You are on page 1of 59

RINGKASAN MATERI

A. MATERI DAN PERUBAHANNYA


1. Materi
Materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruangan..
Materi dapat berbentuk gas, cair, dan padat.
Contoh: udara, kapur, meja.
Kimia mempelajari komposisi, struktur dan sifat dari materi, serta perubahan
kimia yang terjadi dari materi satu ke yang lainnya. Contoh: kayu terbakar
menjadi arang.
Penyusun materi
Materi dapat tersusun dari substansi murni atau tunggal yang terdiri dari satu
unsur atau beberapa unsur yang membentuk suatu senyawa. Materi juga
dapat tersusun dari senyawa campuran, yang tercampur secara homogen atau
heterogen.

Skema klasifikasi materi


Substansi murni :
Materi yang mempunyai sifat dan komposisi tertentu.
a. Unsur :
Substansi murni yang tidak dapat dipisahkan menjadi sesuatu yang
lebih sederhana, baik secara fisika maupun kimia, mengandung satu jenis
atom.
Contoh: Nitrogen, oksigen.
b. Senyawa :
Terbentuk dari ikatan antara atom penyusunnya, dan dapat dipisahkan
secara kimia menjadi unsur penyusunnya.
Contoh: air (H2O), gula (C6H12O6).
c. Campuran :
Materi yang tersusun dari beberapa substansi murni, mempunyai sifat
dan komposisi yang bervariasi.

1|Page
Contoh: gula + air menghasilkan larutan gula, mempunyai sifat manis yang
tergantung pada komposisinya.
d. Campuran homogen :
Mempunyai sifat dan komposisi yang seragam pada setiap bagian
campuran, tidak dapat dibedakan dengan melihat langsung.
Contoh: garam dapur dan air.
e. Campuran heterogen :
Mempunyai sifat dan komposisi yang bervariasi pada setiap bagian
campuran, dapat dibedakan dengan melihat langsung (secara fisik
terpisah).
Contoh: gula dan pasir.

B. HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI


1. Massa Atom Relatif ( Ar )

Massa Atom Relatif ( Ar ) X =

Jika suatu unsur memiliki beberapa isotop, maka massa atom Relatif nya jumlah
dari rata-rata isotopnya.
Contoh :
unsur karbon ada 2 isotop yaitu C-12 ( 98,9 % ) dan C-13 ( 1,1 % ). Maka
Ar C = ( 98,9% x 12 ) + ( 1,1 % x 13 ) = 12,011.

2. Massa Molekul Relatif ( Mr )


Adalah jumlah semua massa atom relatif penyusunnya.
Contoh :
Jika Ar S = 32 , O = 16 dan K = 39 Maka
Mr K2SO4 = ( 2 x Ar K ) + ( 1 x Ar S ) + ( 4 x Ar O )
= ( 2 x 39 ) + ( 32 ) + ( 4 x 16 )
= 174.
3. Hukum Proust
―Perbandingan massa atom yang menyusun suatu senyawa selalu tetap‖
Contoh :
Dalam senyawa H2O , perbandingan massa H : O = 2 : 16
( Ar H = 1 , O = 16 )
4. Hukum Dalton
Bila atom-atom dapat membentuk dua macam senyawa ( lebih ), salah satu
atomnya disamakan massanya, maka perbandingan massa atom lain
penyusunnya merupakan bilangan sederhana ―
Contoh :
unsur N dan O dapat membentuk 3 macam senyawa yaitu NO , N 2O dan NO2.
Perbandingan massa atom N dan O pada ketiga senyawa tsb adalah :
NO = 14 : 16

2|Page
N2O = 28 : 16
NO2 = 14 : 32
Jika pada ketiga senyawa digunakan massa N yang sama = 7 gr, maka massa
O pada ketiga senyawa memiliki perbandingan sederhana sbb :
NO = 7 : 8 gr
N2O = 7 : 4 gr Perbandingan O = 8 : 4 : 16 ( atau 2 : 1 : 4 )
NO2 = 7 : 16 gr .

5. Konsep Mol
23
1 Mol adalah satuan kuantitatif yang berarti sejumlah 6,02 x10 partikel.
23
1 mol C = 6,02 x 10 atom C
23
1 mol NaCL = 6,02 x 10 molekul NaCl.

Mol (n) =

Mol (n) =

6. Hukum Gay Lusacc


o
Bila berupa gas , pada keadaan standard ( P = 1 atm , T = 0 C ), 1 mol gas
mengikuti persamaan:
P.V = n.R.T
o o
1 atm x V = 1 x 0,082 L atm/mol K x 273 K
V = 22,4 L
sehingga

Mol =

C. SISTEM PERIODIK DAN STRUKTUR ATOM


1. Perkembangan sistem periodik unsur
a. Pengelompokan atas dasar Logam dan Non Logam
 Dikemukakan oleh Lavoisier
 Pengelompokan ini masih sangat sederhana, sebab antara unsur-
unsur logam sendiri masih terdapat banyak perbedaan.
b. Hukum Triade Dobereiner
 Dikemukakan oleh Johan Wolfgang Dobereiner.
 Unsur-unsur dikelompokkan ke dalam kelompok tiga unsur yang
disebut Triade.
 Dasar : kemiripan sifat fisika dan kimia dari unsur-unsur tersebut.
Jenis Triade :
1) Triade Litium (Li), Natrium (Na) dan Kalium (K)
Unsur Massa Atom Wujud
Li 6,90 Padat

3|Page
Na 22,99 Padat
K 39,10 Padat
6,90  39,10
Massa Atom Na (Ar Na) = = 23,00
2

2) Triade Kalsium ( Ca ), Stronsium ( Sr ) dan Barium ( Ba )


3) Triade Klor ( Cl ), Brom ( Br ) dan Iod ( I )
c. Hukum Oktaf Newlands
 Dikemukakan oleh John Newlands.
 Unsur-unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom
relatif (Ar).
 Unsur ke-8 memiliki sifat kimia mirip dengan unsur pertama; unsur ke-
9 memiliki sifat yang mirip dengan unsur ke-2 dst.
 Sifat-sifat unsur yang ditemukan berkala atau periodik setelah 8 unsur
disebut Hukum Oktaf.
H Li Be B C N O
F Na Mg Al Si P S
Cl K Ca Cr Ti Mn Fe
Berdasarkan Daftar Oktaf Newlands di atas; unsur H, F dan Cl
mempunyai kemiripan sifat, juga unsur Li, Na dan K dst.

d. Sistem Periodik Mendeleev (Sistem Periodik Pendek)


 Dua ahli kimia, Lothar Meyer dan Ivanovich Mendeleev, berdasarkan
pada prinsip dari Newlands, melakukan penggolongan unsur.
 Lothar Meyer lebih mengutamakan sifat-sifat kimia unsur
sedangkan Mendeleev lebih mengutamakan kenaikan massa atom.
 Menurut Mendeleev : sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari
massa atom relatifnya. Artinya : jika unsur-unsur disusun menurut
kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang
secara periodik.
 Unsur-unsur yang memiliki sifat-sifat serupa ditempatkan pada satu
lajur tegak, disebut Golongan.
 Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur-unsur berdasarkan pada
kenaikan massa atom relatifnya dan disebut Periode.
e. Sistem Periodik Modern (Sistem Periodik Panjang)
 Dikemukakan oleh Henry G Moseley, yang berpendapat bahwa sifat-
sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
 Artinya : sifat dasar suatu unsur ditentukan oleh nomor atomnya
bukan oleh massa atom relatifnya (Ar).
2. Periode Dan Golongan Dalam SPU Modern
a. Periode
 Adalah lajur horizontal pada tabel periodik.

4|Page
 SPU Modern terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan
jumlah / banyaknya kulit atom unsur-unsur yang menempati periode-
periode tersebut.
Jadi :

Nomor Periode = Jumlah Kulit


Atom

 Jumlah unsur pada setiap periode :


Periode Jumlah Unsur Nomor Atom ( Z )
1 2 1–2
2 8 3 – 10
3 8 11 – 18
4 18 19 – 36
5 18 37 – 54
6 32 55 – 86
7 32 87 – 118
Catatan :

1) Periode 1, 2 dan 3 disebut periode pendek karena berisi relatif


sedikit unsur
2) Periode 4, 5 DAN 6 disebut periode panjang
3) Periode 7 disebut periode belum lengkap karena belum sampai
ke golongan VIII A.
4) Untuk mengetahui nomor periode suatu unsur berdasarkan
nomor atomnya, hanya perlu mengetahui nomor atom unsur
yang memulai setiap periode

 Unsur-unsur yang memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada periode 1


(baris 1), unsur-unsur yang memiliki 2 kulit (kulit K dan L) terletak
pada periode ke-2 dst.
Contoh :

8O = 2,8 periode ke-2

13 Al = 2,8,3 periode ke-3

31Ga = 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4

b. Golongan
 Sistem periodik terdiri atas 18 kolom vertikal yang disebut golongan
 Ada 2 cara penamaan golongan :
1) Sistem 8 golongan
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yaitu
golongan utama (golongan A) dan 8 golongan transisi
(golongan B).
2) Sistem 18 golongan

5|Page
Menurut cara ini, sistem periodik dibagi menjadi 18 golongan
yaitu golongan 1 sampai 18, dimulai dari kolom paling kiri.
 Unsur-unsur yang mempunyai elektron valensi sama ditempatkan
pada golongan yang sama.
 Untuk unsur-unsur golongan A sesuai dengan letaknya dalam
sistem periodik :

Nomor Golongan = Jumlah Elektron


Valensi

 Unsur-unsur golongan A mempunyai nama lain yaitu :


1) Golongan IA = golongan Alkali
2) Golongan IIA = golongan Alkali Tanah
3) Golongan IIIA = golongan Boron
4) Golongan IVA = golongan Karbon
5) Golongan VA = golongan Nitrogen
6) Golongan VIA = golongan Oksigen
7) Golongan VIIA = golongan Halogen
8) Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia

3. Sifat-Sifat Periodik Unsur


Meliputi :

a. Jari-Jari Atom
1) Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar.
2) Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur
tersebut.
3) Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin
banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-
jari atomnya.
Jadi : dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya
semakin besar.

4) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah


yang berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah
kulit elektronnya tetap. Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar
makin besar pula, sehingga menyebabkan semakin kecilnya jari-jari
atom.
Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari atomnya
semakin kecil.

b. Jari-Jari Ion
1) Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika
dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.

6|Page
2) Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil,
sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih
besar jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.

c. Energi Ionisasi
1) Adalah energi minimum yang diperlukan oleh atom netral dalam wujud
gas untuk melepaskan satu elektron sehingga membentuk ion
bermuatan +1.
2) Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka akan
diperlukan energi yang lebih besar disebut energi ionisasi kedua, dst.
EI 1 < EI 2 < EI 3 dst

3) Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin kecil karena


jari-jari atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk
dilepaskan.
4) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena
jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron terluar semakin sulit
untuk dilepaskan.
d. Afinitas Elektron
Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral dalam wujud
gas apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negatif
(anion).
Beberapa hal yang harus diperhatikan :

1) Penyerapan elektron ada yang disertai pelepasan energi maupun


penyerapan energi.
2) Jika penyerapan elektron disertai pelepasan energi, maka harga
afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negatif.
3) Jika penyerapan elektron disertai penyerapan energi, maka harga
afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif.
4) Unsur yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda negatif,
mempunyai daya tarik elektron yang lebih besar dari pada unsur
yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda positif. Atau
semakin negatif harga afinitas elektron suatu unsur, semakin
besar kecenderungan unsur tersebut untuk menarik elektron
membentuk ion negatif (anion).
5) Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah atom
tersebut menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula
unsurnya.
6) Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi ionisasi.

