwa epistemologi itu
yang berpikir dengan kencenderungan memang rumit sekali, sehingga selalu
melihat ke belakang, yaitu masa lampau membutuhkan kajian-kajian yang
yang telah dilalui. Pola-pola berpikir ini dilakukan secara berkesinambungan dan
akan berimplikasi terhadap corak sikap serius.
seseorang. Kita terkadang menemukan
seseorang beraktivitas dengan serba H. PENGARUH EPISTEMOLOGI
strategis, sebab jangkauan berpikirnya Bagi Karl R. Popper, epistemologi adalah
adalah masa depan. Tetapi terkadang kita teori pengetahuan ilmiah. Sebagai teori
jumpai seseorang dalam melakukan pengetahuan ilmiah, epistemologi
sesuatu sesungguhnya sia-sia, karena berfungsi dan bertugas menganalisis
jangkauan berpikirnya yang amat pendek, secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu
jika dilihat dari kepentingan jangka pengetahuan dalam membentuk dirinya.
panjang, maka tindakannya itu justru Tetapi, ilmu pengetahuan harus ditangkap
merugikan. dalam pertumbuhannya, sebab ilmu
Pada bagian lain dikatakan, bahwa pengetahuan yang berhenti, akan
epistemologi keilmuan pada hakikatnya kehilangan kekhasannya. Ilmu
merupakan gabungan antara berpikir pengetahuan harus berkembang terus,
secara rasional dan berpikir secara sehingga tidka jarang temuan ilmu
empiris. Kedua cara berpikir tersebut pengetahuan yang lebih dulu ditentang
digabungan dalam mempelajari gejala atau disempurnakan oleh temuan ilmu
alam untuk menemukan kebenaran, sebab pengetahuan yang kemudian.
secara epistemologi ilmu memanfaatkan Perkemabangan ilmu pengetahuan dengan
dua kemampuan manusia dalam demikian membuktikan, bahwa kebenaran
mempelajari alam, yakni pikiran dan ilmu pengetahuan itu bersifat tentatif.
indera. Oleh sebab itu, epistemologi Selama belum digugurkan oleh temuan
adalah usaha untuk menafsir dan lain, maka suatu temuan dianggap benar.
membuktikan keyakinan bahwa kita Perbedaan hasil teman dalam masalah
yang sama ini disebabkan oleh perbedaan seseorang atau masyarakat akan
prosedur yang ditempuh para ilmuwan dipengaruhi pula oleh pandangan
dalam membentuk ilmu pengetahuan. epistemologinya serta situasi sosial politik
Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas yang melingkupinya. Keberangaman
dalam menganalisis prosedur ilmu pandangan seseorang dalam mengamati
pengetahuan tersebut, maka suatu fenomena akan melahirkan
epistemologi dapat memberikan keberagaman pemikiran. Kendati terhadap
pengayaan gambaran proses terbentuknya satu persoalan, tetapi karena sudut
pengetahuan ilmiah. Proses ini lebih pandang yang ditempuh seseorang
penting daripada hasil, mengingat bahwa berbeda, pada gilirannya juga
proses itulah menunjukkan mekanisme menghasilkan pemikiran yang berbeda.
kerja ilmiah dalam memperoleh ilmu Kondisi demikian sesungguhnya dalam
pengetahuan. Akhirnya, epistemologi dunia ilmu pengetahuan adalah suatu
bisa menentukan cara kerja ilmiah yang kelaziman, tidak ada yang aneh sama
paling efektif dalam memperoleh ilmu sekali, sehingga perbedaan pemikiran itu
pengetahuan yang kebenarannya dapat dipahami secara memuaskan
terandalkan. dengan melacak akar persoalannya pada
perbedaan sudut pandang, sedangkan
Epistemologi juga membekali daya kritik perbedaan sudut pandangan itu dapat
yang tinggi terhadap konsep-konsep atau dilacak dari epistemologinya
teori-teori yang ada. Dalam filsafat, banyak
konsep dari pemikiran filosof yang Secara global epistemologi berpengaruh
kemudian mendapat serangan yang tajam terhadap peradaban manusia. Suatu
dari pemikiran filosof lain berdasarkan peradaban, sudah tentu dibentuk oleh
pendekatan-pendekatan epistemologi. teori pengetahuannya. Epistemologi
Penguasaan epistemologi, terutama mengatur semua aspek studi manusia, dari
cara-cara memperoleh pengetahuan yang filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial.
