You are on page 1of 41

BAB I

PENGERTIAN, DASAR-DASAR DAN


TUJUAN, SERTA RUANG LINGKUP ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1. Pengertian Administrasi Pendidikan

Untuk dapat memahami administrasi pendidikan secara keseluruhan, maka perlu terlebih dahulu membahas titik
awal pengertian tersebut, yaitu Administrasi. Pengertian dasar tentang administrasi itu akan merupakan tumpuan pemahaman
administrasi pendidikan seutuhnya. Secara sederhana administrasi ini berasal dari kata Latin “ ad” dan “ministro”. Ad
mempunyai arti “kepada” dan ministro berarti “melayani”. Secara bebas dapat diartikan bahwa administrasi itu merupakan
pelayanan atau pengabdian terhadap subjek tertentu. Memang, zaman dulu administrasi dikenakan kepada pekerjaan yang
berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau menteri-menteri dalam tugas mengelola pemerintahannya.

Kini administrasi itu telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga administrasi ini mempunyai pengertian
atau konotasi yang luas. Secara garis besarnya pengertian itu antara lain sebagai berikut:
- mempunyai pengertian sama dengan manajemen;
- menyuruh orang agar bekerja secara produktif;
- memanfaatkan manusia, material, uang, metode secara terpadu;
- mencapai suatu tujuan melalui orang lain;
- fungsi eksekutif pemerintah.

Bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa administrasi itu sama dengan pekerjaan juru tulis, tata usaha, kerja
kantor, atau pekerjaan yang bersangkut paut dengan tulis menulis. Yang dimaksudkan dengan administrasi di sini tentu saja
bukan pengertian yang terakhir itu. Administrasi adalah upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerjasama. Efektif dalam arti hasil yang dicapai upaya itu sama dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan efisien berhubungan dengan penggunaan sumber dana, daya dan waktu yang ekonomis.
Selain manusia dan tujuan, administrasi sangat mempedulikan keadaan sumber. Sumber adalah segala hal yang membantu
tercapainya tujuan baik berupa tenaga, material, uang, ataupun waktu. Sumber yang langka cenderung menggagalkan
tercapainya tujuan. Sedangkan sumber yang berlimpah cenderung kepada pemborosan dan bahkan penyimpangan dari
tujuan yang telah disepakati.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa pada dasamya yang menjadi perhatian administrasi
adalah tujuan, manusia, sumber, dan juga waktu. Kalau keempat unsur tersebut digabungkan dan dilihat dari bentuk dan
perilakunya, maka akan menampakkan dirinya sebagai suatu satuan sosial tertentu, yang sering disebut organisasi. Dan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa administrasi itu adalah subsistem dari organisasi itu sendiri yang unsur-unsumya
terdiri dari unsur organisasi yaitu tujuan, orang-orang, sumber, dan waktu.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa organisasi itu adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih yang
secara sadar dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Gabungan orang yang bekerja sarna itu didorong oleh kesadaran manusia
bahwa kebutuhan seseorang itu mudah terpenuhi bila diupayakan bersama orang lain. Karena kekurangmampuan, waktu,
daya tahan dan bahan-bahan manusia menjadi sadar bahwa harapan dan kebutuhannya itu perlu bantuan orang lain. Orang-
orang itu kemudian bergabung, menetapkan tujuan bersama, menyepakati bentuk kegiatan dan upaya mencapai tujuan, dan
terbentuklah organisasi. Dan upaya agar semua unsur organisasi itu bisa berfungsi atau berlaku secara efektif dan efisien,
produktif, optimal, atau bahkan maksimal adalah administrasi. Menurut jenisnya organisasi ini terdiri dari tiga jenis yaitu
organisasi formal, sosial dan informal. Ciri khusus dari organisasi formal adalah organisasi yang secara formal menetapkan
tujuan yang akan dicapainya itu dengan tertulis berdasarkan peraturan atau hukum yang berlaku, menetapkan pola kegiatan,
dan menekan pada koordinasi dan hierarki kewenangan. Termasuk ke dalam organisasi ini ialah sekolah, madrasah,
perusahaan, penjara, organisasi politik dan massa. Organisasi sosial adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan tujuan
yang tidak formal, tetapi secara implisit terpaut dengan pola kerja yang longgar dan bahkan tidak ada hierarkis kewenangan.
Termasuk ke dalam jenis ini umpamanya sekumpulan sahabat untuk mengisi waktu senggang, pertemuan untuk mengenang
masa lalu atau bernostalgia, dan kumpulan lulusan atau alumni suatu organisasi pendidikan. Organisasi informal adalah
organisasi yang terbentuk dalam organisasi formal tetapi tidak termasuk dalam struktur atau peraturan yang tertulis.
Organisasi ini timbul secara spontan dan didorong oleh kebutuhan akan pergaulan, persahabatan, rasa aman di antara
anggota organisasi formal. Termasuk ke dalam jenis ini ialah kumpulan arisan, persahabatan, hobi dan rekreasi di antara para
karyawan suatu perusahaan. Keberadaan organisasi informal dalam organisasi formal bersifat kontroversial, dapat menjadi
pendukung bagi keberhasilan atau sebaliknya dapat menjadi penghalang tercapainya tujuan suatu organisasi.

1
Administrasi pendidikan mengandung dua pokok pikiran yaitu administrasi dan pendidikan. Pengertian administrasi
telah dikemukakan di muka secara agak rinci. Pengertian pendidikan akan dikemukakan pada bagian berikut ini. Berdasarkan
asas legal pengertian pendidikan ini dapat disimak dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Dalam GBHN tahun 1988 ini pendidikan dibataskan sebagai
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Berikut beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan :


1) Carter V. Good dalam ”Dictionary of Education” dijelaskan sebagai berikut :
- Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar
- Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan
dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
Menurut Carter, pendidikan berarti :
- Proses perkembangan pribadi
- Proses sosial
- Profesional cources
- Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang dikembangkan pada masa lampau oleh tiap
generasi bangsa.

2) Prof. Richey dalam buku “Planning for Teaching and Introduction to Education” menjelaskan hakekat pendidikan adalah
suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktifitas
sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses
spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dalam proses pendidikan informal di
luar sekolah.

3) Brubacher dalam bukunya “Modern Phylosofies, Education” dinyatakan sebagai berikut : Pendidikan adalah proses timbal
balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.

4) John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dalam
emosi sesama manusia.1 (1 Tholib Kasan, Dasar-Dasar Pendidikan, Studia Press, Jakarta, 2005)

Mengacu pada batasan tersebut di atas terdapat beberapa hal yang berkenaan dengan administrasi. Seperti yang telah
dikemukakan di muka, pendidikan itu adalah suatu proses. Proses dalam hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan terdiri dari
serangkaian tindakan yang menuju ke suatu hasil tertentu. Tindakan tersebut bisa saja suatu perbuatan yang tampak tetapi
juga bisa tidak tampak. Pada umumnya tindakan dalam pendidikan itu merupakan tindakan yang tidak tampak nyata. Namun
demikian, tindakan dalam pendidikan itu hampir selamanya bersifat formal, dalam artian tindakan-tindakan itu dibuat sengaja
dan bertujuan. Kesengajaan proses pendidikan ini akan lebih nyata bila pendidikan itu dipandang secara sosiologis.
Pendidikan adalah proses sengaja untuk meneruskan atau mentransmisi budaya orang dewasa kepada generasi yang lebih
muda. Proses ini mengandung suatu tindakan asasi yaitu pemilihan atau seleksi keterampilan, fakta, nilai, dan sikap yang
paling berharga dan penting dari kebudayaan untuk diajarkan kepada generasi yang lebih muda itu. Pemilihan dan
pengambilan keputusan itu merupakan tindakan yang sengaja.

Dalam pendidikan itu terdapat dua jenis proses, yaitu proses pendidikan dan nonpendidikan. Proses pendidikan
sering juga disebut proses teknis sedangkan nonpendidikan sering disebut nonteknik. Administrasi tergolong proses nonteknis
yang pada dasarnya berfungsi agar proses teknik berjalan dengan mulus. Fungsi proses administrasi itu adalah merancang,
mengatur, mengkoordinasikan, menyediakan fasilitas, mengarahkan, memperbaiki proses teknis. Sedangkan proses teknis itu
merupakan proses yang secara langsung berkenaan dengan pendidikan itu sendiri seperti perencanaan, penilaian,
pelaksanaan pengajaran dan kurikulum, Abdurrahman An-Nahlawi (1989; 50) menyatakan bahwa proses pendidikan adalah
pengembangan kepribadian manusia, agar seluruh aspek ini dapat terlaksana secara harmonis dan sempurna, di samping
seluruh potensi manusia dapat terpadu untuk mencapai tujuan yang merupakan pangkal segala usaha, konsep, tingkah laku,
dan getar perasaan hati.

Hal lain yang perlu ditinjau lebih lanjut dari pengertian pendidikan itu berkenaan dengan perubahan atau kondisi diri
manusia yang diharapkan baik yang bersifat fisik maupun mental. Semua batasan pendidikan yang dikemukakan di muka itu
semuanya menunjukkan adanya tujuan. Bahkan GBHN 1988 lebih lanjut menunjukkan tujuan umum pendidikan itu menjadi
lebih rinci. Tujuan tersebut adalah pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

2
berkepribadian, berdisiplin, berkerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terarnpil serta sehat jasmani dan
rohani.2 (2 Dr. Supandi dkk., Administrasi Pendidikan, UT, Jakarta, 1992.)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa administrasi adalah aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan, atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian administrasi pendidikan, baiklah kita
kemukakan di sini beberapa rumusan dari para ahli sebagai berikut:
a. Sondang P. Siagian, MPA. PhD.
Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Ars. The Liang Gie, dalam Pengertian, Kedudukan dan Ilmu Administrasi rnengatakan bahwa:
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh
sekelompok orang dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Drs. Soehari Trisna, dalarn Segi-Segi Administrasi Sekolah. Administrasi adalah keseluruhan proses penyelenggaraan
dalam usaha kerja sama dua orang atau lebih dengan secara rasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya secara efisien.
d. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum, buku III D. Administrasi ialah
usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber (personel maupun material) secara efektif dan efisien guna
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
e. Jesse B. Sears, dalam The Nature of Administration Process 1950.
Educational administration is the process as including the following activities planning, organization, direction,
coordination, and control.
f. Drs. M. Ngalim Parwanto, dalam Administrasi Pendidikan 1967.
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personel,
spiritual dan material yang bersangkut-paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.
g. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Kurikulum Usaha-Usaha Perbaikan dalam Bidang Pendidikan dan
Administrasi Pendidikan. Administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan,
pembiayaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel,
material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
h. Administrasi Pendidikan ialah suatu cara bekerja dengan orang-orang, dalam rangka usaha mencapai tujuan
pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditentukan.
i. Administrasi pendidikan dapat pula diartikan sebagai pelaksanaan pimpinan yang mewujudkan aktivitas kerjasama
yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
j. Administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar seperti perumusan polis,
pengarahan usaha, koordinasi, konsultasi, korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usaha-usaha kecil
dan sederhana seperti menjaga sekolah, menyapu halaman dan sebagainya.

Melihat rumusan-rumusan tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa administrasi pendidikan meliputi berbagai aspek dan
kegiatan yang kesemuanya ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Perlu diketahui, bahwa rumusan-rumusan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain, melainkan saling
berhubungan erat dan saling melengkapi. Hanya saja tekanan dari masing-masing rumusan itu berbeda-beda.
Ada yang menekankan pada: cara bekerja dengan orang-orang dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Ada pula yang
menekankan pada: pelaksanaan pimpinan. Dan ada lagi yang tekanannya lebih menunjukkan pengertian yang lebih luas,
yaitu mencakup semua kegiatan sekolah yang ditujukan ke arah tercapainya tujuan pendidikan. Dengan beberapa pengertian
tersebut di atas, maka perlu ditegaskan di sini:
a. Bahwa administrasi pendidikan itu merupakan proses keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus
dilakukan oleh semua pihak yang ada sangkut-pautnya dengan tugas-tugas pendidikan.
b. Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas, yang meliputi: kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah.
c. Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar kegiatan ”tata usaha” seperti yang dilakukan di kantor-kantor
tata usaha sekolah atau kantor-kantor inspeksi pendidikan lainnya.

Secara sederhana dan mudah, dapat dikatakan: "Administrasi pendidikan adalah suatu ilmu tentang penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, agar tercapai tujuan pendidikan di sekolah itu."
Singkatnya: Administrasi pendidikan ialah pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan
dengan urusan-urusan sekolah.
3
Memperluas pemahaman tentang pengertian administrasi pendidikan berikut ini dikemukakan beberapa batasan atau definisi.
a. Hadari Nawawi mengatakan: Administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan
dalam lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal. Beliau menekankan pada proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang terutama pada pendidikan formal. Selanjutnya dikatakan, ada perbedaan antara
administrasi pendidikan dan kegiatan operasional kependidikan. Kegiatan operasional kependidikan adalah kegiatan-kegiatan
teknis edukatif, seperti kegiatan belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan dan sebagainya. Sedangkan administrasi
pendidikan menyangkut kemampuan mengendalikan kegiatan operasional itu agar serempak seluruhnya bergerak dan
terarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan itu adalah mengusahakan terwujudnya efisiensi dan efektivitas yang
tinggi.

b. Pendapat lain yang dikemukakan adalah batasan dari Engkoswara. Beliau mengatakan: Administrasi Pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai
tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan
pendidikan yang disepakati. Selanjutnya dikatakan, tujuan administrasi pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan
secara produktif yaitu efektif dan efisien. Ukuran keberhasilan administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan, yang
pertama dilihat pada produk, hasil atau efektivitas dan pada proses, suasana atau efisiensi. Dalam pencapaian produktivitas
itu diperlukan suatu proses, minimal meliputi perilaku manusia berorganisasi, perilaku itu dapat dinyatakan dalam bentuk
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pembinaan atas tugas kewajiban administratif. Tugas kewajiban
administratif itu dapat dikelompokkan dalam tujuh kategori, yaitu:
1) program pendidikan;
2) murid;
3) personel;
4) kantor sekolah;
5) keuangan sekolah;
6) pelayanan bantuan; dan
7) hubungan sekolah masyarakat.

Tugas kewajiban di atas dapat dikategorikan ke dalam manusia, program pendidikan atau sumber belajar dan fasilitas.
c. Menurut Ngalim Purwanto: Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan pengintegrasikan segala
sesuatu, baik personel, spiritual dan material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Selanjutnya
dikatakan, di dalam proses administrasi pendidikan, segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian
tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisir dan dikoordinir secara efektif dan semua materi yang diperlukan dan yang
telah ada dimanfaatkan secara efisien.
Dari beberapa batasan di atas dapat disimpulkan bahwa: administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan
perilaku manusia dalam pendidikan, agar sumber daya yang ada dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai secara produktif.

2. Dasar dan Tujuan

Dasar
Administrasi akan berhasil baik apabila didasarkan atas dasar-dasar yang tepat. Dasar diartikan sebagai suatu
kebenaran yang fundamental yang dapat dipergunakan sebagai landasan dan pedoman bertindak dalam kehidupan
bermasyarakat.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa dasar yang perlu diperhatikan agar administrator dapat mencapai sukses dalam
tugasnya. Terdapat banyak dasar administrasi, antara lain:
a. Prinsip efisiensi
Seorang administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efisien dalam menggunakan semua sumber tenaga
dana dan fasilitas yang ada.
b. Prinsip pengelolaan
Administrator akan memperoleh hasil yang paling efektif dan efisien melalui orang-orang lain dengan jalan
melakukan pekerjaan manajemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol.
c. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
Jika disertai pekerjaan manajemen dan operatif dalam waktu yang sama, seseorang administrasi cenderung untuk
memberikan prioritas pertama pada pekerjaan operatif. Administrator harus mampu menghindari kecenderungan
negatif ini, sebab bila ia terlalu sibuk dengan tugas-tugas operatif, maka pekerjaan pokoknya yaitu pengelolaan akan
terbengkalai.

4
Hal ini juga merupakan ciri khas tentang tinggi atau rendahnya taraf organisasi. Makin rendah taraf suatu organisasi,
akan dapat dilihat dari makin banyaknya pekerjaan operatif yang harus dilakukan oleh administrator.
d. Prinsip kepemimpinan yang efektif
Seorang administrator yang berhasil dalam tugasnya apabila ia menggunakan gaya kepemimpinan yang efektif,
yakni yang memperhatikan dimensi-dimensi hubungan antar manusia (human relationship), dimensi pelaksanaan
tugas dan dimensi situasi dan kondisi (sikon) yang ada.
Prinsip keempat ini perlu penjelasan. Administrator akan berhasil dalam melaksanakan tugasnya apabila ia memiiiki
gaya kepemimpinan yang efektif. Syarat pertama adalah ia sebagai pemimpin harus memelihara hubungan baik
antara bawahannya. Ini berarti ia harus mengenal bawahannya apa kepentingan-kepentingannya, dapat
menimbulkan motivasi bekerja untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan organisasi, mengusahakan
kepuasan kerja.
Di samping itu, dimensi kedua juga perlu diperhatikan yaitu pentingnya penyelesaian tugas oleh setiap anggota
organisasi sesuai dengan pertelaan tugas (job description). Jangan sampai terjadi kasus, karena pemimpin
mementingkan hubungan baik dengan anggotanya, maka ia mengorbankan pentingnya penyelesaian tugas secara
baik dan tepat pada waktunya. Dan sebaliknya jangan sampai terlalu mengutamakan kewajiban kerja, sampai
melupakan kegairahan kerja dan kepentingan pribadi bawahannya.
Gaya kepemimpinan yang tepat adalah apabila administrator memperhitungkan taraf kematangan para anggota
organisasi, dan situasi yang ada. Bila dalam organisasi telah ada hubungan baik, tetapi kesadaran bekerja belum
memadai, maka pemimpin
yang berhasil harus mampu menimbulkan kesadaran untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.
e. Prinsip kerjasama
Seseorang administrator akan berhasil baik dalam tugasnya bila ia mampu mengembangkan kerjasama di antara
orang-orang yang terlibat, baik secara horizontal maupun secara vertikal.
Perlu ditambahkan bahwa ada dua asas yang dapat dipergunakan sebagai landasan kerja kegiatan administrasi
pendidikan di sekolah, yaitu: asas idiil dan landasan operasional.

a. Asas idiil
Pelaksanaan administrasi pendidikan di suatu negara tergantung pada sistem pendidikan yang dianut oleh suatu negara.
Sistem pendidikan yang dianut oleh negara Indonesia adalah sistem pendidikan Pancasila, yaitu sistem pendidikan yang
dilaksanakan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Karena administrasi pendidikan pada hakikatnya
adalah sub-sistem dari sistem pendidikan secara luas, maka landasan idiil yang dipergunakan dalam kegiatan administrasi
pendidikan di sekolah juga Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Asas operasional/prinsip
Sebagaimana telah diketahui, bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN), sistem pendidikan di sekolah di Indonesia telah mengalami pembaruan. Upaya
pembaruan itu dilakukan antara lain juga untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat sekolah.
Bentuk pembaruan sistem pendidikan di sekolah itu tertuang dalam bentuk kurikulum. Kurikulum yang dimaksud adalah
kurikulum 1975. Kurikulum inilah yang menjadi landasan operasional dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia.
Ada lima buah prinsip yang melandasi kurikulum 1975 ini. Dalam pendekatan sistem, kegiatan administrasi merupakan salah
satu komponen instrumental proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Karena proses penyelenggaraan pendidikan di
sekolah itu dilakukan dalam kurikulum 1975, maka kelima prinsip yang dipergunakan untuk melandasi kurikulum 1975 juga
harus menjadi landasan operasional bagi kegiatan administrasi pendidikan di sekolah. Kelima prinsip itu adalah:
1) Prinsip fleksibilitas
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah hendaknya dilakukan dengan mengingat faktor-faktor dan
kemampuan untuk menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program pendidikan di sekolah.
Berdasarkan pada prinsip ini berarti bahwa dalam melaksanakan kegiatan administrasi hendaknya mengingat faktor-
faktor ekosistem dan kemampuan untuk menyediakan fasilitas itu.
2) Prinsip efisien dan efektivitas
Pada hakikatnya efisiensi tidak hanya menyangkut penggunaan waktu secara tepat, melainkan juga menyangkut
masalah pendayagunaan tenaga secara optimal. Prinsip ini juga harus digunakan sebagai landasan operasional bagi
kegiatan administrasi pendidikan di sekolah.
3) Prinsip berorientasi pada tujuan
Sesuai dengan pendekatan sistem maka semua kegiatan pendidikan harus berorientasi pada tujuan. Karena
administrasi pendidikan di sekolah merupakan komponen input instrumental dalam sistem pendidikan maka untuk
menjamin tercapainya tujuan tersebut, tujuan operasional yang sudah dirumuskan itu juga menjadi gantungan
orientasi bagi pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah.
4) Prinsip kontinuitas

5
Prinsip kontinuitas ini hendaknya juga dipergunakan sebagai landasan operasional dalam melaksanakan kegiatan
administrasi pendidikan di sekolah. Misalnya: Walaupun kegiatan administrasi siswa yang dilakukan di Sekolah
Dasar berbeda dengan yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama, tetapi ada hubungan hierarkinya.
5) Prinsip pendidikan seumur hidup
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya, di lain
pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan untuk dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar.
Dalam, melaksanakan administrasi pendidikan kiranya prinsip tersebut perlu digunakan sebagai landasan
operasional.