7|Page
7) Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas
elektronnya semakin kecil.
8) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya
semakin besar.
9) Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda negatif,
kecuali golongan IIA dan VIIIA.
10) Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA ( halogen ).

e. Keelektronegatifan
1) Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam
molekul suatu senyawa (dalam ikatannya).
2) Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya antara
0,7 (keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).
3) Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar,
cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif
(anion).
4) Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung
melepaskan elektron dan akan membentuk ion positif (kation).
5) Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga
keelektronegatifan semakin kecil.
6) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan
semakin besar.

f. Sifat Logam dan Non Logam

1) Sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan, yaitu


kecenderungan atom untuk melepaskan elektron membentuk kation.
2) Sifat logam bergantung pada besarnya energi ionisasi ( EI ).
3) Makin besar harga EI, makin sulit bagi atom untuk melepaskan
elektron dan makin berkurang sifat logamnya.
4) Sifat non logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu
kecenderungan atom untuk menarik elektron.
5) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), sifat logam berkurang
sedangkan sifat non logam bertambah.
6) Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), sifat logam bertambah
sedangkan sifat non logam berkurang.
7) Unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah dalam sistem periodik
unsur, sedangkan unsur non logam terletak pada bagian kanan-
atas.
8) Unsur yang paling bersifat non logam adalah unsur-unsur yang
terletak pada golongan VIIA, bukan golongan VIIIA.
9) Unsur-unsur yang terletak pada daerah peralihan antara unsur logam
dengan non logam disebut unsur Metaloid ( = unsur yang

8|Page
mempunyai sifat logam dan sekaligus non logam ). Misalnya : silikon
dan boron.
1) AKereaktifan bergantung pada kecenderungan unsur untuk
melepas atau menarik elektron.
2) Unsur logam yang paling reaktif adalah golongan IA (logam alkali).
3) Unsur non logam yang paling reaktif adalah golongan VIIA
(halogen).
4) Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), mula-mula kereaktifan
menurun, kemudian semakin bertambah hingga golongan VIIA.
5) Golongan VIIIA merupakan unsur yang paling tidak reaktif.

4. Struktur Atom
Lambang nuklida ditulis dengan :

A = no atom, menunjukan jumlah proton


Z = no massa, menunjukkan jumlah proton dan neutron
X = Lambang atom
Jumlah Neutron = Z - A
5. Bilangan Kuantum
Melalui persamaan Schrodinger, distribusi elektron di dalam atom dapat
ditunjukkan melalui seperangkat bilangan kuantum. Dalam mekanika
kuantum, tiga bilangan kuantum digunakan untuk menentukan distribusi
elektron di dalam atom, sedangkan bilangan kuantum ke-4 digunakan untuk
menunjukkan rotasi (spin) elektron di dalam atom. Keempat bilangan kuantum
yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Bilangan kuantum utama (n) → menunjukan nomor kulit kulit


Memiliki harga n = 1,2,3,4,…
Menjelaskan tingkat energi orbital dan ukuran orbital
n = 1 (kulit K); n = 2 (kulit L), n = 3 (kulit M); n = 4 (kulit N); …
b. Bilangan kuantum azimuth atau angular momentum (l) → subkulit
Memiliki harga l = 0,1,2,…,(n-1)
Menjelaskan bentuk orbital
l = 0 (subkulit s); l = 1 (subkulit p); l = 2 (subkulit d); l = 3 (subkulit f);…
n = 1,maka l = 0
n = 2, maka l = 0 dan 1
n = 3, maka l = 0, 1, dan 2
n = 4, maka l = 0, 1,2, dan 3
Jumlah subkulit yang terdapat pada kulit ke-n adalah n subkulit

9|Page
c. Bilangan kuantum magnetik (ml) → orbital
Memiliki harga ml = -l, (-l + 1),…, 0,…, (+l +1), +l
Menjelaskan orientasi elektron (letak elektron dalam orbital)
l = 0, maka ml = 0 (1 orbital)
l = 1, maka ml = -1, 0, dan +1 (3 orbital)
l = 2, maka ml = -2, -1, 0, +1, dan +2 (5 orbital)
l = 3, maka ml = -3, -2, -1, 0, +1, +2, dan +3 (7 orbital)
Untuk tiap nilai l, akan terdapat (2l + 1) orbital
d. Bilangan kuantum spin (s) → rotasi elektron
Memiliki harga s = + ½ atau s = - ½
Menjelaskan spin elektron dalam orbital
Masing-masing orbital maksimum hanya dapat ditempati oleh dua elektron
dengan spin yang berlawanan (Azas Larangan Pauli)
6. Aturan Aufbau
Elektron akan mulai mengisi dari tingkat energi terendah yang kosong terlebih
dahulu menuju tingkat energi yang lebih tinggi. Urutan pengisian elektron
adalah sebagai berikut:

10 | P a g e
7. Kaidah Hund
Bila terdapat lebih dari satu orbital pada tingkat energi tertentu (seperti 3p atau
4d), hanya satu elektron yang akan mengisi tiap orbital sampai setiap orbital
terisi oleh satu elektron; kemudian elektron akan mulai membentuk pasangan
pada setiap orbital.

8. Azas Larangan Pauli


Tidak ada dua elektron yang memiliki keempat bilangan kuantum sama dalam
orbital yang sama. Artinya, apabila dua elektron memiliki nilai n, l, dan m l yang
sama ( berada dalam orbital yang sama), maka nilai s kedua elektron harus
berbeda.
Contoh :
2 2 4
8O : 1s 2s 2p
2- 2 6
8O : 1s2 2s 2p

2 2 6 2 3
15P : 1s 2s 2p 3s 3p
3- 2 2 6 2 6
15P : 1s 2s 2p 3s 3p

26 2 2 6 2 6 2 6
Fe : 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
2+ 2 2 6 2 6 6
26Fe : 1s 2s 2p 3s 3p 3d

Blok S : unsur dengan elektron terakhir pada subkulit s


Blok P : unsur dengan elektron terakhir pada subkulit p
Blok D : unsur dengan elektron terakhir pada subkulit d
Blok F : unsur dengan elektron terakhir pada subkulit f

11 | P a g e
Konfigurasi elektron dapat digunakan untuk menentukan letak suatu unsur
dalam tabel periodik.. Berikut adalah tabel mengenai golongan unsur dalam
tabel periodik:

Golongan Utama (A) Golongan Transisi (B)

IA ns1 IIIB ns2 (n-1)d1

IIA ns2 (kecuali He) IVB ns2 (n-1)d2

IIIA ns2 np1 VB ns2 (n-1)d3

IVA ns2 np2 VIB ns1 (n-1)d5

VA ns2 np3 VIIB ns2 (n-1)d5

VIA ns2 np4 VIIIB ns2 (n-1)d6,7,8

VIIA ns2 np5 IB ns1 (n-1)d10

VIIIA ns2 np6 IIB ns2 (n-1)d10

contoh penentuan golongan dan periode unsur dalam tabel periodik:


2 2 6 2 6 2
20Ca : 1s 2s 2p 3s 3p 4s
2
Kulit valensi : 4s
Periode 4/ Golongan IIA

D. IKATAN KIMIA

Adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai
berikut :
1. Atom yang 1 melepaskan elektron, sedangkan atom yang lain menerima
elektron.
2. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah 1 atom.

3. Tujuan pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian kestabilan


suatu unsur.
4. Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi
dari suatu atom/unsur yang terlibat.
5. Salah 1 petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya 1 golongan
unsur yang stabil yaitu golongan VIIIA atau golongan 18 (gas mulia).
6. Maka, dalam pembentukan ikatan kimia; atom-atom akan membentuk konfigurasi
elektron seperti pada unsur gas mulia.
7. Unsur gas mulia mempunyai elektron valensi sebanyak 8 (oktet) atau 2 (duplet,
yaitu atom Helium).
Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P
1 He 2 2

12 | P a g e
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8

8. Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama


seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.
1. Ikatan Ion (elektrovalen)

a. Terjadi jika atom unsur yang memiliki energi ionisasi kecil/rendah melepaskan
elektron valensinya (membentuk kation) dan atom unsur lain yang mempunyai
afinitas elektron besar/tinggi menangkap/menerima elektron tersebut
(membentuk anion).
b. Kedua ion tersebut kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis.
c. Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam sedangkan
unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non logam.
Contoh :

Ikatan antara 11Na dengan 17Cl

Konfigurasi elektronnya :

11Na = 2, 8, 1

17Cl = 2, 8, 7
+ -
Na  Na + e
(2,8,1) (2,8)
- -
Cl + e  Cl
(2,8,7) (2,8,8)

 ** 

  *
( Na )   * Cl
 *
 
 ** 

+ -
Antara ion Na dengan Cl terjadi gaya tarik-menarik elektrostatis sehingga terbentuk
senyawa ion NaCl.
Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain :

1) Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan halogen (VIIA)


Contoh : NaF, KI, CsCl

2) Golongan alkali (IA) [kecuali atom H] dengan golongan oksigen (VIA)


Contoh : Na2S, Rb2S,Na2O

3) Golongan alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA)


Contoh : CaO, BaO, MgS

13 | P a g e
Sifat umum senyawa ionik :

1) Titik didih dan titik lelehnya tinggi.


2) Keras, tetapi mudah patah.
3) Penghantar panas yang baik.
4) Lelehan maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit).
5) Larut dalam air.
6) Tidak larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter, benzena).

2. Ikatan Kovalen

a. Adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara


bersama oleh 2 atom yang berikatan.
b. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan
berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam).
c. Ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron
tinggi serta beda keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion.
d. Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-tiap
atom non logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan
cara persekutuan elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang
dipakai secara bersama.
e. Pembentukan ikatan kovalen dengan cara pemakaian bersama pasangan
elektron tersebut harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas
mulia yaitu 8 elektron (kecuali He berjumlah 2 elektron).
Contoh ikatan kovalen
 

  H  F 
H    F 
 

Rumus struktur = H-F

3. Ikatan Logam

a. Adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi
antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-
elektron yang bebas bergerak.
b. Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1
sama lain.
c. Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat
kosong) sehingga elektron dapat berpindah dari 1 atom ke atom lain.
d. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi
logam mengalami delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi
tersebut tidak tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah
dari 1 atom ke atom lain.

14 | P a g e
ion positif
awan elektron

Gambar Ikatan Logam

4. Polarisasi Ikatan Kovalen

a. Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika pasangan elektron ikatan (PEI) tertarik
lebih kuat ke salah 1 atom.
Contoh :

Molekul HCl

oo
H
oo

Cl
*o

oo

b. Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi


keelektronegatifan Cl lebih besar daripada atom H.