membantu seseorang dalam melakukan Epistemologi dari masyarakatlah yang
koreksi kritis terhadap bangunan memberikan kesatuan dan koherensi pada
pemikiran yang diajukan orang lain tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu
maupun oleh dirinya sendiri. Koreksi kesatuan yang merupakan hasil
secara kontinyu terhadap pemikirannya pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—
sendiri ini untuk menyempurnakan dipandang dari keyakinan, kepercayaan
argumentasi atau alasan supaya dan sistem nilai mereka. Epistemologilah
memperoleh hasil pemikiran yang yang menentukan kemajuan sains dan
maksimal. Ini menunjukkan bahwa teknologi. Wujud sains dan teknologi yang
epistemologi bisa mengarahkan maju disuatu negara, karena didukung
seseorang untuk mengkritik pemikiran oleh penguasaan dan bahkan
orang lain (kritik eksternal) dan pengembangan epistemologi. Tidak ada
pemikirannya sendiri (kritik internal). bangsa yang pandai merekayasa
Implikasinya, epistemologi senantiasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains
mendorong dinamika berpikir secara dan teknologi tanpa didukung oleh
korektif dan kritis, sehingga kemajuan epistemologi. Epistemologi
perkembangan ilmu pengetahuan relatif menjadi modal dasar dan alat yang
mudah dicapai, bila para ilmuwan strategis dalam merekayasa
memperkuat penguasaannya. pengembangan-pengembangan alam
menjadi sebuah produk sains yang
Dinamika pemikiran tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.
mengakibatkan polarisasi pandangan, ide Demikian halnya yang terjadi pada
atau gagasan, baik yang dimiliki seseorang teknologi. Meskipun teknologi sebagai
maupun masyarakat. Mohammad Arkoun penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih
menyebutkan, bahwa keragaman
jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat
dari pemanfaatan dan pengembangan ILMU
epistemologi.
oleh: anin Pengarang : Elvira Syamsir
Epistemologi senantiasa mendorong • Summary rating: 2 stars (328 Tinjauan)
manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi • Kunjungan : 23711
menemukan dan menciptakan sesuatu
• kata:600
yang baru. Semua bentuk teknologi yang
canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran •
secara epistemologis, yaitu pemikiran dan More About : epistemologi
perenungan yang berkisar tentang EPISTEMOLOGI IL
bagaimana cara mewujudkan sesuatu,
perangkat-perangkat apa yang harus
disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada
dan sebagainya. Pada awalnya seseorang komponen–komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi,
yang berusaha menciptakan sesuatu yang
epistemologi, dan aksiologi. 1. Ontologi (hakikat
baru, mungki saja mengalami kegagalan
apa yang dikaji) Ontologi membahas keberadaan
tetapi kegagalan itu dimanfaatkan sebagai sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis.
bagian dari proses menuju keberhasilan. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni
Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan realisme, naturalsime dan empirisme. Secara
rahasia pengetahuan, berupa faktor-faktor ontologis, objek dibahas dari keberadaannya,
penyebabnya. Jadi kronologinya adalah apakah ia materi atau bukan, guna membentuk
sebagai berikut: mula-mula seseorang konsep tentang alam nyata (universal ataupun
berpikir dan mengadakan perenungan, spesifik). Ontologi ilmu meliputi apa hakikat
sehingga didapatkan percikan-percikan ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan
yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang
pengetahuan, kemudian disusun secara
tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa
sistematis menjadi ilmu pengetahuan dan bagaimana (yang) “Ada”. Persoalan yang
(sains). Akhirnya ilmu pengetahuan didalami oleh ontologi ilmu misalnya apakah
tersebut diaplikasikan melalui teknologi, objek yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud
technology is an apllied of science hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan
(teknologi adalah penerapan sains). objek tersebut dengan daya tangkap manusia
Pemikiran pada wilayah proses dalam (seperti berpikir, merasa dan mengindra) yang
mewujudkan teknologi itu adalah bagian membuahkan pengetahuan? Pemahaman
dari filsafat yang dikenal dengan ontologik meningkatkan pemahaman manusia
tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya
epistemologi. Berdasarkan pada manfaat
akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya
epistemologi dalam mempengaruhi
mengenai apa dan bagaimana (yang) ada
kemajuan ilmiah maupun peradaban sebagaimana manifestasi kebenaran yang
tersebut, maka epistemologi bukan dicarinya. 2. Epistemologi (filsafat ilmu)
hanya mungkin, melainkan mutlak perlu Epistemologi adalah pengetahuan sistematik
dikuasai. mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang
filsafat yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sum-ber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, sarana, metode atau cara
suparmanhttp://www.blogger.com/profile/0 memperoleh pengetahuan, validitas dan
3249547895308622683noreply@blogger.c kebenaran pengetahuan (ilmiah). Perbedaan
om landasan ontologik menyebabkan perbedaan
dalam menentukan metode yang dipilih dalam
upaya memperoleh pengetahuan yang benar.