Tujuan

Menurut Sergiovanni dan Carver (1975), ada empat tujuan administrasi, yaitu: efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan
menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah.
Karena sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional, maka tujuan administrasi pendidikan di Indonesia yang
dilaksanakan di sekolah juga bersumber dari tujuan pendidikan nasional. Di samping itu tujuan administrasi pendidikan di
Indonesia juga menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut. Sesuai dengan yang digariskan dalam GBHN
tujuan pendidikan nasional adalah:
Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri yang serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
Sedangkan dalam lembaga atau sekolah, administrasi pendidikan merupakan subsistem dalam sistem pendidikan sekolah.
Tujuan administrasi berusaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan sekolah tersebut. Tujuan institusional
pendidikan untuk semua tingkat dan jenis sekolah telah dibakukan oleh pemerintah dalam kurikulum 1975.
Sesuai dengan keputusan-keputusan tersebut, tujuan institusional untuk masing-masing jenjang dan jenis sekolah dalarn
kurikulurn tahun 1975 dirumuskan berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang lebih mencakup hal yang luas. Sedang pada tujuan khusus pertanyaan-pertanyaan itu sudah
dijabarkan secara khusus dengan ditinjau dari tiga bidang pengembangan tingkah laku manusia melalui pendidikan, yaitu:
bidang pengetahuan, bidang keterampilan dan bidang nilai dan sikap.3 (3 Tim MKDK IKIP Semarang, Administrasi Pendidikan, IKIP
Semarang Press, 1989)

Contoh tujuan umum


a. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah agar lulusan:
1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja di
masyarakat dan mengembangkan diri.
b. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah agar lulusan:
1) Menjadi warga negara yang baik sebagai manusia yang utuh, sehat, kuat lahir dan batin.
2) Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di SD.
3) Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajaran ke Sekolah Lanjutan Atas dan untuk tujuan ke masyarakat.
c. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah agar lulusan:
1) Menjadi warga negara yang baik sebagai manusia utuh, sehat, kuat lahir dan batin.
2) Menguasai hasil-hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di SMP.
3) Memiliki bekal untuk melanjutkan studinya ke lembaga perguruan tinggi.
4) Memiliki untuk terjun ke masyarakat dengan mengambil keterampilan untuk bekerja yang dapat dipilih oleh siswa
sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat.
d. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Teknologi Menengah (STM) adalah agar lulusan:
1) Menjadi warga negara yang baik, yaitu manusia pembangunan yang bermoral Pancasila yang utuh, sehat, kuat lahir
dan batin.
2) Menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai guru teknik
dalam bidang teknologi industri sesuai dengan jurusan yang dipilihnya.
e. Tujuan Umum Pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) adalah agar lulusan:
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila yang memiliki sifat yang baik dan konstruktif sebagai
warga masyarakat, serta menerima dan percaya kepada kaidah-kaidah dan cara-cara pengamalan agama masing-
masing, baik dalam peribadatan maupun kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan antar agama dan bidang-
bidang kehidupan lainnya.
6
3) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai serta sikap yang diperlukan untuk:
a) Melaksanakan tugasnya secara afektif sebagai guru di lembaga pendidikan dasar, yaitu: Sekolah Dasar atau
Taman Kanak-kanak.
b) Mengembangkan dan mengamalkan Ilmu dan profesinya.
c) Menggunakan prinsip pendidikan seumur hidup di sekolah maupun di luar sekolah sebagai alat utama bagi
kemajuan pribadi masyarakat.
d) Mengembangkan dan membina kepemimpinan yang demokratis dan bertanggung jawab dalam interaksi sosial
dengan murid dan anak-anak.
e) Menggunakan prinsip kemanusiaan, demokrasi dan keadilan sosial dalam kehidupan, pergaulan, keluarga dan
sekolah secara bertanggung jawab.4

Kiranya jelas, bahwa tujuan administrasi pendidikan di sekolah adalah mempersiapkan situasi di sekolah, agar pendidikan dan
pengajaran berlangsung baik, sehingga tercapai tujuan khusus sekolah tersebut, yaitu:
a. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki pengetahuan dan pengertian dasar, mengenai hak dan kewajiban
sebagai manusia Pancasila sesuai dengan ketetapan MPRS No.IV /1973 dan berbuat selaras dengan pengertian itu.
b. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus, yang
merupakan bekal untuk hidupnya dalam masyarakat. Dan dengan demikian dapat berdiri sendiri serta
menyumbangkan kecakapannya bagi pembangunan masyarakat ber-Pancasila.
c. Supaya anak-anak tamatan suatu sekolah memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan yang kokoh serta keterampilan
untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi.

Dapatlah sekarang dimengerti, bahwa penyelenggaraan sekolah menuntut para guru untuk memimpin peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup yang sangat berbeda dengan petugas di sekolah kuno. Sekolah kuno hanya
mengutamakan pengetahuan melulu, kurang memperhatikan adanya perkembangan masyarakat yang selalu berubah itu.
Secara singkat, administrasi pendidikan di sekolah bertujuan menciptakan situasi yang memungkinkan anak mempunyai
pengetahuan dasar yang kuat untuk melanjutkan pelajaran, mempunyai suatu kecakapan dan keterampilan khusus untuk
dapat hidup sendiri dan dalam masyarakat, serta mempunyai sikap hidup sebagai manusia Pancasila dengan pengabdian
untuk pembangunan masyarakat Pancasila Indonesia.

Tampak jelas, bahwa Indonesia sekarang terus bernsaha meningkatkan adanya sekolah-sekolah progressif community
oriented (berorientasi pada masyarakat modern), tidak lagi berpusat pada pengetahuan semata, melainkan berpusat pada
kebutuhan hidup (life centered), yaitu sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk perseorangan.
4 Ibid. hal. 9.
Adapun tugas administrasi, tepatnya administrasi pendidikan, mengupayakan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Secara
agak rinci dan kewajiban administrasi sehubungan dengan tujuan pendidikan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Berusaha agar tujuan pendidikan tampil secara formal dengan jalan merumuskan, menyeleksi, menjabarkan dan
menetapkan tujuan pendidikan yang akan dicapai sesuai dengan lembaga atau organisasi pendidikan yang
bersangkutan secara formal.
2) Menyebarluaskan dan berusaha menanamkan tujuan pendidikan itu kepada anggota lembaga, sehingga tujuan
pendidikan tersebut menjadi kebutuhan dan pendorong kerja para anggota lembaga.
3) Memilih, menyeleksi, menjabarkan dan menetapkan proses berupa tindakan, kegiatan, dan pola kerja yang
diperhitungkan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal ini,
perlu juga diusahakan agar proses untuk mencapai tujuan nonpendidikan tidak terlalu banyak sehingga menghambat
tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam praktek, kegiatan yang bersifat kemasyarakatan, administrasi atau teknik
justru sering terlalu banyak sehingga kegiatan edukatif menjadi terlalaikan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa
kegiatan yang nonpendidikan atau nonedukatif yang tidak seimbang dengan kegiatan pendidikan akan menurunkan
mutu pendidikan itu sendiri.
4) Mengawasi pelaksanaan proses pendidikan dan lainnya dengan memantau memeriksa dan mengendalikan setiap
kegiatan dan tindakan pada setiap tahap proses sistem. Upaya ini sering dikaitkan dengan pengawasan melekat
ataupun pengendalian mutu dalam pendidikan. Pada dasarnya pengawasan ini lebih menekankan kepada usaha
mengembalikan proses yang menyimpang pada hukum dan tahap perkembangan serta interaksinya, dan hukum-
hukum untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan serta kebahagiaan seperti yang diberlakukan Allah.
5) Menilai hasil yang telah dicapai dan proses yang sedang atau telah berlaku, mengupayakan agar informasi tentang
hasil dan proses itu menjadi umpan balik yang dapat memperbaiki proses dan hasil selanjutnya. .

Unsur lain yang penting dikemukakan dalam pendidikan ini dan mempunyai hubungan yang erat dengan administrasi
pendidikan ialah unsur manusia. Pendidikan adalah upaya manusia demi manusia itu sendiri. Dengan pengertian lain manusia
itu adalah subjek dan sekaligus pula menjadi objek. Di dalam pendidikan itu terpaut manusia yang mempunyai kepentingan
yang berbeda-beda. Sudah dapat dibayangkan bahwa tanpa koordinasi pengaturan kerja, penempatan serta pengarahan dan
7
bimbingan proses dan tujuan pendidikan akan mengalami kegagalan. Dan itulah merupakan tugas dan kewajiban administrasi
pendidikan yang berkaitan dengan manusia sebagai individu, anggota masyarakat, dan abdi Allah.

3. Ruang Lingkup

Bidang-bidang yang tercakup dalam administrasi pendidikan adalah sangat banyak dan luas. Tetapi yang sangat
penting dan perlu diketahui oleh para kepala sekolah dan guru-guru pada umumnya ialah sebagai berikut:
a. Bidang tata usaha sekolah, ini meliputi:
1) Organisasi dan struktur pegawai tata usaha.
2) Anggaran belanja keuangan sekolah.
3) Masalah kepegawaian dan personalia sekolah.
4) Keuangan dan pembukuannya.
5) Korespondensi/ surat menyurat.
6) Masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan, laporan, pengisian buku induk, raport dan sebagainya.
b. Bidang personalia murid, yang meliputi antara lain:
1) Organisasi murid.
2) Masalah kesehatan murid.
3) Masalah kesejahteraan murid.
4) Evaluasi kemajuan murid.
5) Bimbingan dan penyuluhan bagi murid.
c. Bidang personalia guru, meliputi antara lain:
1) Pengangkatan dan penempatan tenaga guru.
2) Organisasi personel guru.
3) Masalah kepegawaian.
4) Masalah kondite dan evaluasi kemajuan guru.
5) Refreshing dan up-grading guru-guru.
d. Bidang pengawasan (supervisi), yang meliputi antara lain:
1) Usaha membangkitkan semangat guru-guru dan pegawai tata usaha dalam menjalankan tugasnya masing-masing
sebaik-baiknya.
2) Mengusahakan dan mengembangkan kerjasama yang baik antara guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah.
3) Mengusahakan dan membuat pedoman cara-cara menilai hasil-hasil pendidikan dan pengajaran.
4) Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru-guru pada umumnya.
e. Bidang pelaksanaan dan pembinaan kurikulum:
1) Berpedoman dan mengetrapkan apa yang tercantum dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan, dalam usaha
mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.
2) Melaksanakan organisasi kurikulum beserta metode-metodenya, disesuaikan dengan pembaruan pendidikan dan
lingkungan masyarakat.

Demikianlah antara lain bidang-bidang yang tercakup di dalam administrasi pendidikan. Dapatlah disingkatkan bahwa bidang-
bidang tersebut di atas dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Bidang administrasi material, yaitu kegiatan administrasi yang menyangkut bidang-bidang materi, seperti:
ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan, dan lain-lain.
- Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya administrasi personel guru dan pegawai sekolah dan
sebagainya.
- Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup di dalamnya pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum,
penyusunan silabus, persiapan harian dan sebagainya.

Administrasi pendidikan seringkali diistilahkan dengan administrasi sekolah seperti halnya dalam Kurikulum 1984 (Dalam
Buku Petunjuk Pengelolaan) disebutkan bahwa administrasi sekolah (maksudnya administrasi pendidikan) mencakup
pengaturan, proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan, keuangan
serta humas atau hubungan dengan masyarakat. Ini semua merupakan cakupan atau skopa dari administrasi sekolah /
administrasi pendidikan.

Dalam buku "Pedoman Umum Menyelenggarakan Administrasi Sekolah Menengah (1984)", disebutkan pula mengenai ruang
lingkup kegiatan administrasi sekolah adalah meIiputi:
- administrasi program pengajaran;
- administrasi murid/ siswa;
- administrasi kepegawaian;
8
- administrasi keuangan;
- administrasi perlengkapan;
- administrasi surat menyurat;
- administrasi perpustakaan;
- administrasi pembinaan kesiswaan;
- administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa skopa atau ruang lingkup administrasi pendidikan itu meliputi segala hal yang
pada dasarnya ditekankan pada pelaksanaan kegiatan/usaha pendidikan supaya berjalan secara teratur dan tertib yang
semua itu diorientasikan pada tujuan pendidikan. Karena itu butir-butir yang menjadi cakupan atau yang termasuk ke dalam
skopa administrasi pendidikan sesungguhnya amat luas dan banyak. Adapun rincian ruang lingkup yang penulis sinyalir
tersebut di atas, sebetulnya masih bisa dijelaskan lagi secara lebih rinci dan lebih luas lagi.

Sementara itu, Dr. Hadari Nawawi menyatakan, bahwa: secara umum ruang lingkup administrasi berlaku juga di dalam
administrasi pendidikan. Ruang lingkup tersebut meliputi bidang-bidang kegiatan sebagai berikut:
a. Manajemen administratif (administrative management).
Bidang kegiatan ini disebut juga "management of administrative function" yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan
mengarahkan agar semua orang dalam organisasi/kelompok kerjasama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Manajemen operatif (operative management)
Bidang kegiatan ini disebut juga "management of operative function" yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan
mengarahkan dan membina agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing setiap
orang melaksanakan dengan tepat dan benar.5 (5 Drs. Ahmad Rohani HM. & Drs. H. Abu Ahmadi, Administrasi Pendidikan
Sekolah, Bumi Aksara, Jakarta, 1990)

9
BAB II
PROSES ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Proses merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu yang teratur dan terarah, yang memungkinkan suatu
kelompok menncapai tujuan usahanya secara efektif dan efisien. Di bidang apapun tujuan yang harus dicapai itu, apakah di
bidang pendidikan, di bidang usaha, di bidang industri, di bidang perdagangan, di bidang pemerintahan dan sebagainya, jenis
dan urutan kegiatan tertentu diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di bidang apapun usaha itu,
kegiatan selalu dimulai dengan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian keberhasilan. Di antaranya terdapat serangkaian
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dan bersambungan, dan terjadilah suatu proses.

A. UNSUR-UNSUR KEGIATAN DALAM ADMINISTRASI


Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terdiri dari bermacam kegiatan/aktivitas di dalam
pelaksanaannya. Tentang jumlah dan jenis kegiatan yang tercakup dalam administrasi, terdapat sedikit perbedaan antara
beberapa ahli administrasi.
Henry Fayol umpamanya, seorang industrialis Prancis pada permulaan abad ini, telah mengemukakan lima unsur kegiatan
dalam administrasi, yaitu:
(1) perencanaan
(2) organisasi
(3) direksi
(4) koordinasi
(5) pengawasan.
Lima kegiatan inilah yang dianggap oleh Fayol sebagai unsur-unsur kegiatan pokok yang harus terdapat dalam proses
administrasi.

Ada pula yang melihatnya dalam segi lain, dan dengan pengertian lain mengenai batas-batas tiap jenis kegiatan itu. L. Gulick,
seorang ahli Public Administration di Amerika dalam tahun 30-an mengemukakan lebih banyak jumlah kegiatan, yaitu sampai
tujuh. Tujuan kegiatan itu, jika huruf-huruf awalnya dirangkaikan, akan merupakan singkatan POSDCORB, yaitu gabungan
dari: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting.
Antara dua pengelompokan menurut Fayol dan menurut Gulick itu tampaknya seolah-olah ada perbedaan, baik dalam jenis
maupun jumlah kegiatan. Sebetulnya tidak sedemikian besar perbedaannya. Yang dimaksudkan oleh Fayol sebetulnya sama
saja dengan yang dimaksudkan oleh Gulick, hanya sebutannya berlainan, dan batas-batas kegiatannya berbeda.
Umpamanya yang dimaksudkan oleh Fayol dengan organisasi, oleh Gulick lebih diperinci lagi menjadi organizing dan staffing.
Dan yang dimaksudkan oleh Fayol dengan pengawasan, yang dalam bidangnya, yaitu industri, biasanya secara langsung,
oleh Gulick tidak disebut pengawasan, meskipun dalam kegiatan administrasi tentu ada pengawasan itu. Ini dapat dilakukan
secara tidak langsung melalui catatan dan laporan. Karena itu yang diutamakan adalah reporting & recording.
Karena yang tujuh unsur ini merupakan yang lengkap dan dapat dijadikan pengertian dasar bagi jenis-jenis kegiatan menurut
pembagian siapa pun, kita akan berikan uraian seperlunya dari tiap unsur ini berdasarkan pembagian Gulick.

1. Planning
Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan dalam rangka administrasi. Perencanaan
merupakan persiapan yang harus dilakukan sebelum suatu usaha dilaksanakan. Rencana adalah prasyarat dalam usaha
apapun.
Rencana merupakan titik tolak bagi pelaksanaan, merupakan penuntun ke arah mana kegiatan harus dilakukan. Rencana
merupakan juga landasan untuk mengadakan penilaian di kemudian hari. Sampai di mana suatu usaha telah terlaksana,
apakah dapat dianggap berhasil atau tidak, dapat dinilai dengan membandingkan kemajuannya dengan rencana yang telah
ditetapkan pada permulaan.
Suatu usaha tanpa rencana, tidak dapat mengharapkan pelaksanaan yang teratur. Ada kemungkinan dalam pelaksanaan
terlalu sering diadakan perubahan dan penyesuaian, sehingga tidak mempunyai arah tertentu.
Rencana harus dengan jelas mengemukakan:
 apa yang akan dicapai;
 dengan cara apa akan dicapainya;
 alasan-alasan apa yang digunakan dalam menentukan cara-cara pencapaian itu;
 bilamana dapat diharapkan selesainya;
 bagaimana pentahapan penyelesaiannya;
10
 siapa yang akan melaksanakannya;
 bilamana dan bagaimana akan mengadakan penilaian;
 kemungkinan-kemungkinan apa yang kiranya dapat mempengaruhi pelaksanaan;
 bagaimana mengadakan penyesuaian dan perubahan rencana;
dan sebagainya.
Mengenai perencanaan ini di bagian lain akan kita mendapatkan uraian yang agak lebih terperinci.

2. Organizing
Pengorganisasian merupakan kelanjutan dari perencanaan. Setelah direncanakan apa yang akan dicapai,
bagaimana mencapainya, dan sebagainya kita perlu mengadakan pengelompokan tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan. Kita perlu mengatur/menyusun: ada berapa macam kegiatan; bagaimana mengelompokkan kegiatan-kegiatan
itu menurut jenisnya, menurut waktunya, menurut pentingnya; kegiatan mana yang lebih dahulu harus dilaksanakan dan mana
yang kemudian; bagaimana hubungan antara bagian-bagian/kelompok kegiatan-kegiatan itu; dan seterusnya.
Maksud pengorganisasian ini ialah agar semua pekerjaan dapat berjalan pada waktunya, menurut urutan pentingnya, menurut
saluan-saluran yang dapat memberikan kelancaran sebaik-baiknya.
Pengelompokan kegiatan berarti pula pengelompokan tanggung jawab, pembagian dan penyusunan tanggung jawab; dan
penyusunan tugas-tugas bagi setiap bagian yang mempunyai tanggung jawab tertentu. Ini semua yang kita maksudkan
dengan organisasi.
Untuk menyusun pola pembagian tugas dan taggungjawab, si pemimpin harus menguasai benar bidang pekerjaannya,
mengetahui secara mendetail macam-macam kegiatan yang diperlukan dalam rangka keseluruhan usahanya itu, dan
mengetahui pula prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan organisasi.

3. Staffing
Staffing berarti penyusunan staf, penentuan personil yang diperlukan. Setelah diatur susunan pekerjaan, dan
diketahui macam, luas dan bidang pekerjaan yang akan dilakukan, pimpinan harus mengisinya dengan tenaga-tenaga yang
sesuai, dengan berpedoman pada prinsip “the right man in the right place”.
Dalam usaha mencari, memilih dan menentukan tenaga yang diperlukan bagi tiap jenis kegiatan itu, perlu diperhatikan oleh
pemimpin:
 pengetahuan dan kecakapan apa yang diperlukan bagi setiap macam tugas/pekerjaan yang telah disusun itu;
 di mana dapat dicari/diperoleh tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan dan kecakapan itu;
 bagaimana mengadakan seleksi agar benar-benar diperoleh tenaga yang diperlukan itu;
 jika sudah diseleksi, bagaimana menempatkan mereka ke dalam fungsi yang sesuai dan tanggung jawab yang serasi;
 penghargaan apa yang dapat diberikan kepada mereka, agar mereka bersedia memikul tanggung jawab dan
melaksanakan tugas pekerjaannya sebaik-baiknya;
 bagaimana selanjutnya memberikan bimbingan dan meningkatkan kesanggupan/kemampuan mereka, demi
peningkatan usaha dan pencapaian tujuan sebaik-baiknya.
Itulah semua yang harus mendapat perhatian pemimpin dalam rangka penempatan personil yang sesuai dengan
tugas/pekerjaan yang telah disusun, dalam rangka staffing.
Persoalannya tidak hanya sampai pada penempatan dan penugasan saja. Pemimpin harus terus memperhatikan kondisi dan
daya kerja petugas-petugasnya, terus-menerus mempelajari sebab-sebab yang dapat melemahkan kesanggupan dan
kemauan bekerja, dengan memberikan bimbingan dan pembinaan secara kontinu.

4. Directing
Dalam pengertian "directing" ini tersimpul banyak hal, seperti: memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana tugas-tugas
harus dilaksanakan, memberikan bimbingan dalam rangka perbaikan cara-cara bekerja, menghindarkan kesalahan-kesalahan
yang diperkirakan dapat timbul dalam pekerjaan, dan sebagainya. Semua tugas-tugas itu harus dilakukan oleh direktur, yang
memberikan direksi atau pengarahan.
Dalam kegiatan ini akan ternyata peranan pimpinan sebagai direktur: cakap tidaknya, demokratis tidaknya, menguasai
tidaknya bidang pekerjaan yang dihadapinya itu. Sebagai direktur ia merupakan pimpinan eksekutif tertinggi dan merupakan
pengawas serta pemberi arah dalam pelaksanaan usaha menurut pola dan rencana yang telah disusun.
Kegiatan yang dilakukan dalam peranannya sebagai direktur antara lain:
 memberikan penerangan/penjelasan/informasi tentang keseluruhan usahanya itu;
 mengeluarkan perintah/instruksi dalam rangka pelaksanaannya: apa dan bagaimana yang harus dilaksanakan;
 memberikan contoh dalam sikap dan cara bekerja;
 mengadakan pengawasan/pemeriksaan/inspeksi;
 menemukan kebaikan/kemajuan dan kekurangan/kesalahan dalam pekerjaan;
 mengoreksi kekurangan-kekurangan dan memperkecil/meniadakan hambatan-hambatan.

11
Cara melaksanakan peranannya itu harus sesuai dengan tempat, waktu dan kebutuhan, menurut prinsip-prinsip demokrasi
dan efisiensi kerja, dan bijaksana pula, agar tidak merugikan wibawanya dan tidak menimbulkan tekanan-tekanan atau
ketegangan-ketegangan pada yang dipimpinnya.