+ -
δ δ
oo
oo

H Cl
*o

oo

c. Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan


keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan.
.
Perbedaan antara Senyawa Ion dengan Senyawa Kovalen

No Sifat Senyawa Ion Senyawa Kovalen

1 Titik didih Tinggi Rendah

2 Titik leleh Tinggi Rendah

3 Wujud Padat pada suhu kamar Padat,cair,gas pada suhu kamar

Padat = isolator Padat = isolator

4 Daya hantar listrik Lelehan = konduktor Lelehan = isolator

Larutan = konduktor Larutan = ada yang konduktor

5 Kelarutan dalam air Umumnya larut Umumnya tidak larut

Kelarutan dalam
6 Tidak larut Larut
trikloroetana (CHCl3)

15 | P a g e
E. LARUTAN
1. Larutan Dan Sifat-sifatnya
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih.
Komponen larutan :
a. Pelarut (solvent), jumlahnya banyak.
b. Zat larut (solute), jumlahnya sedikit
2. Satuan Konsentrasi
a. Prosentase (%)
Adanya jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan.
b. Fraksi mol (X)
Adalah perbandingan jumlah mol suatu zat dalam larutan tehadap jumlah
mol seluruh zat dalam larutan.

Xa =

na = mol zat a
nb = mol zat b
c. Molalitas (m)
Adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.

m=

m = molalitas
m = massa zat terlarut
MR = massa molekul relative
p = massa pelarut dalam gram
d. Normalitas (N)
Adalah jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan.

3. Pengenceran Larutan
Pada pengenceran larutan berlaku rumus :
V1M1 = V2M2
Keterangan:
V1 = Volume sebelum pengenceran
M1 = Konsentrasi sebelum pengenceran
V2 = Volume setelah pengenceran
M2 = Konsentrasi setelah pengenceran

Untuk mencari konsentrasi campuran berlaku rumus :


V1M1 + V2M2 = V3M3
Keterangan:
V3 = Volume campuran (V1 + V2)
M3 = Konsentrasi campuran

16 | P a g e
4. Larutan Elektrolit
Larutan yang terdiri dari zat-zat yang dilarutkan ke dalam air akan terionisasi,
maka larutan elektrolit mempunyai sifat dapat menghantar listrik. Zat-zat yang
tergolong elektrolit adalah : Asam, basa, dan garam.

a. Elektrolit kuat
Sifat-sifat : Sifat-sifat :
1) Dalam air terironisasi sempurna
2) α =1
3) Daya listrik kuat
4) Reaksi berkesudahan
5) Tidak punya Ka atau Kb
b. Elektrolit lemah
1) Dalam air terironisasi
2) 0<α<1
3) daya hantar listrik lemah
4) sebagai reaksi keseimbangan
5) asam lemah punya harga Ka, basa lemah punya harga Kb
Contoh:
a) asam :
(1) HF
(2) CH3COOOH,H2CO3,H3PO4,HCN
b) Basa :
(1) NH4OH, Al(OH)3, Fe(OH)3
(2) Sr(OH)2 Ba(OH)2
c) garam: hampir semua garam rangkap

5. Sifat Koligatif Larutan


Sifat ini tidak tergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya tergantung pada
konsentrasi zat terlarut.
Yang tergolong sifat koligatif yaitu :
a. Penurunan tekanan uap (ΔP).
b. Kenaikan titik didih (ΔTb).
c. Penurunan titik beku (ΔTf)
d. Tekanan Osmose (π)
1) Penurunan Tekanan Uap (ΔP )
Menurut Rault : tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap jenuh
pelarut murninya dikalikan dengan fraksi mol pelarutnya.
Dirumuskan :
o
ΔP = Xa P
Keterangan:
ΔP = Penurunan tekanan uap larutan

17 | P a g e
Xa = Fraksi mol zat terlarut
o
P = Tekanan uap pelarut
2) Kenaikan titk didih (ΔTb )
Menurut Rault : Kenaikan titik didih larutan sebanding dengan jumlah mol
zat terlarut.
ΔTb = m . Kb
Keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih larutan
m = molalitas larutan
Kb = konstanta kenaikan titik didih molekuler
3) Penurunan Titik Beku (ΔTf )
Menurut Rault : Penurunan titik beku larutan sebanding dengan jumlah mol
zat terlarut.
ΔTf = m . Kf
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik didih larutan
m = molalitas larutan
Kf = konstanta penurunan titik didih molekuler
4) Tekanan Osmose ( π )
Tekanan Osmose adalah bergeraknya molekul pelarut ke arah larutan
melalui dinding semi permiabel yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan
antara pelarut dengan zat terlarut
Dirumuskan ;
π=M.R.T
Keterangan:
π = tekanan Osmose
M = konsentrasi
R = tetapan = 0,082 lt atm/mol K
T = Suhu (K)
5) Sifat Koligatif larutan Elektrolit
Senyawa elektrolit (asam, basa,garam) dalam air terurai menjadi ion-
ionnya, maka jumlah partikel dalam larutan akan menjadi lebih besar
dibanding zat non elektrolit karena sifat koligatif ditentukan oleh jumlah
(konsentrasi) zat terlarut, maka dengan teorinya zat elektrolit menyebabkan
sifat koligatifnya mengalami penyimpangan. Mudah tidaknya zat elektrolit
terionisasi ditentukan oleh derajad ionisasi ( α ).
Harga : { 1 + (n-1) a } disebut faktor Van' Hoff.
Sehingga rumus untuk kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan
tekanan osmose untuk zat elektrolit adalah :
ΔTb = m Kb { 1 + (n-1) α }
ΔTf = m Kf { 1 + (n-1) α }
π = M R T { 1 + (n-1) α } ; n : banyaknya ion yang terjadi tiap molekul

18 | P a g e
6. Derajad Keasaman (pH)
Untuk menentukan asam digunakan istilah derajad kesamaan (pH).
+
Dirumuskan : pH = - log [H ]
-
pOH = - log [OH ]
Menurut penelitian, air H2O bersifat eletkrolit lemah yang dapat terionisasi
-
menghasilkan ion H+ dan ion OH
+ -
H2O ======= H + OH
pH + pOH = pKw
pH + pOH = 14

Catatan :
pH larutan < 7 : larutan bersifat asam
pH larutan < 7 : larutan bersifat basa
pH larutan = 7 : larutan bersifat netral

a) Asam Kuat
+
Asam kuat dalam air terionisasi sempurna membentuk ion H dan ion
sisa asamnya
+ -
HX  H + X
+
Harga pH langsung dicari dari konsentrasi ion H dalam larutan :
pH = - log [ H+ ]
b) Basa Kuat
Basa kuat dalam air terionisasi sempurna membentuk ion positif (dari
-
logamnya) dan ion OH
+ -
M OH  M + OH
Harga pH dicari dari konsentrasi OH- dalam larutan sehingga diperoleh :
-
pOH = - log [OH ]
pH = 14 - pOH
c) Asam Lemah
Asam lemah dalam air terionisasi sebagian, sehingga :
1) membentuk kesetimbangan
2) mempunyai harga Ka
3) α kecil
Rumus-rumus untuk asam lemah dan basa lemah

H =√
+
OH- = √
Keterangan :
Ka = tetapan kesetimbangan asam
Kb = tetapan kesetimbangan basa
Ma = konsentrasi asam
Mb = konsentrasi basa

19 | P a g e
7. Hidrolisis
Adalah peruraian garam oleh air. Garam yang mengalami hidrolisis adalah
garam yang terbentuk dari :
a) Asam Lemah + Basa Kuat, tepat bereaksi (tidak ada sisa asam lemah
atau sisa basa kuatnya).
Rumus-rumus mencapai pH :

pH = pKw + pKa + log [garam]

b) Asam Kuat + basa lemah , tepat bereaksi (tidak ada sisa asam kuat atau
sisa asam lemahnya)
Rumus mencari pH :

pH = pKw + pKb + log (garam)

c) Asam lemah + basa lemah , tepat bereaksi (tidak ada sisa asam lemah
atau basa lemah)
Rumus mencari pH :

pH = pKw + pKa - pKb (hidrolisis total)

Jika
Ka < Kb  pH > 7
Ka > Kb  pH < 7
Ka = Kb  pH = 7
8. Larutan Buffer
Disebut juga larutan penyangga / larutan datar.
Sifat: mempunyai pH tetap, tidak terpengaruh oleh pengenceran maupun
penambahan asam atau basa.
Larutan buffer terbentuk apabila :
a) Larutan mengandung campuran asam lemah dengan garamnya
Contoh:
CH3COOH dengan CH3COONa
Rumus pH:

+
[ ]
H = Ka
[ ]
b) Larutan mengandung campuran basa lemah dengan garamnya .
Contoh:
NH4OH dengan NH4Cl
Rumus pOH:

-
[ ]
OH = Kb
[ ]

20 | P a g e
9. Teori Asam Basa
a) Teori Arhenius
+
Asam adalah zat yang dalam pelarut air menghasilkan ion hodrogen (H )
Contoh :
Hl, H2SO4, HNO3, dan sebagainya
-
Basa adalah zat yang dalam pelarut air menghasilkan ion hidroksil (OH )
Contoh:
LiOH, NaOH, Ca(OH)2 ,Mg(OH)2 NH4OH dan sebagainya.
b) Teori Bronsted - Lowry
Asam adalah zat yang dapat melepaskan proton/donor proton.
Basa adalah zat yang dapat menerima proton/aseptor proton
Contoh :
- +
H2O + NH3 ====== OH + NH4
Asam Basa Basa Asam

c) Teori Lewis
Asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron .
Basa adalah zat yang dapat melepas pasangan elektron .
Contoh :
H3N: + BF3  H3NBF3

10. Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan


Kelarutan (Solubility) adalah banyaknya mol zat yang terlarut tiap liter larutan
Zat elektrolit yang sukar larut, membentuk sistem kesetimbangan.
Misalnya AmBn adalah elektrolit, maka :
(AmBn) adalah suatu konstanta yang disebut Ksp.(hasil kali kelarutan) yaitu hasil kali
konsentrasi ion-ion zat elektrolit saat tepat jenuh.
Contoh :
2+ -
CaF2(s) ===== Ca (aq) + 2F (aq)
2+ - 2
Ksp = [Ca ] [F ] (saat tepat jenuh)
2+ - 2
Q = [Ca ] [F ] ( saat tidak tepat jenuh)
Q = Hasil kali konsentrasi ion-ion
a). Jika Q > Ksp, maka larutan lewat jenuh (terjadi endapan).
b). Jika Q < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).
c). Jika Q = Ksp, maka larutan tepat jenuh.
Contoh :
11. Hubungan kelarutan dan Hasil Kelarutan Pengaruh Ion Sejenis
Pada kesetimbangan elektrolit yang sukar larut, jika ditambah asam, basa atau
garam yang mengandung ion sejenis dengan elektrolit tersebut, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukan endapan atau akan
memperkecil kelarutan elektrolit tersebut.
Contoh :
Ke larutan AgCl paling besar jika AgCl di larutkan dalam :

21 | P a g e
a) HCl. 0,005 M
b) BaCl2 0,1 M
c) AgNO3 0,1 M
d) Air
Jawab :
Kelarutan AgCl paling besar dalam air, sebab air tidak mengandung ion sejenis.
Kelarutan AgCl paling kecil dalam larutan BaCl2 0,1 M air, sebab larutan
- +
mengandung ion sejenis (yaitu Cl )dengan konsentrasi terbesar yaitu [Cl ] = 0,2 M