PARAGRAPH BARU LAGI Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi akal
dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana
EPISTEMOLOGI mencari pengetahuan yang dimaksud dalam
epistemologik, sehingga dikenal model–model
epistemologik seperti rasionalisme, empirisme,
rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi 6495-epistemologi-ilmu/#ixzz1JmIRVKqJ
dan sebagainya. Epistemologi juga membahas PARAGRAPH BARU YA….
bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan
suatu model epistemologik beserta tolok ukurnya Epistemologi; Pengantar Memasuki
bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori Ranah Ontologi
koherensi, korespondesi pragmatis, dan teori
intersubjektif. Pengetahuan merupakan daerah Anda dan vice-versa. Akan tetapi,
persinggungan antara benar dan diperca-ya. bagaimanakah kebenaran itu dapat dikenal?
Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu Parameter atau paradigma apa yang
digunakan untuk dapat mengidentifikasi
melalui pengalaman secara tidak sengaja yang
kebenaran itu? Mengapa kita memerlukan
bersifat sporadis dan kebetulan sehingga paradigma atau parameter ini? Dapatkah
cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, manusia mencerap kebenaran itu?
cenderung bersifat kabur dan samar dan Bla..bla..bla..? Kalau kita menilik perjalanan
karenanya merupakan pengetahuan yang tidak sejarah umat manusia, sebagai makhluk
teruji. Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh dinamis dan progressive, manusia acapkali
berdasarkan analisis dengan langkah-langkah dihadapkan kepada persoalan-persoalan
krusial tentang hidup dan kehidupan, tentang
yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan
ada dan keberadaan, tentang perkara-perkara
nalar yang logis. Sarana berpikir ilmiah adalah eksistensial. Penulusuran, penyusuran serta
bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah jelajah manusia untuk menuai jawaban atas
mengga-bungkan cara berpikir deduktif dan masalah-masalah di atas membuat eksistensi
induktif sehingga menjadi jembatan penghu-bung manusia jauh lebih berarti. Manusia berusaha
antara penjelasan teoritis dengan pembuktian bertungkus lumus memaknai keberadaannya
yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, untuk mencari jawaban ini. Till death do us
apart, manusia terus mencari dan mencari
ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten
hingga akhir hayatnya."
dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan
fakta dari yang tidak. Dengan metode ilmiah
berbagai penjelasan teoritis (atau ju-ga naluri) "Tuhanku, para arif berkata kenalkan diriMu
kepadaku, dan jahil ini berkata kenalkan diriku
dapat diuji, apakah sesuai dengan kenyataan kepadaku."
empiris atau tidak. Kebenaran pengetahuan
dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta yang Introduksi
ada, dengan putusan-putusan lain yang telah Pandangan dunia (weltanschauung) seseorang
diakui kebenarannya dan tergantung kepada dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan antaranya konsepsi dan pengenalannya
manusia. Jika seseorang ingin membuktikan terhadap "kebenaran" (asy-Syai fil khârij).
Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala
kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia
dan sarana yang digunakan untuk membangun luar. Semakin besar pengenalannya, semakin
pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang luas dan dalam pandangan dunianya.
diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak Pandangan dunia yang valid dan argumentatif
benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang dapat melesakkan seseorang mencapai titik-
salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kulminasi peradaban dan sebaliknya akan
kita amati belum tentu benar karena penglihatan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir
peradaban. Karena nilai dan kualitas
kita mungkin saja mengalami penyimpangan. keberadaan kita sangat bergantung kepada
Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah- pengenalan kita terhadap kebenaran. Anda
ubah dan berkembang. 3. Aksiologi ilmu (nilai dikenal atas apa yang Anda kenal. Wujud anda
kegunaan ilmu) Meliputi nilai–nilai kegunaan ekuivalen dengan pengenalan Anda dan vice-
yang bersifat normatif dalam pemberian makna versa.
terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai Akan tetapi, bagaimanakah kebenaran itu
dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai dapat dikenal? Parameter atau paradigma
apa yang digunakan untuk dapat
kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang mengidentifikasi kebenaran itu? Mengapa kita
ilmuwan, baik dalam melakukan penelitian memerlukan paradigma atau parameter ini?
maupun di dalam menerapkan ilmu. Dapatkah manusia mencerap kebenaran itu?
Diterbitkan di: 18 Maret, 2008 Bla..bla..bla..?
Kalau kita menilik perjalanan sejarah umat
Sumber: manusia, sebagai makhluk dinamis dan
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/178 progressive, manusia acapkali dihadapkan
kepada persoalan-persoalan krusial tentang
hidup dan kehidupan, tentang ada dan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu
keberadaan, tentang perkara-perkara yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi
eksistensial. Penulusuran, penyusuran serta eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek).
jelajah manusia untuk menuai jawaban atas Atau dengan kata lain, epistemologi adalah
masalah-masalah di atas membuat eksistensi bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi
manusia jauh lebih berarti. Manusia berusaha dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh
bertungkus lumus memaknai keberadaannya pengetahuan menjadi penentu penting dalam
untuk mencari jawaban ini. Till death do us menentukan sebuah model filsafat. Dengan
apart, manusia terus mencari dan mencari pengertian ini epistemologi tentu saja
hingga akhir hayatnya. menentukan karakter pengetahuan, bahkan
Ilmu-ilmu empiris dan ilmu-ilmu naratif lainnya menentukan “kebenaran” macam apa yang
ternyata tidak mampu memberikan jawaban dianggap patut diterima dan apa yang patut
utuh dan komprehensif atas masalah ini.[1] ditolak.
Karena uslub atau metodologi ilmu-ilmu di atas Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-
adalah bercorak empirikal. Filsafat sebagai kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang
induk ilmu pengetahuan hadir untuk mencoba berbeda mesti akan berhadapan dengan
memberikan jawaban atas masalah ini. Karena pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah
baik dari sisi metodologi atau pun subjek saya berasal? Bagaimana terjadinya proses
keilmuan, filsafat menggunakan metodologi penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok
rasional dan subjek ilmu filsafat adalah ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?
eksisten qua eksisten.[2] Betapa pun, sebelum Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana
memasuki gerbang filsafat terlebih dahulu pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa
instrument yang digunakan dalam berfilsafat keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air
harus disepakati. Dengan kata lain, akal yang mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari
digunakan sebagai instrument berfilsafat harus atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan
diuji dulu validitasnya, apakah ia absah atau yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa
tidak dalam menguak realitas. Betapa tidak, ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari
dalam menguak realitas terdapat perdebatan jawaban dan solusi atas permasalahan-
panjang semenjak zaman Yunani Kuno permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan
(lampau) hingga masa Postmodern (kiwari) dihadapinya.