5. Coordinating
Mengkoordinasi artinya menyatukan/menyamakan arah. Dalam tugasnya sebagai direktur, yang diperhatikan oleh
pimpinan adalah terutama cara-cara pelaksanaan teknis oleh pelaksana-pelaksana yang harus sesuai dengan tujuan dan
tidak menyimpang dari garis/pola yang sudah ditentukan.
Sebagai koordinator, pemimpin harus mengarahkan perhatiannya pada cara kerja sama antara petugas-petugas yang diawasi
itu. Pemimpin harus berusaha agar:
 setiap bagian/petugas melaksanakan tugasnya dengan cara dan dalam waktu yang sudah ditentukan;
 tidak ada bagian/petugas yang menghambat atau merugikan pekerjaan bagian/petugas lain;
 menghindarkan "overlapping" dalam tugas dan pelaksanaannya yang dapat membingungkan dan mengacaukan;
 memupuk dan mengembangkan saling percaya-mempercayai dan banyak membantu antara bagian-bagian/petugas-
petugas:
 menghindarkan dan menyelesaikan segala macam perbedaan pendapat atau pertentangan yang menghambat
lancarnya usaha;
 menghindarkan konkurensi/kompetisi yang tidak sehat;
 memupuk rasa persatuan, agar setiap bagian/petugas merupakan unsur-unsur yang tidak lepas dari keseluruhan
kelompok.

Istilah yang sekarang sering kita dengar ialah KIS, singkatan dari Koordinasi, yang harus menghasilkan Integrasi
(=penyatuan) dari tiap bagian ke dalam keseluruhannya, agar ada Sinkronisasi, ialah segala sesuatu berjalan menurut
rencana pada waktu yang tepat. (sinkron/synchroon = waktu yang bertepatan, bersamaan).
Jika kita telaah peranan seorang koordinator yang diuraikan di atas ini, akan jelaslah bahwa masalah koordinasi dalam
pelaksanaannya sangat memerlukan keterampilan dalam Human Relation dan Group Process, di samping penguasaan
seluruh kegiatan usaha secara teknis profesional.

6. Recording & Reporting


Recording berarti pencatatan, dan reporting berarti pelaporan.
Pimpinan bertanggung jawab tentang perkembangan dan maju mundurnya usaha yang dipimpinnya, kepada atasan dan
kepada semua pihak yang berkepentingan_dengan usaha itu. Segala sesuatu harus dilaporkan secara teratur. Untuk
keperluan ini pemimpin harus menerima laporan pula dari semua bagian/petugas yang bertanggung jawab kepadanya. .
Dengan demikian "reporting" ini mencakup kegiatan-kegiatan yang luas, yaitu: pencatatan/dokumentasi (recording) dari
segala macam kegiatan yang dilakukan dan dari semua hasil yang telah dicapai. Jadi untuk itu diperlukan kegiatan "inspeksi"
yang memeriksa dan mengadakan checking tentang semua keadaan dan perkembangannya, dan yang diperlukan juga riset
sebagai usaha pengumpul data.
Dalam rangka pencatatan dan pelaporan ini pemimpin harus mempunyai pedoman tentang:
 Apa yang harus dicatat.
 Bagaimana cara mencatatnya.
 Bagaimana menyimpan catatan-catatan secara teratur dan sistimatis.
 Apa yang harus dilaporkan.
 Kepada siapa harus diberikan laporan.
 Bagaimana menyusun laporan yang singkat, tetapi lengkap dan jelas.
 Siapa yang harus menyusun laporan, dan bilamana menyusunnya.
 Bagaimana menyimpan laporan-laporan itu agar setiap saat dapat dipergunakan sebagai sumber data.
 Bagaimana menggunakan laporan-laporan itu dalam rangka peningkatan dan pengembangan usaha.
Dalam bagian pencatatan dan pelaporan ini sangat banyak diperlukan "clerical work”, pekerjaan ke-tata-usahaan, dengan
cara-cara yang sudah lazim menggunakan berbagai alat pencatat (formulir, daftar, buku, dan sebagainya). Dalam banyak hal
sudah dapat diadakan usaha-usaha normalisasi menurut bentuk dan ukuran "standard" dalam alat-alat pencatatan ini, untuk
keseragaman dan kemudahan pemakaiannya.

7. Budgeting
Kegiatan ini meliputi bidang administrasi finansial yang meliputi: perencanaan dan penyusunan anggaran biaya,
mencari dan mengusahakan sumber-sumber biaya, untuk semua kegiatan yang telah direncanakan.

12
Pemimpin yang bertanggung jawab tentang keseluruhan usaha yang dipimpinnya itu, dan biasanya menjadi bendaharawan
yang komtabel (accountable), perlu mempunyai pengetahuan secukupnya mengenai berbagai segi dalam masalah keuangan.
meskipun tidak ahli dalam seluruh bidang akutansi.
Ia sedikitnya harus dapat menyusun rencana keuangan untuk kantor/perusahaannya dalam garis besar harus mengetahui
keadaan umum ekonomi dan keuangan, mengetahui juga beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi keadaan
ekonomi dan keuangan negara kita. Di samping itu perlu juga tahu prinsip-prinsip dan beberapa cara pembukuan dan
pertangung-jawaban keuangan.
Sebagai petugas dalam instansi/jawatan pemerintah, ia harus tahu pula beberapa peraturan pokok mengenai keuangan dan
pertanggungan jawab keuangan pemerintah, dan mengenai saluran-saluran resmi yang harus dilalui dalam menerima,
mengawasi dan mempertanggungjawabkan uang negara.
Melihat luasnya bidang administrasi dan banyaknya unsur-unsur kegiatan di dalamnya, jelaslah kiranya bahwa administrasi
bukan hak dan kewajiban perorangan. Administrasi adalah suatu proses, terdiri dari serangkaian kegiatan-kegiatan, yang
memerlukan bermacam keahlian, pengalaman dan pengetahuan, dan karena itu merupakan hasil perpaduan antara
bermacam potensi yang harus didayagunakan.
Masalah kepemimpinan dalam administrasi merupakan masalah tanggung jawab: pengorganisasian tanggungjawab,
pengarahan tanggungjawab dan pendelegasian tanggungjawab. Dan semuanya itu merupakan proses yang dinamis.

B. BEBERAPA PRINSIP ADMINISTRASI PENDIDIKAN


Secara tradisonal ada anggapan bahwa administrasi mencapai tujuannya terutama dengan peraturan-peraturan dan
instruksi-instruksi. Dalam administrasi demikian, unsur-unsur dan komponen-komponennya merupakan "alat" yang dapat
digerakkan dengan berbagai instruksi menurut kehendak pengendalinya. Anggapan yang mekanistis ini melihat semua
unsur/bagian/ komponennya sebagai bagian-bagian yang sudah mutlak ditentukan tempatnya dan gunanya, yang sudah
ditentukan saluran-saluran hubungannya, dan juga batas-batas prestasinya yang dapat dan harus dihasilkan. Sernua “bagian”
atau “onderdil” harus dapat bekerja secara sinkron-mekanis dalam rangka keseluruhannya.
Untuk memelihara integrasi dan sinkronisasi ini diperlukan koordinasi yang mengontrol, dan juga yang terkontrol. Dan sebagai
alat pengontrol itulah diperlukannya dan berfungsinya peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi, yang harus jelas dan tegas.
Dalarn beberapa puluh tahun terakhir ini di beberapa negara yang sudah maju sistim pengadministrasiannya, timbul konsepsi
baru, yang semakin meluas dan merata, bahwa administrasi adalah suatu proses sosial, yang lebih banyak melihat dan
mempertimbangkan segi-segi kemanusiaannya, dan hubungan antar-manusia di dalarn proses administrasi itu. Semua unsur
manusia yang menggerakkan proses administrasi, yang menjalankan kegiatan administrasi, merupakan anggota-anggota
kelompok yang mempunyai relasi sosial antara sesamanya. Administrasi semacam ini akan lebih mengemukakan segi
kooperasi dalam kegiatannya.

Unsur-unsur kegiatan yang terdapat dalam administrasi yang bersifat direktif (directive = mengarahkan), atau yang bersifat
kooperatif, pada umumnya memang sama: ada planning, organizing, staffmg dan selanjutnya. Tetapi cara rnelaksanakan
kegiatan-kegiatan itu, dan titik berat yang diletakkan pada kegiatan-kegiatan itu ada perbedaan antara administrasi yang
direktif dan yang kooperatif.
Memang dalam tiap macam administrasi diperlukan peraturan, pengarahan dan instruksi untuk memberikan arah dan
bimbingan kepada para pelaksananya. Tetapi cara/prosedur pembuatan peraturan-peraturan itu berbeda: ada yang dibuat
oleh dan datang dari satu pihak saja, dan ada yang secara kooperatif mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak-pihak yang
berkepentingan.

Dalam administrasi pendidikan sasarannya adalah manusia; pelaksanaannya tidak boleh dan tidak dapat disetarafkan dengan
“onderdil” mesin. Maka sifat administrasinyapun dalam pendidikan tidak boleh dan tidak dapat bersifat mekanistis.
Pelaksanaan administrasi pendidikan harus bersendikan prinsip-prinsip yang sifatnya kooperatif dan demokratis.
Beberapa prinsip administrasi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan dan perkembangan anak didik harus mendasari semua kegiatan administrasi.
Efektif tidaknya suatu keputusan, peraturan atau kegiatan, hendaknya diukur dengan kepentingan pendidikan dan
perkembangan anak didik. Kelancaran bekerja, efisiensi tenaga, penghematan biaya, dan sebagainya, jika tidak
membawa keuntungan dalam perkembangan anak didik, kurang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Penggunaan waktu, tenaga, alat secara efektif.
Bekerja demi kepentingan pendidikan dan anak didik tidak berarti bahwa kita boleh bekerja dengan cara apa saja.
Dengan didasarkan atas tercapainya tujuan pendidikan sebaik-baiknya, administrasi harus berusaha
menggunakan waktu, tenaga dan alat se-efektif mungkin.
c. Ada koordinasi dalam semua usaha.
Setiap anggota hendaknya merupakan bagian dari satu kelompok dan dapat bekerjasama dengan anggota-
anggota lainnya dalam kelompoknya. la harus dapat mengkoordinasi usahanya dengan usaha keseluruhan
kelompoknya. Sifat individualistik, mementingkan pribadi dan ingin mendominasi dan sifat-sifat eksentrik,
merupakan penghalang-penghalang bagi tercapainya tujuan bersarna.
13
d. Partisipasi luas dalam penentuan policy dan program.
Fihak yang telah diajak dan telah turut serta dalam usaha menentukan haluan dan program kerja, dapat
diharapkan akan melaksanakan program itu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Ajakan berpartisipasi ini harus benar-benar dan sungguh-sungguh; bukan hanya sekedar merupakan sandiwara
atau merupakan sandiwara atau merupakan "diplomatic manipulation". Keputusan-keputusan hendaknya benar-
benar merupakan hasil musyawarah bersama.
Dalam soal partisipasi ini yang menjadi masalah ialah: sampai berapa jauh, dan berapa banyak fihak-fihak dapat
dan harus diikutsertakan. Apakah semua fihak yang berkepentingan harus diajak? Apakah dalam segala macam
persoalan mereka harus diajak?
Dalam hal ini hendaknya dapatlah kita menerapkan sila ke-4 dari Pancasila kita: "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." Perwakilan yang diberi tanggungjawab dan yang
bertanggungjawab yang perlu dipartisipasikan.
e. Pemindahan kekuasaan sesuai dengan tanggung jawab.
Pemindahan wewenang adalah suatu hal yang lazim dalam bentuk organisasi apapun. Tidak mungkin suatu
pimpinan dapat melakukan semua tugas-tugas sendiri dan dapat mengadakan pengawasan sendiri terhadap
semua pelaksanaannya. Penyerahan tanggung jawab secara hierarkis memang perlu.
Yang harus diperhatikan dalam pemindahan kekuasaan dan tanggungjawab ini ialah keadilan, yaitu: agar setiap
kewajiban diimbangi dengan hak yang sesuai, dan sebaliknya. Tanggung jawab harus disertai dengan wewenang,
dan sebaliknya.
f. Menghindarkan overlapping fungsi
Dalam program pendidikan yang kooperatif ada kemungkinan suatu fungsi dilakukan oleh lebih dari satu
fihak/bagian. Hal ini tidak menguntungkan efisiensi kerja. Maka dari itu diperlukan pembatasan dan perumusan
tugas sejelas-jelasnya bagi setiap fihak/unit/bagian. ”Job description”, yaitu perincian dan pembatasan tugas,
harus jelas dan tegas: apa yang harus dikerjakan, sampai di mana batas-batasnya dan apa yang di luar
wewenangnya.

Kalau ada tugas yang mengandung persamaan dan tugas lain, atau harus dilakukan oleh beberapa bagian/fihak bersama-
sama, maka perlu ditetapkan batas-batas kegiatan dan tanggung jawab dari setiap bagian itu.
Demikianlah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan administrasi pendidikan yang kooperatif dan
demokratis. Prinsip-prinsip tersebut baru merupakan dasar-dasar umum. Untuk dapat digunakan secara efektif dalam praktek
administrasi, masih diperlukan: pengalaman, latihan, keterampilan; dan yang tidak kurang pentingnya, ialah faktor sikap,
kepribadian dan keyakinan pemimpin sendiri mengenai demokrasi.

C. PERENCANAAN DALAM ADMINISTRASI PENDIDlKAN


Setiap usaha memerlukan perencanaan. Perencanaan merupakan ”a prerequisite to action”. Berhasil tidaknya suatu usaha,
banyak ditentukan oleh matangnya dan lengkapnya perencanaan. Karena itu, dalam uraian mengenai proses administrasi ini,
kita akan memberikan perhatian khusus terhadap perencanaan ini, rneskipun sifat uraiannya masih umum dan berlaku dalam
penyusunan rencana di segala bidang.

1. Fungsi dan Prinsip Perencanaan


Suatu usaha yang teratur memerlukan perencanaan yang akan menggariskan keteraturan itu: keteraturan dalam tindakan,
dalam langkah dan tahapan, dalam kebijaksanaan, dalam waktu, dan sebagainya.
Planning adalah suatu keharusan sebelum melaksanakan suatu usaha, merupakan "a pre-requisite to action".
a. Fungsi Perencanaan
1) Perencanaan merupakan titik tolak untuk memulai kegiatan; dan akan lebih menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
Untuk merencanakan sesuatu kita harus mengetahui dengan jelas apa yang hendak kita capai. Dengan kata lain,
kita harus dapat merumuskan dan memperinci tujuan-tujuan kita: apa tujuan sementara, apa tujuan yang lebih jauh
dan apa tujuan akhirnya. Atau: apa tujuan umum dan apa tujuan khususnya. Dalam rencana kita dapat
menentukan apa yang lebih dahulu dan apa yang kemudian akan kita kerjakan. Kita akan mempunyai titik tolak
untuk memulai pekerjaan.
2) Planning merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan. Dengan menentukan langkah-langkah lebih dahulu,
kita tahu apa yang akan kita kerjakan tahap demi tahap. Kita tidak akan bertindak oportunistik, menurut keadaan
seketika saja, atau menurut kesempatan yang ada saja.
3) Planning meningkatkan kerjasama dan koordiriasi. Penyusunan planning dalam suasana kerja yang demokratis
didasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan kooperasi. Direncanakan pula pengikutsertaan anggota-anggota
lain dalam pelaksanaannya. Kemungkinandan cara kerjasama dapat diperkirakan lebih dahulu.
4) Planning mencegah, sedikitnya mengurangi pemborosan, baik berupa pemborosan waktu, tenaga, maupun material.

14
Pada waktu merencanakan, kita sudah harus melihat hubungan antara kegiatan-kegiatan, kebutuhan dan
kemungkinan: bilamana sesuatu akan diperlukan, kegiatan apa yang harus dilakukan, alat dan tenaga apa yang
diperlukan dalam kegiatan itu, dan sebagainya.
Segala sesuatu sudah dapat diperkirakan, baik mengenai tenaga, alat, tempat, waktu, biaya; dan tidak akan terlau
digantungkan pada situasi dan kebutuhan yang mendadak.
5) Planning memudahkan pengawasan.
Dengan adanya rencana yang menggariskan dan menentukan langkah-langkah yang harus dikerjakan, petugas
pengawasan dapat lebih mengikutinya dan mengawasinya.
6) Planning memungkinkan evaluasi yang teratur.
Evaluasi merupakan proses pembandingan antara usaha yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang harus
dicapai. Dengan adanya rencana yang jelas, yang menggambarkan langkah-langkah yang akan diambil, akan
lebih mudah lagi bagi kita untuk mengikuti pelaksanaan usaha sejak permulaan sampai akhir. Setiap saat dapat
dibandingkan/diukur apa yang telah dihasilkan dengan apa yang telah direncanakan. Jadi evaluasi dapat diadakan
secara kontinu dan teratur.
7) Planning memudahkan penyesuaian dan situasi, lebih memungkinkan untuk mengadakan ”adjusting” (penyesuaian),
”readjusting” dan ”re-planning”, jika dianggap perlu untuk mengadakan koreksi dan perbaikan, setelah diadakan
evaluasi yang teratur.

Dalam pendidikan kita berhadapan dengan unsur-unsur manusia, dalam lingkungannya dengan situasinya. Manusia sebagai
obyek dan sebagai subyek pendidikan merupakan unsur-unsur yang tidak konstan dalam sikap dan tingkah lakunya,
akibatnya pengaruh dari lingkungannya. Dan sebaliknya pula, manusia mempengaruhi lingkungannya.
Karena itu dalam pendidikan akan kita hadapi lebih banyak masalah, lebih banyak hal-hal yang "unpredictable", yang tidak
dapat diperkirakan lebih dulu. Hal ini memerlukan dari kita kesanggupan untuk lebih banyak menggunakan kebijaksanaan dan
untuk lebih fleksibel dalam penyesuaian tindakan-tindakan kita pada situasi-situasi baru. Kalau kita tidak dapat
memperhitungkan/memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul, dan tidak mempunyai rencana sebagai
pegangan, kita akan mudah menjadi pelaksanana yang ”opportunistic”, yang hanya mengikuti keadaan yang timbul seketika,
yang hanya mencari-cari kesempatan.
Rencana dalam pendidikan memang sukar ditentukan secara tegas dan ketat. Planning dalam pendidikan merupakan proses
yang kontinu, mengikuti perkembangan dan merupakan perkembangan, dengan selalu disesuaikan pada situasi dan keadaan
yang timbul.

b. Prinsip-prinsip perencanaan
Perencanaan yang mempunyai peranan seperti digambarkan di atas harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu;
harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:
1) Planning harus rnerupakan proses yang kooperatif.
Suatu program kegiatan di sekolah hendaknya merupakan hasil pemikiran bersama dari Kepala Sekolah dan
seluruh stafnya; bahkan dalam beberapa hal juga dengan murid dan orang tua murid.
Mengenai policy dasar dan kebijaksanaan umum yang menyangkut keseluruhan program sekolah seeara umum,
hendaknya semua fihak diikutsertakan: wakil orangtua murid, wakil murid, wakil kelompok/organisasi masyarakat.
Tetapi mengenai hal-hal teknis edukatif, biasanya merupakan masalah bagi golongan profesional saja, yaitu bagi
Kepala Sekolah beserta staf Guru. Tetapi data dan informasi masih diperlukan dari semua fihak.
2) Planning harus didasarkan atas kebutuhan dan fakta yang riil dan obyektif.
Rencana tidak boleh merupakan ”cita-cita”, atau ”impian indah" belaka. Rencana harus dapat dilaksanakan dan
merupakan titik tolak untuk memulai suatu usaha secara konkrit. Rencana harus ”feasable”, harus mengandung
kemungkinan-kemungkinan untuk dilaksanakan. Karena itu kita mengenal istilah ”feasibility study", artinya:
penelitian, penjajagan tentang mungkin tidaknya sesuatu gagasan dilaksanakan. Kalau data yang dikumpulkan,
setelah dianalisa dan diolah, memberikan gambaran adanya kemungkinan keberhasilan, barulah rencana disusun
selengkap-lengkapnya.
3) Planning harus fleksibel.
Waktu menyusun rencana harus difikirkan sebanyak-banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi;
harus dapat kita perkirakan perubahan-perubahan yang mungkin harus dihadapi. Yang kita pilih adalah
kemungkinan yang paling dapat diterima, tetapi dengan tidak menghilangkan begitu saja kemungkinan-
kemungkinan yang lainnya. Jika keadaan berubah dan memaksa kita untuk menyesuaikan rencana pada tuntutan-
tuntutan baru, maka tidak usahlah kita merombak seluruh rencana itu.
Di antara kemungkinan-kemungkinan yang dulu telah kita fikirkan, mungkin ada yang sekarang dapat digunakan
untuk menyesuaikan rencana itu pada keadaan baru. ”Adjusting” dan ”re-adjusting” harus selalu dapat diadakan.
4) Planning harus mengandung unsur-unsur evaluasi dalam pelaksanaannya.
Planning harus dapat memberikan kesempatan kepada para pelaksana dan pengawasan, agar mereka setiap saat
dapat mengatur hasil dan cara bekerja, dengan berpedoman pada rencana dan tujuan yang harus dicapai.
15
5) Planning harus mempunyai tujuan jelas dan terperinci.
Prinsip ini sebenarnya merupakan prinsip pertama dan prinsip pokok. Kita tidak dapat membuat suatu rcncana, jika
belum ada tujuan yang jelas. Makin jelas apa sebenamya yang ingin kita capai, dan makin terperinci
perumusannya, makin mudah untuk menyusun rencana yang konkrit dan terperinci.
6) Planning memerlukan kepemimpinan/leadership.
Kita harus berusaha agar para peserta yang menyusun rencana dapat lebih banyak mengemukakan kepentingan
bersama dari pada kepentingan sendiri. Untuk memperoleh sikap ini, harus ada yang menggerakkan mereka ke
arah kerjasama itu.
Yang menggerakkan ini dapat berupa kesadaran sendiri yang timbul dari dalam diri masing-masing, dapat pula
merupakan kepercayaan dan pengakuan terhadap kelebihan dan kesanggupan sesama peserta, sehingga
rencana tidak macet pada waktu melaksanakannya.
Rencana akan dianggap sebagai yang harus ditaati bersama, sebagai hasil kerja bersama. Di sinilah diperlukan
suatu kesanggupan: kekuatan, yang dapat mempengaruhi mereka, yang dapat memperkecil/meniadakan
perbedaan-perbedaan, dan dapat memperkuat persatuan. Di sinilah diperlukan leadership.