F. REAKSI REDUKSI DAN ELEKTROKIMIA


1. Oksidasi-reduksi dan elektron
a. Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi-
oksidasi (redoks).
b. Setiap reaksi redoks terdiri dari setengah reaksi reduksi dan setengah
reaksi oksidasi.
c. Reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi atau reaksi
penerimaan elektron.
d. Oksidasi adalah reaksi kenaikan bilangan oksidasi atau reaksi pelepasan
elektron
2. Macam Reaksi Kimia
Ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi, reaksi dikelompokkkan menjadi tiga
golongan, sebagai berikut:
a. Reaksi bukan redoks
Pada reaksi bukan redoks bilangan oksidasi unsur-unsur tidak berubah.
Contoh:
2- + 2-
CrO4 + H → Cr2O7 + H2O
(+6)(-2) (+1) (+6) (-2) (+1)(-2)

b. Reaksi redoks
Pada reaksi redoks terjadi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi
unsur-unsur yang bereaksi.
Contoh:

Cl2 + K I → K Cl + I2
(0) (+1)(-1) (+1)(-1) (0)

c. Reaksi Disproporsionasi
Pada reaksi disproporsionasi salah satu zat sekaligus mengalami
penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.
Contoh:

Cl2 + KOH → KCl + KClO3 + H2O


(0) (-1) (+5)

22 | P a g e
3. Penyetaraan Redoks
Suatu reaksi redoks dikatakan setara, apabila:

a. Jumlah atom di ruas kiri sama dengan jumlah atom di ruas kanan
b. Jumlah muatan ion di ruas kiri sama dengan jumlah muatan ion di ruas
kanan.
Contoh:
2+ - + 3+ 2+
5Fe (aq) + MnO4 (aq) + 8H (aq) → 5Fe (aq) + Mn (aq) + 4H2O(l)
Ada beberapa cara dalam penyetaraan reaksi redoks :

1) Cara PBO (Perubahan Bilangan Oksidasi)

Langkah-langkah penyelesainnya:

a) Samakan dulu jumlah atom unsur yang berubah bilangan


oksidasinya
b) Carilah unsur yang mengalami kenaikkan bilangan oksidasi
(oksidasi) dan penurunan bilangan oksidasi (reduksi).
c) Samakan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dengan
mengalikan faktor x.
d) Samakan muatan ion di ruas kiri dan kanan dengan cara:
+
 Ruas yang kekurangan muatan (+) ditambah H
(lingkungan asam), sedangkan ruas yang kekurangan
atom H ditambah H2O.
-
 Ruas yang kekurangan muatan (-) ditambah OH
(lingkungan basa), sedangkan ruas yang kekurangan
atom H ditambah H2O.

Contoh:
- 2+
MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) → Mn (aq) + CO2(g)
Langkah penyetaraan:
- 2+
(1) MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) → Mn (aq) + CO2(g)
(+7) (+3) (+2) (+4)
- 2+
(2) MnO4 (aq) + H2C2O4(aq) → Mn (aq) + 2CO2(g)
(+7) (2x(+3)) (+2) (2x(+4)
(+7) (+6) (+2) (+8)

(turun 5) x 2
(naik 2) x 5

- 2+
(3) 2MnO4 (aq) + 5H2C2O4(aq) → 2Mn (aq) +10CO2(g)
+
(4) -2 + 0 + 6H = +4 + 0 (samakan muatan)

- + 2+
2MnO4 (aq) + 5H2C2O4(aq) + 6 H (aq) → 2Mn (aq) +10CO2(g) + 8H2O(l) (setara)

23 | P a g e
2) Cara setengah Reaksi

Langkah-langkah penyelesaiannya:

Tulis reaksi oksidasi-reduksi secara terpisah dan setarakan terlebih


dahulu atom yang berubah bilangan oksidasi

a) Bila lingkungan asam, maka ruas yang kurang O ditambah H2O,


+
sedangkan ruas lawan (yang kekurangan H) ditambah H .
b) Bila lingkungan basa, maka ruas yang banyak O ditambah H2O,
-
sedangkan ruas yang kekurangan O (ruas lawan) ditambah OH .
c) Untuk reaksi reduksi tambahkan elektron diruas kiri supaya jumlah
muatan sama.
d) Untuk reaksi oksidasi tambahkan elektron di ruas kanan supaya
muatan ion di kedua ruas sama.
e) Samakan jumlah elektron di ruas kiri dan kanan, kemudian
jumlahkan kedua reaksi.
Contoh:
Setarakan reaksi berikut :
2- 3+ 2-
Cr2O7 (aq) / Cr (aq)// C2O4 (aq)/ CO2(g) (asam)

2- 3+
(1) Reduksi : Cr2O7 (aq) → 2Cr (aq) (samakan jumlah atom Cr)
2-
(2) Oksidasi: C2O4 (aq) → 2CO2(g) (samakan jumlah atom C)
2- + 3+ +
(3) Cr2O7 (aq) + 14 H (aq) → 2Cr (aq) + 7H2O(l) (samakan jumlah O (+7H2O), H (+14H )
2-
C2O4 (aq) → 2CO2(g) (jumlah atom telah sama)
-
(4) Menyamakan muatan dengan menambah elektron (e )
2- + - 3+
Cr2O7 (aq) + 14 H (aq) + 6e → 2Cr (aq) + 7H2O(l) x1
2- -
C2O4 (aq) → 2CO2(g) +2e x3
2- + - 3+
(5) Cr2O7 (aq) + 14H (aq) + 6e → 2Cr (aq) + 7H2O(l)
-
3C2O42-(aq) → 6CO2(g) + 6e
+
2- 2- + 3+
Cr2O7 (aq) + 3C2O4 (aq) + 14H (aq) → 2Cr (aq) + 6CO2(g) + 7H2O(l) (setara)

24 | P a g e
4. Sel Elektrokimia

a. Sel volta (sel galvani)


Pada sel volta atau sel Galvani reaksi redoks spontan menghasilkan
energi listrik. Dalam sel ini terjadi perubahan energi kimia menjadi
energi listrik. Pada katode (electrode positif) terjadi reaksi reduksi,
sedangkan pada anode (electrode negative) terjadi reaksi oksidasi.

Sel Volta

b. Deret Volta
1) Berdasarkan potensial reduksinya, unsur-unsur dapat disusun
menjadi suatu deret yang disebut deret Volta, sebagai berikut:
Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Ni –
Co – Sn – Pb – (H) – Sb – Bi – Cu – Hg – Ag – Pt – Au.
2) Makin ke kanan, unsur-unsur dalam deret Volta, makin mudah
direduksi, makin sukar dioksidasi (kurang aktif), dan makin
bersifat oksidator
3) Perlu diingat bahwa:

a) Anoda adalah elektrode tempat terjadinya reaksi


oksidasi.
b) Katode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
c) Katode positif, Anode negatif (KPAN)
d) Arah gerak arus elektron adalah dari anoda menuju
katoda.
e) Arah gerak arus listrik adalah dari katoda menuju anoda.
f) Fungsi jembatan garam adalah untuk menyetimbangkan
ion-ion dalam larutan

c. Potensial Elektrode
Potensial electrode merupakan ukuran besarnya kecenderungan
suatuunsur untuk melepas atau menyerap electron. Ada dua
kemungkinan:

25 | P a g e
1) Jika potensial elektroda bertanda (+) maka electrode lebih
mudah mengalami reduksi.
2) Jika potensial elektroda bertanda (-) maka electrode lebih
mudah mengalami oksidasi.
0
3) Potensial reduksi (E ) adalah potensial reduksi suatu bahan
o
yang diukur pada uhu 25 C, [ion] 1M, dan tekanan gas 1 atm.
0
Dengan standar digunakan sel hidrogen dimana E H2 = 0,00 Volt
- - 0
F2 + 2e  2F E = 2,87 Volt
artinya reduksi F2 menghasilkan Potensial 2,87 Volt
+ - 0
2H + 2e  H2 E = 0,00 Volt
Artinya reduksi H2 tidak menghasilkan/membutuhkan potensial
+ - 0
K +e K E = -2,53 Volt
+
reduksi K membutuhkan potensial 2,53 Volt

d. Reaksi dan Potensial Sel


Reaksi sel akan berlangsung jika Esel = positif
Contoh :
+ 2e  Zn E = - 0,76 Volt
2+ - 0
Zn
Cu + e  Cu E = +0,14 Volt
+ - 0

o
Hitunglah berapakah E sel yang dihasilkan dan tulislah notasi selnya ?
Zn  Zn + 2e E = + 0,76 Volt (dibalik agar Esel positif)
2+ -

2Cu + 2e  2Cu
+ - 0
E = +0,14 Volt (dikali 2 agar elektron sama)
+
2Cu + Zn  2Cu + Zn Esel = + 0,90 Volt
+ 2+

2+ +
Notasi sel : Zn/ Zn // 2Cu /Cu Esel = + 0,90 Volt

Catatan :
1. Reaksi dibalik harga E menghasilkan tanda sebaliknya
2. Perkalian koefisien tidak merubah nilai potensial sel

e. Korosi
Korosi terjadi sebagai akibat dari suatu proses elektrokimia. Korosi
merupakan proses oksidasi reduksi dari logam, di mana logam yang
mengalami korosi akan bertindak sebagai anode dan zat pengotor akan
bertindak sebagai katode.
1) Reaksi perkaratan besi
2+ -
Anode : (Fe(s) → Fe (aq) + 2e ) X 3
+ -
Katode : 2H (aq) + 2e → H2(g)
- -
2H2O(l) + O2(g) +4e → 4OH (aq)
+
+ 2+ -
2H (aq) + 2H2O(l) + O2(g) + 3Fe(s) → 3Fe (aq) + 4OH (aq) + H2(g)
2+
Ion Fe yang terbentuk pada anode, selanjutnya teroksidasi
3+
membentuk ion Fe , kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi,
Fe2O3. x H2O, yaitu karat besi.

