You are on page 1of 2

REFERRED PAIN (NYERI ALIH)

Seringkali seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh dari
jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini disebut nyeri alih. Nyeri ini
berasal dari suatu organ visera yang kemudian dialihkan kesuatu daerah di permukaan
tubuh atau di tempat lainnya yang tidak tepat dengan lokasi nyeri. Contohnya :
1. Sakit jantung –> nyeri alihnya sampai ke kelingking kiri
2. Sakit pada hepar –> nyeri alihnya diatas clavicula kanan
Nyeri alih juga diperlukan dalam diagnosis klinik karena dapat diperkirakan kausa atau
darimana nyeri berasal.
Mekanisme nyeri alih dapat dijelaskan : cabang-cabang serabut nyeri visceral
bersinaps dengan neuron kedua dalam medulla spinalis dimana neuron ini akan
menerima serabut nyeri yang berasal dari kulit. Ketika serabut nyeri viseral terangsang,
maka sinyal nyeri yang berasal dari vicera akan selanjutnya akan dijalarkan melalui
beberapa neuron yang sama yang juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit,
dan akibatnya orang itu akan merasakan sensasi yang benar-benar berasal dari daerah
kulit.
Rangsangan yang dapat menstimulus ujung serabut nyeri yang terdapat
didaerah visceral mencakup keadaan iskemia jaringan, akibat bahan kimia, spasme otot
polos dan peregangan organ. Pada nyeri iskemia menyebabkan aliran darah terhambat
dan pada saat yang sama merangsang serabut nyeri yang difus dan menimbulkan rasa
nyeri yang ekstrem. Hal ini menyebabkan terbentuknya produk akhir metabolik yang
asam atau produk dari jaringan degeneratif seperti bradikinin atau enzim proteolitik.
Contoh nyeri yang disebabkan bahan kimia ialah asam proteolitik getah lambung yang
keluar dari tukak lambung menyebabkan terkenanya peritoneum viscera sehingga
menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat.

http://doctorology.net/?p=74

Dalam dunia medis kita mengenal istilah referred pain atau nyeri alih. Mekanisme ini
sebenarnya sederhana, namun gara-gara bentuk nyeri alih ini seringkali seorang dokter
salah memberikan terapi kepada pasien. Angina misalnya, sakitnya bisa saja tidak di
dada, bisa ke lengan atas, ke punggung atau ke kepala… apa jadinya bila si dokter
malah mengobati masalah kepalanya? Tentunya tidak lucu.
Hal yang sama jadi momoknya adalah di dunia psikologis dan pendidikan. Ada
mekanisme referred pain yang sebenarnya juga awalnya sederhana, namun malah
menjadi momok ketika hal tersebut dibiarkan.
Pernahkah anda memperhatikan bentuk pendidikan yang diajarkan orangtua kepada
para balitanya? Salah satu hal yang saya perhatikan adalah seringnya para orangtua
mengajarkan mekanisme nyeri alih atau referred pain ini.
Misalnya seperti ini. Ketika seorang balita terjatuh karena terpeleset di lantai yang agak
licin, maka si balita akan menangis dengan keras. Si orangtua pun dengan dengan
berbagai cara berusaha meredakan tangis anaknya. Salah satu cara yang paling
ampuh seperti ini… “Catuk lantainya nak ai….dasar lantai nakal….” Maka si anak pun
memukul lantai yang membuatnya jatuh itu. Cara ini lumayan ampuh. Tangis si balita
mereda. Melihat kesuksesan cara itu, maka si orangtua akan menerapkannya dalam
kasus-kasus yang lain. Saat anak menangis karena terantuk meja, kejepit pintu, dan
lain sebagainya. Tindakan ini sepertinya tidak bermasalah. Toh, si balita berhenti
menangis, dan orangtua pun lega. Tapi tanpa disadari bentuk didikan seperti itu akan
menyebabkan terbentuknya psikologis nyeri alih pada diri anak sampai akhirnya dia
tumbuh dewasa.
Ketika dia terjatuh atau terantuk dan disuruh memukul lantai atau meja maka dalam
psikologis dia terbentuk sebuah pembenaran… yang salah adalah lantai dan meja
bukan dirinya. Padahal kenyataannya, bukan lantai yang membuat dia terjatuh….
namun karena ketidakhati-hatian dia. Disini terbentuk ego dalam dirinya… aku benar…
yang salah orang lain. Bentuk psikologis semacam ini terus menerus dipupukkan dalam
jiwanya, sehingga terbawa sampai dewasa. Maka tidak heran, ketika dia suatu waktu
mendapatkan suatu masalah, maka yang dia pikirkan pertama adalah orang mana atau
benda mana yang harus aku salahkan…….?!
Ketika misalnya, seorang dosen memarahi atau menghukumnya karena sesuatu
kesalahan. Di benaknya otomatis berpikir, siapa yang harus dia salahkan atas
terjadinya masalah ini…. tentunya, ketika dia berpikir sang dosen dalam posisi yang
susah dia salahkan, maka fokus kesalahan akan dialihkannya kepada orang lain yang
terkait…. pada mahasiswa lain yang terkait dengan masalah ini, atau siapa saja, yang
penting bukan dirinya.
Pada saat itulah berjalan mekanisme referred pain atau nyeri alih.
Padahal seharusnya ketika dia mendapatkan suatu masalah seperti di atas, hal yang
seharusnya ada dalam benaknya adalah… ”Ya, aku memang salah, ada baiknya aku
mengintrospeksi diriku. Kesalahan itu mesti diperbaiki. Mungkin orang lain juga ada
salah… tapi mengapa aku harus ribut untuk kesalahan orang lain?”
Ini tentunya lebih positif dan lebih dewasa….
Dan sama bahayanya dengan referred pain dalam dunia medis, gara-gara referred pain
ini kita juga akan salah dalam memberikan terapi… bukannya menyelesaikan masalah,
yang terjadi malah kita menimbulkan masalah yang baru….
Maka biasakan untuk meniadakan mekanisme referred pain ini dalam penyelesaian
masalah. Selesaikan masalah langsung ke etiologinya… bukan hanya ke gejala-gejala
yang nampak.
Sehingga ketika suatu waktu anda melihat seorang balita menangis karena terantuk
meja, maka kita sudah paham apa yang seharusnya kita lakukan.
”Cup…. cup… sayang….. jangan nangis lagi ya….. lain kali si adik harus lebih hati-hati
lagi…… ya….”
Dan tak usah lagi mengajarkannya untuk memukul si meja….. apa salah meja jadi
harus dipukul?

http://doktermudaliar.wordpress.com/2009/10/15/referred-pain-nyeri-alih/

You might also like