2. Prosedur perencanaan.
Planning yang baik bukan saja memerIukan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, tetapi dalam cara-cara dan langkah-
langkah penyusunannya pun perlu diperhatikan sistematik tertentu. Ada dua tahapan: tahapan persiapan, dan tahapan
penyusunan.
a. Tahapan persiapan.
1) Pengumpulan data.
Planning harus berdasarkan fakta dan kenyataan yang rill dan obyektif, yang akan dijadikan titik tolak permula¬an.
Karena itu perlu dikumpulkan keterangan-keterangan selengkap mungkin tentang: apa yang sekarang sedang
dikerjakan, bagaimana sekarang mengeIjakannya, siapa yang mengerjakan, kesulitan-kesulitan apa yang sedang
dihadapi, kekurangan-kekurangan apa yang terdapat di bidang material, personil, dan sebagainya.
2) Analisa data.
Semua data itu dianalisa, dibanding-bandingkan, untuk dapat mengetahui sebab-sebab dari kesulitan-kesulitan dan
hambatan-hambatan yang sekarang sedang dirasakan ada. Dalam analisa ini kita perlu memperhatikan dan
memperhitungkan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Semua kemungkinan-kemungkinan tentang sebab-
sebab kesulitan dan semua kemungkinan tentang cara-cara mengatasinya dikumpulkan dan dijadikan bahan
pemikiran/perhitungan.
Taraf persiapan ini merupakan semacam riset untuk mengevaluasi keadaan. Karena itu pemimpin perlu juga
mengetahui prinsip-prinsip tentang mengadakan riset, cara-cara pengumpulan data dan pengolahannya.
3) Mengadakan ”fore-casting”.
(To fore-cast = meramalkan, memperkirakan apa yang akan terjadi). Setelah terkumpul hasil analisa data sebanyak-
banyaknya, maka diadakanlah seleksi, kemungkinan manakah yang kiranya paling sesuai dengan keadaan yang
akan datang. Dengan menggunakan pengalaman-pengalaman bagaimana situasi telah berkembang dan berubah,
dan faktor-faktor apa yang telah mempengaruhi perkembangan dan perubahan itu, maka kita berusaha ”untuk
melihat ke depan”. Kita membuat perkiraan, seakan-akan "ramalan", faktor-faktor apa kiranya yang akan dominan
nanti, dan bagaimana kiranya situasi akan berkembang. Inilah yang kita namakan ”fore-casting”.

Rencana merupakan pedoman yang akan dilaksanakan nanti. Kita harus dapat memperkirakan, bagaimana kiranya situasi
nanti, pada waktu rencana akan
dilaksanakan. Karena itulah ”melihat ke depan” ini penting dalam penyusunan suatu rencana. Setelah matang tahapan
persiapan ini, barulah kita meningkat ke:

b. Tahapan penyusunan.
Tahapan ini terdiri dari:
1) Perumusan tujuan.
Syarat pertama: tujuan yang jelas dan tegas. Mula-mula dirumuskan dulu tujuan secara umum, yang dapat
menggambarkan secara keseluruhan tujuan akhir yang kita ingin capai. Kemudian dirumuskan tujuan-tujuan khusus
secara terperinci, dan disusun secara hirarkis, yang akan memudahkan pula usaha kita untuk mencapainya satu
demi satu.
2) Penentuan cara/metoda kerja.
Dengan tujuan-tujuan yang jelas dan terperinci itu, kita tentukan metoda-metoda yang kiranya paling baik untuk
mencapai tujuan-tujuan itu. Di antara metoda-metoda yang harus dipilih diambil yang paling sesuai dengan keadaan
dan yang dapat memenuhi syarat-syarat umpamanya: syarat waktu, syarat tenaga personil yang tersedia, dan
sebagainya.

16
Kalau sudah tersusun cara/metoda yang akan kita pakai, perlu kita telaah syarat-syarat apa yang harus dipenuhi
agar metoda-metoda itu benar-benar dapat dijalankan, umpamanya: tenaga yang bagaimana yang diperlukan, alat-
alat apa yang akan digunakan, dan sebagainya. Segi-segi personil, material, finansial, situasional, harus ditelaah,
agar dapat memenuhi persyaratan metoda itu.
Penentuan syarat-syarat dan pemilihan metoda sukar dipisah-pisahkan, dan akan saling mempengaruhi.
3) Menyusun dan menuangkan rencana dalam satu bentuk/wadah
Kalau sudah lengkap terkumpul bahan-bahan mengenai: tujuan yang akan dicapai, alasan-alasannya mengapa
harus tercapai tujuan itu, teknik/metoda pelaksanaannya, maka disusunlah kesemuanya itu di dalam bentuk yang
sistematis; biasanya dengan memperhatikan w-w-h-w-w (what, why, how, who, when).
(1) Apa yang hams dicapai.
(2) Mengapa harus dicapai tujuan itu.
(3) Bagaimana cara pencapaiannya.
(4) Siapa yang akan mengerjakannya.
(5) Bilamana harus dikerjakan, tahap demi tahap.
Sering juga ditambahkan tempat dimana kegiatan akan dilaksanakan.

3. Kemampuan yang diperlukan dalam perencanaan pendidikan.


Kecuali menguasai prinsip-prinsip planning dan sistimatik penyusunannya, seorang administrator pendidikan yang
akan menyusun rencana perlu juga memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Mempunyai gambaran/pengertian yang jelas tentang tujuan-tujuan pendidikan.
Mengenai tujuan pendidikan di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan dan perubahan anggapan, teori
mengenai pendidikan pada umumnya dan mengenai belajar-mengajar khususnya.
Dulu pendidikan di sekolah ditekankan pada ”menyampaikan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan kepada murid”,
sedangkan sekarang anggapan kita sudah mengarah kepada ”pembentukan dan pengembangan anak didik sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat, dalam segi: fisik, intelektual, emosional, estetis, moral.” Hasil pendidikan di
sekolah tidak dinilai hanya dengan jumlah lulusan dan nilai angka tinggi saja.
Dengan demikian kita harus dapat memberikan arti yang lebih luas kepada ”pengalaman pendidikan di sekolah” dan
kepada ”teaching-learning situation”. Pengertian tentang hakekat tujuan pendidikan ini diperlukan untuk membuat
rencana.
b. Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan perkembangannya, dalam berbagai segi-seginya.
Diperlukan pengertian tentang peranan sekolah dalam masyarakat, terutama dilihat dari segi ”needs” dan ”demands”.
Apakah yang harus dihasilkan oleh sekolah untuk masyarakat? Apakah yang diperlukan oleh masyarakat dalam
pembangunan/perkembangannya? Apakah yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran sekolah? Bagaimana
hubungan perkembangan penduduk, kemajuan ekonomi, taraf hidup dan sebagainya, dengan perkembangan sekolah?
Semakin tinggi tingkatan perencanaan, makin luas dan mendalam pengetahuan yang diperlukan tentang keadaan dan
perkembangan masyarakat. Perencanaan pendidikan untuk suatu sekolah memerlukan pengetahuan/pengertian
tentang masyarakat di mana sekolah itu berada atau yang dilayani oleh sekolah itu.
c. Mempunyai pengetahuan tentang sumber-sumber potensi yang ada.
Administrator perlu mengetahui lingkungan tempat bekerjanya: apa yang dapat diberikan oleh lingkungannya, bahan
apa, tenaga yang bagaimana, dan sebagainya yang kiranya dapat dijadikan masukan (input) dalam usaha yang akan
direncanakan itu. Dengan sumber potensi dimaksudkan berbagai jenis potensi: potensi manusia, potensi fisik/material,
potensi kultural.
d. Mempunyai pengetahuan tentang murid dan guru, psikologik dan sosial.
Untuk merencanakan tindakan-tindakan apa yang akan diambil, perlu dipertimbangkan benar-benar akibat yang akan
ditimbulkan terhadap murid dan terhadap guru, baik secara psikologis maupun dari segi sosial. Suatu tindakan baik
langsung maupun tidak langsung terhadap seseorang, menimbulkan reaksi orang itu, baik sebagai individu maupun
sebagai mahluk sosial.
Kemungkinan pengaruh terhadap orang-orang itu dan kemungkinan reaksi mereka, perlu diperhatikan dalam
menyusun suatu rencana.
e. Mempunyai pengetahuan cukup tentang proses belajar-mengajar, tentang didaktik dan metodik.
Meskipun ”teaching-learning situation” mempunyai arti yang lebih luas daripada ”belajar-mengajar” saja, tetapi segala
sesuatu berpangkal pada kegiatan pokok: belajar. Perencana pendidikan harus mempunyai cukup pandangan tentang
proses belajar-mengajar dengan teori-teorinya yang masih berlaku, dengan metoda-metoda mengajar yang sesuai
dengan teori-teori itu.
f. Dapat memperhitungkan faktor waktu.
Memperhitungkan faktor waktu termasuk salah satu segi dari fore-casting, melihat ke depan dan memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Hal ini perlu sekali untuk menentukan jadwal kerja, batas waktu, time
limit dan sebagainya.

17
Suatu tindakan harus dapat diperkirakan berapa lamanya akan membawa hasil yang diharapkan, faktor-faktor apa yang dapat
memperlambat atau mempercepat tercapainya hasil itu, dan berapa tahapan yang diperlukan dalam rangka efisiensi kerja.
Sebagai pelengkap bagian perencanaan ini, baiklah kita perhatikan juga beberapa hal yang dapat menghambat penyusunan
dan pelaksanaan rencana. Hal-hal yang dapat menghambat/menyukarkan prosedur perencanaan,
a) perencana kurang memiliki pengetahuan dan pengertian mengenai hal-hal yang diuraikan di atas;
b) kurang adanya kemampuan untuk ”melihat ke depan”;
c) pengumpulan data yang kurang lengkap, kurang rill dan obyektif;
d) kurang adanya ”moral support” dari masyarakat/lingkungannya.
Yang dikemukakan di atas ini mengenai perencanaan, eskipun sifatnya sangat umum, mudah-mudahan ada jugalah
manfaatnya dalam usaha kita untuk menghasilkan suatu rencana yang agak akseptabel.
Sebelum kita mengakhiri bagian mengenai planning ini, di bawah akan sedikit diberi uraian tentang perencanaan untuk suatu
masa yang agak jauh ke muka: Rencana Jangka Panjang (Long Range Planning).

4. Rencana Jangka Panjang dan Rencana Jangka Pendek.


Tujuan sesuatu usaha tidak sama mudah-sukarnya untuk dicapai. Ada yang mudah dicapai dalam waktu singkat
tanpa memerlukan banyak tenaga dan upaya; ada pula yang memerlukan jangka waktu agak panjang. Dalam tujuan pun ada
perbedaan: ada tujuan sementara, ada tujuan yang merupakan bagian dari tujuan keseluruhan, dan ada pula tujuan yang
benar-benar ultimate/akhir.

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai itu maka usahanya pun akan berbeda sifatnya: ada usaha jangka panjang yang
diperkirakan akan dapat mencapai tujuannya dalam waktu yang agak lama secara bertahap, dan ada pula yang dapat
dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu singkat. Maka perencanaannya pun disusun menurut jauh-dekatnya tujuan itu:
ada Rencana Jangka Panjang dan ada Rencana Jangka Pendek.

Ada yang mengatakan bahwa perencanaan selalu mengandung risiko. “Planning means risk taking”. Dan hal ini memang
mengandung kebenaran, karena ”fore-casting” yang diperlukan dalam menyusun rencana hanyalah merupakan perkiraan dari
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Dan sesuatu yang diperkirakan, tentu mengandung risiko.
Pendidikan adalah usaha seumur hidup. Selama bumi dihuni manusia, tetap akan diperlukan generasi baru, tetapi diperlukan
sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Makin maju masyarakatnya, makin meningkat taraf hidupnya,
makin maju sains dan teknologinya, maka sekolah-sekolahnyapun akan semakin meluas, semakin kompleks susunannya,
dan memerlukan pengadministrasian yang lebih teratur pula. Dan karena lernbaga-lembaga pendidikan itu merupakan
”institutions for life”, maka perencanaannyapun memerlukan rencana jangka panjang.

Suatu rencana, bagaimanapun baik dan lengkapnya, tidak dapat memberikan kepastian yang mutlak, bahwa usaha itu akan
berhasil seperti yang telah direncanakan. Lebih panjang jangka waktu dari suatu rencana, makin kecil lagi kepastian yang
dapat diharapkan itu. Karena itu perlu diperhatikan lagi hal-hal di bawah ini, terutama dalam hal long-range planning.
- planning bukan merupakan ramalan tentang nasib dan kegiatan-kegiatan usaha dalam masa-masa yang akan datang.
- planning bukan merupakan ketentuan/kepastian yang akan datang (future decissions), tetapi merupakan kemungkinan-
kemungkinan dan nilai-nilai dari ketentuan:-ketentuan sekarang untuk masa yang akan datang.
- planning bukan merupakan usaha untuk mengurangi atau rneniadakan risiko, tetapi untuk dapat mernilih dan
menghadapi risiko secara tepat.
Planning untuk rnasa depan rnemerlukan data dari masa yang lampau. Makin banyak dan terpercaya data dari masa yang
lampau, rnakin kuat pula dasar-dasar untuk menyusun proyeksi ke depan. Karena itu long-range planning memerlukan data
statistik yang lengkap dan terpercaya.

Di negara-negara yang sudah maju long-range planning merupakan sebab dan akibat dari timbulnya kekuatan-kekuatan yang
merubah perusahaan-perusahaan dalam abad ini. Banyak perusahaan-perusahaan yang telah menghasilkan long-range
planning, dan banyak pula yang justru timbulnya karena adanya long-range planning.
Apakah perencanaan pendidikan di negeri kita sudah merupakan perencanaan jangka panjang yang sudah dapat dipercaya,
tergantung dari tujuan yang akan dicapai dan dari data yang digunakan dalam perencanaannya.
Pembangunan lima tahun kita di bidang pendidikan dapat dianggap rencana jangka pendek, kalau dilihat dari jauhnya tujuan
pendidikan yang harus kita capai.

D. ORGANISASI DALAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN.


Setelah perencanaan, maka organisasi -- yaitu cara mengatur/membagi tugas dan tanggungjawab -- merupakan
tahapan penting dalam proses administrasi. Kelancaran kegiatan, dan dengan demikian keberhasilan usaha, banyak
tergantung dari organisasi. Di bawah ini kita akan melihat beberapa segi organisasi, sebagai salah satu usaha untuk lebih
memahami fungsi dan proses administrasi.

18
Sebagai petugas/karyawan pendidikan, kita merupakan satu bagian, satu unsur, satu onderdil (organ) dari satu tata susun,
dari satu organisasi, ialah organisasi pendidikan. Sebagai bagian dari
satu organisasi, kita harus dapat menempatkan diri dan mengetahui/menyadari tempat dan fungsi kita masing-masing dalam
keseluruhan tata susun itu.

Jika kita tahu di mana tempat kita dalam keseluruhan tata susun itu, jika kita tahu bagaimana organisasi itu berjalannya dan
apa dasar-dasar pengorganisasiannya, maka kita dapat lebih sadar akan tugas dan kewajiban kita. Kita dapat lebih aktif
melaksanakan tugas-tugas kita, dan dengan demikian turut melancarkan jalannya organisasi dan roda administrasi kita. Untuk
itu kita perIu sekedar. pengetahuan tentang organisasi: fungsi dan tujuannya, prinsip-prinsipnya dan bentuk serta mekanisme
kerjanya.

1. Fungsi, Tujuan dan Prinsip Organisasi.


Definisi dari J. William Schulze memberikan gambaran tentang arti organisasi, dan hubungannya dengan administrasi,
manajemen dan dengan direksi. Menurut Schulze itu:
- organisasi terdiri dari sejumlah unsur-unsur: manusia, alat, perkakas, perlengkapan, dan sebagainya yang merupakan
satu gabungan;
- gabungan itu merupakan satu hubungan dan ketergantungan yang sistimatis dan efektif;
- semuanya ditujukan kepada usaha pencapaian satu tujuan yang telah ditentukan.

Di dalam organisasi terdapat: keteraturan, penggunaan/pendayagunaan potensi dari semua unsur-unsur secara efektif,
koordinasi dari semua kegiatan dan usaha, sehingga tertuju kepada tujuan bersama yang telah ditentukan itu. Jika dalam
pelaksanaan usaha dan kegiatan terdapat kesimpang-siuran, atau perbedaaan arah, akan timbul des-organisasi.
Jadi organisasi merupakan alat dalam administrasi untuk mencapai tujuan administrasi. Organisasi sebagai alat dalam
organisasi harus dapat mengkoordinasi, mengatur dan mengarahkan semua potensi yang dapat diberikan oleh setiap unsur di
dalamnya, agar tujuan dapat tercapai sebaik-baiknya.

Beberapa prinsip dalam organisasi:


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan jika kita menyusun organisasi, supaya ada keteraturan dalam fungsi
organisasi sebagai alat penyusun dan penyalur potensi, ialah antara lain:
a. Tujuan organisasi harus dirumuskan secara jelas dan konkrit, baik tujuan akhir maupun tujuan sementara, tujuan
umum atau tujuan khusus.
b. Dalam organisasi harus jelas pembagian tugas dan tanggung jawab:
- tugas dan tanggungjawab setiap anggota, dari pimpinan sampai kepada pelaksana terbawah, harus jelas luas dan
batas-batasnya.
- fungsi-fungsi dan kegiatan dikelompokkan secara sistimatis dan teratur.
- luas dan jenis pekerjaan yang diserahkan kepada anggota harus disesuaikan dengan kemampuan,
taraf/kedudukan dan tanggungjawab anggota tersebut.
- pembagian tugas dan tanggungjawab harus berdasarkan pedoman tertentu.
c. Harus ada “delegation of authority”, suatu pemindahan tanggungjawab dari atas ke bawah, disertai hak dan
kewajibannya.
d. Ada sistim pengawasan yang bertingkat (hirarkis) dengan memperhitungkan luasnya daya pengawasan (span of
control).
e. Ada kesatuan perintah dan tanggungjawab (unity of command). Perintah datangnya dari satu arah dan tanggungjawab
diberikan kepada satu pihak.
f. Organisasi harus fleksibel. Organisasi adalah alat yang membantu tercapainya tujuan administrasi. Kalau situasi
berubah, pembagian tugas dan tanggungjawabpun dapat berubah pula; dan organisasi tidak dapat kita pertahankan
secara ketat.

2. Beberapa bentuk organisasi.


Ada beberapa macam pola/bentuk organisasi yang disesuaikan pada tujuan, kebijaksanaan kerja dan juga pada
situasi. Biasanya dapat kita bedakan pada pokoknya dua macam: organisasi otoriter dan organisasi demokratis, jika dilihat
dari segi pengambilan keputusan dan pertanggungan jawaban.
a. Organisasi otokratis:
- Kekuasaan terpusat pada pimpinan yang telah ditunjuk.
- Kekuasaan dan tanggungjawab dapat dipindahkan secara hirarkis pada petugas bawahan.
- Garis dan saluran yang dilalui pemindahan kekuasaan ini ditentukan dengan tegas dan tajam.
- Kewajiban dan kegiatan-kegiatan ditugaskan melalui garis-garis kekuasaan.
- Pelaksanaan diperiksa oleh atasan langsung, menurut saluran.
b. Organisasi demokratis:
19
- Sumber kekuasaan adalah situasi dan kebutuhan, bukan semata-mata pimpinan yang sudah diserahi kekuasaan
formal.
- Kekuasaan resmi dan kekuasaan pribadi diganti dengan tanggungjawab kepemimpinan pendidikan.
- Semua petugas dari bawah sampai ke atas turut serta dalam memikul tanggungjawab dan kepemimpinan.
- Pelaksanaan kepemimpinan menjamin pengikutsertaan semua pihak yang berkepentingan, sejak perencanaannya
sampai kepada penilaiannya.
Pembedaan organisasi dalam bentuk otoriter dan demokratis yang ciri-cirinya diuraikan di atas, ialah jika dilihat dari segi
kegiatannya, atau dari cara berfungsinya unsur-unsur organisasi.
Jika kita lihat organisasi dari segi lalu lintas kekuasaan dan tanggungjawab, serta dari hubungan kerja antar-bagiannya, dapat
kita bedakan:
a. Organisasi bentuk lurus (line-organization).
b. Organisasi bentuk garis-dan-staf (line and staff organization).
c. Organisasi fungsional (functional organization).

Di bawah ini akan kita berikan penjelasan sekedarnya:


a. Dalam ”line-organization”.
Garis komando terbentang lurus dari atas/pimpinan sampai kepada pelaksana di bawah. Garis pertanggungan jawab
naik secara ketat hirarkis dari bawah, melalui unsur-unsur di tengah, sampai ke atas.
Jika digambarkan secara skematis, seperti di bawah ini:
——— garis komando (ke bawah) dan tanggungjawab (ke atas).
Komando diberikan oleh pirnpinan A kepada petugas-petugas menengah 1, 2, dan 3 yang berada di bawahnya; dan oleh
petugas 1 diteruskan kepada pelaksana a, b dan c; oleh petugas 2 diteruskan kepada d dan e; dan seterusnya.
Pertanggungan jawab diberikan oleh pelaksana a, b dan c kepada petugas menengah 1; dan oleh petugas-petugas 1, 2 dan 3
kepada pimpinan A.