26 | P a g e
2) Faktor penyebab Korosi
a) Kelembaban Udara (air dan gas O2)
b) Tingkat keasaman
c) Kontak dengan elektrolit
d) Adanya pengotor atau kontak dengan logam lain yang kurang
aktif
e) Kasar atau halusnya permukaan logam
3) Cara mencegah Korosi
a) Mengecat permukaan logam
b) Melapisi dengan logam yang lebih mulia/ kurang aktif
c) Melapisi dengan logam yang lebih aktif (mudah teroksidasi)
dikenal sebagai pelindung katode.
d) Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dan
menghubungkannya.
e) Dibuat paduan logam (alianse) seperti stainless steel (baja
tahan karat).
5. Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah.
Dalam sel elektrolisis katode dihubungkan dengan kutub (-) sumber arus,
sedangkan anode dihubungkan dengan (+) sumber arus (KENAPA) katoda
negative anoda positif.
a. Reaksi pada katode bergantung pada jenis kation.
1) Logam (gol. IA, IIA, Al dan Mn) maka air yang tereduksi.
- -
2H2O(l) +2e → H2(g) +2OH (aq)
2) Ion logam selain nomor 1, maka kation logam tersebut tereduksi.
+x -
L (aq) + xe → L(s)
+
3) Ion H tereduksi membentuk H2.
+ -
2H (aq) +2e → H2(g)
Bila digunakan lelehan (berarti tanpa air) maka kation logam tersebut
tereduksi.
+x -
L (aq) + xe → L(s)
b. Reaksi pada anode bergantung pada jenis anode dan anion. Anode di
bagi menjadi dua, yaitu:
1) Anode Inert (Pt, C, Au)

27 | P a g e
Untuk anode inert, reaksi pada anode sebagai berikut:
a) Sisa asam oksi, maka air teroksidasi
+ -
2H2O(l) → 4H (aq) + O2(g) + 4e
- -
b) Sisa asam ida (X ), maka X teroksidasi
- -
2X (aq) → X2 + 2e
-
c) Ion OH teroksidasi:
- -
4OH (aq) → 2H2O(l) + O2 + 4e
2) Anode Tak Inert
x+ -
L(s) → L (aq) + xe
Contoh :
Tuliskan reaksi elektrolisis untuk :

1. Larutan CuSO4 elektroda Pt


2. Larutan CuSO4 elektroda Fe
Jawab :
1 CuSO4 ======= Cu2+ + SO42- (elektroda inert (Pt))
Katoda Cu2+ + 2e-  Cu ( x 2 untuk menyamakan jumlah e-)
Anoda 2H2O  4H + O2 + 4 e- (anion berupa sisa asam oksi)
+

+
2Cu2+ + 2H2O  2Cu + 4 H+ + O2

2 CuSO4 ======= Cu2+ + SO42- (elektroda aktif (Fe))


Katoda Cu2+ + 2e-  Cu
Anoda Fe  Fe2+ + 2 e- (electrode Fe teroksidasi )
+
Cu2+ + Fe  Cu + Fe2+

f. Hukum Faraday
Dalam sel elektrolisis bayaknya massa yang terbentuk pada elektrode
dapat dihitung dengan hukum Faraday.

 Hukum Faraday I

‖ Massa zat yang terbentuk pada elektrode selama elektrolisis


berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui sel
elektrolisis’’.

m = massa zat hasil pada elektrode (gram)


F = arus listrik (Faraday)
Q = muatan listrik (coulomb)
i = kuat arus listrik (ampere)
t = waktu elektrolisis (detik)

28 | P a g e
 Untuk logam, maka PBO = valensi logam = electron yang terlibat
+2 -
Contoh: Cu + 2e → Cu PBO Cu = 2

 Untuk gas, umumnya PBO = 2, khusus gas O2 PBO = 4

Contoh :
+ -
2H + 2e → H2 PBO = 2
+
2H2O(l) → 4H + O2 + 4e PBO = 4

 Hukum Faraday II

‖Dalam elektrolisis dengan sejumlah arus yang sama (rangkaian sel


elektrolisis seri) akan dihasilkan berbagai jenis zat dengan jumlah ekivalen zat
tersebut’’.

Contoh :

1. Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Pt, dihasilkan endapan Cu


Sebanyak 12, 7 gram. Jika dengan listrik yang sama dialirkan pada larutan
AgNO3 Hitunglah massa Ag yang mengendap di katoda …. (Ar Cu = 63,5
Ag = 108)

Jawab :

CuSO4 ======= Cu2+ + SO42-

Katoda : Cu+2 + 2e- → Cu (PBO = 2)


+ -
AgNO3 ======== Ag + NO3
+ -
Katoda Ag + e → Ag (PBO = 1)

29 | P a g e
mAg =

= 43,2 gram

G. KIMIA ORGANIK
1. Alkana
a. Rumus umum alkana CnH2n+2
b. Merupakan karbon alifatik jenuh (berantai lurus dan berikatan tunggal)

c. Tata Nama Alkana


Sebelum membahas aturan-aturan penamaan alkana, perhatikanlah nama
IUPAC dari beberapa alkana rantai lurus berikut
Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang adalah sebagai berikut:
1) Nama alkana bercabang terdiri atas dua bagian yakni:
a) Rantai induk : adalah rantai terpanjang yang menghasilkan
cabang paling banyak (jika cabang lebih dari satu)
b) Cabang : Adalah gugus diluar rantai induk

30 | P a g e
Berikut beberapa contoh penamaan cabang yang berupa alkil

c) Penamaan dimulai nomor cabang-nama cabang, nama rantai


induk

d) Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari


nama cabang.

3-etil-5,5-dimetiloktana

31 | P a g e
d. Kegunaan Alkana
1) Bahan bakar, misalnya elpiji atau liquefied petroleum gas (LPG),
kerosin, bensin, dan solar.
2) Pelarut, berbagai jenis hidrokarbon, seperti petroleum eter atau nafta,
digunakan sebagai pelarut dalam industri dan pencucian kering (dry
cleaning)
3) Pelumas, adalah alkana suhu tinggi (jumlah atom karbon tiap
molekulnya cukup besar, misalnya (C18H38)
4) Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam
merupakan bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa
organik seperti alkohol, asam cuka, dan lain-lain
5) Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik,
detergen, karet sintesis, minyak rambut, dan obat gosok

2. Alkena
a. Rumus umum alkana CnH2n
b. Mempunyai satu ikatan karbon rangkap dua
c. Merupakan karbon alifatik tak jenuh (rantai lurus berikatan rangkap dua)
d. Tata nama alkena
1) Nama alkena yang digunakan sebagai rantai induknya diturunkan dari
nama alkana yang memiliki atom C sama dengan mengganti akhiran -
ana menjadi –ena.

2) Rantai induk merupakan rantai terpanjang yang mengandung ikatan


rangkap.

32 | P a g e
3) Penomoran dimulai dari ujung rantai sehingga ikatan rangkap memiliki
nomor terkecil
4) Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka yaitu nomor
karbon tempat ikatan rangkap, dan merupakan nomor yang paling
kecil.
5) Jika penomerann sama dari kedua ujung rantai, maka cabang yang
memiliki nama abjad lebih dulu yang diberi nomor terkecil.

3. Alkuna
a. Rumus umum alkana CnH2n-2
b. Mempunyai satu ikatan karbon rangkap tiga
c. Merupakan karbon alifatik tak jenuh (rantai lurus berikatan rangkap tiga)

33 | P a g e
d. Tata Nama Alkuna
Alkuna memiliki penamaan yang sama dengan alkena. Nama rantai induk
diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran -ena
menjadi -una. Aturan penamaan cabang sama dengan aturan penamaan
pada alkena

4. Gugus Fungsi
Gugus fungsi adalah gugus pengganti yang menentukan sifat senyawa karbon.

Senyawa Isomer Rumus Struktur molekul Contoh


fungsi molekul

Alkohol Eter CnH2n+2O R – OH (alkohol) CH3CH2OH (etanol)

R – O – R (eter) CH3 – O – CH3 (eter)

Aldehid Keton CnH2nO


O O
(aldehida)
R C H CH3 CH2 C H
O (propanal)
(keton) O
R C R
CH3 C CH3
(propanon)

Asam Ester CnH2nO2


O O
karboksilat (asam karboksilat)
R C OH CH3 CH2 C OH
O (asam propanoat)
(ester) O
R C OR
CH3 CH2 C OCH3
(metil etanoat)

» Beberapa gugus fungsional senyawa karbon:

Senyawa Gugus Rumus Struktur molekul Contoh


funsional molekul

Alkohol – OH CnH2n+2O R – OH CH3CH2OH (etanol)


(alkanol)

Aldehid –O– CnH2n+2O R–O–R CH3 – O – CH3


(alkoksi
(metoksi metana)
alkana)

34 | P a g e
Aldehid CnH2nO
O O O
(alkanal) (aldehida)
C H R C H CH3 CH2 C H
(propanal)

Keton CnH2nO
O O O
(alkanon) (keton)
C R C R CH3 C CH3
(propanon)

Asam O
CnH2nO2
O O
karboksil C OH (asam karboksilat) CH3 CH2 C OH
at (asam R C OH
(asam propanoat)
alkanoat)

Ester O
CnH2nO2 O
O
(alkil C OR (ester)
R C OR CH3 CH2 C OCH3
alkanoat) (metil etanoat)

a. Alkohol
Sifat-sifat alkohol
1) Metanol, Etanol dan Propanol dapat tercampur dengan air
2) Semakin tinggi massa molekul (MR) maka makin tinggi titik didih dan
titik lelehnya.
3) Bereaksi dengan Natrium membentuk Natrium alkanoat ( untuk
membedakan alkohol dengan alkoksi alkana )
4) Bersifat sebagai basa lewis
5) Bereaksi dengan asam alkanoat membentuk alkil alkanoat (reaksi
esterifikasi)
6) Dapat dioksidasi membentuk :
 Alkohol primer membentuk aldehid
 Alkohol skunder membentuk keton
 Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi
Pembuatan Alkohol
1) Alkena + H2O  Alkohol
2) Alkil Halida + Basa  Alkohol + senyawa halide
3) Reduksi Aldehid  Alkohol primer
4) Reduksi Keton  Alkohol skunder
Tata Nama Alkohol
1) Rantai utama adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus –OH
2) Gugus –OH harus di nomor terkecil
Contoh :
CH3—CH2—CH2—CH—CH2—CH3
OH
3-Heksanol bukan 4- heksanol

35 | P a g e
Macam-macam Alkohol
1) Alkohol Primer
Alkohol yang gugus –OH (hidroksi) terikat pada atom C yang
mengikat satu C lain ( C primer )
CH3—CH2—CH2—CH2—OH
2) Alkohol Skunder
Alkohol yang gugus –OH (hidroksi) terikat pada atom C yang
mengikat dua C lain ( C skunder )
CH3—CH2—CH2—CH2—CH—CH3
OH
3) Alkohol Tertier
Alkohol yang gugus –OH (hidroksi) terikat pada atom C yang
mengikat tiga C lain ( C tertier )
CH3
CH3—CH2—CH2—CH—OH
CH3
b. Eter

Eter adalah isomer fungsional dari alkohol


Tatanama eter:
1) Terdiri dari dua kata, pertama nama gugus alkil yang terikat pada
oksigen eter yang disebut gugus alkoksi
2) Kedua berasal dari nama alkananya
3) Penamaan eter diawali dengan nama gugus alkoksinya diakhiri
dengan nama alkananya
Contoh:

CH3 O CH3 (metoksi metana)

CH3 O CH2 CH3 (metoksi etana)

Sifat dan kegunaan eter:


1) Cairan mudah menguap, sangat mudah terbakar, dan dapat membius
2) Banyak digunakan sebagai pelarut zat-zat organik
3) Digunakan untuk menganastesi (bius) pasien yang akan dioperasi

c. Alkanal (Aldehid)
1) Alkanal merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil
2) Karbon karbonil pada alkanal mengikat sekurang-kurangnya satu
atom hidrogen dan mengikat gugus lain yang dapat berupa alkil atau
aril
Tatanama alkanal:

36 | P a g e
1) Nama alkanal diturunkan dari nama alkana induknya dengan
mengubah huruf –a menjadi –al
2) Karbon pada gugus aldehid selalu memiliki nomor 1
Contoh:

CH3 CH2 C H (propanal)

CH3 CH C H (2-metil propanal)

CH3

Pembuatan aldehid:

O
[O]
R OH R C H
Alkohol primer Aldehid

O
[O]
CH3 CH2 CH2 OH CH3 CH2 CH2 H
Propanol Propanal

Sifat-sifat alkanal:
1) Larut dalam air, karena kemampuannya membentuk ikatan hidrogen
dengan molekul air
2) Jika direaksikan dengan gas H2, maka akan mengalami reduksi
menghasilkan alkohol primer

O
H2
R C H R OH

3) Dapat mengalami reaksi oksidasi menghasilkan asam alkanoat

O O
[O]
R C H RC C OH

4) Dapat bereaksi dengan larutan fehling menghasilkan endapan merah


bata ( tes untuk membedakan aldehid dan keton)
5) Jika direaksikan dengan larutan tollent akan menghasilkan cermin
perak ( tes untuk membedakan aldehid dan keton)

37 | P a g e
Kegunaan alkanal:
1) Digunakan sebagai zat pengawet
d. Alkanon (Keton)

Karbon karbonil alkanon mengikat dua gugus alkil/aril


Tatanama alkanon:
1) Alkanon diberi nama dengan mengubah –a alkana menjadi –on
2) Penomoran atom C pada rantai utama dimulai dari salah satu ujung
sehingga atom C karbonil memiliki urutan kecil

O
(Propanon)
H3C C CH3

O
(2-butanon)
H3C CH2 C CH3

H3C CH C CH3 (3-metil-2-butanon)

CH3

Pembuatan alkanon/keton dengan oksidasi alkohol sekunder.