antara kubu rasionalis (rasio) dan empiris Pada dasarnya, manusia ingin menggapai
(indriawi dan persepsi). Semenjak Plato hingga suatu hakikat dan berupaya mengetahui
Michel Foucault dan Jean-François Lyotard. sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia
Dengan demikian, pembahasan epistemologi sangat memahami dan menyadari bahwa:
sebagai subordinate dari filsafat menjadi mesti 1. Hakikat itu ada dan nyata;
adanya. Yakni, sebelum kita merangsek 2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang
memasuki kosmos filsafat – yang nota-bene hakikat itu;
menggunakan akal (an-sich) – kita harus 3. Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan
membahas instrument dan metodologi apa dipahami;
yang valid untuk menyingkap tirai realitas ini. 4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,
Dan ini adalah raison d'être pembahasan dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan pikiran
epistemologi. Atau sederhananya, pembahasan manusia bisa menjawab persoalan-persoalan
epistemology adalah pengantar menuju yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu dan
pembahasan filsafat. Tentu saja, harus kita pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
ingat bahwa ilmu logika juga harus rampung Apabila manusia melontarkan suatu
untuk menyepakati bahwa dunia luar terdapat pertanyaan yang baru, misalnya bagaimana
hakikat dan untuk mengenalnya adalah kita bisa memahami dan meyakini bahwa
mungkin.[3] Walhasil, pembahasan hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat
epistemology sebagai ilmu yang meneliti asal- itu memang tiada dan semuanya hanyalah
usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau
memperoleh pengetahuan menjadi penentu pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa
penting dalam menentukan sebuah model meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang
filsafat harus dikedepankan sebelum hakikat itu bersesuaian dengan hakikat
membahas perkara-perkara filsafat. eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah
kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas
Apa itu Epistemologi eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani tidak memiliki kemampuan memadai untuk
yang berarti teori ilmu pengetahuan. mencapai hakikat sebagaimana adanya,
Epistemologi merupakan gabungan dua keraguan ini akan menguat khususnya apabila
kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, kita mengamati kesalahan-kesalahan yang
theory. Epistemologi adalah cabang ilmu terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-
filasafat yang menengarai masalah-masalah kontradiksi yang ada di antara para pemikir di
filosofikal yang mengitari teori ilmu sepanjang sejarah manusia?
pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda
dengan persoalan-persoalan sebelumnya, ilmu hushûlî. Ilmu itu sendiri memiliki istilah
yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan
pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada, akan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu
tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini, tersebut adalah sebagai berikut:
keberadaan hakikat itu justru masih menjadi a. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan
masalah yang diperdebatkan. Untuk lebih pengideraan secara umum dan mencakup
jelasnya perhatikan contoh berikut ini. segala hal yang hakiki, sains, teknologi,
Seseorang sedang melihat suatu pemandangan keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi
yang jauh dengan teropong dan melihat ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî, ilmu Tuhan,
berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan ilmu para malaikat, dan ilmu manusia.
warna-warna yang berbeda, lantas iameneliti b. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan
benda-benda tersebut dengan melontarkan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini
berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya. digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini
Dengan perantara teropong itu sendiri, ia mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
berupaya menjawab dan menjelaskan tentang c. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai
realitas benda-benda yang dilihatnya. Namun, ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu
apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari logika (mantik).
mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki d. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan
ketepatan dalam menampilkan warna, bentuk, hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini
dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin dan belum diyakini.
benda-benda yang ditampakkan oleh teropong e. Ilmu adalah pembenaran yang diyakini.
itu memiliki ukuran besar atau kecil?. f. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan
Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat yang bersesuaian dengan kenyataan dan
dengan adanya kemungkinan kesalahan realitas eksternal.
penampakan oleh teropong. Pertanyaan- g. Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa
pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dibuktikan.
dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong. h. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi
Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan universal yang saling bersesuaian dimana tidak
tentang keberadaan realitas eksternal, akan berhubungan dengan masalah-masalah sejarah
tetapi, yang dipersoalkan adalah keabsahan dan geografi.
teropong itu sendiri sebagai alat yang i. Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi
digunakan untuk melihat benda-benda yang universal yang hakiki dimana tidak termasuk
jauh. hal-hal yang linguistik.
Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi
persepsi-persepsi pikiran, nilai dan keabsahan universal yang bersifat empirik.
pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap 2. Sudut pembahasan, yakni apabila subyek
objek dan realitas eksternal, tolok ukur epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka
kebenaran hasil pikiran, dan sejauh mana dari sudut mana subyek ini dibahas, karena
kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi,
hakikat dan mencerap objek eksternal, masih logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang
merupakan persoalan-persoalan aktual dan berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam
kekinian bagi manusia. Terkadang kita ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan
mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, ini menjadi salah satu pembahasan dibidang
dan terkadang kita membahas tentang ilmu ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan
dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga
dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara
bidang ilmu epistemologi. aspek penyingkapan ilmu baru dengan
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor
suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan riil yang menjadi penyebab hadirnya
membahas tentang batasan, dasar dan pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.
pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari
dan kebenaran ilmu, makrifat, dan aspek pengaruh umur manusia terhadap
pengetahuan manusia. tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut
pandang pembahasan akan sangat
Pokok Bahasan Epistemologi berpengaruh dalam pemahaman mendalam
Dengan memperhatikan definisi epistemologi, tentang perbedaan-perbedaan ilmu.
bisa dikatakan bahwa tema dan pokok Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan
pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat probabilitas pengetahuan, pembagian dan
dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin observasi ilmu, dan batasan-batasan
penting akan dijelaskan: pengetahuan. Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan
1. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok
subyek epistemologi adalah ilmu secara umum pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang
atau ilmu dalam pengertian khusus seperti diartikan sebagai keumuman penyingkapan
dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai Maktab Epicurian dan Stoic sepakat dengan
subyek dalam epistemologi. pandangan Aristoteles bahwa ilmu
pengetahuan bersumber dari indra-persepsi,
Masalah-masalah Filosofis: Masa Yunani akan tetapi menentang keduanya baik
dan Masa Medieval Aristoteles atau pun Plato yang berpandangan
Pada abad ke-13, seorang filosof dan teolog bahwa filsafat harus dinilai sebagai sebuah
Itali yang bernama Santo Thomas Aquinas bimbingan praktis untuk menjalani hidup,
berupaya mensintesakan keyakinan Nasrani mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat
dengan ilmu pengetahuan dalam cakupan yang adalah akhir dari kehidupan.
lebih luas, dengan memanfaatkan sumber- Setelah beberapa kurun berlalu kurangnya
sumber beragam seperti karya-karya filosof ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik,
Aristoteles, cendekiawan Muslim dan Yahudi. filosof Skolastik Santo Thomas Aquinas dan
Pemikiran Santo Thomas Aquinas pada masa- beberapa filosof abad pertengahan berusaha
masa kiwari sangat mempengaruhi irama membantu untuk mengembalikan konfidensi
dinamika teologi Nasrani dan kosmos filsafat terhadap rasio dan pengalaman, mencampur
Barat. metode-metode rasional dengan iman dalam
Pada abad ke-5 SM, Sophist Yunani sebuah system keyakinan integral. Aquinas
menanyakan kemungkinan reliabilitas dan mengikuti Aristoteles dalam masalah tentang
objektivitas ilmu. Oleh karena itu, seorang persepsi sebagai starting-point dan logika
Sophist prominen, Gorgias, berpendapat bahwa sebagai prosedur intelektual untuk sampai
tidak ada yang benar-benar wujud, karena jika kepada ilmu yang dapat diandalkan (reliable)
sesuatu ada tidak dapat diketahui, dan jika tentang tabiat, akan tetapi memandang iman
ilmu bersifat nisbi, tidak dapat dalam otoritas skriptual sebagai nara sumber
dikomunikasikan. Seorang Sophist ternama keyakinan agama.
lainnya, Protagoras, berpandangan bahwa
tidak ada satu pendapat pun yang dapat Masa Plato dan Aristoteles
dikatakan lebih benar dari yang lain, karena Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama
setiap pendapat adalah hanyalah sebuah yang secara jelas mengemukakan epistemologi
penilaian yang berakar dari pengalaman yang dalam filsafat, meskipun ia belum
dilaluinya. Plato, mengikuti ustadznya menggunakan secara resmi istilah
Socrates, mencoba untuk menjawab isykalan- epistemology ini. Filosof Yunani berikutnya
isyakalan para Sophist dengan yang berbicara tentang epistemologi adalah
mempostulasikan keberadaan semesta yang Aristoteles. Ia murid Plato dan pernah tinggal
bersifat tetap dan bentuk-bentuknya yang bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di
invisible, atau ide-ide, yang melaluinya ilmu Akademia.