Dalam bentuk-bentuk ini terdapat pemindahan kewenangan, sehingga A tidak lagi langsung berhubungan dengan dan
mengontrol a, b, c dan seterusnya. Dilihat dari segi pembagian tugas dan tanggungjawab, bentuk ini mempunyai kebaikan-
kebaikannya. Pimpinan A tidak usah melibatkan diri dalam soal-soal kecil mendetail, dan dapat mencurahkan perhatiannya
kepada masalah-masalah kebijaksanaan pokok dan pengawasan umum. Tetapi tentu ada juga kekurangan-kekurangannya,
umpamanya antara lain kemungkinan komando/instruksi dari atas sampainya ke bawah tidak ”asli” lagi.

b. Organisasi garis-staf
Bentuk organisasi ini dapat saja umpamanya mempunyai jumlah unsur-unsur yang sama dengan organisasi seperti di atas,
yaitu A sebagai pimpinan, 1, 2 dan 3 sebagai petugas
menengah, dan a s/d h sebagai pelaksana di bawah. Tetapi saluran/lalu lintas kekuasaan dan tanggungjawab berbeda.
Untuk menghindarkan beberapa kekurangan yang terdapat pada bentuk garis/lurus, yaitu untuk memberikan kesempatan
kepada pimpinan A di atas agar ia dapat langsung memberikan komando dan minta pertanggungan jawab dari pelaksana
bawah a, b, dan seterusnya, maka garis komando tidak melalui petugas rnenengah 1, 2 dan 3, melainkan langsung dari A ke
bawah, ke a s/d h.
Petugas menengah 1, 2 dan 3 masih tetap diperlukan untuk membantu pimpinan A, tetapi tidak lagi berhubungan langsung
dengan pelaksana di bawah sebagai pemberi komando. Kalaupun ada hubungan, maka hubungan itu hanya bersifat
koordinatif dan konsultatif saja. Bentuk ini disebut ”organisasi garis-staf” (Line and staff organization). Petugas 1, 2, dan 3
merupakan staf dari pimpinan A; tetapi yang mengambil. keputusan, memberikan komando ke bawah dan meminta
pertanggungan jawab langsung dari bawah, adalah pirnpinan A.
Jika kita gambarkan secara skematis, akan menjadi organigram seperti di bawah ini:
——— garis komando dan tanggung jawab
--------- garis koordinasi dan konsultasi.

c. Organisasi Fungsional.
Dalam organisasi bentuk ini, pimpinan A mendelegasikan wewenangnya kepada petugas menengah 1, 2 dan 3, masing-
masing dengan fungsinya sendiri-sendiri. Tetapi petugas-petugas pelaksana di bawah a, b, c, dan seterusnya s/d h, tidak
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang bertanggungjawab kepada salah seorang petugas menengah 1, atau 2
atau 3; tetapi semua petugas pelaksana di bawah bersama-sama bertanggungjawab kepada semua petugas-petugas
menengah. Jadi tiap petugas pelaksana di bawah, dapat menerima komando dari masing-masing petugas menengah 1, atau
2 atau 3; dan bertanggungjawab kepada semuanya: kepada 1, dan kepada 2 dan kepada 3, dalam bidang masing-masing.
Perhatikan organigram di bawah ini:
——— garis komando dan tanggung jawab
--------- garis koordinasi.

20
Organisasi fungsional didasarkan pada keahlian masing-masing petugas atau bagian yang bersama-sama memimpin
pelaksana-pelaksana di bawah. Dengan demikian setiap pelaksana dapat menerima komando dari lebih dari satu pihak, dan
bertanggungjawab pula kepada lebih dari satu pihak, menurut fungsinya masing-masing.
Dengan kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang memberi komando itu, dan dengan pengertian bersama dalam meminta
tanggungjawab, dapatlah semua pihak melaksanakan masing-masing tugasnya tanpa mencampuri tanggungjawab pihak lain.
Koordinasi dan kooperasi yang baik sangat diperlukan dalam bentuk fungsional ini.

3. Sentralisasi, de-sentralisasi, de-konsentrasi.

Dilihat dari luasnya pemindahan hak/kekuasaan dan tanggungjawab dapat kita bedakan:
a. organisasi dengan struktur sentralisasi;
b. organisasi dengan struktur de-sentralisasi;
c. organisasi dengan struktur de-konsentrasi.
Dalam bentuk sentralisasi semua hak dan kewajiban, policy dan kebijaksanaan, pedoman pelaksanaannya, ditentukan di
pusat, oleh pimpinan pusat. Bagian-bagian dan petugas-petugas bawahan merupakan pelaksana saja, dan yang di tengah
meneruskan komando saja; pengawasan dilakukan bertingkat secara hirarkis. .
Tanggungjawab sepenuhnya berada pada pimpinan pusat. Petugas-petugas di lapangan bertindak untuk dan atas nama
pimpinan pusat.
Dengan struktur de-sentralisasi hak dan kekuasaan dipindahkan/didelegasikan kepada petugas-petugas bawahan: mengenai
suatu bidang tertentu (sektoral), atau mengenai semua bidang-bidang usaha di dalam suatu daerah tertentu (secara integral).
Petugas pusat hanya menentukan policy dasar, mengadakan koordinasi, dan memberikan bimbingan pelaksanaan jika
diperlukan. Segala sesuatu dalam bidang yang sudah didelegasikan itu dilaksanakan oleh pimpinan daerah atau oleh sub-
unit/bagian masing-masing: mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai ke penilaiannya.
Dalam hal ini, pedoman pokok dan koordinasi dari pusat diperlukan untuk menjaga integritas.
Jika yang didelegasikan bukan bidang-bidang tertentu, tetapi semua bidang-bidang usaha secara keseluruhan, tetapi hanya
yang menyangkut daerah atau sub-unit tertentu, kita katakan juga sebagai suatu bentuk de-konsentrasi.
Sentralisasi dan de-sentralisasi mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya; dilihat dari segi: keseragaman
cara bekerja, mutu, penggunaan tenaga ahli, pembiayaan, kemungkinan pengembangan. Dengan jumlah ahli yang terbatas,
cara bekerja dan mutu yang masih terlalu berbeda-beda, jika diadakan de-sentralisasi, dapat menimbulkan akibat yang
kurang diharapkan dalam hal pemerataan mutu dan produktivitas.
Ada juga yang dinamakan de-sentralisasi terbatas (partial de-centralization), seperti umpamanya pendelegasian administrasi
Pendidikan Dasar dari pusat ke daerah/propinsi. Yang diserahkan oleh pusat (Dep. P & K) kepada daerah (Propinsi/Gubernur)
hanyalah mengenai personalia dan sarana saja pengangkatan guru, penyediaan dan pemeliharaan gedung, alat dan fasilitas;
sedangkan bidang teknis edukatifnya (kurikulum, pemeliharaan mutu pelajaran, ujian) tetap diatur oleh Pemerintah
Pusat/Departemen P & K.

E. EVALUASI DALAM PENDIDIKAN.


Evaluasi adalah suatu proses untuk meneliti sampai di mana tujuan suatu usaha telah tercapai. Dan dalam evaluasi
pendidikan proses itu untuk menentukan sampai dimana maksud-maksud yang terkandung dalam tujuan pendidikan sudah
dapat terlaksana.
Suatu proses merupakan rangkaian kegiatan dalam jangka waktu tertentu yang berkaitan dan berhubungan; bukan hanya
satu macam kegiatan pada satu ketika saja. Memberikan nilai/angka umpamanya atau memberikan penghargaan, hanya
merupakan satu bagian, satu moment dalam rangka proses evaluasi pendidikan.
Kalau kita mengadakan evaluasi, yang kita nilai bukan hanya hasilnya atau produknya saja, tetapi keseluruhan program
pendidikan, termasuk cara-cara pelaksanaannya, dan bahkan tujuannyapun turut dinilai.
Uraian singkat di bawah ini tidak dikhususkan kepada evaluasi dalam proses administrasi saja, tetapi akan membicarakan
evaluasi secara umum, untuk memperoleh gambaran umum tetang apa dan bagaimana evaluasi itu.

1. Fungsi evaluasi.
Apa peranan evaluasi? Mengapa evaluasi begitu penting? Di bawah ini kita akan bicarakan beberapa fungsi pokok evaluasi.
a. Evaluasi sebagai pengukur kemajuan.
Evaluasi merupakan suatu proses penelitian yang mempelajari dan menilai/mengukur sampai di mana suatu tujuan
sudah dapat dilaksanakan. Kalau tujuan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi
yang kontinu kita dapat mengikuti tahapan mana. yang sudah terselesaikan, tahapan mana yang lancar dan mana
yang mengalami kesukaran/hambatan dalam pelaksanaannya.
Proses dan cara-cara evaluasi ditentukan oleh tujuannya. Tujuan untuk menimbulkan dan mengembangkan suatu
sikap tertentu umpamanya, memerlukan proses dan cara evaluasi yang berbeda dari tujuan untuk memiliki
pengetahuan dan ketrampilan tertentu.
21
Dengan mengadakan evaluasi secara kontinu, kita dapat memperkirakan apakah tujuan akan dapat tercapai pada
waktu yang sudah ditentukan. Jika kiranya tidak akan dapat tercapai, kita cari sebab-sebabnya, dan mencari cara-
cara untuk mengatasinya. Mungkin cara bekerja perlu disesuaikan/diubah, dan dengan demikian langkah-langkah
selanjutnya perlu ditinjau kembali.
b. Evaluasi sebagai alat perencanaan.
Hasil evaluasi dapat memberikan rasa puas yang merupakan petunjuk dan dorongan untuk usaha selanjutnya dapat
pula menimbulkan kekhawatiran yang merupakan peringatan untuk waspada, dan mungkin untuk
mengubah/memperbaiki cara-cara pelaksanaannya.
Dalam hal ini diperlukan data-data yang lengkap untuk dianalisa. Dengan hasil analisa ini dicari cara-cara/metoda-
metoda lain yang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Perubahan pelaksanaan dengan menggunakan cara/metoda lain yang semula tidak atau kurang diperhatikan,
memerlukan perencanaan baru (re-planning), memerlukan penyesuaian rencana yang telah ada kepada keadaan
dan metoda baru. Jadi, evaluasi merupakan sebab diadakannya adjusting dan re-planning.
c. Evaluasi sebagai alat perbaikan.
Dari uraian a dan b di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa fungsi evaluasi sebenarnya adalah dalam rangka
usaha untuk mengadakan perbaikan: perbaikan cara bekerja, perbaikan hasil,dan mungkin juga perbaikan tujuannya.
Kita mengadakan evaluasi karena kita ingin meningkatkan usaha kita.
Perbaikan tanpa evaluasi tidak mungkin, karena untuk mengadakan suatu perbaikan, kita harus tahu dulu apa yang
harus diperbaiki, dan mengapa perIu diperbaiki. Evaluasi yang tidak menghasilkan titik tolak untuk perbaikan adalah
hampa, tidak mempunyai arti.

2. Bidang-bidang (scope) evaluasi.


Apa yang kita harus nilai? Hasil apa, hasil kerja siapa, dalam bidang apa? Karena evaluasi mengenai keseluruhan
program pendidikan, maka bidangnya sangat luas. Untuk memperoleh gambaran yang teratur, kita harus mengadakan
pembidangan dalam obyek-obyek yang menjadi sasaran proses evaluasi.
a. Evaluasi unsur manusia.
1) Murid sebagai obyek terakhir dalam proses pendidikan dapat dievaluasi mengenai:
- hasil pelajaran yang diperolehnya (achievement);
- perkembangan sikapnya dan penyesuaiannya pada lingkungan (attitude);
- perkembangan segi-segi kepribadiannya.
2) Guru sebagai pelaksana program pendidikan dapat dievaluasi mengenai:
- keahliannya dalam bidang profesinya: kemampuan mempergunakan ilmu-ilmu tentang pendidikan dan pengajaran
dalam pelaksanaan tugasnya;
- sikapnya sebagai anggota kelompok: terhadap anak-didik, terhadap sesama guru dan pimpinan, terhadap
tugasnya;
- segi-segi kepribadiannya;
3) Kepala Sekolah sebagai administrator dan supervisor, sebagai unsur pembina/pemimpin dapat dinilai mengenai:
- segi-segi kepemimpinannya;
- pengetahuan dan kemampuannya di bidang teknis edukatif dan administratif.
- sikapnya baik ke dalam, maupun ke luar sekolah;
- kepribadiannya (moral, etik sebagai manusia Pancasilais).

b. Evaluasi unsur material.


Unsur-unsur kebendaan ini merupakan bantuan dan alat dalam pelaksanaan program pendidikan sehingga dapat
berjalan lancar. Unsur material ini dapat kita bagi-bagi dalam:
1) Alat pelajaran.
2) Alat dan fasilitas lain: mebiler, alat kantor, angkutan, dan sebagainya.
3) Gedung dan perlengkapannya.
Penilaian terhadap unsur material ini dapat kita adakan mengenai:
- persyaratannya, baik edukatif, ekonomis, maupun dari segi konstruksi dan sebagainya,
- penggunaannya: sampai dimana efektivitasnya dan daya gunanya dalam proses pendidikan.

c. Evaluasi keseluruhan situasi pendidikan.


Dengan ini dimaksudkan semua unsur-unsur lain kecuali yang sudah disebutkan di atas. Unsur-unsur ini umumnya
yang tidak bersifat konkrit lagi, seperti:
1) tujuan pendidikan: apakah sudah tepat sesuai dengan kebutuhan, atau apakah masih perlu peninjauan dan
perubahan arah;
2) tata, kerja administratif: apakah sudah sesuai dengan ”penggunaan semua potensi, baik material maupun personil,
secara efektif dan efisien”.
22
3) teknik-teknik supervisi: apakah sudah tepat/sesuai dengan keadaan dan kebutuhan;
4) hubungan antara unsur-unsur manusia: apakah hubungan antara guru dan murid, antara guru dengan guru, antara
Kepala Sekolah dengan guru dan murid, antara sekolah dengan masyarakat, sudah sedemikian sehingga tujuan
pendidikan dapat dicapai sebaik-baiknya.

d. Evaluasi peraturan-peraturan.
Apakah peraturan-peraturan yang ada, baik dari instansi yang lebih tinggi maupun dari sekolah yang bersifat lokal,
tidak merupakan hambatan bagi pencapaian tujuan pendidikan.

e. Evaluasi sendi-sendi demokrasi.


Apakah di dalam keseluruhan situasi pendidikan benar-benar sudah dilaksanakan demokrasi Pancasila; apakah sudah
tergambar dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan?

3. Langkah-langkah dalam proses evaluasi.


Suatu proses merupakan suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang harus teratur dan berhubungan. Dalam proses
evaluasi langkah-langkah itu sebagai berikut:
a. Menentukan dan merumuskan tujuan.
Harus jelas diketahui apa yang akan dinilai: apakah hasil belajar, apakah sikap, kecakapan, dan sebagainya. Kemudian
tujuan itu dirumuskan secara konkrit, supaya dapat diperinci lagi menjadi pokok-pokok, atau butir-butir yang lebih
konkrit dan terbatas lagi.
Umpamanya kita ingin menilai sampai di mana berhasilnya pelajaran kesehatan di Kl. III, mengenai kebersihan.
Apakah anak-anak tahu akan kebersihan, sudah berusaha menjaga kebersihan diri sendiri, sudah tidak bersikap acuh-
tak-acuh lagi terhadap tempat yang kotor. Ini semua diusahakan perumusannya secara jelas, kemudian diperinci lagi
secara konkrit: data yang mengenai ”sudah tahu akan kebersihan”, ialah ”tahu membedakan benda kotor dari yang
bersih”, dan sebagainya.

Perincian yang terurai menjadi pokok-pokok/butir-butir ini, merupakan tahapan kedua, yaitu:
b. Memperinci tujuan menjadi pokok-pokok yang konkrit dan terbatas.
Sikap ”senang terhadap yang bersih” dan ”tidak acuh terhadap yang kotor” sukar untuk dijadikan unsur penelitian.
Karena itu perlu dipecah-pecah menjadi hal-hal yang kongkrit dan terbatas, yang dapat diamati dan diteliti secara jelas
dan obyektif. umpamanya:
- apakah pakaiannya bersih;
- tangan dan kukunya bersih;
- rambutnya terurus;
- mencuci tangan setelah bekerja;
- menyapu lantai yang kotor;
- menyatakan celaan terhadap yang kotor;
- menyatakan pujian/rasa senang terhadap yang besih; dan sebagainya.
Hal-hal yang konkrit di atas ini dapat diamati, didengar, dilihat, diperiksa. Dan semua itu akan merupakan bahan untuk
mengambil kesimpulan tentang perubahan/perkembangan anak dalam hal kebersihan.

c. Memilih alat/teknik evaluasi yang sesuai dan tepat.


Yang dimaksud dengan alat/teknik evaluasi di sini ialah teknik-teknik pengumpulan data, untuk memperoleh data yang
akan digunakan sebagai bahan penilaian. Teknik-teknik itu dapat terdiri dari:
1) Observasi: pengamatan gejala-gejala secara keseluruhan. Ada yang menyebut observasi itu sebagai ”mengukur
tanpa alat pengukur”. Meskipun dalam riset observasi ini dianggap banyak kelemahan-kelemahannya, tetapi dalam
penilaian pendidikan merupakan teknik yang banyak digunakan.
2) Interview: pertanyaan/tanya-jawab secara lisan, untuk memperoleh keterangan-keterangan secara langsung dari
yang diselidiki/dinilai.
3) Angket/kuestioner: sebagai pengganti interview lisan berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, jika karena waktu dan
biaya tidak dapat diadakan interview langsung. Jawaban-jawaban angket dapat ”terbuka” atau ”ertutup”, yaitu
bebas menurut si penjawab, atau terarah dengan cara memilih dari altematif-altematif yang diajukan oleh penanya.
4) Test, biasanya untuk menilai achievement. Test biasanya tertulis dan dapat merupakan “objective test” atau
“essay type test”.
5) Catatan dan laporan: segala macam catatan dan laporan (records and reports) mengenai orang-orang yang
sedang diselidiki/dinilai dapat dimanfaatkan. Yang dimaksudkan ialah terutama “personal records” atau “cumulative
records”, ialah kumpulan berbagai catatan pribadi seseorang mengenai segala segi-seginya.
- keadaan fisik,
- keadaan/latar belakang sosial,
23
- latar belakang pendidikan,
- keberhasilan dan kegagalan dalam pekerjaan, dan sebagainya.

Dari teknik-teknik ini harus dipilih yang sesuai dengan tujuan, sesuai dengan apa yang akan dinilai dan dengan orang
yang dinilai. Dalam contoh di atas mengenai penilaian keber¬sihan murid Kl. III SD dengan sendirinya kita tidak dapat
jika menggunakan angket. Observasi ditambah dengan catatan¬catatan yang dapat diperoleh, dan dapat ditambah lagi
dengan sekedar tanya-jawab, akan memberikan data yang lebih baik untuk penilaian.

d. Melaksanakan pengumpulan data.


Teknik pengumpulan data yang telah dipilih, dipakai sebaik-baiknya untuk mengumpulkan data yang diperlukan
secukupnya.

e. Interpretasi dan kesimpulan.


Setelah data terkumpul, diadakan seleksi dulu, ialah dipilih data mana yang memenuhi syarat untuk diolah. Data itu
harus benar-benar ada hubungannya dengan tujuan, harus obyektif dan dapat dipercaya.
Data yang sudah dipilih, kemudian dikelompok-kelompokkan menurut jenis dan sifatnya. Klasifikasi ini perlu untuk
mengetahui data mana yang akan memberikan keterangan tentang segi-segi tertentu.
Kemudian kita mengadakan komparasi, membanding-bandingkan data-data itu, mana yang lebih sesuai dengan norma
yang kita telah tentukan.
Sebagai tindakan akhir kita mengambil konklusi, kita mengambil kesimpulan keseluruhan, berdasarkan hasil komparasi
tadi: apa sifat yang mendominir berdasarkan data itu, apakah kesimpulannya positif ata.u negatif, sesuai atau tidak
sesuai dan sebagainya.

f. Diagnosa dan follow-up.


Data yang telah dibanding-bandingkan, diinterpretasi dan diambil konklusinya itu, harus dapat memberikan gambaran
tentang kekurangan-kekurangan yang masih terdapat dan yang perlu diperbaiki. Berdasarkan diagnosa itu, dibuatlah
rencana untuk mengadakan perbaikan.
Jadi, mengadakan evaluasi tidak hanya sampai kepada konklusi saja. Konklusi itu merupakan suatu pendapat sebagai
hasil penilaian; dan masih memerlukan follow-up, kelanjutan. Tanpa follow-up, hanya sampai kepada ”tahu bahwa ini
begini dan itu begitu” saja, sebenamya tidak memberikan banyak manfaat pada usaha-usaha evaluasi.

24
BAB III
KOMPONEN, ATURAN, MEKANISME, DAN TATA KERJA KELEMBAGAAN PENDIDIKAN

Komponen-komponen administrasi pendidikan secara garis besar dapat digolongkan menjadi :


1. Administrasi personel sekolah
2. Administrasi kurikulum
3. Administrasi prasarana dan sarana pendidikan
4. Administrasi siswa
5. Kerja sama sekolah dan masyarakat.

1. Administrasi Personel Sekolah


Manusia merupakan unsur penting dalam menjalankan program sekolah, dalam bagian ini perlu dibahas secara
lebih mendalam mengenai personel sekolah. bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas (gedung, perlengkapan,
alat kerja), metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi harus di dukung oleh manusia-manusia yang
bertugas menjalankan program sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan.
Personel sekolah ialah semua manusia yang tergabung di dalam kerja sama pada suatu sekolah untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam mencapai tujuan pendidikan. Mereka ini terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, guru, Kepala Tata usaha, semua karyawan tata usaha, termasuk personel pendukung lainnya. Untuk dapat
bekerja secara baik, agar tidak terjadi overlap antar petugas, maka perlu diadakan kegiatan penataan untuk bidang
kepegawaian.
Untuk membatasi pokok permasalahan ini maka perlulah dikemukakan mengenai definisi administrasi personal
sekolah. Administrasi personel sekolah adalah segenap proses penataan personel di sekolah. Menurut UU No.8 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 2:
1. Pegawai negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil dan
b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

2. Pegawai negeri sipil terdiri dari:


a. Pegawai negeri sipil pusat
b. Pegawai negeri sipil daerah, dan
c. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pasal 3
Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945. Negara dan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan
pembangunan. Proses penerimaan, pengangkatan, dan penempatan pegawai harus didasarkan pada prinsip
penerimaan, pengangkatan, dan pengangkatan orang yang tepat.
Maka penerimaan pegawai harus didasarkan atas kemampuan dan potensi si calon dalam rangka mengisi
jabatan. Menurut UU No. 8/1974 Pasal 15 diatur: Jumlah dan susunan pangkat pegawai negeri sipil yang diperlukan
ditetapkan dalam formasi untuk jangka tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan.