H O
[O]
RC C OH RC C R

R
Alkohol sekunder keton

OH O
[O]
H3C C H H3C C

CH3 CH3
2-propanol Propanon

Sifat-sifat alkanon:
1) Larut dalam air, karena dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul air
2) Jika direaksikan dengan H2, akan mengalami reduksi menghasilkan
alkohol sekunder

O OH
H2
R C R R CH R

Keton Alkohol sekunder

3) Keton tidak dapat dioksidasi


4) Tidak bereaksi dengan larutan fehling maupun larutan tollen.

38 | P a g e
Kegunaan alkanon/keton:
1) Dipakai sebagai pelarut zat-zat organik
2) Aseton sering digunakan untuk membersihkan kuteks kuku
3) Keton yang rantainya lebih panjang memiliki bau harum sehingga
banyak dipakai dalam parfum.

e. Asam Alkanoat (Asam Karboksilat)

Asam alkanoat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus


karboksil. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil, dan
sebuah gugus hidroksil

O
C OH
Gugus karboksil Gugus hidroksil

Tatanama asam alkanoat:


1) Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana induknya dengan
huruf akhir –a diubah dengan imbuhan asam . . . . . –oat.
2) Karbon karboksil diberi nomor 1 seperti pada aldehid

O
H3C C OH
Asam etanoat
O
H3C CH2 CH C OH

CH3
Asam-2-metil butanoat
CH3 O
H3C CH CH C OH

CH3
Asam-2,3-dimetil butanoat

Pembuatan asam alkanoat:


1) Reaksi oksidasi
Oksidasi alkohol primer dan aldehida dapat menghasilkan asam
alkanoat

H O O
[O] [O]
RC C OH RC C H RC C OH

H
Alkohol primer aldehid Asam karboksilat

39 | P a g e
2) Hidrolisis ester
Jika ester direaksikan dengan air,menggunakan katalis asam maka
terjadi reaksi penguraian oleh air menghasilkan asam karboksilat.

O O
H2O, H+
R C H R C OH
Aldehida Asam karboksilat

Esterifikasi asam alkanoat:


1) Merupakan reaksi pembentukan senyawa ester
2) Terjadi jika asam karboksilat bereaksi dengan alkohol yang dikatalis
oleh asam

O O
H+
R C OH + R OH R C OR
Kalor
Asam karboksilat Ester

Sifat-sifat asam alkanoat:


1) Larut dalam air dan merupakan asam lemah
2) Reaksi dengan suatu basa akan menghasilkan garam
3) Satu-satunya asam karboksilat yang dapat mengalami oksidasi
adalah asam formiat, sebab gugus karboksilnya terikat pada atom H
4) Bereaksi dengan halogen, atom H pada C alfa akan disubstitusi oleh
atom halogen.
Kegunaan beberapa asam alkanoat:
1) Asam asetat (cuka), dalam konsentrasi rendah, sering digunakan
sebagai penambah citarasa makanan
2) Asam benzoat, digunakan untuk bahan pengawet beberapa produk
makanan
3) Aspirin dan asam salisilat, digunakan dalam bidang farmasi sebagai
obat sakit kepala, sedangkan asam salisilat digunakan sebagai
penghangat tubuh atau obat nyeri otot, biasanya ditambahkan dalam
bentuk balsem dan minyak urut.
f. Alkil Alkanoat (Ester)

Ester adalah senyawa yang mengandung gugus – COOR


Merupakan senyawa hasil reaksi antara asam alkanoat dengan alkohol
yang disebut dengan reaksi esterifikasi.
Tatanama ester:
1) Terdiri dari dua kata, pertama nama gugus alkil yang terikat pada
oksigen ester

40 | P a g e
2) Kedua berasal dari nama asam karboksilatnya, dengan membuang
kata asam
3) Nama suatu ester diawali dengan nama alkil (berasal dari alkohol),
dilanjutkan dengan nama asam asalnya.

O
H3C C O CH3
Metil etanoat
O
H3C CH2 CH C O CH2 CH3

CH3
Etil 2-metil-propanoat

Pembuatan ester:
Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi yaitu mereaksikan suatu
asam karboksilat dengan alkohol

O O
H+
R C OH + R OH R C OR
Kalor
Asam karboksilat Ester

Sifat-sifat ester:
1) Dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya maupun
dengan air
2) Rantai ester yang lebih panjang (> 5 karbon) sukar larut dan hampir
tidak larut dalam air
3) Ester dengan massa molekul rendah larut dalam air
4) Merupakan molekul polar dan merupakan senyawa netral
5) Cairan berbau harum dan mudah menguap
6) Dapat dibuat dari reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
7) Dapat dibuat dari reaksi antara anhidrida asam dengan alkohol
8) Hidrolisis ester akan menghasilkan asam karboksilat dan alkohol
9) Mengalami reaksi polimerisasi membentuk poliester.
Kegunaan ester:
1) Digunakan untuk pengharum (essence) makanan maupun minuman
2) Serat sintetik dacron adalah suatu poliester atau polimer sintetik dari
ester.
g. Benzena Dan Turunannya
 Benzena: senyawa hidrokarbon aromatik/siklik dengan rumus molekul
C6H6 berupa ikatan rangkap selang seling
 Ikatan rangkap pada senyawa benzena dapat berpindah-pindah posisi
yang disebut dengan resonansi ikatan rangkap

41 | P a g e
H
H H
C
C C

c C
C
H H
H

 Struktur ini diperkenalkan pertama kali oleh Friedrich August Kakule


(1865)
 Adanya ikatan rangkap terkonyugasi menyebabkan benzena relatif
stabil dan bersifat khas
1) Tatanama benzena:
a) Benzena yang telah tersubstitusi atom H nya disebut turunan
benzena
b) Nama senyawa benzena diperoleh dengan menggabungkan
nama subtituen/gugus fungsi yang akan terikat menggantikan
atom H
c) Benzena yang sudah kehilangan satu atom H disebut fenil (C 6H5)
d) Jika terdapat dua buah gugus fungsi yang terikat pada benzena,
ada tiga kemungkinan posisi:
 Posisi orto (o): kedua gugus berdampingan
a
b a

atau atau

b a

 Posisi meta (m): kedua gugus terpisah oleh satu atom C


a
a

atau atau

b a
b
b

 Posisi para (p): kedua gugus terpisah oleh dua atom C


a
a b

atau atau
a
b
b

e) Bila lebih dari dua gugus fungsi maka digunakan nomor untuk
menyatakan letak gugus fungsi tersebut.

a a a
1 1 1
b 6 6
6
2 2 2
atau atau
3 5
5
4
3 b c 5 3 b
4 4

c c

Beberapa contoh penamaan turunan benzena:


Satu gugus fungsi:

42 | P a g e
CH3 Cl

Metil benzena (Toluena) kloro benzena

Dua gugus fungsi:


CH3 Cl

m-dimetil benzena p-dikloro benzena

CH3
Cl

Tiga gugus fungsi:


CH3

1,3,5-trimetil benzena

H3C CH3

Cl Cl

2,4,6-trikloro benzena

Cl

2) Reaksi-reaksi benzena:
Terjadi substitusi atom salah satu atau lebih atom H pada benzena
oleh gugus fungsi
a) Alkilasi: gugus alkil akan menggantikan atom H pada benzena
dengan katalisator aluminium clorida. Disebut dengan reaksi
Friedel-Crafts.
H CH3
AlCl3
+ CH3Cl + HCl

Benzena Metil clorida Metil benzena Asam clorida

b) Halogenasi: reaksi antara benzena dengan halida.


H Br

+ Br2 + HBr

Benzena Bromida Bromo benzena Asam bromida

c) Sulfonasi: reaksi antara asam sulfat pekat dengan benzena.


H SO3H

+ H2SO4 + H2O

Benzena Bromida Bromo benzena

43 | P a g e
d) Nitrasi: reaksi benzena dengan asam nitrat pekat menggunakan
katalisator asam sulfat pekat.

H NO2
H2SO4
+ HNO3 + H2O

Benzena Asam nitrat Nitro benzena

3) Sifat-sifat benzena:
a) Berbentuk kristal, berwujud cair pada temperatur kamar, tidak
o 0
berwarna dengan titik didih 80 C dan titik lebur 5.5 C
b) Bersifat nonpolar sehigga tidak larut dalam air
c) Larut dalam pelarut organik seperti dietil eter, karbon tetra
klorida, dan etana
d) Bersifat stabil dan memiliki kereaktifan rendah, akibat resonansi
elektron
e) Tidak mengalami reaksi adisi seperti pada ikatan rangkap alkena
dan alkuna, tetapi dapat mengalami reaksi substitusi
f) Tidak mengalami reaksi oksidasi meskipun direaksikan dengan
KMnO4
4) Kegunaan senyawa benzena:
a) Biasa digunakan sebagai pelarut untuk berbagai jenis zat
b) Biasa digunakan untuk membuat polimer: seperti nilon, dan
polisterina serta campuran dalam petroleum untuk mengurangi
knocking
c) Digunakan dalam pembuatan deterjen, obat-obatan, bahan
pelumas, dan pestisida.
5) Beberapa kegunaan senyawa turunan benzena:
a) Asam benzoat adalah suatu asam lemah. Asam benzoat maupun
garam natriumnya (C6H5COONa) digunakan sebagai pengawet
pada berbagai makanan olahan.

O O

C C
OH ONa

Asam benzoat Natrium benzoat

b) Trinitro toluena (TNT); 2,4,6-trinitro toluena atau lebih dikenal


dengan TNT merupakan bahan dasar pembuatan peledak
dengan daya ledak yang besar.

44 | P a g e
NO2

2,4,6-trinitro toluena

O2N NO2

c) Fenol; bersifat asam dan larut dalam air. Sering digunakan


sebagai antiseptik, seperti bahan dasar karbol karena
kemampuannya membunuh kuman.
OH

Fenol

d) Anilina; Digunakan sebagai bahan pembuatan obat. Anilin juga


digunakan dalam pembuatan karet sintetis dan herbisida.
NH2

Anilina

e) Toluena; Biasa digunakan sebagai pelarut, campuran tinta printer


dan juga desinfektan.