pasti dan eksak dapat diraih. Mereka percaya Pembahasan tentang epistemologi Plato dan
bahwa benda-benda yang dilihat dan diraba Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau
adalah kopian-kopian yang tidak sempurna dari dilakukan dengan cara membandingkan
bentuk-bentuk yang sempurna yang dikaji keduanya, sebagaimana tertuang pada table di
dalam ilmu matematika dan filsafat. Dengan bawah ini.
demikian, hanya penalaran abstrak dari disiplin Table komparasi
ilmu ini yang dapat menuai ilmu pengetahuan epistemology Plato dan Aristoteles
original, sementara mengandalkan indra-
persepsi menghasilkan pendapat-pendapat
yang inkonsisten dan mubham. Mereka
menyimpulkan bahwa kontemplasi filosofis
tentang bentuk-bentuk dunia gaib merupakan
tujuan tertinggi kehidupan manusia.
Aristoteles mengikuti Plato ihwal ilmu abstrak
adalah ilmu yang lebih superior atas ilmu-ilmu
yang lainnya, namun tidak setuju dengan
metode dalam mencapainya. Aristotels
berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu
berasal dari pengalaman. Ilmu diraih baik
secara langsung, dengan mengabstraksikan
ciri-ciri khusus dari setiap spesies, atau tidak
langsung, dengan mendeduksi kenyataan-
kenyataan baru dari apa yang telah diketahui,
berdasarkan aturan-aturan logika. Observasi
yang teliti dan ketat dalam mengaplikasikan
aturan-aturan logika, yang pertama kalinya
disusun secara sistematis oleh Aristoteles,
akan membantu menjaga dari perangkap-
perangkap yang dipasang oleh para Sophist.
Topik Plato Aristoteles
Pemikiran PARAGRAPH BARU…………
Pandangan Ada 2 Hanya 1
tentang dunia: dunia: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI,
dunia dunia ide & Dunia
dunia nyata yang AKSIOLOGI DALAM KEILMUAN
sekarang sedang Filed under: Teknologi Pendidikan by Fadli
(semu) dijalani
— 3 Komentar
Kenyataan Ide-ide yang Segala
yang sejati berasal dari sesuatu
dunia ide yang di Oktober 4, 2010i
alam yang
dapat A. Ontologi
ditangkap
indra Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi
Pandangan Terdiri dari Badan dan mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan
tentang badan dan jiwa hubungan antara satu dan lainnya. Ahli
manusia jiwa. Jiwa sebagai metafisika juga berupaya memperjelas
abadi; satu
badan fana kesatuan
pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
(tidak tak termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang,
abadi). terpisahka waktu, hubungan sebab akibat, dan
Jiwa n. kemungkinan.
terpenjara
badan.
Ontologi merupakan salah satu kajian
Asal Dunia ide. Kehidupan kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
pengetahua Namun sehari-hari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan
n tertanam dan alam sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
dalam jiwa dunia yang memiliki pandangan yang bersifat
yang ada nyata ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan
dalam diri Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang
manusia.
Cara Mengeluark Observasi
belum membedakan antara penampakan dengan
mendapatk an dari dan kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam
an dalam diri abstraksi, filsafat mencullah beberapa paham, yaitu: (1)
pengetahua (Anamnesis) diolah Paham monisme yang terpecah menjadi
n dengan dengan idealisme atau spiritualisme; (2) Paham
metoda logika dualisme, dan (3) pluralisme dengan berbagai
bidan nuansanya, merupakan paham ontologik.
Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian
keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara
Perbedaan epistemologi Plato dan Aristoteles
ini memiliki pengaruh besar terhadap para
rasional dan yang bisa diamati melalui panca
filosof modern. Idealisme Plato mempengaruhi indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas
filosof-filosof Rasionalis seperti Spinoza, pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia.