Pasal 16
1. Pengadaan pegawai negeri sipil adalah untuk mengisi formasi.
2. Setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, mempunyai kesempatan yang sama untuk
melamar menjadi pegawai negeri sipil.
3. Apabila pelamar yang dimaksud dalam Ayat (2) pasal ini diterima, maka ia harus melaluli masa percobaan dan
selama masa percobaan itu berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil.

25
4. Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah melalui masa percobaan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 2 (dua) tahun.

Penjelasan Pasal 16:


Ayat (1)
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong. Lowongannya formasi dalam sesuatu
organisasi pada umumnya disebabkan oleh dua hal yaitu adanya Pegawai Negeri Sipil yang keluar karena berhenti,
atau adanya perluasan organisasi. Karena pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi yang lowong
maka penerimaan Pegawai Negeri Sipil harus berdasarkan kebutuhan.
Penugasan:
Pedoman penugasan didasarkan atas perimbangan kejuruan, kecakapan dan kemampuan pegawai yang
bersangkutan. Jam kerja berdasarkan Kepres RI No. 58/ 1964 Pegawai Negeri Sipil diwajibkan bekerja selama 37 1/2
jam/ minggu, sedangkan guru SMP dan SMU 24 jam / minggu.
Pembinaan Pegawai:
Pasal 12 UU No. 18/1974.
1. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
2. Pembinaan yang dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini dilaksanakan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi
kerja.

Pasal 13
Kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh berada di tangan presiden.

Pasal 14
Untuk lebih meningkatkan pembinaan, kebutuhan dan kekompakan serta dalam
rangka usaha menjamin kesetiaan dan ketaatan penuh seluruh pegawai negeri sipil terhadap Pancasila, UUD 1945,
Negara dan Pemerintah perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa Kepres yang bulat di kalangan Pegawai Negeri Sipil. Di
samping itu ada juga sekolah swasta pemerintah daerah, jadi kesimpulannya untuk sekolah swasta itu banyak
ragamnya. Pada perguruan tinggi swasta biasanya memiliki status:
a. Belum terdaftar.
b. Terdaftar.
c. Diakui.
d. Disamakan.
Perlu diingat di sini bahwa pegawai yang ditempatkan di sekolah negeri belum tentu pegawai negeri, untuk itu
maka kita perlu memahami istilah-istilah yang digunakan di lingkungan kepegawaian sebagai berikut:
Menurut UU No.8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Bab I: Pengertian, Pasal 1 sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri
atau disertai tugas lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan atau memberhentikan
Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan lembaga tertinggi/ tinggi negara dan kepaniteraan pengadilan.
d. Atasan yang berwenang adalah pejabat yang karena kedudukan atau jabatannya membawahi seorang atau lebih
pegawai negeri.
e. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Syarat-syarat Pegawai Negeri


1. Segi kepribadian.
2. Kesetiaan.
3. Kesehatan badan.
4. Kecerdasan.
5. kemampuan.
6. Ketangkasan.

26
7. Dan syarat-syarat lain yang khusus diperlukan bagi sesuatu jabatan negeri yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Yang bersangkut paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah dengan
efisien, untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya. Segenap proses penataran tersebut meliputi
bagaimana memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk tugas pekerjaannya dan pemutusan hubungan kerja dengan
mereka.
1. Masalah pokok
Dari bahasan di atas, dapatlah diperinci pokok masalah penataran terhadap pegawai sekolah sebagai berikut:
a. Bagaimana memperoleh tenaga kerja yang tepat untuk tugas pekerjaannya, termasuk mengatur pengangkatannya.
(bila perIu).
b. Bagaimana menggunakan tenaga kerja yang sudah diperolehnya itu dengan efisien, termasuk merangsang
kegairahan kerjanya.
c. Bagaimana memelihara pegawai, pemberian gaji, intensif, kesejahteraan.
d. Bagaimana mengatur kenaikan gaji dan pangkatnya, dan perpindahan mereka jika perlu terjadi.
e. Bagaimana mengembangkan mutu pegawai.
f. Bagaimana menilai pegawai.
g. Bagaimana menata pemutusan hubungan kerja dengan pegawai.

Di Indonesia, sekolah menurut status pemilikannya dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Sekolah Negeri
b. Sekolah Swasta (dengan berbagai variasi).
Untuk sekolah negeri, pegawai tetapnya adalah pegawai negeri sedangkan untuk sekolah swasta pegawai tetapnya
dapat pegawai negeri yang diperbantukan dan juga pegawai yayasan yang memiliki sekolah tersebut. Untuk sekolah
swasta mendapat bantuan guru-guru pegawai negeri disebut sekolah subsidi, sedangkan sekolah swasta yang tidak
mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah disebut sekolah swasta yayasan dan sekolah swasta yang mendapat
bantuan keuangan dari pemerintah disebut sekolah swasta berbantuan.
Dari sudut Administrasi Pendidikan (sekolah), dapat dilihat bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah problem

Proses Berita

Alat Bunyi Gambar


Sumber isi Kata-kata dsb. Tujuan Penerimaan

hubungan kerja kemanusiaan (human relationship). Keberhasilan dalam hubungan-hubungan kerja kemanusiaan ini akan
ditentukan oleh efisiensi dan efektivitas mereka yang berkepentingan dalam:
a. Menyampaikan berita kepada orang lain.
b. Memahami dengan tepat isi/maksudnya dengan harapan mau menerima.

2. Administrasi Kurikulum
Pada jenis dan tingkat sekolah apa pun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program
pengajaran yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling penting dan banyak tantangannya,
sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program
pengajaran yang efektif. Agar supaya kepala sekolah mampu memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini hendaknya
ia mengetahui berbagai teori mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah
administratif yang sedang berlaku.

Masalah-masalah dalam kurikulum


Ada macam-macam teori dan praktek mengenai kurikulum dan pengembangannya. Kebanyakan para pendidik
sepakat mengenai tujuan yang harus dicapai. Perbedaan-perbedaan pendapat ini tidak mungkin diuraikan dalam tulisan ini,
namun ada tujuan kategori masalah yang hampir mencakup perbedaan-perbedaan tersebut yaitu:
1. Apakah kurikulum itu?
2. Apakah yang harus diajarkan?
3. Apakah yang harus diutamakan dalam kurikulum?
4. Sampai di mana kurikulum dapat berbeda-beda untuk masing-masing sekolah?
5. Bilamana dan oleh siapa kurikulum harus direncanakan?
27
6. Bagaimana kurikulum hauns memperhatikan perbedaan-perbedaan individual?
7. Manakah yang lebih penting proses atau isi?
Marilah kita tinjau secara singkat jawaban-jawaban terhadap setiap masalah di atas.
1. Apakah kurikulum itu?
Menurut riwayat perkembangan kurikulum, jawaban-jawaban terhadap pertanyaan di atas secara ringkas dapat
dilukiskan sebagai berikut:
a. Tempo dulu, kurikulum dianggap sebagai kumpulan bermacam-macam mata pelajaran.
Ada beberapa kegiatan dan pengalaman murid-murid di sekolah tidak cocok dengan batasan kurikulum ini.
Karena itu yang disebut kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler atau “ extra curiculer activities” berada di luar kurikulum,
jadi tidak termasuk di dalamnya. Pengalaman-pengalaman di sekolah seperti bermain di halaman sekolah, jalan,
istirahat dan lain-lain sebangsanya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan pengalaman belajar.
b. Para pemuka pendidikan dewasa ini menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap anak merupakan proses yang
berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka berpendapat pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian
dan olahraga di sekolah, pengalaman-pengalaman dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya merupakan
situasi-situasi belajar yang kaya akan pendidikan. Karena itu kurikulum meliputi segala pengalaman yang sengaja
diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar.
Menurut pendapat ini kurikulum adalah program belajar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, jadi bukan hanya
belajar tentang fakta dan kepandaian semata-mata. Karena itu sekolah berkewajiban untuk mengarahkan dan
membimbing segala aspek perkembangan anak yang berada dalam lingkungannya. Pengalaman-pengalaman inilah
yang dimaksud kurikulum. Jadi pada dasarnya ada dua definisi mengenai kurikulum. Di satu pihak, kurikulum
dianggap sebagai kumpulan mata-mata pelajaran,
tidak lebih dari itu. Di pihak lain, kurikulum dianggap sebagai segala pengalaman yang diperoleh anak dalam
tanggung jawab sekolah. Pada definisi kurikulum yang terakhir terdapat bermacam-macam- tafsiran. Perkataan
“dalam tanggung jawab sekolah” dapat ditafsirkan terbatas pada jam-jam selama murid berada di sekolah, atau
dapat ditafsirkan lebih luas lagi yang dalam menafsirkan yang ekstrim berupa “sekolah masyarakat” sehingga orang
tidak tahu lagi di mana harus menarik garis batas.

Umumnya kepala sekolah dan guru-guru berada di antara dua pendapat ekstrim di atas. Memang anggapan bahwa
kurikulum sebagai kumpulan-kumpulan mata-mata pelajaran sampai sekarang masih menguasai sekolah, namun di
samping itu guru-guru menyadari tanggung jawab edukatif mereka dalam apa yang disebut pengalaman-pengalaman
ekstrakurikuler para siswa di sekolah.

Barangkali seyogianya pula kita menganggap kurikulum sebagai pengalaman-pengalaman perkembangan murid-murid
yang direncanakan sekolah, jadi bukan hanya sekumpulan mata-mata pelajaran belaka. Kurikulum mencakup segala
pengalaman yang direncanakan untuk anak-anak yang langsung berada dalam tanggung jawab sekolah. Pengalaman-
pengalaman anak di luar sekolah, bukan bagian dari kurikulum sekolah, walaupun pengalaman-pengalaman tersebut ada
pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
2. Apakah yang harus diajarkan?
Terdapat perbedaan pendapat yang berpusat sekitar isi kurikulum. Banyak pemuka pendidikan mengemukakan
pendapat bahwa:
1. Kurikulum harus terdiri dari berbagai mata pelajaran yang urutannya harus disusun secara logis dan terperinci. Ada
pula yang berpendapat bahwa.
2. Kurikulum harus mencakup seperangkat masalah-masalah luas tertentu yang bertalian dengan kebudayaan, atau
yang berkaitan dengan masalah-masalah kehidupan umum yang selalu muncul. Di samping itu ada yang
berpendapat bahwa
3. Program pengajaran harus disusun sekitar masalah-masalah kehidupan anak sehari-hari yang berbeda-beda pada
tiap kelompok umur. Pendidikan lainnya mempunyai pendapat:
4. Merupakan modifikasi atau variasi dari pendapat-pendapat di atas.

Aspek: masalah lainnya adalah mengenai urutan pengalaman belajar yang harus diberikan. Masih banyak para pendidik
yang berpendapat bahwa urutan pelajaran harus ditentukan menurut jalan pikiran yang terkandung dalam mata pelajaran
yaitu:
1. Mulai dari satuan-satuan pelajaran yang paling mudah dan berangsur-angsur menuju kepada isi yang sukar dan rumit.
2. Bahwa urutan ditentukan oleh cara-cara yang paling baik dalam mengajarkan tiap mata pelajaran yang dapat
ditemukan dengan jalan melakukan studi ilmiah.
3. Urutan atau susunan mata pelajaran bukan harus ditentukan dalam mata pelajaran melainkan para pelajar atau murid
itu sendiri dan urutan atau susunannya harus ditentukan menurut kebutuhan-kebutuhan anak-anak dan para remaja
yang menjadi matang dalam kebudayaan.

28
Aspek masalah lainnya ialah mengenai persoalan sampai di mana kurikulum harus mencakup pengalaman-
pengalaman langsung. Ada mengutamakan:
1) Hampir seluruhnya kepada buku dan keterangan-keterangan yang diberikan saja.
2) Kurikulum harus disusun sekitar bahan-bahan dari buku dan dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari darmawisata dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya.
3) Kurikulum pertama-tama harus mencakup masalah-masalah yang berasal dari pengalaman anak-anak dengan jalan
menggunakan sebagian besar buku-buku untuk membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.

3. Apakah yang harus diutamakan dalam kurikulum?


Dalam garis besarnya ada tiga anggapan yang berbeda-beda, yaitu:
a) Anggapan pertama yang berpendirian, karena sekolah didirikan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan, latar belakang dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat.
b) Anggapan kedua mempertahankan pendirian, karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum
harus disusun berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu.
Seperti kita lihat di atas, sedangkan pertama berorientasi kepada kepentingan masyarakat atau sosial, sedangkan
pendirian yang kedua mementingkan individu atau berorientasi psikologis. Barangkali tidak ada orang yang mau
mempertahankan salah satu pendapat dalam bentuk ekstrim. Dalam kenyataan setiap program pengajaran yang
berpedoman kepada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
dan kepentingan-kepentingan individu pula, dan sebaliknya setiap kurikulum yang berorientasikan psikologis dengan
sendirinya memperhatikan kepentingan masyarakat pula.
Masalah berkisar pada tekanan relatif yang harus diberikan kepada kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan individu dan yang harus diberikan kepada kepentingan-kepentingan masyarakat dalam menciptakan
kurikulum yang dapat memenuhi kedua macam dan kepentingan.
c) Pendirian ketiga menganggap tidak ada pertentangan prinsipiil antara kedua anggapan di atas. Kita tidak usah
berpihak kepada salah satu pendirian, sebab itu benar-benar tidak realistis. lndividu hanya dapat mewujudkan dirinya
sebagai individu jika ia berada dalam masyarakat tempat ia hidup. Karena itu kurikulum harus berorientasi kepada
individu di dalam masyarakat. Dalam kurikulum yang berorientasi seperti kebutuhan dan kepentingan kedua belah
pihak akan terpenuhi sebagaimana mestinya. Pendapat terakhir ini memang yang paling cocok atau sejalan dengan
filsafat pendidikan psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
d) Aspek lain dalam masalah di atas ialah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan
dan kepentingan-kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi masa dewasa) atau harus ditentukan
oleh kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan murid-murid sekarang ini? Pihak yang mempertahankan
kurikulum harus tersusun semata-mata dari mata pelajaran yang didasarkan kepada kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, biasanya berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang dewasa. Karena itu
kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna untuk kehidupan anak dimasa yang- akan
datang. Pendapat yang menentang pendirian di atas mengemukakan teori bahwa anak harus dianggap sebagai anak
dengan hak-haknya, bukan dianggap sebagai orang dewasa dalam bentuk mini. Karena itu kurikulum harus
memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut anak-anak saja. Pendapat ketiga mengemukakan pendiriannya
bahwa pada dasarnya tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di dalam kurikulum cukup
diperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan kedua belah pihak, baik anak maupun orang
dewasa, untuk memberikan masalah-masalah dan pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut
kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai orang dewasa
kelak. Dikemukakan pula bahwa teori lama: “mempersiapkan anak untuk kehidupan orang dewasa” berimplikasi
masyarakat yang statis di mana kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan orang dewasa kelak dapat
diramalkan pada anak-anak yang ada sekarang.

Pendapat terakhir dalam memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang dihadapi sekarang dan yang
menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan penggunaan kecerdasan secara fleksibel,
mempersiapkan anak untuk menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan pesat dari keanekaragaman dunia
dewasa ini.

Pandangan terakhir ini agaknya memberikan landasan yang sehat untuk menyusun kerangka yang fleksibel namun
mantap untuk perencanaan kurikulum.
4. Sampai di mana kurikulum dapat berbeda-beda untuk masing-masing sekolah?
Persoalan ini sangat erat pertaliannya dengan masalah sebelumnya, yaitu masalah keseragaman dan
keanekaragaman. Misalnya apakah dikehendaki jika semua sekolah yang setingkat dan sejenis mempunyai program
pengajaran yang ruang lingkup, isi, dan urutannya yang seragam?
29
Jawabannya: dapat bermacam-macam. Banyak yang berpendirian, terutama penganut kurikulum yang terdiri dari mata
pelajaran, bahwa ruang lingkup, isi dan urutan mata pelajaran dalam kurikulum harus ditentukan oleh kebutuhan-
kebutuhan kurikuler orang dewasa. Adapula yang berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai cirinya tersendiri
yang unik dalam berbagai aspek kebudayaan, dan anak-anak memperlihatkan keanekaragaman perbedaan individual,
menurut agar supaya program pengajaran tiap sekolah memperlihatkan ciri-cirinya tersendiri yang unik dan jelas itu.

Kedua jawaban di atas tentu saja hanya berbeda dalam memberikan penonjolan, dan bukan dalam bentuk jawaban yang
benar-benar esktrim. Pendapat pertama menganggap bahwa adanya beberapa perubahan program pengajaran karena
adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat dan dalam populasi murid. Sedangkan pendapat kedua tidak terlalu
tegas mempertahankan keunikan secara mutlak. Karena itu, pendirian yang cukup mantap tetapi luwes ialah adanya pola
kurikulum yang longgar atau leluasa sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan kultural, dan kebutuhan-kebutuhan psikologis
yang universal, di mana masing-masing sekolah sampai batas-batas tertentu dapat mengadakan variasi dalam program
pengajarannya disesuaikan dengan seperlunya kepada kebutuhan-kebutuhan unik dari murid-murid dan masyarakat
tempat mereka hidup.
5. Bilamana dan oleh siapa kurikulum. harus direncanakan?
Masalah kelima berkisar sekitar masalah tanggung jawab untuk menentukan: harus bagaimana bentuk kurikulum itu,
siapa yang merencanakannya, dan bilamana. Ada yang mengemukakan pendapat bahwa perencanaan kurikulum adalah
pekerjaan yang memerlukan keahlian dan karena itu harus dikerjakan oleh para ahli atau “expert” dalam bidang
perencanaan kurikulum. Menurut pendapat ini kurikulum harus direncanakan baik-baik sebelumnya, seringkali secara
terperinci mengenai situasi belajar, dan semua murid di semua sekolah tingkat tertentu mempunyai kurikulum yang kira-
kira seragam.
Mengenai perencanaan di muka atau “pre-planning” terdapat perbedaan pendapat dalam hal sejauh mana perencanaan
di muka dapat dilakukan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendiriannya, bahwa tidak ada aspek-aspek kurikulum
yang harus direncanakan jauh sebelum situasi belajar berlangsung. Untuk penjelasan singkat, pendapat-pendapat yang
berbeda itu dapat dilukiskan dengan skala seperti tercantum di halaman 46.
Dewasa ini terdapat kecenderungan yang bergerak dari kurikulum yang direncanakan jauh di muka dan secara terperinci,
ke arah sebelah kanan skala, sekalipun pada umumnya kurikulum yang sedang berlaku sekarang masih termasuk
kategori 1 dan 2. Yang menjadi masalah pokok ialah menentukan kedudukan sebaik-baiknya dan paling menguntungkan
anak antara pendirian 1 dan 5. Barangkali bentuk situasi kedudukan yang paling dikehendaki ialah nomor 1, 2, 5.
Rencana kurikulum

Skala “Pre-Planning”
1 2 3 4 5
Kurikulum Kurikulum Kurikulum Kurikulum Kurikulum
seluruhnya direncanakan direncanakan dalam direncanakan dalam direncanakan oleh
direncanakan di secara terperinci di garis besarnya yang garis besarnya, guru bersama murid
muka secara muka oleh panitia luas oleh panitia berisi partisipasi pada waktu akan
terperinci oleh yang terdiri dari yang terdiri dari dari guru-guru dan belajar, tanpa
“experts” dalam guru-guru dalam guru-guru dalam tokoh-tokoh perencanaan jauh
bentuk kumpulan bentuk kumpulan bentuk pedoman masyarakat. di muka.
mata pelajaran. mata pelajaran. kerja. Perincian Perincian dilakukan
dilakukan oleh guru oleh perencanaan
berdasarkan bersama guru
kebutuhan- murid.
kebutuhan murid.

yang hampir mendekati kedudukan nomor 4 memberikan stabilitas atau kemantapan dan adaptabilitas yang leluasa.
6. Bagaimana kurikulum harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual?
Persoalan ini berkisar sekitar masalah penyesuaian program pengajaran terhadap perbedaan-perbedaan di antara
anak-anak. Jawaban terhadap persoalan ini macam macam. Kurikulum yang berorientasikan kumpulan mata pelajaran
berasal dari zaman sebelum ada pengetahuan tentang perbedaan-perbedaan individu dan kemampuan pada murid.
Pada waktu itu orang menganggap semua murid (kecuali anak-anak yang lemah jiwa) dapat menguasai semua mata
pelajaran yang diberikan di sekolah dengan kepandaian yang sama asal mereka rajin belajar. Taraf hasil belajar yang
dicapai dalam mata-mata pelajaran hanya ditentukan oleh besarnya usaha atau kerajinan yang ditunjukkan pelajar.
Slogan yang berbunyi “Barangsiapa yang mempunyai kemauan di sanalah ada jalan” (Where there is a will there is a
way) turut mendasari teori di atas.

30
Dewasa ini pada umumnya diakui bahwa makhluk manusia sangat beraneka ragam dalam kemampuannya untuk
maju. Keadaan itu telah menggerakkan para pendidik kepada perbedaan-perbedaan individual ini. Disini timbul
perbedaan-perbedaan pendapat mengenai persoalan bagaimana hal ini harus dilaksanakan.
Pertama, ialah konsep kurikulum yang telah ditetapkan jauh di muka harus dikuasai oleh semua murid menurut
kecepatan yang telah diatur sebelumnya. Yang menjadi masalah ialah menyesuaikan individu-individu yang mempunyai
kecepatan belajar yang berbeda-beda kepada “realitas” ini. Sementara para pendidik secara teoretis menolak pandangan
ini, dalam praktek keadaan ini masih banyak dijalankan.
Pendapat kedua mengemukakan teori bahwa murid-murid harus dikelompokkan menurut kemampuannya atas dasar
anggapan bahwa pengelompokan ini akan memperkecil perbedaan kemampuan dalam tiap kelompok sampai kepada
taraf penyederhanaan atau mempermudah pelaksanaan individualisasi program pengajaran, yang antara lain:
- kelompok murid-murid yang lambat belajar atau “slow learners” hanya diberi pelajaran tentang hal-hal penting
yang sekurang-kurangnya harus dikuasai oleh semua atau “minimum assentials” atau disebut program
umum.
- kelompok pelajar yang cerdas dan cepat belajar atau “fast learnest” selain dengan cepat menguasai minimum
essentials diberi juga program yang lebih luas yang berfungsi memperkaya program umum atau “enriched
program learning”. Hal ini dapat dilaksanakan dengan program-program dalam bentuk modul semi mengajar
diri sendiri atau modula mengajar diri sendiri.