CH3

Toluena

H. TERMOKIMIA
1. Reaksi Eksoterm Dan Endoterm
a. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga  H = ( - )

Contoh : C(s) + O2(g)  CO2(g)  H = -393.5 kJ ;


b. Reaksi Endoterm
Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga  H = ( + )

Contoh : CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)  H = 178.5 kJ


c. Perubahan Entalpi
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa
perubahan kimia pada tekanan tetap.
1) Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)
Contoh: H2  2H H = a kJ ;
2) Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H  H2 H = a kJ ;
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :

45 | P a g e
d. Entalpi Pembentakan Standar (Hf)
untuk membentuk 1 mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g)  H20(l) Hf = -285.85 kJ

e. Entalpi Penguraian Standar (Hd)

adalah H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi


unsur-unsurnya (Kebalikan dari Hf).

Contoh: H2O(l)  H2(g) + 1/2 O2(g) Hd = +285.85 kJ ;


f. Entalpi Pembakaran Standar
adalah H untuk membakar 1 mol senyawa dengan O2 dari udara
yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) Hc = -802 kJ;

g. Entalpi Netralisasi ( Hn )

H yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam


atau basa.
Contoh: NaOH(aq)+HCl(aq)  NaCl(aq)+H2O(l) H = -890.4 kJ/mol
h. Hukum Lavoisier-Laplace
Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari
positif menjadi negatif atau sebaliknya
Contoh:
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g) H = - 112 kJ;
2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g) H = + 112 kJ;
i. Penentuan Perubahan Entalpi Dan Hukum Hess
Hukum Hess
"Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi
kimia tidak tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh
keadaan awal dan akhir."
Contoh:
C(s) + O2(g)  CO2(g) H = x kJ; 1 tahap
C(s) + 1/2O2(g)  CO(g) H = y kJ;
2 tahap
CO(g) + 1/2O2(g)  CO2(g) H = z kJ;
------------------------------------------------------------ +
C(s) + O2(g)  CO2(g) H = y + z kJ ;
Menurut Hukum Hess : x = y + z
j. Energi-Energi Dan Ikatan Kimia
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan.
Proses ini selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan
untuk memutuskan ikatan kimia, sehingga membentuk radikal-radikal
bebas disebut energi ikatan. Secara matematis hal tersebut dapat
dijabarkan dengan persamaan :

46 | P a g e
H reaksi =  energi pemutusan ikatan -  energy pembentukan ikatan
=  energi ikatan di kiri -  energi ikatan di kanan
Contoh:
Diketahui :
energi ikatan
C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol
Ditanya:
C2H4(g) + H2(g)  C2H6(g) Hreaksi =

H reaksi = energi pemutusan ikatan - energi pembentukan ikatan


= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ

I. LAJU REAKSI
1. Persamaan Laju
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi
kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan
reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan. Suatu reaksi yang
diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
2
v = k (A) (B)
persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan
merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah
reaksi orde 3.

Contoh soal:
Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g) ® 2NOBr(g)
dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:

No. (NO) mol/l (Br2) mol/l Kecepatan Reaksi


mol / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108

Pertanyaan:

47 | P a g e
a. Tentukan orde reaksinya !
b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !
Jawab:
x y
a. Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah V = k(NO) (Br2) :
Cari nilai x dan y. Untuk menentukan nilai x ambil data dimana konsentrasi
terhadap Br2 tidak berubah, yaitu data (1) dan (4). Dari data ini terlihat konsentrasi
NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4 kali maka :

x
2 =4  x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)

Untuk menentukan nilai y maka ambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak
berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br 2 naik 2 kali,
sedangkan kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :

y
2 =2  y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br2)

2
Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO) (Br2) (reaksi orde 3)

b. Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja
misalnya data (1), maka:
2
V = k(NO) (Br2)
2
12 = k(0.1) (0.1)
3 -2 -1
k = 12 x 10 mol det
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
a. Luas Permukaan
Semakin Luas Permukaan Bidang sentuhnya maka laju reaksinya juga
makin besar :
Serbuk > Lelehan> Bongkahan
b. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi zat yang bereaksi maka laju reaksipun juga
akan bertambah
c. Suhu
Semakin tinggi suhu akan meningkatkan energi kinetik yang akan
memperbesar jumlah tumbukan untuk terjadinya reaksi, kenaikan suhu
o
10 C biasanya akan memperbesar laju dua sampai tiga kali.
d. Katalisator
Fungsi katalisator adalah untuk menurunkan energi aktivasi sehingga
memungkinkan reaksi berjalan dengan energi yang lebih rendah.

J. KESETIMBANGAN KIMIA
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana laju reaksi kekanan sama dengan laju
reaksi ke kiri.

1. Macam Kesetimbangan Kimia

48 | P a g e
a. Kesetimbangan homogen (hanya satu fase)
Contoh :
2CO(g) + O2(g) ======= 2CO2(g)
FeCl2(aq) + H2SO4(aq) ====== FeSO4(aq) + 2 HCl (aq)
b. Kesetimbangan Heterogen ( lebih dari satu fase)
Contoh :
F2(g) + HI(aq) ====== HF(aq) + I2(s)
AgNO3(aq) + NaCl(aq) ====== AgCl(s) + NaNO3(aq)
2. Tetapan Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan dinyatakan dalam Tetapan Kesetimbangan
Konsentrasi (Kc) dan Tetapan Kesetimbangan Partial (Kp) adalah perbandingan
komposisi hasil reaksi dengan pereaksi pada keadaan setimbang dalam suhu
tertentu.
a. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)
Berlaku untuk zat-zat yang berfase gas dan larutan (aqueous). Sedangkan
untuk fase cair (liquid) dan padat (solid) tidak disertakan.
Contoh :
Untuk Persamaan :
2CO(g) + O2(g) ======= 2CO2(g)
[ ]
Kc =
[ ] [ ]
Untuk Persamaan :
F2(g) + 2HI(aq) ====== 2HF(aq) + I2(s)
[ ]
Kc =
[ ] [ ]

b. Tetapan Kesetimbangan Partial (Kp)


Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan partial, hanya berlaku untuk
gas. Untuk persamaan :
2CO(g) + O2(g) ======= 2CO2(g)

Kp =

c. Hubungan Kc dengan Kp
Δn
Kp = Kc (RT)
Δn = jumlah koefisien kanan – jumlah koefisien kiri
d. Hubungan Kc dengan Reaksi yang Berkaitan
Misalkan suatu persamaan reaksi :
C + O2 ====== CO2 Kc = K1
2
2C + 2O2 ====== 2CO2 Kc = (K1)
3
3C + 3O2 ====== 3CO2 Kc = (K1)
C + O2 ====== CO2 Kc = √

CO2 ======= C + O2 Kc =

49 | P a g e
2CO2 ======= 2C + 2O2 Kc = ( )
3. Pergeseran Kesetimbangan
Pergeseran kesetimbangan terjadi karena faktor berikut :
a. Konsentrasi
Bila konsentrasi ditambah maka kesetimbangan bergeser kearah yang
berlawanan, sedangkan pengurangan konsentrasi akan mengakibatkan
pergeseran ke arah yang dikurangi
b. Volume
Penambahan volume akan menggeser kesetimbangan ke arah jumlah
koefisien besar, sedang memperkecil volume akan menggeser
kesetimbangan kearah jumlah koefisien kecil.
c. Tekanan
Penambahan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke arah jumlah
koefisien kecil, sedang memperkecil tekanan akan menggeser
kesetimbangan kearah jumlah koefisien besar.
Catatan : Volume berkebalikan dengan tekanan, jika jumlah koefisien
sama perubahan volume dan tekanan tidak mempengaruhi
kesetimbangan.
d. Suhu
Kenaikan suhu akan menggeser kesetimbangan kearah reaksi endoterm
(ΔH = Positif). Penurunan suhu akan menggeser kesetimbangan ke arah
reaksi eksoterm (ΔH = Negatif)

K. KOLOID
1. Sistem Dispersi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan dalam Tabel

50 | P a g e
2. Pengelompokan Koloid
Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendisfersinya, sistem koloid
dapat digolongkan sebagaimana seperti dalam berikut.
Fase Fase Jenis Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

Cair Gas Aerosol Kabut, awan

Padat Gas Aerosol Asap, debu


Padat
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat

Padat Padat Sol Padat Kaca warna, gabungan logam,


intan hitam

Cair Cair Emulsi Susu, es krim, santan, minyak


ikan

Cair Padat Emulsi Padat Jelly, mayonese, mentega

Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok

Gas Padat Buih Padat Busa, batu apung

3. Pembuatan Koloid
Koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu mengubah partikel-partikel larutan
menjadi partikel koloid kondensasi dan memperkecil partikel suspensi menjadi
partikel koloid atau dispersi.

51 | P a g e
a. Kondensasi
yaitu dengan jalan mengubah partikel-partikel larutan sejati (berukuran
kecil) menjadi partikel-partikel koloid (ukuran lebih besar) dengan
beberapa teknik:
1) Reaksi Redoks
2H2S(g) + SO2(g)  2H2O(I) + 3 S(koloid)
2) Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + H2O(l)  Fe(OH)3(koloid) + 3 HCl(aq)
3) Dekomposisi Rangkap
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq)  As2S3(koloid) + 6H2O(l)
4) Penggantian Pelarut (Metatesis)
AgNO3(aq) + HCl(aq)  AgCl(koloid) + HNO3(aq)
Catatan : Fase (l), (aq), dan (g) merupakan fase dengan ukuran lebih
besar dari koloid
b. Dispersi
yaitu dengan jalan mengubah partikel-partikel kasar (ukuran besar)
menjadi partikel-partikel koloid (ukuran lebih kecil).
1) Teknik Mekanik
Cara ini mengandalkan penghalusan partikel kasar menjadi partikel
koloid, selanjutnya ditambahkan ke dalam medium pendispersinya.
Cara ini dipergunakan untuk membuat sol belerang dengan medium
pendispersi air.
2) Peptipasi
Pemecahan partikel kasar menjadi partikel koloid, pemecahan
dilakukan dengan penambahan molekul spesifik, seperti agar-agar
dengan air, nitroselulosa dengan aseton, dan endapan NiS
ditambahkan dengan H2S.

52 | P a g e
3) Teknik busur Bredig
Teknik ini digunakan untuk membuat sel logam, logam yang akan
diubah ke dalam bentuk koloid diletakan sebagai elektroda dalam
medium pendispersinya dan dialiri oleh arus listrik. Atom-atom logam
akan terpecah dan masuk ke dalam medium pendispersinya.