Leibniz, dan Whitehead. Sedangkan pandangan Sementara kajian objek penelaahan yang berada
Aristoteles tentang asal dan cara memperoleh dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan
pengetahuan mempengaruhi filsu-filosof manusia) dan pascapengalaman (seperti surga
Empiris seperti Locke, Hume, dan Berkeley. dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan
lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam
Rasio Vs Indra Persepsi
Antara abad 17 hingga akhir abad ke-19,
bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme,
masalah utama yang muncul dalam empirisme.
pembahasan epistemologi adalah resistensi B. Epistemologi
antara kubu rasionalis vis-à-vis kubu empiris
(indriawi-persepsi). Filosof Francis, René Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
Descartes (1596-1650), filosof Belanda, Baruch menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan
Spinoza (1632-1677), dan filosof Jerman, pengetahuan manusia (a branch of philosophy
Wilhelm Leibniz (1646-1716) adalah para that investigates the origin, nature, methods and
pemimpin kubu rasionalis. Mereka limits of human knowledge). Epistemologi juga
berpandangan bahwa sumber utama dan
pengujian akhir ilmu pengetahuan adalah
disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
logika deduktif (baca: qiyas) yang berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti
bersandarkan kepada prinsip-prinsip swabukti
“pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam
“pengetahuan ilrniah”, dan logos = teori. perkembangannya melahirkan sebuah polemik
Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, atau yang bisa disebut sebagai netralitas
struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis
pengetahuan. pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan
Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: nilai atau yang lebih dikenal sebagai value
1) Apakah pengetahuan itu ?; 2) Bagaimanakah bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara
manusia dapat mengetahui sesuatu ?; 3) netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang
Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh ?; 4) didasarkan pada keterikatan nilai.
Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar
dinitai ?; 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a epistemologi raja: Jika hitam katakan hitam, jika
priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan ternyata putih katakan putih; tanpa berpihak
pengetahuan a posteriori (pengetahuan puma kepada siapapun juga selain kepada kebenaratt
pengalaman) ?; 6) Apa perbedaan di antara: yang nyata. Sedangkan secara ontologi dan
kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, aksiologis, ilmuwan hams manrpu ntenilai
kenyataan, kesalahan, bayangan, gagasan, antara yang baik dan yang buruk, yang pada
kebenaran, kebolehjadian, kepastian ? hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap
Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain (Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).
berpikir deduktif dan induk-tif Berpikir deduktif Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan
memberikan sifat yang rasional kepada ilmu ilmu yang besar. Sebuah keniscayaan,
pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai
dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan landasan moral yang kuat. Jika ilmuan tidak
se,belumnya Secara sistematik dan kumulatif dilandasi oleh landasan moral, maka peristiwa
pengetahuan ilnuah disusun setahap demi terjadilah kembali yang dipertontonkan secara
setahap dengan menyusun argumentasi mengenai spektakuler yang mengakibatkan terciptanya
sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang “Momok kemanusiaan” yang dilakukan oleh
telah ada. Secara konsisten dan koheren maka Frankenstein (Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).
ilmu mencoba memberikan penjelasan yang Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan,
rasional kepada objek yang berada dalam fokus sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia
penelaahan. modern: (1) Nilai teori: manusia modern dalam
C. Aksiologi kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara
berpikir rasional, orientasinya pada ilmu dan
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan
bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang pengalaman baru. (2) Nilai sosial : dalam
berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi kaitannya dengan nilai sosial, manusia modem
adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai
2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori profesionalisasi, menghargai prestasi, bersikap
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai
pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. hak-hak asasi perempuan; (3) nilai ekonomi :
Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam kaitannya dengan nilai ekonomi, manusia
dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163) aksiologi modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang
terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral tinggi, efisien menghargai waktu,
conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh
etika; Keduei,- esthetic expression, yaitu ekspresi perhitungan; (4) Nilai pengambilan keputusan:
keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu manusia modern dalam kaitannya dengan nilai
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam
filsafat sosio-politik. kehidupannya bermasyarakat, dan keputusan
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan
bahwa aksiologi disamakan dengan value dan pribadi; (5) Nilai agama: dalam hubungannya
valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, dengan nilai agama, manusia modem dicirikan
yaitu: 1) Nilai, sebagai suatu kata benda abstrak; oleh sikapnya yang tidak fatalistik, analitis
2) Nilai sebagai kata benda konkret; 3) Nilai juga sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai
digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi lawan dari sikap mistis (Suriasumantri, 1986,
menilai. Semiawan,C 1993).

You might also like