Pendapat ketiga ialah menciptakan jenis kurikulum berdasarkan pengalaman yang dipusatkan kepada masalah-
masalah dan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok tersebut dalam pendapat kedua untuk bekerja sama
memecahkan masalah bersama yang menarik perhatian bersama. Hal ini menunjukkan tiap anggota kelompok untuk
mampu bekerja menurut taraf perkembangan masing-masing dalam bidang akademis, sosial dan emosi dan masih
menunjang usaha bersama kelompok. Jika pendapat pertama dan kedua sudah umum dipraktekkan di sekolah-sekolah
sekalipun kadang-kadang dalam bentuk yang sederhana, maka teori ketiga secara berangsung-angsur mulai diterima
dan dikembangkan di sekolah-sekolah percobaan. Tampaknya teori ketiga ini lebih sejalan dengan pelaksanaan prinsip
demokrasi dalam pengajaran, sebagai terjemahan salah satu sila dari Pancasila yang mendasari sistem pendidikan di
negara kita, dengan keyakinan bahwa individualisasi dalam pengajaran harus memperhatikan, baik mutu maupun
kecepatan belajar.

7. Manakah yang lebih penting, proses atau isi?


Jawaban pertama terhadap persoalan ini merupakan implikasi dari teori Dewey yang berpendapat bahwa anak dan
juga orang dewasa “belajar dengan berbuat” atau “learning by doing”. Para pendidikan yang mengutamakan kegiatan dan
pengalaman di dalam kurikulum berarti memperhatikan pentingnya apa yang dipelajari sepanjang macam-macam
pengalaman dihayati anak memupuk perkembangan sosial, estetika, pikiran dan moral yang dianggap penting oleh
mereka. Rupanya teori ini senada dengan pendapat psikologi daya masa lampau yang berpendapat bahwa daya-daya
seperti kemauan, kecerdasan, ketahanan dan kerajinan dapat dikembangkan dengan jalan mempelajari mata-mata
pelajaran tertentu selama mata-mata pelajaran tersebut cukup sukar dan tidak menyenangkan.
Isi yang dipelajari memang penting. Pendekatan terakhir terhadap isi yang dipelajari berbeda dengan pendekatan
lama, yaitu dalam penekannya. Pandangan terakhir mengemukakan pendirian bahwa isi yang dipelajari harus dikaitkan
dengan kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan nyata anak-anak menurut taraf kematangannya. Dalam
situasi dewasa ini mata-mata pelajaran tertentu kadang-kadang dinomorduakan atau dianggap kurang penting dalam
melaksanakan perencanaan bersama, prosedur demokratis, kegiatan-kegiatan penelitian sendiri, dan sebangsanya,
dengan mengemukakan pendirian bahwa metode-metode itu pun merupakan isi pula dan hal-hal penting yang dipelajari
bukan fakta-fakta melainkan pola-pola berbuat seperti hubungan insani yang demokratis partisipasi yang konstruktif,
metode-metode penelitian bebas dan berpikir kritis.
Memang kita akui bahwa sarana belajar itu penting dan bahwa proses adalah juga isi dalam arti yang sebenarnya
dan merupakan aspek terpenting dalam situasi belajar. Namun kita harus berpendirian hati-hati jangan sampai terjerumus
ke salah satu pendapat yang ekstrim. Pendekatan yang sehat terhadap belajar berpendirian bahwa belajar merupakan
interaksi antara pelajar dengan situasi yang mencakup masalah atau problema, bahwa yang dipergunakan untuk
memecahkan masalah, dan pada anak ialah adanya orang dewasa (guru) yang membantu dan membimbing. Dalam
situasi ini pengetahuan tentang fakta-fakta ditempatkan dalam fokus baru ini. Isi pelajaran penting karena turut
meningkatkan kualitas kehidupan murid-murid di masa kini dan sekaligus merupakan persiapan untuk kehidupan di masa
yang akan datang.
Walaupun kelompok persoalan di atas dibahas secara singkat, namum pembahasannya mencakup faktor-faktor
utama yang menentukan pola kurikulum dan tempat kedudukan kepala sekolah beserta staff dalam keadaan tersebut
sampai batas-batas tertentu akan menentukan jenis kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolahnya dan selanjutnya
dalam batas-batas tertentu pula akan menentukan pola keseluruhan organisasi dan administrasi pengajaran.

3. Administrasi Prasarana dan Sarana Pendidikan


31
Secara otimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya:
lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. Sedang sarana seperti alat langsung untuk
mencapai tujuan pendidikan. Misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Sedangkan menurut keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
a. Bangunan dan perabot sekolah.
b. Alat pelajaran yang terdiri, pembukuan dan alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang
tidak menggunakan alat penampil.
Siapakah yang bertanggung jawab tentang prasarana dan sarana pendidikan?
Jawab: adalah para pengelola/ administrasi pendidikan. Secara micro (sempit) maka kepala sekolah yang bertanggung jawab
masalah ini.

1. Hubungan AntaraPeralatan dan Perlengkapan Pengajaran dengan Program Pengajaran


Jenis peralatan dan perlengkapan yang disediakan di sekolah dan cara-cara pengadministrasiannya mempunyai
pengaruh besar terhadap program mengajar-belajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat
proses belajar dan mengajar. Demikian pula administrasinya yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan
perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan dan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa.
Titik berat dalam hal ini adalah kepada belajar yang dikaitkan dengan masalah-masalah dan kebutuhan serta
kegunaan hasil belajar nanti di dalam kehidupannya. Karena penyediaan sarana pendidikan di suatu sekolah haruslah
disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya di masa-masa mendatang.

2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah dan Kaitannya dengan Pengurusan dan Prosedur
Salah satu tugas utama kepala sekolah dalam administrasian sarana pengajaran ialah bersama-sama dengan staf
menyusun daftar kebutuhan mereka akan alat-alat sarana tersebut dan mempersiapkan perkiraan tahunan untuk
diusahakan penyediaannya. Kemudian menyimpan dan memelihara serta mendistribusikan kepada guru¬guru yang
bersangkutan, dan menginventarisasi alat-alat/ sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.
1) Mempersiapkan perkiraan tahunan
Biasanya kepala sekolah membuat daftar alat-alat yang diperlukan di sekolahnya sesuai dengan
kebutuhannya dengan daftar alat yang distandardisasi. Sedangkan untuk alat-alat yang belum distandardisasi,
kepala sekolah sama-sama menyusun daftar kebutuhan sekolah masing-masing.
2) Menyimpan dan mendistribusikan
Ada beberapa prinsip administrasi penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah.
a. Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak
seperti: panas lembab, lapuk, dan serangga.
b. Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.
c. Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.
d. Semua penyimpanan harus diadministrasikan rnenurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu
dipergunakan.
e. Harus diadakan inventarisasi secara berkala.
f. Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci
dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.
Pendistribusian peralatan dan perlengkapan pengajaran ini harus berada dalam tanggung jawab salah seorang anggota
staf yang ditunjuk. Karena pelaksanaan tanggung jawab ini hanya bersifat ketatausahaan maka kurang tepat jika kepala
sekolah atau guru sendiri yang langsung melaksanakannya. Yang paling tepat adalah pegawai tata usaha.
Kebijaksanaan pendistribusian ini hendaklah ditekankan kepada prinsip efisien dan fleksibilitas, maksudnya bila
diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan.

3. Beberapa Pedoman Administrasi Perawatan


Walaupun pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan sudah merupakan pekerjaan rutin dan orang-orang
dihadapkan kesukaran-kesukaran yang kurang berarti, narnun untuk penyempurnaan pekerjaan tersebut para ahli
menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan administrasinya.
Di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Hendaknya kepala sekolah tidak terlalu rnenyibukkan dirinya secara langsung dengan urusan pelaksanaan
administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran.
2) Melakukan sistem pencatatan yang tepat sehingga mudah dikerjakan.
3) Administrasi peralatan dan perlengkapan pengajaran harus senantiasa ditinjau dari segi pelayanan untuk turut
memperlancar pelaksanaan program pengajaran.

32
4) Kondisi-kondisi di atas akan terpenuhi jika administrator mengikutsertakan semua guru dalam perencanaan seleksi,
distribusi dan penggunaan serta pengawasan peralatan dan perlengkapan pengajaran yang semuanya mendorong
mereka untuk memikirkan proses paling tepat dalam melayani kebutuhan-kebutuhan mereka.
4. Administrasi Gedung dan Perlengkapan Sekolah
Mungkin banyak para kepala sekolah yang tidak mempunyai kesempatan untuk ikut serta dalam perencanaan
bangunan sekolah. Sedangkan sebagai administrator yang bertanggungjawab akan sekolahnya, kepala sekolah
mempunyai peranan tersendiri dalam panitia perencanaan bangunan sekolah dan perlengkapannya. Dalam menghadapi
tugas ini disarankan menempuh langkah-Iangkah sebagai berikut:
1) Masalah dasar-dasar pengajaran dan penentuan jenis program pengajaran dan perencanaan fasilitas
bangunannya.
2) Membentuk panitia untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan khusus yang bertalian dengan bangunan dan
perlengkapannya yang diusulkan.
3) Mengatur kunjungan sekolah-sekolah yang dipergunakan sebagai model atau contoh.
4) Mempelajari gambar-gambar contoh bangunan sekolah dan perlengkapannya baik yang diproyeksikan maupun
gambar biasa.
Langkah-Iangkah di atas bukan satu-satunya cara yang dapat ditempuh kepala sekolah dalam merencanakan
bangunan sekolah baru beserta perlengkapannya. Masih ada cara-cara lain yang bisa ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai hal-hal penting yang bertalian dengan perencanaan bangunan sekolah. Misalnya melalui lokakarya,
konferensi dan mengikuti penataran khusus mengenai masalah bangunan sekolah dan perlengkapannya.
Kepala sekolah yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut akan sangat berguna dalam
partisipasinya. Ada beberapa aspek yang bertalian dengan perencanaan dan pemeliharaan bangunan sekolah dan
perlengkapannya (a - j):
a. Perluasan bangunan yang sudah ada
Pada bangunan sekolah yang sudah ada sering kali diperlukan tambahan-tambahan bangunan dan
perlengkapannya. Dalam masa kerjanya kepala sekolah tentu pernah menghadapi masalah seperti di atas, apabila
tuntutan-tuntutan yang berasal dari perkembangan pendidikan. Semakin cepat mendesak baik yang bertalian dengan
kualitas maupun, kuantitas. Keadaan pekerjaan akan menentukan lamanya waktu maupun kualitas. Keadaan pekerjaan
akan menentukan lamanya waktu dan besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan dan
mengidentifikasikannya dengan tepat.
Sudah tentu guru-guru dan para orang tua murid diikutsertakan dalam melakukan perencanaan mengenai
penambahan-penambahan dan perombakan-perombakan bangunan yang sudah ada atau merencanakan bangunan
barn, dan saran-saran yang mereka kemukakan ditampung dan dipertimbangkan. Segala bahan penting yang diperlukan
harus dikumpulkan agar supaya dapat menyampaikan rekomendasi yang tepat dan masuk akal, baik kepada pemerintah
maupun kepada masyarakat. Langkah-Iangkah yang disarankan terdahulu dapat juga ditempuh jika penambahan
bangunan itu agak besar.
b. Rehabilitasi
Dengan melakukan survey terhadap bangunan dan perlengkapan yang sudah ada dan mencatat serta terperinci
perbaikan-perbaikan yang diperlukan, kepala sekolah dengan stafnya dapat mengusulkan perbaikan-perbaikan untuk
kepentingan efektivitas pelaksanaan program sekolah.
Perbaikan-perbaikan ini diantaranya mencakup mengecat dan melabur, mengganti bahan-bahan atau bagian-bagian
yang sudah usang atau lapuk, menyempurnakan akustik ruangan belajar, menambah tempat ruang buang air,
memperbaiki fasilitas mencuci tangan dan kaki dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan lainnya yang bertalian dengan
pelaksanaan inovasi pendidikan. Rencana rehabilitasi hendaknya dibuat sehemat mungkin.
c. Meningkatkan mutu keindahan ruang belajar
Ada kecenderungan untuk mengecat ruang belajar dengan wama menurut kesukaan dan pilihan individu guru. Guru,
walaupun tiap orang mempunyai kesukaan, dan pilihan warna masing-masing, namun ada beberapa prinsip yang telah
lama diakui dan dianjurkan para ahli seni dan dekorasi umpamanya reaksi-reaksi psikologis terhadap warna-wama
tertentu harus diperhatikan dalam mengecat ruang belajar, seperti wama merah dan orang adalah warna yang hangat
dan memberikan tenaga, sedangkan warna hijau memberikan pengaruh mendinginkan dan sejuk.
Macam-macam warna yang memantulkan cahaya harus diperhatikan dalam mengecat. ruangan belajar dan gang-
gang.
Dinding atas ruangan belajar harus dicat putih karena 80% faktor pantulan diperlukan untuk memberikan cahaya
yang memadai kepada murid. Demikian pula dinding-dinding samping ruangan harus dicat warna cerah dan pusat.
Warna perabot harus coklat muda dan tidak mengkilap.
d. Memilih perabot dan perlengkapan
Kepala sekolah hendaknya serba bisa, karena bukan saja harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
bangunan sekolah, melainkan juga banyak pengetahuannya tentang perabot dan perlengkapan. Salah satu faktor penting
yang dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih perabot dan perlengkapan ruangan kelas yang harus disediakan,

33
ialah dasar pengajaran. Administrator yang progresif akan mengutamakan fleksibilitas dalam fungsi dan letak perabot di
ruang belajar.
Faktor-faktor psikologis harus diperhatikan dalam pembuatan perabot ruang belajar, jangan sampai ada perabot
yang dapat menghambat proses belajar pada murid-murid. Ingatlah bahwa yang belajar adalah murid sebagai kesatuan
pribadi dan bukan kecerdasannya saja yang berkembang.
e. Tanggung jawab keberesan sekolah
Kepala sekolah dan guru hendaknya selalu menyadari bahwa murid-murid banyak belajar dari lingkungan sekolah.
Keadaan kelas yang berantakan dan tidak teratur, kotor, cahaya dan ventilasi yang kurang memadai, akan memberikan
pengaruh jelek kepada murid-murid ditinjau dari segi pendidikan dan perkembangannya.
Di samping itu keadaan seperti di atas ditinjau dari segi pendidikan kesehatan akan menimbulkan pengaruh yang
merugikan, kesehatan jasmani dan rohani. Di samping itu proses belajar dan mengajar akan terhambat, yang berarti
menghambat pula kelancaran pelaksanaan program pengajaran di sekolah. Karena itu hendaknya kepala sekolah
menyadari tanggung jawab untuk senantiasa mengawasi ruangan belajar dan bagian-bagian sekolah lainnya agar selalu
beres, bersih dan teratur.
f. Memperhatikan kondisi sanitasi
Ditinjau dari kebutuhan akan kesehatan pada murid-murid dan seluruh anggota staf di sekolah, masalah sanitasi
harus mendapat perhatian pertama. Salah satu kegiatan utama program kesehatan sekolah ialah menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Ruang belajar, ruang olahraga, laboratorium, ruang-ruang keterampilan dan sebagainya. Kesemuanya harus diatur
sedemikian rupa sehingga kondisinya memberikan pengaruh yang optimal dalam proses belajar dan terhadap
perkembangan kesehatan murid~murid, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya. Dalam usaha kesehatan
sekolah atau UKS hal ini dibicarakan secara terperinci. Memang kesehatan menjadi salah satu tujuan ini di sekolah, di
antaranya menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mempraktekkan kebiasaan hidup sehat, salah satu fasilitas penting ialah
penyediaan air untuk mencuci tangan dan kaki dan anggota badan lainnya. Hendaknya disediakan sabun dan lap atau
handuk kecil.
g. Pemeriksaan itu perlu
Tanggung jawab kepala sekolah untuk melakukan pemeriksaan dan koreksi terhadap kondisi-kondisi ruangan
sekolah dan perlengkapannya termasuk halaman dan tempat-tempat bermain murid, harus dilaksanakan terus-menerus
dan teratur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, ia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan penjaga kebersihan
sekolah mengenai masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang harus diatasi.
Pemeriksaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang sekecil-kecilnya pun tidak sedemikian rupa
sehingga hal tersebut tidak lepas dari tanggung jawab.
Hendaknya jadwal kerja harian yang terperinci dari penjaga kebersihan sekolah disesuaikan dengan jadwal kegiatan.
Kegiatan murid dalam pemeliharaan kebersihan dan keberesan sekolah. Lingkungan fisik sekolah harus senantiasa
dijaga dipelihara kesehatan dan kebersihannya. Pengaruh yang berangsur-angsur namun pasti dari lingkungan sekolah
terhadap kebiasaan hidup sehari-hari dan sikap menghargai pada murid-murid akan tampak dari tahun ke tahun.
Inilah salah satu tujuan yang harus dipakai dalam pendidikan di sekolah yaitu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan
hidup murid-murid dengan jalan mengatur dan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat memperlancar perkembangan
kebiasaan yang baik pada murid-murid.
h. Penyimpanan alat-alat yang tepat
Dari segi pendidikan soal penyimpanan alat-alat kurang mendapat perhatian, baik dalam literatur tentang konstruksi
bangunan sekolah maupun dalam rencana struktur bangunannya. Alat-alat yang langsung dipergunakan dalam pelajaran
memerlukan fasilitas penyimpanan yang memadai dan praktis sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat segera
disediakan serta keamanannya cukup terpelihara. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan alat-alat ini direncanakan
sebelum bangunan didirikan sehingga faktor estetikanya pun mendapat perhatian juga.
Agar sulit untuk memelihara dan menjaga ruang belajar agar supaya senantiasa beres dan bersih, jika fasilitas
penyimpanan alat-alat tidak mendapat perhatian. Masalah penyimpanan alat-alat dan perlengkapan pengajaran telah
dibicarakan secara singkat pula pada halaman-halaman sebelumnya.
i. Mengatur dan memelihara ruang belajar
Sebagian besar waktu kehidupan murid-murid dan guru selama bersekolah, dipergunakan di ruang belajar. Dari
kenyataan ini timbul tuntutan agar supaya kepala sekolah memberikan perhatian cukup terhadap kondisi ruang belajar.
Memang guru-guru sering kali memberikan pengawasan langsung terhadap pengaturan, dan pemeliharaan ruang belajar,
namun mereka, memerlukan bantuan dan dukungan dari kepala sekolah dan penjaga kebersihan sekolah agar supaya
ruang belajar senantiasa siap untuk dipergunakan dan memperlancar proses belajar. Di samping hal-hal lainnya, hal yang
sangat penting untuk diperhatikan ialah ruang belajar harus cukup mendapat cahaya, kebanyakan guru-guru kurang
menyadari pentingnya cahaya yang memadai bagi murid-murid jika sedang ada dalam ruang belajar.
Kepala sekolah hendaknya melakukan observasi yang teratur dan kontinu terhadap kondisi cahaya di ruang belajar
ini, dan segera mengadakan perbaikan bilamana terdapat kekurangan-kekurangan. Di samping itu ruang belajar harus
selalu diperbarui catnya, dianjurkan tiap-tiap tiga sampai lima tahun sekali. Seperti telah disinggung di muka bahwa
34
warna-warna yang dipergunakan di ruang belajar adalah warna-warna yang memberikan pengaruh psikologis positif
dalam proses mengajar dan belajar kepada guru-guru dan murid-murid. Gunakanlah warna-warna yang membangkitkan
semangat belajar dan bekerja, namun berpengaruh menenangkan dan memupuk perasaan estetika.

j. Pemeliharaan halaman dan tempat bermain


Kegiatan rekreasi di sekolah dewasa ini mempunyai peranan penting dalam program pengajaran. Menyediakan
tempat dan fasilitas saja untuk keperluan itu, belum memadai. Tempat bermain harus dipelihara, diratakan serta
disesuaikan dengan berbagai permainan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid-murid. Tempat bermain harus selalu
dijaga dan dipelihara supaya bebas dari kondisi dan hal-hal atau benda-benda yang mungkin menimbulkan bahaya
kecelakaan, atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kesehatan murid-murid dan penghuni sekolah
lainnya. Untuk menjaga dan memelihara agar supaya tempat bermain menarik, aman dan bebas dari hal-hal yang
mungkin menimbulkan kecelakaan, kepala sekolah harus bekerja sama-dengan guru-guru, murid, penjaga kebersihan
sekolah dan penjaga keamanan sekolah.7

4. Administrasi Siswa
OSIS merupakan organisasi murid yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk melatih
kepemimpinan murid serta memberikan wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang sesuai.
Oleh karena itu supaya pembinaan administrasinya terutama menyangkut pembinaan pengelolaan organisasinya dan
kegiatannya, apa pun kegiatan yang dikembangkan hendaknya selalu dalam rangkaiannya dengan tujuannya, yaitu
pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap, selaras
dengan tujuan sekolah yang tertuang dalam kurikulum.
Contoh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah melalui Osis adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran
1) Diskusi, temu karya, seminar dan lain-lain.
2) Penelitian.
3) Karya wisata.
4) Penulisan karangan untuk berbagai media.
5) Percobaan-percobaan akademis di luar kelas.
b. Kegiatan pengembangan keterampilan berdasar hobi
1) Latihan kepemimpinan.
2) Palang Merah Remaja.
3) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
4) Pramuka.
5) Lintas Alam.
6) Olahraga.
7) Keseman.
8) Pengaturan lalu-lintas.
9) Pengumpulan benda-benda bekas (perangko, binatang, dan lain-lain).
c. Kegiatan-kegiatan pengembangan sikap
1) Pengumpulan dana sosial.
2) Pengertian hari-hari besar nasional, keagamaan
3) Membantu masyarakat yang kena musibah.
Pengelolaan data kesiswaan merupakan salah satu garapan administrasi murid yang tidak dapat ditinggalkan. Pada
intinya ada tiga macam data yang perlu sekali dike1ola, yaitu: data tentang identitas murid, tentang hasil belajar murid dan
tentang kehadiran murid.
Data ini tidak hanya berguna sewaktu murid tersebut masih sekolah, tetapi juga bermanfaat kelak setelah murid tersebut
sudah lulus dan meninggalkan sekolah tersebut.
Berikut ini disajikan contoh-contoh format data tentang murid:
a. Contoh format Identitas Murid
1. Nama Murid : ...............................................................................................
2. Jenis Kelamin : ................................................................................. pas foto
3. Tempat, tgl. Lahir : ...............................................................................................
4. Warga Negara : ...............................................................................................
5. Anak ke : ...............................................................................................
6. Alamat : ...............................................................................................
7. Asal Sekolah : ...............................................................................................
8. Diterima:
a. Tanggal : ...............................................................................................
b. Di kelas : ...............................................................................................
35
9. Orang Tua/Wali
Murid : ...............................................................................................
a. Nama : ...............................................................................................
b. Pendidikan : ...............................................................................................
c. Pekerjaan : ...............................................................................................
d. Alamat : ...............................................................................................
10. Penghargaan yang
diterima murid : ...............................................................................................