L. KIMIA UNSUR
1. Unsur Golongan IA dan IIA
Gol IA Gol IIA
(Alkali) (Alkali
Tanah)

3Li 4Be

11Na 12Mg

19K 20Ca

37Rb 38Sr

55Cs 56Ba

87Fr 88Ra

a. Sifat-sifat Logam Alkali Dan Alkali Tanah



1
Alkali mempunyai elektron valensi 1, yaitu nS . Alkali tanah memiliki
2
elektron valensi 2 yaitu nS
 Merupakan logam yang reaktif
 Ditemukan di alam dalam bentuk senyawa
 Bersifat reduktor kuat
 Mudah membentuk muatan positif/ mudah melepaskan electron
(karena energi ionisasinya rendah)
- Logam Alkali
+ –
X  X + e
- Logam Alkali Tanah
2+ 2 –
X  X + e
 Mudah bereaksi dengan air, kecuali Be sedangkan Mg bereaksi
dengan air panas.
 Warna untuk uji nyala unsur Alkali dan Alkali tanah adalah sebagai
berikut :

53 | P a g e
Unsur Warna Nyala

Natrium Kuning

Kalium Ungu

Kalsium Merah

Stronsium Merah tua

Barium Hijau

2. Unsur Golongan IIIA


Unsur-unsur golongan IIIA dalam sistem periodik panjang terletak pada group
13. Unsur-unsur golongan IIIA terdiri dari lima unsur yaitu Boron (B), Aluminium
(Al), Galium (Ga), Indium (In) dan Talium (Tl). Pada umumnya unsur golongan
IIIA merupakan unsur logam, kecuali unsur Boron yang merupakan unsur
metalloid

.Pembuatan
1) Boron tidak terlalu banyak diproduksi dalam laboratorium karena telah
dapat diperoleh secara komersial. Secara umum, boron berasal dari
tourmaline, borax [Na2B4O5(OH)4.8H2O], dan kernite
[Na2B4O5(OH)4.2H2O]. Unsur ini susah diperoleh dalam bentuk murni
karena titik lelehnya yang tinggi (2250 ?C) dan sifat korosif cairannya.
Ia dibuat dalam kemurnian 95 – 98% sebagai bubuk amorf.
2) Aluminium
dibuat dalam skala yang sangat besar dari bauksit (Al2O3.nH2O). proses
pembuatan aluminium dalam industry dikenal dengan proses hall.
a) Kegunaan Unsur Golongan III
Contoh kegunaan Boron sehari-hari:
1) Borax (Na2B4O7.10H2O) digunakan sebagai bahan pembersih
(pemutih), kaca, keramik, pupuk, kertas dan cat.
2) Asam boric (H3BO3) digunakan dalam bidang medis sebagai antiseptik
dan astringent.
3) Boron karbida (B4C) digunakan untuk membuat amplas.
4) Digunakan untuk mendeteksi dan mengontrol jumlah neutron pada
reaktor nuklir.
Kegunaan Aluminium yaitu:
1) Digunakan dalam konstruksi pesawat, mobil, dan mesin-mesin lannya.
2) Karena sifatnya yang mudah menghantarkan panas dengan tahan
karat, Al banyak digunakan untuk membuat alat-alat masak
3) Digunakan dalam bidang arsitektur dan ornamen-ornamen rumah
Galium dalam kehidupan sehari-hari banyak dimanfaatkan sebagai:

54 | P a g e
1) semikonduktor, terutama dalam dioda pemancar cahaya
2) menjadi alloy
Beberapa kegunaan Indium yaitu:
1) Untuk industri layar datar (flat monitor)
2) Sebagai campuran logam
3) Sebagai batang control dalam reactor atom
4) Senyawa Indium tertentu merupakan bahan semikonduktor
Talium banyak memiliki manfaat misalnya:
1) Beberapa jenis reaksi gelombang dimanfaatkan dalam system
komunikasi militer
2) Talium sulfat, yang sangat beracun sebagai obat pembasmi hama
3) Talium yang dihasilkan dari kristal natrium iodida dalam tabung
photomultiplier digunakan pada alat pendeteksi radiasi sinar gamma
4) Kristal talium bromoiodide untuk memancakan radiasi inframerah dan
Kristal talium oksisulfida untuk mendeteksi Campuran talium dengan
0
raksa membentuk cairan logam yang membeku pada suhu -60 C
digunakan untuk membuat thermometer suhu rendah.
5) Dipakai dalam pembuatan roket dan kembang api.
3. Unsur Gas Mulia
Unsur-Unsur Gas Mulia
Terdiri Atas :
Helium : He
Neon : Ne
Argon : Ar
Kripton: Kr
Xenon : Xe
Radon : Rn
He adalah unsur gas mulia yang terbanyak di alam semesta, karena He
merupakan unsur yang banyak ditemukan dipermukaan matahari. Ar
merupakan unsur yang terbanyak di atmosfir. Rn merupaka unsu r gas mulia
yang bersifat radioaktif.
a. Sifat-Sifat Umum :
1) Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
2) Mempunyai elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron
valensinya 2, maka gas mulia bersifat stabil dan diberi valensi nol.
3) Molekul-molekulnya terdiri atas satu atom (monoatom).
b. Senyawa Gas Mulia
Unsur gas mulia dapat bersenyawa dengan unsur lain dengan syarat : Gas
mulia yang keelektropositifannya besar (Xe,Kr) bersenyawa dengan unsur
lain yang keelektronegatifannya besar (F,O)
c. Pembuatan gas mulia :
1) Destilasi bertingkat udara cair
2) Khusus, Rn dibuat melalui reaksi peluruhan isotop radium-226.

55 | P a g e
4. Halogen
adalah unsur yang terdapat pada golongan VIIA.
Halogen terdiri dari Florium (F) , Klorium (Cl) , Bromium (Br) , dan Iodium (I).
Halogen bertarti “pembentuk garam”, karena , apabila unsur-unsur Halogen
bereaksi dengan logam maka akan membentuk garam. Contoh : NaCl, yaitu
garam dapur.
Halogen mempunyai 7 elektronvalensi pada subkulit ns2 np5 .
Halogen bersifat sangat reaktif
a. Sifat - Sifat Halogen
Sifat Fisis

b. Reaksi pendesakan Halogen


F2 > Cl2 > Br2 > I2

c. Kegunaan Halogen
1) Flour
 Sebagai polimer
 Freon sebagai pendingin
 HF untuk menguji kaca
2) Klor
 Sebagai serbuk pemutih dan pembasmi hama
 Sebagai bahan peledak, korek api, dan bunga api
3) Brom

56 | P a g e
 Sebagai obat penenang (Kbr, NaBr)
 AgBr dipergunakan dalam fotografi
 Sebagai disinfektan dan fumigant
4) Iod
 Sebagai kelenjar gondok dalam tubuh
 Anti septic
 AgI dipergunakan dalam fotografi
M. MAKROMOLEKUL DAN BIOKIMIA
1. Karbohidrat
Karbohidrat hanya terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Beberapa
kelompok karbohidrat adalah monomer, dimer, dan polimer.

2. Monosakarida
 Semua monosakarida punya rumus molekul (CH2O)n dengan nilai n mulai
dari 3 sampai 7.
 Monosakarida yang paling umum adalah glukosa, yang merupakan gula
enam-karbon. Rumus molekul dari glukosa adalah C6H12O6, dan
strukturnya adalah seperti gambar di bawah.

 Ribosa bukan merupakan gula enam-karbon, tetapi lima-karbon.

3. Disakarida
Disakarida terbentuk saat dua monosakarida tergabung oleh ikatan glikosida.
Reaksi penggabungan ini menghasilkan hasil sampingan, yaitu molekul air.
 reaksi polimerisasi adalah reaksi kondensasi
 reaksi penguraian adalah reaksi hidrolisis
Ada tiga disakarida yang umum ditemui:

57 | P a g e
 Maltosa, terdiri dari glukosa dan glukosa. Maltosa terbentuk oleh
pemecahan zat tepung oleh enzim amylase.
 Sukrosa, adalah nama ilmiah dari gula yang diambil dari tebu (Saccharum
officinarum).
 Laktosa, gula dalam susu. disusun dari galaktosa dan glukosa. Gula ini
hanya ditemui pada susu mamalia.
4. Polisakarida
Polisakarida adalah untaian panjang yang tersusun dari banyak monosakarida
yang terhubung oleh ikatan glikosida. Ada tiga polisakarida penting ;
 Zat tepung adalah polisakarida yang dihasilkan oleh tanaman. Zat ini
tidak larut dalam air dan membentuk granula di dalam sel tumbuhan.
 Amilum dan amilopektin.
Amilum adalah poli-1-4-glukosa, jadi amilum berbentuk rantai tunggal
glukosa. Amilopektin adalah poli-1-4-glukosa dengan sekitar 4% (1-6)
cabang.
 Glikogen
Glikogen digunakan oleh hewan sebagai cadangan makanan, dan
ditemukan paling banyak pada otot dan hati. Karena itulah glikogen disebut
juga dengan nama gula otot.
 Selulosa
Selulosa hanya ditemukan pada tumbuhan, dan merupakan komponen
utama dari dinding sel. Selulosa merupakan poli-1-4-glukosa.
 Kitin (poliglukosa amina)
Terdapat pada dinding sel jamur (dinding sel jamur bukan terbuat dari
selulosa) dan pada eksoskeleton (kerangka luar) serangga.
 Pektin (poligalaktosa uronat)
Terdapat pada dinding sel tumbuhan, temannya selulosa.
 Agar-agar (poligalaktosa sulfat)
Terdapat pada ganggang. Digunakan sebagai pengisi perut manusia dan
sebagai media tanam.
 Murein (polimer gula-peptida)
Terdapat pada dinding sel bakteri.
 Lignin
polimer kompleks dari beberapa jenis karbohidrat, terdapat pada dinding
sel xilem (pembuluh kayu), dan merupakan komponen utama dari kayu.

5. Lipida
Lipida merupakan campuran dari beberapa senyawa hidropobis, yang terbuat
dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipida mengandung lemak dan
minyak (lemak berbentuk padat pada suhu kamar, sedangkan minyak
berbentuk cair).
a. Trigliserida

58 | P a g e
Lemak atau minyak yang paling umum ditemui adalah trigliserida. Senyawa
ini terbentuk dari gliserol dan asam lemak (fatty acid).
 Trigliserida tidak larut dalam air. Senyawa ini digunakan sebagai
cadangan energi, pelapis, serta pelindung di dalam jaringan adiposa
(jaringan lemak) yang berada di bawah kulit.
 Trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh memiliki titik leleh
yang tinggi, dan cenderung ditemukan pada hewan berdarah panas.
Pada suhu kamar, senyawa ini berbentuk padat, biasa disebut lemak.
Contohnya gajih dan mentega.
 Trigliserida yang mengandung asam lemak tak jenuh memiliki titik leleh
rendah, dan cenderung ditemukan pada hewan berdarah dingin serta
tumbuhan. Pada suhu kamar, senyawa ini berbentuk cair, biasa disebut
minyak. Contohnya minyak ikan dan minyak kelapa sawit.
b. Fosfolipida
 Fosfolipida punya struktur yang mirip dengan trigliserida, tapi dengan
satu gugus fosfat yang menggantikan salah satu rantai asam lemak.
 Ketika dicampur dengan air, fosfolipida akan membentuk bola dengan
kepala hidrofilis (fosfat) menghadap ke air dan ekor hidrophobis saling
berhadapan.
c. Lilin
 Lilin terbuat dari asam lemak yang bergabung dengan alkohol. Lilin
dapat ditemukan pada lapisan anti-air makhluk hidup, misalnya pada
kutikula daun, eksoskeleton serangga, bulu burung, dan rambut
mamalia.
d. Steroid
 Steroid adalah molekul hidrophobis berukuran kecil yang terdapat pada
hewan. Yang termasuk steroid antara lain:
e. Kolestrol
 terdapat pada membran sel hewan untuk memperkokoh struktur
membran
Garam empedu, berguna untuk mengemulsikan lemak pada makanan.

59 | P a g e

You might also like