11. Data anekdot : ...............................................................................................


12. Keluar :
a. Tanggal : ...............................................................................................
b. Pada kelas : ...............................................................................................
c. Alasan : ...............................................................................................
13. Kelulusan:
a. Tanggal : ...............................................................................................
b. STTB Nomor : ...............................................................................................
c. Melanjutkan ke : ...............................................................................................
14. Perpindahan:
a. Pindah ke : ...............................................................................................
b. Di kelas : ...............................................................................................
c. Tinggal : ...............................................................................................
15. Keterangan lain-lain : ...............................................................................................

b. Contoh format Data Hasil Belajar Murid


==============================================================
Program No. Mata Kelas/Th Kelas/Th Kelas/Th
Pelajaran Sem.1 2 Sem.1 2 Sem.1 2
____________________________________________________________________________________________________________________________________________

Pendidikan 1. Pendidikan Agama


Umum 2. PMP
3. Olah Raga. dan
Kesehatan ... dan seterusnya ...
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________

Keterangan: ( ) naik ( ) naik ( ) naik


ke kelas ke kelas ke kelas
( ) tidak ( ) tidak ( ) tidak
naik naik naik
( ) lulus ( ) lulus ( ) lulus
( ) tidak ( ) tidak ( ) tidak
lulus lulus lulus
______________________________________________________________________________________________________________________________________________

c. Contoh format Data Presensi Murid


Daftar Presensi bulan : ..................................................................... Tahun .......................
Kelas : .....................................................................
Jumlah Murid : .....................................................................
============================================================================No.
Nama Murid Tanggal Jumlah
1 2 3 4 5 dst ... 31 Absen
____________________________________________________________________________________________________________________________________

1.
2.
36
3.
4.
5.
... dan seterusnya ...
50.
____________________________________________________________________________________________________________________________________

Jumlah yang hadir


____________________________________________________________________________________________________________________________________

d. Confoh format Data Rekapitulasi Kehadiran Murid

SMP NEGERI XV SURABAYA

Ha ri : .........................................................................................................................
Tanggal : .........................................................................................................................
Jumlah murid : ...............................................................................................................orang.
Izin : ...............................................................................................................orang.
Sakit : ...............................................................................................................orang.
Lain-lain : ...............................................................................................................orang.

Cara menyimpan data tentang murid


Data-data tersebut harus disimpan oleh sekolah secara baik-baik dan berfungsi sebagai arsip aktif yang
sewaktu-waktu dicari kembali untuk keperluan tertentu.
Ada beberapa cara untuk menyimpan data tersebut.
1) Untuk data tentang identitas dan hasil belajar siswa sebaiknya tidak terpisah, karena itu merupakan satu kesatuan.
Penyimpanan data itu dapat dilakukan dengan menggunakan sistem kartu atau dapat pula menggunakan sistem
buku induk.
a) Apabila menggunakan sistem kartu sebaiknya dibuatkan sehelai kartu untuk setiap siswa. Kartu itu berukuran
quarto (21,50 cm x 28 cm). Agar mudah disusun, sebaiknya digunakan bahan kertas manila, dengan warna
berbeda untuk setiap kelas (angkatan). Bagian depan kartu diisi dengan data identitas siswa dan bagian
belakangnya dipergunakan untuk data hasil belajar.
Kartu-kartu itu diurutkan menurut urutan nomor induk siswa yang ditulis pada pojok kanan atas, sehingga
mudah mencarinya kembali. Pada setiap ganti tahun angkatan, sebaiknya diberi kartu penyekat atau kartunya
diganti dengan baru yang berwarna lain. Dengan sistem kartu ini upaya pencarian kembali setiap data yang
diperlukan akan lebih mudah.
b) Apabila menggunakan buku induk, sebaiknya menggunakan buku ukuran folio, dengan menggunakan dua
muka sebelah kiri untuk setiap siswa. Lembar muka sebelah kiri untuk, data tentang identitas siswa dan
lembar sebelah kanan untuk data hasil belajar siswa.
Penulisan data siswa tersebut diurutkan menurut urutan nomor induknya. Untuk mencari data tentang siswa
pada buku induk akan lebih sukar dibandingkan dengan bila menggunakan siswa kartu. Untuk mempermudah
penggunaan buku induk tersebut dapat dibantu dengan menggunakan buku Klaper di mana-mana siswa yang
namanya dimulai dengan huruf sama disusun menjadi satu.

Aktivitas murid
Program aktivitas sekolah seperti: olahraga, kesenian, kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya. Kegiatan ini
merupakan kegiatan kurikuler yaitu untuk menjamin adaptasi murid sekolah yang dapat menunjang proses belajar dan
perkembangan murid secara lebih efektif.
a) Intra kelas
Murid dalam suatu kegiatan dapat diorganisir sedemikian sehingga merupakan suatu gaverment terdiri dari:
ketua, wakil, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi.
Tugasnya:
Kegiatan kelas, dapat seperti kebersihan dan keindahan kelas dan sebagainya.
Kegiatan antar kelas seperti, pertandingan olahraga dan kesenian keputrian.
b) Intra sekolah
Pengembangan organisasi murid yang efektif di sekolah naik terhadap pendidikan dasar maupun
menengah harus dapat menjamin partisipasi murid dalam program sekolah yang bersangkutan, program
pendidikan, program pengabdian masyarakat.

37
Maka dalam hal ini organisasi/Osis merupakan sarana komunikasi formil antara kelompok murid dan suatu
sistem sekolah dengan:
- sistem staf pengajaran dan personel sekolah
- sistem sosial masyarakat di mana sekolah itu berada.
Tanggung jawab murid.
Membagi kepemimpinan dengan orang lain. Menjadi pemimpin.
Tujuan dari intra sekolah:
- membina generasi muda umumnya
- membina personel dan sosial murid khususnya.
c) Ekstra sekolah
Adalah kegiatan untuk membantu memperlancar perkembangan individu murid sebagai manusia
seutuhnya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan murid sekolah antara lain:
1. Pertemuan siswa
2. Olahraga
3. Perkemahan sekolah
4. Ke laboratorium
5. Kegiatan ke masyarakat
6. Perlombaan dan pertandingan
7. Perpustakaan sekolah
8. Publikasi karya tulis
9. Organisasi sosial
10. Organisasi kesiswaan.

5. Kerjasama Sekolah dan Masyarakat


Secara sederhana "hubungan" atau "communication"(di Indonesia: komunikasi) dapat diartikan sebagai
"process by wich a person transmits a massage to another" (proses penyampaian berita dari seorang kepada
orang lain). Komunikasi di dalam administrasi sekolah adalah suatu proses penyampaian sesuatu (berita/idea
kepada orang lain). Hal ini bisa secara intern yaitu di dalam organisasi sekolah itu sendiri. Juga bisa ekstern,
artinya antara sekolah dengan pihak lain (ke luar) masyarakat lembaga/instansi yang lain. Di dalam pengertian di
atas terlihat adanya berbagai unsur antara lain:
a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain (juga sebagai sumber berita).
b. Apa yang disampaikan (isi/informasi).
c. Alat, medis yang digunakan (dapat berupa kata-kata bunyi, laporan dan sebagainya).
d. Tujuan penyampaian (dapat perintah, pemberitahuan laporan dan sebagainya).
e. Orang yang menerima informasi (komunikasi communicate/recever ).
f. Response/jawaban yang diberikan oleh si penerima.

Proses Berita

Alat
bunyi
Sumber isi gambar tujuan penerimaan
kata-kata
dsb.

Dilihat dari sudut administrasi pendidikan (sekolah) dapat dilihat bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah
problem hubungan kerja kemanusiaan (human relationship).
Keberhasilan dalam hubungan-hubungan kerja kemanusiaan ini akan ditentukan oleh efisiensi dan
efektivitas mereka yang berkepentingan dalam:
a. Menyampaikan berita kepada orang lain.
b. Memahami dengan tepat isi/maksudnya dengan harapan mau menerima.

Adanya respon-perubahan tingkah laku.

Penyampaian
Berita Memahami dengan tepat
Mau menerima
Merespon Perubahan tingkah laku baik kelompok
38
individual.

Dalam dunia pendidikan dikenal 2 macam hubungan (komunikasi):


a) Komunikasi dalam penyelenggaraan program pendidikan (intern) dengan masyarakat sekolah.
Dalam hal ini administrasl sekolah/pendidikan hendaldah membina para guru dan murid untuk:
1. Belajar membaca secara komprehensif, diskriminatif dan kritis.
2. Belajar mendengarkan secara tepat dan kritis, menilai dan mempertimbangkan. gagasan-gagasan yang
didengarnya, sehingga tidak hanyut/terbenam dalam arus propaganda.
3. Sanggup mengekspresikan dalam berbicara yang jelas, lancar dan efektif.
4. Sanggup mengemukakan pendapatnya/ gagasannya dalam bentuknya tertulis sehingga orang lain
dapat membaca dan mengerti.
5. Sanggup mengadakan penilaian secara kritis terhadap apa yang dilihatnya.
Kesemuanya ini merupakan komunikasi intern bahkan sifatnya lebih subjektif. Namun hal ini perlu adanya
motivasi dan stimulasi secara kontinu dari administrasi pendidikan.
b) Komunikasi dengan masyarakat di luar sekolah
Adalah merupakan sesuatu kenyataan bahwa, sekolah tidak merupakan sesuatu yang berdiri sendiri
terpisah dari dunia luar, melainkan berada dalam suatu sistem masyarakat yang telah tetap.
Kehadiran sekolah berlandaskan kemauan baik negara dan masyarakat yang mendukungnya. Oleh karena
itu orang-orang yang berkerja di sekolah mau tidak mau harus bekerja sama dengan masyarakat.
Masyarakat di sini dapat berwujud orang tua murid, badan-badan, organisasi-organisasi, baik negeri
maupun swasta. Salah satu alasan mengapa sekolah perlu dukungan dari masyarakat tempat sekolah itu
berada ialah karena sekolah harus dibiayai. Tugas sekolah di sini ialah bagaimana menumbuhkan rasa ikut
memiliki (senseaf belonging) dan rasa ikut bertanggung jawab (senseresponsibility) masyarakat terhadap
sekolah. Dalam hal ini perhimpunan administrator sekolah di Amerika Serikat (the American Association of
School Administrators) telah mengumpulkan beberapa indikator (petunjuk) tentang hubungan sekolah
dengan masyarakat, yaitu bahwa para kepala sekolah harus memahami.
1. Unsur-unsur penting pada anggota masyarakat lingkungan sekolah, kesetiaan, kepatuhan dan
perasaan terikat yang ada pada masyarakat, cara-cara beraksi, menangani idea baru.
2. Tradisi dan adat-istiadat.
3. Organisasi anggota masyarakat.
4. Kepemimpinan/ struktur kekuatan yang terdapat dalam masyarakat.
5. Situasi fisik masyarakat, ciri-ciri pengelompokan forrnil dan hubungan ciri-ciri populasi.
Jika para kepala sekolah memperoleh keterangan-keterangan tersebut di atas, berarti ia mendapat
informasi yang diperlukan untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan sukses antara sekolah dengan
masyarakat.

Konsep-konsep hubungan sekolah-masyarakat


Masalah konsep hubungan sekolah-masyarakat adalah sangat luas dan kompleks dan beranekaragam.
Berikut ini ada bermacam-macam konsepsi hubungan sekolah masyarakat untuk dapat dipertimbangkan
mana yang lebih efektif untuk dikembangkan di sekolah mendatang.
a) Menurut Ameteambun dalam bukunya Guru dalam Administrasi sekolah pembangunan "Konsepsi
hubungan sekolah-masyarakat" adalah sebagai berikut:
1. Konsep "menunggu" sekolah hanya menunggu dan mengharapkan perhatian dan bantuan dari
masyarakat.
2. Konsep preventif kegiatan-kegiatan sekolah hanyalah untuk mencegah hal-hal yang tak
diinginkan oleh masyarakat.
3. Konsep tanda bahaya kegiatan-kegiatan hubungan sekolah masyarakat terjadi bila ada bahaya
misalnya kebakaran, runtuh dan sebagainya. Sehingga sekolah memerlukan bantuan/kontak
dengan masyarakat.
4. Konsep pameran sekolah hanya sekadar memamerkan kegiatannya kepada masyarakat, tentu
saja hal-hal yang dipamerkan "show" hanyalah hal-hal yang telah diseleksi/yang baik-baik saja.
Sehingga tidak mencerminkan "originalitas" atau asli dari keseluruhan program sekolah tersebut.
5. Konsep prestise kegiatan-kegiatan sekolah sebagai alat untuk menonjolkan kariernya.
Biasanya hal ini cenderung. untuk mencari popularitas dan semata-mata mengejar prestise bukan
prestasi. Yang biasanya disertai dengan perhitungan-perhitungan keuntungan-keuntungan
individualitas pribadi.

39
6. Konsep partnership hubungan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan proses timbal balik.
Di mana kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan masyarakat juga menjadi kebutuhan dan
keinginan sekolah. Terutama dalam kegiatan-kegiatan kurikuler.
7. Konsep "social leadership" sekolah sebagai lembaga pendidikan utama masyarakat, harus dapat
diharapkan dapat rnembina kepemimpinan dengan pihak yang erat hubungannya dengan
problema¬problema sosial.
b) Menurut Balai Pendidikan Guru tertulis Jawa Barat dalam garis besarnya terdapat 4 jenis hubungan
sekolah masyarakat.
1. Sikap acuh tak acuh di mana kedua belah pihak antara sekolah-rnasyarakat saling membiarkan
dia tumbuh.
Konsep ini beranggapan bahwa sekolah dan masyarakat merupakan dua lernbaga yang terpisah.
Jenis komunikasi di sini adalah kornunikasi tertutup (komunikasi intern) yaitu sekolah hanya
berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
2. Publisitas yaitu komunikasi satu arah, sekolah seolah-olah menjual iklannya kepada masyarakat,
apa yang dikehendaki dan kebutuhan-kebutuhan sekolah hendaknya diketahui masyarakat.
3. Interpretasi pendidikan. Seperti halnya publisitas lebih ditekankan, bahwa informasi yang telah
diberikan kepada masyarakat dapat ditafsirkan menurut pengetahuan dan pendapat yang apa
adanya. Hal ini cenderung untuk memperkuat sikap dan pendapat yang telah ada melekat di
masyarakat.
4. Usaha bersama. Jenis komunikasi di sini bersifat dua arah timbal balik di mana masyarakat
cenderung untuk baranggapan bahwa mereka harus secara langsung dilihatkan ke dalam
urusan-urusan sekolah mereka.
Untuk mengetahui sukses gagalnya suatu kegiatan maka perlu diketahui terlebih dahulu apakah
tujuan kegiatan tersebut. Dalam hal ini Bent dan Kronenberg mengemukakan tiga hal tujuan utama
hubungan sekolah masyarakat yaitu:
a. To prevent misunderstanding.
(Untuk mencegah kesalahpahaman antara masyarakat terhadap sekolah).
b. To secure financial support.
(Untuk memperoleh sumbangan-sumbangan finansiil dan material dari masyarakat).
c. To secure coppration in policy making.
(Untuk menjalin kerjasama dalam pembuatan kebijaksanaan kebijaksanaan).
Dalam kerangka tersebut di atas, sekolah hendaknya selalu bekerja sama membina dan mewujudkan
kehidupan sosial yang baik.

Prinsip-prinsip program hubungan sekolah-masyarakat


Jika suatu kegiatan telah diketahui dan ditentukan tujuannya, rnaka suatu langkah/tindak lanjutnya
adalah menyusun suatu program kerja.
Sehubungan dengan hal tersebut Ametembun merumuskan program hubungan sekolah-
masyarakat yaitu:
1. Perencanaan hubungan sekolah-masyarakat haruslah integral dengan program pendidikan yang
bersangkutan.
2. Setiap pejabat/petugas sekolah terutama para guru haruslah menganggap dirinya adalah petugas
hubungan masyarakat (public relations efficer).
3. Program hubungan sekolah masyarakat didasarkan atas kerja sama bukanlah sepihak (one way) tetapi
adanya timbal balik (two way) prosesnya.

Berbagai media hubungan sekolah-masyarakat


Dalam pelaksanaan hubungan sekolah-masyarakat akan diperlukan sarana atau alat yang sering
disebut dengan media komunikasi atau mass media.
1. Sistem visual (visual system) yaitu sistem komunikasi dengan mempergunakan alat-alat yang dapat
dilihat dengan indra mata. Misalnya: majalah, gambar, poster-poster dan sebagainya.
2. Sistem audio (audio system) yaitu dengan menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan indra
pendengaran. Misalnya: tatap muka, rapat-rapat, kontak melalui telepon, telegram dan sebagainya.
3. Sistem audio visual yaitu sistem komunikasi dengan menggunakan alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran. Misalnya: televisi, film, dan sebagainya.
Pada umumnya di dalam pelaksanaannya sekolah sering menggunakan kombinasi. Baik kombinasi
yang secara lisan dan tertulis. Dan operasionalnya bisa secara formal dan informal.

Jalur-jalur komunikasi sekolah masyarakat


40
Ada beberapa jalur yang mungkin dapat ditempuh walaupun demikian jalur yang paling
menguntungkan adalah jalur yang langsung berhubungan dengan murid dan situasi pertemuan langsung
(face to face). Jalur-jalur lain yang mungkin dapat ditempuh dalam hubungan sekolah-masyarakat adalah:
1) Anak/murid
Anak/murid adalah merupakan mata rantai komunikasi yang paling efektif antara masyarakat
dengan sekolah. Segala sesuatu dilihat, dirasakan, dihayati di sekolah dapat dikomunikasikan kepada
orang tuanya. Tampaknya hal tersebut mengandung implikasi bahwa landasan utama hubungan
sekolah-masyarakat yang sehat adalah program pengajaran yang efektif dan taraf hubungan guru-
muridnya yang tinggi.
2) Surat-surat selebaran dan buletin sekolah
Biasanya orang tua akan membaca dengan cermat selebaran dan buletin yang langsung diterima
dari sekolah. Dan agar lebih efektif, komunikasi tertulis ini harus berisi informasi yang diperlakukan
oleh orang tua murid, ini berarti informasi yang diperlukan oleh orang tua murid tersebut, khususnya
mengenai hal-hal yang sedang terjadi pada mereka. Untuk itu semua hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga dapat menarik dan mengena pada sasarannya.
3) Mass media (media massa)
Media massa seperti radio, surat kabar, televisi merupakan media yang sangat berharga untuk
menyampaikan informasi kepada orang tua murid. Walaupun efektivitasnya sering dilebih-lebihkan
oleh para administrator. Dan kebanyakan siaran-siaran lewat media massa ini ditangani oleh
administrator pusat. Sehingga para pelaksana/guru hanya sebagai konsumen saja. Hal ini sebenarnya
tidak adil, karena pihak operasional tidak diikutsertakan.
4) Pertemuan informal
Para guru dan staf sekolah lainnya dapat mengadakan hubungan dengan warga masyarakat
secara tidak resmi, dengan santai. Hal ini memberikan kesempatan untuk memperbincangkan
persoalan-persoalan yang dapat segera langsung dijawab dan untuk membina hubungan yang kelak
dapat memperlancar pertemuan-pertemuan resmi, jika diperlukan.
5) Laporan kemajuan murid (rapor)
Laporan kemajuan murid yang secara formil disampaikan kepada orang tua merupakan alat lain
bagi sekolah untuk berkomunikasi dengan mereka. Tetapi dengan jalan ini nampaknya hanya satu
arah saja yang menimbulkan tujuan yang berbeda-beda. Bahkan mungkin tidak memberikan arti apa-
apa. Untuk mengatasi hal demikian, sebaiknya dalam laporan kemajuan murid disertai lembaran-
lembaran isian untuk mereka yang berisi pendapat, tanggapan dan saran-saran kepada sekolah.
Dengan demikian komunikasi dua arah sedikit banyak dapat terpelihara.
6) Kontak formal
Hal ini dapat dilakukan dengan melalui pertemuan-pertemuan resmi. Masyarakat atau orang tua
diundang secara resmi oleh sekolah. Adapun dengan alat-alat lain seperti surat, telepon dan
sebagainya. Layanan sekolah yang baik dan mengesankan kepada mereka akan membuat kesan
yang mendalam bagi masyarakat. Dengan demikian, akan turut meningkatkan hubungan yang sehat
antara sekolah dan masyarakat.
7) Memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat.
Umumnya para guru memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat dalam
menghidupkan dan memperkaya program pengajaran. Namun dalam hal ini sering diabaikan bahwa
dalam pemanfaatan sumber-sumber tersebut sebetulnya merupakan cara terbaik untuk mengadakan
hubungan dengan masyarakat. Misalnya pemanfaatan tokoh-tokoh masyarakat, ataupun dengan jalan
karyawisata. lni adalah merupakan komunikasi yang intim karena seolah-olah masyarakat ikut
diperhatikan.
8) Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3)
Organisasi ini bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan hubungan-hubungan yang
sehat antara sekolah dengan masyarakat, BP3 ini merupakan wadah, sehingga kepala sekolah, guru
dan masyarakat, dapat melakukan komunikasi dan memberikan informasi tentang inovasi-inovasi
yang sedang dijalankan dalam program pengajaran dewasa ini.

41

You might also like